Imran Fadilah (052110012) (Ok)

13
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak 1 IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KAWASAN STRATEGIS KOTA (KSK) PUSAT KOTA SUKABUMI Imran Fadilah 1) ;Janthy Trilusianthy Hidayat 2) ;Agus Sunaryadi 2) . 1) Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2) Staf Pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Pakuan Email: [email protected] Abstrak Pertumbuhan Kota Sukabumi menyebabkan kebutuhan ruang terbangun terus meningkat yangberakibat terhadap berkurangnya luas ruang terbuka hijau (RTH) terutama di KSK Pusat Kota Sukabumi. UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa kawasan perkotaan harus menyediakan 30% luas wilayahnya untuk ruang terbuka hijau.Penelitian ini bertujuan untuk:a) mengetahui ketersediaan RTH eksisting baik publik maupun privat dengan metode digitasi citra satelit dan survey lapangan, b) mengetahui kebutuhan RTH dengan menggunakan beberapa metode diantaranya berdasarkan persentase wilayah (UU No 26 Tahun 2007), jumlah penduduk (Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 378 Tahun 1987), jumlah kebutuhan oksigen (metode Gerarkis (1974)), jumlah kebutuhan penyerapan netralisasi karbondioksida (menghitung emisi CO 2 yang dikeluarkan oleh manusia dan kendaraan) dan kebutuhan RTH fungsi tertentu ditentukan berdasarkan ketentuan RTRW Kota Sukabumi Tahun 2011-2031, c) mengetahui kebutuhan RTH secara fungsi sosial berdasarkan persepsi masyarakat.Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan bahwa RTH yang tersedia tahun 2014 di KSK Pusat Kota sebesar 62,84 ha atau 10,59% dari total luas wilayah, sedangkan berdasarkan analisis perhitungan kebutuhan RTH di KSK Pusat Kota disimpulkan bahwa RTH yang tersedia saat ini belum dapat memenuhi semua kebutuhan RTH dari semua metode perhitungan. Kata kunci: KSK Pusat Kota, Ruang Terbuka Hijau, Kuantitas RTH 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah perkotaan memerlukan RTH untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melakukan aktivitas sekaligus mengendalikan kenyamanan iklim mikro dan keserasian estetika kota. Namun saat ini, RTH di wilayah kota seringkali terdesak oleh pesatnya pertumbuhan bangunan, mengakibatkan terganggunya proses infiltrasi air ke dalam tanah. Kondisi ini menyebabkan wilayah perkotaan di Indonesia membutuhkan lebih banyak/luas Ruang Terbuka Hijau (RTH). Kelengkapan fasilitas umum harus terjangkau oleh semua penduduk kota, sehingga semakin baik kualitas hidup penduduknya. Salah satu fasilitas umum perkotaan yang dapat digunakan sebagai indikator dalam mengetahui kualitas lingkungan hidup suatu kota adalah ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH). Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Dinamika perkembangan kota baik secara eksternal maupun internal, mempengaruhi kondisi lingkungan khususnya ruang terbuka hijau. Luas RTH Kota Sukabumi setiap tahun semakin berkurang, hal tersebut disebabkan terjadinya perubahan fungsi lahan yang semula berupa lahan hijau menjadi lahan terbangun untuk berbagai kegiatan mulai dari perumahan, permukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran, dan lain- lain. Persaingan dalam pemanfaatan lahan saat ini lebih banyak berpihak pada kepentingan ekonomis dibandingkan nilai ekologinya. Hal

description

kesehatan

Transcript of Imran Fadilah (052110012) (Ok)

Page 1: Imran Fadilah (052110012) (Ok)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak 1

IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KAWASAN STRATEGIS

KOTA (KSK) PUSAT KOTA SUKABUMI

Imran Fadilah1);Janthy Trilusianthy Hidayat

2);Agus Sunaryadi 2).

1)Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Pakuan

2)Staf Pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Pakuan

Email: [email protected]

Abstrak

Pertumbuhan Kota Sukabumi menyebabkan kebutuhan ruang terbangun terus meningkat yangberakibat

terhadap berkurangnya luas ruang terbuka hijau (RTH) terutama di KSK Pusat Kota Sukabumi. UU No. 26

tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa kawasan perkotaan harus menyediakan 30%

luas wilayahnya untuk ruang terbuka hijau.Penelitian ini bertujuan untuk:a) mengetahui ketersediaan RTH

eksisting baik publik maupun privat dengan metode digitasi citra satelit dan survey lapangan, b) mengetahui

kebutuhan RTH dengan menggunakan beberapa metode diantaranya berdasarkan persentase wilayah (UU

No 26 Tahun 2007), jumlah penduduk (Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 378 Tahun 1987), jumlah

kebutuhan oksigen (metode Gerarkis (1974)), jumlah kebutuhan penyerapan netralisasi karbondioksida

(menghitung emisi CO2 yang dikeluarkan oleh manusia dan kendaraan) dan kebutuhan RTH fungsi tertentu

ditentukan berdasarkan ketentuan RTRW Kota Sukabumi Tahun 2011-2031, c) mengetahui kebutuhan RTH

secara fungsi sosial berdasarkan persepsi masyarakat.Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan bahwa RTH

yang tersedia tahun 2014 di KSK Pusat Kota sebesar 62,84 ha atau 10,59% dari total luas wilayah,

sedangkan berdasarkan analisis perhitungan kebutuhan RTH di KSK Pusat Kota disimpulkan bahwa RTH

yang tersedia saat ini belum dapat memenuhi semua kebutuhan RTH dari semua metode perhitungan.

Kata kunci: KSK Pusat Kota, Ruang Terbuka Hijau, Kuantitas RTH

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah perkotaan memerlukan RTH

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam

melakukan aktivitas sekaligus mengendalikan

kenyamanan iklim mikro dan keserasian

estetika kota. Namun saat ini, RTH di wilayah

kota seringkali terdesak oleh pesatnya

pertumbuhan bangunan, mengakibatkan

terganggunya proses infiltrasi air ke dalam

tanah. Kondisi ini menyebabkan wilayah

perkotaan di Indonesia membutuhkan lebih

banyak/luas Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Kelengkapan fasilitas umum harus

terjangkau oleh semua penduduk kota,

sehingga semakin baik kualitas hidup

penduduknya. Salah satu fasilitas umum

perkotaan yang dapat digunakan sebagai

indikator dalam mengetahui kualitas

lingkungan hidup suatu kota adalah

ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH).

