ikkom sek 3

48
SKENARIO KESEHATAN KERJA Dokter Iwan seorang dokter puskesmas di Lampung. Wilayah kerja dokter Iwan meliputi beberappa perkebunan kelapa sawit, oleh karena itu selain upaya kesehatan wajib dokter Iwan juga melaksanakan upaya kesehatan pengembangan yaitu Upaya Kesehatan Kerja. Salah satu program upaya kesehatan kerja adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kolinesterase berkala pada pekerja. 1

description

IKKOM

Transcript of ikkom sek 3

Page 1: ikkom sek 3

SKENARIO KESEHATAN KERJA

Dokter Iwan seorang dokter puskesmas di Lampung. Wilayah kerja dokter Iwan meliputi

beberappa perkebunan kelapa sawit, oleh karena itu selain upaya kesehatan wajib dokter

Iwan juga melaksanakan upaya kesehatan pengembangan yaitu Upaya Kesehatan Kerja.

Salah satu program upaya kesehatan kerja adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

kolinesterase berkala pada pekerja.

1

Page 2: ikkom sek 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan kerja adalah ilmu kedokteran yang diterapkan di bagian

ketenagakerjaan, yang bertujuan untuk mencegah penyakit akibat kerja dan meningkatkan

kesehatan tenaga kerja. Tenaga kerja di suatu perusahaan harus dilindungi dari resiko-

resiko pekerjaan seperti : fisik ( ergonomi, bising, panas, dingin, getaran, radiasi, debu ),

kimia, biologi ( kuman ), dan stress karena pekerjaan.

Pencegahan penyakit atau kecelakaan karena kerja dapat dicapai dengan

pendekatan sistemik yang dinamakan risk assesment atau penilaian resiko kesehatan

kerja. Pada risk assesment, kita melakukan identifikasi bahaya disuatu perusahaan secara

detail dan menyeluruh. Kemudian bahaya tersebut kita buat klasifikasi menjadi bahaya

ringan, sedang ataupun berat. Suatu perusahaan yang memilki budaya HSE yang tinggi,

akan memiliki catatan risk assesment yang lengkap dan menyeluruh.

Hygiene monitoring adalah merupakan bagian dari pencegahan penyakit akibat

kerja. Suatu perusahaan harus memiliki data- data yang lengkap tentang kondisi kerja

mereka, seperti data kebisingan, cahaya lampu, Nilai ambang batas kimia, gas emisi.

pengukuran secara teratur mutlak diperlukan.

Program-program lain yang sering dilakukan pada kesehatan kerja adalah :

Ergonomi, health talk ( penyuluhan kesehatan kerja ), Drugs and equipments, Health Risk

Assesment, Audit Kesehatan Kerja, Hearing Conservation Program, Respiratory

Protection Program, Fit for work determination, Health care management, Employee

Assistance Program, Vaccination program, konsultasi kesehatan kerja, Medical

Emergency Response, First Aid Program. Dengan penerapan sistem kesehatan kerja yang

komprehensive dan terus menerus, maka kesehatan tenaga kerja akan terjaga dengan baik,

dan sehat sampai dengan masa pensiun.

2

Page 3: ikkom sek 3

B. Rumusan Masalah

1. Apakah tujuan dari kesehatan kerja?

2. Mengapa diperlukan pemeriksaan kolinesterase dalam program upaya kesehatan

kerja?

3. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja?

C. Tujuan

1. Mengetahui tujuan kesehatan kerja

2. Mengetahuai pentingnya pemeriksaan kolinestersae dalam program upaya kesehatan

kerja

3. Mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja

D. Manfaat

Mencegah terjadinya resiko kecelakaan kerja serta meningkatkan kesehatan kerja.

3

Page 4: ikkom sek 3

BAB II

ANALISIS KASUS

A. Analisis Epidemiologi

1. Upaya Kesehatan Kerja

Upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja agar

setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri

maupun masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal

(UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23). Adapun ruang lingkup dari kesehatan kerja

yaitu meliputi upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan

kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode kerja, proses kerja dan

kondisi yang bertujuan untuk:

a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja disemua

lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan

sosialnya

b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang

diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya

c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari

kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan

kesehatan

d. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai

dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya

Kapasitas Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan Kerja

Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen

utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga

komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.

Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta

kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan

pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tungkat kesehatan pekerja sebagai (modal)

4

Page 5: ikkom sek 3

awal seseorang umtuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi

awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja

dan lain-lain.

Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja

yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan

seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kondisi lingkungan

kerja (misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain-lain) dapat merupaka beban

tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri

atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.

Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan

dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi

tidak hanya oleh bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga

faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor lainnya.

Lingkungan Kerja dan Penyakit Kerja yang ditimbulkan

Penyakit akibat kerja yang berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan

oleh pemajanan dilingkungan kerja. Dewasa ini terdapat kesenjangan antara

pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-

usaha untuk mencegahnya. Misalnya anatar penyakiy yang sudah jelas penularannya

dapat melalui darah, saluran pernapasan, atau perlindungan yang belum baik pada

pekerja Rumah sakit dengan kemungkinan terpajan melalui kontak langsung. Untuk

mengantisipasi permasalahn ini maka langkah awal yang penting adalah

pengenalan/identifikasi bahaya yang bisa timbul dan di Evaluasi, kemudian dilakukan

pengendalian. Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya

dilingkungan kerja ditempuh tiga langkah utama, yakni:

a. Pengenalan lingkungan kerja

Pengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan

mengenal (“walk through inspection”), dan ini merupakan langkah dasar yang

pertama-tama dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.

b. Evaluasi lingkungan kerja

5

Page 6: ikkom sek 3

Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya

mungkin timbul, sehingga bisa untuk menentukan prioritas dalam mengatasi

permasalahan

c. Pengendalian lingkungan kerja

Dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap

zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja. Kedua tahapan sebelumnya,

pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang

sehat. Jadi hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang adekuat efek

kesehatan yang merugikan di kalangan para pekerja.

