Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

34
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes ( dari bahasa yunani ) berarti Siphon yaitu botol yang dilengkapi suara untuk menyemprot air keluar, dalam hal ini berarti banyak buang air kecil (Kencing). Mellitus berarti madu/manis, sehingga Diabetes Melitus sering dikenal sebagai penyakit “ Kencing Manis “ yang berarti sering kencing yang mempunyai rasa manis seperti madu. Bahkan terkenal air seni orang menderita diabetes melitus sering dikerumuni semut karena manis. Hal ini terjadi karena gula dibuang bersama air seni (glukosauria) karena kadar gula dalam darahmelebihi batas ambang ginjal (Karyadi, 2002 : 17). Menurut Setia Budi, (2008 : 20) Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan gula darah yang tingginya sudah membahayakan. Faktor utama pada diabetes adalah insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh kelompok sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah diabetes (Setiabudi, 2008 : 20).

Transcript of Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

Page 1: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes ( dari bahasa yunani ) berarti Siphon yaitu botol yang dilengkapi suara untuk menyemprot air keluar, dalam hal ini berarti banyak buang air kecil (Kencing). Mellitus berarti madu/manis, sehingga Diabetes Melitus sering dikenal sebagai penyakit “ Kencing Manis “ yang berarti sering kencing yang mempunyai rasa manis seperti madu. Bahkan terkenal air seni orang menderita diabetes melitus sering dikerumuni semut karena manis. Hal ini terjadi karena gula dibuang bersama air seni (glukosauria) karena kadar gula dalam darahmelebihi batas ambang ginjal (Karyadi, 2002 : 17).

Menurut Setia Budi, (2008 : 20) Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan gula darah yang tingginya sudah membahayakan.

Faktor utama pada diabetes adalah insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh kelompok sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah diabetes (Setiabudi, 2008 : 20).

Menurut data terkini dari international Diabetes Federation (IDF), sebanyak 285 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes. Termasuk di asia tenggara sebanyak 59 juta orang mengidap diabetes. Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan kasus diabetes yang paling tinggi yaitu seramai 7 juta orang (International Diabetes Federation, 2008 : 21). Maka sangat berbahaya dan mengancam kelangsungan hidup masyarakat.

Tingginya Diabetes Melitus bila tidak ditangani dengan baik dapat

mengakibatkan komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal,

Page 2: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

2

jantung, pembuluh darah kaki, saraf dan lain – lain (Iwan S, 2010 : 51).

Serta dapat mengakibatkan terjadinya luka diabetes.

Luka diabetes terjadi karena kadar gula dalam tubuh meningkat. Zat gula dalam tubuh meliputi polisakarida, oligosakarida, disakarida dan monosakarida. Adapun sumber zat gula dalam tubuh berasal dari karbohidrat yang biasa kita makan sehari – hari. Peningkatkan kadar gula diakibatkan menurunnya produksi hormon insulin oleh kelenjar pankreas. Penurunan jumlah hormon insulin mengakibatkan zat gula sulit diproses menjadi energi. Zat gula merupakan sumber energi bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Zat gula dirubah menjadi energi bagi sel- sel jaringan tubuh berkat hormon insulin. (I.Hastomi dan Engga Sujayana, 2011 :54).

Pada suatu tahap luka akan mengalami suatu rangkaian proses penyembuhan. Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dengan melibatkan banyak sel. Setiap proses penyembuhan luka akan terjadi melalui 3 tahapan yang dinamis, saling terkait dan berkesinambungan serta tergantung pada tipe/jenis dan derajat luka. Penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali ( remodeling ) jaringan (sjamsuhidajat, 2005 : 67).

Dalam proses penyembuhan luka, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi proses kesembuhan luka. Satu diantara faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka tersebut ialah nutrisi. Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel terutama karena kandungan gizi yang terdapat di dalamnya. Sebagai contoh vitamin A diperlukan untuk membantu proses epitelisasi atau penutupan luka dan sintesis kolagen; vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada sistem enzim yang mengatur metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak; vitamin c dapat berfungsi sebagai fibroblast, dan mencegah adanya infeksi, serta membentuk kapiler-kapiler darah; dan vitamin k yang membantu sintesis protombin dan berfungsi sebagai zat pembekuan darah (Hidayat & Aziz, 2008 : 62).

