INFEKSI NOSOKOMIAL

24
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sekarang ini pelayanan kesehatan di Indonesia hampir melupakan tentang bahaya infeksi nosokomial yang merupakan infeksi yang terjadi di Rumah Sakit di Indonesia. Padahal infeksi ini sangat rawan terjadi terutama pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Resiko infeksi nosokomial selain terjadi pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit, dapat juga terjadi pada para petugas Rumah Sakit tersebut. Infeksi petugas sangat berpengaruh pada mutu pelayanan karena petugas menjadi sakit sehingga tidak dapat melayani pasien. Pengetahuan tentang pencegahan infeksi sangat penting untuk petugas Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya merupakan sarana umum yang rawan untuk terjadi infeksi. Cara penanggulangan dalam penularan infeksi di Rumah Sakit, dan upaya pencegahan infeksi adalah hal yang harus diperhatikan dalam mengatasi infeksi nosokomial. Namun selain itu, alat medis yang menjadi salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh dalam penularan infeksi tersebut. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas pengaruh alat medis terhadap penyebaran infeksi 1

Transcript of INFEKSI NOSOKOMIAL

Page 1: INFEKSI NOSOKOMIAL

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sekarang ini pelayanan kesehatan di Indonesia hampir

melupakan tentang bahaya infeksi nosokomial yang merupakan

infeksi yang terjadi di Rumah Sakit di Indonesia. Padahal infeksi ini

sangat rawan terjadi terutama pada pasien yang dirawat di rumah

sakit. Resiko infeksi nosokomial selain terjadi pada pasien yang

dirawat di Rumah Sakit, dapat juga terjadi pada para petugas

Rumah Sakit tersebut. Infeksi petugas sangat berpengaruh pada

mutu pelayanan karena petugas menjadi sakit sehingga tidak dapat

melayani pasien. Pengetahuan tentang pencegahan infeksi sangat

penting untuk petugas Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya

merupakan sarana umum yang rawan untuk terjadi infeksi. Cara

penanggulangan dalam penularan infeksi di Rumah Sakit, dan

upaya pencegahan infeksi adalah hal yang harus diperhatikan

dalam mengatasi infeksi nosokomial. Namun selain itu, alat medis

yang menjadi salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh

dalam penularan infeksi tersebut. Untuk itu dalam makalah ini akan

dibahas pengaruh alat medis terhadap penyebaran infeksi

nosokomial. Untuk seorang petugas kesehatan, kemampuan dalam

penggunaan alat medis memiliki keterkaitan yang tinggi dengan

pekerjaan, karena mencakup setiap aspek penanganan pasien,

sehingga petugas harus sangat berhati-hati dalam penggunaannya.

I.2. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang infeksi nosokomial.

2. untuk mengetahui rantai penyebaran infeksi nosokomial.

3. Untuk mengetahui alat yang mempengaruhi penyebaran infeksi

nosokomial.

1

Page 2: INFEKSI NOSOKOMIAL

4. Untuk mengetahui penyakit atau infeksi yang dipengaruhi alat

medis serta organisme penyebabnya.

5. Untuk mengetahui cara penyebaran infeksi nosokomial.

6. Untuk mengetahui cara pencegahan penularan atau penyebaran

infeksi nosokomial.

I.3 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk

memberikan informasi yang berkaitan dengan penyebaran infeksi

nosokomial kepada petugas rumah sakit, pasien, masyarakat

tentang dampak penggunaan alat medis dan penyebaran infeksi

nosokomial. Sebab, alat medis sangat berpengaruh terhadap

penyebaran infeksi nosokomial.

2

Page 3: INFEKSI NOSOKOMIAL

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau

cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun

sistemik. Sedangkan infeksi nosokomial adalah infeksi yang

didapat atau timbul pada waktu pasien di rawat di Rumah Sakit.