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang, Rencana Tata ruang

wilayah kota harus memuat rencana

penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka

hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari

luas wilayah kota. Proporsi RTH pada

wilayah perkotaan adalah sebesar minimal

30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau

publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka

hijau privat. Proporsi 30% merupakan ukuran

minimal untuk menjamin keseimbangan

ekosistem kota, baik keseimbangan sistem

hidrologi dan keseimbangan mikroklimat,

maupun sistem ekologis lain yang dapat

meningkatkan ketersediaan udara bersih yang

diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat

meningkatkan nilai estetika kota.

Dinamika perkembangan kota baik

secara eksternal maupun internal,

mempengaruhi kondisi lingkungan khususnya

ruang terbuka hijau. Luas RTH Kota

Sukabumi setiap tahun semakin berkurang,

hal tersebut disebabkan terjadinya perubahan

fungsi lahan yang semula berupa lahan hijau

menjadi lahan terbangun untuk berbagai

kegiatan mulai dari perumahan, permukiman,

perdagangan dan jasa, perkantoran, dan lain-

lain. Persaingan dalam pemanfaatan lahan saat

ini lebih banyak berpihak pada kepentingan

ekonomis dibandingkan nilai ekologinya. Hal

Page 2: Imran Fadilah (052110012) (Ok)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak 2

inilah yang menyebabkan proporsi RTH Kota

Sukabumi berkurang.

Seiring dengan perkembangan Kota

Sukabumi menyebabkan kualitas udara dan

suhu menjadi berkurang di sebabkan oleh

pembangunan yang tidak memperhatikan

penyediaan ruang terbuka hijau seperti untuk

kegiatan perkantoran maupun usaha lainnya

tidak menyediakan ruang terbuka hijau. Selain

itu, meningkatnya jumlah kendaraan bermotor

menyebabkan polusi udara semakin

meningkat.Keadaantersebut menyebabkan

pencapaian RTH tidak sesuai dengan

peraturan yang sudah di cantumkan dalam

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang mengani ketersediaan RTH

30% khususnya Kawasan Strategis Kota

(KSK) Pusat Kota Sukabumi.

Kawasan yang menjadi pusat kegiatan

masyarakat yang semakin marak dengan

pembangunan kegiatan perekonomian,

sehingga diperlukan ruang terbuka hijau agar

ketahanan ekologis dan kenyamanan

masyarakat dalam melakukan kegiatan di

Pusat Kota tetap terjaga. Hal tersebut sesuai

dengan Perda No. 11 Tahun 2012 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sukabumi

Tahun 2011-2031 pada pasal 7 ayat 3 point c

yang berisi bahwa Strategi pemerintah Kota

Sukabumi dalam peningkatan dan penyediaan

RTH yang proporsional di seluruh Wilayah

Kota dengan meningkatkan ketersediaan

Ruang Terbuka Hijau di kawasan pusat kota.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam

penelitian ini adalah:

1. Identifikasi luasan eksisting RTH Publik

dan RTH Privat di KSK Pusat Kota, Kota

Sukabumi.

2. Identifikasi kebutuhan ruang terbuka hijau

berdasarkan presentase wilayah, jumlah

penduduk, kebutuhan Oksigen (O2),

netralisasi Karbondioksida (CO2) dan

berdasarakan fungsi tertentu.

3. Identifikasi kebutuhan RTH Publik secara

fungsi sosial yang didapat berdasarkan

persepsi masyarakat.

1.3. Peran dan Fungsi Ruang Terbuka

Hijau

Menurut Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang

Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan

Perkotaan, Fungsi RTHKP adalah :

a. Pengamanan keberadaan kawasan lindung

perkotaan;

b. Pengendali pencemaran dan kerusakan

tanah, air dan udara;

c. Tempat perlindungan plasma nuftah dan

keanekaragaman hayati;

d. Pengendali tata air; dan

e. Sarana estetika kota.

1.4. Manfaat Ruang Terbuka Hijau

Menurut Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang

Penataan Ruang Terbuk Hijau Kawasan

Perkotaan, Manfaat RTHKP adalah :

a. Sarana untuk mencerminkan identitas

daerah;

b. Sarana penelitian, pendidikan dan

penyuluhan;

c. Sarana rekreasi aktif dan pasif serta

interkasi sosial;

d. Meningkatkan nilai ekonomi lahan

perkotaan;

e. Menumbuhkan rasa bangga dan

meningkatkan prestise daerah;

f. Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak,

remaja, dewasa dan manula;

g. Sarana ruang evakuasi untuk keadaan

darurat;

h. Memperbaiki iklim mikro; dan

i. Meningkatkan cadangan oksigen di

perkotaan.

1.5. Bentuk – Bentuk Ruang Terbuka

Hijau

Menurut Peraturan Menteri No. 1 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau

Kawasan Perkotaan, jenis RTHKP meliputi:

Taman Kota, Taman Wisata Alam, Taman

Rekreasi, Taman Lingkungan Perumahan dan

Permukiman, Taman Lingkungan Perkantoran

dan Gedung Komersial, Hutan Kota, Taman

Pemakaman Umum, Lapangan Olahraga,

Jalur Hijau (Garis Sempadan), Sabuk Hijau

dan Taman Atap (Roof Garden).

1.6. Kebijakan Pengambangan Ruang

Terbuka Hijau di Kota Sukabumi

Rencana pengembangan RTH Kota

Sukabumi diarahkan melalui strategi

peningkatan dan penyediaan Ruang Terbuka

Hijau yang Proporsional di Seluruh Wilayah

Kota meliputi :

1. Mempertahankan fungsi dan menata

Ruang Terbuka Hijau yang ada;

Page 3: Imran Fadilah (052110012) (Ok)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak 3

2. Meningkatkan ketersediaan Ruang

Terbuka Hijau di kawasan pusat kota;

3. Mengembangkan inovasi dalam

penyediaan Ruang Terbuka Hijau; dan

4. Mengembangkan kemitraan atau kerja

sama dengan instansi pemerintah, swasta

dan masyarakat dalam penyediaan dan

pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.

