Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

129
MENGUATNYA PANDANGAN BERBASIS KEDAULATAN DIDALAM KRISIS EKONOMI UNI EROPA Tesis Disusun oleh: INDRA KUSUMAWARDHANA 071045010 PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) HUBUNGAN INTERNASIONAL DEPARTEMEN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA SEMESTER GENAP 2012/2013

description

The core argument of this study is the economic crisis in the countries of the European Union has not resolved yet despite the increasing conditions of economic integration of the European Union was due to the clash of national interests among the major member states such as Germany, France and Britain. This clash of sovereignty-based boost the outlook sparked by rising national sentiment and brought the economic crisis into a political crisis in a number of EU member states.Keywords: Sovereignty, national interest, economic crisis, regional integration, politic crisis

Transcript of Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Page 1: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

MENGUATNYA PANDANGAN BERBASIS

KEDAULATAN DIDALAM KRISIS

EKONOMI UNI EROPA

Tesis

Disusun oleh:

INDRA KUSUMAWARDHANA

071045010

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) HUBUNGAN

INTERNASIONAL

DEPARTEMEN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

SEMESTER GENAP 2012/2013

Page 2: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

i

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan di dalam krisis

ekonomi Uni Eropa

T E S I S

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Strata-

Dua/S-2 pada

Peminatan Globalisasi dan Strategi

Program Magister Hubungan Internasional

Departemen Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Airlangga

OLEH

INDRA KUSUMAWARDHANA

NIM. 071045010

Pembimbing

Drs. Vinsensio Dugis, MA, Ph.D

MOH. YUNUS S.IP, MA

PROGRAM

MAGISTER HUBUNGAN INTERNASIONAL DEPARTEMEN

HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL

DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA

GENAP

2013

Page 3: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Tesis berjudul

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan di dalam krisis

ekonomi Uni Eropa

telah disetujui untuk diujikan di depan Komisi Penguji

Surabaya, 23 Januari 2013

Pembimbing Konsultan

Drs. Vinsensio Dugis, MA, Ph.D Moh. Yunus S.IP, MA

NIP 19650113 199101 1 001 NIP197310252005 011002

Mengetahui,

Ketua Program Magister Hubungan Internasional

Departemen Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Airlangga

BLS Wahyu Wardhani, MA, Ph.D.

NIP 19640331 198810 2 001

Page 4: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Komisi Penguji pada hari

Rabu, 21 Januari 2013 pukul 13.00 WIB

di

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Airlangga

Komisi Penguji

Ketua,

M. MUTTAQIEN, MA, Ph.D

NIP 197301301999 031001

Anggota, Anggota,

I GEDE WAHYU WICAKSANA, Ph.D BLS Wahyu Wardhani, Ph.D.

NIP 197906022007101001 NIP 19640331 198810 2 001

Page 5: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Bagian atas keseluruhan isi tesis ini tidak pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

akademik pada bidang studi dan/atau universitas lain dan tidak pernah dipublikasikan atau ditulis

oleh individu selain penulis kecuali bila dituliskan dengan format kutipan dalam isi tesis.

Surabaya, Januari 2013

Indra Kusumawardhana

Page 6: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

v

Untuk ISMI cahaya hidupku..

Page 7: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

vi

I firmly believe that any man's finest hour, the greatest fulfillment

of all that he holds dear, is the moment when he has worked his

heart out in a good cause and lies exhausted on the field of battle

- victorious.!

- Vince Lombardi -

Page 8: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis Panjatkan Kehadapan Tuhan yang Maha Esa, karena atas ijin

Beliau penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tertarik dengan fenomena perkembangan

sistem ekonomi global membuat penulis memilih penelitian mengenai krisis ekonomi

yang terjadi di dalam sebuah integrasi ekonomi dan politik yang dianggap ideal oleh

banyak kalangan yakni Uni Eropa

Sebagian kalangan menganggap bahwa perkembangan regionalisme di Uni Eropa

yang berawal dari sebuah integrasi ekonomi membawa dampak positif terhadap tahapan

– tahapan globalisasi yang kini tengah di capai dunia. Seperti yang diungkapkan oleh

Summers (1991) bahwa regionalisme menjadi penopang dasar bagi kerja sama

multilateral dalam sistem perdagangan dunia yang lebih besar dan hal ini meningkatkan

proses liberalisasi yang kini menjadi dasar bagi tahapan mapan globalisasi.

Namun Krisis utang (debt crisis) yang melanda zona Eropa dan dalam prosesnya

mengakibatkan krisis ekonomi yang lebih luas di kawasan tersebut menjadi babak baru

ekonomi negara – negara Eropa menuju resesi yang pada perkembangannya melanda

hampir seluruh negara-negara Eropa pengguna mata uang Euro. Krisis yang berawal dari

Yunani karena macetnya kredit dari masyarakatnya berdampak luas bagi negara-negara

Eropa lain. Negara – negara penyokong ekonomi Eropa seperti Jerman, Perancis dan

Italia juga terkena imbas dari krisis tersebut. Penurunan angka pertumbuhan ekonomi

negara – negara Eropa dikarenakan tekanan kuat terhadap Euro yang mana menjadi mata

uang tunggal bagi sebagian negara-negara di Eropa.

Page 9: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

viii

Secara umum terdapat sejumlah pandangan yang telah berusaha menangkap

signifikansi fenomena yang terjadi di Eropa dan memberikan sebuah pendekatan serta

kritik yang dapat menjelaskan kekurangan dari integrasi ekonomi Eropa sehingga krisis

belum dapat diselesaikan.

Pandangan pertama bertumpu pada pendekatan yang melihat bahwa krisis

finansial yang belum terselesaikan hingga saat ini disebabkan oleh keterlambatan

penanganannya. Mathew Lynn (2011) dalam buku “BUST Greece, the Euro, and the

Sovereign Debt Crisis”. Pandangan kedua tentang penyebab terus memburuknya

perekonomian negara-negara Eropa diberikan oleh Paul Krugmann (2011) yakni

hilangnya kemampuan negara untuk menentukan kebijakan ekonomi yang tepat dalam

masa krisis sehingga negara-negara seperti Yunani terjerembak dalam krisis ekonomi.

Negara-negara yang bergabung dalam zona Eropa kehilangan kendali untuk menghadapi

keadaan di luar perkiraan mereka.

Semestinya sebuah negara mampu melakukan pencegahan sebelum krisis

ekonomi muncul. Hal inilah yang kurang dari sebuah integrasi di zona Eropa (Krugmann,

2011). Pandangan ketiga, berpendapat bahwa krisis ini sulit untuk diselesaikan

dikarenakan integrasi ekonomi dan politik di Uni Eropa sangat tergantung dari kerja sama

antara Jerman dan Perancis sebagai dua negara kuat di Uni Eropa. Seperti yang di tulis

oleh Glomb (2011) dalam bukunya berjudul "The Franco-German tandem confront the

Euro Crisis”. (Wolfgang Glomb, 2011)

Penelitian ini melihat adanya celah yang dapat dijadikan pintu masuk dalam

melihat fenomena krisis Eropa ditengah integrasinya yang mapan. Yakni, Krisis ekonomi

Page 10: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

ix

di zona Eropa sulit untuk diselesaikan karena pada dasarnya Uni Eropa merupakan

sebuah integrasi regional yang berangkat dari integrasi ekonomi. Integrasi ekonomi

hanya bisa terjadi jika didasarkan pada kondisi – kondisi saling menguntungkan.

Sedangkan krisis ekonomi negara-negara di Uni Eropa tidak dapat diselesaikan ditengah

kondisi integrasi ekonominya yang terus meningkat justru disebabkan oleh benturan

kepentingan nasional diantara negara-negara utama di Uni Eropa seperti Jerman, Prancis

dan Inggris yang mendorong pandangan berbasis sovereignty yang dipicu oleh

menguatnya sentimen nasional dan meluasnya krisis ekonomi menjadi krisis politik

sehingga makin sulit menyatukan posisi dalam menghadapi krisis secara regional.

Setelah perang dingin berakhir banyak kalangan yang telah berbicara mengenai

kemenangan kapitalisme di dunia, sebagian bahkan telah mengatakan bahwa negara –

bangsa telah menjadi usang di era globalisasi. Namun terdapat situasi tidak pas yang

serius dalam politik dunia sekarang. Manifestasi ekonomi global dan regional tetap tidak

dapat menisbatkan bahwa tatanan politik masih kokoh berpijak pada kedaulatan negara.

Krisis ekonomi di negara – negara Uni Eropa memberikan bukti dan penegasan mengenai

realitas tersebut.

Penelitian ini merupakan sebuah karya sederhana sebagai bukti berakhirnya masa

studi penulis di Magister Hubungan Internasional Universitas Airlangga. Pengembangan

tulisan dari sebuah gagasan yang sangat abstrak hingga akhirnya dapat menjadi sebuah

tesis tentu bukanlah upaya penulis sendiri, melainkan tidak lepas dari campur tangan

orang lain yang berjasa. Melalui pengantar ini penulis ingin menghaturkan rasa terima

kasih kepada mereka semua.

Page 11: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

x

Pertama-tama dan yang paling utama setelahNya, penulis persembahkan ucapan

terima kasih dan rasa sayang tiada terkira kepada Ir. Helmi Andri A.A dan Rahayu

Ningsih yang tidak henti-hentinya mencurahkan cinta, perhatian dan memberi kobaran

semangat hingga penulis mampu menyelesaikan studi tanpa jeda sejak masa prasekolah

hingga S2.

Terima kasih untuk adikku tersayang Nindia Rahening beserta suami Harry

Perdana terima kasih atas doa dan dukungan dalam segala bentuk yang tiada henti.

Penulis juga ingin menghaturkan rasa terima kasih kepada Yulkarnaini Siregar SH,

M.Hum dan Engelbertus Kriswanto atas seluruh dukungan, perhatian dan kasih sayang

bagi penulis dalam menjalani masa studi hingga saat ini. Kemudian Penulis juga ingin

mengucapkan terima yang sangat khusus untuk Ismi Nurjayanti yang tidak pernah

kehabisan semangat-semangkuk-semangka bagi penulis. Pendidikan adalah mimpi bagi

penulis yang disematkan setinggi langit, dengan dukungan dari keluarga yang begitu

besar sungguh kuat keyakinan penulis untuk dapat selalu melangkah maju dalam hidup

ini.

Yang terhormat Bapak Vinsensio Dugis, terima kasih atas bimbingan dan

dukungannya selama studi dan juga terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Mas

Yunus selaku konsultan dalam tesis ini. Dosen-dosen pengajar Magister Hubungan

Internasional Unair, Pak Basis Susilo, Ibu Ani, Mas Joko Susanto, Ibu Sartika, Ibu Dini

Rahim, Mbak Citra, Pak Wahyu, Pak Muttaqin, Mas Radit, Mas Syafril terima kasih atas

curahan ilmunya yang begitu berharga.

Page 12: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

xi

Terima kasih kepada teman-teman Magister HI angkatan kedua yang senasib

seperjuangan dalam mengejar mimpi, yang telah banyak membantu dan memberikan

saran serta kritiknya dalam mengembangkan gagasan tulisan ini. Aswin Wiyatmoko,

Rahma Eliyah Faida, Putu Ratih Kumala Dewi, Agus Hendra Rangi, Mas Eko Bimo

Koesbiantoro, Mas Edi Jayakarya, Dian Pratiwi, Marlien Estefin, dan sangat terutama

teman berbagi kegalauan dan kegamangan serta semangat dalam penyelesaian Tesis

Rusthon Arif S. Sos, M.Hub.Int (Super Sekali.!).

Kemudian teman-teman Magister angkatan ketiga khususnya Khusnul Agung,

Ahmad Muhammad, Hirshi dan Abid Umar. Momen – momen dimana kita berdiskusi

dalam pusaran diskursus Ilmu Hubungan Internasional serta filsafat sungguh

memperkaya pengetahuan penulis sebagai seorang manusia. Ucapan terima kasih juga di

haturkan kepada semua warga FISIP Unair, almamater kebanggaanku.

Penghargaan tertinggi dan rasa terima kasih terkhusus akhirnya penulis haturkan

kepada pihak-pihak yang karena keterbatasan tempat tidak tersebut di sini. Semoga Allah

swt. menganugerahkan balasan yang lebih kepada jasa-jasa yang belum terbalas.

Wassalam

Surabaya, Januari 2013

Indra Kusumawardhana

My final prayer,

Recite, and your Lord is the most Generous - Who taught by the pen –

Taught man that which he knew not. (QS. Al-`Alaq)

Page 13: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

xii

ABSTRACT

The sovereign debt crisis that swept the Euro zone and in the

process lead to a broader economic crisis in the region has became a new

round for all the country that using Euro as their currency. The crisis that

began from Greece because of the bad debts from Greece’s society has

brought almost all the member of European Union into crisis and

recession. Moreover, European economic backbone such as Germany,

France and Italy were also hampered by this crisis. In the midst of growing

regional economic integration of the European Union, the regional

institution has not been able to resolve the crisis. The core argument of

this study is the economic crisis in the countries of the European Union

has not resolved yet despite the increasing conditions of economic

integration of the European Union was due to the clash of national

interests among the major member states such as Germany, France and

Britain. This clash of sovereignty-based boost the outlook sparked by

rising national sentiment and brought the economic crisis into a political

crisis in a number of EU member states.

Keywords: Sovereignty, national interest, economic crisis, regional

integration, politic crisis

Page 14: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN ............................................................................ iii

PENGESAHAN ............................................................................ iv

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi

HALAMAN MOTTO ............................................................................ vii

HALAMAN PENGANTAR ............................................................................ viii

ABSTRAK ............................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................ x

DAFTAR TABEL, GAMBAR, GRAFIK, DIAGRAM ........................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................... 8

1.3. Tujuan Penelitian ................................................... 8

1.4. Tinjauan Pustaka ................................................... 9

1.5. Kerangka Pemikiran ................................................... 14

1.6. Pernyataan Tesis ………...........................................26

1.7. Metodologi Penelitian …………………………………...29

1.7.1. Konseptualisasi ................................................... 29

1.7.1.1 Integrasi Ekonomi Regional ................................................... 29

1.7.1.2 Kedaulatan (Sovereignty) ................................................... 29

1.7.1.3 Kepentingan Nasional ................................................... 30

1.7.2 Jenis Penelitian ................................................... 31

1.7.3 Sumber Data ……………………………………….31

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………….32

1.7.5 Sistematika Penulisan ……………………………………….32

BAB II REAKSI EROPA TERHADAP KRISIS ……….................................................34

2.1. Cerita Sukses Eropa : First as a role model, then as a tragedy ……………................34.

2.2. Langkah-Langkah Darurat yang Diambil Uni Eropa .............................................. 43

2.2.1 Pembentukan Institusi Keuangan Uni Eropa …………………............................. 43

2.2.2 Fiscal Compact …………………………………..... 46

BAB III DARI KRISIS EKONOMI MENUJU KRISIS POLITIK ………………………52

3.1. Dari krisis ekonomi menuju krisis Politik ................................. 52

3.2. Krisis Politik: Jatuhnya George Papanderou dan Silvio Berlusconi............................57

3.3. Benturan Kepentingan Nasional ................................................ 75

3.3.1. Jerman – Prancis Pasca MERKOZY .................................................. 75

3.3.2 Perbedaan pandangan 3 negara utama (Jerman, Inggris dan Prancis).................79

Page 15: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

xiv

BAB IV MENGUATNYA SENTIMEN NASIONAL AKIBAT KRISIS EKONOMI DAN

POLITIK

4.1. Pengaruh Pemilu Nasional di EROPA ............................................... 94

4.2 Menguatnya sentimen rakyat negara – negara anggota ..............................................101

BAB V KESIMPULAN ............................................................................................................. 105

REFERENSI………................................................................................................................ 109

Page 16: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

xv

DAFTAR TABEL, GAMBAR, GRAFIK, DIAGRAM

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Komposisi Finansial………………………………............................. 44

TABEL 2.2 Ratifikasi fiscal compact .............................................................................. 49

TABEL 2.3 Kriteria fiscal compact…………………………………………………............... 50

TABEL 3.1 Pertumbuhan ekonomi Yunani (2006-2012)................................................. 59

TABEL 3.2 Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (Okt.2009-Mar.2010)………………..62

TABEL 3.3 Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (April 2010-Okt.2010)……………... 65

TABEL 3.4 Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (Feb.2011-Juni 2011)………………. 66

TABEL 3.5 Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (Okt. 2011-Nov. 2011)…………… 69

TABEL 3.6 Kronologi Perjalanan Perekonomian Italia (Juli 2010 – Des.2011)…………………74

TABEL 3.7 GDP to market prices……………………………………………………………………… 77

TABEL 3.8 Kelompok deficit…………………………………………………………………….88

TABEL 3.9 Kelompok Surplus…………………………………………………………………...89

GAMBAR

GAMBAR 1.1 GDP negara-negara anggota Uni Eropa ...................................................... 3

GAMBAR 1.2 Timeline krisis ekonomi Uni Eropa………….................................... 4

GAMBAR 2.1 Tahapan – tahapan integrasi ekonomi………......................................... ………….35

GAMBAR 2.2 Ratio utang pada PDB 2012…………………..........................................................45

GAMBAR 3.1 Jajak pendapat rakyat Inggris ................................................................................ 87

GAMBAR 4.1 Hasil pemilu North-Rhine Westphalia………………………………………..........96

GAMBAR 4.2 Hasil pemilu Prancis................................................................................................97

GAMBAR 4.3 Hasil pemilu Belanda……………………...............................................................97

GAMBAR 4.4 Hasil pemilu Yunani…………………………………………….............................97

GAMBAR 4.5 Komposisi kontribusi dana talangan ……………………………………................99

GAMBAR 4.6 Jajak pendapat trust terhadap Uni Eropa, pemerintah nasional dan parlemen .......102

GAMBAR 4.7 Jajak pendapat trust terhadap Institusi Uni Eropa ..............................................103

GRAFIK

GRAFIK 3.1 Rasio utang Yunani terhadap PDB………………………………………………….. 58

GRAFIK 3.2 Tingkat pengangguran Yunani………………………………………………………..60

GRAFIK 3.3 Rasio utang terhadap PDB Italia………………………………………………………73

GRAFIK 3.4 Pengeluaran pemerintah Italia…………………………………………………………73

GRAFIK 4.6 Rasio utang terhadap PDB Spanyol …………………………………………………..101

Page 17: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah

Krisis utang (debt crisis) yang melanda zona Eropa dan dalam prosesnya

mengakibatkan krisis ekonomi yang lebih luas di kawasan tersebut menjadi babak

baru ekonomi negara – negara Eropa menuju resesi yang pada perkembangannya

melanda hampir seluruh negara-negara Eropa pengguna mata uang Euro. Krisis

yang berawal dari Yunani karena macetnya kredit dari masyarakatnya berdampak

luas bagi negara-negara Eropa lain. Negara – negara penyokong ekonomi Eropa

seperti Jerman, Perancis dan Italia juga terkena imbas dari krisis tersebut.

Penurunan angka pertumbuhan ekonomi negara – negara Eropa dikarenakan

tekanan kuat terhadap Euro yang mana menjadi mata uang tunggal bagi sebagian

negara-negara di Eropa.

Sebelum krisis ekonomi ini terjadi perjalanan sejarah Uni Eropa

sebenarnya nyaris penuh dengan keberhasilan. Tahun 1995 hampir seluruh negara

Eropa Barat bergabung. Tahun 1998 sistem keuangan Eropa terintegrasi dalam

mata uang tunggal: Euro. Tahun 2004 bertambah lagi 10 negara Uni Eropa baru

dari mantan negara komunis Eropa Timur. Ini menjadikan Uni Eropa sebagai

kekuatan ekonomi besar di dunia sekaligus menjadi contoh organisasi regional

terbaik dunia. Wajar saja kalau keberadaannya dikagumi oleh organisasi regional

manapun di dunia. Bahkan pada tahun 2012 Uni Eropa mendapatkan hadiah nobel

Page 18: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

2

untuk perannya menyatukan benua biru tersebut (Reuters, Desember 2012). "Ini

adalah pesan bagi Eropa untuk melakukan segala sesuatu yang mereka bisa untuk

mengamankan apa yang telah mereka capai dan terus maju," kata ketua komite

Jagland, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (12/10/2012).

Namun, optimisme terhadap Uni Eropa berbalik dan membuat harapan itu

goyah dengan adanya krisis ekonomi yang mulai melanda Uni Eropa pada tahun

2008 dan dampaknya masih dirasakan hingga saat ini. Krisis ekonomi tersebut

telah membuat Uni Eropa mulai memasuki fase-fase sulit. Badai krisis yang

dialami negara-negara Eropa memiliki efek domino terhadap negara-negara Eropa

lain. Negara-negara seperti Irlandia, Portugal, Hungaria dan Spanyol terseret

dalam badai krisis ekonomi domestik bahkan Irlandia hingga harus mendapat

suntikan dana dari otoritas moneter Eropa dan International Monetary Fund (IMF)

sebagai langkah penyelamatan Irlandia kedalam krisis yang lebih jauh. Sebagai

contoh, Menteri keuangan Uni Eropa sampai sempat mendesak Irlandia

mengambil opsi pinjaman dan langsung menyetujui permintaan tersebut

(pinjaman dari IMF). Dengan alasan, bail out dibutuhkan untuk stabilitas finansial

di Eropa, terutama menjaga nilai mata uang euro (Tempointeraktif, November

2010).

Dalam pemberitaan media bahwa ekonomi Eropa akan terus memburuk

seiring memburuknya beberapa ekonomi negara seperti Irlandia, Portugal dan

Spanyol. Dikhawatirkan perekonomian negara-negara tersebut akan menyusul

seperti Yunani. Belum sembuhnya perekonomian negara tersebut dari badai resesi

menjadi indikasi bahwa belum selesainya badai resesi yang dialami negara-negara

Page 19: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

3

Eropa. Dikutip dari pemberitaan Tempo “Mata uang euro kemarin mencapai titik

terendah dalam empat tahun terakhir. Pasar saham di Eropa, Senin 7 juni 2010,

juga bertumbangan. Investor khawatir krisis utang yang dimulai dari Yunani,

merembet ke Hungaria” (Tempointeraktif, Juni 2010). Berdasarkan data yang

dikeluarkan oleh Eurostat, rasio hutang pemerintah terhadap GDP dari negara-

negara Eropa meningkat dari 74,4% di tahun 2009 menjadi 80.0% di tahun 2010.

Seperti yang diperkirakan sebagai negara pemicu terjadinya krisis Eropa, Yunani

adalah negara dengan rasio hutang tertinggi yakni dengan rasio sebesar 142,8%

dari hutang pemerintah terhadap GDP (Kompasiana, Januari 2012).

Gambar 1.1

Sumber: http://www.washingtonpost.com/wp-srv/special/world/euro-zone-

treaty/images/finalcharts.jpg diakses pada tanggal 27 Desember 2012

Seiring kejatuhan yang menimpa Eropa, krisis utang menyerang lebih luas.

Setelah Italia dan Spanyol, Prancis turut masuk dalam pusaran krisis. Agen

Page 20: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

4

pemeringkat Amerika Moody's mewanti-wanti kemungkinan Prancis, negara

kedua terkuat di zona euro, terancam kehilangan peringkat AAA1. Prancis harus

menata ulang sistem keuangannya. Sebagai konsekuensinya, bunga surat utang

pinjaman 10 tahun yang harus dibayarkan Belgia dan Prancis melambung tinggi.

Sementara Spanyol juga harus membayar utang dengan bunga tertinggi selama 14

tahun (Suhartono, 2012).

Gambar 1.2

Sumber: http://www.brimg.net/images/economics/euro-crisis-timeline-1999.jpg

diakses pada tanggal 27 Desember 2012

Tahun telah berganti, tapi krisis utang Eropa masih saja berlanjut. Politikus zona

Eropa mencoba mencari solusi dari satu pertemuan ke pertemuan lainnya, namun

1 Peringkat obligasi jangka panjang merupakan opini atas risiko kredit yang relatif dari obligasi

penghasilan tetap dengan masa jatuh tempo satu tahun atau diatas satu tahun. Moody's sebagai

salah satu perusahaan yang memberikan jasa analisa keuangan akan melihat kemungkinan nya dari

risiko gagal bayar obligasi ini pada saat jatuh tempo. Peringkat tersebut menggambarkan baik

kemungkinan gagal bayar maupun kemungkinan dari kerugian finansial yang akan diderita apabila

terjadi gagal bayar. Sedangkan peringkat AAA adalah peringkat obligasi yang paling baik dengan

resiko paling kecil. Untuk penjelasan lebih jauh dapat dilihat di situs resmi Moody’s

http://www.moodys.com/Pages/amr002002.aspx diakses pada tanggal 27 Januari 2013.

Page 21: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

5

tetap saja krisis ekonomi tersebut tidak kunjung teratasi. Hingga akhir tahun 2011,

krisis utang Eropa masih sangat jauh dari kata usai. Akhirnya krisis ini

menimbulkan krisis sosial dan memakan korban politik di beberapa negara –

negara zona Eropa. Zona Eropa sekarang sedang melalui krisis yang paling serius

di dalam sejarahnya, yang mempertanyakan eksistensinya di masa depan. Semua

kontradiksi nasional mencuat, seperti yang sekarang terlihat dengan hubungan

yang retak antara Yunani, Prancis, Jerman, dan Italia. Uni Eropa sedang

menghadapi hari yang sulit. Seharusnya hal ini tidak terjadi. Klausa-klausa dari

Perjanjian Maastricht melarang utang-utang besar dan defisit anggaran. Tetapi

sekarang Perjanjian Maastricht hanyalah satu memori yang redup. Integrasi

ekonomi yang digadang mampu meningkatkan ekonomi di zona Eropa justru

menenggelamkan negara-negara ke jurang resesi dan krisis utang. Harapan

tentang keuntungan – keuntungan yang disebabkan oleh adanya proses integrasi

kawasan yang seharusnya akan berkontribusi terhadap kepentingan nasional

negara – negara anggota tidak terjadi ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi.