Pengendalian lingkungan (Environmental Control

Measures)

a. Desain dan tata letak yang adekuat

b. Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya

Pengendalian perorangan (Personal Control Measures)

Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain untuk

melindungi pekerja dari bahaya kesehatan. Namun alat pelindung perorangan

harus sesuai dan adekuat.Pembatasan waktu selama pekerja terpajan terhadap

zat tertentu yang berbahaya dapat menurunkan risiko terkenanya bahaya

kesehatan di lingkungan kerja.

Kebersihan perorangan dan pakaiannya, merupakan hal yang penting, terutama

untuk para pekerja yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan bahan kimia

serta partikel lain.

2. Pemeriksaan Kolinesterase

Kolinesterase adalah enzim dalam darah yang diperlukan agar syaraf dapat

berfungsi dengan baik. Ketika seseorang keracunan organofosfat atau carbamat,

tingkat cholinesterase akan turun.

6

Page 7: ikkom sek 3

Pemeriksaan kolinesterase adalah pemeriksaan kadar enzim kolinesterase

dalam darah. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendiagnosis tingkat

keracunan seseorang, dalam hal ini tenaga kerja terhadap pestisida golongan

organofosfat. Pemeriksaan kolinesterase terutama dikhususkan pada tenaga kerja yang

menjamah pestisida seperti tenaga kerja di perkebunan yang melakukan fogging.

Gejala keracunan baru terasa dan tampak setelah kadar kolinesterase mencapai 30-40

% dari kadar darah normal yaitu berupa pusing, mual, muntah, pandangan mata kabur,

gatal pada kulit, ruam, tenggorokan seperti terbakar, nyeri dada, gemetar, dan sulit

bernafas. Bila kadar kolinesterase mencapai < 25 % di dalam darah maka ini sudah

digolongkan keracunan berat.

Klasifikasi tingkat keracunan berdasarkan persentase cholinesterase dalam

darah menurut Suma’mur (1987), antara lain sebagai berikut :

Aktivitas cholinesterase dalam darah antara 76% -100%

belum dianggap suatu keracunan sehingga tenaga kerja masih dapat terus bekerja

dan dilakukan pemeriksaan ulangan di waktu yang dekat.

Aktivitas cholinesterase dalam darah antara 51% – 75%

kemungkinan ada keracunan sehingga tenaga kerja perlu melakukan pemeriksaan

kesehatan ulang dan bila telah dipastikan, maka tenaga kerja tersebut masih boleh

bekerja selama dua minggu. Kemudian dilakukan pemeriksaan kesehatan ulang.

Aktivitas cholinesterase dalam darah antara 26% – 50%,

dapat diartikan telah terjadi keracunan yang gawat, jika diyakini tenaga kerja

tersebut tidak boleh bekerja dengan pestisida dari golongan apapun juga. Tenaga

kerja tersebut harus mendapat pemeriksaan dan pengobatan dari dokter bila

terlihat tanda¬tanda ia sakit.

Aktivitas cholinesterase dalam darah pada kadar 0 % – 25 %,

telah terjadi keracunan sangat gawat sehingga tenaga kerja tidak boleh bekerja dan

harus menjalani perawatan dan pengobatan dokter.

Sedangkan menurut Depkes RI (1992), diagnosa gejala keracunan dapat dilakukan

dengan uji (test) kholinesterase dengan tingkat keracunan 75 -100% kadar

7

Page 8: ikkom sek 3

kholinesterase termasuk “normal”, 50 – 75% termasuk keracunan ringan, 25 – 5%

termasuk keracunan sedang dan 0 – 25 % termasuk keracunan berat.

Cara pemeriksaan :

Alat dan bahan

1. Tintometer Kit

a. Disc Comparator

b. Tabung Test + Karet penutup + Rak

c. Pipet darah 0.01 mL

d. Cuvet 2.5 mm

e. Gelas ukur 50 mL

f. Labu Volumetri 250 mL

g. Beaker Glass

h. Lancet (jarum franc)

2. Stop watch

3. Kompor /Heather

4. Thermometer

Reagen

1. Indikator Solution

BTB 0.5 g dilarutkan dalam 250 mL distillated water (free CO2) – ketepatan

konsentrasi cukup penting dalam pembuatan larutan indicator.

2. Substrate Solution

Acetylcholine Per chlorate (ACP) 0.25 gram dilarutkan dalam 50 mL destilated

water (free CO2) – konsentrasi tidak penting dalam pembuatan larutan namun

larutan harus selalu dalam keadaan fresh (baru)

3. Aquadest Bebas CO28

Page 9: ikkom sek 3

Panaskan aquadest dalam beaker glass dengan penutup kira2 10 menit dan dinginkan

Prosedur Kerja Analisa

1. Reagent Test

Digunakan untuk menguji larutan apakah masih memenuhi persyaratan atau

kadaluarsa

Ambil tabung test lengkap dengan penutupnya tempatkan pada rak yang tersedia

Dengan menggunakan pipet pada botol yang berlabel “indicator” tambahkan 0.5

mL indicator solution kedalam tabung test (tutup secepatnya)

Ambil darah perifer 0.01 mL pada control person (tdk terpapar organo phosfat)

masukkan dalam tabung yang telah besisi larutan BTB (indicator) dan bilas

Tambahkan 0.5 mL larutan ACP kedalam tabung test

Kocok dengan pelan jangan sampai timbul gelembung

Pindahkan larutan dari tabung test ke cuvet 2.5 mm

Masukkan cuvet dalam Comparator Disc di sebelah kanan

Putar comparator sampai hasilnya cocok dengan warna standard

Baca hasil yang diperoleh (hasil harus 12.5% atau kurang)

2. Blood Blank (Blanko darah)_

Ambil darah 0.01 mL darah control person masukkan dalam tabung test yang

telah berisi 1.0 mL aquadest (free CO2)

Pindahkan larutan kedalam cuvet 2.5 mm dan tempatkan pada comparator

sebelah kiri dan jangan dipindah sampai pemeriksaan darah sample.