2. METODE PENELITIAN

2.1. Ruang Lingkup Wilayah

Kawasan Strategis Kota (KSK) Pusat

Kota, Kota Sukabumimeliputi8 (delapan)

Kelurahan dari 4 Kecamatan sesuai dengan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sukabumi

Tahun 2011-2031. Luas Wilayah di KSK

Pusat Kota disajikan dalam Tabel 1 berikut.

Tabel 1 Luas Wilayah KSK Pusat Kota KECAMATAN DESA LUAS (HA)

CITAMIANG TIPAR 40,697

NYOMPLONG 59,562

BENTENG 118,131

GUNUNG PUYUH SRIWIDARI 78,361

GUNUNG PARANG 45,459

KEBONJATI 47,577

CIKOLE 80,318

SELABATU 123,224

593,3284Total

CIKOLE

WARUDOYONG

Sumber: Kecamatan dalam angka, Tahun 2012

2.2. Lingkup Materi Lingkup materi penelitian meliputi

identifikasi kondisi eksisting ketersedian RTH

privat maupun publik di KSK Pusat Kota dan

menganalisis kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

berdasarkan presentase luas wilayah, jumlah

penduduk, kebutuhan fungsi RTH tertentu,

kebutuhan Oksigen dan kebutuhan

penyerapan netralisasi karbondioksida) serta

kebutuhan RTH secara fungsi sosial

berdasarkan persepsi masyarakat yang didapat

dari pengambilan sampel melalui penyebaran

kuestioner untuk masyarakat.

2.3. Metode Pengumpula Data

1. Data Primer

a. Survey lapangan yaitu bentuk

pengumpulan data primer yang dilakukan

untuk mengamati dan mengetahui

kondisi eksisting keberadaan fisik, lokasi,

bentuk, fungsi dan kepemilikan Ruang

Terbuka Hijau itu sendiri yang dilakukan

dengan teknik Plotting di wilayah studi

penelitian. b. Pengambilan Sampel melalui kuesioner

yang diajukan kepada masyarakat untuk

mengetahui tingkat kebutuhan Ruang

Teruka Hijau (RTH) dan mengetahui

bagaimana keinginan masyarakat dalam

penyediaan RTH khususnya RTH Publik

yaitu berupa taman dilihat dari fungsi

sosial dan jenis taman yang masyarakat

inginkan.

2. Data Sekunder a. Studi Literatur

Studi literatur ini diambil dari referensi

buku bacaan, dokumen, skripsi, jurnal

tata ruang, perundangan dan peraturan-

peraturan maupun pemikiran-pemikiran

yang berkaitan dengan tema dan objek

penelitian.

b. Survey Instansi

Pengumpulan data sekunder akan

dilakukan dengan survey instansional

yaitu pengumpulan data yang dilakukan

melalui survey sekunder pada instansi

terkait. Tujuan penggunaan metode

pengumpulan data ini adalah :

- Mendapatkan data-data peraturan,

pedoman pelaksanaan dan aturan-aturan

standar yang telah dikeluarkan oleh

instansi-instansi yang terkait dengan

ruang lingkup penelitian.

- Data mengenai kondisi eksisting dari

buku-buku laporan baik tabel maupun

peta-peta.

2.4. Metode Analisis

1. Metode Analisis GIS (Geographic

Information System)

Tahapan analisis menggunakan perangkat

lunak GIS ini dimaksudkan untuk

mengidentifikasi penggunaan lahan di

KSK Pusat Kota, untuk mengidentifikasi

jenis dan topologi ruang terbuka hijau,

selanjutnya untuk mengidentifikasi status

kepemilikkan lahan RTH di KSK Pusat

Kota dengan kombinasi survei lapangan.

2. Metode Analisis Kuantitatif

a. Analisis Kebutuhan RTH Berdasarkan

Persentase Wilayah dengan ketentuan

Keputusan dan amanat UU No. 26 tahun

2007 Tentang Penataan Ruang menyatakan

bahwa standar pembagian RTH Kota

adalah 30 persen dari luas wilayah kota itu

sendiri, meliputi 20 persen RTH publik

dan 10 persen RTH privat. Ketentuan

tersebut dibarengi dengan meninjau

RTRW Kota Sukabumi untuk

pengembangan RTH di KSK Pusat Kota.

b. Analisis Kebutuhan RTH Berdasarkan

Jumlah Pendudukdihitung menggunakan

Page 4: Imran Fadilah (052110012) (Ok)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak 4

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.

378 Tahun 1987 tentang pedoman

pengadaan RTH di kawasan perkotaan

yang menetapkan bahwa luas RTH kota

untuk fasilitas umum adalah sebesar 2,53

m2/jiwa dan luas RTH untuk penyangga

lingkungan kota sebesar 15 m2/jiwa.

c. Analisis Kebutuhan RTH Berdasarkan

Kebutuhan Oksigendapat dihitung

berdasarkan dengan menggunakan metode

Gerarkis (1974) yang kemudian

dikembangkan dan dimodifikasi oleh

Kunto. (ai x vi) + (bi x vj)

L =

K

Dimana :

L : Luas RTH (ha)

ai: Asumsi kebutuhan oksigen per orang (0,04

kg/jam)

bi : Asumsi kebutuhan oksigen per kendaraan

berrmotor (0,03 kg/jam)

Vi : Jumlah penduduk (61.708 jiwa)

Vj : Jumlah kendaraan bermotor berbagai jenis

(21.811 kendaraan)

K : Konstanta (rataan oksigen yang dihasilkan

Hutan Kota 20 kg/jam/ha)

d. Analisis Kebutuhan RTH Berdasarkan

Kebutuhan Netralisasi Karbondioksida

denganvmenghitungdjumlahikarbondioksi

da(CO2) yang dihasilkan oleh manusia dan

kendaraan.

Manusia

Menurut White, Handler dan Smith

(1959) dalam Nugraha (1991), manusia

mengoksidasi 3.000 kalori setiap hari

dari makanannya dengan mengonsumsi

600 liter oksigen atau 840 gr O₂/hari dan

menghasilkan 480 gr

karbondioksida/hari.

CO₂ = Jumlah pelaku aktivitas x 480

gr/hari atau 0,48 kg/hari.