Pada keadaan yang demikian gejala Diabetes Melitus dapat di atasi dengan pengaturan kembali keseimbangan metabolisme zat gizi dalam tubuh dengan masukan zat gizi melalui makanan dengan jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup sehat (Hiswani, 2010 : 30). Serta dilakukan dengan pengobatan rutin dan olahraga yang teratur.

Pada era sekarang ini pelayanan kesehatan terutama pada perawatan luka mengalami kemajuan yang sangat pesat. Telah kita ketahui metode penyembuhan luka telah berkembang dengan pesat bisa dengan menggunakan tumbuh – tumbuhan alami contohnya daun sirsak.

Page 3: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

3

Seperti yang diketahui dalam penelitian, bahwa daun sirsak memiliki peran penting dalam proses penyembuhan luka diabetes. (Fayed et.al, 1998. Dalam, Zuhud Ervizal, 2011 : 73). Senyawa bioaktif yang ada didalam ektrak daun sirsak memiliki sifat antihiperglikemia atau anti peningkatan kadar gula darah melalui beberapa mekanisme, yaitu menurunkan konsentrasi glukosa darah, meningkatkan konsentrasi serum insulin, meningkatkan perbaikan atau proliferasi sel beta pankreas, serta meningkatkan efek hormon insulin dan adrenalin.

Melihat kandungan dari ektrak daun sirsak, hal ini lah yang

membuat penulis menjadi tertantang untuk mengetahui apakah efektif

penggunaan ektrak daun sirsak terhadap percepatan proses

penyembuhan luka diabetes melitus pada tikus putih.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah dalam penulisan ini adalah “Apakah ekstrak daun sirsak

efektif dalam proses penyembuhan luka diabetes melitus pada tikus putih?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan manfaat pemberian

ekstrak daun sirsak dalam proses penyembuhan luka diabetes mellitus

pada tikus putih.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi berapa lama (waktu) proses penyembuhan luka

diabetes mellitus.

2. Mengidentifikasi perubahan ukuran luka diabetes mellitus setelah

diberi ekstrak daun sirsak.

Page 4: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

4

3. Mengidentifikasi efektifitas ekstrak daun sirsak terhadap penurunan

gulah darah.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian yang akan di lakukan semoga dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak yang terkait, antara lain:

1.4.1 Pelayanan Keperawatan

Memberikan masukan bagi instansi kesehatan mengenai

penggunaan ekstrak daun sirsak dalam proses penyembuhan luka

diabetes melitus, sehingga informasi ini di jadikan pedoman bagi

perawatan luka diabetes melitus pada pasien.

1.4.2. Institusi Pendidikan

Masukan bagi institusi pendidikan untuk mengetahui teknik

perawatan luka diabetes melitus yang baik sehinggamempercepat

prosespenyembuhan luka.

1.4.3. Keilmuan

Hasil penelitian ini dapat untuk memperkuat informasi dan refrensi

dalam meningkatkan kualitas perawatan luka sesuai dengan teknik yang

tepat serta menambah pemahaman dan pengetahuan tentang

penggunaan ektrak daun sirsak dalam proses penyembuhan luka diabetes

melitus pada tikus putih.

Page 5: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

5

1.4.4. Penelitian

Penulis mendapatkan pengalaman dan ilmu pengetahuan baru

dalam melakukan penelitian sehingga hasil penelitian ini dapat di jadikan

dasar untuk penelitian selanjutnya.

Page 6: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

6

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Ekstrak Daun Sirsak

Dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dapat diketahui bahwa tumbuhan daun sirsak dapat mengobati berbagai macam penyakit. Mengkonsumsi sirsak diyakini dapat mengobati penyakit diabetes melitus. Sebuah penelitian memperlihatkan zat – zat yang terkandung didalam buah dan daun sirsak mampu menurunkan kadar gula dalam penderita diabetes melitus dengan cara memperbaiki produksi insulin. (I.Hastomi dan Engga Sujayana, 2011 : 55).

Buah dan daun sirsak memiliki kandungan seperti Energi 65 Kcal,

Protein 1 gram, Lemak 0,3 gram, Karbohidrat 16,3 gram, Kalsium 14 mg,

Fosfor 27 mg, Serat 2 gr, Besi 0,6 mg, Vitamin A, 1 RE, Vitamin B1 0,07

mg, Vitamin B2 0,04 mg, Vitamin C 20 mg, Niasin 0,7 mg. Selain kaya

akan zat gizi penting daging buah sirsak juga mengandung senyawa

sitotoksik yang cukup kuat.