Jika dilihat kembali dari tahapan – tahapan integrasi menurut Bella Ballasa

(1963) Uni Eropa telah melewati berbagai tahapan hingga terciptanya EMU dan

mata uang tunggal. Hal ini menandakan bahwa Eropa berada pada proses integrasi

ekonomi yang terus meningkat, bahkan dengan dikeluarkannya perjanjian

Stability Growth Pact (SGP)2 pada 2003 dan ditanda-tanganinya Fiscal Compact

2 Amy Verdun (2012) memberikan penjelasan mengenai SGP dalam bukunya Ruling

Europe The Politics of the Stability and Growth pact yakni perjanjian yang terdiri dari

peraturan – peraturan dengan tujuaan membentuk sebuah rezim yang menjaga defisit

anggaran tetap berada di tataran rendah (low budgetary deficit).

Page 22: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

6

pada awal 2012 tahapan integrasi ekonomi ini sudah sepenuhnya terjadi (Untuk

tahapan – tahapan integrasi menurut Bella Ballasa dapat dilihat di Bab II).

Namun demikian, integrasi ekonomi yang dianggap sudah melewati berbagai

tahapan – tahapan yang dinyatakan oleh Bella Ballasa dan bahkan pada dekade

sebelumnya menjadi tolak – ukur tentang sebuah model integrasi regional yang

sukses secara mengejutkan menunjukan kekurangannya ketika terkena krisis

ekonomi yang bermula di Yunani dan akhirnya menenggelamkan negara – negara

yang menjadi anggota ke-resesi ekonomi.

Secara umum, nampak terjadi perbedaan pandangan dalam melihat

langkah – langkah yang harus diambil berkaitan dengan penanganan krisis.

Perbedaan pandangan ini terlihat dari kebijakan – kebijakan dua negara kuat yang

menjadi pondasi bagi ekonomi Uni Eropa yakni Prancis dan Jerman. Kanselir

Jerman Angela Merkel memegang teguh pandangannnya bahwa penghematan

(austerity) dan pemotongan anggaran belanja untuk menahan laju inflasi dan

mengurangi defisit anggaran negara – negara anggota Uni Eropa adalah satu –

satunya cara untuk mengatasi krisis.

Sedangkan Presiden Prancis yang baru saja terpilih pada 6 Mei 2012 yakni

Francois Hollande memiliki pandangan yang berbeda tentang program

penghematan (austerity) yang diusung oleh Angela Merkel. Seperti yang di tulis

oleh Carnegy (2012) dalam artikelnya berjudul “Germany must accept growth

pact says Hollande”, Hollande menyatakan bahwa dia adalah sosok yang akan

mengakhiri kebijakan penghematan diseluruh Eropa dan menggantinya dengan

kebijakan – kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Page 23: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

7

(growth). “If we say Germany will pay to cover the debts and deficits, I

understand their reticence. Everybody must make their efforts [on public

finances], but Germany must realise that it is growth that will allow us to solve a

big part of our problems.” (Hollande, 2012)

Mengacu pada dua pandangan yang berbeda mengenai langkah – langkah

yang tepat dalam mengatasi krisis ekonomi di Eropa ini, terlihat bahwa krisis

ekonomi yang terjadi ini telah menimbulkan sebuah benturan kepentingan

nasional. Tarik menarik antara kedaulatan Jerman dan Prancis sebagai unit negara

bangsa mempengaruhi kebijakan – kebijakan yang diambil Uni Eropa sebagai unit

institusi regional menjadi petunjuk adanya krisis politik di Eropa yang terjadi

diakibatkan oleh krisis ekonomi. Krisis di Eropa ini diibaratkan pertarungan yang

rumit antara politik dan ekonomi, dimana kepentingan nasional dan kepentingan

regional saling tarik menarik di dalamnya. Uni Eropa yang sebelumnya selalu di

nilai sebagai suatu kerja sama ekonomi berbasis kawasan yang paling ideal dan

paling sukses di dunia ini mulai tergoyahkan dan bahkan mulai memperlihatkan

kelemahan - kelemahannya.

Uni Eropa mewakili sebagai tingkat integrasi yang ideal hal ini terlihat

dengan adanya penyatuan politik dan ekonomi kawasan. Asumsinya di dalam

integrasi ini negara - bangsa menjadi sebuah entitas yang melebur di dalam

sebuah institusi yang membuat negara bangsa semakin mengalami pergeseran

loyalitas dari negara – bangsa menuju ke sebuah entitas yang lebih tinggi yaitu

institusi regional. Tetapi ketika terjadi krisis di kawasan negara – negara anggota

Page 24: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

8

Uni Eropa malah kembali berkaca terhadap kondisi negara masing – masing dan

membuat penanganan krisis menjadi berlarut – larut. Krisis zona euro yang

sedang terjadi saat ini menentukan keutuhan dan integritas euro sebagai cita-cita

peradaban Eropa. Kalau Jerman melalui penandatanganan Perjanjian Maastricht

yang menjadikannya kekaisaran ekonomi Eropa tidak bertindak akan

menyebabkan krisis ini semakin parah dan meruntuhkan optimisme mereka yang

percaya bahwa regionalisme adalah sebuah strategi yang akan membantu

globalisasi menuju tahapan yang lebih tinggi dan terintegrasi.

1.2 Rumusan Permasalahan

Atas dasar uraian sebelumnya, maka permasalahan yang menjadi fokus tesis ini

ialah; “Mengapa krisis ekonomi negara-negara di Uni Eropa tidak dapat

diselesaikan ditengah kondisi integrasi ekonominya yang terus meningkat? ”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian untuk:

a. Menjelaskan perbedaan-perbedaan kebijakan yang muncul dalam

hubungan antar negara di Eropa untuk menyelesaikan krisis finansial sejak 2008

hingga saat ini didalam lingkup integrasi Uni Eropa.

Page 25: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

9

b. Menggambarkan proses tawar menawar yang terjadi dalam negosiasi antar

negara-negara di Uni Eropa terutama negara-negara utama seperti: Jerman,

Inggris dan Prancis dalam upaya mereka menyelesaikan krisis finansial.

c. Menggambarkan proses dinamika kedaulatan negara-negara di Eropa

dalam integrasi Uni Eropa di tengah krisis finansial yang sedang mereka hadapi.

1.4 Tinjauan Pustaka

Secara umum terdapat sejumlah pandangan yang telah berusaha

menangkap signifikansi fenomena yang terjadi di Eropa dan memberikan sebuah

pendekatan serta kritik yang dapat menjelaskan kekurangan dari integrasi

ekonomi Eropa sehingga krisis belum dapat diselesaikan.

Pandangan pertama bertumpu pada pendekatan yang melihat bahwa krisis

finansial yang belum terselesaikan hingga saat ini disebabkan oleh keterlambatan

penanganannya. Mathew Lynn (2011) dalam buku “BUST Greece, the Euro, and

the Sovereign Debt Crisis” menuliskan bahwa belum terselesaikannya krisis di

zona Eropa adalah dikarenakan terlambatnya para petinggi – petinggi di zona

Eropa dalam menyadari kondisi keuangan Yunani yang sudah tidak mampu

membayar jatuh tempo utangnya, serta keengganan negara – negara dengan

perekonomian kuat seperti Jerman untuk menolong Yunani pada awal krisis utang

ini terjadi. Ketika krisis meletus pada tahun 2008, kondisi Yunani sudah demikian

parah sehingga menyebabkan kepanikan terhadap pasar. Hal ini sebagaimana

ditulis Lynn (2011):

Page 26: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

10

“The Euro-zone’s leaders had ignored the crisis brewing in Greece

for year after year. When it broke into the open, they tried to pretend

it wasn’t their problem, then blamed everyone else, and once it

threatened to overwhelm them, allowed themselves to be rushed into

a solution, while it may fixed the immidiate crisis, was only storing

up even worse problems a little further down the road”.

Pendapat ini sejalan dengan pendapat Dimitrios Droutsas dalam wawancaranya

dengan Marwan Bishara (Aljazeraa, Juni 2012). Bahwa keengganan negara –

negara Uni Eropa untuk menolong Yunani dari krisis ekonomi berperan besar

dalam memperparah krisis ekonomi yang terjadi. Terlalu lama proses

pengambilan keputusan dari Uni Eropa3 semakin membuat Yunani terpuruk, dan

ketika akhirnya negara – negara Uni Eropa tersadar dan berusaha membantu

krisis ekonomi sudah terlalu parah.

“Marwan, let me also clarify one thing, when you are facing

bankruptcy as a country, when you are facing those huge problems

that you have created yourself, but you are facing bankruptcy and

nobody is really willing to help you, it is like you have a knife on

your throat….Because, we are waiting too long to take decisions.

Proposals, proposals were put, the first reaction, no, then the crisis

is developing further, we reconsider and then we do things that we

could have done too long time ago”.

Kelalaian ini menandakan dua hal. Pertama, bahwa peraturan berlandaskan

perjanjian Stability and Growth pada 2003 telah gagal mengawasi prilaku negara

– negara anggota Uni Eropa dan menerapkan sanksi. Menghasilkan tingginya

utang Yunani dan Italia pada awal krisis ini terjadi. Kedua, tidak adanya

solidaritas negara – negara anggota Uni Eropa diawal krisis ini terjadi. Sehingga

Uni Eropa dianggap tidak mempunyai legitimasi yang mumpuni untuk mengawasi

3 Di dalam mekanisme penanganan krisis ekonomi yang terjadi, Uni Eropa harus

melibatkan negara – negara anggota Uni Eropa karena dana talangan yang digunakan

untuk menyelamatkan negara yang terkena krisis ekonomi berasal dari negara – negara

anggota terutama dua negara utama yakni Jerman dan Prancis.

Page 27: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

11

negara – negara anggotanya. Hal ini diperparah dengan pada waktu krisis terjadi

tidak adanya mekanisme dalam penanganan krisis ekonomi yang terjadi untuk

menyelamatkan negara – negara di zona Eropa, sehingga krisis ini menyerang

Eropa secara tiba – tiba tanpa ada petunjuk bagaimana mengatasinya (Zsolt

Darvas, 2012).

Pandangan kedua tentang penyebab terus memburuknya perekonomian

negara-negara Eropa diberikan oleh Paul Krugmann (2011) yakni hilangnya

kemampuan negara untuk menentukan kebijakan ekonomi yang tepat dalam masa

krisis sehingga negara-negara seperti Yunani terjerembak dalam krisis ekonomi.

Negara-negara yang bergabung dalam zona Eropa kehilangan kendali untuk

menghadapi keadaan di luar perkiraan mereka. Semestinya sebuah negara mampu

melakukan pencegahan sebelum krisis ekonomi muncul. Hal inilah yang kurang

dari sebuah integrasi di zona Eropa (Krugmann, 2011).

Argumen Krugmann ini didasari oleh kenyataan bahwa jika dilihat secara

kesatuan ekonomi, kondisi tingkat utang di zona Eropa baik dari sektor swasta

dan publik masih jauh lebih rendah dari tingkat utang di Amerika Serikat. Hal ini

menunjukan bahwa seharusnya masih tersisa ruang lebih banyak untuk melakukan

manuver – manuver kebijakan finansial. Namun Eropa bukan lah sebuah kesatuan

ekonomi sepenuhnya, Eropa merupakan kumpulan dari negara – negara yang

mempunyai anggaran (karena pada waktu itu belum adanya integrasi fiskal) dan

pasar tenaga kerja (karena rendahnya tingkat mobilitas pekerja) masing - masing.

Hal itulah yang menyebabkan krisis yang terjadi. Seperti yang dikatakan

Krugmann dalam wawancaranya dengan Europepress “I think that the euro was a

Page 28: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

12

romantic idea, and a fine symbol of political unity. But when you give up your

national currency, you lose a lot of flexibility, and it is not easy to compensate for

the loss of room for manoeuvre” (Krugmann, 2012). Dengan indikator – indikator

ekonomi Krugmann menunjukan bahwa kekurangan dari integrasi Eropa adalah

tidak adanya integrasi fiskal dan hilangnya keluwesan negara dalam kebijakan

ekonomi dikarenakan adanya sistem mata uang tunggal.

Pendapat mengenai kurangnya kompetensi fiskal di zona Eropa sehingga

menyebabkan krisis yang terjadi sulit diselesaikan selaras dengan pendapat De

Grauwe (2009) bahwa keengganan negara – negara anggota menyerahkan

kompetensi nasional dalam hal kebijakan fiskal mengimplikasikan bahwa zona

Eropa dikonstruksi diatas sebuah kesatuan moneter namun keputusan – keputusan

ekonomi dan fiskal masi berada ditataran nasional seperti yang ditulis dalam

bukunya “Economics of Monetary Union” bahwa “The Euro Area is thus

different from other unions, which have a fiscal federal structure, in that fiscal

competence remain largely at national level” (De Grauwe, 2009). Pernyataan De

Grauwe (2009) ini dikutip dari tulisan Moira Catania (2011) berjudul “Preventing

another Euro Area Crisis: EU Economic Governance ‘Six Pack’ – a case of too

little, too late?”. Di dalam tulisan ini, Moira menjelaskan lebih dalam mengenai

kesalahan Uni Eropa dengan tidak menghiraukan kebijakan fiskal kawasan.

Dikarenakan kurangnya keselarasan antara kebijakan ekonomi dan kebijakan

fiskal, perekonomian dikawasan itu cenderung mengalami dua konflik yakni

keinginan untuk menjaga fleksibilitas kebijakan nasional, sedangkan pada saat

Page 29: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

13

yang bersamaan kebutuhan untuk menjaga koordinasi dan kedisiplinan fiskal

kawasan.

“Due to the lack of common economic and fiscal policies, since the

inception of EMU, there have been two conflicting objectives – the

desire to retain flexibility in national policies whilst at the same

time the need to maintain coordination and fiscal discipline given

that, as the current crisis has clearly shown , the economic policies

of one member state can have the negative spillover repercussions

on the others” (Moira, 2011).

Pandangan ketiga, berpendapat bahwa krisis ini sulit untuk diselesaikan

dikarenakan integrasi ekonomi dan politik di Uni Eropa sangat tergantung dari

kerja sama antara Jerman dan Perancis sebagai dua negara kuat di Uni Eropa.

Seperti yang di tulis oleh Glomb (2011) dalam bukunya berjudul "The Franco-

German tandem confront the Euro Crisis”. ”Without an agreement between

France and Germany, nothing happens in Europe. At the same time, this Franco –

German bilateralism invites endless criticism for promoting a “Franco-German

diktat” which is more harmful than beneficial to the European project (Wolfgang

Glomb, 2011). Pendapat ini telah terbukti dengan gagalnya perjanjian konstitusi

Eropa di Roma pada 29 Oktober 2004 dikarenakan Perancis melakukan

referendum berkaitan dalam masalah ini akhirnya konstitusi Eropa pun tidak

terwujud (Tempo, 2005).

Dari elaborasi pustaka yang telah dilakukan diatas dapat dilihat bahwa

permasalahan yang terjadi didalam integrasi ekonomi di Uni Eropa adalah

mekanisme perjanjian yang tidak berjalan semestinya dikarenakan kurangnya

legalitas Uni Eropa sebagai institusi regional, permasalahan fiskal pada integrasi

ekonomi di Uni Eropa yang membuat perbedaan kebijakan di level nasional,

Page 30: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

14

kemudian tidak adanya mekanisme dalam mengatasi krisis ekonomi yang terjadi

dalam integrasi ekonomi. Kebanyakan para akademisi dan praktisi melihat krisis

ini dari sisi ekonomi, sedangkan belum banyak studi mengenai krisis ekonomi

kawasan ini yang melihat dari sudut pandang kedaulatan dan kepentingan nasional

di dalam integrasi regional yang sedang dihadapkan dengan krisis ekonomi. Pada

titik inilah, penelitian ini melihat adanya celah yang dapat dijadikan pintu masuk

dalam melihat fenomena krisis Eropa ditengah integrasinya yang mapan. Yakni,

Krisis ekonomi di zona Eropa sulit untuk diselesaikan karena pada dasarnya Uni

Eropa merupakan sebuah integrasi regional yang berangkat dari integrasi

ekonomi. Integrasi ekonomi hanya bisa terjadi jika didasarkan pada kondisi –

kondisi saling menguntungkan. Sedangkan krisis ekonomi negara-negara di Uni

Eropa tidak dapat diselesaikan ditengah kondisi integrasi ekonominya yang terus

meningkat justru disebabkan oleh benturan kepentingan nasional diantara negara-

negara utama di Uni Eropa seperti Jerman, Prancis dan Inggris yang mendorong

pandangan berbasis sovereignty yang dipicu oleh menguatnya sentimen nasional

dan meluasnya krisis ekonomi menjadi krisis politik sehingga makin sulit

menyatukan posisi dalam menghadapi krisis secara regional.

1.5 Kerangka Pemikiran

Perkembangan integrasi Uni Eropa melihat pada sejarahnya telah

mengalami perkembangan dan stagnasinya. Pada kenyataannya perjalanan dari

integrasi ini telah menjadi sebuah diskursus yang menjadi ketertarikan berbagai

Page 31: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

15

ahli baik dari akademisi maupun praktisi. (Sebagai contoh Corbey, 1993, 1995;

Haas, 1976; Hoffman, 1996; Milward, 1992; Moravscik, 1991, 1998; Taylor,

1983). Para Intergorvernmentalist lebih fokus pada peran pemerintah nasional

negara - negara anggota dalam melindungi kepentingan nasionalnya masing –

masing. Mereka kebanyakan mempertahankan posisi mereka bahwa pemerintah

nasional tidak kehilangan power dalam proses integrasi ini. Pemerintah nasional

berpartisipasi dalam proses integrasi Eropa hanya untuk menjaga kepentingan

nasional mereka masing – masing. Menurut beberapa yang mendukung aliran ini

bahkan ada beberapa negara anggota yang bertindak lebih jauh dengan

menggunakan proses integrasi untuk memperkuat pengaruhnya (power) vis-à-vis

dengan aktor – aktor politik domestik – proses ini dianggap akan saling

mempengaruhi dan melibatkan interaksi antara domestik – internasional ((Dyson,

1994; Moravcsik, 1993a; Putnam, 1988; Wolf and Zangl, 1996).

Penelitian ini lebih condong kepada tujuannya untuk menggambarkan

ditengah tahapan integrasi ekonomi di Uni Eropa yang dianggap mapan ketika

terkena krisis ekonomi yang dimulai dari Yunani, Uni Eropa mengalami kesulitan

dalam menyelesaikan krisis yang terjadi. Para petinggi Uni Eropa dalam berbagai

berita di media menyatakan akan pentingnya Eropa bersatu dan perlunya integrasi

yang lebih dalam untuk mengatasi krisis yang terjadi. Namun, berbagai benturan

kepentingan baik nasional antar negara – negara anggota Uni Eropa maupun

dengan regional Uni Eropa sendiri menjadi sebuah permasalahan dalam

terwujudnya integrasi yang lebih lanjut dalam upaya untuk menyelesaikan krisis

ekonomi kawasan.

Page 32: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

16

Perkembangan yang terjadi di kawasan Eropa ketika terjadi krisis ekonomi

seperti semakin menegaskan pendapat kaum intergorvermentalist bahwa

sesungguhnya arah kebijakan Uni Eropa merupakan hasil dari proses negosiasi

intergovernmental yang dilakukan oleh negara – negara anggotanya. Integrasi

negara – negara Eropa merupakan fenomena perluasan realisme politik beyond the

borders of sovereign nation state (Eising & Kohler Koch, hal. 18). Uni Eropa juga

unik karena sistem ini tidak akan menisbatkan dan menggantikan peran nation –

state. (Eising & Kohler Koch, hal. 18).

Pemikiran Robert Keohane pada tahun 1980-an mengkulminasi apa yang

dia sebut sebagai ‘institusionalisme neo-liberal’. Asumsi dari Keohane adalah

‘State action depends to a considerable degree on prevailing institutional

arrangement’ (Keohane, 1989: 2). Pada tahun 1990 dan 1991 Keohane dan

Hoffmann kembali berkontribusi terhadap perdebatan mengenai integrasi Eropa

dengan memaksakan argumen mereka bahwa perubahan institusi di dalam

European Community hanya dapat dipahami jika menerima ‘Competing

Hypotheses’. Mereka menerima mekanisme spill over, namun menyatakan bahwa

mekanisme ini akan mengarah pada integrasi yang sukses hanya jika dibawah

beberapa kondisi salah satunya adalah jika ada kemungkinan untuk menyatukan

kepentingan – kepentingan nasional (terutama Jerman, Perancis dan Inggris).

Walaupun pendapat mereka tidak memberikan penjelasan mengenai apa

yang mereka maksud dengan spill over. Berkaitan dengan integrasi moneter

mereka menyatakan: ‘Nothing in the functional logic of spill over requires a

European Central Bank or single currency.’ (Keohane dan Hoffmann, 1991: 26)

Page 33: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

17

Alasan mereka berangkat dari asumsi bahwa tarik menarik antar kepentingan

pemerintah negara – negara anggota akan mencegah spill over:

“Ultimately, there is a radical change of policy in London, its

partners will have to choose between a compromise or a break with

Britain. Compromise would probably mean a European

Currency…and no European Central Bank. To create a system with

a central bank would require not only overruling British objections

but stifling the reservations of other influential parties, including the

Bundesbank itself.”

(Keohane dan Hoffmann,1991: 26)

Pendapat diatas dapat menjadi dasar untuk melihat apa yang terjadi di zona Eropa

sekarang merupakan kuatnya eksistensi negara didalam integrasi ekonomi.

Pertama, adanya krisis ekonomi kawasan membuat negara – negara anggota Uni

Eropa merasa terancam sehingga kembali ke kepentingan mereka masing -

masing. Dan kedua adalah sentimen nasional berkaitan dengan kebijakan –

kebijakan Uni Eropa yang pada kenyataannya malah membawa zona Eropa

kedalam resesi ekonomi. Kedua elemen itu menjadi pintu masuk dalam melihat

apa yang terjadi di Uni Eropa saat ini.

Ditengah integrasi yang semakin mapan dengan dicetuskannya Maastrict

Treaty dan adanya mata uang tunggal di Uni Eropa serta dibentuknya European

Central Bank (ECB), ketika terjadi krisis ekonomi yang dimulai dari Yunani. Uni

Eropa tidak siap dalam menghadapi krisis yang terjadi, segala upaya yang

dilakukan oleh Uni Eropa dalam menyelamatkan negara – negara anggota yang

terancam gagal membayar jatuh tempo surat utang seperti tidak kunjung

menunjukan hasil yang menggembirakan. Hal ini dikarenakan terbenturnya proses

Page 34: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

18

– proses pengambilan kebijakan dan keputusan dikarenakan proses ini tetap

merupakan hasil dari tawar – menawar antar negara anggota Uni Eropa yang

sedang mengalami krisis. Sehingga benturan antar kepentingan negara – negara

besar membuat Uni Eropa gagal merumuskan sebuah resolusi krisis yang dapat

meyakinkan pasar.

Hoffmann (1966) telah menekankan bahwa negara – bangsa akan tetap

menjadi unit logika yang paling kuat dalam sistem internasional dikarenakan oleh

tiga alasan, dia memberikan label tiga alasan ini yakni ‘national consciousness’,

‘national situation’ dan ‘nationalism’. Label yang terakhir mengacu pada doktrin

nasional atau ideologi (Hoffmann, 1966: 867 – 8). Dia mengkritik neo-

fungsionalisme dan menekankan bahwa integrasi akan mengalami hambatan

ketika itu terjadi di high politics. Pada tahun 1980an pendapat ini telah mendapat

dukungan dari Euroscelorosis dan Europessimism4. Para intergorvermentalist

menekankan pendapatnya bahwa percaya akan hilangnya negara – bangsa

dikarenakan bergabung dengan European Community yang sekarang menjadi Uni

Eropa yang semakin besar adalah sebuah ilusi (Hoffmann, 1982; Taylor, 1983).

4 Euroscelorisis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi dimana

tingkat pengangguran tinggi dan rendahnya tingkat mobilitas tenaga kerja di Eropa.

Sedangkan Europessimism Taggart (1998) memberikan definisi yang jelas mengenai

istilah ini yaitu “Euro-skepticism/Euro-pessimism expresses the idea of contingent or

qualified opposition, as well as incorporating outright and unqualified opposition to the

process of European integration" (Taggart, 1998, 366). Lebih lanjut dia memberikan

penjelasan alasan mereka yang pesimis terhadap integrasi eropa yaitu: anti – integrasi

dikarenakan tidak sependapat dengan ide tentang Uni Eropa “"those that are not in

principle opposed to European integration but are skeptical that the EU is the best form

of integration because it is too inclusive" serta mereka yang secara general tidak

berlawanan dengan ide tentang Uni Eropa namun “but are skeptical that the EU is the

best form of integration because it is too exclusive" (Taggart, 1998, 365-366). Posisi ini

digawangi oleh orang – orang yang secara general melawan Uni Eropa sebagai sebuah

bentuk pemerintahan.

Page 35: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

19

Berkaitan dengan tujuan integrasi Eropa dengan ditanda-tanganinya Single

European Act dan Maastricht Treaty, Andrew Moravscik memberikan

kontribusinya dengan mengeluarkan pendekatan ‘a liberal intergovernmentalist

approach’ yang berangkat dari pemikiran yang telah dibahas diatas (Moravcsik,

1998). Dalam pendekatan ini pemerintahan nasional merupakan aktor yang paling

kuat dan dianggap sebagai negosiator yang paling layak untuk mengamankan

kepentingan nasional. Oleh karena itu integrasi di Eropa dianggap sebagai sebuah

proses tawar-menawar antar negara yang menjadi bagian didalamnya. Negara

dianggap sebagai aktor yang rasional5. Pilihan – pilihan yang diambil oleh negara

ditentukan oleh evaluasi dan analisa dari keuntungan dan kerugian yang

diakibatkan dari interdependensi ekonomi (Moravcsik, 1993b: 480; Verdun, 2000:

30). Dengan begitu hasil dari proses tawar – menawar ini ditentukan oleh

relativitas kekuatan negara – bangsa yang terlibat dalam proses ini. Walaupun

hasil dari integrasi Eropa ditentukan oleh peran pemerintah - pemerintah nasional,

kemungkinan akan pengaruh kekuatan domestik termasuk kekuatan masyarakat

memainkan peran yang signifikan yang tidak dapat dilupakan begitu saja

(Moravcsik, 1993b: 487–95).