Kendaraan

Perhitungan Emisi CO₂ Kendaraan (Q)

yaitu Q = n x FE x K x L.

Dimana,

Q = Jumlah emisi (g/jam.km)

N = Jumlah Kendaraan (smp/jam atau

kendaraan/jam)

FE= Faktor Emisi (g/liter)

K = Konsumsi Bahan Bakar (liter/100

km).

Analisis luas RTH menggunakan hasil

penelitian pada Pemanfaatan Pohon dan

RTH Pada Perbaikan Kualitas Lingkungan,

maka diketahui bahwa 1 ha RTH, yang

ditanami, perdu, semak dan penutup maka

sekitar 900 Kg CO2 udara dan akan

melepaskan sekitar 600 Kg O2.

e. Analisis Kebutuhan RTH Berdasarkan

Fungsi Tertentu

Fungsi RTH pada kategori ini menurut

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

05/PRT/M/2008 adalah fungsi

perlindungan atau pengamanan, sarana dan

prasarana. RTH kategori ini meliputi : jalur

hijau sempadan rel kereta api, jalur hijau

sempadan sungai dan RTH pengaman

kawasan lereng >40% yang ketentuannya

sesuai dengan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Sukabumi Tahun 2011-

2031.

f. Analisis Kebutuhan RTH Secara Fungsi

Sosial

Pada tahap ini dilakukan analisis mengenai

tingkat kebutuhan RTH Publik secara

fungsi sosial dari hasil penyebaran

kuesioner yang dilihat dari persepsi

masyarakat akan akan kebutuhann RTH

publik baik berupa taman maupun jenis

RTH lainnya. Jumlah Kuestioner yang

disebar yaitu 130 Sampel yang terbagi

menjadi 60 Sampel untuk Masyarakat

dalam KSK Pusat Kota dan 70 sampel

untuk masyarakat luar KSK Pusat Kota.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Kondisi Eksisting RTH di KSK Pusat

Kota

Hasil identifikasi citra satelit tahun 2013

yang disesuaikan dengan data primer dan data

sekunder, luas RTH KSK Pusat Kota adalah

sebesar 68,44 Ha atau setara dengan 10,59%

dari luas total wilayah KSK Pusat Kota yang

terbagi menjadi RTH Publik seluas 28,221 Ha

atau 4,756 % dan RTH Privat seluas 32,929

Ha atau 5,550 %. Lebih jelasnya mengenai

luasan dan karakteristik RTH di KSK Pusat

Kota disajikan pada Tabel 2, Gambar 1dan

Gambar 2berikut.

3.2. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Persentase Wilayah di

KSK Pusat Kota

Luas RTH yang dibutuhkan KSK Pusat

Kota menggunakan ketentuan UU No. 26

Tahun 2007 mengenai ketersediaan RTH

Page 5: Imran Fadilah (052110012) (Ok)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak 5

30% (tiga puluh persen)dari total luas

wilayah, yang terdiri dari 20% RTH publik

dan 10% RTH privat. KSK Pusat Kota

Sukabumi membutuhkan RTH Publik seluas

118,67 Ha dan RTH Privat seluas 59,33 Ha.

Dilihat dari ketentuan RTRW Kota Sukabumi

akan kebutuhan RTH di KSK Pusat Kota,

jumlah tersebut sesuai dengan perhitungan

ketentuan kebutuhan RTH publik 20% untuk

KSK Pusat Kota harus menyediakan RTH

Publik 20% sesuai dengan UU penataan

Ruang No 20 Tahun 2007, maka KSK Pusat

Kota harus menyediakan RTH seluas 118,66

Ha. Luas RTH tersebut lebih kecil

dibandingkan dengan ketentuan RTRW Kota

Sukabumi.

3.3. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Jumlah Penduduk

Perhitungan kebutuhan RTH berdasarkan

jumlah penduduk di KSK Pusat Kota

dilakukan dengan menggunakan Keputusan

Menteri Pekerjaan Umum No. 378 Tahun

1987 yang menetapkan luas RTH kota untuk

fasilitas umum berdasarkan jumlah penduduk

antara 10.000-100.000 jiwa adalah sebesar

2,53 m2/jiwa atau 0,000253 ha/jiwa dan luas

RTH untuk penyangga lingkungan kota

sebesar 15 m2/jiwa atau 0,0015 ha/jiwa.

Kebutuhan RTH untuk KSK Pusat Kota dapat

dihitung berdasarkan jumlah penduduk

dikalikan dengan Standar Kebutuhan RTH

Fasum dan RTH Lingkungan.Kebutuhan RTH

berdasarkan standar PU disajikan pada Tabel

3.

Hasil perhitungan RTH berdasarkan

jumlah penduduk, kebutuhan ruang terbuka

hijau pada tahun 2014 adalah sebesar 108,17

Ha atau 18,23%. Luas tersebut masih dibawah

kebutuhan RTH wilayah perkotaan sesuai

dengan UU No. 26 tahun 2007, setelah

dibandingkan dengan RTH eksisting tetap

belum mencukupi kebutuhan penduduk yaitu

sebesar 62,84 Ha yaitu 10,59%.

3.4. Kebutuhan RTH Berdasarkan

Kebutuhan Oksigen (O2)

Hasil perhitungan kebutuhan RTH

berdasarkan kebutuhan oksigen diketahui

bahwa KSK Pusat Kota membutuhkan RTH

seluas 156,13 Ha atau 26,31 Ha dari total luas

wilayah KSK Pusat Kota. Sementara RTH

yang tersedia di KSK Pusat Kota hanya seluas

62,85 Ha sehingga masih membutuhkan RTH

seluas 93,28 Ha. Kebutuhan luas berdasarkan

oksigen lebih kecil dibandingkan dengan

tuntutan luas RTH berdasarkan UU Penataan

Ruang No. 26 Tahun 2007 yang menuntut

luas RTH minimal 30 % dari total luas

wilayah.