Selain itu buah dan daun sirsak memiliki senyawa yang disebut acetogenins, senyawa acetogenins adalah senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai sitotoksik di dalam tubuh manusia. Daging buah sirsak dipercaya dapat mengobati dan mencegah penyakit batu empedu,asam urat, disentri, batu ginjal, dan osteoporosis. Serta dapat digunakan antisembelit, meningkatkan nafsu makan, dan merangsang produksi ASI pada kelenjar mamae. Tidak hanya itu, buah sirsak sering digunakan untuk meredahkan demam ( di Haiti ) dan mengobati penyakit diabetes melitus ( di Peru ). (Zuhud Ervizal, 2011 : 46).

Page 7: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

7

2.2 Diabetes Melitus

2.2.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes ( dari bahasa yunani ) berarti Siphon yaitu botol yang dilengkapi suara untuk menyemprot air keluar, dalam hal ini berarti banyak buang air kecil (Kencing). Mellitus berarti madu/manis, sehingga Diabetes Melitus sering dikenal sebagai penyakit “ Kencing Manis “ yang berarti sering kencing yang mempunyai rasa manis seperti madu. Bahkan terkenal air seni orang menderita diabetes melitus sering dikerumuni semut karena manis. Hal ini terjadi karena gula dibuang bersama air seni (glukosauria) karena kadar gula dalam darah melebihi batas ambang ginjal (Karyadi, 2002 : 17).

Diabetes Melitus adalah sekeompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia atau peninggian kadar gula darah akibat gangguan pada pengeluaran (sekresi) insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikimia nantinya dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang dan gangguan fungsi organ – organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (Karyadi, 2002 : 17).

2.2.2 Penyebab Diabetes Melitus

Penyebab diabetes melitus sampai sekarang belum diketahui

dengan pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin

penyebab utama dan faktor herediter memegang peranan penting.

a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut

juvenille Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan adanya

hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah) (Bare&Suzanne, 2002 :

20). Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM.

Oleh karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari

lingkungan) misalnya coxsackievirus B dan streptococcus sehingga

Page 8: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

8

pengaruh lingkungan dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya

DM (Bare&Suzanne, 2002 : 21).

b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

Virus dan Kuman leukosit antigent tidak nampak memainkan peran

terjadinya NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar.

Riset melaporkan bahwa obesitas salah satu faktor determinan terjadinya

NIDDM sekitar 80 % klien NIDDM adalah kegemukan .Overwight

membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme. Terjadinya

hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai

kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau

mengalami gangguan. Faktor resikodapat dijumpai pada klien dengan

riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang besar.

2.3 Proses Penyembuhan Luka Diabetes Melitus

Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dengan melibatkan banyak sel. Setiap proses penyembuhan luka akan terjadi melalui 3 tahapan yang dinamis, saling terkait dan berkesinambungan serta tergantung pada tipe/jenis dan derajat luka. Penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali ( remodeling ) jaringan (sjamsuhidajat, 2004 : 67).

1. Fase Inflamasi

Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira

hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan

perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan

vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan

rekasi hemostatis. Heostatis terjadi karena trombosit yang keluar dari

Page 9: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

9

pembuluh darah saling melengket, dan bersama jalan fibrin yang

terbentuk, membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah setelah

itu terjadi reaksi inflamasi.

Sel mast dalam jaringan ikan menghasilkan serotonin dan histamin

yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi,

penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang

menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinis reaksi

radang menjadi jelas yang berupa warna kemerahan karena kapiler

melebar (rubor), rasa hangat (kalor), nyeri (dolor), dan pembengkakan

(tumor). Aktivitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit

menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena

daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu

mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian

muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri

(fagositosis). Fase ini juga disebut fase lamban karena reakasi

pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin

yang amat lemah.

2. Fase Proliferasi

Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol

adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase

inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasa dari sel

mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida,

Page 10: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

10

asam aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat

yang akan mempertautkan tepi luka.

Pada fase ini, serat-serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk

penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut.

Sifat ini, bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan

tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini, kekuatan regangan luka

mencapai 25% jaringan normal. Nantinya dalam proses penyudahan,

kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan

antarmolekul.

Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan

kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan

yang berbenjol halus yang disebut granulasi. Epitel tepi luka yang

terdiriatas sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi

permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk

dari proses mitosis. Proses migrasi hanya terjadi ke arah yang lebih

rendah atau datar. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling

menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya

permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan

granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase

penyudahan.