Infeksi nosokomial biasanya terjadi setelah pasien dirawat minimal

3 x 24 jam. Bisa saja ini merupakan persoalan serius yang dapat

menjadi penyebab langsung atau tidak langsung terhadap kematian

pasien. Mungkin saja di beberapa kejadian, Infeksi Nosokomial

tidak menyebabkan kematian pasien. Akan tetapi ia menjadi

penyebab penting pasien dirawat lebih lama di Rumah Sakit.

Suatu infeksi pada penderita baru bisa dinyatakan sebagai

infeksi nosokomial bila memenuhi beberapa criteria/ batasan

tertentu:

1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit

tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut.

2. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit

tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.

3. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut baru timbul sekurang-

kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan.

4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi

sebelumnya

5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-

tandainfeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat

penderita ketikadirawat di rumah sakit yang sama pada

3

Page 4: INFEKSI NOSOKOMIAL

waktu lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi

nosokomial.

2.2. Faktor yang mempengaruhi

Ada dua faktor yang memegang peranan penting , yang pertama

faktor endogen yaitu faktor yang ada di dalam penderita sendiri seperti

umur,sex, dan penyakit penyerta dan faktor eksogen yaitu faktor di luar

penderita, seperti lama penderita dirawat dirumah sakit, kelompok yang

merawat penderita, lingkungan, peralatan, dan teknik medis yang

dilakukan.

2.2.1 Penderita

Penting diketahui antara lain : keadaan umum, penyakit penyerta seperti

DM, obesitas atau penyakit khronis lainnya, dankeadaan kulit penderita,

apakah normal atau ada luka. Kulit normal sudah mengandung banyak

kuman yang bisa menjadi penyebab infeksi; ada kuman komensal, yakni

kuman yang "normal" berada dalam pori kulit. Jumlahnya dapat

dikurangidengan cara perawatan kulit pra bedah dan pemakaian

desinfektan. Sedangkan kuman pendatang yang berasal dari lingkungan

terletak di permukaan kulit; ini dapat dihilangkan dengancara perawatan kulit pra

bedah dan pemakaian desinfektan.

2.2.2 Staf rumah sakit

Dokter dan personil paramedis merupakan sumber infeksiyang

penting dalam terjadinya infeksi nosokomial; perlu diperhatikan kesehatan

dan kebersihannya, pengetahuan tentang septik dan aseptik, dan

ketrampilan dalam menerapkan teknik perawatan.

4

Page 5: INFEKSI NOSOKOMIAL

2.2.3 Peralatan

Sangat perlu diketahui mengenai cara penggunaan,

caramembersihkan dan mensterilkan, dan cara menyimpan

danmempertahankan kesterilannya.

2.2.4 Lingkungan

Perlu diperhatikan: Kebersihan lingkungan, air yang di- pakai, dan

udara supaya tetap bersih, mengalir dan dengankelembaban tertentu.

Dalam hal tertentu udara perlu disaring (filtrasi).Bahan yang harus

dibuang

(disposal) diusahakan tidak menjadi sumber infeksi, misalnya dengan

memakai kantong plastik yang dapat segera ditutup, tempat-tempat

sampah yangtertutup, dan kadang-kadang perlu fumigasi atau

pemusnahan bahan.Dalam pengendaliannya perlu diingat bahwa

pencegahanlebih baik daripada pengobatan, lebih mudah, lebih murah

dantidak berbahaya baik bagi penderita maupun lingkungannya.

Caranya adalah dengan memutus mata rantai terjadinyainfeksi

nosokomial :

 – Meningkatkan pengetahuan personil rumah sakit tentanginfeksi

nosokomial.

 – Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang risikoinfeksi

nosokomial bagi pasien yang dirawatnya.

 – Melakukan semua standar prosedur kerja dengan benar dansempurna

(SOP : perawatan, tindakan dan penggunaan/pemilih-an alat-alat dan lain-

lain) 

 – Identifikasi penyebab infeksi nosokomial.

 – Pemberian pengobatan yang tepat dan rasional.