Tabel2 Luas Ruang Terbuka HijauKSK Pusat KotaBerdasarkan Jenisnya

Luas

(Ha)

Halaman

Industri

Halaman

Perkanto

ran

Halaman

Rumah

Sakit

Halaman

Sekolah

Halaman

Tempat

Ibadah

Halaman

Tempat

Usaha

Jalur

Pejalan

Kaki

Lapan

gan

Lapangan

Perkantor

an

Median

Jalan

Pekara

ngan

Pekarang

an Rumah

Tinggal

Pulau

Jalan

Sempa

dan Rel

Kereta

Api

Sempad

an

Sungai

Taman

RW

Taman

Kota

Tempat

Pemakam

an Umum

Jumlah

Kec. Cikole 296,58 0,657 10,553 1,160 1,293 0,069 1,206 1,762 0,806 - 0,109 4,295 3,125 0,031 0,325 6,478 1,138 2,057 0,150 35,214

Cikole 80,32 2,946 1,160 0,793 0,146 0,565 0,138 0,836 0,603 0,007 3,894 11,089

Gunung Parang 45,46 0,467 0,020 0,257 0,100 0,029 0,072 0,164 0,445 0,006 2,056 3,615

Kebonjati 47,58 0,657 0,180 0,136 0,256 0,041 0,767 0,653 0,325 0,203 3,218

Selabatu 123,22 6,959 0,344 0,069 0,548 1,097 0,598 0,038 2,528 1,423 0,018 2,381 1,138 0,001 0,150 17,292

Kec. Citamiang 40,70 - 0,019 - 0,018 - 0,355 - 0,397 - - 1,197 0,799 - - 0,616 - - - 3,402

Tipar 40,70 0,019 0,018 0,355 0,397 1,197 0,799 0,616 3,402

Kec. Gunung

Puyuh 78,36

- 1,115 - - - 0,020 0,519 0,041 0,180 - 0,477 0,351 - - 3,841 0,843 - - 7,386

Sriw idari 78,36 1,115 0,020 0,519 0,041 0,180 0,477 0,351 3,841 0,843 7,386

Kec.

Warudoyong 177,69

- 1,311 - 0,203 - 0,193 0,099 0,450 - - 3,184 1,150 - 0,637 6,427 0,671 - 2,517 16,842

Benteng 118,13 0,813 0,203 0,035 0,450 1,420 1,072 0,566 5,244 2,517 12,320

Nyomplong 59,56 0,498 0,158 0,099 1,764 0,077 0,072 1,183 0,671 4,522

593,33 0,657 12,998 1,160 1,514 0,069 1,773 2,380 1,694 0,180 0,109 9,153 5,425 0,031 0,962 17,363 2,652 2,057 2,667 62,844

Tipologi Jenis RTH (Ha)

No Kelurahan

Jumlah

1

2

3

4

Sumber: Hasil Identifikasi dan Survey Lapangan, Tahun 2014

Page 6: Imran Fadilah (052110012) (Ok)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak 6

Gambar 1 Peta Tipologi Jenis RTH di KSK Pusat Kota

Gambar 2

Karateristik RTH di KSK Pusat Kota

1

Page 7: Imran Fadilah (052110012) (Ok)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak 7

Tabel 3 Kebutuhan Luas RTHBerdasarkan Kebutuhan Penduduk Tahun 2014 (Berdasarkan

Kepmen PU No. 378 Tahun 1987)

Standar

Kebutuhan

(Ha/Jiwa)

Kebutuhan

RTH Fasum

(ha)

Standar

Kebutuhan

(Ha/Jiwa)

Kebutuhan RTH

Lingkungan (ha)

1 Cikole 5.296 1,34 7,94 9,28 11,089 1,805

2 Gunung Parang 3.701 0,94 5,55 6,49 3,615 -2,873

3 Kebonjati 7.555 1,91 11,33 13,24 3,218 -10,026

4 Selabatu 9.672 2,45 14,51 16,96 17,292 0,337

5 CITAMIANG Tipar 8.856 2,24 13,28 15,52 3,402 -12,123

6 GUNUNG PUYUH Sriwidari 9.954 2,52 14,93 17,45 7,386 -10,063

7 Benteng 9.707 2,46 14,56 17,02 12,320 -4,696

8 Nyomplong 6.967 1,76 10,45 12,21 4,522 -7,691

61.708 15,61 92,56 108,17 62,84 -45,330

Total

Kebutuhan

RTH (Ha)

0,000253

RTH Fasum

0,0015

RTH Penyangga Lingkungan

TOTAL

Total (ha)

RTH

Eksisting

(ha)

NO KECAMATAN KELURAHAN

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

CIKOLE

WARUDOYONG

Sumber : Hasil Perhitungan Analsis Tahun 2014

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Penyerapan Netralisasi

Karbondioksida (CO2)

Penelitian emisi CO2 yang dihitung

adalah emisi CO2 yang dihasilkan dari

pernapasan manusia dan tranportasi yang

terdapat di KSK Pusat Kota.

a. Pelaku Aktivitas/ Manusia

Berdasarkan rumus perhitungan

karbondioksida, maka dapat diketahui

jumlah CO2 yang dihasilkan oleh

manusia dengan asumsi semua manusia

menghasilkan karbondioksida yang

sama:

Jumlah CO2 yang dihasilkan

= Jumlah Penduduk x 0,48 kg

= 61.708 jiwa x 0,48

= 29.619,84 kg

b. Kendaraan

Hasil perhitungan jumlah emisi

yang dikeluarkan oleh kendaraan

bermotor disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah Emisi Yang

Dikeluarkan Oleh Kendaraan

Jenis

Kendaraan

Q = n x FE x K

Jumlah Emisi/Q

(gram) Jumlah

Kendaraan

(smp)

FE CO2

(gram/liter)

K

(liter/100

km)

Sepeda motor 4.042 2.597,86 2,66 27.928.008,17

Kendaraan penumpang

3.234 2.597,86 11,79 99.053.440,24

Kendaraan

beban 914 2.924,90 15,15 40.490.304,73

Bus 2.143 2.924,90 13,04 81.716.441,18

Jumlah 11.046 249.188.194,32

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2014

Dari hasil perhitungan, maka dapat

diketahui bahwa jumlah CO2yang

dikeluarkan oleh kendaraan yaitu

sebanyak 249.188.194,32 gram atau

249.188,19 kg. Bila dibandingkan

dengan jumlah emisi CO2yang

dikeluarkan oleh penduduk jauh lebih

besar.

c. Kebutuhan RTH berdasarkan

penyerapan karbondioksida (CO2)