Pendekatan Intergorvermentalist memberikan sebuah sudut pandang yang

bagus bagaimana mekanisme tawar – menawar yang terjadi dalam pertemuan -

pertemuan di tataran Uni Eropa dalam upaya untuk mengatasi krisis ekonomi

5 Asumsi ini berangkat dari pendapat bahwa pilihan – pilihan yang diambil oleh negara

yang menjadi bagian dari integrasi merupakan sebuah konsekuensi dari tekanan domestik

negara tersebut. Moravscik mendasari asumsinya bahwa negara adalah aktor yang

rasional dengan menghubungkan dua teori hubungan internasional dalam kerangka

pemikirannya yakni: a theory of national preference formation dan a theory of interstate

strategic interactions (Moravcsik, 1993b: 482; mengenai EMS lihat Moravcsik, 1998a

and 1998b).

Page 36: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

20

yang melanda kawasan cenderung mempunyai ketergantungan terhadap perilaku

ataupun kondisi negara – negara besar yang menjadi anggota Uni Eropa (Jerman,

Perancis, Inggris). Negara – negara kecil lainnya seperti negara yang berada di

Selatan merasa sangat tertekan dengan kecenderungan seperti ini. Serta, betapa

hasil pemilihan umum nasional negara – negara kunci dalam Uni Eropa

mempunyai pengaruh yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari kekhawatiran

akan kerja sama antara Jerman dan Perancis setelah Franc Hollande terpilih

menjadi presiden Prancis tahun lalu.

Mencermati penyelesaian krisis di Uni Eropa, setidaknya terdapat dua

macam aktor yang terlibat, yaitu aktor negara anggota Uni Eropa, serta Uni Eropa

itu sendiri yang dikategorikan menjadi aktor non-negara atau dalam kasus ini

tergolong sebagai aktor regional institution. Aktor negara akan dilihat melalui

kaca mata kedaulatan (sovereignty). Terminologi negara biasanya juga dikaitkan

dengan terminology negara – bangsa, di mana dalam hal ini Couloumbis dan

Wolfe (1986) mendefinisikannya sebagai:

“ bangsa merupakan konsep yang merujuk kepada identitas etnik dan

kultur yang sama, dimiliki oleh orang-orang tertentu. Sedangkan

negara merupakan unit politik yang didefinisikan menurut teritorial,

populasi dan otonomi pemerintah, yang secara efektif mengontrol

wilayah dan penghuninya tanpa menghiraukan homogenitas etnis. ”

Aktor lainnya adalah Uni – Eropa yang akan dilihat melalui teori

intergorvermentalist sebagai bagian aliran pemikiran integrasi. Dalam kasus ini

Uni – Eropa dikategorikan sebagai aktor yang mencoba menyatukan negara

bangsa di dalam sebuah kerangka atau sistem dimana kedaulatan – kedaulatan

saling berinteraksi dan tarik menarik. Bila disejajarkan dengan kategorisasi

Page 37: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

21

organisasi internasional, maka Uni Eropa ini dapat dikatakan sebagai satu

organisasi internasional yang bersifat kompleks.6 Hal ini disebabkan dari sifat –

sifat yang melekat didalamnya. Seperti yang dinyatakan oleh Eugene R et al (

1997) Tidak seperti organisasi internasional pada umumnya, Uni Eropa memiliki

sifat supranasional yang lebih nyata, di mana didalam UE dapat terbentuk suatu

keputusan atau aturan – aturan praktis yang mengikat seluruh anggotanya tanpa

harus diratifikasi terlebih dahulu oleh seluruh pemerintah negara – negara

anggota.

Disamping itu Uni Eropa juga menjalankan fungsi – fungsi yang biasanya

terdapat dalam pemerintahan nasional. Uni Eropa sebagai satu institusi memiliki

lembaga – lembaga yang mempunyai fungsi – fungsi yang layaknya terdapat

dalam suatu pemerintahan nasional. Fungsi eksekutif UE dijalankan oleh

Commision dan European Council of Ministers, fungsi legislatif dijalankan oleh

European Parliament, fungsi yudikatif dijalankan oleh European Court of Justice.

Dengan kata lain institusi UE ini sudah seperti satu pemerintahan dalam satu

negara, dan sudah menjadi satu entitas supranasional. Struktur lembaga tersebut

memungkinkan terciptanya kerjasama internasional diantara sesama negara

anggota UE.

Pada prinsipnya adalah lebih mudah untuk menggambarkan asumsi –

asumsi dan mekanisme pembuatan kebijakan dalam negeri suatu negara – bangsa

6 Maksudnya bersifat kompleks di sini adalah suatu organisasi internasional yang

mempunyai sifat baik sebagai organisasi internasional antarpemerintah maupun

organisasi internasional non pemerintah. Sehingga hal ini menjadi salah satu

alasan mengapa Uni Eropa tidak dikategorikansebagai organisasi internasional semata,

karena yang dapat berperan dalam UE ini tidak hanya dari pihak pemerintah negara-

negara anggota.

Page 38: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

22

yang berdaulat. Pembuatan kebijakan dalam institusi seperti negara federal

ataupun organisasi regional semacam Uni – Eropa pencapaian kebijakan dalam

negeri dan keamanan bersama oleh negara tunggal yang harus membagi aspek

kedaulatan domestiknya untuk menyatukan kompetensi dalam menyikapi

lingkungan eksternalnya adalah lebih kompleks (Hill, 1996).

Bahasan Hurrell (2005) dalam bukunya berjudul “The Regional Dimension

in International Relations Theory” sebenarnya sangat konstruktif dan analitis.

Dalam perspektif Hurrell regionalisme terbentuk sebagai respon terhadap

tantangan dari luar dan merupakan wadah paling tepat serta paling mungkin untuk

menerima perubahan dan mengintensifkan resistensi dari tekanan kompetisi

kapitalisme global, namun bagaimana dengan tantangan dari dalam (intra-

regional). Secara pribadi penulis sepakat dengan segala kebaikan dan manfaat

pembentukan regionalisme yang disampaikan oleh Hurrell. Akan tetapi, bukan

tidak mungkin jika kemudian dalam organisasi regional tersebut masalah

kedaulatan belum tuntas dikarenakan pada dasarnya unit terkecil dari organisasi

regional tersebut tetap negara – bangsa yang secara sukarela bergabung dalam Uni

Eropa dan menyerahkan sebagian kedaulatannya kepada otoritas yang bersifat

supranasional.

Konsep kedaulatan muncul pada waktu perjanjian Westphalia dicetuskan

tahun 1648 untuk mengakhiri perang 30 tahun di Eropa. Perjanjian ini muncul

akibat adanya kekuasaaan tunggal di Roma yang membatasi negara – negara

mengendalikan otoritasnya. Perlunya hak khusus untuk mengatur rakyatnya tanpa

ada campur tangan orang lain (Bonggas, 2007). Kedaulatan secara definisi adalah

Page 39: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

23

kemampuan atau hak sebuah negara untuk melakukan kontrol terhadap apapun

yang berada diwilayahnya baik secara politik, ekonomi maupun sosial.

Kemampuan tersebut diikuti dengan perlindungan warga negara dari baik

ancaman militer ataupun ekonomi. Dengan kata lain kedaulatan adalah

kemampuan negara untuk melindungi wilayah dan penduduknya dari ancaman

internal maupun ekternal.

Konsep ini menekankan pada kemampuan negara untuk melakukan

kontrol efektif terhadap ancaman baik internal dan ekternal. Ancaman secara

internal dan ekternal adalah variabel dari konsep ini. Peneliti akan membagi

konsep kedaulatan kedalam dua variabel tersebut namun penulis akan lebih

memfokuskan ancaman ekternal karena secara pribadi penulis menganggap bahwa

faktor terbesar dari krisis ekonomi adalah ancaman eksternal.

Abad 20 merupakan abad dimana kedaulatan meluas secara geografis

dengan perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya serta pada waktu

yang bersamaan abad ini merupakan periode dimana kedaulatan itu menjadi

sangat relatif maknanya. Sekarang ini hampir seluruh dunia ini terhampar negara

– negara yang berdaulat, kenyataan ini merupakan suatu langkah yang besar jika

dibandingkan pada awal – awal abad 20 dimana kolonialisasi menjadi sebuah

kenyataan yang diterima dan kedaulatan merupakan sebuah hak istimewa yang

hanya dimiliki oleh Negara – Negara yang menganggap diri mereka civilized.

Gerakan – gerakan de-kolonialisasi yang muncul secara luas diterima sebagai

fakta yang merubah tatanan dunia saat itu. Sekitar 100 negara baru lahir pada

Page 40: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

24

jangka waktu 1945 – 1989, dan 20 negara baru muncul kemudian setelah

runtuhnya Uni Soviet.

Era kontemporer mencatat banyak fenomena di mana kedaulatan negara

bangsa mengalami berbagai tantangan di karenakan perubahan – perubahan yang

terjadi. Hal ini terjadi di seluruh aspek kehidupan bernegara. Di bidang politik,

tidak sedikit negara yang terpaksa tunduk pada kehendak negara lain yang lebih

besar, kuat dan kaya. Pengakuan kedaulatan hanya menjadi ritual diplomasi yang

diwariskan turun-temurun. Di bidang ekonomi, banyak negara yang tidak berdaya

mengekang kehendak perusahaan-perusahaan dalam negerinya saat mereka di

desak untuk mereorientasi kebijakannya ke arah yang lebih berpihak pada pasar,

ketimbang ke arah kesejahteraan sosial. Di bidang sosial-budaya,perpindahan

barang dan manusia dari satu negara ke negara lainnya semakin intens dan tak

terlacak oleh aparat pemerintah.

Integrasi yang terjadi di Uni Eropa juga menjadi salah satu fenomena

dimana konsep kedaulatan mendapat tantangannya. Munculnya institusi regional

yang bersifat supranasional dengan tahapan – tahapan integrasinya dianggap

semakin membuat negara – bangsa kehilangan kedaulatannya dalam menentukan

nasibnya. Benarkah demikian?! Krisis ekonomi Eropa memberikan sebuah contoh

empiris yang telah diramalkan banyak pemikir intergorvermentalist bahwa

ditengah kondisi integrasi yang mapan seperti Uni Eropa, kedaulatan negara tetap

menjadi sebuah konsep yang mempengaruhi penyelesaian krisis Eropa.

Page 41: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

25

Ada hal yang signifikan ketika melihat bagaimana perkembangan

kedaulatan negara – negara anggota Uni Eropa. Kondisi ini tidak mengijinkan

untuk melihat kedaulatan ini akan sama jika tidak ada integrasi yang terjadi di

dalam Uni Eropa. Bukti – bukti bahwa ada hal signifikan yang terjadi berkaitan

dengan kedaulatan di dalam Uni – Eropa ketika terbentuknya European

Community dan European Union adalah penghapusan garda – garda internal,

pembentukan sistem legalitas yang bersifat supranasional, dan munculnya konsep

European Citizenship. (Adrian Tokar, 2001) Hal – hal tersebut adalah kenyataan,

bahkan mereka yang percaya bahwa integrasi tidak mempunyai dampak terhadap

kedaulatan tidak akan menyangkal bukti – bukti nyata tersebut.

Namun hal itu tetap tidak mengubah bahwa pada dasarnya arah kebijakan

Uni Eropa merupakan hasil dari proses negosiasi intergovernmental yang

dilakukan oleh negara – negara anggotanya. Integrasi negara – negara Eropa

merupakan fenomena perluasan realisme politik beyond the borders of sovereign

nation state (Eising & Kohler Koch, hal. 18). Uni Eropa juga unik karena sistem

ini tidak akan menisbatkan dan menggantikan peran nation – state. (Eising &

Kohler Koch, hal. 18). Terjadinya krisis ekonomi yang melanda negara – negara

di Uni Eropa yang berawal dari Yunani ini semakin memperlihatkan bahwa

pendapat intergorvermentalist bahwa integrasi yang terjadi dengan adanya Uni

Eropa semakin memperkuat eksistensi para pemimpin politik dalam

memperebutkan power dengan tujuan mempertahankan kepentingan nasional

negaranya vis-à-vis aktor – aktor politik domestik mereka masing – masing.

(Dyson, 1994; Moravscik, 1993; Putnam, 1998; Wolf and Zangl, 1996).

Page 42: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

26

Krisis Eropa menjadi pemicu menguatnya eksistensi negara di tataran

regional dikarenakan adanya ancaman dari krisis ekonomi yang terjadi (eksternal)

dan juga tekanan dari dalam negeri dikarenakan resesi ekonomi yang

mengakibatkan tingginya tingkat pengangguran di sebagian besar negara – negara

anggota Uni Eropa (internal). Krisis ini juga memunculkan benturan – benturan

kepentingan nasional dikarenakan kondisi dalam negeri negara – negara anggota

Uni Eropa. Pendekatan Intergorvermentalist menyatakan bahwa Institusi EC

ataupun EU (Uni Eropa) telah memperkuat kekuatan pemerintah dalam dua jalan

(Milward, 1992; Moravcsik, 1994). Pertama, dengan meminjam pemahaman

fungsional dari teori rezim (Keohane, 1983, 1984) dan Teori Rezim (Rittberger,

1993).

Argumen mereka adalah tawar – menawar antar negara anggota akan

difasilitasi dengan meningkatnya efisiensi dimana hak ini merupakan hasil dari

adanya sebuah forum negosiasi bersama. Kedua, intergorvementalist memberikan

penekanan bahwa para pemimpin – pemimpin politik nasional telah memperkuat

posisinya vis-à-vis grup –grup sosial domestik. Seperti yang di katakan oleh

Moravscik (1993) yaitu ‘By augmenting the legitimacy and credibility of common

policies, and by strengthening domestic agenda-setting power, the EC structures a

“two-level game” place that enhances the autonomy and initiative of national

political leaders – often… a prerequisite for successful market liberalization’

(Moravcsik, 1993b: 507; berkaitan dengan two-level games lihat Putnam, 1988).

Page 43: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

27

Gambar 1.3

Alur pemikiran penelitian

Secara alur pemikiran dari penelitian ini dapat di lihat pada gambar 1.1 dimana

resesi ekonomi yang terjadi di dalam integrasi ekonomi Uni Eropa harus di

tangani secara kerangka regional. Kemudian muncullah berbagai mekanisme dan

Integrasi di

Zona Eropa

Mekanisme Otoritas

diatas negara

(Supranasionalisme)

Resesi

Ekonomi di

Zona Eropa

Tingkat

Analisa Regional

Negara

Tingkat

Analisa

Pendekatan

Intergormentalist

Negara

memperkuat

eksistensinya

ditataran regional

demi kepentingan

nasional

Page 44: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

28

langkah – langkah dalam upaya menyelesaikan krisis yang terjadi, namun secara

analisa tingkat negara mekanisme regional ini memfasilitasi tawar-menawar antar

negara – negara anggota dalam mempengaruhi kebijakan – kebijakan yang di

ambil oleh Uni Eropa sebagai suatu institusi regional. Akhirnya terjadi sebuah

benturan kepentingan nasional yang membuat sulitnya mencapai sebuah kesatuan

posisi dalam melihat krisis yang terjadi.

Kompleksitas pola hubungan yang memberi penekanan pada keterlibatan negara

dalam dinamika institusi regional yang dianggap sangat mapan seperti yang

terlihat didalam Uni Eropa ternyata masih melibatkan aktor negara dalam

prosesnya. Negara dianggap sebagai pelindung wilayah, masyarakat, serta nilai –

nilai dan cara hidupnya yang dianggap berharga dan berbeda dari negara lain.

Kenyataannya bahwa semua negara harus berusaha untuk mencapai kepentingan

nasionalnya berarti bahwa semua negara harus berusaha mencapai kepentingan

nasionalnya. Dengan demikian negara dan pemerintahan lain tidak akan pernah

dapat bergantung pada negara lain. Seluruh perjanjian internasional hanya bersifat

sementara sejauh negara yang bersangkutan masih ingin untuk mematuhinya. Hal

tersebut membuat perjanjian, konvensi, peraturan, hukum antar negara dapat

dikesampingkan dikala terjadi konflik kepentingan di antara negara – negara.

Page 45: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

29

1.6. Pernyataan Tesis (Thesis Statement)

Krisis ekonomi di negara-negara Uni Eropa tak kunjung terselesaikan ditengah

kondisi integrasi ekonomi Uni Eropa yang terus meningkat disebabkan oleh

benturan kepentingan nasional diantara negara-negara anggota utama seperti

Jerman, Prancis dan Inggris. Benturan ini mendorong penguatan pandangan

berbasis sovereignty yang dipicu oleh meningkatnya sentimen nasional serta

meluasnya krisis ekonomi menjadi krisis politik di sejumlah negara anggota Uni

Eropa.

1.7 Metodologi penelitian

1.7.1 Konseptualisasi

1.7.1.1 Integrasi Ekonomi Regional

Konsep ini lebih menekan pada integrasi Ekonomi dimana dalam integrasi

ekonomi itu sendiri ada beberapa tahap hingga tahapan ekonomi itu benar-benar

sempurna. Salah satu teori yang menjadi dasar integrasi ekonomi dan moneter

regional adalah teori – teori Optimum Currency Area (OCA) yang digagas oleh

Mundell pada tahun 1961 (Mundell, 1961). Didukung oleh Bella Ballasa (1961),

Krugmann dan Obstfeld (2000), serta Forbes dan Chinn (2003). Penulis

mengunakan konsep Bella Balassa untuk membantu menjelaskan tingkatan

integrasi yang ada di zona Eropa pada saat ini. Dimana ketika terjadinya krisis

Uni Eropa sudah berada di tahap Economic Union dengan adanya penyatuan

Page 46: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

30

moneter dan mata uang tunggal. Namun di dalam melihat krisis ekonomi yang

terjadi di Uni Eropa penelitian ini menggunakan sudut pandang

intergorvermentalist dalam melihat pengaruh integrasi ekonomi kepada negara –

negara anggotanya dalam menghadapi krisis yang terjadi.

1.7.1.2 Kedaulatan (Sovereignty)

Konsep ini menekan pada kemampuan negara untuk melakukan kontrol

efektif terhadap ancaman baik secara internal maupun secara eksternal. Ancaman

secara internal dan eksternal adalah variabel dari konsep ini. Peneliti akan

membagi konsep kedaulatan kedalam dua variabel tersebut namun penulis akan

lebih memfokuskan ancaman dari eksternal karena penulis menganggap faktor

terbesar dari resesi adalah dari ancaman eksternal.

Gambar 1.2

KONSEP KEDAULATAN

Variabel Internal Variabel eksternal

Ancaman dari Dalam

Negeri

Ancaman dari sistem

Internasional/regional

(Krisis ekonomi)

Page 47: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

31

1.7.1.3 Konsep Kepentingan Nasional (National Interest)

Kepentingan nasional merupakan salah satu konsep yang paling dikenal

luas oleh kalangan penstudi Ilmu Hubungan Internasional. Hal ini dikarenakan,

konsep ini menjadi tujuan mendasar serta faktor paling menentukan yang

memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik luar negeri sebuah

negara. Selain itu konsep ini juga sering dipakai sebagai pengukur keberhasilan

suatu politik luar negeri atau evaluasi.

Dalam hubungan internasional, dimensi kepentingan nasional dibagi menjadi

beberapa bagian. Bagian pertama, kepentingan ekonomi, kedua, kepentingan

pertahanan/militer dan keamanan, ketiga, kepentingan internasional dan terakhir,

kepentingan ideologi (Papp, 1988). Keempat dimensi ini merupakan aspek-aspek

utama yang memengaruhi dan memotivasi sebuah negara dalam mengusahakan

kepentingan nasional negara masing-masing dalam hubungan internasional. Maka

dalam penelitian ini konsep kepentingan nasional dilihat dalam pemahaman di

dalam krisis ekonomi yang mengancam Uni Eropa membuat negara – negara

anggota berjuang demi kepentingan ekonomi masing – masing.

Page 48: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

32

1.7.2 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah Tekhnik

penelitian kualitatif dengan jenis penelitian eksplanatif7 yaitu berupaya

menggambarkan bagaimana regionalisme telah memunculkan integrasi regional.

Dengan adanya fenomena krisis ekonomi di Zona Eropa dengan menggunakan

teori intergorvementalist penelitian ini ingin menunjukan bahwa dinamika

kepentingan negara – negara anggota Uni Eropa menjadi hambatan di dalam

sebuah integrasi regional yang mapan untuk mengatasi krisis ekonomi kawasan.

1.7.3 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan data

sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan berupa dokumen – dokumen

yang diterbitkan oleh European Union di dalam websitenya dan buku – buku

referensi hubungan internasional serta tulisan dan artikel dari berbagai jurnal

ilmiah, majalah, Koran dan hasil penelitian sebelumnya dan akses internet.

1.7.4 Teknik pengumpulan data

Data dikumpulkan melalui studi kepustakaan yaitu mengumpulkan

berbagai dokumen dan literatur yang terkait dengan tema penelitian dari berbagai

perpustakaan. Serta mengambil data dari Internet.

7 Jenis penelitian eksplanatif adalah penelitian yang didesain untuk melihat hubungan

antara dua atau lebih variabel. Mas’oed, Mohtar. 1994. Ilmu hubungan Internasional:

Disiplin dan Metodologi, Jakarta, LP3ES.

Page 49: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

33

1.7.5 Sistematika Penulisan

Bab pertama garis besar sistematikan penulisan penelitian seperti latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka,

kerangka pemikiran yang terdiri dari konsep dan teori, serta metodologi

penelitian.

Bab kedua berisi tentang pemahaman proses integrasi Uni Eropa sudah

dimulai sejak perang dingin berakhir, dan terus berlanjut hingga saat ini.

Perkembangan Uni Eropa (UE) yang menunjukan proses integrasi yang terus

berjalan tersebut mendapatkan tantangan krisis ekonomi yang melanda hampir

seluruh negara – negara Uni Eropa. Jika mengamati krisis ekonomi yang terjadi

ada dua hal yang dapat di temukan dalam perjalanan krisis ini yaitu: Pertama,

sebagai suatu integrasi regional yang telah melewati berbagai tahapan integrasi

ekonomi hingga munculnya Uni Eropa dan Euro sebagai mata uang tunggal.

Krisis ekonomi yang menimpa negara – negara anggota Uni Eropa ini harus di

tangani dalam kerangka regional. Kedua, mekanisme ini memunculkan kebijakan,

keputusan dan perjanjian dalam upaya menangani krisis ekonomi yang terjadi.

Bab tiga berisi tentang meluasnya krisis ekonomi menjadi krisis politik

yang akhirnya menjatuhkan beberapa kepala negara anggota Uni Eropa dan juga

membahas tentang benturan kepentingan nasional negara – negara utama di Uni

Eropa.

Page 50: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

34

Bab empat berisi tentang tidak kunjung usainya krisis yang terjadi di Uni

Eropa akhirnya mengakibatkan rakyat Uni Eropa mengalami degradasi

kepercayaan terhadap Uni Eropa sehingga semakin memperkuat sentimen

nasional di antara negara – negara anggota.

Bab lima berisi tentang tentang kesimpulan dari seluruh bab mulai bab

pertama sampai bab ke lima. Serta saran untuk penelitian mengenai krisis

ekonomi Uni Eropa dari sudut pandang yang berbeda.

Page 51: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

35

BAB II

REAKSI UNI EROPA TERHADAP KRISIS

Proses Integrasi Uni Eropa sudah dimulai sejak perang dingin berakhir,

dan terus berlanjut hingga saat ini. Perkembangan Uni Eropa (UE) menunjukan

proses integrasi yang terus berjalan tersebut. Melalui integrasinya, UE sudah

menjadi salah satu aktor penting dalam hubungan internasional. Namun di tengah

cerita sukses Uni Eropa dalam menyatukan kawasan Eropa di dalam satu institusi

regional, Uni Eropa mendapatkan tantangan krisis ekonomi yang melanda hampir

seluruh negara – negara Uni Eropa.

Jika mengamati krisis ekonomi yang terjadi ada dua hal yang dapat di

temukan dalam perjalanan krisis ini yaitu: Pertama, sebagai suatu integrasi

regional yang telah melewati berbagai tahapan integrasi ekonomi hingga

munculnya Uni Eropa dan Euro sebagai mata uang tunggal, krisis ekonomi yang

menimpa negara – negara anggota Uni Eropa ini harus di tangani dalam kerangka

regional. Kedua, Mekanisme ini memunculkan kebijakan, keputusan dan

perjanjian dalam upaya menangani krisis ekonomi yang terjadi. Oleh karena itu

pada Bab II akan dihadirkan narasi dan data mengenai kedua substansi diatas.

2.1 Cerita Sukses Eropa : First as a role model, then as a tragedy

Kecenderungan peningkatan proses integrasi dan keuangan regional yang

terjadi di Eropa pada dasarnya dilandasi oleh konsep dasar (premise) bahwa

manfaat yang akan diperoleh dengan adanya proses integrasi tersebut lebih besar

dengan resiko yang mungkin dihadapi oleh masing –masing negara anggota dalam

kawasan. Salah satu teori yang menjadi dasar integrasi ekonomi dan moneter

regional adalah teori – teori Optimum Currency Area (OCA) yang digagas oleh

Mundell pada tahun 1961 (Mundell, 1961). Didukung oleh Bella Ballasa (1961),

Page 52: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

36

Krugmann dan Obstfeld (2000), serta Forbes dan Chinn (2003). Menurut teori ini

ada beberapa tahapan integrasi yang akan dilalui oleh negara – negara yang akan

melakukan integrasi yakni:

Gambar 2.1

Tahapan pertama dari integrasi ekonomi regional adalah Free trade Area dimana

dalam tahap ini tarif dan kuota antara negara anggota dihapuskan, namun masing

– masing negara tetap menerapkan tarif mereka masing – masing terhadap negara

bukan anggota. Selanjutnya tahapan kedua adalah Customs Union merupakan

Free Trade Area yang meniadakan hambatan pergerakan komoditi antar negara

anggota tetapi menerapkan tarif yang sama terhadap negara bukan anggota.

Tahapan ketiga adalah Common Market yang merupakan customs union

yang juga meniadakan hambatan – hambatan pada pergerakan faktor – faktor

Page 53: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

37

produksi (barang, jasa, aliran modal). Kesamaan harga dari faktor – faktor

produktif diharapkan dapat menghasilkan alokasi sumber yang efisien. Kemudian

tahapan keempat adalah Economic Union Integration dimana merupakan suatu

common market dengan tingkat harmonisasi kebijakan ekonomi nasional yang

signifikan (termasuk kebijakan struktural)

Tahapan akhir dari integrasi ekonomi regional adalah Total Economic

Integration yang merupakan tahapan dimana terjadi penyatuan moneter, fiskal,

dan kebijakan sosial yang diikuti dengan lembaga supranasional dengan

keputusan – keputusan yang mengikat bagi seluruh negara anggota. Penulis

mengunakan konsep Bela Balassa untuk membantu menjelaskan tingkatan dan

tahapan integrasi yang ada di zona Eropa. Tingkatan integrasi yang ada akan

membantu penulis untuk menjawab penyebab fenomena resesi yang

berkepanjangan di Eropa. Konsep ini dianggap membantu untuk menggambarkan

tingkatan integrasi Eropa.

Ada tiga proses transisi utama yang ditempuh Eropa untuk menuju EMU.

Pada tahap pertama, yaitu Juli 1990 – Desember 1993, arus transaksi neraca

modal (capital account) dan jasa keuangan dibebaskan secara substantial dalam

kawasan negara Masyarakat Eropa. Pada tahap kedua, yaitu Januari 1994 –

Desember 1998), The European Monetary institute (EMI) dibentuk sebagai

embrio bagi pembentukan sebuah bank bersama di Eropa. EMI berfungsi untuk

memperkuat kerja sama antar negara dan bank sentral, melakukan koordinasi

kebijakan moneter dan mempersiapkan berbagai hal yang diperlukan untuk

membentuk suatu European Central Bank System (ECBS). Pada saat yang sama,

Page 54: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

38

berdasarkan Maastricht Treaty, beberapa indicator divergen konvergensi nominal

mulai diberlakukan, yaitu laju inflasi, suku bunga jangka pendek, defisit anggaran,

dan pinjaman pemerintah, pada tahap ketiga, (yaitu mulai Januari 1999). sebelas

negara anggota masyarakat Eropa bergerak menuju penggunaan mata uang

tunggal , Euro dan penggunaan sebuah central bank bersama yaitu European

Central Bank (ECB).

Uni Eropa sebagai salah satu kawasan yang berhasil membentuk suatu

integrasi ekonomi dan moneter, melalui Maastricht Treaty8 sebagai sebuah traktat

yang melandasi Monetary Union dikawasan Eropa merupakan sebuah prestasi

keberhasilan yang menjadi tolak ukur integrasi ekonomi kawasan. Bahkan

beberapa inisiatif integrasi yang mencoba mengikuti EU seperti Latin American

Free Trade Area dan East African Common Market justru mengalami kegagalan.

Jika diukur dengan tahapan integrasi yang diberikan oleh Mundell dan Ballasa

maka Uni Eropa sudah dapat dikatakan hampir mencapai tahapan Total Economic

Integration dikarenakan telah adanya penyatuan moneter dan kebijakan sosial

yang berimplikasi regional seperti European Citizen namun dengan catatan bahwa

Fiscal Union/Fiscal Compact hingga saat ini masih dalam proses ratifikasi dari

negara – negara anggota Uni Eropa.

Neill Nugent melihat bahwa dengan dibentuknya berbagai treaty (pakta

atau persetujuan) antara negara – negara Eropa, menunjukan adanya proses

8 Kesepakatan ini disepakati di Belanda pada bulan Desember tahun 1991, di suatu kota

bernama Maastricht di ujung selatan negara tersebut yang berbatasan dengan Jerman,

Belgia dan Perancis. Oleh karena itu kesepakatan tersebut diberi nama kota itu.

Kesepakatan tersebut menjadi pengikat setelah diratifikasi oleh negara – negara anggota

pada tahun 1992.

Page 55: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

39

integrasi European Union (EU) yang semakin mendalam dan meluas. Single

European Act (SEA) menjadi awal terbentuknya berbagai treaty dengan segala

reformasinya tersebut, yang dilakukan sebagai proses revisi dalam rangka

“catching up” dengan segala evolusi didalam kehidupan dunia, dan

merealisasikan keinginan negara – negara anggota untuk mengembangkan EU.

Nugent menitik-beratkan penjelasannya pada dua aspek, yaitu proses

pembentukan dan reformasi treaty itu sendiri, serta karakter dari integrasi Eropa

(Neill Nugent, 2010: 87).

Dari aspek yang pertama, yakni proses pembentukan treaty itu sendiri, ada

dua langkah utama yang mempunyai dampak teknis terhadap reformasi treaty dan

integrasi dari EU, yaitu konferensi Antar – Pemerintah atau Intergorvemental

Conferences, dan proses ratifikasi treaty. Intergorvernmental Conferences (IGCs)

menjadi penting dalam proses reformasi treaty karena dilakukan oleh perwakilan

pemerintah dari setiap negara anggota dan membutuhkan persetujuan dari semua

perwakilan pemerintah tersebut, untuk menghasilkan suatu keputusan yang dapat

meningkatkan efektifitas dan efisiensi operasional EU (Neill Nugent, 2010: 87).

Berdasarkan subyek yang menjadi perwakilan untuk melakukan

perundingan dan permasalahan atau isu – isu yang menjadi agenda, ada empat

macam IGC yang dihadiri oleh national experts’, personal representatives of the

minister, atau perwakilan dari kementrian. Menteri luar negeri dari negara –

negara anggota EU, dan kepala pemerintahan setiap negara anggota. Berdasarkan

tingkatan tersebut, terlihat bahwa dalam pelaksanaan IGC, pemerintahan

memainkan peranan yang cukup dominan jika dibandingkan dengan peran

Page 56: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

40

Commision dan European Parliamentary (EP), yang hanya dapat mempengaruhi

hasil dari implementasi kesepakatan, dan mempengaruhi melalui fungsi

konsultatif dan tekanan – tekanan (Neill Nugent, 2010: 88 - 89).

Namun integrasi ekonomi yang digadang mampu meningkatkan ekonomi

di Zona Eropa justru menenggelamkan negara – negara kejurang resesi dan krisis

utang. Salah satu penyebab terus memburuknya perekonomian negara – negara

Eropa adalah hilangnya kemampuan negara untuk menentukan kebijakan ekonomi

yang tepat dalam masa krisis sehingga negara – negara seperti Yunani terjerembab

dalam krisis ekonomi. Negara – negara yang bergabung dalam Zona Eropa

kehilangan kendali untuk menghadapi keadaan diluar perkiraan mereka.

Semestinya sebuah negara mampu melakukan pencegahan sebelum krisis

ekonomi muncul. Hal inilah yang kurang dari sebuah integrasi di Zona Eropa.9

Karena sifatnya yang intergorvermental membuat setiap upaya Uni Eropa

dalam menyelesaikan krisis yang terjadi harus melalu proses negosiasi negara –

negara anggota. Dalam hal ini negara – negara besar seperti Jerman, Perancis dan

Inggris mempunyai posisinya masing – masing. Bahkan Yunani sebagai negara

yang dalam kondisi kritis menunjukan sikap tidak patuhnya terhadap otoritas Uni

Eropa dengan memunculkan agenda referendum mengenai persetujuan menerima

dana talangan dari ESFS (Reuters, 2011).

9 Pendapat ini dikemukakan oleh oleh Paul Krugman, bergabungnya Yunani, Portugal,

dan Spanyol kedalam Zona Eropa justru memusnahkan kemampuan mereka dalam

menghadapi berbagai peristiwa diluar perkiraan. Semestinya disaat krisis ekonomi

muncul, negara harus mampu melancarkan reaksi yang diperlukan. Namun masalah ini

diabaikan begitu saja oleh perancang Euro. Pernyataan tersebut dikutip dari wawancara

Paul Krugman di Cambridge Judge Business Scholl July 2011 mengenai Krisis Zona

Eropa. (http://www.youtube.com/watch?v=TulOMsXazyY).

Page 57: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

41

Ketika sebuah negara memutuskan untuk bergabung dalam sebuah

institusi regional seperti Uni Eropa, hilangnya sebagian kedaulatan yang dimiliki

merupakan sebuah konsekuensi logis yang harus dibayar dikarenakan adanya

proses integrasi dan hal itu menuntut sejumlah pergeseran loyalitas dan

kepentingan - kepentingan. Namun patut diperhatikan krisis di Zona Eropa

membawa preseden baru bahwa konsekuensi ini hanya berjalan pada negara –

negara yang mempunyai power lemah di dalam integrasi. Negara – negara yang

mempunyai power kuat seperti Jerman atau Prancis mengalami sebuah kondisi

yang berbeda. Hal ini terlihat dari pengaruh mereka dalam mengambil kebijakan –

kebijakan yang berimplikasi kawasan.

Walaupun pada kenyataannya kebijakan ini malah membawa Eropa ke

dalam resesi ekonomi dan memicu berbagai kerusuhan sosial di Eropa. Bahkan

kebijakan tersebut memantik komentar dari veteran finansial yakni George Soros

bahwasanya pemaksaan Jerman tentang masalah fiscal discipline dapat

menciptakan sebuah ketegangan yang tinggi diseluruh Eropa dan hal ini

menyebabkan adanya kemungkinan hancurnya Uni – Eropa. Selain itu Soros juga

mengatakan bahwa pilihan yang dimiliki Jerman adalah memimpin atau

meninggalkan Uni Eropa, namun jika dibandingkan dengan perilaku kebijakan

Jerman saat ini pilihan kedua lebih baik karena kebijakan yang diambil saat ini

akan memperpanjang depresi, konflik sosial dan politik dan hancurnya Euro

bahkan Uni – Eropa. Jika Jerman tidak sadar bahwa hanya kebaikan dan tanggung

jawab mereka yang hegemoni dapat menyelesaikan krisis yang terjadi maka lebih

Page 58: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

42

baik meninggalkan negara – negara Uni – Eropa. Hal ini seperti yang dia nyatakan

dalam tulisannya “The tragedy of Europe”:

"Whether Germany decides to lead or leave, either alternative would

be better than to persist on the current course. The difficulty is in

convincing Germany that its current policies are leading to a

prolonged depression, political and social conflicts, and an eventual

breakup not only of the euro but also of the European Union. How to

persuade Germany to choose between either accepting the

responsibilities and liabilities that a benevolent hegemon should be

willing to incur or leaving the euro in the hands of debtor countries

that would be much better off on their own? That is the question I

shall try to answer” (Soros, 2012).

Proses integrasi Eropa pada akhirnya menuju pada suatu integrasi politik, yang

merupakan konsekuensi logis yang tidak dapat dihindarkan sebagai tujuan akhir

dari masyarakat Eropa. Suatu integrasi politik membutuhkan adanya suatu

pergeseran loyalitas, harapan dan aktivitas politik dari negara – negara yang

berintegrasi kepada suatu pusat yang baru (Leon Linberg, 1971: 6). Di dalam

proses integrasi UE ini juga terkandung pengertian akomodatif dan adaptif,

dimana setiap negara anggota UE pada akhirnya akan melakukan suatu

penyesuaian – atau suatu adaptasi – pada setiap kebijakan – kebijakan Eropa,

meskipun kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan UE kadang – kadang

bertentangan dengan kepentingan nasional yang dipersepsikan suatu negara

anggota.

Namun dikala krisis ekonomi yang melanda, dimana tekanan – tekanan

dari dalam negeri dikarenakan kondisi ekonomi yang sulit melanda rakyat negara

– negara anggota Uni Eropa semua teori – teori dan tujuan – tujuan mulia dari

integrasi Eropa seperti hanya sebuah omong kosong belaka. Sulitnya kebijakan –

Page 59: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

43

kebijakan yang harus diambil dalam upaya mengatasi krisis yang menyerang

kawasan Eropa membuat kemapanan struktur Uni Eropa yang sudah melalui

berbagai perubahan dan tahapan integrasi menjadi tidak bekerja semestinya.

Muncul berbagai kontradiksi kepentingan nasional dalam mencapai keputusan

untuk kepentingan kawasan. Cerita sukses Uni Eropa menjadi sebuah kisah sukses

di masa lalu, banyak kalangan yang akhirnya meragukan bahwa Uni Eropa dapat

mengatasi krisis ini. Bahkan ada beberapa yang mempertanyakan akan

kemungkinan Uni Eropa akan bubar. First as a role model, then as a tragedy.

Why?!

2.2 Langkah-Langkah Darurat yang Diambil Uni Eropa

2.2.1 Pembentukan Institusi Keuangan Uni Eropa

Pada tanggal 9 Mei 2010, 27 anggota Uni Eropa menyetujui untuk

membentuk European Financial Stability System, sebuah instrumen legal untuk

menjaga stabilitas keuangan Eropa dengan menyediakan asistensi untuk negara –

negara zona Eropa yang mengalami kesulitan (Euroobserver, 2010). EFSF

mampu untuk mengeluarkan surat utang atau instrumen utang dipasar dengan

dukungan kantor manajemen utang Jerman untuk mendapatkan dana yang

dibutuhkan untuk memberi pinjaman negara – negara Zona Eropa yang sedang

mengalami masalah keuangan. Kemudian pada tanggal 5 Januari 2011, Uni Eropa

membentuk European Financial Stability Mechanism (EFSM), sebuah program

pendanaan darurat yang tergantung terhadap dana yang didapatkan melalui pasar

Page 60: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

44

finansial dan digaransi oleh European Commision menggunakan anggaran Uni

Eropa sebagai jaminan (Xinhuanet, 2010). Tabel dibawah ini menunjukan sebuah

ringkasan komposisi finansial yang telah dikeluarkan untuk program dana

talangan negara – negara anggota Uni Eropa sejak krisis finansial meledak pada

September 2008.

Tabel. 2.1

Program ini berjalan dibawah pengawasan komisi Eropa dan mempunyai tujuan

mengembalikan stabilitas finansial Eropa dengan cara memberikan pendampingan

10

http://www.efsf.europa.eu/attachments/faq_en.pdf. EFSF. 3 Agustus 2012. Diakses

pada tanggal 19 Desember 2012. 11

http://ec.europa.eu/economy_finance/eu_borrower/balance_of_payments/index_en.htm.D

iakses pada tanggal 19 Desember 2012 12

http://www.efsf.europa.eu/attachments/faq_en.pdf EFSF. 3 Agustus 2012. DIakses

pada tanggal 19 Desember 2012.

13

http://ec.europa.eu/economy_finance/eu_borrower/european_stabilisation_actions/greek

_loan_facility/index_en.htm Diakses pada tanggal 19 Desember 2012.

14

http://www.efsf.europa.eu/attachments/faq_en.pdf EFSF. 3 Agustus 2012. DIakses

pada tanggal 19 Desember 2012.

15

http://www.efsf.europa.eu/attachments/faq_en.pdf EFSF. 3 Agustus 2012. DIakses

pada tanggal 19 Desember 2012.

16

http://www.efsf.europa.eu/attachments/faq_en.pdf EFSF. 3 Agustus 2012. DIakses

pada tanggal 19 Desember 2012.

EU

Member

Time

Span

IMF1011

(Billion€)

Bilateral12

(Billion

€)

GLF13

(Billion

€)

EFSM14

(Billion€

)

EFSF15

(Billion€)

ESM16

(Billion€)

Bail out in

total

(Billion€)

Cyprus Jan.2013-

Dec.2015 (Negotiates) - - - - (Negotiates

)

(Negotiates)

Greece Jan.2013-

Dec.2015 48.1 (20.1+

19.8+8.2)

- 52.9 - 144.6 - 245.6

Ireland Nov.2010-Dec.2013

22.5 4.8 - 22.5 17.7 - 67.5

Portugal May 2011-

May 2014 26 - - 26 26 - 78

Spain I July 2012-Dec.2013

- - - - - 41.4 out of

100

41.4 out of

100

Spain II Perhaps in

2013 (negotiates) - - - - (Negotiates) (negotiates)

Page 61: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

45

keuangan kepada negara – negara anggota yang sedang dalam kesulitan. Pada

perkembangannya kedua instrumen Uni Eropa sebagai respon terhadap krisis yang

mengancam kawasan ini akhirnya digantikan oleh European Stability Mechanism

(ESM)17

. Semua Instrumen diatas merupakan hasil dari komitmen Uni Eropa

sebagai sebuah Intitusi regional yang telah mengalami berbagai tahapan integrasi.

Jika melihat pada tabel 2.1 di atas sebenarnya terdapat tindakan – tindakan yang

dilakukan dalam upaya menyelamatkan negara – negara yang terancam gagal

membayar jatuh tempo surat utangnya oleh Uni Eropa sebagai institusi regional.

Hal ini dimungkinkan dikarenakan telah terjadinya tahapan – tahapan integrasi

seperti yang sudah disinggung sebelumnya. Namun semua upaya darurat Uni

Eropa ini tetap tidak mampu menyelamatkan dan memulihkan negara – negara di

Zona Eropa dari ancaman budget deficit dan public debt.

17

Komitmen ini dicetuskan dalam poin ke-13 dari “STATEMENT BY THE EURO AREA

HEADS OF STATE OR GOVERNMENT” pada tanggal 9 December 2011 dalam agenda

memperkuat arsitektur keuangan Uni Eropa dikarenakan setelah 18 bulan upaya Uni

Eropa dalam mengatasi krisis ekonomi yang terjadi tetap tidak dapat meredakan tekanan

dari pasar pada. Untuk lebih lengkap mengenai perjanjian ini dapat dilihat di

http://consilium.europa.eu/press/press-releases/latest-press-

releases/newsroomrelated?bid=76&grp=20199&lang=en&cmsId=339 Diakses pada

tanggal 8 Januari 2013

Page 62: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

46

Tabel 2.2

2.2.2 Fiscal Compact

Beberapa ahli telah menyatakan akan adanya urgensi untuk menerapkan

sebuah kesatuan fiskal di negara – negara Uni Eropa seperti yang dinyatakan oleh

Hammilton dan Munchau “Much greater fiscal union, at least in the eurozone, is

seen by some as either the natural next step in European integration or as a

necessary solution to the 2010 European sovereign debt crisis” (Hammilton,

2010; Munchau, 2010). Karena jika dikombinasikan dengan EMU maka

penyatuan fiskal akan membawa Uni Eropa menyempurnakan tahapan integrasi

Eropa yakni integrasi ekonomi total (total economic integration).

Secara fundamental, negara-negara pengguna mata uang euro memang

mengikuti kebijakan yang dibuat oleh Uni Eropa. Namun mengenai pengeluaran

dan dana belanja, setiap negara mempunyai kebijakan yang berbeda-beda.

Page 63: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

47

Perbedaan inilah yang membuat beberapa negara gagal menjaga keseimbangan

neraca hingga bangkrut, seperti apa yang dialami Yunani. Oleh karena itu,

delegasi Eropa harus mampu membentuk aturan fiskal yang bersifat baku dan

mengikat semua negara. Di dalamnya termasuk penetapan batas atas dan bawah

dari level hutang pemerintah, berikut sanksi bagi mereka yang melanggarnya.

Jerman dan Perancis berusaha keras mencari solusi menangani krisis Euro.

Kanselir Jerman Angela Merkel menyerukan pembentukan kesatuan fiskal Eropa,

dan mengatakan tidak ada cara lain untuk menyelesaikan krisis utang Zona Euro

selain segera membentuk Fiscal Union (Guardian, 2011). Merkel telah mencoba

membujuk Uni Eropa dan mitra Zona Euro untuk menegosiasikan perubahan

perjanjian Uni Eropa guna menegakkan disiplin anggaran dan kontrol utang di

Zona Euro.

"Now, this is exactly what's on the agenda. We're almost there. Of

course, there are difficulties to be overcome. But the necessity of

such action is widely recognised. We're not just talking about a

fiscal union but starting to create one. I believe you can't

overestimate the importance of this step." (Merkel, 2011)

Akhirnya pada bulan Maret 2011 sebuah resolusi untuk memperkuat Stability

growth pact (SGP)18

dikeluarkan, dengan tujuan memperkuat peraturan dengan

membentuk sebuah prosedur otomatis untuk memberikan hukuman kepada negara

– negara anggota yang melanggar peraturan mengenai batasan defisit 3% dan 60%

utang terhadap GDP. Selanjutnya pada akhir tahun 2011 Jerman, Perancis dan

18

SGP merupakan perjanjian yang di cetuskan pada tahun 1997 mengenai pengawasan

kondisi anggaran negara – negara anggota Uni Eropa dan pengawasan implementasi

kebijakan ekonomi dengan tujuan menjaga stabilitas keuangan kawasan. Pernyataan

resmi tentang persetujuan perjanjian SGP dapat dilihat di http://eur-

lex.europa.eu/LexUriServ/LexUriServ.do?uri=CONSLEG:1997R1466:20111213:EN:PD

F diakses tanggal 9 Januari 2013

Page 64: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

48

beberapa negara – negara anggota Uni Eropa lainnya bergerak lebih jauh dan

menyerukan pembentukan sebuah Fiscal Union diseluruh zona Eropa dengan

peraturan fiscal yang ketat dengan hukuman yang secara yang bersifat otomatis

dan tercantum dalam perjanjian Uni Eropa (Guardian, 2011). Pada tanggal 9

Desember 2011 pada pertemuan European Council, 17 anggota zona Eropa dan 6

negara yang tertarik untuk bergabung menyetujui sebuah perjanjian

intergorvemental untuk menetapkan batasan yang ketat berkaitan dengan

pengeluaran dan utang – piutang pemerintah, dengan hukuman untuk negara yang

melanggarnya (Europeancouncil, 2011).

Poin ini dinilai sangat membantu kondisi fiskal negara-negara Uni Eropa

dalam jangka panjang, sesuai dengan logika Kanselir Jerman Angela Merkel yang

sebelum pertemuan berlangsung berkali-kali menekankan bahwa diperlukan

pengendalian anggaran masing-masing pemerintah secara lebih ketat dengan

pemberlakuan sanksi otomatis apabila terjadi pelanggaran batas defisit yang saat

ini berada di 3% dari GDP. Disini pemberlakuan sanksi otomatis akan terjadi

terhadap negara pelanggar dengan syarat bahwa pemberlakuan sanksi ini

disepakati oleh mayoritas anggota lainnya. (Kompas, 2011)

Sebenarnya para pemimpin Uni Eropa merencanakan perubahan dalam

perjanjian Uni Eropa yang sudah ada, namun rencana ini ditentang oleh Perdana

Menteri Inggris David Cameroon yang meminta Inggris tidak disertakan dalam

regulasi keuangan masa depan yang akan ditetapkan oleh Uni Eropa. Perdana

Menteri Inggris David Cameron beralasan masih meragukan status hukum

penggunaan institusi Uni Eropa untuk menegakan perjanjian fiskal tersebut.

Page 65: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

49

Sementara Ceko, menurut Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, menolak karena

alasan konstitusi. (Kontan, 2012)

Seperti diketahui, Jerman menggagas ide pengetatan anggaran belanja

negara-negara Uni Eropa untuk mengurangi defisit. Ide ini dituangkan dengan

membuat pakta fiskal yang harus diratifikasi oleh negara-negara Eropa. Keinginan

Jerman ini lantaran negara tersebut sebagai kreditur terbesar bagi anggota Eropa

yang sedang terpuruk dalam krisis utang. Selama ini, Jerman menilai, negara-

negara tersebut tidak disiplin dalam membelanjakan anggaran. Dalam pakta fiskal

ini, Mahkamah Eropa bisa mengawasi dan menghukum negara yang tidak disiplin

dalam belanja anggaran. Rencananya, perjanjian ini akan diteken pada Maret

mendatang. Tabel dibawah ini menunjukan hasil ratifikasi mengenai Fiscal

Compact di negara – negara anggota Uni Eropa (hanya dipilih beberapa negara

hanya untuk menunjukan bahwa proses kebijakan ini melibatkan persetujuan dari

pemerintah nasional negara – negara anggota Uni Eropa).

Page 66: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

50

Tabel. 2.2

Signatory Majority

needed1920

AB Deposited

21 Implementation of

law22

Austria 50% 145 73 0 30 Juli 2012

Ordinary Granted

Belgium T.B.D - - - - No

Bulgaria T.B.D - - - - No

France 50% 784 102 29 26 November

2012

Ordinary

Granted

Germany 66,7% 556 111 10 27 September

2012

Constitutional

Granted

Greece 50% 194 59 0 No

Ireland 50% 60,3

%

39,

7

%

N/A 14 Desember

2012 Ordinary

Granted

Spain 50% 549 23 2 27 September

2012

Constitutional

Granted

Netherlands 50% - - - -

No

Italy 50% 584 89 86 14 September

2012

Constitutional

Granted

Sumber : Di olah dari berbagai sumber.

19

"Ratification requirements and present situation in the member states: Article 136

TFEU, ESM, Fiscal Stability Treaty (Nov.2012)" (PDF). Parlemen Eropa (Policy

Department). 22 November 2012. Diakses pada tanggal 27 Desember 2012. 20

"Table on the ratification process of amendment of art. 136 TFEU, ESM Treaty and

Fiscal Compact" (PDF). Parlemen Eropa. 7 December 2012. Diakses pada tanggal 27

Desember 2012. 21

"Treaty on Stability, Coordination and Governance in the Economic and Monetary

Union".consilium.europa.eu. Council of the European Union. Di akses 14 Agustus 2012. 22

OECD (2012), Restoring Public Finances, 2012 Update, OECD Publishing. doi:

10.1787/9789264179455-en. Di akses pada tanggal 27 Desember 2012

Page 67: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

51

Pada tabel dibawah ini menyediakan sebuah ringkasan kondisi negara – negara di

zona Eropa, kolom yang diwarnai merah menandakan bahwa negara tersebut tidak

memenuhi kriteria perjanjian Fiscal Compact yang ditetapkan oleh Uni Eropa.