3. Menentukan waktu time zero dan “match”)

Ambil darah control person 0.01 mL dan masukkan dalam tabung test yang

sudah berisi larutan BTB 0.5 mL

9

Page 10: ikkom sek 3

Tambahkan larutan ACP 0.5 mL kedalam tabung dan secara bersamaan start

“STOP WATCH” disebut time zerro

Kocok hingga larut dan secepatnya masukkan dalam cuvet dan tempatkan pada

comparator sebelah kanan

Amati perubahan warna larutan dengan sambil memutar disc sampai hasil sesuai

dengan warna standar 100%

Catat waktu yang diperoleh (waktu MATCH), biasanya sekitar 20-30 menit

tergantung dari suhu setempat

Waktu yang diperoleh digunakan untuk standar waktu pembacaan pada darah

“SAMPLE”

4. Uji sampel

Ambil darah sample 0.01 mL masukkan dalam tabung yang telah berisi 0.5 mL

larutan indicator (BTB)

Tambanhkan 0.5 mL larutan ACP pada tabung dan kocok hingga rata

Pindahkan secepatnya ke cuvet dan masukkan ke comparator sebelah kanan

Baca hasil sesuai waktu MATCH

Analisa Hasil

Hasil pembacaan berupa prosentase dengan kategori sebagai berikut :

100%-75% dari normal

Tidak ada tindakan, tapi perlu test ulang dalam waktu dekat

75%-50% dari normal

Mungkin over exposure : test ulang, hindarkan dari pekerjaan dengan pestisida

organophosfat selama 2 minggu dan test ulang untuk recovery

50%-25% dari normal

10

Page 11: ikkom sek 3

Serious over exposure : test ulang, hindarkan dari seluruh pekerjaan dengan

pestisida organophosfat, jika sakit bawa ke dokter (medical check)

25%-0% dari normal

Very Serious over exposure : test ulang, hindarkan dari pekerjaan dengan pestisida

organophosfat sampai ada hasil medical check

B. Kausa dan Alternatif Kausa

1. Higiene Perusahaan

a. Definisi Higiene Perusahaan

Higiene perushaan adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari

pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia atau suatu upaya untuk

mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan. Selain itu, hygiene

perusahaan dan kesehatan kerja juga merupakan bagian dari usaha kesehatan

masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, masyarakat sekitar perusahaan

dan masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil-hasil produksi perusahaan.

Menurut Thomas J. smith Hygiene industri dianggap sebagai ilmu dan seni yang

mampu mengantisipasi, mengenal, mengevaluasi dan mengendalikan bahaya faktor-

faktor yang timbul di dalam lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan penyakit

atau gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan dan

ketidakefisienan kepada masyarakat yang berada di lingkungan kerja tersebut maupun

kepada masyarakat yang berada diluar industri.

Jadi, hygiene industry merupakan aspek perlindungan bagi kesehatan tenaga kerja

dan sarana untuk membina dan mengembangkan tenaga kerja menjadi sumber daya

manusia yang disiplin, dedikatif, penuh tanggung jawab dan mampu bekerja secara

produktif dan efisien.

b. Tujuan Higiene Perusahaan

Hakikat Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja adalah dua hal :

1.      Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-

tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negri, atau pekerja-pekerja bebas,

dengan demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja

11

Page 12: ikkom sek 3

2.      Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada

meningginya efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi. Oleh

karena hakikat tersebut selalu sesuai dengan maksud dan tujuan pembangunan

didalam suatu negara maka Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja selalu harus

diikut sertakan dalam pembangunan tersebut.

Tujuan utama tersebut diatas dapat terperinci lebih lanjut sebagai berikut :

Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan

akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja,

perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia,

pemberantasan kelelahan kerja dan penglipatan gandaan kegairahan serta kenikmatan

kerja, pelindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari

bahaya-bahaya pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan, dan

perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh

produk-produk industri.

Tujuan utama dari Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja adalah

menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan demikian mungkin

dicapai, oleh karena terdapatnya korelasi diantara derajat kesehatan yang tinggi

dengan produktivitas kerja atau perusahaan, yang didasarkan kenyataan-kenyataan

sebagai berikut :

1.             Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya. Pekerjaan harus

dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat

kesehatan. Lingkungan dengan cara yang dimaksud meliputi diantaranya : tekanan

panas, penerangan ditempat kerja, debu di udara ruang kerja, sikap badan, perserasian

manusia dan mesin, pengekonomisan upaya. Cara dan lingkungan tersebut perlu

disesuaikan pula dengan tingkat kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja yang

bersangkutan.

2.             Biaya dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta penyakit umum yang

meningkat jumlahnya oleh karena pengaruh yang memburukkan keadaan oleh

bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan adalah sangat mahal dibandingkan

dengan biaya untuk pencegahannya. Biaya-biaya kuratif yang mahal seperti itu

meliputi : pengobatan, peralatan rumah sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan

12

Page 13: ikkom sek 3

mesin, peralatan dan bahan oleh karna kecelakaan, terganggunya pekerjaan, dan cacat

yang menetap.

c. Ruang Lingkup Higiene Perusahaan

Ruang lingkup kegiatan atau aktifitas hygiene industry, mencakup kegiatan

mengantisipasi, mengenal, mengevaluasi, dan mengendalikan.

1.             Mengantisipasi

Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan risiko di

tempat kerja. Tahap awal dalam melakukan atau penerapan higiene

industry/perusahaan di tempat kerja. Adapun tujuan dari antisipasi adalah :

  Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi bahaya

dan risiko yang nyata.

  Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan atau suatu

area dimasuki.

  Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses dijalankan

atau suatu area dimasuki.

2.             Mengenal

Mengenal atau rekognisi merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu

bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode yang

sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan bisa dipertanggung-

jawabkan. Dimana dalam rekognisi ini kita melakukan pengenalan dan pengukuran

untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis,

kandungan atau struktur, dan sifat. Adapun tujuan dari pengenalan, yaitu :

  Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek,

severity, pola pajanan, besaran).

  Mengetahui sumber bahaya dan area yang  berisiko.

  Mengetahui pekerja yang berisiko.