 – Mengikutsertakan penderita dan keluarga dengan mem- berikan

pengetahuan praktis tentang infeksi nosokomial serta penyakit yang

sedang diderita penderita, melalui PKMRS.

 – Memberi petunjuk praktis pada pengunjung tentang hal-halyang perlu

dijaga/dilakukan/dihindarkan pada waktu berkun- jung melalui papan

5

Page 6: INFEKSI NOSOKOMIAL

pengumuman, kertas petunjuk di pintu, dan petugas informasi di

ruangan.

2.3. Rantai Penularan

6

Page 7: INFEKSI NOSOKOMIAL

Infeksi nosokomial mulai dengan penyebab (di bagian

tengah gambar 2.1 berikut), yang ada pada sumber. Kuman keluar

dari sumber melalui tempat tertentu, kemudian dengan cara

penularan tertentu misalnya melalui alat, lalu masuk ke tempat

tertentu di pasien lain. Karena banyak pasien di rumah sakit rentan

terhadap infeksi (terutama orang yang mempunyai sistem

kekebalan yang lemah), mereka dapat tertular dan jatuh sakit

‘tambahan’. Selanjutnya, kuman penyakit ini keluar dari pasien

tersebut dan meneruskan rantai penularan lagi.

2.4 Alat Sebagai Media Transfer Infeksi

Infeksi nosokomial sering disebabkan karena infeksi dari

kateter urin, infeksi jarum infus,jarum suntik, infeksi saluran nafas,

infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia. Selain itu

pemakaian infuse dan kateter urin yang lama tidak diganti –ganti

juga menjadi penyebab utamanya. Di ruang penyakit, diperkirakan

7

Page 8: INFEKSI NOSOKOMIAL

20 – 25% pasien memerlukan terapi infus. Ada berbagai

komplikasi kanulasi intravena yang berupa gangguan mekanis, fisis

dan kimiawi. Komplikasi tersebut berupa:

a. Ekstravasasi infiltrate : Cairan infus masuk ke jaringan

sekitar insersi kanula

b. Penyumbatan : Infus tidak berfungsi sebagaimana

mestinya tanpa dapat dideteksi adanya gangguan lain

c.Flebitis : Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri

sepanjang vena

d.Trombosis : Terdapat pembengkakan di sepanjang

pembuluh vena yang menghambat aliran infuse

e.Kolonisasi kanul : Bila sudah dapat dibiakkan

mikroorganisme dari bagian kanula yang ada dalam

pembuluh darah

f.Septikemia : Bila kuman menyebar hematogen dari kanul

g. Supurasi : Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar insersi

kanul

Faktor-faktor yang berperan dalam meningkatkan komplikasi

kanula intravena yaitu: jenis kateter, ukuran kateter, pemasangan

melalui venaseksi, kateter yang terpasang lebih dari 72 jam, kateter

yang dipasang pada tungkai bawah, tidak mengindahkan pronsip

anti sepsis, cairan infus yang hipertonik dan darah transfusi karena

merupakan media pertumbuhan mikroorganisme, peralatan

tambahan pada tempat infuse untuk pengaturan tetes obat

manipulasi terlalu sering pada kanula. Kolonisasi kuman pada

ujung kateter merupakan awal infeksi tempat infuse dan bakterimia.

8

Page 9: INFEKSI NOSOKOMIAL

Berikut ini adalah beberapa alat yang sering menjadi media

transmisi dalam penyebaran infeksi nosokomial:

a.Kateter

Kateter adalah sebuah pipa yang kosong yang terbuat

dari logam, gelas, karet, plastic yang cara penggunaannya

adalah dimasukkan kedalam rongga tubuh melalui saluran.

b.Jarum Suntik

Jarum sunti atau Injection Needles adalah alat yang

digunakan untuk menyuntik, dan tentunya digabung dengan

alat suntik (spuit).

c. Alat- alat untuk mengambil atau memberikan darah atau

cairan

- Soluset : alat untuk memberikan cairan infuse

- Blood Donor Set: alat untuk mengambil darah dari donor.