3. Fase penyudahan

Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas

penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan

Page 11: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

11

gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru

terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan

berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha

menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses

penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel mudah menjadi matang,

kapiler baru menutup, dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap

dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada.

Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan

lemas, serta mudah digerakan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal

pada luka. Pada akhir fase ini, perupaa luka kulit mampu menahan

regangan kira-kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira-kira

3-6 bulan setelah penyembuhan.Luka dikatakan sembuh jika terjadi

kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan kulit mampu atau tidak

mengganggu untuk melakukan aktivitas yang normal. Meskipun proses

penyembuhan luka tidak sama bagi setiap penderita, namun outcome

atau hasil yang dicapai sangat tergantung dari kondisi biologik masing-

masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat

akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi,

disertai dengan penyakit sistemik (diabetes melitus).

Dalam proses penyembuhan luka, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi proses kesembuhan luka. Satu diantara faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka tersebut ialah nutrisi. Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel terutama karena kandungan gizi yang terdapat di dalamnya. Sebagai contoh vitamin A diperlukan untuk membantu proses epitelisasi atau penutupan luka dan sintesis kolagen; vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada sistem enzim yang mengatur metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak; vitamin c dapat

Page 12: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

12

berfungsi sebagai fibroblast, dan mencegah adanya infeksi, serta membentuk kapiler-kapiler darah; dan vitamin k yang membantu sintesis protombin dan berfungsi sebagai zat pembekuan darah (Hidayat & Aziz, 2008 : 62).

2.3.1 Peran Ektrak Daun Sirsak Dalam Proses Penyembuhan Luka

Diabetes Melitus

Dalam proses penyembuhan luka ektrak daun sirsak dapat berpengaruh terhadap penyembuhan luka diabetes melitus dikarenakan kandungan yang ada di dalam daun sirsak kaya akan zat gizi seperti protein yang diperlukan untuk proses inflamasi pada awal penyembuhan luka dan memiliki sifat antihiperglikemia atau anti peningkatan kadar gula darah melalui beberapa mekanisme, yaitu menurunkan konsentrasi glukosa darah, meningkatkan konsentrasi serum insulin, meningkatkan perbaikan atau proliferasi sel beta pankreas, serta meningkatkan efek hormon insulin dan adrenalin.( Fayed et.al, 1998. Dalam, Zuhud Ervizal, 2011 : 73).

2.4 Kerangka Teori

Peneliti akan melihat efektifitas penggunaan ektrak daun sirsak

dalam proses penyembuhan luka diabetes melitus. Dengan kerangka

sebagai berikut :

(Sumber, Zuhud Ervizal, 2011 : 73).

Skema 2.1

Kerangka Teori

Penyembuhan Luka

Diabetes Melitus

Page 13: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

13

Kandungan Buah dan daun sirsak memiliki kandungan seperti

Energi 65 Kcal, Protein 1 gram, Lemak 0,3 gram, Karbohidrat 16,3 gram,

Kalsium 14 mg, Fosfor 27 mg, Serat 2 gr, Besi 0,6 mg, Vitamin A, 1 RE,

Vitamin B1 0,07 mg, Vitamin B2 0,04 mg, Vitamin C 20 mg, Niasin 0,7 mg.

Selain kaya akan zat gizi penting daging buah sirsak juga mengandung

senyawa sitotoksik yang cukup kuat.

Senyawa bioaktif yang ada didalam ektrak daun sirsak memiliki

sifat antihiperglikemia atau anti peningkatan kadar gula darah melalui

beberapa mekanisme, yaitu menurunkan konsentrasi glukosa darah,

meningkatkan konsentrasi serum insulin, meningkatkan perbaikan atau

proliferasi sel beta pankreas, serta meningkatkan efek hormon insulin dan

adrenalin.

Kandungan dan sifat antihiperglikemia dalam daun sirsak ini akan

bekerja dalam suatu tahapan proses penyembuhan luka yaitu fase

inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali

( remodeling ) jaringan. Setelah melalui fase terjadilah penyembuhan luka.

2.5 Hipotesis Penelitian

Dari teori yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa:

Ha : Adanya peranan penggunaan ekstrak daun sirsak dalam proses

penyembuhan luka diabetes millitus pada tikus putih.