Berdasarkan ketentuan RTH terbuka

hijau dengan berbagai jenis tanaman

didalamnya seluas 1 ha dapat menyerap

900 kg/hr karbondioksida (CO2),

sehingga kebutuhan luasan RTH di

KSK Pusat Kota berdasarkan

penyerapan karbondioksida yang

dikeluarkan oleh penduduk dan

kendaraan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Kebutuhan RTH di KSK

Pusat Kota Berdasarkan Penyerapan

Karbondioksida (CO2)

Sumber

CO2 yang

dihasilkan

(kg)

Kebutuhan

Luasan

RTH (ha)

Pelaku

Aktifitas/Penduduk 26.619,84 29,58

Kendaraan 249.188,19 276,88

Jumlah 275.808,03 306,45

Sumber: Hasil analisis Tahun 2014

Bila dilihat dari kebutuhan RTH

berdasarkan penyerapan Karbondioksida,

KSK Pusat Kota Sukabumi membutuhkan

Page 8: Imran Fadilah (052110012) (Ok)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak 8

Ruang Terbuka Hijau jauh lebih besar

yaitu seluas 306,45 ha atau 52 % dari total

luas wilayah KSK Pusat Kota Sukabumi.

Sementara RTH yang tersedia di KSK

Pusat Kota Sukabumi hanya 62,82 ha,

berarti masih membutuhkan RTH seluas

243,63 ha untuk menyeimbangkan

karbondioksida yang dikeluarkan oleh

penduduk dan kendaraan di KSk Pusat

Kota Sukabumi.

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Kebutuhan Fungsi

Tertentu

Analisis kebutuhan RTH berdasarkan

kebutuhan fungsi tertentu dilakukan

menggunakan teknik analisis GIS seperti

sistem buffering dan slope untuk

mengetahui kawasan sempadan dan

daerah dengan lereng >40%. Untuk lebih

jelasnya mengenai kebutuhan RTH fungsi

tertentu disajikan dalam Gambar

3danTabel 6.

Perhitungan RTH pada fungsi tertentu

sebagai fungsi perlindungan dan

pengamanan lingkungan, memerlukan

luas RTH lereng >40% untuk menghindari

bencana rawan longsor seluas 5,80 Ha

yang berada di Kelurahan Cikole

Kecamatan Cikole, Kelurahan Kebonjati

Kecamatan Cikole, Kelurahan Selabatu

Kecamatan Cikole dan Kelurahan

Sriwidari Kecamatan Gunungpuyuh.

Sedangkan untuk RTH sempadan sungai

memerlukan luasan RTH sebesar 27,87

Ha yang tersebar di berbagai Kelurahan

kecuali Kelurahan Gunungparang

Kecamatan Cikole yang tidak terlewti

jalur sungai. Untuk RTH di dalam

kawasan sempadan KA seluas 5,56 Ha

yang masing-masing tersebar di beberapa

kelurahan kecuali Kelurahan Cikole

Kecamatan Cikole, Kelurahan Selabatu

Kecamatan Cikole dan Kelurahan

Sriwidari Kecamatan Gunungpuyuh yang

tidak terlewati jalur Kereta Api.

Analisis RTH Berdasarkan Persepsi

Masyarakat

Analisis RTH berdasarkan persepsi

masyarakat digunakan untuk mengetahui

bagaimana kebutuhan RTH secara fungsi

sosial agar RTH tidak hanya dibuat namun

bisa bermanfaat bagi segala kegiatan

masyarakat. Analisis ini di dapat dari hasil

tabulasi kuesioner.Dalam hal ini dapat

diketahui keinginan masyarakat akan

kebutuhan RTH secara fungsi sosial baik

berupa taman, jalur hijau atau jalur

pejalan kaki maupun jenis RTH

lainnya.Dalam persepsi ini dibagi menjadi

3 (tiga) klasifikasi berdasarkan kelompok

usia yaitu usia remaja 17 - 24 tahun, usia

produktif 25 - 50 tahun dan lansia diatas

50 tahu. Hasil analisis persepsi

masyarakat akan kebutuhan RTH

disajikan dalam Tabel 7.

Page 9: Imran Fadilah (052110012) (Ok)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak 9

Gambar 3 Peta Jenis RTH Fungsi Tertentu di KSK Pusat Kota

Tabel 6. Kebutuhan Luas RTHBerdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu Tahun 2014

Sempadan Rel

Kereta Api (Ha)

Sempadan

Sungai (Ha)

Kelas Lereng

>40% (Ha)

1 Cikole - 3,63 2,79 6,41

2 Gunung Parang 0,33 - - 0,33

3 Kebonjati 0,75 2,66 0,29 3,70

4 Selabatu - 4,23 2,11 6,34

5 Citamiang Tipar 0,69 1,80 - 2,49

6 Gunungpuyuh Sriwidari - 6,70 0,61 7,31

7 Benteng 2,43 7,08 - 9,51

8 Nyomplong 1,37 1,78 - 3,15

5,56 27,87 5,80 39,24

Jumlah (Ha)

Cikole

Warudoyong

TOTAL

Jenis RTH Fungsi Tertentu

No Kecamatan Kelrurahan

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2014

Menurut semua kategori usia, jenis

RTH yang dibutuhkan yaitu berupa

taman.Kebutuhan akan janis taman yaitu

Usia remaja lebih menginginkan jenis

taman yang diperuntukkan untuk kaum

remaja yang dapat digunakan untuk

berolahraga.Sementara usia produktif

lebih menginginkan jenis taman yang

diperuntukkan untuk anak-anak karena

mereka lebih mementingkan kenyamanan

anak dan keluarga beraktifitas di taman

untuk sarana rekrasi maupun hiburan.

Kaum lansia lebih menginginkan taman

yang diperuntukkan khusus untuk kaum

lansia agar taman tersebut dapat berfungsi

sebagai taman untuk terapi.