-Venoject : alat untuk mengambil darah untuk pemeriksaan

- Preza pack : alat untuk mengabil darah dari arteri

2.5 Penyakit Akibat Pengaruh Alat Medis

2.5.1 Infeksi Saluran Kemih

Infeksi ini merupakan kejadian tersering, infeksinya

dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Walaupun tidak

terlalu berbahaya, tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakteremia

dan mengakibatkan kematian. Infeksi yang terjadi lebih awal lebih

disebabkan karena mikroorganisme endogen, sedangkan infeksi

9

Page 10: INFEKSI NOSOKOMIAL

yang terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya karena

mikroorganisme eksogen. Organisme yang menginfeksi contohnya

adalah: E.Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau

Enterococcus. Organisme ini menyebar melalui permukaan ujung

kateter yang masuk ke dalam uretra, dimana penyebabnya dapat

melaui kontaminasi tangan atau sarung tangan ketika pemasangan

kateter atau air yang diguanakan untuk membesarkan balon

kateter. Dapat juga karena sterilisasi yang gagal dan teknik septic

dan aseptic. Hal ini dapat dicegah dengan pensterilan alat terlbih

dahulu. Pastikan bahwa alat – alat tersebut steril dan tidak

terkontaminasi oleh alat- alt yang tidak steril.

2.5.2 Pneumonia Nosokomial

Pneumonia nosokomial dapat muncul terutama pasien yang

menggunakan ventilator, tindakan trakeostomi,

intubasi,pemasangan NGT, dan terapi inhalasi. Organisme

penyebab infeksi nosokomial biasanya berasal dari gram negative

seperti Klebsiella dan Pseudomonas. Dari kelompok virus dapat

disebabkan oleh cytomegalovirus, influenza virus, adeno virus, para

influenza virus, enterovirus dan corona virus. Organisme tersebut

menyebar melalui aspirasi ke traktus respiratorius bagian bawah,

dimana factor risikonya adalah:

1. Tipe dan jenis pernapasan

2. Perokok berat

3. Tidak sterilnya alat alat bantu

4. Obesitas

5. Kualitas Perawatan

6. Penyakit jantung kronis

7. Penyakit Paru kronis

8. Beratnya kondisi pasien dengan kegagalan organ

9. Tingkat penggunaan antibiotika

10

Page 11: INFEKSI NOSOKOMIAL

10.Penggunaan ventilator dan intubasi

11. Penurunan kesadaran pasien

Penyakit yang biasa ditemukan antara lain: respiratory

syncytial virus dan influenza. Pada pasien dengan sistem imun

yang rendah, pneumonia lebih disebabkan karena Legionella dan

Aspergillus. Sedangkan dinegara dengan prevalensi penderita

tuberkulosis yang tinggi, kebersihan udara harus sangat

diperhatikan.

2.5.3 Bakteremi Nosokomial

Infeksi ini beresiko tinggi, karena dapat menyebabkan

kematian. Organism penyebab infeksi terutama disebabkan oleh

bakteri yang resisten antibiotika, seperti Staphylococcus dan

Candida. Penyebarannya melalui jarum suntik, kateter urin dan

infuse, dimana penyebab penyebaran ini dapat karena factor

panjangnya kateter, suhu tubuh saat melakukan prosedur invasive,

dan perawatan dari pemasangan kateter atau infus.

2.5.4 Tuberkulosis

Penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis

ini disebabkan oleh karena adanya strain bakteri yang multi-drugs

resisten, sehingga pencegahannya dapat melalui identifikasi yang

baik, isolasi, dan pengobatan serta tekanan negatif dalam ruangan

2.5.5 Diare dan gasteroenteritis

Diare dan GE dapat disebabkan oleh E.coli, Salmonella,

Vibrio Cholerae dan Clostridium. Selain itu, dari gologan virus lebih

banyak disebabkan oleh golongan enterovirus, adenovirus,

rotavirus dan hepatitis A. ada dua factor yang mempengaruhi

terjadinya diare dan GE.