Ho : Tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak dalam proses

penyembuhan luka diabetes millitus pada tikus putih.

Page 14: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

14

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan

antara konsep satu dengan konsep lainnya dari masalah apa yang ingin di

teliti.

Skema 3.1

Kerangka Konsep

Kaitan antara ekstrak daun sirsak dengan proses penyembuhan

luka diabetes militus ini terdapat dari kandungan dan sifat daun sirsak

yang berproses melalui tiga tahapan untuk suatu penyembuhan luka

diabetes dengan subjek tikus putih.

3.2 Variabel Penelitian

Adapun variabel penelitian ini terdiri dari dua yaitu variabel bebas

(independen ) dan variabel terikat ( dependen ) :

Ektrak Daun

Sirsak

Penyembuhan

Luka Diabetes Melitus

Page 15: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

15

3.2.1 Variabel bebas ( variabel independen ) yaitu variabel yang dapat

mempengaruhi atau merubah variabel lain. Dalam penelitian ini

variabel bebasnya adalah Efektifitas Ektrak Daun Sirsak.

3.2.2 Variabel terikat ( dependen ) yaitu variabel yang berubah karena

pengaruh variabel independen. Dalam penelitian ini variabel

terikatnya adalah proses penyembuhan luka Diabetes Melitus.

3.3 Defenisi Oprasional

Defenisi oprasional variabel independen dan dependen dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Defenis Oprasional

No VariabelDefeinisi Oprasional

Hasil ukur Cara ukur Skala

1. a.Variabel

Independen:

Ektrak Daun

Sirsak

Ekstrak daun

sirsak di peroleh

dari daun sirsak

yang sudah tua

sebanyak 2 kg

kemudian

dihaluskan.

campurkan

larutkan metanol

96% sebanyak 5

liter selama 24

jam. Ekstrak hasil

destilasi

Hasil ukur

berupa :

Ada

Peranan

atau Tidak

Ada

Peranan

Cara ukur

berupa

hasil

intervensi

dan uji

klinis

Nominal

Page 16: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

16

sebanyak 400 ml,

diuapkan selama

6-8 jam, jadilah

ekstrak murni

100% dioleskan

pada daerah

yang di buat

perlukaan, dan di

tutup dengan

kassa steril

sehingga luka

diabetes melitus

tertutup.

2. b.Variabel

Dependen :

Proses

Penyembuhan

Luka Diabetes

Melitus

Di mulai dari

permukaan luka

yang luas sampai

permukaan luka

mengecil,

sehingga

permukaan luka

tertutup dan

jaringan pada

kulit menyatu

kembali.

Hasil ukur

berupa nilai

(mempunyai

nilai

decimal)

dalam

bentuk cm

(sentimeter)

Cara ukur

berupa

format

penyemb

uhan luka

Kontinue

BAB 4

Lanjutan

Page 17: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

17

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

eksperimental atau sering pula disebut studi intervensional, yakni dengan

jenis uji klinis. Adapun rancangan penelitian yang digunakan ialah desain

paralel.

Suatu penelitian eksperimental yang membandingkan antara

kelompok, dapat bersifat perbandingan kelompok independen ataupun

kelompok pasangan serasi (Budiman, 2011 : 144). Alur penelitian ini

berbentuk seperti skema dibawah ini :

Skema 4.1Penelitian eksperimental Uji Klinis Desain Paralel

Subjek yang memenuhi kriteria

Kelompok Kontrol

Kelompok Perlakuan

Efek -

Efek +

Efek +

Efek -

Page 18: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

18

Hewan percobaan pada penelitian ini adalah Tikus Putih yang akan

diberi perlakuan dengan ekstrak Daun Sirsak secara topical pada luka.

Dalam rancangan ini dilakukan intervensi pada kelompok perlakuan

dengan memberikan perawatan menggunakan ekstrak daun sirsak,

sedangkan kelompok control tidak diberikan intervensi, yakni hanya

perawatan standar tanpa adanya pelakuan apapun.

4.2 Tempat Dan Lokasi penelitian

Penelitian ini di lakukan dilaboratorium sekolah tinggi ilmu

keperawatan muhammadiyah pontianak. Peneliti memilih tempat ini

karena peneliti merasa adanya fasilitas keperawatan yang memadai,

mudah di jangkau dan suhu ruangan 36,5 – 37,5o celcius yang

mendukung dalam proses penyembuhan luka, sehingga penelitian ini

dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang akurat.

4.3 Populasi Dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jadi populasi dalam

penelitian ini adalah tikus jantan (Rattus Norvegicus Strin Wistar) yang

berasal dari laboratorium penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan

Muhammadiyah Pontianak.

4.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Oleh karena itu, sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi itu sendiri. Pengambilan sampel secara kuota di lakukan dengan

Page 19: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

19

cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quontum atau jatah. Tehnik sampling ini diberi nama demikian karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti ” mencampur” subjek-subjek didalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. (Arikunto, 2010 : 177).

Maka yang di jadikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

jumlah 6 ekor tikus dengan berat badan minimal ±200 gram, dengan

masing-masing tikus dibuat perlukaan pada kelompok perlakuan

sebanyak 3 ekor tikus dan kelompok kontrol sebanyak 3 ekor tikus.

4.4Prosedur Pembuatan Ektrak

Ekstrak daun sirsak diperoleh dari daun sirsak yang sudah tua ditimbang sebanyak 2 kg, lalu dicuci bersih dan diangin-anginkan tanpa sinar matahari langsung sampai kering selama satu minggu. Setelah kering kemudian ditimbang berat daun menjadi 710 kg. Selanjutnya dipisahkan dari tulang daun kemudian dihaluskan. Setelah halus dan telah menjadi tepung, daun sirsak direndam dengan larutkan metanol 96% sebanyak 5 liter selama 24 jam. Sediaan tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring sampai terpisah dari ampasnya, kemudian larutan tersebut didestilasi. Ekstrak hasil destilasi sebanyak 400 ml, diuapkan selama 6-8 jam, sehinggah ekstrak yang diperoleh dari proses destilasi adalah sediaan ekstrak murni 100% (Tenrirawe & Pabbage, 2007 : 291).

4.5Proses Pembuatan Diabetes Militus Pada Tikus

Induksi diabetes dilakukan pada hewan percobaan yang diberi suntikan streptozotocin secara intraperitonial. tikus penelitian yang digunakan berumur 2 bulan, maka dosis yang digunakan yaitu 30 mg/kg BB, diinjeksikan 1 kali sehari selama 5 hari, jika dalam waktu 5 hari belum mengalami diabetes maka disuntik kembali dengan dosis tunggal 30mg/kg (Lee etal, 2009 dalam Nadzifa, 2010 : 53).

Untuk mengetahui kadar glukosa darah tikus dilakukan pengecekkan menggunakan GDS.Tikus dinyatakan DM jika kadar glukosa darah lebih dari 300 mg/dl (Hussain, 2002 dalam Lukiati et al, 2012 : 2).

Page 20: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

20

4.6Prosedur Pembuatan Luka

1. Tikus diambil dari kandang dengan cara memegang ekor tikus. Jari

telunjuk dan jari tengah melingkari daerah kuduk. Jari manis dan ibu

jari melingkar didaerah dada.

2. Tikus dipegang dengan benar dan diletakkan diatas meja.

3. Membersihkan dan mencukur rambut di daerah punggung sebelah

kanan dan kiri dengan menggunakan gunting dan alat cukur.

4. Mempersiapkan obat anestesi dengan jenis eter secukupnya

5. Selanjutnya tikus percobaan di bius dengan menggunakan eter secara

inhalasi atau melalui hidung

6. Menunggu reaksi obat anestesi sekitar 1-5 menit (hingga obat

anestesi sudah berfungsi)

7. Setelah tikus mulai lemah, di lanjutkan dengan melakukan perlukaan

yakni jenis luka diabetes secara streril dengan menggunakan bisturi

atau pisau bedah

8. Mengukur luas luka dengan menggunakan penggaris, kertas

transparan, perhitungan, dengan panjang luka 1 cm dan lebar 1 cm,

dokumentasi (format pengkajian luka).

9. Melakukan pembersihan luka

10.Memberikan luka pertama dengan ekstrak daun sirsak dan luka kedua

tanpa diberi perlakuan.

11.Luka dibalut dengan kasa steril.

Page 21: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

21

12.Melakukan perawatan luka setiap hari dengan penggantian balutan 1

kali sehari dan GDS di pantau setiap sebelum perawatan luka.

13.Dilakukan pendokumentasian setelah luka baru selesai dibersihkan

dan pendokumentasian dilaksanakan setiap hari.