3.             Mengevaluasi

Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan

sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat ditentukan

kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta membandingkan hasil

13

Page 14: ikkom sek 3

pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya

teknologi pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit

akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus merupakan dokumen data di

tempat kerja. Tujuan dari pengukuran dalam evaluasi, yaitu :

  Untuk mengetahui tingkat risiko.

  Untuk mengetahui pajanan pada pekerja.

  Untuk memenuhi peraturan (legal aspek).

  Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan.

  Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja.

  Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik.

4.             Pengendalian

Pengendalian faktor – faktor lingkungan kerja sesungguhnya dimaksudkan untuk

menciptakan atau memelihara lingkungan kerja agar tetap sehat dan aman atau

memenuhi persyaratan kesehatan dan norma keselamatan, sehingga tenaga kerja

terbebas dari ancaman gangguan kesehatan dan keamanan atau tenaga kerja tidak

menderita penyakit akibat kerja dan tidak mendapat kecelakaan kerja. Ada beberapa

bentuk pengendalian atau pengontrolan di tempat kerja yang dapat dilakukan , yaitu :

   Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta

menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi bahaya.

   Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau asap, dan

mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan kerja dengan mengubah

beberapa peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik

bahan baku yang diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan

potensi bahayanya.

   Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja dengan

menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya

dari pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar.

   Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada

faktor lingkungan kerja selain pekerja.

   Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada

interaksi pekerja dengan lingkungan kerja.

   APD (Alat Pelindung Diri) : langkah terakhir dari hirarki pengendalian.

14

Page 15: ikkom sek 3

d. Prinsip Dasar Higiene Perusahaan

Untuk penerapan higiene perusahaan di tempat kerja suatu perusahaan akan di

perlukan pemahaman terhadap tiga prinsip dasar yaitu :

1.             Pengenalan terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja.

Pengenalan dalam prinsip dasar penerapan Higiene Industri/perusahaan yang

pertama adalah pengenalan terhadap bahaya faktor – faktor yang timbul di lingkungan

kerja sebagai akibat penerapan teknologi proses produksi suatu industri (yang

meliputi faktor kimia, faktor fisik, faktor ergonomik dan faktor biologi) yang dapat

berpengaruh buruk kepada pekerjaan dan lingkungan kerja, yang terhadap tenaga

kerja dapat mengakibatkan gangguan kesehatan (sakit) yang akan mencakup

pengetahuan dan pengertian tentang berbagai jenis bahaya serta pengaruhnya terhadap

kesehatan tenaga kerja atau akibat – akibat yang dapat ditmbulkan kepada kesehatan

tenaga kerja.

2.             Penilaian/evaluasi terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja.

Di dalam higiene industry/perusahaan evaluasi adalah proses pengambilan

keputusan untuk menilai tingkat resiko pajanan dari bahaya semua faktor yang timbul

(yang ada) di lingkungan tempat kerja kepada tenaga kerja, sebagai akibat penerapan

teknologi proses produksi suatu industry ( termasuk faktor kimia, faktor fisik, faktor

ergonomic, dan faktor biologi ).

Kebutuhan untuk melakukan evaluasi terhadap bahaya tersebut didorong oleh

suatu kenyataan bahwa faktor yang timbul dilingkungan tempat kerja dapat

menyebabkan sakit, lika, cacatdan kematian yang lebih cepat kepada tenaga kerja yag

terpajan kepadanya. Maka dengan evaluasi telah diperoleh suatu manfaat yang berupa

keinginan melakukan upaya pencegahan terhadap pajanan faktor – faktor lingkungan

kerja yang berbahaya yang dapat menghasilkan pengaruh yang merugikan keehatan.

3.             Pengendalian terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja.

Pengendalian faktor – faktor lingkungan kerja sesungguhnya dimaksudkan

untuk menciptakan atau memelihara lingkungan kerja agar tetap sehat dan aman atau

memenuhi persyaratan kesehatan dan norma keselamatan, sehingga tenaga kerja

terbebas dari ancaman gangguan kesehatan dan keamanan atau tenaga kerja tidak

menderita penyakit akibat kerja dan tidak mendapat kecelakaan kerja.

e. Manfaat Higiene Perusahaan

15

Page 16: ikkom sek 3

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan higiene

perusahaan/industry, yaitu :

1.      Mencegahan dan memberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan

akibat kerja.

2.      Dapat memelihara dan meningkatan kesehatan tenaga kerja.

3.      Dapat memeliharaan dan meningkatan efisiensi dan daya produktifitas tenaga

manusia.

4.      Memberantasan kelelahan kerja dan meningkatan kegairahan kerja.

5.      Memeliharaan dan meningkatan higiene dan sanitasi perusahaan pada umumnya

seperti kebersihan ruangan-ruangan, cara pembuangan sampah, atau sisa-sisa

pengolahan dan sebagainya.

6.      Memberikan perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar

terhindar dari pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan.

7.      Memberikan perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya-bahaya yang

mungkin di timbulkan oleh hasil-hasil produksi perusahaan.

1. Produktivitas Kerja

a. Pengertian produktivitas kerja

Produktivitas kerja sebenarnya mencakup tentang suatu sikap mental

yang selalu mempunyai pandangan kehidupan mengenai pelaksanaan produksi

didalam suatu perusahaan dimana dalam memproduksi untuk hari ini

diharapkan lebih baik dari hari kemarin begitu juga sistem kerjanya.

Seseorang selalu mencari perbaikanperbaikan dengan berfikir dinamis, kreatif

serta terbuka. Pengertian dari produktivitas, berikut ini pembahasan yang

dikemukakan oleh Sukamto (1995), dalam bukunya yang berjudul manajemen

produksi replasi menyatakan bahwa : “Produktivitas adalah nilai output dalam

hubungan dengan suatu kesatuan input tertentu. Peningkatan produktivitas

yang berarti jumlah sumber daya yang igunakan dengan jumlah barang dan

jasa yang diproduksi semakin meningkat dan membaik”. Sedangkan menurut

Moekijat (1999), produktivitas adalah “Perbandingan jumlah keluaran (output)

tertentu dengan jumlah masukan (input) tertentu untuk jangka waktu tertentu”.

16

Page 17: ikkom sek 3

Dewan Produktivitas Nasional Indonesia telah merumuskandefinisi

produktivitas secara lengkap yaitu sebagai berikut(umar, 2002):

1. Produktivitas pada dasarnya merupakan suatu sikap mental yang selalu

mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari

kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

2. Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara

hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang

digunakan (input).

3. Produktivitas mempunyai dua dimensi, yaitu efektivitas yang mengarah

pada pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang

berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Yang kedua efisiensi yang

berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi

penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Menurut L. Greenberg dalam Sinungan (2009), mendefinisikan

produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada

waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut.

Produktivitas juga diartikan sebagai perbandingan ukuran harga bagi

masukan dan hasil, perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan

masukan yang dinyatakan dalam satu – satuan (unit) umum.

Kesimpulan dari uraian diatas bahwa produktivitas adalah suatu ukuran

mengenai apa yang diperoleh dari apa yang dibutuhkan. Perawat

memegang peranan utama dalam proses peningkatan produktivitas, karena

alat produksi dan teknologi pada hakikatnya merupakan hasil karya

manusia. Produktivitas perawat mengandung pengertian pernbandingan

hasil yang dicapai perawat dengan jangka waktu tertentu.

b. Meningkatkan produktivitas

Menurut Hanafi dalam Rosa (2001), terdapat beberapa cara yang

digunakan untuk meningkatkan produktivitas yaitu: a). meningkatkan

operasional : dapat dilakukan dengan meningkatkan riset dan pengembangan,

sehingga organisasi dapat menghasilkan ide produk baru maupun metode -

metode operasi yang lebih baik; b). meningkatkan keterlibatan karyawan,

17

Page 18: ikkom sek 3

dapat meningkatkan komitmen dan semangat kerja. Keterlibatan juga menjadi

dasar pengendalian kualitas kerja dari karyawan. Balai pengembangan

produktivitas daerah dalam Umar (2000), mengatakan ada enam faktor utama

yang menentukan produktivitas tenaga kerja, yaitu: a). sikap kerja; b). tingkat

ketrampilan; c). hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan; d) manajemen

produktivitas; e). efisiensi tenaga kerja; f). kewiraswastaan mencapai

produktivitas dan kreatifitas yang tinggi yaitu: a). keahlian, manajemen yang

bertanggung jawab; b). kepemimpinan yang luar biasa; dari semua faktor,

kepemimpinan manajerial memiliki pengaruh terbesar dalam produktivitas; c).

kesederhanaan organisasional dan operasional; susunan organisasi harus

diusahakan agar sederhana, luwes dan dapat disesuaikan dengan perubahan;

d). kepegawaian yang efektif; e). tugas yang menantang; f). perencanaan dan

pengendalian tujuan; g). pelatihan manajerial khusus.

c. Ciri – ciri pegawai yang produktif

Ranftl dalam Timpe (2000), mengemukakan ciri – ciri pegawai yang

produktif sebagai berikut; a). lebih dari memenuhi kualifikasi pekerjaan;

kualifikasi pekerjaan dianggap hal yang mendasar, karena produktivitas tinggi

tidak mungkin tanpa kualifikasi yang benar; b). bermotivasi tinggi; motivasi

sebagai faktor kritis, pegawai yang bermotivasi berada pada jalan

produktivitas tinggi; c). mempunyai orientasi pekerjaan positif; sikap

seseorang terhadap tugasnya sangat mempengaruhi kinerjanya, faktor positif

dikatakan sebagai faktor utama produktivitas pegawai; d). dewasa; pegawai

yang dewasa memperlihatkan kinerja yang konsisten dan hanya memerlukan

pengawasan minimal; e). dapat bergaul dengan efektif; kemampuan untuk

menetapkan hubungan antar pribadi yang positif adalah aset yang sangat

meningkatkan produktivitas. Sudarmayanti dalam Umar (2000), mengutip

tentang ciri – ciri individu yang produktiv dari Erich dan Gilmore, yaitu : a).

tindakan konstruktif; b). percaya diri; c). mempunyai rasa tanggung jawab; d).

memiliki rasa cinta terhadap pekerjaannya; e). mempunyai pandangan

kedepan; f). mampu menyelesaikan persoalan; g). dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan yang berubah; h). mempunyai konstribusi positif terhadap

lingkungan; i). mempunyai kekuatan untuk mewujudkan potensinya

18

Page 19: ikkom sek 3

d. Faktor - faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja

Reputasi rumah sakit merupakan unsur pokok yang tercermin pada

kemampuan rumah sakit untuk memuaskan kebijakan kompensasi, perhatian

terhadap kesejahteraan karyawan dan sebagainya. Disamping masih sedikitnya

yang terampil dan berpengalaman menyulitkan kegiatan rumah sakit. rumah

sakit harus bersaing untuk mendapatkan perawat yang qualified. Padahal

perawat ahli atau spesifikasi dibidang tertentu kebanyakan tidak bersedia

ditempatkan disembarang lokasi. Karena itu rumah sakit perlu menawarkan

kebijakan kompensasi yang impresif.

Hasibuan (2001), mengatakan bahwa pendidikan, pelatihan dan

motivasi kerja akan mempengaruhi produktivitas kerja. Sinungan (1997),

mengatakan salah satu untuk mendorong peningkatan produktivitas adalah

melalui peningkatan ketrampilan. Hal ini bertujuan agar setelah pelatihan

seorang mampu mengemban tugas dan pekerjaan sebaik mungkin sehingga

pada akhirnya dapat mendorong kemajuan setiap usaha.

Hariandja (2002), mengatakan bahwa faktor – faktor yang

mempengaruhi produktivitas adalah: kemampuan; kecakapan yang dimiliki

berdasarkan pengetahuan, lingkungan kerja yang menyenangkan menambah

kemampuan tenaga kerja. Sikap; yang menyangkut perangai tenaga kerja yang

banyak dihubungkan dengan moral dan semangat kerja. Situasi dan keadaan

lingkungan; faktor ini menyangkut fasilitas dan keadaan dimana semua

karyawan dapat bekerja dengan tenang serta sistem kompensasi yang ada.

Motivasi; tiap tenaga kerja perlu diberikan motivasi dalam usaha

meningkatkan produktivitas. Upah; upah atau gaji minimum yang tidak sesuai

dengan peraturan pemerintah dapat menyebabkan penurunan produktivitas

kerja. Tingkat pendidikan; latar belakang pendidikan dan latihan dari tenaga

kerja akan mempengaruhi produktivitas, karena perlu diadakan peningkatan

pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja. Perjanjian kerja; merupakan alat

yang menjamin hak dan kewajiban karyawan sebaiknya ada unsur – unsur

peningkatan produktivitas kerja. Penerapan teknologi; kemajuan teknologi

sangat mempengaruhi produktivitas, karena itu penerapan teknologi harus

berorientasi mempertahankan produktivitas.

19

Page 20: ikkom sek 3

Rivianto dalam Sinungan (2009), produktivitas tenaga kerja

dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berhubungan dengan tenaga

maupun faktor – faktor lain seperti: pendidikan dan ketrampilan, karena pada

dasarnya pendidikan dan latihan meningkatkan ketrampilan kerja; ketrampilan

fisik dipengaruhi oleh gizi dan kesehatan dimana factor gizi dan kesehatan

dipengaruhi oleh tingkat penghasilan; penggunaan sarana – sarana produksi

alat yang digunakan (manual, semi manual, mesin), teknologi dan lingkungan

kerja; kemampuan manajerial menggerakan dan mengarahkan tenaga kerja

dan sumber – sumber yang lain, serta kesempatan yang diberikan.

20

Page 21: ikkom sek 3

BAB III

RENCANA PROGRAM

A. Hirarki Pengendalian Bahaya

Pada kegiatan pengkajian resiko (risk assesment), hirarki pengendalian

(hierarchy of kontrol) merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan. Pemilihan

hirarki pengendalian memberikan manfaat secara efektifitas dan efesiensi sehingga

resiko menurun dan menjadi resiko yang bisa diterima (acceptable risk) bagi suatu

organisasi. Secara efektifitas, hirarki kontrol pertama diyakini memberikan efektifitas

yang lebih tinggi dibandingkan hirarki yang kedua.

Hirarki pengendalian ini memiliki dua dasar pemikiran dalam menurunkan

resiko yaitu melaui menurunkan probabilitas kecelakaan atau paparan serta

menurunkan tingkat keparahan suatu kecelakaan atau paparan.

Pada ANSI Z10: 2005, hirarki pengendalian dalam sistem manajemen

keselamatan, kesehatan kerja antara lain:

1. Eliminasi.

Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan pada saat desain,

tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam

menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain. Penghilangan

bahaya merupakan metode yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan

prilaku pekerja dalam menghindari resiko, namun demikian, penghapusan benar-

benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis.

Contoh-contoh eliminasi bahaya yang dapat dilakukan misalnya: bahaya jatuh, bahaya

ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya bising, bahaya kimia.

2. Substitusi

21

Page 22: ikkom sek 3

Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi ataupun

peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan pengendalian

ini menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui disain sistem ataupun desain

ulang. Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya: Sistem otomatisasi pada mesin

untuk mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan

bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan

serta arus listrik, mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan

yang cair atau basah.

3. Pengendalian tehnik/engineering control

Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja serta

untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini terpasang dalam

suatu unit sistem mesin atau peralatan.

Contoh-contoh implementasi metode ini misal adalah adanya penutup mesin/machine

guard, circuit breaker, interlock system, start-up alarm, ventilation system, sensor,

sound enclosure.

4. Pengendalian administratif/ administratif control

Kontrol administratif ditujukan pengandalian dari sisi orang yang akan melakukan

pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja diharapkan orang akan mematuhi,

memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk menyelesaikan pekerjaan secara

aman.

Jenis pengendalian ini antara lain seleksi karyawan, adanya standar operasi baku

(SOP), pelatihan, pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal kerja, rotasi kerja,

pemeliharaan, manajemen perubahan, jadwal istirahat, investigasi dll.

5. Alat pelindung diri

Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal yang paling

tidak efektif dalam pengendalian bahaya,dan APD hanya berfungsi untuk mengurangi

seriko dari dampak bahaya. Karena sifatnya hanya mengurangi, perlu dihindari

ketergantungan hanya menggandalkan alat pelindung diri dalam menyelesaikan setiap

pekerjaan.

22

Page 23: ikkom sek 3

Alat pelindung diri Mandatory adalah antara lain: Topi keselamtan (Helmet),

kacamata keselamatan, Masker, Sarung tangan, earplug, Pakaian (Uniform) dan

Sepatu Keselamatan. Dan APD yang lain yang dibutuhkan untuk kondisi khusus,

yang membutuhkan perlindungan lebih misalnya: faceshield, respirator, SCBA (Self

Content Breathing Aparatus),dll.

Pemeliharaan dan pelatihan menggunakan alat pelindung diripun sangat dibutuhkan

untuk meningkatkan efektifitas manfaat dari alat tersebut.

Dalam aplikasi pengendalian bahaya, selain kita berfokus pada hirarkinya tentunya

dipikirkan pula kombinasi beberapa pengendalian lainnya agar efektifitasnya tinggi

sehingga bahaya dan resiko yang ada semakin kecil untuk menimbulkan kecelakaan.

Sebagi misal adanya adanya unit mesin baru yang sebelumnya memiliki kebisingan

100 dBA dilberikan enclosure (dengan metode engineering control) sehingga

memiliki kebisingan 90 dBA, selain itu ditambahkan pula safety sign dilokasi kerja,

adanya preventive maintenance untuk menjaga keandalaann mesin dan kebisingan

terjaga, pengukuran kebisingan secara berkala, diberikan pelatihan dan penggunaan

earplug yang sesuai.

Pengendalian Resiko/Bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat keefektifan,

kehandalan dan proteksi tertinggi di antara pengendalian lainnya. Dan pada urutan

hierarki setelahnya, tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi menurun seperti

diilustrasikan pada gambar di bawah :

23

Page 24: ikkom sek 3

HIERARKI PENGENDALIAN RESIKO/BAHAYA

ELIMINASI Eliminasi Sumber Bahaya

Tempat Kerja/Pekerjaan

Aman(Mengurangi Bahaya)

SUBSTITUSISubstitusi Alat/Mesin/Bahan/Tempat

Kerja yang Lebih Aman

PERANCANGA

N

Modifikasi/Perancangan Alat/Mesin/

Tempat Kerja yang Lebih Aman

ADMINISTRASIProsedur, Aturan, Pelatihan, Durasi Kerja,

Tanda Bahaya, Rambu, Poster, Label

Tenaga

Kerja Aman (Mengurangi

Paparan)APD Alat Perlindungan Diri Tenaga Kerja

B. Level Prevention (5 Tingkat Pencegahan)

1.      Peningkatan kesehatan (health promotion)

Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan proses

bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan manusia dengan cara

meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan

pada seseorang yang sehat.

Contoh :

Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)

Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih,

pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.

Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misalnya untuk kalangan menengah ke atas

di negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.

Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.

Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.

24

Page 25: ikkom sek 3

Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.

Rekreasi atau hiburan untuk perkembangan mental dan social

2.      Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general

and specific protection)

Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit,

menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap

prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada

seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko terkena penyakit tertentu.

Contoh :

Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit

dengan adanya kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN )

Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misalnya yang terkena flu

burung ditempatkan di ruang isolasi.

Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja dengan

menggunakan alat perlindungan diri.

Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun

maupun alergi.

Pengendalian sumber-sumber pencemaran, misalnya dengan kegiatan jumsih “ jum’at

bersih “ untuk mebersihkan sungai atau selokan bersama – sama.

Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS

 

3.      Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early

diagnosis and prompt treatment)

Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan

penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.

Contoh :

 Pada ibu hamil yang sudah terdapat tanda – tanda anemia diberikan tablet Fe dan

dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung zat besi

25

Page 26: ikkom sek 3

Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan . Misalnya

pemeriksaan darah, rontgent paru.

Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular

(contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan

pengobatan.

Melaksanakan skrining untuk mendeteksi dini kanker

 

4.      Pembatasan kecacatan (dissability limitation)

Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan

penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan

pasien, serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul.

Contoh :

Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi

komplikasi, misalnya menggunakan tongkat untuk kaki yang cacat

Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan cara tidak melakukan gerakan

– gerakan yang berat atau gerakan yang dipaksakan pada kaki yang cacat.

Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan

perawatan yang lebih intensif.

 

5.      Pemulihan kesehatan (rehabilitation)

Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke

masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi

beban orang lain.

Contoh :

Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.

Misalnya, lembaga untuk rehabilitasi mantan PSK, mantan pemakai NAPZA dan lain-

lain.

26

Page 27: ikkom sek 3

Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan

dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.  Misalnya

dengan tidak mengucilkan mantan PSK di lingkungan masyarakat tempat ia tinggal.

Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah

cacat mampu mempertahankan diri.

Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah

ia sembuh dari suatu penyakit.

C. Program Pencegahan Kecelakaan Kerja

Upaya pencegahan

Begitu banyaknya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pestisida maka sangat

penting diperhatikan cara penanganannya dan upaya pencegahannya antara lain pada saat

membeli pestisida :

Belilah pestisida di tempat penjualan resmi

Belilah pestisida yang masih mempunyai label. “LABEL” adalah merek dan

keterangan singkat tentang pemakaian dan bahayanya.

Belilah pestisida yang wadahnya masih utuh, tidak bocor.

Pada saat mengangkut/membawa pestisida :

Sewaktu membawa pestisida, wadahnya harus tertutup kuat

Dalam membawa harus ditempatkan terpisah dari makanan, dan pakaian bersih.

Pada saat menyimpan pestisida :

Pestisida harus disimpan dalam wadah atau pembungkus aslinya, yang  labelnya

masih utuh dan jelas.

Letakkan tidak terbalik, bagian yang dapat dibuka berada disebelah  atas.

Simpan ditempat khusus yang jauh dari jangkauan anak-anak, jauh dari  makanan,

bahan makan dan alat-alat makan, jauh dari sumur, serta  terkunci.

Wadah pestisida harus tertutup rapat, dan tidak bocor

27

Page 28: ikkom sek 3

Ruang tempat menyimpan pestisida harus mempunyai ventilasi  (pertukaran udara).

Wadah pestisida tidak boleh kena sinar matahari langsung

Wadah pestisida tidak boleh terkena air hujan.

Jika pada suatu saat pestisida yang tersedia di rumah lebih dari satu  wadah dan satu

macam, dalam penyimpanannya harus dikelompokan  menurut jenisnya dan

menurut ukuran wadahnya.

Pada saat menyiapkan pestisida :

Sewaktu menyiapkan pestisida untuk dipakai, semua kulit, mulut, hidung dan kepala

harus tertutup. Karena itu, pakailah baju lengan  panjang, celana panjang, masker

(penutup hidung) yang menutupi  leher, dan sarung tangan karet.

Gunakan alat khusus untuk menakar dan mengaduk larutan pestisida  yang akan

dipakai, jangan gunakan tangan secara langsung.

Apabila nozzle sprayer (lubang semprotan) tersumbat, bersihkan  dengan air atau

benda yang lunak, jangan ditiup.

Jauhkan anak-anak dan binatang peliharaan dari tempat penyiapan  pestisida.

Pada saat menyemprotkan pestisida :

Pakailah pakaian yang menutup semua kulit, baju lengan panjang; celana panjang;

sarung tangan karet; masker atau penutup hidung, penutup mulut, dan penutup

leher; topi atau penutup kepala; dan sepatu  boot.

Menyemprot harus searah dengan arah angin.

Jauhkan orang lain dan binatang piaraan dari lokasi penyemprotan

Jangan menyemprot dengan alat semprot yang rusak.

Jangan makan, minum dan merokok sewaktu menyemprot

Cuci anggota badan dengan sabun sebelum makan dan minum setelah menyemprot.

Setelah selesai menyemprot :

28

Page 29: ikkom sek 3

Sisa pestisida dan air bekas mencuci alat-alat yang digunakan untuk menyiapkan

pestisida jangan sampai mencemari sumber air (sumur, bak), saluran air dan kolam

ikan.

Cucilah pakaian yang dipakai dan mandi sampai bersih

Kaleng dan bungkus pestisida harus ditanam didalam lubang yang jauh dari sumur.

Jangan gunakan kaleng dan wadah bekas pestisida sebagai tempat makanan atau

sebagai alat keperluan yang lain.

Gejala Keracunan Pestisida:

Gejala awal : timbul rasa mual, rasa sesak diperut, muntah, lemas, sakit kepala dan

gangguan penglihatan.

Gejala lanjutan : sesak nafas, mengeluarkan lender pada hidung secara berlebihan,

liur berlebihan, kejang perut, diare, keringat dan air mata  keluar secara berlebihan,

kelemahan dan kelumpuhan otot rangka.

Gejala sentral : hilang reflek, bingung, sukar berbicara, kejang, paralysis  dan

koma.

Kematian yang disebabkan oleh kelumpuhan pada otot pernafasan, sebagian karena

efek perifer dan sebagian karena efek sentral.

Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri yang seharusnya dipakai antara lain :

Pelindung kepala (topi)

Pelindung mata (goggle/kaca mata)

Pelindung pernapasan (respirator/masker)

Pelindung badan (baju overall/apron/lengan panjang/celana panjang)

Pelindung tangan (glove/sarung tangan)

Pelindung kaki (sepatu boot)

29

Page 30: ikkom sek 3

Demikian kegiatan sosialisasi bahaya pestisida dan upaya pencegahannya di desa

Sumub Kidul sebagai program pokok Tim I KKN Undip Tahun 2012/2013 Desa Sumub

Kidul, begitu antusiasnya para petani sehingga berbagai macam pertanyaan pun di

lontarkan saat pertemuan tersebut. Pemerintah desa Sumub Kidul berharap kegiatan ini

terus dilanjutkan dengan menghadirkan para petani yang lebih banyak lagi pada

pelaksanan KKN Tim II yag akan datang.

BAB IV

REKOMENDASI

Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatannya, dr. Iwan direkomendasikan untuk

melaksanakan penyuluhan kesehatan kerja dipuskesmasnya kepada para manajer

perkebunan yang ada di wilayah kerja puskesmas. Yang antara lain kegiatannya adalah

sebagai berikut:

Penyuluhan kesehatan kerja

Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja

Resiko yang ditanggung oleh masing-masing pekerja ini berbeda satu sama lainnya,

tergantung pada lingkungan kerja masing-masing karyawan tersebut. Oleh karena itu,

promosi kesehatan dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan atau tempat kerja yang

kondusif bagi karywan atau pekerjanya. Promosi kesehatan kerja adalah upaya

memberdayakan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatan diri serta lingkungannya.

Promosi kesehatan menempatkan masyarakat sebagai subyek bukan obyek,

sebagai pelaku bukan sasaran, dan aktif berbuat bukan pasif menunggu. Upaya

promosi kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk

memberdayakan masyarakat di tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat

kesehatannya, serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatannya sendiri juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja yang sehat.

30

Page 31: ikkom sek 3

Tujuan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja adalah :

a.         Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.

b.        Menurunkan angka absensi tenaga kerja.

c.         Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.

d.        Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, medukung dan aman.

e.         Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat

Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masayarakat.

Dua konsep yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan pekerja dan

lingkungannya adalah pencegahan dan peningkatan kesehatan.

Secara mendasar promosi kesehatan di tempat kerja adalah untuk melindungi individu

(pekerja), lingkungan didalam dan diluar tempat kerja dari bahan-bahan berbahaya,

stress atau lingkungan kerja yang jelek. Gaya kerja yang memperhatikan kesehatan

dan menggunakan pelayanan kesehatan yang ada dapat mendukung terlaksananya

promosi kesehatan di tempat kerja.

Keuntungan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja

No Bagi Perusahaan Bagi pekerja

1

Meningkatnya lingkungan tempat

kerja yang sehat dan aman serta

nyaman

Lingkungan tempat kerja

menjadi lebih sehat

2 Citra Perusahaan Positif Meningkatnya percaya diri

3 Meningkatkan moral staf Menurunnya stress

4 Menurunnya angka absensi Meningkatnya semangat kerja

5 Meningkatnya produktifitas Meningkatnya kemampuan

6Menurunnya biaya kesehatan atau

biaya asuransi.Meningkatnya kesehatan.

7 Pencegahan terhadap penyakit.Lebih sehatnya keluarga dan

masyarakat

Upaya promosi kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk

memberdayakan masyarakat di tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat

kesehatannya, serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatannya sendiri juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja yang sehat.

31

Page 32: ikkom sek 3

Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk pekerja

dalam menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Keuntungan promosi kesehatan di tempat kerja, secara umum : Promosi

Kesehatan di tempat kerja mendorong tempat kerja dan tenaga kerja yang sehat yang

sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial.

Meningkatkan promosi kesehatan di tempat kerja adalah salah satu upaya

perbaikan efektifitas suatu perusahaan dari promosi kesehatan di tempat kerja harus

di giatkan di dalam sebuah perusahaan atau industri.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.indonesian-publichealth.com/2012/12/cholinestrase-dan-keracunan-pestisida.html

http://www.ilmukesker.com/tes-cholinesterase-45.html

http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengendalian-resikobahaya.html

https://catatansesat.wordpress.com/2011/11/11/5-level-prevention-5-tingkat-pencegahan/

http://kkn.undip.ac.id/pekalongan/index.php/2013/02/sosialisasi-bahaya-pestisida-bagi-kesehatan-

dan-upaya-pencegahannya/

http://pkmcikoneng.blogspot.com/2013/01/penanggulangan-keselamatan-dan.html

32