Tabel. 2.2

Jika melihat dari data yang disediakan di tabel diatas, hampir seluruh negara –

negara di Zona Eropa tidak memenuhi persyaratan dari perjanjian Fiskal yang

hingga kini sedang dalam proses ratifikasi oleh negara – negara anggota Uni

Eropa. Bahkan Jerman dan Perancis pun tidak memenuhi persyaratan. Melihat

kondisi seperti ini perbedaan pendapat dalam merespon kebijakan Uni Eropa

tentunya tidak dapat dihindari, karena proses pembentukan perjanjian itu sendiri

merupakan hasil dari persetujuan seluruh negara – negara anggota dan Uni Eropa

harus mencapai sebuah consensus agar perjanjian ini dapat dilaksanakan.

Page 68: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

52

BAB III

DARI KRISIS EKONOMI MENUJU KRISIS POLITIK

Sejauh ini kebijakan – kebijakan yang di ambil oleh Uni Eropa dalam

mengatasi krisis tidak memperlihatkan hasil yang signifikan dan tidak ada rencana

yang jelas untuk mengatasi krisis tersebut, satu demi satu negara terpuruk ke

dalam resesi atau bahkan depresi. Seperti yang telah dinyatakan oleh peneliti

diawal penelitian ini bahwa Krisis ekonomi negara-negara di Uni Eropa tidak

dapat diselesaikan ditengah kondisi integrasi ekonominya yang terus meningkat

disebabkan oleh benturan kepentingan nasional diantara negara-negara utama di

Uni Eropa seperti Jerman, Prancis dan Inggris yang mendorong pandangan

berbasis sovereignty yang dipicu oleh menguatnya sentimen nasional dan

meluasnya krisis ekonomi menjadi krisis politik sehingga makin sulit menyatukan

posisi dalam menghadapi krisis secara regional. Pada Bab III ini pembahasan

akan berfokus pada meluasnya krisis ekonomi menjadi krisis politik dan benturan

kepentingan nasional negara – negara utama di Uni Eropa.

3.1 Dari krisis ekonomi menuju krisis Politik

Sejak pertama kali munculnya gagasan mata uang bersama “a common

currency”, para ahli ekonomi terkenal seperti Milton Friedman (2001) dan Martin

Feldstein (2011) telah menyerukan akan berakhirnya Euro sebagai mata uang

tunggal, peringatan ini berdasarkan pendapat bahwa Euro bukan merupakan

“optimal currency area”. Mata uang tunggal ini akan jatuh pada waktunya.

Beberapa faktor dihadirkan sebagai dasar termasuk pasar tenaga kerja yang terlalu

kaku, kurangnya mekanisme redistribusi dan kuatnya identitas nasional dari

negara – negara anggota pengguna mata uang Euro. Pada sisi lainnya, para

penggagas teori – teori integrasi ekonomi kawasan, seperti Robert Mundell

Page 69: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

53

(1961)23

sebagai pioneer dari gagasan mata uang tunggal ini, sangat percaya akan

masa depan pembentukan mata uang Euro. Mundell berargumen bahwa dengan

adanya pergerakan barang dan modal secara bebas suatu saat akan menyatukan

politik Eropa dan zona Eropa akan berevolusi menjadi sebuah kawasan dengan

mata uang tunggal yang natural.

Jika melihat fenomena kekinian dimana Uni Eropa sekarang menghadapi

krisis terparahnya didalam sejarah, para penggagas teori – teori integrasi Eropa

harus menganggap diri mereka seorang utopis melihat hasil dari buah pikirannya

telah secara brutal menghancurkan ekonomi negara – negara pengguna mata uang

Euro dan mengakui bahwa krisis yang terjadi merupakan sebuah penegasan akan

superioritas politik diatas ekonomi. Mereka telah meremehkan ‘political will’

yang sejak awal menjadi pendorong terbentuknya mata uang tunggal dengan

logika bahwa Integrasi ekonomi akan merembet pada sebuah integrasi politik.

Integrasi ekonomi hanya akan berkontribusi pada integrasi politik jika

integrasi ekonomi tersebut sukses dan memberikan keuntungan keseluruh anggota

– anggota integrasi. Namun jika yang terjadi sebaliknya maka integrasi tersebut

hanya menimbulkan krisis politik yang menurut Milton Friedman (2011) di

karenakan berbagai pemerintahan nasional yang berbeda menjadi subjek dari

tekanan politik yang berbeda – beda dan akhirnya menciptakan sebuah konflik

politik. Sekarang, Integrasi ekonomi yang mereka serukan itu di ibaratkan sebuah

kendaraan penghancur yang menggilas negara – negara anggotanya. Kenyataan

23

Dinyatakan oleh ahli ekonomi Mundell pada tahun 1961, dalam teori “optimal currency

area” yang melihat kemungkinan suatu kawasan dapat memaksimalkan efisiensi

ekonomi dengan menggunakan mata uang yang sama.

Page 70: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

54

ini menegaskan pandangan para ahli ekonomi yang sejak awal telah skeptis

mengenai Integrasi Eropa.

The euro should now be recognized as an experiment that failed.

This failure, which has come after just over a dozen years since the

euro was introduced, in 1999, was not an accident or the result of

bureaucratic mismanagement but rather the inevitable consequence

of imposing a single currency on a very heterogeneous group of

countries. The adverse economic consequences of the euro include

the sovereign debt crises in several European countries, the fragile

condition of major European banks, high levels of unemployment

across the eurozone, and the large trade deficits that now plague

most eurozone countries.

The political goal of creating a harmonious Europe has also failed.

France and Germany have dictated painful austerity measures in

Greece and Italy as a condition of their financial help, and Paris

and Berlin have clashed over the role of the European Central Bank

and over how the burden of financial assistance will be shared

(Feldstein, 2011).

Sejauh ini telah banyak sekali mekanisme solutif berhasil dilakukan, namun gagal

mencapai sasaran penyelesaian dan justru menyisakan banyak ‘tugas rumah’ bagi

Uni Eropa (Dapat dilihat di Bab sebelumnya). Dampak pertama krisis Eropa

langsung dirasakan oleh negara zona euro, karena bagi mereka krisis ini

memunculkan instabilitas sistem moneter negara, mengingat kebijakan kawasan

zona euro berdampak langsung pada landscape domestik negara anggota (Budi

Winarno, 2011: 98). Karena keputusan dan ketentuan yang diambil ditataran

regional harus diimplementasikan oleh pemerintah – pemerintah nasional anggota

Uni Eropa, terutama negara – negara yang berada dalam posisi terlilit utang dan

mengharapkan dana talangan dari Uni Eropa (Yunani, Italia, Spanyol, Irlandia dan

Portugal).

Page 71: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

55

Kedua, melemahnya angka pendapatan negara, kembali, dikarenakan

berkurangnya intensitas aktivitas ekonomi antar negara dan instabilitas moneter,

dan dampak ini akan lebih dirasakan oleh para negara zona euro yang merupakan

anggota Uni Eropa. Ketiga, adalah munculnya kewajiban penghematan besar,

seperti pemotongan berbagai macam tunjangan kesejahteraan. Sebagai catatan

perlu diketahui bahwa konsep Welfare State yang yang dipopulerkan negara

Eropa menjanjikan begitu melimpahnya jaminan sosial yang mahal, akhirnya

justru memanjakan banyak masyarakat Eropa dengan segala kemudahan, sehingga

ketika ada satu ide penghematan (austerity) ditawarkan, masyarakat menjadi

reaktif untuk menolak.

Reaksi masyarakat ini menunjukan menguatnya sentimen nasional

terhadap kebijakan – kebijakan Uni Eropa, hal ini terlihat dari banyak demo yang

terjadi akibat cetusan gagasan penghematan. Bahkan tidak sedikit para analis yang

konsen terhadap isu ini menyatakan bahwa konsep welfare state ini turut ambil

bagian dalam munculnya krisis yang meluas24

, Tekanan dari dalam negeri dan Uni

Eropa membuat para pemimpin negara di zona Eropa mengalami pilihan – pilihan

politis yang sulit untuk menyelamatkan negara mereka masing – masing dari

himpitan krisis ekonomi yang mengancam. Sehingga akhirnya memakan korban

politik dengan mundurnya Perdana Menteri Yunani George Papanderou dan

perdana menteri Italia Silvio Berlusconi.

“This is clearly the return of politics,” said Jean Pisani-Ferry,

director of Bruegel, an economic research institution in Brussels.

24

Opini ini disampaikan salah satunya oleh Bpk. Wijayanto, Managing Director

Paramadina Public Policy Institute

Page 72: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

56

“The management of all this by the Europeans has been fairly

technocratic. But now we see the gamble of a politician, which

creates uncertainty again, but in a different form. But it was bound

to come at some point.” (nytimes, 2011)

Kejadian ini seperti memberi pesan keseluruh negara – negara zona Eropa dan

bahkan dunia bahwa krisis ekonomi ini telah memunculkan krisis politik, ketika

krisis politik terjadi permasalahan sudah melampui dimensi ekonomi semata

namun sudah merembet ke dimensi politik dan hal ini berkaitan dengan masalah

kedaulatan dan kepentingan nasional.! Faktor mayor dan minor, semuanya

berkolaborasi menciptakan suatu krisis yang seakan mustahil diselesaikan dalam

waktu yang singkat. Seperti yang dinyatakan oleh Joschkha Fischer (2012) bahwa

‘Indeed, Europe’s crisis only seems to be economic or financial in nature; in

reality, it is political to the core, for it has revealed that Europe lacks two things:

a political framework – that is, more statehood – for its monetary union, and the

vision and leadership to create it’25

. Lebih lanjut Fischer menyatakan bahwa

krisis politik ini akan memberikan sebuah momentum terhadap menguatnya

sentimen nasional yang sempit. Maka di dalam Bab III ini akan membahas

mengenai krisis politik yang terjadi di negara – negara anggota zona Eropa

kemudian menunjukan perbedaan pandangan mengenai penyelesaian krisis

ekonomi yang terjadi.

25

Didalam artikel berjudul ‘Europe’s new year irresolution’ Fischer (2012)

menyatakan bahwa meskipun aktor – aktor penting Uni Eropa telah menyatakan

bahwa mereka telah bersatu dalam mengatasi krisis ini namun pada kenyataannya

pandangan sempit berbasis nasional telah mendapatkan momentumnya untuk

bangkit kembali. Untuk lebih jauh mengenai pembahasan ini dapat di baca di

http://www.projectsyndicate.org/commentary/europe-s-worsening-crisis-in-2013-

by-joschka-fischer diakses pada tanggal 6 Januari 2013.

Page 73: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

57

3.2 Krisis Politik : Jatuhnya George Papanderou dan Silvio Berlosconi

Seperti yang telah dibahas pada pembukaan bab ini, krisis ekonomi di Uni

Eropa ini telah merembet menjadi krisis yang berdimensi politik. Tekanan dari

dalam negeri dan regional akhirnya memakan korban politik dengan mundurnya

perdana menteri Yunani George Papanderou dan perdana menteri Italia Silvio

Berlusconi. Oleh karena itu maka di sub-bab berikut ini peneliti akan coba

menyajikan sebuah fakta dan data bagaimana kronologi hingga jatuhnya kedua

pemimpin negara zona Eropa tersebut, dengan tujuan menunjukan bahwa krisis

ekonomi yang terjadi bukanlah ancaman satu – satunya yang menghantui Eropa.

Krisis politik menambah rumit dimensi krisis yang terjadi karena semakin

memperuncing perbedaan kepentingan didalam penyelesaian krisis. Di mulai dari

kisah tragis George Papanderou.

Perdana Menteri Yunani, George Papandreou dituntut untuk mundur dari

jabatannya oleh kelompok oposisi. Permintaan kelompok oposisi dari barisan

kanan tengah ini muncul setelah sebelumnya Papandreou membatalkan rencana

kontroversialnya melakukan referendum soal apakah negara itu ingin ikut terus

bergabung dengan Zona Ekonomi Eropa (Liputan6, 2011). Namun sikapnya itu

ternyata belum mengakhiri krisis politik dan ekonomi di Yunani, kelompok

oposisi menyambut niatnya itu dengan permintaan kepada Papandreou untuk

mundur dari jabatannya. Permasalahan yang dihadapi Papanderou adalah

persyaratan yang dituntut oleh Uni Eropa kepada Yunani agar dapat menerima

bail out tersebut mengharuskan Yunani menjalankan program penghematan yang

merupakan bagian dari program Austerity yang didukung oleh Angela Merkel.

Page 74: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

58

Berikut ini kronologi krisis Yunani dan indikator-indikator perekonomian Yunani

sebelum dan saat sedang terkena krisis ekonomi;

Rasio utang terhadap PDB Yunani terakhir dilaporkan berada pada level

142,80%. Dari tahun 1980-2010, rata-rata rasio utang Yunani terhadap PDB

adalah 81,62%. Rekor tertinggi dalam sejarah Yunani mencapai 142,80% pada

bulan Desember 2010 dan rekor terendah 22,60% pada bulan Desember 1980 dan

pada 2012 rasio utang menjadi 170,6% (Tradingeconomics, 2012). Umumnya,

rasio utang terhadap PDB digunakan oleh investor sebagai persentase untuk

mengukur kemampuan Yunani melakukan pembayaran utangnya di masa yang

akan datang, sehingga mempengaruhi besarnya pinjaman Yunani dan hasil

obligasi pemerintah. Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan rasio utang

Yunani terhadap PDB-nya dari tahun 2006-2012 dalam persen (%) :

Grafik 3.1 Grafik Rasio Utang Yunani Terhadap PDB (2006-

2012)

Sumber: www.tradingeconomics.com/eurostat di akses pada tanggal 7 Januari 2013

Selain utang negaranya yang tinggi, pertumbuhan ekonomi Yunani juga relatif

rendah dimana pada tahun 2006 sebelum krisis hanya sekitar 5,2%, walaupun

Page 75: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

59

angka tersebut merupakan angka tertinggi di zona euro sebagai hasil dari

membanjirnya modal asing ke negara tersebut. Kemudia menurun pada tahun

2007 menjadi 4,3 %, apalagi setelah diterpa krisis ekonomi yang berkepanjangan

bisa dipastikan pertumbuhan ekonominya kurang dari angka tersebut dan akhirnya

pada 2011 mencapai -5% (Lihat tabel). Sebagai akibatnya, pemerintah Yunani

akan memecat 15 ribu pegawai negerinya dan memotong upah minimum hingga

20% dari 751 euro menjadi 600 euro yang tentunya akan semakin berakibat buruk

pada tingkat pengangguran di Yunani yang telah mencapai 21%. Berikut ini

adalah tabel yang menunjukkan angka pertumbuhan ekonomi Yunani dari tahun

2006-2012 ;

Tabel 3.1

Pertumbuhan Ekonomi Yunani (2006-2012)

No Tahun Persentase

1 2006 5,2%

2 2007 4,3%

3 2008 1,0%

4 2009 -2,0%

5 2010 -4,5%

6 2011 -5,0%

7 2012 -2,0%*

Page 76: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

60

Sumber: Diolah sendiri berdasarkan keperluan dari KRISIS KEUANGAN EROPA

: Dampak Terhadap Perekonomian Indonesia. http://www.bappenas.go.id/get-

file-server/node/11702/, diakses tanggal 5 November 2012

Sedangkan Pada Januari 2012, tingkat pengangguran di Yunani terakhir

dilaporkan berada di angka 21,8%. Dari tahun 1983-2010, tingkat rata-rata

pengangguran Yunani sebanyak 9,43%. Dalam sejarah Yunani, angka tertinggi

mencapai angka 21,8% pada Januari 2012 dan rekor terrendah 6,30 % pada bulan

April 1990. Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan tingkat pengangguran di

Yunani dari tahun 2006-awal 2012 dalam persen (%);

Grafik 3.2 Grafik Tingkat Pengangguran Yunani (Jan.2006-Jan.2012)

Sumber: www.tradingeconomics.com/hellenic-statistical-authority diakses pada 15

November 2012

Melihat kondisi Yunani yang betul-betul di ambang kehancuran, Uni Eropa

menegaskan jika Yunani tidak meloloskan penghematan baru, maka negara itu

Page 77: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

61

akan bangkrut. Yunani harus berhasil menghemat hingga $ 432 juta pada akhir

bulan jika ingin mendapatkan bantuan dana dari Uni Eropa sebesar €130 miliar

(Fajar, 2012). Pada tanggal 2 Mei 2010, Uni Eropa dan IMF akhirnya menyetujui

paket pinjaman sebesar €110 miliar untuk Yunani (Seputarforex, 2012).

Ketika memberikan pinjaman, Uni Eropa dan IMF mengajukan beberapa

syarat penghematan anggaran (austerity) kepada pemerintah Yunani. Di

antaranya pemotongan tunjangan bagi PNS dan pensiunan, peningkatan pajak

PPn hingga 23%, peningkatan cukai pada barang-barang mewah, bensin, rokok,

dan minuman beralkohol, hingga perusahaan BUMN harus dikurangi dari 6.000

menjadi 2.000 perusahaan.

Tentu saja kebijakan ini sangat sulit untuk diterapkan. Ketika pemerintah

Yunani mengumumkan kebijakan penghematan anggaran, rakyat Yunani

langsung menggelar unjuk rasa besar-besaran di Athena untuk menolak kebijakan

tersebut. Itulah sebabnya lembaga pemeringkat utang terkemuka, Moody’s, masih

menetapkan rating utang Yunani pada salah satu level terendah (Theofilus, 2011).

Berikut ini adalah kronologi perjalanan perekonomian Yunani sejak bergabung ke

dalam Uni Eropa sampai terkena krisis ekonomi seperti saat ini;

Tabel 3.2

Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (Okt.2009-Mar.2010)

Waktu Perihal

Oktober 2009 Partai PASOK memenangkan pemilu sehingga

George Papendrou berhak menjabat sebagai

Page 78: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

62

perdana menteri. Pada tahun ini, ekonomi sudah

berkontraksi 0,3% dan beban utang nasional

melambung sampai 262 miliar euro (dari 168 miliar

euro pada tahun 2004). Pemerintah memperkirakan

defisit sangat tinggi, di atas 6%

Desember 2009 Rating kredit Yunani dipangkas oleh lembaga

pemeringkat Fitch akibat beban utang yang

membengkak dan dikhawatirkan mengalami default

dari A- ke BBB+. Hal serupa dilakukan oleh S&P

beberapa pekan berselang. Inilah untuk kali

pertama Yunani kehilangan status A- dan memicu

kegundahan di pasar saham dunia. PM George

Papendrou langsung mengumumkan program

pemotongan belanja publik. Bentrokan pecah di

Athena memperingati satu tahun tewasnya seorang

remaja yang ditembak oleh polisi.

Januari – Februari 2010 Pemerintah mengumumkan putaran kedua langkah-

langkah penghematan yang lebih sulit yaitu

pemotongan gaji sektor publik dan peningkatan

harga bahan bakar. Aksi mogok umum dan protes

terus terjadi sebagai aksi protes terhadap kebijakan

pemerintah

Page 79: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

63

Maret 2010 PM George Papendrou mengumumkan kali ketiga

kenaikan pajak dan pemotongan belanja senilai $

6,5 miliar untuk mengikis defisit dan melunasi

utang dan mengibaratkan krisis anggaran seperti

“situasi perang”

Sumber: Diolah berdasarkan keperluan dari BBC News-Greece Timeline.

http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/1014812.stm, diakses tanggal 10 November

2012 dan Inilah Kronologis Kisis Yunani dari

http://www.monexnews.com/market-outlook/inilah-kronologi-krisis yunani.htm,

diakses tanggal 11 November 2012

Di bawah kepemimpinannya sebagai perdana menteri yang baru, George

Papendrou langsung memotong dana dan gaji publik, menaikkan pajak sebagai

langkah penghematan atas tingginya beban utang, kontraksi ekonomi, dan

besarnya defisit. Tidak cukup satu tahun setelah terpilih, Papendrou telah

melakukan tiga kali langkah penghematan. Ironisnya, setiap langkah penghematan

ini selalu direspon oleh warganya dengan aksi protes besar-besaran. Tingginya

tingkat pengangguran dan pemotongan gaji publik dan naeknya pajak membuat

rakyat Yunani sangat reaktif terhadap kebijakan – kebijakan pemerintahannya

yang merupakan implementasi dari kebijakan Uni Eropa.

Page 80: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

64

Tabel 3.3

Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (April 2010-Okt.2010)

Waktu Perihal

April - Mei 2010 Papendrou berpaling ke Uni Eropa dan IMF

untuk mendapatkan dana segar. Ketakutan

kemungkinan default, dengan cepat Yunani

menyetujui syarat paket penyelamatan (bailout)

senilai 110 miliar euro bagi negaranya untuk

menutupi kewajiban pinjaman sampai tahun

2013. Sebagai prasyarat dari bailout, PM

Papendrou mengumumkan langkah-langkah

penghematan yang lebih ketat lagi. Serikat buruh

melakukan aksi mogok umum sebagai bentuk

protes atas kebijakan pemerintah menyetujui

bailout.

Aksi demonstrasi 48 jam mewarnai jalan-jalan

Yunani. Beberapa bank dibakar yang

mengakibatkan tiga orang tewas

29 September 2010 Ribuan orang turun ke jalan Athena, menentang

pemangkasan anggaran. Aksi serupa juga terjadi

di Portugal dan Irlandia.

Page 81: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

65

Oktober 2010 Pemerintah mengumumkan langkah-langkah

penghematan anggaran baru di tahun 2011 yang

lebih keras lagi seperti membuat pajak baru yang

lebih tinggi dari PPn.

Sumber: Diolah berdasarkan keperluan dari BBC News-Greece Timeline.

http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/1014812.stm, diakses tanggal 10 Oktober 2012

dan Inilah Kronologis Kisis Yunani dari http://www.monexnews.com/market-

outlook/inilah-kronologi-krisis yunani.htm, diakses tanggal 11 November 2012

Ancaman default (gagal bayar utang) atas tingginya utang negara membuat

pemerintah Yunani lewat perdana menterinya meminta bantuan kepada Uni Eropa

dan IMF. Kedua badan ini bersedia memberikan bantuan dana talangan (bailout)

kepada Yunani sebanyak 110 miliar euro dengan jangka waktu 3 tahun. Sebagai

timbal baliknya, Yunani diwajibkan untuk melakukan penghematan yang lebih

ketat lagi sebagai prasyarat mendapatkan bailout. Prasyarat ini direspon

Papendrou dengan mengumumkan penghematan anggaran baru yang lebih keras

lagi di tahun 2011 dengan jalan membuat pajak baru yang lebih tinggi dari PPn.

Hal ini tentu tidak diterima rakyatnya. Untuk itu, rencana tersebut langsung

ditentang oleh rakyatnya lewat demonstrasi selama 48 jam yang sampai

menimbulkan 3 korban jiwa.

Page 82: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

66

Tabel 3.4

Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (Feb.2011-Juni 2011)

Waktu Perihal

Februari 2011 Uni Eropa dan IMF mengatakan tindakan yang

dilakukan Yunani sejauh ini belum cukup

sehingga harus mempercepat reformasi supaya

keuangan negaranya kembali pulih

17 April 2011 Bunga obligasi Yunani melonjak lagi di tengah

kecemasan bahwa program efisiensi tidak akan

berhasil. Negara ini sekarang berada dalam titik

resesi sehingga warga kembali turun ke jalan

15 Juni 2011 Aksi kekerasan kembali terjadi di Athena saat

Papendrou berupaya mengkampanyekan

pemangkasan baru 28 miliar euro selama 4 tahun

19 Juni 2011

Yunani membutuhkan bailout baru 110 miliar

untuk menghindari default. Permintaan itu tidak

dikabulkan pihak Jerman, yang justru meminta

kreditur menerima kerugian dari aset obligasi

Yunani. Sikap pemimpin euro masih terpecah

soal gagasan Jerman

Page 83: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

67

Sumber: Diolah berdasarkan keperluan dari BBC News-Greece Timeline.

http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/1014812.stm, diakses tanggal 10 Oktober 2012

dan Inilah Kronologis Kisis Yunani dari http://www.monexnews.com/market-

outlook/inilah-kronologi-krisis yunani.htm, diakses tanggal 11 November 2012

Meskipun langkah penghematan yang telah dilakukan oleh Yunani selama

ini dirasakan sudah sangat ketat, namun menurut Uni Eropa dan IMF hal itu

belum cukup. Yunani harus menambah program-program penghematannya. Di

tengah kekacauan ekonomi dan potensi default, Yunani kembali meminta bailout

kepada Uni Eropa namun kali ini pemberiannya tidak semulus sebelumnya karena

pihak Jerman menolak pencairan itu.

Tabel 3.4

Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (Juni 2011-Sept.2011)

Waktu Perihal

21 Juni 2011 IMF menyerukan agar pemimpin Eropa bekerjasama

dalam bertindak supaya bencana utang bisa ditangkal.

Negara lain bisa tertular krisis jika tidak aktif

berpartisipasi dalam program pemulihan.

22 Juni 2011 George Papendrou selamat dari mosi tidak percaya

parlemen. Ia meraih 155 dukungan berbanding 143

penolakan. Hal ini disambut baik oleh Komisi Eropa.

29 Juni 2011 Parlemen merestui niat pemerintah memangkas pajak

baru dan anggaran belanja senilai 28 miliar euro.

Page 84: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

68

Aksi demonstrasi kembali merebak.

22 Juli 2011 Uni Eropa menyatakan kesiapannya memberikan

bailout 109 miliar euro, dengan ketentuan bahwa

investor swasta harus menerima pemangkasan nilai

obligasi sampai 20%

September 2011 Yunani mengumumkan pungutan pajak baru sebagai

syarat untuk mendapatkan bailout selanjutnya. Baik

pihak pemerintah maupun parlemen juga harus

menerima pemangkasan nilai gaji sebagai bagian dari

rencana efisiensi.

Lembaga pemeringkat utang, Moody memangkas

peringkat delapan bank Yunani karena kekhawatiran

atas kemampuan Yunani untuk membayar kembali

utangnya

Sumber: Diolah berdasarkan keperluan dari BBC News-Greece Timeline.

http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/1014812.stm, diakses tanggal 15 November

2012 dan Inilah Kronologis Kisis Yunani dari

http://www.monexnews.com/market-outlook/inilah-kronologi-krisis yunani.htm,

diakses tanggal 19 November 2012

Di tengah situasi yang semakin mengkhawatirkan, pemerintah Yunani masih tetap

mengharapkan bantuan dari Uni Eropa dan IMF. Dan kali ini, Uni Eropa kembali

menyatakan kesiapannya dalam memberikan bailout kepada Yunani sebanyak 109

miliar euro dengan syarat investor swasta harus menerima pemangkasan nilai

Page 85: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

69

obligasi sampai 20%. Langkah tersebut disambut oleh Yunani dengan melakukan

pungutan pajak baru sebagai syarat untuk mendapatkan bailout. Pihak pemerintah

maupun parlemen juga harus menerima pemangkasan nilai gaji sebagai bagian

dari rencana efisiensi. Melihat besarnya risiko yang akan ditimbulkan oleh krisis

ekonomi Yunani terhadap negara lain, IMF menyerukan agar pemimpin Eropa,

dalam hal ini pemimpin setiap negara di Benua Eropa khususnya negara zona euro

turut berperan aktif bekerjasama dalam bertindak supaya bencana utang bisa

diminimalisir.

Tabel 3.5

Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (Okt. 2011-Nov. 2011)

Waktu Perihal

27 Oktober 2011 Pemerintah Eropa menambah kapasitas dana bailout

menjadi sekitar 1 triliun euro dengan syarat

penghematan yang lebih ketat lagi. Athena bisa

meraih bailout 100 miliar euro di awal tahun

berikutnya. Setelah melalui pembahasan alot

berjam-jam, pihak investor menerima nilai aset

Yunani dipotong 50% untuk mengurangi beban

utang negara itu

31 Oktober 2011 PM George Papendrou mengumumkan sebuah

referendum demi paket penyelamatan yaitu

menerima bailout atau tidak. Papendrou

Page 86: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

70

mendapatkan banyak kritik yang serius atas rencana

referendum. Nasibnya sebagai kepala pemerintahan

dipertaruhkan sebagai risiko atas sikapnya itu

3 November 2011 Sang perdana menteri membatalkan rencana

menggelar referendum. Menteri Keuangan,

Evangelos Vanizelos meredam kecemasan dengan

pernyataannya bahwa keanggotaan Yunani terlalu

berharga untuk ditaruh di meja voting. Untuk

pertama kali dalam sejarah, petinggi G-20 bertemu

di Cannes, Prancis. Mayoritas delegasi sepakat

bahwa Yunani harus keluar dari zona euro jika gagal

mengatasi krisisnya.

6 November 2011 George Papendrou resign dari kursi perdana menteri

11 November 2011 Lucas Papademos mengambil alih kepemimpinan

kabinet sebagai utusan dari partai koalisi

Sumber: Diolah berdasarkan keperluan dari BBC News-Greece Timeline.

http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/1014812.stm, diakses tanggal 19 November

2012 dan Inilah Kronologis Kisis Yunani dari

http://www.monexnews.com/market-outlook/inilah-kronologi-krisis yunani.htm,

diakses tanggal 19 November 2012

Melihat besarnya jumlah utang yang dimiliki Yunani, pihak investor setuju

untuk memutihkan 50% utang Yunani dengan syarat penghematan yang lebih

ketat lagi. Meskipun utangnya sudah dikurangi, perekonomian Yunani masih

Page 87: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

71

mendapatkan perhatian serius dari para pemimpin G-20 dengan menggelar sebuah

pertemuan untuk membahas solusi bagi Yunani. Dan mayoritas delegasi sepakat

bahwa Yunani harus keluar dari zona euro jika gagal mengatasi krisisnya.

Kekacauan perekonomian Yunani juga semakin diperparah oleh rivalitas partai-

partai yang berkuasa di negara ini karena kelihatannya partai hanya fokus pada

masalah bailout antara diterima atau ditolak. Ada tiga partai besar yang

memegang peranan dalam pemerintahan Yunani yaitu Partai Demokrasi Baru,

Partai Sosialis PASOK, dan Partai Syriza.

Partai-partai kecil lainnya beserta perolehan suaranya dalam pemilu 17

Juni lalu adalah Independent Greeks mendapatkan 20 kursi (7,5% dukungan),

Golden Dawn mendapatkan 18 kursi, Democratic Left 17 kursi, dan Partai

Komunis mendapatkan 12 kursi. Untuk itu, Papendrou memutuskan akan

menggelar referendum terkait bailout dari Uni Eropa sekaligus menentukan

apakah Yunani masih akan bergabung dalam zona euro atau keluar dari zona euro.

Keputusan Papanderou ini dianggap sebuah maneuver yang sangat fatal karena

dapat membuat Yunani keluar dari Uni Eropa dan akhirnya mengancam

menghancurkan Uni Eropa itu sendiri, maneuver Papanderou ini akhirnya dihujat

oleh banyak pihak baik dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan hal ini ditentang

habis-habisan oleh rakyatnya yang membuat Papendrou mengundurkan diri dari

jabatannya sebagai perdana menteri dan digantikan oleh Lucas Papademos.

Referendum pun batal dilaksanakan. Dan akhirnya Papademous menjadi korban

politik pertama dari kemelut krisis ekonomi yang sedang melanda Eropa.

Page 88: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

72

Kemudian, setelah George Papanderou menjadi korban politik pertama

yang disebabkan oleh krisis ekonomi yang terjadi. Krisis politik ini merembet ke

negara – negara Uni Eropa lainnya yang juga terkena krisis ekonomi yaitu Italia.

Silvio Berlusconi perdana menteri Italia menjadi korban berikutnya yang harus

mundur dari jabatannya sebagai perdana menteri. Silvio Berlusconi akhirnya

mundur dari jabatannya setelah mendominasi panggung politik Italia selama 17

tahun. Pengunduran diri Berlusconi disambut meriah ribuan pemrotes di kota

Roma. Lebih dari 1.000 pengunjuk rasa telah berkumpul di kediaman presiden di

Quidrinale Palace, tempat diumumkannya pengunduran tersebut. Kegembiraan

massa pecah ketika mereka mendengar Berlusconi telah meletakkan jabatan dan

lapangan tersebut menjadi tempat pesta (Kompas, 2011). Mundurnya Silvio

Berlusconi ini dikarenakan kehilangan dukungan dari parlemen akibat krisis utang

yang menjerat Italia. Utang Pemerintah Italia terakhir dilaporkan menembus

angka 119% dari PDB negara itu. Dari tahun 1988-2010, rata-rata utang

pemerintah Italia terhadap PDB adalah 108,59% (Reuters, 2012). Berikut ini

grafik utang pemerintah Italia terhadap PDB:

Page 89: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

73

Grafik 3.3

Sumber: http://www.tradingeconomics.com/italy/government-debt-to-gdp

diakses pada tanggal 6 Januari 2013

Sedangkan grafik pengeluaran pemerintah Italia menunjukan penurunan drastis

sejak tahun 2010 – 2012 akibat program Austerity yang diterapkan oleh Uni Eropa

untuk negara – negara yang mendapatkan dana talangan dalam menjaga likuiditas

perekonomiannya.

Grafik 3.3

Sumber: http://www.tradingeconomics.com/italy/government-spending

diakses pada tanggal 6 Januari 2013

Page 90: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

74

Kondisi ekonomi dalam negeri yang begitu buruk akhirnya mengakibatkan

resistensi dari rakyat Italia, berbagai demo dan kericuhan terjadi. Rakyat

menyoroti Silvio Berlusconi yang dianggap sebagai “Badut”. Akhirnya setelah

parlemen Italia menyetujui program Austerity Berlusconi pun akhirnya mundur

dari posisi perdana mentri Italia dan digantikan oleh Mario Monti (BBC, 2011).

Silvio Berlusconi pun menjadi korban politik kedua di akibatkan oleh krisis

ekonomi yang terjadi.

Tabel 3.6

Kronologi Perjalanan Perekonomian Italia (Juli 2010 – Des.2011)

Waktu Perihal

Juli 2010

Pemerintah Italia percaya pada paket

penghematan untuk memperkuat keuangan

negaranya. Berlusconi mengalami perpecahan

dengan mantan sekutu politiknya, Ketua

Parlemen, Gianfranco Fini, yang mendirikan

partai oposisi Italia (FLI).

Desember 2010 Utang pemerintah mencapai 1,75 triliun euro

dan merupakan utang terbesar di Eropa.

Juli 2011

Uni Eropa dan IMF meminta Italia untuk

berbuat lebih banyak mengurangi utang

negaranya karena terbesar di zona euro dan

mendorongnya untuk melakukan pemotongan

belanja.

September 2011

Parlemen memberikan persetujuan akhir atas

paket penghematan senilai 54 miliar euro

dengan syarat anggaran Italia harus seimbang

pada tahun 2013.

Oktober 2011

Perdana Menteri Berlusconi memenangkan

suara sebagai kepercayaan dalam menangani

perekonomian. Namun, pada saat itu juga

lebih dari 130 anggota masyarakat dan lebih

dari 100 polisi terluka dalam protes massa di

Roma terhadap penghematan dan praktek

perbankan.

November 2011 Di tengah keraguan yang berkembang tentang

beban utang Italia, Berlusconi mengundurkan

Page 91: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

75

diri setelah pemerintahnya gagal untuk

mendapatkan suara mayoritas penuh dalam

pemungutan suara anggaran. Presiden Giorgio

Napolitano mencalonkan mantan komisaris

Uni Eropa, Mario Monti, untuk

mengambilalih pemerintahan.

Desember 2011

Monti menerapkan langkah-langkah

penghematan sebesar 33 miliar euro dengan

mengurangi pengeluaran atas persetujuan

parlemen dan meningkatkan pajak

Sumber: Diolah berdasarkan keperluan dari Italy Profile.

http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-17435616, dan A Timeline of the Italians.

http://www.scaruffi.com/politics/italians.html, diakses tanggal 6 Januari 2013

3.3 Benturan Kepentingan Nasional

3.3.1 Jerman – Perancis pasca Merkozy26

Munculnya pemimpin sosialis Francois Hollande sebagai presiden

Perancis memberikan dampak terhadap politik Uni Eropa dan memunculkan

tanda tanya mengenai kemitraan paling penting di Uni Eropa yaitu Jerman dan

Prancis. Baik bukti sejarah dan apa yang sudah terjadi pada era “MERKOZY”,

hubungan antara kedua pemimpin ini menjadi sebuah konstelasi politik yang

terbaik bagi Zona Eropa. Namun, dengan terpilihnya Hollande sebagai presiden

Perancis memunculkan sebuah perdebatan mengenai kelangsungan kerja sama

Jerman dan Perancis dalam menyelesaikan Krisis yang melanda kawasan. Hal ini

disebabkan oleh kenyataan bahwa kedua pemimpin negara tersebut datang dari

dua posisi ideologi dan partai yang berbeda.

26

Merkozy adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan dekatnya hubungan

Perancis dan Jerman ketika Nicolas Sarkozy masih menjabat sebagai presiden Perancis.

Page 92: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

76

Sejauh pengamatan penulis dari berbagai sumber berita, terjadi perbedaan

pandangan dalam melihat langkah – langkah yang harus diambil berkaitan dengan

penanganan krisis setelah terpilihnya Francois Hollande sebagai presiden

Perancis. Perbedaan pandangan ini terlihat dari solusi yang diusung oleh dua

negara kuat yang menjadi pondasi bagi ekonomi Uni Eropa yakni Prancis dan

Jerman. Kanselir Jerman Angela Merkel memegang teguh pandangannnya bahwa

penghematan (Austerity) dan pemotongan anggaran belanja untuk menahan laju

inflasi dan mengurangi defisit anggaran negara – negara anggota Uni Eropa

adalah satu – satunya cara untuk mengatasi krisis.

Jerman yang sekarang menjadi andalan dan kunci penting penyelesaian

krisis zona euro bersikeras pada pendapat, negara-negara yang terkena krisis harus

mampu memulihkan diri sendiri. Langkah yang harus dilakukan, antara lain,

perbaikan administrasi keuangan publik, memberantas penghindaran pajak

maupun pengeluaran yang boros, serta menyingkirkan peraturan pasar produk dan

buruh yang mengacaukan daya saing. (Kompas, 2012) Meskipun kebijakan

penghematan ini ditentang bahkan oleh partai Angela Merkel sendiri tidak

menggoyahkan pandangannya. “The chancellor said on Monday that the North

Rhine-Westphalia election had been a "bitter, painful defeat" for her party, but

she signalled she would stand firm on austerity, saying: "It does not affect the

work we have to do in Europe." Nobody in her government opposed growth, she

said, but she added that growth measures mustn't bloat budget deficits” (Spiegel,

2012).

Page 93: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

77

Sedangkan Presiden Prancis yang baru saja terpilih pada 6 Mei 2012 Francois

Hollande memiliki pandangan yang berbeda tentang program penghematan

(Austerity) yang diusung oleh Angela Merkel. Dia menyatakan bahwa dia adalah

sosok yang akan mengakhiri kebijakan penghematan diseluruh Eropa dan

menggantinya dengan kebijakan – kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi (Growth). “If we say Germany will pay to cover the debts

and deficits, I understand their reticence. Everybody must make their efforts [on

public finances], but Germany must realise that it is growth that will allow us to

solve a big part of our problems.” (Hollande, 2012)

Tabel 3.7

Resesi berat pada tahun 2008 – 2009, menekan negara terlemah dalam

kelompok negara defisit mengalami gabungan antara krisis fiskal dan krisis utang

GDP at market prices for the euro zone and the

UK Annual figures - percentage change from previous period

GEO/TIME 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Belgium 3.5 3.7 0.8 1.4 0.8 3.3 1.7 2.7 2.9 1.0 -2.8 2.3 1.9

Germany 1.9 3.1 1.5 0.0 -0.4 1.2 0.7 3.7 3.3 1.1 -5.1 3.7 3.0

Estonia -0.3 9.7 6.3 6.6 7.8 6.3 8.9 10.1 7.5 -3.7 -14.3 2.3 7.6

Ireland 9.9 9.3 4.8 5.9 4.2 4.5 5.3 5.3 5.2 -3.0 -7.0 -0.4 0.7

Greece 3.4 3.5 4.2 3.4 5.9 4.4 2.3 5.5 3.0 -0.2 -3.3 -3.5 -6.9

Spain 4.7 5.0 3.7 2.7 3.1 3.3 3.6 4.1 3.5 0.9 -3.7 -0.1 0.7

France 3.3 3.7 1.8 0.9 0.9 2.5 1.8 2.5 2.3 -0.1 -2.7 1.5 1.7

Italy 1.5 3.7 1.9 0.5 0.0 1.7 0.9 2.2 1.7 -1.2 -5.5 1.8 0.4

Cyprus 4.8 5.0 4.0 2.1 1.9 4.2 3.9 4.1 5.1 3.6 -1.9 1.1 0.5

Luxembourg 8.4 8.4 2.5 4.1 1.5 4.4 5.4 5.0 6.6 0.8 -5.3 2.7 1.6

Malta : : -1.5 2.8 0.1 -0.5 3.7 2.9 4.3 4.1 -2.7 2.3 2.1

Netherlands 4.7 3.9 1.9 0.1 0.3 2.2 2.0 3.4 3.9 1.8 -3.5 1.7 1.2

Austria 3.5 3.7 0.9 1.7 0.9 2.6 2.4 3.7 3.7 1.4 -3.8 2.3 3.1

Portugal 4.1 3.9 2.0 0.8 -0.9 1.6 0.8 1.4 2.4 0.0 -2.9 1.4 -1.6

Slovenia 5.3 4.3 2.9 3.8 2.9 4.4 4.0 5.8 6.9 3.6 -8.0 1.4 -0.2

Slovakia 0.0 1.4 3.5 4.6 4.8 5.1 6.7 8.3 10.5 5.8 -4.9 4.2 3.3

Finland 3.9 5.3 2.3 1.8 2.0 4.1 2.9 4.4 5.3 0.3 -8.4 3.7 2.9

United Kingdom 3.7 4.5 3.2 2.7 3.5 3.0 2.1 2.6 3.5 -1.1 -4.4 2.1 0.7

Source:Eurostat

Page 94: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

78

luar negeri. Krisis ekonomi Eropa juga menyebabkan ketegangan politik antara

Perancis (Defisit) dan Jerman (Surplus). Perbedaan pendapat dan tujuan antara

kedua pemimpin negara yang mempunyai kekuatan didalam penentuan kebijakan

di Uni Eropa ini berjalan alot hingga menyebabkan penanganan krisis terkesan

berjalan sangat lambat dan terlambat. Karena pengaruh perilaku kedua negara

tersebut sangat kuat dalam penanganan krisis yang melanda Zona Eropa, hal ini

dikarenakan Jerman dan Perancis mempunyai porsi yang paling besar dalam

keseluruhan GDP Eropa. Pendapat tentang lambatnya langkah – langkah yang

diambil untuk menangani krisis karena negara – negara yang menopang ekonomi

Eropa mementingkan kepentingan mereka sendiri – sendiri ini sejalan dengan

pernyataan Dimitrios Droutsas dalam wawancaranya dengan Marwan Bishara.

(Aljazeraa, Juni 2012)

Marwan, let me also clarify one thing, when you are facing

bankruptcy as a country, when you are facing those huge problems

that you have created yourself, but you are facing bankruptcy and

nobody is really willing to help you, it is like you have a knife on

your throat. You know what people in the corridors always say

about Angela Merkel? She’s always coming a quarter of an hour

too late. Because, we are waiting too long to take decisions.

Proposals, proposals were put, the first reaction, no, then the crisis

is developing further, we reconsider and then we do things that we

could have done too long time ago.

Mengacu pada dua pandangan yang berbeda mengenai langkah – langkah yang

tepat dalam mengatasi krisis ekonomi di Eropa ini, dapat dilihat bahwa dua negara

tersebut membawa kepentingan – kepentingan Nasional masing – masing. Tarik

menarik antara kedaulatan Jerman dan Prancis sebagai unit negara bangsa

mempengaruhi kebijakan – kebijakan yang diambil Uni Eropa sebagai unit

institusi regional.

Page 95: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

79

Pada bulan Juli 2012, Fasilitas Stabilisasi Keuangan Eropa (EFSF) yang

terdiri atas negara-negara Uni Eropa bertemu. Mereka membicarakan proposal

Yunani untuk menambah dana talangan. Disepakati akan ada penambahan 157

miliar dollar AS sebagai dana talangan. Sentimen pasar permodalan membaik dan

kebijakan ini melegakan negara-negara yang terjangkit krisis utang. Namun patut

disayangkan pelaksanaannya tidak mudah bagi negara-negara yang berkontribusi

besar dalam perekonomian zona euro. Beberapa negara dengan porsi kuota

terbesar di Bank Sentral Eropa enggan merealisasikan dana talangan jilid II untuk

Yunani. Ada resistensi politik dalam negeri yang lebih mengutamakan perbaikan

ekonomi nasional. Tentu saja dana talangan akan melibatkan cadangan finansial di

Bank Sentral Eropa (ECB). Penolakan yang saat ini tampak tecermin dari negara

dengan kontribusi terbesar, yaitu Deutsche Bundesbank (Jerman) sebesar 18,9

persen dan Banque de France (Perancis) sebesar 14,3 persen, keduanya

mengedepankan prinsip nasion-sentrisme. Namun, Inggris sebagai kontributor

terbesar kedua justru beranggapan krisis utang Eropa akan melemahkan ekspor

Inggris ke kawasan itu.

3.3.2 Perbedaan pandangan 3 negara utama (Jerman, Inggris dan Prancis)

Krisis ekonomi Yunani menjadi awal terjadinya perbedaan pandangan

terhadap krisis ekonomi yang terjadi dan akhirnya menyeret hampir seluruh

negara yang menggunakan mata uang Euro kedalam kondisi krisis. Di dalam

penanganannya Uni Eropa mengambil berbagai kebijakan untuk menyelamatkan

Yunani. Sepanjang perjalanan krisis di Zona Eropa, Yunani adalah negara yang

paling banyak mendapatkan bail out. Dalam proses pengambilan tindakan

Page 96: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

80

penyelamatan itu terlihat munculnya perbedaan pandangan dan benturan

kepentingan mengenai Yunani baik berkaitan dengan bail out maupun austerity,

Ekonomi Yunani tidaklah semapan ekonomi negara Uni Eropa lainnya

seperti Jerman, Prancis, dan Inggris. Inilah salah satu faktor yang membuat

Yunani mudah dilanda krisis ekonomi dan sekaligus sebagai negara Uni Eropa

yang pertama kali terkena krisis ekonomi. Krisis tersebut kemudian

mempengaruhi Irlandia, Portugal, Spanyol, dan Italia. Tujuan penulis membahas

mengenai Yunani selain karena faktor Yunani adalah negara pertama yang terkena

krisis dan juga negara yang paling parah terkena krisis utang di Zona Eropa.

Persyaratan yang dituntut oleh Uni Eropa kepada Yunani agar dapat menerima

bail out tersebut mengharuskan Yunani menjalankan program penghematan yang

merupakan bagian dari program Austerity yang didukung oleh Angela Merkel

Kanselir Jerman.

Ribuan orang terlibat baku hantam dengan aparat di ibukota Yunani,

Athena, saat berdemo menentang langkah penghematan. Di beberapa titik, massa

dengan aparat berjibaku. Dilaporkan dua orang polisi dan empat demonstran

terluka, sementara itu 12 orang demonstran lainnya ditahan (viva news, 2011).

Massa menolak rencana pemerintah Yunani untuk menerapkan program Austerity

jilid II. Kondisi Yunani yang sudah sangat parah dengan tingkat pengangguran

40% ini memantik sejumlah komentar dari para ekonom dunia bahwa tindakan

Jerman memaksakan Austerity sebagai langkah penanganan krisis merupakan

tindakan yang salah (Krugmann, 2012; Stiglitz, 2012; Soros, 2012).

Page 97: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

81

Seperti yang John Mauldin katakan, “Austerity without default (or

monetization, default’s cousin) produces misery.” Rakyat di negara – negara

anggota Uni Eropa sudah semakin tidak sabar dan sangat mudah untuk turun ke

jalan melakukan aksi – aksi demonstrasi terhadap pemerintah. Hal ini disebabkan

kebijakan pengetatan anggaran dan tingginya tingkat pengangguran di seentero

Eropa. Weiss memberi penjelasan mengenai hal ini seperti yang ia kutip dari

Rodrik (1996), yaitu “if governments wish to avoid social instability while

preserving the benefits of open markets, they must provide the social protection to

reduce those pressures. In this view, globalization has gone too far and

accordingly increased rather than diminished the need for public intervention.”

Apa yang terjadi di Uni – Eropa seperti menjadi sebuah penegasan apa yang

dikatakan oleh Weiss, dengan adanya kebijakan penghematan atau Austerity

Policy di kawasan Eropa secara logis menghilangkan jaminan – jaminan sosial

yang pada nyatanya masyarakat Uni – Eropa terbiasa menikmati jaminan –

jaminan tersebut.

Jerman memaksakan kebijakan ini dengan resiko membawa Eropa ke

jurang resesi ekonomi untuk waktu yang sangat panjang. Ada dua hal yang

menjadi dasar Jerman terhadap program ini yang peneliti temukan melalui

berbagai sumber yaitu Pertama, Jerman percaya pada program austerity karena

Jerman telah mengalaminya pada era setelah jatuhnya tembok Berlin. Program

Page 98: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

82

penghematan ini telah berhasil membawa Jerman menjadi perekonomian yang

kuat di zona Eropa27

.

The two biggest economies in the euro zone, France and Germany, could

be on a collision course over the choice of strategy to pull Europe out of

the debt crisis. The new French president has said austerity is not working

and it is time to focus on growth, but Germany has experience of austerity

leading to a strong economy. When the Berlin Wall came down, the former

West Germany poured billions into helping the East grow and it paid for

the expansion by freezing wages for more than a decade (Satchell, 2012).

Kedua, karena adanya tekanan dari dalam negeri mengenai dana talangan yang

diberikan kepada Yunani dan Spanyol. Jerman merupakan pihak yang paling

banyak berkontribusi dalam dana talangan yang digunakan ECB dan ESM dalam

menyelamatkan negara – negara zona Eropa yang terkena krisis utang. Rakyat

Jerman tidak rela jika uang hasil kerja keras mereka digunakan untuk negara –

negara yang krisis dikarenakan tidak disiplin dengan kebijakan fiskalnya.

“Germany will not accept either a fiscal union or a banking union that would use

its taxpayers' money to subsidise others in the eurozone. These debates have

merely distracted attention from Germany's determination to impose rigid fiscal

discipline on "delinquents" and to monitor only the biggest banks in the eurozone,

leaving smaller German banks out of the net” (Guardian, 2012). Namun tetap

Jerman harus menyelamatkan Yunani, tidak ada pilihan karena jika Yunani keluar

27

Mengenai hal ini diambil dari berita BBC ‘German faith in austerity explained’, dalam

berita tersebut terdapat penjelasan mengapa Jerman mengambil jalan penghematan

sebagai solusi dalam mengatasi krisis zona Eropa.

Page 99: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

83

dari Uni Eropa maka itu akan membawa keperpecahan Uni Eropa dan akan

menyebabkan kerugian lebih besar untuk Jerman. Akan tetapi, Jerman tidak akan

bisa membayar kebangkrutan Spanyol dan Italia, dan mem-bail-out mereka.

Kenyataan ini semakin menjadi nyata di Berlin, sehingga menyebarnya krisis

ekonomi ini mengancam menyeret Jerman. Mereka telah gagal menyelesaikan

krisis Yunani dengan injeksi uang yang besar. Dan tidak ada cukup uang

di Bundesbank untuk menghapus utang-utang Spanyol dan Italia,

Inilah mengapa gagasan “Surat Obligasi Euro” ditentang oleh Jerman,

yang harus menanggung biaya ini. Ini akan memerlukan negosiasi perjanjian Uni

Eropa yang baru. Ini akan menjadi pengalaman yang paling menyakitkan, yang

jauh dari menyatukan Eropa, tetapi justru akan mengekspos semua kontradiksi-

kontradiksi dan friksi-friksi antara negara-negara Eropa. Alih-alih menciptakan

Eropa yang tersatukan, ini akan mempercepat perpecahan Uni Eropa. Itulah yang

membuat Jerman sebagai negara yang paling kuat ekonominya di Eropa untuk

memperkuat kedaulatannya demi kepentingan nasional Jerman sendiri. Hal ini

juga yang membuat Jerman menolak rencana Banking Union dan Fiscal union28

jika tidak ada perjanjian penghematan anggaran dan pemotongan belanja

pengeluaran negara – negara serta pengawasan yang ketat diseluruh negara –

negara zona Eropa. Prilaku meminta kompensasi atau timbal – balik ini sudah

disinggung oleh Moravscik yakni “When Member State governments support each

other’s objectives that are not immediately in their own interest, they will demand

28

Perbedaan pandangan antara pemimpin Jerman dan Perancis diberitakan di kompas

pada tanggal 22 September 2012 ‘Pertemuan dua pimpinan dua negara di Uni Eropa,

yakni Jerman dan Perancis, Sabtu (22/9/2012) pekan lalu, belum mencapai titik temu

mengenai pembentukan penyatuan sistem perbankan atau banking union’.

Page 100: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

84

‘trade-offs’ or ‘package deals’ so that they receive some form of compensation in

return” (Moravcsik, 1993). Namun kanselir Jerman Angela Merkel merasa reaksi

negara – negara lain yang pro-growth melawan pemaksaaan dia terhadap program

austerity merupakan sesuatu yang mengejutkan, seperti yang dia nyatakan dalam

pidatonya di Berlin “It’s just about not spending more than you collect. It’s

astonishing that this simple fact leads to such debates,” (Merkel, 2012). Jerman

telah berkali – kali memaksa bahwa seluruh negara zona Eropa yang dalam krisis

utang termasuk Yunani dan Spanyol harus menerapkan program austerity untuk

mengkontrol keuangan mereka. Sementara itu Perancis, Italia, IMF sekarang

menekankan akan perlunya tindakan yang pro-growth (Telegraph, 2012).

Kemudian, disisi sebaliknya negara – negara yang menganggap Austerity

sudah terbukti tidak bekerja dan menimbulkan ketegangan sosial diseluruh zona

Eropa. Upaya untuk menentang program ini mendapatkan momentumnya ketika

terjadi kehebohan politik dengan terpilihnya Hollande’ sebagai presiden Perancis

pada tahun 2012 dan berakhirnya pemilihan umum disejumlah negara – negara

Eropa yang menunjukan beberapa perpecahan pendapat mengenai Eropa (Lihat

Bab 3 mengenai hasil pemilu nasional 4 negara Eropa).

Sebagai seorang sosialis Hollande’ menyatakan bahwa Austerity bukanlah

satu – satunya jalan untuk kekacauan finansial di Eropa. Dalam pidato

kemenangannya dia menyatakan bahwa kemenangan dia melawan Sarkozy dalam

pemilihan memberikan sebuah pesan yang jelas bahwa Perancis dan rakyatnya

tidak menginginkan terkungkung oleh belenggu program austerity, dan dia juga

menyatakan bahwa pesan ini juga datang dari seluruh rakyat Eropa "In all the

Page 101: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

85

capitals, beyond government leaders and state leaders, there are people who,

thanks to us, are hoping, are looking to us, and want to put an end to austerity,"

(Hollande’, 2012). Kemudian disusul dengan berbagai demonstrasi yang terjadi

disebagian besar negara – negara zona Eropa yang menjadi korban program yang

diusung oleh Jerman tersebut.

Sedangkan Inggris sebagai negara yang berada di zona Eropa namun sejak

awal terbentuknya Uni Eropa lebih memilih menggunakan mata uangnya sendiri,

sepanjang krisis yang terjadi menunjukan sikap yang cenderung tidak mau ikut di

setiap kesepakatan zona Eropa. Sikap Inggris ini memantik berbagai kemarahan

negara – negara anggota Uni Eropa dikarenakan setiap manuver - manuver Inggris

di pertemuan – pertemuan zona Eropa tidak membantu penyelesaian krisis utang

di zona Eropa. Inggris bahkan dengan jelas menyatakan bahwa segala agenda

perjanjian dan kebijakan Uni Eropa tidak sejalan dengan kepentingan nasional

mereka, oleh karena itu mereka memveto masalah kebijakan fiscal compact.

But after 11 hours of bad-tempered talks, Mr Cameron said that he

had blocked the changes because France and Germany had

refused to agree to a “protocol” giving the City of London

protection from a wave of EU financial service regulations related

to the eurozone crisis. “I came here with one of two outcomes in

mind: safeguards that made a treaty within a treaty, a complex

legal structure, or if we could not have that, allowing others to go

off in a treaty on their own and ensuring that the EU is maintained

as a single market,” he said. “I had to pursue very doggedly what

was in British national interest. It is not easy when you are in a

room where people are pressing you to sign up to things because

they say it is in all our interests. So It is sometimes the right thing

to say, ‘I cannot do that, it is not in our national interest, I don't

want to put that in front of my parliament because I don't think I

can recommend it with a clear conscience, so I am going to say no

and exercise my veto’,” (Telegraph, 2011)

Page 102: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

86

Dalam rangka menentang akan perlunya sebuah integrasi yang lebih jauh dari

Zona Eropa telah membuat Inggris semakin terpisah dan berada dipinggiran

perkembangan Eropa. Posisi Inggris ini sangat konsisten dengan tujuan Inggris

sejak awal terbentuknya Uni Eropa dan menolak menggunakan mata uang tunggal

yaitu mendapatkan keuntungan dari adanya sebuah pasar tunggal sementara itu

menghindari kewajiban yang harus dilakukan karena sistem tersebut (kontribusi

anggaran, regulasi dan lain – lain) dari anggota penuh Uni Eropa. Inggris bisa

sampai pada posisi seperti ini dikarenakan peran dari sayap kanan yang skeptic

pada Uni Eropa.

The question arises as to how the UK has got itself into this

position. Evidently, a right wing Euroscepticism has construed an

alignment between UK national interests and anti-Europeanism by

presenting the EU as a chronic constraint on business. With

varying degrees of extremism, the position that the UK economy is

restricted by Brussels regulation and must be freed from its

regulatory barriers to growth has been repeated ad

nauseum across key sections of the political class. This is part of a

national defence of the ‘Anglo’ model in the face of a European

crisis. (Gifford, 2012)

Inggris memang dalam sejarahnya selalu bersikap menentang terhadap proyek

integrasi Eropa. Tidak seperti negara – negara yang menjadi pencetus gagasan

terbentuknya Uni Eropa yakni Belgia, Perancis, Jerman, Italia, Luxembourg dan

Belanda. Ke enam negara tersebut merupakan pihak yang kalah ataupun terinvasi

pada era perang dunia. Inggris merupakan pihak pemenang perang dunia II dan

secara luas kemenangan itu merupakan momen terbaik Inggris. Sehingga ide – ide

mengenai rekonsiliasi melalu integrasi tidak pernah ada dalam bayangan inggris

seperti layaknya dalam bayangan negara – negara di kawasan Eropa tersebut.

Manuver – maneuver Inggris di era krisis ekonomi kawasan ini akhirnya

Page 103: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

87

memantik amarah dari negara – negara anggota Uni Eropa seperti Jerman,

Perancis dan Inggris (BBC, 2011).

"And this dirty game that the British are playing - wanting to stay

with one foot in and one foot out of Europe - risks collapsing the

entire system. London must be either in, or out. But they simply

cannot sabotage everything."

Dorongan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa sangat lah kuat dari dalam negeri,

hal ini membuat Inggris sangat berhati – hati dalam perannya di dalam Uni Eropa.

Bahkan suatu jajak pendapat yang dilakukan youGov pada tahun 2011

menunjukan bahwa 52% rakyat Inggris mendukung jika ada kemungkinan Inggris

keluar dari Uni Eropa.

Gambar 3.1

Sumber: http://www.noiseofthecrowd.com/wp-content/uploads/2012/05/EU-vote-

2012.png diakses pada 13 Januari 2013.

Page 104: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

88

Jika dilihat dari keadaan ekonomi ketiga negara tersebut sebenarnya dapat

dimaklumi mengapa begitu dalam perbedaan mereka. Secara indikator ekonomi

seperti GDP, Public Debt dan budget deficit. Jerman sebagai perekonomian

kawasan tersebut berada di kondisi perekonomian yang surplus sedangkan

Perancis dan Inggris berada di kondisi ekonomi yang defisit. Sehingga didalam

krisis ekonomi yang terjadi ini ketiga negara tersebut berangkat dari kepentingan

yang berbeda. Bahkan menurut Krugmann (2011) sebenarnya Perancis tidak

membutuhkan program Austerity dikarenakan kondisi ekonomi Perancis masih

berada di tataran yang aman. Namun hal itu tidak dimungkinkan untuk dilakukan

karena kedua negara dan seluruh negara – negara anggota di Uni Eropa

merupakan sebuah kesatuan dalam mata uang tunggal dan institusi regional. Satu

kebijakan yang diambil oleh Uni Eropa harus diterapkan keseluruh negara

anggota tanpa menghiraukan bagaimana kondisi negara tersebut.

Tabel 3.8

Kelompok Defisit

Current

Account Balance (d

alam % dari GDP,

2010)

Public Deficit

(Dalam % dari

GDP, 2010)

Pertumb

uhan

GDP (%)

Pertumb

uhan

GDP

2001-

2010(%)

Share of

Euro-

Zone

GDP (%

)

Yunani -10,6 -9,6 -4,2 2,3 2,5

Irlandia -1,1 -32,3 -0,2 2,6 1,7

Italia -3,2 -5,0 1,1 0,2 16,8

Portugal -10,7 -7,3 1,3 0,6 1,9

Spanyol -4,8 -9,3 -0,2 2,1 11,5

Slovakia -2,9 -8,2 4,1 4,8 0,7

Slovenia -0,7 -5,8 1,1 2,7 0,4

Perancis -3,3 -7,7 1,6 1,2 21,2

Rata –

Rata

-4,7 -10,7 0,6 2,7 Jumlah:

56,8

Page 105: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

89

Sumber: European Comission, sebagaimana terdapat dalam Schmidt, Ingo. European

Monetary Union: Muddling Through, Falling Apart, Going Where? Global Research. 13

Desember 2012.

Tabel 3.8

Kelompok Surplus

Current

Account Balance (d

alam % dari GDP,

2010)

Public Deficit

(Dalam % dari

GDP, 2010)

Pertumbu

han GDP

(%)

Pertumb

uhan

GDP

2001-

2010(%)

Share of

Euro-

Zone

GDP (%

)

Austria 3,0 -4,3 2,0 1,5 3,1

Belgia 1,7 -4,8 2,0 1,4 3,7

Denmark 4,5 -5,1 2,3 0,7 2,5

Finlandia 1,3 -3,1 2,9 1,8 1,9

Jerman 4,8 -3,7 3,7 0,9 27,1

Luxembur

g

8,4 -1,8 3,2 3,0 0,4

Belanda 5,2 -5,8 1,7 1,3 6,4

Rata –

Rata

4,1 -4,1 2,5 1,5 Jumlah:

45,1

Sumber: European Comission, sebagaimana terdapat dalam Schmidt, Ingo. European

Monetary Union: Muddling Through, Falling Apart, Going Where? Global Research. 13

Desember 2012.

Dari pembahasan dalam narasi diatas mengenai posisi negara – negara besar di

Uni Eropa dapat terlihat bahwa berbagai kepentingan, pandangan dan posisi

berbeda mencuat didalam krisis yang terjadi di zona Eropa. Saling berbenturan di

karenakan setiap negara – negara tersebut merasa sebagai negara – bangsa

mempunyai kedaulatan yang harus dijaga. Jika didalam kondisi yang normal

masalah integrasi ekonomi perbedaan – perbedaan di kawasan Eropa baik Sosial

maupun Kultural mungkin bisa dikesampingkan dikarenakan keuntungan –

keuntungan yang di dengung – dengungkan para pengusung teori – teori integrasi

Page 106: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

90

ekonomi. Namun dikala ekonomi sebagai pintu masuk yang sejak pertama teori –

teori fungsionalisme dan neo-fungsionalisme (Mitrany, Ernt haas, Muandell,

Ballasa) terkena krisis semua perbedaan ini menjadi permasalahan dalam

mengatasi krisis. Akhirnya Integrasi ekonomi itu sendiri menjadi sebuah penjara

bagi negara – negara di dalamnya. Seperti yang dikatakan Krugmann (2011) di

dalam integrasi seperti di Eropa akan menyebabkan hilangnya kemampuan negara

untuk menentukan kebijakan ekonomi yang tepat dalam masa krisis sehingga

negara-negara seperti Yunani terjerembak dalam krisis ekonomi. Negara-negara

yang bergabung dalam zona Eropa kehilangan kendali untuk menghadapi keadaan

diluar perkiraan mereka. Semestinya sebuah negara mampu melakukan

pencegahan sebelum krisis ekonomi muncul.

Semua itu dikarenakan segala upaya yang dilakukan untuk mengatasi

krisis ekonomi yang terjadi harus dilakukan dan diputuskan ditataran regional,

dalam proses ini kekuatan dari negara – negara besar menjadi penentu arah

kebijakan regional. Sedangkan segala perbedaan dan kondisi yang terjadi di

negara – negara anggota disimplifikasi dalam satu ketentuan yang terbentuk hanya

karena persepsi satu negara kuat didalam integrasi (Dalam kasus krisis di zona

Eropa ini adalah Jerman). Namun, dalam upaya untuk membentuk sebuah

ketentuan ini diharuskan melewati sebuah proses benturan antara dua kekuatan

atau lebih yang mempunyai pengaruh didalam integrasi.

Sebagai suatu model integrasi ekonomi regional yang terpandang di dunia,

konflik diantara sesama anggota Uni Eropa bukanlah perkara baru – dipicu oleh

perbedaan mendasar dalam hal budaya, bahasa, ekonomi dan politik. Pada waktu

Page 107: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

91

Eropa gagal mencetuskan konstitusi Eropa pada tahun 2005 dikarenakan Perancis

dan Belanda melakukan referendum dan akhirnya gagal, gejala akan perbedaan ini

sudah terlihat. Melihat potensi yang dimiliki Eropa tersebut, Presiden Komisi

Eropa Jose Manuel Barroso menyatakan “what we need now is an intelligent

synthesis between the market and the state which can help Europe win an not lose

in the face of Globalization’ (Barroso, 2005). Jadi ada keterkaitan erat antara

faktor ekonomi dan politik di Eropa sejak dahulu. Sejarah menunjukan bahwa

sistem moneter tunggal latin (The Latin Monetary Union) yang beranggotakan

Italia, Prancis, Belgia, Swiss dan Yunani hanya bertahan pada 1861 – 1920 karena

tidak mampu mempertahankan disiplin kebijakan fiskal negara anggotanya

(Einaudi, 2001).

Sayangnya sebelum usaha yang diungkapkan oleh Barroso tercapai krisis

utang di zona Eropa terjadi dan sejarah kembali terulang. Alasan yang banyak

dinyatakan para ahli mengenai krisis ekonomi ini adalah perbedaan anggaran dan

fiskal setiap negara – negara anggota sedangkan kebijakan moneter berada di

sebuah entitas yang lebih besar yakni Uni Eropa. Sebuah pelajaran yang harusnya

para penggagas integrasi ekonomi seperti Bella Ballasa dan Mundell ketahui

sebelumnya. Menyatukan politik bukanlah perkara mudah karena ini berkaitan

dengan kedaulatan dan otonomi negara. Integrasi yang hanya berlandaskan

keuntungan semata akhirnya menjadi jurang kehancuran negara – negara anggota

didalamnya.

Krisis di Eropa ini diibaratkan pertarungan yang rumit antara politik dan

ekonomi, dimana kepentingan nasional dan kepentingan regional saling tarik

Page 108: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

92

menarik di dalamnya. Uni Eropa yang sebelumnya selalu di nilai sebagai suatu

kerja sama ekonomi berbasis kawasan yang paling ideal dan paling sukses di

dunia ini mulai tergoyahkan dan bahkan kehilangan pesonanya. Uni Eropa

mewakili sebagai tingkat integrasi yang ideal hal ini terlihat dengan adanya

penyatuan politik dan ekonomi kawasan. Asumsinya di dalam integrasi ini negara

- bangsa menjadi sebuah entitas yang melebur di dalam sebuah institusi yang

membuat negara bangsa semakin berada di pojok ruangan. Tetapi ketika terjadi

krisis di kawasan negara – negara anggota Uni Eropa malah kembali berkaca

terhadap kondisi negara masing – masing dan membuat penanganan krisis

menjadi berlarut – larut.

Solidaritas yang seharusnya terjadi didalam Uni Eropa yang berusaha

dibangun sejak perjanjian Maastrict nyatanya tidak terjadi ketika dihadapkan pada

krisis yang berimplikasi regional bahkan global. Sejak jatuhnya Lehman Brothers

di AS pada tahun 2008 yang memicu keseluruhan krisis keuangan dan resesi

global, jelas tidak ada solidaritas negara maju. Apalagi solidaritas global

mencegah memburuknya situasi perekonomian dan perdagangan dunia untuk

tidak terjebak dalam Depresi Besar 1933, yang mengarah pada konflik terbuka

Perang Dunia II.

Dari berbagai buku sejarah dan ekonomi, kita memahami bahwa dua tahun

sebelum 1933 krisis perbankan Eropa berdampak langsung terhadap ambruknya

demokrasi di Jerman yang terus menyebar ke seluruh Eropa. Sekarang, setelah

dua tahun, tiga kali penyelamatan kedaulatan, lebih dari satu triliun euro pinjaman

Page 109: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

93

murah, maupun lusinan KTT, belum ada hasil konkret yang bisa disepakati guna

mengakhiri krisis zona euro.

Solidaritas dan kepemimpinan menjadi inti penting dalam krisis keuangan

Asia 1997. Charles P Kindleberger dalam bukunya The World in Depression:

1929-1939 (University of California Press, 1968) menjelaskan, Depresi Besar

dekade ketiga abad ke-20 yang meluas, mendalam, dan berlangsung sangat lama

karena sistem ekonomi internasional menjadi tidak stabil karena ketidakmampuan

Inggris dan ketidakinginan AS melakukan tanggung jawab melakukan stabilisasi.

Krisis zona euro yang sedang terjadi saat ini menentukan keutuhan dan

integritas euro sebagai cita-cita peradaban Eropa. Kalau Jerman melalui

penandatanganan Perjanjian Maastricht yang menjadikannya kekaisaran ekonomi

Eropa tidak bertindak akan menyebabkan krisis ini semakin parah dan

meruntuhkan optimisme mereka yang percaya bahwa regionalisme adalah sebuah

strategi yang akan membantu Globalisasi menuju tahapan yang lebih tinggi dan

terintegrasi. Sebagai konstruksi regionalisme, Uni Eropa kerap dinilai sebagai

suatu rezim yang sangat paripurna. Bangunan Uni Eropa diawali dengan kuatnya

jalinan ekonomi masyarakat negara-negara di Eropa. Integrasi ekonomi di Eropa

mendahului sinkronisasi pada aspek politik. Keinginan besar negara-negara Eropa

untuk lebih menstabilkan nilai tukar regional kemudian diwujudkan dengan

menyatukan mata uang common monetary policy.

Page 110: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

94

BAB IV

MENGUATNYA SENTIMEN NASIONAL AKIBAT KRISIS EKONOMI DAN

POLITIK

Dalam tulisan ini telah ditelusuri lebih dalam mengenai krisis ekonomi di

Uni Eropa, ada dua hal mengenai krisis di Uni Eropa yang mempengaruhi

jalannya krisis ekonomi tersebut yakni adanya pergulatan di dalam negara –

negara anggota Uni Eropa dalam menyikapi kebijakan – kebijakan yang diambil

baik oleh negara maupun Uni Eropa sebagai organisasi regional dan munculnya

berbagai perbedaan pendapat negara – negara utama Uni Eropa sehingga

menyebabkan benturan kepentingan di dalam penyelesaian krisis ekonomi yang

terjadi. Selama beberapa bulan dan pekan terakhir ini ada satu hal yang sangat

jelas yakni situasi di kawasan Eropa semakin bermasalah jika dilihat dari tak

membaiknya ekonomi negara – negara Zona Eropa. Di bab IV ini akan

menunjukan bahwa tidak kunjung usainya krisis yang terjadi di Uni Eropa ini

akhirnya mengakibatkan rakyat Uni Eropa mengalami degradasi kepercayaan

terhadap Uni Eropa sehingga semakin memperkuat sentimen nasional di antara

negara – negara anggota.

4.1 Pengaruh pemilu Nasional di EROPA

Krisis ekonomi yang terjadi di zona Eropa merupakan sebuah krisis yang unik,

dikarenakan integrasi ekonomi regional yang diterapkan di zona Eropa

mengharuskan krisis ekonomi ini ditangani di dalam kerangka penyelesaian

regional (Seperti yang sudah di tunjukan pada Bab II) sehingga pada

perjalanannya meningkatkan intensitas keterlibatan aktor negara di dalam proses

pengambilan keputusan. Pada dasarnya, arah kebijakan Uni Eropa merupakan

hasil dari proses negosiasi intergovernmental yang dilakukan oleh negara – negara

anggotanya. Integrasi negara – negara Eropa merupakan fenomena perluasan

realisme politik beyond the borders of sovereign nation state (Eising & Kohler

Koch, hal. 18). Uni Eropa juga unik karena sistem ini tidak akan menisbatkan dan

menggantikan peran Nation – State. (Eising & Kohler Koch, hal. 18). Inilah

mengapa, negara anggota ditempatkan sebagai aktor yang memainkan peran

Page 111: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

95

penting dalam regionalisme ini. Melihat perkembangan dari krisis yang terjadi di

Uni Eropa, terlihat dinamika nasional di negara – negara anggota Uni Eropa

berperan penting terhadap proses yang terjadi dalam regionalisme di kawasan

tersebut. Sedangkan menurut Huelshoff (1994) untuk memahami pilihan – pilihan

dari sebuah negara diharuskan melewati upaya melihat dan memahami dinamika

internal dari negara tersebut dan memperhatikan signifikasi dari konteks politik

domestik.

In order to understand state preferences, one would want to analyse

internal dynamics of the state and appreciate the importance of the

domestic political context National elections, domestic structures,

constituencies and sensitivities, later also called ‘national identities’,

were seen to have a crucial impact on the way the EU is perceived by the

national government as being an instrument to obtain domestically

important objectives (Huelshoff 1994).

Maka berdasarkan pendekatan tersebut dalam melihat krisis ekonomi Uni Eropa

yang dalam perjalanannya melibatkan aktor negara dalam pengambilan kebijakan

– kebijakan yang berimplikasi kawasan, dinamika nasional dan pendapat rakyat

negara – negara anggota mengenai Uni Eropa perlu diketahui.

Hingga September 2012, empat negara Eropa telah memilih pemimpin

baru dan partai pemenang di negara mereka. Secara logis hal ini akan berpengaruh

pada Austerity Policy sebagai kebijakan penyelamatan ekonomi Eropa yang

diusung oleh Jerman sebagai pendukungnya. Empat Negara Eropa yang telah

menyelesaikan pesta demokrasinya hingga Bulan September 2012 adalah Prancis,

Jerman, Yunani dan Belanda. Hasilnya adalah rakyat Prancis memilih Francois

Hollande yang datang dari partai sosialis. Hollande mengalahkan incumbent

Nicolas Sarkozy dari partai “Union for Popular Movement” yang beraliran tengah

Page 112: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

96

– kanan. Di Jerman, pemilihan umum di wilayah North Rhine – Westphalia

(NRW), wilayah terbesar di Jerman menunjukan kekalahan Partai Kristen

Demokrat, partai tengah – kanan yang mengusung Kanselir Jerman, Angela

Merkel. Pemilu tidak langsung yang memang dilaksanakan 18 bulan sebelum

pemilu nasional tersebut, menjadi sangat penting karena hasil pemilu di wilayah

ini dapat mempengaruhi politik Nasional.

Gambar 4.1

Sumber: http://suffragio.org/2012/05/14/election-results-north-

rhine-westphalia/, diakses pada tanggal 17 Desember 2012

Page 113: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

97

Gambar 4.2

Sumber:http://www.dailymail.co.uk/news/article-2140427/Germany-collision-course-

anti-austerity-president-sour-faced-Sarko-breaks-cover-official-duties.html, diakses pada

tanggal 17 Desember 2012

Gambar 4.329

Gambar 4.430

29

Sumber: http://research.nordeamarkets.com/en/2012/09/13/dutch-voters-give-firm-

support-to-the-euro/, diakses pada tanggal 17 Desember 2012. 30

Sumber:http://blog.thomsonreuters.com/wp-

content/uploads/2012/06/RTR33T3C_Comp.jpg,diakses pada tanggal 17 Desember 2012

Page 114: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

98

Hasil yang berbeda ditunjukan oleh pemilu yang diselenggarakan di Belanda dan

Yunani, pemilih di Belanda memilih partai VVD berhalauan “tengah-kanan”

sebagai pemenang, sementara “Freedom Party “ (radikal kanan) yang digawangi

oleh Geert Wilders dengan kampanye anti-imigran dan anti Islam mengalami

kekalahan. Sementara di Yunani partai yang mendukung kebijakan bail out

memenangkan pemilu negara ini.

Kemenangan dan kekalahan partai berhalauan ‘tengah-kanan’ di empat

negara anggota Uni Eropa mempunyai pengaruh yang besar terhadap kebijakan

Austerity policy. Kebijakan pemulihan ekonomi ini dilakukan dengan mengurangi

deficit budget melalui upaya pemotongan budget kesejahteraan sosial yang

dianggap “tidak produktif”. Beberapa kebijakan kesejahteraan sosial yang

dikorbankan misalnya pengurangan pengeluaran pada pelayanan public hingga

kebijakan pengurangan jaminan sosial bagi kelompok tak mampu yang selama ini

bergantung pada uang jaminan ini.

Austerity Policy dipercaya oleh Jerman dan Prancis (pada kepemimpinan

Sarzkozy) mampu mengatasi krisis ekonomi Eropa. Namun, kekalahan keduanya

menunjukan akan adanya penolakan rakyat terhadap kebijakan ini. Di sisi lain,

kemenangan di Belanda dan Yunani mengindikasikan kebijakan pengurangan

defisit ini masi didukung. Kedepannya, perdebatan antara upaya penyelesaian

krisis ala ‘Paris’ yg menolak kebijakan ini atau ala ‘Berlin’ yang mendukung

Austerity Policy akan mewarnai upaya negara – negara anggota Uni – Eropa

dalam menentukan paket perbaikan ekonomi di negaranya.

Page 115: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

99

Tentu saja Jerman sebagai kontributor terbesar dana talangan untuk

menyelamatkan negara – negara anggota yang sedang mengalami krisis

mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam arah kebijakan yang diambil Uni –

Eropa. Jerman sendiri sedang menghadapi sebuah kemungkinan akan munculnya

masalah besar terhadap kondisi politik dalam negeri jika mengucurkan dana

talangan sebelum pemilu di Jerman yang akan dilaksanakan pada tanggal

September 2013. Hal ini dikarenakan mayoritas rakyat Jerman telah marah

mengetahui Jerman sebagai pihak yang membayar hampir seluruh dana talangan.

Bahkan, rencana pemerintah Jerman untuk memberikan dana talangan ini

ditentang oleh lebih dari 37 ribu warga dan politikus Jerman. Mereka

menandatangani petisi menolak rencana itu dan mengajukan ke Mahkamah

kontitusi (Tempo, September 2012).

Gambar 4.5

Page 116: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

100

Kekuatan Jerman hanya tampak di permukaan. Nasib ekonomi Jerman tergantung

pada apa yang terjadi di seluruh Eropa. Bila euro menurun Jerman ikut

terpengaruh. Jerman diharapkan untuk memanggul seluruh Eropa di

punggungnya, tetapi pundaknya terlalu sempit untuk memanggul beban sebesar

itu. Jerman mencoba mencegah bangkrutnya Yunani, tetapi bukan karena

kebaikan hati mereka, tetapi guna menyelamatkan bank-bank Jerman. Mereka

tidak ingin ini menyebar ke negara-negara lain. Bank-bank Jerman memegang 17

milyar euro utang Yunani, tetapi mereka memegang 116 milyar euro utang Italia.

Jerman harus mendukung Yunani. Mereka tidak punya pilihan lain. Akan tetapi,

Jerman tidak akan bisa membayar kebangkrutan Spanyol dan Italia, dan mem-

bail-out mereka. Kenyataan ini semakin menjadi nyata di Berlin, sehingga

menyebarnya krisis ekonomi ini mengancam menyeret Jerman. Mereka telah

gagal menyelesaikan krisis Yunani dengan injeksi uang yang besar. Dan tidak ada

cukup uang di Bundesbank untuk menghapus utang-utang Spanyol dan Italia,

Inilah mengapa gagasan “Surat Obligasi Euro” ditentang oleh Jerman,

yang harus menanggung biaya ini. Ini akan memerlukan negosiasi perjanjian EU

yang baru. Ini akan menjadi pengalaman yang paling menyakitkan, yang jauh dari

menyatukan Eropa, tetapi justru mengekspos semua kontradiksi-kontradiksi dan

friksi-friksi antara negara-negara Eropa. Alih-alih menciptakan Eropa yang

tersatukan, ini menjadi permasalahan yang mempercepat perpecahan Uni Eropa.

Page 117: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

101

Grafik 4.6 Rasio Utang Terhadap PDB Spanyol (2006-2011)

Sumber: www.tradingeconomics.com di akses pada tanggal 15 Desember 2012

4.2 Menguatnya sentimen rakyat negara – negara anggota

Ketika European Coal and Steel Community dibentuk pada tahun 1951 hanya

beranggotakan enam negara sedangkan saat ini Uni Eropa mempunyai 27 negara

yang berpartisipasi dalam Integrasi regional. Meningkat pesatnya jumlah anggota

sejalan dengan semakin besarnya institusi – institusi Eropa dan perangkat –

perangkat regulatornya akhirnya membuat kondisi integrasi kawasan ini semakin

kompleks dan sulit untuk menjaga legitimasi dari Uni Eropa. Menurut Klauss

Schwab (2012) kegagalan institusi Uni Eropa dikarenakan oleh “Europe is

perceived as a faceless entity. The crisis has shown that the governance of the

EU’s political economy is too weak. The executive authority is dispersed among

too many different and fairly obscure institutions and players, and democratic

accountability is thin”. Terjadinya krisis ekonomi ini akhirnya semakin membuat

Page 118: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

102

rakyat negara – negara anggota Uni Eropa kehilangan kepercayaan terhadap

institusi ini.

Gambar 4.6

Sumber: European Commission, “Euro Barometer 73 public opinion in the European

Union” , 2012. http://ec.europa.eu/public_opinion/archives/eb/eb73/eb73_first_en.pdf

diakes pada tanggal 10 Januari 2013

Dari data jajak pendapat diatas yang dilakukan oleh European Commision

dapat dilihat bahwa meskipun secara general publik masih cenderung percaya

terhadap Uni Eropa maupun pemerintahan nasional mereka. Tetapi jika diamati

lebih cermat dapat dilihat bahwa ditahun 2006 – 2012 kepercayaan publik

terhadap Uni Eropa terus mengalami penurunan dari 57% menjadi berada di titik

terendahnya 31%. Sedangkan kepercayaan publik terhadap pemerintah nasional

meskipun fluktuatif dengan angkat tertinggi berada di 43% dan terendah 24%

namun diakhir tahun mengalami kenaikan menjadi 28%. Jarak antara

kepercayaan publik terhadap nasional dan Uni Eropa semakin sempit. Hal ini

Page 119: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

103

sudah tentu dikarenakan krisis ekonomi yang terjadi, dan rakyat negara – negara

anggota semakin tidak percaya dan merasa tidak terwadahi kepentingannya di Uni

Eropa.

Gambar 4.7

Sumber: European Commission, “Euro Barometer 73 public opinion in the European

Union”, 2012 http://iuwest.wordpress.com/2012/04/17/the-european-commission-and-

euroscepticism-2/ diakes pada tanggal 10 Januari 2013

Menurut data yang menyorot pendapat masyarakat Uni Eropa terhadap

institusi – institusi Uni Eropa yaitu European Central Bank, Council of the

European Union, European Parlement dan European Commision. Keempat

institusi tersebet mengalami penurunan kepercayaan yang signifikan antara tahun

2008 – 2011. Komisi Eropa menjadi institusi yang mengalami penurunan paling

tajam dari 52% di 2007 menjadi 36% di 2011 (-16%), hal ini dikarenakan komisi

Eropa adalah dikarenakan komisi Eropa adalah institusi yang mengawasi

Page 120: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

104

implementasi regulasi – regulasi Uni Eropa, hal ini berarti komisi Eropa adalah

wajah dari supranasional Uni Eropa dan yang menjadi manifestasi Uni Eropa

dalam mengintervensi kedaulatan negara – negara anggotnya.

Sedangkan komisi Eropa bukanlah institusi yang anggotanya dipilih secara

langsung seperti parlemen Eropa atau layaknya dewan Eropa yang anggotanya

adalah menteri – menteri perwakilan dari negara – negara anggota yang

jabatannya dipilih langsung melalui pemilihan nasional. Anggota – anggota

komisi Eropa dipilih langsung oleh pemerintahan nasional sehingga tidak ada

partisipasi dari rakyat dalam pemilihannya (Wilken, 2012). Sedangkan ECB

sebagai institusi yang pada masa krisis ekonomi ini menjadi institusi yang paling

disorot mengenai perannya di dalam krisis menjadi institusi yang paling fluktuatif

dalam hal kepercayaan masyarakat.

Dari berbagai pembahasan diatas dapat dilihat bahwa sentimen rakyat

negara – negara anggota Uni Eropa semakin meningkat sejak terjadinya krisis

ekonomi yang terjadi. Tekanan – tekanan dari dalam negeri ini semakin membuat

negara – negara utama Uni Eropa sebagai negara yang mempunyai kekuatan

dalam mempengaruhi arah kebijakan Uni Eropa memperkuat eksistensinya demi

kepentingan nasionalnya masing – masing.

Page 121: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

105

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah yang dihadirkan maka pernyataan tesis

pada penelitian ini terbukti dengan menarik kesimpulan bahwa krisis ekonomi

negara-negara di Uni Eropa tidak dapat diselesaikan ditengah kondisi integrasi

ekonominya yang terus meningkat disebabkan oleh benturan kepentingan nasional

diantara negara-negara utama di Uni Eropa seperti Jerman, Prancis dan Inggris

yang mendorong pandangan berbasis sovereignty yang dipicu oleh menguatnya

sentimen nasional dan meluasnya krisis ekonomi menjadi krisis politik sehingga

makin sulit menyatukan posisi dalam menghadapi krisis secara regional.

Benturan kepentingan ini terjadi dikarenakan oleh sebagai suatu integrasi

regional yang telah melewati berbagai tahapan integrasi ekonomi hingga

munculnya Uni Eropa dan Euro sebagai mata uang tunggal. Krisis ekonomi yang

menimpa negara – negara anggota Uni Eropa ini harus di tangani dalam kerangka

regional. Mekanisme ini memunculkan kebijakan, keputusan dan perjanjian dalam

upaya menangani krisis ekonomi yang terjadi. Ketika negara – negara besar

terlibat dalam proses pengambilan kebijakan regional maka kondisi ekonomi dan

politik Nasional sangat berpengaruh dalam pilihan – pilihan yang dilakukan oleh

negara – negara tersebut. Melihat perkembangan dari krisis yang terjadi di Uni

Eropa, dapat disimpulkan bahwa dinamika nasional di negara – negara anggota

Uni Eropa berperan penting terhadap proses yang terjadi dalam regionalisme di

kawasan tersebut. Pada dasarnya, arah kebijakan Uni Eropa merupakan hasil dari

Page 122: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

106

proses negosiasi intergovernmental yang dilakukan oleh negara – negara

anggotanya.

Sedangkan kebijakan – kebijakan Uni Eropa telah memantik sebuah

kondisi yang tidak menguntungkan bagi negara – negara Uni Eropa serta reaksi

dari rakyat negara – negara anggota Uni Eropa. Seperti kerusuhan yang akhirnya

mengakibatkan ribuan orang terlibat baku hantam dengan aparat di ibukota

Yunani, Athena, saat berdemo menentang langkah penghematan. Di beberapa

titik, massa dengan aparat berjibaku. Dilaporkan dua orang polisi dan empat

demonstran terluka, sementara itu 12 orang demonstran lainnya ditahan (viva

news, 2011). Massa menolak rencana pemerintah Yunani untuk menerapkan

program Austerity jilid II. Akhirnya terjadi krisis politik di Negara - negara Uni

Eropa di dalam ini telah dibuktikan dengan memberikan data dan fakta yaitu

dengan jatuhnya beberapa pemimpin negara- negara Uni Eropa seperti Yunani

dan Italia.

Tekanan dari dalam negeri dan regional akhirnya memakan korban politik

dengan mundurnya perdana menteri Yunani George Papanderou dan perdana

menteri Italia Silvio Berlusconi. Kemudian, krisis politik yang terlihat adalah

dengan adanya perbedaan pandangan dan posisi antara tiga negara utama di Uni

Eropa yaitu Jerman, Perancis dan Inggris mengenai program Austerity.

Benturan antara kepentingan nasional dan regional ini akhirnya

mengakibatkan pergulatan di dalam negara – negara anggota Uni Eropa dalam

menyikapi kebijakan – kebijakan yang diambil baik oleh negara maupun Uni

Page 123: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

107

Eropa sebagai organisasi regional. Selama beberapa bulan dan pekan terakhir ini

ada satu hal yang sangat jelas yakni situasi di kawasan Eropa semakin bermasalah

jika dilihat dari tak membaiknya ekonomi negara – negara Zona Eropa. Sejauh ini

tidak ada rencana yang jelas untuk mengatasi krisis tersebut, dan satu demi satu

negara terpuruk ke dalam resesi atau bahkan depresi besar.

Hal ini mengakibatkan menguatnya sentimen nasional terhadap Uni Eropa

dan kebijakan – kebijakannya. Rakyat negara – negara anggota Uni Eropa

semakin reaktif dan pesimis terhadap kebijakan – kebijakan yang di tetapkan oleh

Uni Eropa. Kemenangan dan kekalahan partai berhalauan ‘tengah-kanan’ di

empat negara anggota Uni Eropa mempunyai pengaruh yang besar terhadap

kebijakan Austerity policy. Kebijakan pemulihan ekonomi ini dilakukan dengan

mengurangi deficit budget melalui upaya pemotongan budget kesejahteraan sosial

yang dianggap “tidak produktif”. Beberapa kebijakan kesejahteraan sosial yang

dikorbankan misalnya pengurangan pengeluaran pada pelayanan public hingga

kebijakan pengurangan jaminan sosial bagi kelompok tak mampu yang selama ini

bergantung pada uang jaminan ini. Austerity Policy dipercaya oleh Jerman dan

Prancis (pada kepemimpinan Sarzkozy) mampu mengatasi krisis ekonomi Eropa.

Namun, kekalahan keduanya menunjukan akan adanya penolakan rakyat terhadap

kebijakan ini.

Terjadinya krisis ekonomi ini akhirnya semakin membuat rakyat negara –

negara anggota Uni Eropa kehilangan kepercayaan terhadap institusi ini.

Pemerintah nasional negara – negara anggota Uni Eropa pun semakin kesulitan

dalam mengambil posisi di dalam krisis yang terjadi. Dan akhirnya negara –

Page 124: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

108

negara besar di Uni Eropa (Jerman, Inggris dan Prancis) memperkuat

eksistensinya di tataran regional demi kepentingan nasionalnya masing – masing.

Sehingga Integrasi ekonomi yang terus meningkat akhirnya menjadi sebuah ajang

memperkuat eksistensi masing – masing negara.

Saran untuk penelitian selanjutnya

Di dalam penelitian ini penulis mengambil sudut pandang

intergorvermentalist dalam melihat kelemahan yang terjadi dengan adanya

integrasi ekonomi ketika terjadi krisis ekonomi. Di dalam perjalanannya

mengamati krisis ekonomi yang terjadi dan pengaruhnya terhadap integrasi

ekonomi Eropa, peneliti melihat kerapuhan kerangka sebuah integrasi ekonomi

kawasan seperti Uni Eropa rawan merembet kepada dimensi politik ketika terjadi

krisis ekonomi. Namun, penelitian ini masi mempunyai celah dimana

permasalahan democracy deficit merupakan faktor utama mengapa Uni Eropa

menjadi sebuah integrasi kawasan yang tidak sempurna. Sehingga jika ada

penelitian selanjutnya sudut pandang demokrasi di dalam integrasi dapat

dijadikan pintu masuk untuk melihat faktor tersebut mempengaruhi penyelesain

krisis yang terjadi.

Page 125: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

109

Referensi

Andrew Hurrell, ‘The Regional Dimension of International Relations Theory’, in

Mary Farrell, Björn Hettne and Luk Van Langenhove (eds), The Global Politics of

Regionalism. Theory and Practice. (London: Pluto Press, 2005), pp.38-53.

A Timeline of the Italians. http://www.scaruffi.com/politics/italians.html, diakses

tanggal 6 Januari 2013.

Bowyer, Jerry. (2012) Happy Birthday, Milton Friedman, the European crisis is

your latest vindication, Forbes, 1 Juli 2012. (Online). Di ambil dari:

http://www.forbes.com/sites/jerrybowyer/2012/08/01/happy-birthday-milton-

friedman-the-european-crisis-is-your-latest-vindication/ diakses pada tanggal 8

Januari 2013.

Bonggas Adhi Chandra, “Kedaulatan dalam Tekanan Globalisasi” dalam

Hermawan Yulius P, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional,

Yogyakarta, Graha Ilmu 2007, hal 130

Brimg,2012.(Online)http://www.brimg.net/images/economics/euro-crisis-

timeline-1999.jpg diakses pada tanggal 20 Desember 2012

BBC, 2012. (Online) http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-18068187. Di akses

5 Januari 2013

BBC, 2012. (Online) http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-17435616, ,

diakses tanggal 6 Januari 2013

Charles W. Kegley Jr., Eugene R. Wittkopf, World Politics: Trends and

Transformation , 6thed., St. Martin Press, New York, 1997, hlm. 163.

Christopher Hill (ed.), The Actors in Europe’s Foreign Policy, Routledge,

London, 1996, hlm. 1.

Chaudhary, Ganga Dhar. 2005, Politics, Ethics, and Social Responsibility of

Business, Paragon Books.

Culpeper, Roy. 2005, Approaches to Globalization and Inequality within the

International System, United Nations Research Institute for Social Development.

Carnegy, Hugh. 2012, “Germany must accept growth pact says Hollande”,

Financial Times (Online),http://www.ft.com/cms/s/0/b7df3226-8edf-11e1-aa12-

00144feab49a.html#axzz2IABGyfyX di akses pada tanggal 7 Januari 2013

Page 126: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

110

Cinditya,Anggita.http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2012/01/03/menelusur

i-krisis-eropa/diakses 3 Januari 2013

De Grauwe. P, 2009, Economics of Monetary Union. 8thed. Oxford: Oxford

University Press.

Euobserver, 2012. (Online) http://euobserver.com/economic/30293 diakses pada

tanggal 8 Januari 2013

Europa, 2012. (Online) http://europa.eu/rapid/press-release_DOC-11-8_en.htm

diakses pada tanggal 9 Januari 2013

Fajar, 2011. Berhemat, Yunani Pecat 15 Ribu Pegawai Negeri.

Göksel, Nilüfer Karacasulu. 2004, Globalisation and the State, Dokuz Eylul

University, Izmir.

Gereffi, Gary. Castillo, Mario. & Fernandez-Stark, Karina. 2009, ‚The offshore

services industry: a new opportunity for latin america,‛ Policy Brief IDB-PB-101,

Desember, Inter-American Development Bank.

Guardian,2011. (Online) http://www.guardian.co.uk/business/2011/dec/02/angela-

merkel-eurozone-fiscal-union diakses pada tanggal 9 Januari 2013

Guardian,2011.(Online)http://www.guardian.co.uk/business/2011/dec/02/europea

n-fiscal-union-experts diakses pada tanggal 9 Januari 2013

Greece Government Debt. http://www.tradingeconomics.com/greece/government-

debt-to-gdp, diakses tanggal 27 November 2012

Held, David. & McGrew A. 1998, “The end of the old order?,” Review of

International Studies, vol. 24.

Held, David. 1989, Political Theory and the Modern State, Stanford University

Press, California.

Hirst, Paul Q. & Thompson, Grahame. 1996, Globalisation in Question: the

Interna-tional Economy and the Possibilities of Governance, Blackwell,

Cambridge.

Ivan Theofilus. Penyebab Krisis Ekonomi Eropa. http://mss-feui.com/?p=605,

diakses tanggal 28 Desember 2012

Ibister, John. 2003, Promise Not Kept, Kumarian Press, Bloomfield, USA.

Page 127: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

111

Iuwets, 2012. (Online) http://iuwest.wordpress.com/2012/04/17/the-european-

commission-and-euroscepticism-2/ diakses pada tanggal 13 Januari 2013

Jackson, Robert. & Sorensen, Georg. 1999, Introduction to International

Relations, Oxford University Press, New York.

Krazner. Stephen D, 1999, Sovereignty: organized hypocrisy. Princeton

University Press,

Kirshner, Jonathan (ed). 2006, Globalization and National Security, Routledge,

New York.

Kahler, Miles. 2005, “Territoriality and conflict in an era of globalization,” School

of International Relations and Pasific Studies, University of California, San

Diego.

Khondker, Habibul Haque. 2004, “Glocalization as globalization: evolution of a

sociological concept,” Bangladesh e-Journal of Sociology, Vol. 1, No. 2, July, [1-

9].

Krasner, Stephen D. 1993, “Westphalia and all that,” dalam Ideas and Foreign

Policy: Beliefs, Institutions, and Political Change, J. Goldstein & Robert O.

Keohane (eds), Cornell University Press, Ithaca.

Kompas,2011.(Online)http://nasional.kompas.com/read/2011/11/13/08421716/Be

rlusconi.Mundur.Roma.Gegap.Gempita. Diakses pada tanggal 9 Januari 2013

Lindert, Peter H. & Williamson, Jeffrey G. 2001, ‚Globalization and inequality: a

long history,‛ Annual Bank Conference on Development Economics - Europe,

June 25-27, Barcelona.

Levvit, Theodore. 1983, “The globalization of markets,” Harvard Business

Review, May-June, [1-20].

Leon Linberg, Stuart Scheigold, Europe’s World Policy, Prentice Hall, New

Jersey, 1971

Lapavitsas,Costas.2012,Guardian(online)http://www.guardian.co.uk/commentisfree/2

012/dec/26/germany-austerity-beggar-europe-eurozone diakses tanggal 8 Januari

2013.

Liputan6, 2012. (Online) http://news.liputan6.com/read/361339/referendum-batal-

papandreou-dituntut-mundur diakses 13 Januari 2013

Page 128: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

112

Monaghan,Angela.2012,Telegraph(Online)http://www.telegraph.co.uk/finance/financ

ialcrisis/9283191/Angela-Merkel-astonished-by-austerity-debate-as-Germany-

left-increasingly-isolated-on-eurobonds.html diakses 5 Januari 2013

Martin Feldstein, “The Failure of the Euro”, Foreign Affairs, 13 December 2011.

Web. 31 October 2012. http://www.foreignaffairs.com/articles/136752/martin-

feldstein/the-failure-of-the-euro diakses pada tanggal 12 Januari 2013.

Neill Nugent, The Government and Politics of the European Union – 7th

Edition ,

(London: Palgrave Macmillan,2010)

NewYorkTimes,2011.(Online)http://www.nytimes.com/2011/11/02/world/europe/au

sterity-faces-political-test-in-greek-turmoil.html?_r=2&ref=global-home& diakses

12 Januari 2013

Ohmae, Kenichi. 1996, The End of the Nation State: the Rise of Regional

Economics, Harper Collins, London.

Quiggin, John. 2005, Interpreting Globalization: Neoliberal and Internationalist

Views of Changing Patterns of the Global Trade and Financial System, United

Nations Research Institute for Social Development, United Nation.

Rai, Vinay. & Simon, William L. 2007, Think India, Dutton, New York.

Reich, Robert. 2004, Higher Education “Market” Warning, Annual Higher

Education Policy Institute Lecture, Britain.

Reuters, 2011. (Online) http://www.reuters.com/article/2011/10/31/us-greece-

referendum-idUSTRE79U5PQ20111031 Diakses pada tanggal 14 September

2012

Reuters, 2012. (Online)http://uk.reuters.com/article/2012/12/14/uk-italy-debt-

record-idUKBRE8BD0H620121214 Diakses pada tanggal 27 Desember 2012

Sorensen, George. 1998, “IR theory after the cold war,” Review of International

Studies, vol. 24.

Stiglitz, Joseph E. 2005, “The overselling of globalization,” dalam Globalization:

What’s New, Michael M Weinstein (ed.), Columbia University Press, New York.

Stiglitz, Joseph E. 2002, Globalization and Its Discontents, W.W. Norton, New

York.

Strange, Susan. 1997, “The erosion of the state,” Current History, 96 (613).

Page 129: Indra Kusumawardhana S. Hum, M. Hub. Int

Tesis Magister (S2)

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan

ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi

Indra Kusumawardhana 071045010

113

Soros, George, “The tragedy of Europe” New York books, 27 September 2012,

http://www.nybooks.com/articles/archives/2012/sep/27/tragedy-european-union-and-

how-resolve-it/ di akses pada tanggal 5 Januari 2013

Social Europe, 2012. (Online) http://www.social-europe.eu/2012/06/heading-for-the-

margins-the-uk-and-the-eu/ diakses 5 Januari 2013

SeputarForex,2012.(online)http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id

=93176&title=menunggu_bubarnya_uni_eropa_3_uni_sovyet_pun_akhirnya_haru

s_bubar diakses 13 Januari 2012

Spiegel, 2012. (Online) http://www.spiegel.de/international/germany/analysis-of-

impact-of-elections-on-angela-merkel-s-european-policy-a-833151.html diakses

pada tanggal 14 September 2012

Spiegel, 2012. (Online) http://www.spiegel.de/international/germany/analysis-of-

impact-of-elections-on-angela-merkel-s-european-policy-a-833151.html. Di akses

pada tanggal 8 Januari 2013.

Theodore A. Couloumbis, James H. Wolfe, Pengantar Hubungan Internasional:

Keadilan dan Power , terj. Marcedes Marbun, , edisi ketiga, Abardin, Bandung,

1986, hlm. 66.

Verdun. Amy, 2000, “European Responses to Globalization and Financial Market

Integration”. Macmillan press Ltd.

Verdun, Amy. & Jones. Erik, 2005. “The Political Economy of European Integration”,

first edition, routledge.

Washingtonpost,2012.(Online)http://www.washingtonpost.com/wp-

srv/special/world/euro-zone-treaty/images/finalcharts.jpg diakses pada tanggal 20

Desember 2012.

Weiss, Linda. 2000, “Globalization and state power,” Development and Society,

Vol. 29, No. 1, June, [1-15]

Xinhuanet, 2010. (Online) http://news.xinhuanet.com/english2010/world/2011-

01/06/c_13678088.htm diakses pada tanggal 8 Januari 2013