4. 7 Prosedur Penelitian

Langkah-langkah prosedur penelitian sebagai berikut :

1. Mempersiapkan dan melengkapi alat serta bahan untuk penelitian

2. Memastikan hewan percobaan layak atau sesuai standar dalam

penelitian yang akan dilakukan

3. Mempersiapkan tempat yang layak untuk menempatkan hewan

percobaan yakni suhu ruangan ber-AC serta lantai dari kandang

diberi sekam

4. Makanan yang diberikan berupa pellet dan minuman berupa air

aqua dengan komposisi yang sama pada setiap hewan percobaan

5. Hewan percobaan berjumlah 6 ekor dengan 3 ekor sebagai kontrol

dan 3 ekor sebagai perlakuan.

4. 8 Rencana Analisa Data dan Pengolahan Data

Jenis data dan uji hipotesis yang akan digunakan dalan penelitian

ini ialah Uji-t, yang digunakan untuk menguji beda mean 2 kelompok

independent (2 kelompok yang berbeda) (Dharma, 2011 : 201).

Pengolahan data statistic menggunakan SPSS. Signifikasi jika P value <

0,05.

Page 22: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

22

4. 9 Alat Penelitian

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah intervensi eksperimental. Alat yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain: tabel skor perkembangan luka, kamera, penggaris, gunting,

pinset, timbangan, alat cukur, kandang tikus. Analisis luka dilakukan

setiap penggantian balutan, agar dapat mengevaluasi luka yang telah

dibuat, balutan diganti setiap hari sampai minimal 14 hari, karena secara

teori penyembuhan luka mencapai sekitar waktu tersebut. Adapun bahan

habis pakai berupa alat - alat dressing : kasa steril, handscoon, Ekstrak

Daun Sirsak, eter, NaCl, dan kertas transparan.

4.10 Rencana Kegiatan

Tabel 4.1

Waktu dan Tahap Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Semester VI 2012

Semester VII Semester VIII 2013

april Mei Juni - sept

Okt –des

Jan Feb-apr

Mei-juni

juli

1 Pengajuan judul

2 Pengumuman judul

3 Perbaikan judul

4 Review literatur

5 Bimbingan proposal

6 Ujian proposal

7 Perbaikan proposal

Page 23: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

23

8 Penelitian

9 Ujian hasil penelitian

10 Perbaikan hasil penelitian

11 Pengumpulan hasil

4.11 Etika Penelitian

Penelitian yang melibatkan binatang harus memperhatikan akibat

negatif yang mungkin dialami binatang, seperti indra melemah,

menyendiri, kelaparan dan penggunaan bahan ektrim ( listrik dan bahan

kimia). Cara perlakuan terhadap hewan laboratorium yang sesuai dengan

ketetapan standar etik penelitian keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Keperawatan Muhammadiyah Pontianak adalah aturan–aturan, prosedur-

prosedur dan praktek di laboratorium yang cukup untuk menjamin mutu

dan intensitas data analitik yang dikeluarkan oleh laboratorium tersebut.

Hewan percobaan akan mengalami berbagai keadaan luar biasa

yang menyebabkan penderitaan, seperti rasa nyeri, ketidaknyamanan,

ketidaksenangan dan akhirnya kematian. Sebagai bangsa yang beradab

hewan percobaan yang menderita untuk kebaikan manusia, wajib

dihormati hak azasinya dan diperlakukan secara manusiawi.

(Hanafiah,2008: 191). Hewan percobaan yang digunakan harus

memenuhi beberapa persyaratan, antara lain :

1. Sedapat mungkin hewan percobaan yang akan digunakan

bebas dari kuman patogen, karena dengan adanya kuman patogen

Page 24: Bab 1,2,3,4 Proposal Ajie Kurniawan Pak Imran

24

pada tubuh hewan sangat mengganggu jalannya reaksi pada

pemeriksaan, dan dari segi ilmiah hasilnya kurang dapat

dipertanggung jawabkan.

2. Mempunyai kemampuan dalam memberikan reaksi imunitas

yang baik. Hal ini ada hubungannya dengan persyaratan pertama.

3. Kepekaan terhadap suatu penyakit.

4. Performan atau prestasi hewan percobaan yang dikaitkan

dengan sifat genetiknya.

5. Perlakuan yang dilakukan pada hewan percobaan (tikus putih)

meliputi:

a. Lantai dari kandang ditaburi serbuk kayu.

b. Makanan yang diberikan adalah jenis makanan hamster,

dengan air minum adalah air aqua.