Perbandingan Kebutuhan Kuantitas

RTH

Hasil perhitungan kebutuhan RTH

berdasarkan beberapa metode yang telah

digunakan, setelah dilakukan

perbandingan dari semua hasil

perhitungan terdapat kesesuaian antar

metode perhitungan diantaranya

Page 10: Imran Fadilah (052110012) (Ok)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak 10

Tabel 7. Kebutuhan RTH Berdasarkan Kategori Usia

No Kriteria Kelas

Persentase

Usia

Remaja

(%)

Persentase

Usia

Produktif

(%)

Persentase

Lansia

(%)Taman 58,97 55,88 57,14

Jalur hijau 41,03 44,12 42,86

Lainnya - - -

100,00 100,00 100,00

Bagi anak-anak 24,44 40,00 43,75

Bagi remaja 28,89 10,00 -

Bagi usia produktif 22,22 17,50 6,25

Bagi lansia 15,56 22,50 50,00

Bagi semua usia 8,89 10,00 -

100,00 100,00 100,00

Rekreasi/hiburan 20,97 26,92 31,25

Kreatif itas musik 12,90 15,38 -

Olahraga 25,81 17,31 29,41

Kesehatan/terapi 16,13 15,38 41,18

Kesenian 9,68 11,54 -

Pendidikan/penelitian 14,52 13,46 -

Lainnya - - -

100,00 100,00 100,00

Di dalam KSK Pusat Kota 33,33 50,00 50,00

Di luar KSK Pusat Kota 66,67 43,75 50,00

Di seluruh kelurahan 16,67 6,25 -

100,00 100,00 100,00

100-250 m 35,71 22,73 40,00

250-500 m 21,43 45,45 30,00

500-750 m 21,43 13,64 -

750-100 0m 7,14 9,09 30,00

Diatas 1 km 14,29 9,09 -

100,00 100,00 100,00

1Jenis RTH yang dibutuhkan

Jumlah

2Jenis taman yang dibutuhkan

Jumlah

5

Keinginan jarak taman dari tempat

tinggal

Jumlah

3Fungsi taman yang dibutuhkan

Jumlah

4Lokasi untuk menambah taman

Jumlah

Sumber: Hasil analisis, Tahun 2014

Keterangan: Persepsi terbanyak

berupa kesesuaian hasil akhir perhitungan

yang mendekati dengan metode yang

berbeda seperti kebutuhan RTH

berdasarkan luas wilayah dibandingkan

dengan perhitungan berdasarkan jumlah

penduduk dan kebutuhan oksigen

memiliki hasil yang mendekati.

Kebutuhan jenis RTH berdasarkan

RTRW Kota Sukabumi Tahun 2011-2031

yaitu berupa taman sesuai dengan

kebutuhan RTH secara fungsi sosial yang

didapat dari persepsi masyarakat yang

membutuhkan RTH jenis taman serta

untuk menentukan kualitas tanaman dapat

melihat pada kebutuhan RTH

berdasarkan netralisasikarbondioksida

yang lebih membutuhkan jenis tanaman

yang dapat menyerap karbondioksida

mengingat KSK Pusat Kota memiliki

tingkat kepadatan kendaraan yang

tinggi.Tabel Perbandingan Hasil

Kebutuhan RTH Di KSK Pusat Kota

Tahun 2014.

Tabel 8 Perbandingan Hasil Kebutuhan RTH di KSK Pusat Kota Tahun 2014

Publik

(Ha)

Privat

(Ha)

Kawasan

Sempadan Sungai

Kawasan

Sempadan KA

RTH Lereng

>40%Jumlah

Kec. Cikole

Cikole 4,604 6,485 11,089 24,10 9,28 - 3,63 2,79 6,41

Gunung Parang 2,264 1,352 3,616 13,64 6,49 0,33 - - 0,33

Kebonjati 0,569 2,649 3,218 14,27 13,24 0,75 2,66 0,29 3,70

Selabatu 5,420 11,871 17,291 36,97 16,96 - 4,23 2,11 6,34

Kec. Citamiang

Tipar 1,014 2,388 3,402 12,21 15,52 0,69 1,80 - 2,49

Kec. Gunung

Puyuh

Sriw idari 5,243 2,143 7,386 23,51 17,45 - 6,70 0,61 7,31

Kec.

Warudoyong

Benteng 8,777 3,544 12,320 35,44 17,02 2,43 7,08 - 9,51

Nyomplong 2,025 2,497 4,522 17,87 12,21 1,37 1,78 - 3,15

29,92 32,93 62,844 118,67 108,17 156,13 306,45 5,56 27,87 5,80 39,24

5,042% 5,550% 10,592% 20,00% 18,232% 26,314% 51,649% 0,938% 4,698% 0,978% 6,613%

Jumlah

Persentase

Berdasarkan

Standar PU

(RTH 20%)

1

2

3

4

Berdasrakan

Netralisasi CO2

Berdasarkan

Kebutuhan O2

No Kelurahan

Luas RTH Eksisting

Jumlah

RTH

Eksisting

Kebutuhan Kuantitas RTH (Ha)

Berdasarkan Fungsi TertentuBerdasarkan

Jumlah Penduduk

(Kepmen PU No. 378

Tahun 1987)

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2014

Page 11: Imran Fadilah (052110012) (Ok)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak 11

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau

eksisting di KSK Pusat Kota hanya

tersedia 10,59% atau 62,84 ha yang

terdiri dari RTH publik seluas 29,92 ha

atau 5,04% RTH privat sebesar 32,93 ha

atau 5,55% dari luas total wilayah KSK

Pusat Kota.

Hasil perhitungan kebutuhan RTH

berdasarkan beberapa metode yang telah

digunakan, terdapat kesesuaian antar

metode perhitungan yaitu kesesuaian

hasil akhir perhitungan yang mendekati

dengan metode yang berbeda seperti

kebutuhan RTH berdasarkan luas wilayah

dibandingkan dengan perhitungan

berdasarkan jumlah penduduk dan

kebutuhan oksigen memiliki hasil yang

mendekati.

Kebutuhan jenis RTH berdasarkan

RTRW Kota Sukabumi Tahun 2011-2031

yaitu berupa taman sesuai dengan

kebutuhan RTH secara fungsi sosial yang

didapat dari persepsi masyarakat yang

membutuhkan RTH jenis taman.

Saran

Berdasarkan hasil-hasil yang telah

diperoleh dalam penelitian ini, maka

penulis dapat memberikan saran-saran

sebagai berikut :

1. Program pengadaan luasan RTH

publik berupa taman tematik sesuai

dengan RTRW Kota Sukabumi dan

persepsi masyarakat.