11

Page 12: INFEKSI NOSOKOMIAL

a. Faktro Ekstrinsik

Yaitu pemasangan NGT dan mengkonsumsi obat- obatan

saluran cerna

b. Faktor Intrinsik

- Abnormalitas dari pertahanan mukosa, seperti achlorhydria

- Lemahnya motilitas intestinal

- Perubahan pada flora normal

2.5.6 Infeksi Pembuluh Darah

Penyebaran infeksi ini melalui infus kateter jantung dan

suntikan. Infeksi ini dibagi menjadi dua kategori utama :

a. Infeksi pembuluh darah primer, muncul tanpa adanya

tanda infeksi sebelumnya dan berbeda dengan organism

yang ditemukan dibagian tubuhnya yang lain

b. Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat dari infeksi dari

organism yang sama dari sisi tubuh yang lain

Macam penyakit yang dapat timbul akibat infeksi melalui

darah adalah

1. Hepatitis B dan Hepatitis C

Penyebaran penyakit ini dapat melalui transfuse

darah atau produk darah dengan sumber darah yang

belum di skrining, dan pemakaian berulang jarum,

kanula atau alat medis lainnya yang tidak steril

sehingga pencegahannya adalah kewajiban skrining

darah / produk darah dan organ transplantasi terlebih

dahulu sebelum di donorkan serta inaktivasi virus

dalam produk turunan plasma. Sedangkan untuk alat

12

Page 13: INFEKSI NOSOKOMIAL

kesehatan, diharapkan terdapat praktek control infeksi

pada institusi kesehatan termasuk sterilisasi alat

medis / gigi (Kewaspadaan Universal / Universal

Precaution).

2. AIDS

Penyakit yang ditimbulkan oleh Human

Immunodeficiency Virus (HIV) ini penyebarannya

biasanya melalui pemakaian jarum suntik yang tidak

steril atau pemakaian jarum suntik secara bergantian

sehingga pencegahannya adalah menggunakan

jarum suntik sekali pakai, pastikan bahwa jarum suntik

yang digunakan adalah steril.

2.5.7 Difteri, Tetanus dan Pertusis

Penyebaran penyakit ini dapat melalui infeksi kulit dan

jaringan lunak. Luka terbuka seperti ulkus, bekas terbakar dan luka

bekas operasi memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri dan

berakibat terjadinya infeksi sistemik. Yang termasuk dalam infeksi

sistemik:

a. Infeksi pada tulang dan sendi

Osteomielitis, infeksi tulang atau sendi dan diskus

vertebralis

b. Infeksi system kardiovaskular

Infeksi arteri atau vena, endokarditis, miokarditism

perikarditis dan mediastinitis.

c. Infeksi Sistim Saraf Pusat

13

Page 14: INFEKSI NOSOKOMIAL

Meningitis atau ventrikulitis, abses spinal dan infeksi

intracranial

d. Infeksi mata, telinga, hidung dan mulut

Konjungtivitis, infeksi mata, otitis eksterna, otitis media,

otitis interna, mastoiditis, sinusitis dan infeksi saluran

napas atas.

e. Infeksi pada saluran pencernaan

Gastroenteritis, hepatitis, necrotizing enterocolitis, infeksi

intra abdominal

f. Infeksi system pernafasan bawah

Bronchitis, trakeobronkitis, trakeitis, dan infeksi lainnya

g. Infeksi pada system reproduksi

Endometriosis dan luka bekas episiotomi

2.5.8 Pencegahan Secara Umum

1. Memakai sarung tangan ketika mengambil atau

menyentuh darah, cairan tubuh, atau keringat, tinja, urin,

membrane mukosa dan bahan yang kita anggap telah

terkontaminasi dan segera mencuci tangan setelah

melepas sarung tangan.

2. Penggunaan alat-alat medis dengan tindakan septik dan

aseptik, sterilisasi dan disinfektan. Disinfeksi yang dipakai

adalah:

a. Mempunyai criteria membunuh kuman

14

Page 15: INFEKSI NOSOKOMIAL

b. Mempunyai efek sebagai detergen

c. Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat

melarutkan minyak dan protein

d. Tidak sulit digunakan

e. Tidak mudah menguap

f. Bukan bahan yang mengandung zat berbahaya baik

untuk petugas maupun pasien

g. Efektif, tidak berbau atau tidak berbau tak enak

3 Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui jarum

suntik maka diperlukan:

a. Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan

b. Pergunakan yang kurang diperlukan

c. Penggunaan alat suntik yang disposable

2.6 Langkah yang harus dilakukan oleh Rumah Sakit

Berikut adalah langkah – langkah yang harus dilakukan Rumah

Sakit untuk mengendalikan dan mencegah infeksi nosokomial

1) Menetapkan kebijaksanaan bahwa pengendalian infeksi

nosokomial masuk dalam program prioritas di rumah sakit, dengan demikian

dapat dipastikan adanya dukungan sumber daya.

2) Menetapkan struktur organisasi

Panitia Medik Pengendalian Infeksi (Dalin) mempunyai tugas

pokok menyusun kebijaksanaan dasar, tim Dalin mempu-nyai tugas

pokok menyusun prosedur, pendidikan, pemantauan,sedang UPF

bertugas melaksanakan prosedur.

15

Page 16: INFEKSI NOSOKOMIAL

3) Penyusunan rencana kerja, prosedur kerja.Perlu ditetapkan

prioritas masalah infeksi nosokomial yangakan ditanggulangi dari

masalah yang ada, misalnya :

 – Infeksi Luka Operasi,

  – Sepsis

  – Infeksi Saluran Kemih,

  – Pneumonia, dan lain-lain.

Prosedur kerja yang perlu ditetapkan adalah :

– Cara pencegahan infeksi nosokomia

– Cara pemantauan infeksi nosokomial (surveilans).

4) Pencatatan, pelaporan dan tindakan koreksi.

  – Pengumpulan data.

  – Penyusunan data.

  – Analisis data

– Penyimpulan data.

  – Pelaporan/umpan balik.Dilaksanakan dengan terarah, tepat, tertib

dan berkesinambungan.

Pada kejadian Luar Biasa perlu ditetapkan :

− Tata cara untuk melakukan identifikasi masalah.

− Penetapan penyebab.

− Cara pemecahan masalah.

5) Pendidikan personil.

Peranan pendidikan personil sangat penting, karena

pencegahan infeksi nosokomial hanya dapat berhasil bila ada per-

ubahan perilaku personil; hal ini memerlukan motivasi

dan pengetahuan yang bisa diperbaiki melalui pendidikan.

16

Page 17: INFEKSI NOSOKOMIAL

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang timbul ketika di Rumah

Sakit. Infeksi ini dapat menular melalui alat medis dan menyerang

pasien maupun tenaga medis.

2. Ada 6 komponen dalam penyebaran infeksi nosokomial, yaitu

penyebab infeksi, sumber, tempat keluar, cara penularan, tempat

masuk, dan penjamu rentan.

3. Alat-alat medis yang biasanya menjadi media transmisi adalah

kateter, jarum suntik, dan alat – alat untuk mengambil atau

memberikan darah atau cairan.

4. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan karena penggunaan alat

medis adalah infeksi saluran kemih, pneumonia nosokomial,

bakteremi nosokomial, tuberkulosis, diarrhea dan gastroenteritis,

infeksi pembuluh darah, dipteri, tetanus dan pertusis.

5. Cara mencegah penularan infeksi nosokomial melalui alat, yaitu

dengan cara mensterilkan alat-alat secara baik dan benar.

3.2 Saran

1. Sterilkan alat dengan benar sesuai dengan prosedur.

17

Page 18: INFEKSI NOSOKOMIAL

2. Jagalah alat dari kontaminasi lingkungan sekitar.

3. Tangani dengan benar limbah rumah sakit.

18