2. Menambah jumlah dan kualitas RTH

sempadan sungai, sempadan rel kereta

maupun RTH untuk daerah yang

berada dalam kemiringan >40%.

3. Meningkatkan kualitas taman dan jalur

hijau (pulau, dan median jalan)

4. Mengurangi pemakaian kendaraan

bermotor guna memperkecil tingkat

polusi kendaraan bermotor..

5. Perlu dilakukan studi lanjutan

mengenai strategi pemenuhan

kebutuhan luasan RTH di Kawasan

Pusat Kota serta peningkatan kualitas

tanaman RTH.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Adillasintani. 2013. Analisis Tingkat

Kebutuhan Dan Ketersediaan Rth

Pada Kawasan Perkantoran Di Kota

Makassar [disertasi]. Makassar:

Universitas Hasanuddin.

[2] Amin, Jusna J.A. 2010. Kota Taman

(Garden City). Jakarta: CV Idayus.

[3] BAPPEDA Kota Sukabumi, 2011.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Sukabumi Tahun 2011-2031. Kota

Sukabumi: BAPPEDA.

[4] [BPS] BadanPusatStatistik, 2013.

Kecamatan Dalam Angka. Kota

Sukabumi: BPS.

[5] Carpenter, Philp L., dkk. 1975. Plants

in The Landscape. W. H Foreman &

Company, San Francisco.

[6] Departemen Dalam Negeri Republik

Indonesia, 1988. Instruksi Menteri

Dalam Negeri republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 1988 tentang

Penataan Ruang Terbuka Hijau di

Wilayah Perkotaan, Depdagri, Jakarta.

[7] ______, 2007. Peraturan Dalam

Negeri Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan,

Depdagri, Jakarta.

[8] Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

2011. Taman, Kota Surabaya:

http://www.dkp-surabaya.org/ [6 Mei

2014].

[9] [DP3] Dinas Pengelolaan

Persampahan, Pertamanan dan

Pemakaman Kota Sukabumi, 2014.

Data Sebaran Ruang Terbuka Hijau

Kota Sukabumi. Kota Sukabumi: DP3.

[10] Gumilang, Giri. 2012. Identifikasi

Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Di

Kota Sukabumi [Tugas Akhir]. Bogor:

Universitas Pakuan.

[11] Joga, Nirwono. 2011. RTH 30% !

Resolusi Kota Hijau. Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama.

[12] Kantor Kelurahan Benteng. 2013. Data

Monografi Kelurahan Benteng

Kecamatan Warudoyong. Kota

Sukabumi: Kantor Kelurahan Benteng.

[13] Kantor Kelurahan Cikole. 2013. Data

Monografi Kelurahan Cikole

Kecamatan Cikole. Kota Sukabumi:

Kantor Kelurahan Cikole.

Page 12: Imran Fadilah (052110012) (Ok)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak 12

[14] Kantor Kelurahan Gunung Parang.

2013. Data Monografi Kelurahan

Gunung Parang Kecamatan Cikole.

Kota Sukabumi: Kantor Kelurahan

Gunung Parang.

[15] Kantor Kelurahan Kebonjati. 2013.

Data Monografi Kelurahan Kebonjati

Kecamatan Cikole. Kota Sukabumi:

Kantor Kelurahan Kebonjati.

[16] Kantor Kelurahan Nyomplong. 2013.

Data Monografi Kelurahan

Nyomplong Kecamatan Warudoyong.

Kota Sukabumi: Kantor Kelurahan

Nyomplong.

[17] Kantor Kelurahan Selabatu. 2013.

Data Monografi Kelurahan Selabatu

Kecamatan Cikole. Kota Sukabumi:

Kantor Kelurahan Selabatu.

[18] Kantor Kelurahan Sriwidari. 2013.

Data Monografi Kelurahan Sriwidari

Kecamatan Gunungpuyuh. Kota

Sukabumi: Kantor Kelurahan

Sriwidari.

[19] Kantor Kelurahan Tipar. 2013. Data

Monografi Kelurahan Tipar

Kecamatan Citamiang. Kota

Sukabumi: Kantor Kelurahan Tipar.

[20] [Kemen. PU] Kementerian Pekerjaan

Umum, 2008. Peraturan Menteri

Pkerjaan Umum Nomor

05/PRT/M/2008 - Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang

Terbuka Hijau di Perkotaan, Jakarta.

[21] Lestari, R.A>E dan Jaya, LN.S.2005,

Penggunaan teknologi Penginderaan

Jauh Satelit dan SIG unutk menentukan

luas hutan kota :Studi Kasus di Kota

Bogor, Jawa Barat, Jurnal Manajemen

Hutan Tropika Vol. XI No. 2 :55-69

(2005).

[22] Purnomohadi, Ning., (2006). Ruang

terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama

Tata Ruang. Departemen Pekerjaan

Umum.

[23] Rachman, Fauzy. 2013. Identifikasi

Kuantitas Dan Kualitas Ruang

Terbuka Hijau Di Kecamatan Bogor

Tengah [Tugas Akhir]. Bogor:

Universitas Pakuan.

[24] Sari, Intan Laksmita. 2011. Kajian

Proyeksi Luas Kebutuhan Ruang

Terbuka Hijau Kota Bogor Dan

Arahan Pola Penyebarannya [skripsi].

Bogor: Institut Pertanian Bogor.

[25] Sebandung.com. 2014. Taman

Tematik. Bandung:

http://sebandung.com/2014/02/taman-

tematik/ [19 Mei 2014].

[26] Zoer’aini. 2003. Hutan Kota dan

Lingkungan Kota. Makalah Seminar

Pada FakultasArsitektur Lanskap

Teknik lingkunganUniversitas Trisakti.

Jakarta.

Jhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

PENULIS:

1. Imran Fadilah, ST. (Alumni) 2014

Program Studi Perencanaan Wilayah

dan Kota FT-Unpak.

2. Dr. Ir. Janthy T. Hidayat M.Si. Staf

Pengajar Program Studi Perencanaan

Wilayah dan Kota FT-Unpak.

3. Ir. Agus Sunaryadi M.SP. Staf Pengajar

Program Studi Perencanaan Wilayah

dan Kota FT-Unpak.

nhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

Page 13: Imran Fadilah (052110012) (Ok)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak 13

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhh