Hygiene Dan Sanitasi
Click here to load reader
-
Upload
bachtiar-119 -
Category
Documents
-
view
115 -
download
0
Transcript of Hygiene Dan Sanitasi
Hygiene dan Sanitasi
Author Message
gitahafas Subject: Hygiene dan Sanitasi Sat Jun 30, 2012 9:10 am
SANITASI BURUK KERUGIAN TRILIUNAN
Kamis, 21 Oktober 2010 | 07:10 WIB
Jakarta, Kompas - Indonesia menempati peringkat ketiga dalam urutan negara dengan
layanan sanitasi terburuk di Asia Tenggara. Buruknya layanan sanitasi di Indonesia
menimbulkan kerugian Rp 58 triliun per tahun. Target Tujuan Pembangunan Milenium
bahwa 62 persen keluarga Indonesia memiliki akses sanitasi hanya akan tercapai jika
pertumbuhan layanan sanitasi dipercepat empat kali lipat. Hal itu disampaikan Kepala
Sub-Direktorat Air Minum dan Air Limbah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Nugroho Tri Utomo di Jakarta, Rabu (20/10). ”Karena tidak bisa mengakses fasilitas
sanitasi yang memadai, 70 juta warga Indonesia masih membuang air sembarangan,”
kata Nugroho. Layanan sanitasi Indonesia yang hanya lebih baik daripada Timor Leste
dan Laos itu menimbulkan kerugian Rp 58 triliun per tahun. ”Salah satunya karena biaya
memperoleh air bersih sangat mahal. Kami hitung kerugian mencapai Rp 1,2 juta per
kapita per tahun. Sebenarnya kondisi sanitasi bisa diperbaiki selama lima tahun dengan
dana Rp 56 triliun saja. Namun, dalam lima tahun mendatang pemerintah pusat hanya
mampu menganggarkan Rp 14,7 triliun,” kata Nugroho.
Saat ini baru 51,02 persen keluarga Indonesia memiliki akses layanan sanitasi yang
memadai. Target Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) menetapkan, 62 persen
keluarga Indonesia memiliki akses sanitasi pada 2015. ”Kita butuh kenaikan akses 11
persen dalam lima tahun. Karena pertumbuhan akses layanan sanitasi hanya 0,5 persen
per tahun, harus dipacu lagi menjadi 2 persen per tahun,” ujar Nugroho. Direktur Utama
Perusahaan Daerah Pengolahan Air Limbah (PAL) Jaya Liliansari Loedin menyatakan,
82 persen sungai di DKI Jakarta tercemar berat sepanjang tahun karena buruknya
sanitasi di Jakarta. Dari 75 sumur yang dipantau di DKI Jakarta, kandungan bakteri ecoli
38 sumur melebihi baku mutu. ”Itu karena sumur tercemari septic tank warga,” kata
Liliansari.
Hingga kini, layanan pengolahan air limbah Perusahaan Daerah PAL Jaya baru
menjangkau 196.600 jiwa warga DKI Jakarta. ”Limbah yang lain dibuang langsung ke
saluran drainase dan ke sungai,” kata Liliansari. Wali Kota Jambi Bambang Priyanto,
selaku Ketua Asosiasi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi, menyatakan, pendekatan
sektoral dalam penanganan sanitasi harus diubah. ”Sanitasi merupakan isu sejumlah
instansi dan setiap instansi berpikir sektoral. Kami baru berhasil mempercepat
peningkatan akses layanan sanitasi di Jambi setelah membentuk kelompok kerja sanitasi
yang melibatkan semua pemangku kepentingan,” kata Bambang. (ROW)
gitahafas Subject: Re: Hygiene dan Sanitasi Sat Jun 30, 2012 9:11 am
2,6 MILIAR PENDUDUK DUNIA TIDAK MEMPUNYAI TOILET YANG BERSIH
Selasa, 16/11/2010 09:43 WIB Vera Farah Bararah - detikHealth
London, Sekitar 2,6 miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki akses kesehatan yang
baik seperti toilet bersih. Akibatnya, penyakit-penyakit akibat sanitasi yang buruk seperti
kolera terus bermunculan. Dalam studi yang dipublikasikan Public Library of Science
(PLoS) Medicine journal, peneliti mengungkapkan dari 2,6 miliar orang yang tidak
memiliki akses sanitasi baik sekitar dua per tiganya tinggal di Asia dan sub-Sahara
The Philips '+' Project Ubah Ide Jadi Nyata Tingkatkan Kualitas Hidup Anda www.yourhealthandwellbeing.asia/ID
Kirim 1-3 jam Jabodetabek Xamthone plus bahan alami asli Sampai tujuan baru anda bayar www.agenxamthoneplus.web.id
Wastewater Treatment PT Beta Pramesti Sewage and Industrial Wastewater www.beta.co.id/
Afrika. Ditemukan pula kesenjangan cakupan sanitasi, di negara maju sekitar 99 persen
memiliki akses sanitasi yang baik sementara negara berkembang hanya memiliki 53
persen akses sanitasi baik. Karena tidak punya toilet yang memadai sekitar 20 persen
penduduk dunia masih buang air besar di tempat terbuka yang memicu sanitasi buruk.
Padahal dengan meningkatkan taraf kebersihan, sanitasi dan penyediaan air bersih bisa
mencegah kematian 2 juta anak dalam setahun.
Sanitasi dan air minum yang tidak bersih menyumbang minimal 7 persen penyakit di
seluruh dunia serta hampir 20 persen menjadi penyebab kematian anak di dunia. Sistem
pembuangan dan sanitasi yang buruk dapat menyebarkan infeksi berbahaya seperti
virus hepatitis dan kolera, penyakit akut menular serta diare dan dehidrasi parah akibat
air yang terkontaminasi. Jika kondisinya sangat parah dan tidak ditangani dengan baik,
maka bisa menyebabkan kematian dalam hitungan jam. Kemajuan dalam meningkatkan
pasokan air bersih dan sanitasi berjalan sangat lambat di sebagian besar negara
berkembang. Karenanya para peneliti tengah mendesak badan PBB, donor
internasional serta pemerintah dan petugas kesehatan di negara berkembang untuk
meningkatkan sanitasi agar dapat mengurangi beban penyakit yang merusak. "Secara
global sekitar 2,4 juta kematian setiap tahunnya bisa dicegah jika semua orang
mempraktekkan kebersihan yang tepat, memiliki sanitasi yang handal serta akses air
minum yang baik," ujar Sandy Cairncross selaku ketua studi dari London School of
Hygiene & Tropical Medicine, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (16/11/2010).gitahafas Subject: Re: Hygiene dan Sanitasi Sat Jun 30, 2012 9:12 am
NEGARA DENGAN SANITASI TERBURUK DI DUNIA
Kamis, 27/10/2011 13:03 WIB Merry Wahyuningsih - detikHealth
Jakarta, Menurut PBB, dari 7 miliar penduduk dunia masih ada sekitar 2,6 miliar orang
yang tidak memiliki akses toilet dan fasilitas sanitasi limbah. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) merangking negara-negara dengan sanitasi terburuk di dunia dan Indonesia
menduduki peringkat ke-3. Dalam banyak kasus, orang di beberapa negara masih
buang air besar (BAB) di tempat terbuka atau pergi ke semak-semak terdekat. Praktik ini
dapat mematikan akibat banyaknya bakteri dari kotoran manusia yang dapat kembali ke
lagi masyarakat, mencemari pasokan air dan menyebarkan penyakit. Di negara
berkembang, 90 persen limbah manusia ini dibuang langsung ke danau, sungai dan
lautan. Bahkan beberapa sistem pembuangan sudah terlihat tua sehingga bisa saja
hancur jika dihantam hujan deras. Berikut negara-negara dengan masalah sanitasi
terburuk di dunia dengan jumlah baku orang yang tidak mendapatkan akses sanitasi
yang baik, seperti dilansir Livescience, Kamis (27/10/2011):
- India (818 juta)
- China (607 juta)
- Indonesia (109 juta)
- Nigeria (103 juta)
- Pakistan (98 juta)
- Bangladesh (75 juta)
- Ethiopia (71 juta)
- Kongo (50 juta)
- Brasil (39 juta)
- Tanzania (32 juta)
- Sudan (27 juta)
- Kenya (27 juta)
- Filipina (22 juta)
- Vietnam (22 juta)
- Ghana (20 juta)
- Nepal (20 juta)
Negara-negara ini mendapatkan monitoring dari WHO dan UNICEF. WHO menuturkan
jika semua limbah ini tidak ditangani dengan baik, maka akan menambah krisis
kesehatan masyarakat yang diperkirakan dapat membunuh 1,4 juta anak setiap
tahunnya, yaitu 1 anak setiap 20 detik. Jumlah ini lebih besar dibanding penggabungan
kasus dari AIDS, TBC dan malaria. Saat ini sanitasi masih belum mendapatkan perhatian
yang serius dibanding dengan masalah kesehatan lain. Karenanya PBB tengah
menetapkan tujuan untuk mengurangi jumlah penduduk yang tidak mendapatkan
sanitasi dasar.
gitahafas Subject: Re: Hygiene dan Sanitasi Sat Jun 30, 2012 9:42 am
7 MILIAR PENDUDUK, DUNIA HADAPI MASALAH KOTORAN MANUSIA
Rabu, 26/10/2011 13:17 WIB Vera Farah Bararah - detikHealth
Jakarta, PBB memperkirakan penduduk dunia mencapai 7 miliar pada 31 Oktober nanti.
Masih ada 2,6 miliar penduduk yang membuang air besar sembarangan sehingga
terdapat lebih dari 200 juta ton limbah manusia tidak tertangani dengan baik yang akan
berdampak pada kondisi kesehatan. Di negara berkembang, 90 persen limbah manusia
ini dibuang langsung ke danau, sungai dan lautan. Bahkan beberapa sistem
pembuangan sudah terlihat tua sehingga bisa saja hancur jika dihantam hujan deras.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menuturkan jika semua limbah ini tidak ditangani
dengan baik, maka akan menambah krisis kesehatan masyarakat yang diperkirakan
dapat membunuh 1,4 juta anak setiap tahunnya, yaitu 1 anak setiap 20 detik. Jumlah ini
lebih besar dibanding penggabungan kasus dari AIDS, TBC dan malaria.
Saat ini sanitasi masih belum mendapatkan perhatian yang serius dibanding dengan
masalah kesehatan lain. Karenanya PBB tengah menetapkan tujuan untuk mengurangi
jumlah penduduk yang tidak mendapatkan sanitasi dasar. "Sanitasi bukanlah isu yang
menarik atau seksi untuk dibahas, serta kadang terlihat tabu untuk dibicarakan dalam
banyak konteks," ujar Dan Yeo, analis kebijakan senior di WaterAid, seperti dikutip dari
LiveScience, Rabu (26/10/2011). Yeo menuturkan masalah tabu ini menjadi salah satu
alasan yang membuat sanitasi sulit lepas dari isu utama dalam benak masyarakat.
Umumnya jika dibangun sanitasi yang baik, maka masyarakat akan mau datang dan
menggunakannya.
Selain itu buang air besar di semak-semak (BAB terbuka) masih menjadi masalah
sanitasi utama masyarakat, padahal kuman patogen dari tinja bisa masuk ke desa dan
seringkali mengkontaminasi pasokan air masyarakat yang dapat memicu penyakit dan
juga infeksi saluran kemih. Meski begitu beberapa budaya dan cara berpikir masyarakat
dalam menggunakan kamar mandi kadang menjadi hambatan dalam menyosialisasikan
sanitasi yang baik, sehingga butuh pendekatan tersendiri. Untuk menciptakan sanitasi
yang baik tak hanya dibutuhkan jamban saja, namun juga perlu adanya pipa saluran air
yang memadai sehingga limbah manusia ini nantinya tidak mencemari air atau tanah
tempat hunian masyarakat.
PBB mengungkapkan proporsi orang yang hidup di daerah kumuh perkotaan di seluruh
dunia telah menurun dari 39 persen (tahun 2000) menjadi 33 persen (tahun 2010).
Namun jika dilihat dari jumlahnya justru bertambah sekitar 828 juta permukiman kumuh
di seluruh dunia pada tahun 2010. "Tata letak fisik dari daerah kumuh perkotaan
menyulitkan pembuatan jamban, kepadatan manusia yang tinggi dan limbah yang juga
tinggi sayangnya tidak diikuti dengan pembuatan jamban yang optimal," ujar Yeo. Untuk
itu diperlukan penanganan yang serius dalam mengatasi masalah sanitasi di masyarakat
seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk yang ada di dunia.gitahafas Subject: Re: Hygiene dan Sanitasi Sat Jun 30, 2012 9:44 am
4 KANDUNGAN BERBAHAYA DARI TINJA
Bramirus Mikail | Asep Candra | Kamis, 31 Mei 2012 | 11:25 WIB
MAKASSAR, KOMPAS.com - Penanganan buangan tinja tidak bisa dianggap sebagai
masalah yang sepele. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
menyebutkan, seseorang setiap tiap harinya membuang tinja seberat 125-250 gram.
Jika saat ini seratus juta orang Indonesia tinggal di kawasan perkotaan, maka setiap
harinya kawasan perkotaan tersebut bisa menghasilkan 25.000 ton tinja. Sekretaris
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional Maraita
Listyasari mengatakan, sudah banyak kesadaran untuk buang air besar (BAB) di
jamban, tetapi masih ada 70 juta masyarakat yang BAB di sembarang tempat. Walaupun
sudah banyak jamban sehat dibangun tetapi masih banyak saja jamban yang tidak
memenuhi syarat. "Padahal ketika tidak memenuhi syarat, sebenarnya kita hanya
memindahkan polutan dari satu tempat ketempat yang lain," ujarnya, saat acara
Workshop Media dan Kunjungan Media Mewujudkan STOP BABS 2015, di Sulawesi
Workshop Media dan Kunjungan Media Mewujudkan STOP BABS 2015, di Sulawesi
Selatan, Rabu, (30/5/2012). Selain jumlahnya yang begitu banyak, tinja juga memiliki
potensi berbahaya dari ke-4 (empat) kandungan yang ada didalamnya. Berikut ini
adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan akibat buruknya penanganan buangan
tinja:
1. Mikroba
Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja. Sebagian
diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri Salmonela typhi
penyebab demam tifus, bakteri Vibrio cholerae penyebab kolera, virus penyebab
hepatitis A, dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit akibat kondisi sanitasi yang
buruk di Indonesia sangat tinggi. BAPENNAS menyebutkan, tifus mencapai 800 kasus
per 100.000 penduduk. Sedangkan polio masih dijumpai, walaupun dinegara lain sudah
sangat jarang.
2. Materi Organik
Kotoran manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tidak tercerna. Ia
dapat berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak, mikroba dan sel-sel mati.
Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg BODS
(kandungan bahan organik). Sekitar 75 persen sungai di Jawa, Sumatra, Bali dan
Sulawesi tercemar berat oleh materi organik dari buangan rumah penduduk. Air sungai
ciliwung memiliki BODS hampir 40 mg/L (empat kali lipat dari batas maksimum 10 mg/L).
Kandungan BOD yang tinggi itu mengakibatkan air mengeluarkan bau tak sedap dan
berwarna kehitaman.
3. Telur Cacing
Seseorang yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-telur cacing.
Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing gelang,
cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap
berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah kejadian yang biasa di
Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan cacing gelang.
Prevalensinya bisa mencapai 70 persen dari balita.
4. Nutrien
Umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa sisa-
sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium,
sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium
sekitar 25 gram dan fosfat seberat 30 mg. Senyawa nutrien memacu pertumbuhan
ganggang (algae). Akibatnya, warna air menjadi hijau. Ganggang menghabiskan
oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan lainnya mati.
gitahafas Subject: Re: Hygiene dan Sanitasi Sat Jun 30, 2012 9:45 am
10 NEGARA PALING TIDAK SEHAT UNTUK DI KUNJUNGI TURIS
Rabu, 15/12/2010 08:03 WIB AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
London, Salah satu tujuan wisata yang terkenal kumuh adalah India. Meski begitu,
jumlah turis yang jatuh sakit saat mengunjungi negara ini masih kalah banyak dari Mesir
yang baru-baru ini dinobatkan sebagai negara paling tidak sehat untuk dikunjungi.
Statistik yang dirilis oleh Health Protection Agency (HPA) di Inggris menunjukkan 82 dari
100.000 wisatawan yang berkunjung ke Mesir mengalami gangguan pencernaan. Angka
ini tercatat paling tinggi di antara negara-negara tujuan wisata terpopuler di seluruh
dunia.
India yang selama ini dikenal sebagai salah satu negara paling kumuh di dunia dan
banyak mengalami wabah penyakit, justru hanya menempati peringkat ke-2. Dari
100.000 kunjungan wisatawan ke negara tersebut, hanya 65 orang yang mengalami
gangguan pencernaan terutama diare. Negara-negara tersebut menempati 2 posisi
teratas dalam daftar 10 negara paling tidak sehat untuk dikunjungi yang dirilis oleh HPA.
Peringkat itu disusun berdasarkan 24.322 laporan kasus infeksi saluran pencernaan
yang dialami turis Inggris antara tahun 2004-2008.
Dalam rilis tersebut juga dikatakan, hampir 50 persen infeksi yang dialami para turis
disebabkan oleh bakteri salmonella. Jenis bakteri ini paling sering ditularkan di restoran-
restoran dan kolam renang yang tidak bersih atau kurang higienis. Dikutip dari HPA.org,
Rabu (15/12/2010), berikut ini daftar lengkap 10 negara paling sering menyebabkan
turis mengalami sakit perut.
Negara Rasio Infeksi per 100.000 Kunjungan Turis
Mesir 81,92
India 64,85
Thailand 64,50
Pakistan 60,16
Maroko 40,32
Kenya 40,10
Tunisia 34,39
Karibia 27,60
Meksiko 13,39
Republik Malta 8,59
Republik Siprus 6,50
Selain membuat daftar 10 negara paling tidak sehat, HPA juga menggolongkan daerah-
daerah tujuan wisata ke dalam 3 kategori berdasarkan tingkat risiko penularan penyakit.
Ketiga kategori yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Risiko rendah: Eropa barat, Amerika Serikat, KAnada, Jepang, Australia dan New
Zealand
2. Risiko sedang: Eropa selatan, Israel, Afrika Selatan, negara-negara di Laut Pasifik
dan Kepulauan Karibia
3. Risiko tinggi: Afrika, Amerika Latin, Timur Tengah dan sebagian besar negara di
benua Asia.
gitahafas Subject: Re: Hygiene dan Sanitasi Sat Jun 30, 2012 9:48 am
URUSAN SANITASI SAJA, INDONESIA MASIH KETINGGALAN JAUH
Merry Wahyuningsih - detikHealth - Jumat, 21/05/2010 07:18 WIB
Bukittinggi, Sanitasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam rangka kebersihan urusan
buang hajat dan limbah serta penyediaan air bersihnya. Sayangnya untuk fasilitas
kebutuhan dasar itu, Indonesia masih ketinggalan jauh dari tetangga-tetangganya.
Sanitasi adalah urusan wajib pemerintah, sehingga diperlukan percepatan peningkatan
akses maupun kualitas sanitasi di seluruh pelosok tanah air. Tiga unsur sanitasi adalah
air limbah (waste water), persampahan (solid waste), dan drainase lingkungan (drainage
system). Bila setiap orang tiap harinya membuang tinja 125-250 gram di perkotaan
Indonesia, yang penduduknya diasumsikan 100 juta saja, maka akan dihasilkan 25.000
ton tinja per hari.
Jika tidak ditangani, bukan saja masalah volume, tapi juga soal mikroba, materi organik,
nutrien, dan telur cacing (4 komponen dalam tinja) harus dihadapi. Untuk itu, pada
tanggal 20-21 Mei 2010, tak kurang dari 63 kabupaten/kota penggiat pembangunan
sanitasi berkumpul di City Sanitation Summit (CSS) untuk menguatkan kemitraan
mendukung program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). "Ini
merupakan salah satu even regular Aliansi Kota Peduli Sanitasi (AKOPSI) dalam
mendukung pencapaian Indonesia yang Bebas Buang Air Besar Sembarangan pada
tahun 2014," ujar Ketua AKOPSI, H. Bambang Priyanto yang juga menjabat sebagai
Walikota Jambi, dalam acara City Sanitation Summit VII, di Auditorium Perpustakaan
Proklamator Bung Hatta, Komplek Kantor Walikota Bukittinggi, Jumat (21/5/2010).
AKOPSI adalah wadah untuk peningkatan sinergi, pertukaran informasi, transfer
pengetahuan, pertukaran pengalaman, pendampingan teknik dan manajemen,
pemagangan serta pendanaan bersama dan berbagai kerjasama. Anggota AKOPSI
sampai saat ini adalah Kota Jambi, Payakumbuh, Blitar, Surakarta, Denpasar,
Banjarmasin, Kediri, Batu, Pekalongan, Tegal dan Padang. Bukittinggi sebagai tuan
rumah pelaksana CSS yang ketujuh (CSS VII) bersama tim pengarah dari AKOPSI di
dukung Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS), sepakat untuk mengagendakan
kemitraan sebagai topik pertemuan. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa pembangunan
kemitraan sebagai topik pertemuan. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa pembangunan
sanitasi tak akan terlepas dari pentingnya kemitraan dengan berbagai pihak untuk
mampu memberikan layanan sanitasi kepada seluruh masyarakat.
"Saat ini Bukittinggi sedang membangun kemitraan sajajar dengan kota-kota tetangga.
Misalnya untuk pembangunan Tempat Pembuangan Akhir sampah kota dengan kota
Payakumbuh, kabupaten Agam dan lainnya," ujar H Ismet Amzis, SH, Walikota
Bukittinggi. Ismet juga menuturkan bahwa sebagai anggota AKOPSI, dapat saling
memetik pembelajaran dan pengalaman dari kabupaten/kota lainnya sebagai upaya
menemukan inovasi yang dibutuhkan. Dalam acara yang juga dihadiri Gubernur
Sumatera Barat, Prof. Dr. Ir. H. Marlis Rahman, M.Sc, turut hadir para Bupati/Walikota,
anggota DPRD dan para pimpinan kedinasan/SKPD terkait dari 74 kabupaten/kota,
serta utusan dari 15 provinsi dan pejabat berwenang dari delapan Kementerian terkait.
Akses sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan
kesehatan lima tahun ke depan yang lebih menekankan pada aspek pencegahan
daripada aspek pengobatan. Percepatan akan sulit terwujud bila tidak disertai dengan
memperkokoh koordinasi dan kemitraan lintas sektoral dan setiap tingkat pemerintahan,
maupun kemitraan antar daerah serta kerja sama sesama stakeholders.
gitahafas Subject: Re: Hygiene dan Sanitasi Sat Jun 30, 2012 9:52 am
KOTA SEPTIC TANK TERPANJANG, WARGA DKI TINGGAL DIATAS TINJA
Kamis, 10/09/2009 15:37 WIB Nurul Ulfah - detikHealth
Jakarta, Jakarta masih menyandang gelar kota septic tank terpanjang. Masalah septic
tank dan polusi air tanah belum juga terpecahkan. Septic tank kini menjadi salah satu
pemicu polusi lingkungan di Jakarta. Pakar lingkungan Dr Ir Firdhaus Ali Msc
mengatakan Jakarta adalah kota yang memiliki septic tank terpanjang di dunia. Jadi
jangan heran kalau banyak penyakit yang muncul di Jakarta. "Kita tinggal di atas tinja,"
kata Firdhaus dalam acara diskusi 'Polusi Jakarta Ancaman Serius Terhadap Kesehatan'
di Menara Cakrawala Lt.19 JAC Indonesia, Jakarta, Kamis (10/9/2009). Lebih dari satu
juta septic tank ada di kota Jakarta dan sekitar 60% rumah di Jakarta memiliki sumur
yang jaraknya kurang dari 10 meter dari septic tank. Seharusnya kata Firdhaus
pemerintah mencontoh negara lain seperti Singapura yang mengumpulkan tinja dalam
satu waduk lalu limbah diolah lagi dan menjadi air bersih yang bisa dipakai lagi. Jadi
jangan heran kalau 70 persen air tanah di Jakarta terkontaminasi tinja atau bakteri
seperti E coli. Ancaman penyakit pun bakal terus ada.
Saat ini air yang digunakan di kota Jakarta berasal dari air tanah. Padahal seharusnya
air tanah itu tidak boleh dieksploitasi, karena air tanah itu akan menentukan ketinggian
permukaan daratan. Sumber persediaan air tanah di Jakarta adalah air yang berasal
dari 25 juta tahun lalu yang seharusnya tidak boleh digunakan. Karena semakin banyak
air tanah yang dieksploitasi permukaan tanah menurun, yang membuat permukaan air
laut naik dan kota bisa tenggelam. Firdhaus mengatakan kota Jakarta sudah menjadi
kota dengan tata ruang terhancur di banding beberapa kota lain di dunia. Dengan
jumlah penduduk 12,5 juta, Jakarta adalah satu-satunya kota dengan tata ruang
terburuk di dunia.
Yang menjadi masalah ekologi di Jakarta saat ini adalah masalah penyediaan air minum
bersih, penanganan banjir, limbah cair dan padat, transportasi dan polusi air tanah.
Sebesar 90% polusi di Jakarta disebabkan oleh kemacetan yang menyebabkan kerugian
waktu, bahan bakar, kesehatan. Satu-satunya cara untuk membuat Jakarta lebih ramah
lingkungan adalah membongkar kota Jakarta dan memindahkan jalanan highway ke
bawah tanah. Tapi hal ini sering bertabrakan dengan tujuan pembangunan kota Jakarta
yaitu mendapat pendapatan setinggi-tingginya. "Kota kita dikendalikan oleh market dan
tunduk dengan proyek yang bisa meningkatkan income bukan dikendalikan oleh tujuan
untuk kesejahteraan masyarakat," tutur Firdhaus prihatin.
gitahafas Subject: Re: Hygiene dan Sanitasi Sat Jun 30, 2012 10:02 am
SEPTIC TANK HARUS DILAPISI SEMEN AGAR TAK CEMARI AIR TANAH
Kamis, 02/09/2010 15:17 WIB AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Jakarta, Agar tidak cepat penuh, septic tank sering dibuat tanpa dilapisi batu atau
Jakarta, Agar tidak cepat penuh, septic tank sering dibuat tanpa dilapisi batu atau
semen. Cara ini salah, sebab tidak hanya akan mencemari air tanah tetapi juga
membuat proses penguraian tinja secara anaerob terhambat. Di permukiman padat,
septic tank yang tidak dilapisi jelas berbahaya karena dapat mencemari air tanah.
Dengan luas lahan yang terbatas, orang-orang cenderung membuat septic tank tidak
jauh dari sumur yang menjadi sumber air minum. Padahal, berbagai jenis bakteri
patogen (penyebab penyakit) mampu menembus tanah secara menyamping sejauh
kurang lebih 7 meter. Jangkauan tersebut bisa bervariasi tergantung porositas atau
kemampuan tanah menyerap cairan. Hal ini diungkap oleh Dr Budi Haryanto, MKM, MSc
saat berbicara dalam diskusi media 'Waspadai Ancaman di Balik Air Minum Anda' yang
digelar PT Unilever Indonesia di restoran The Apartement, Kuningan, Jakarta, Kamis
(2/9/2010).
"Di desa-desa, jarak septic tank dianjurkan tidak kurang dari 10 meter. Dalam jarak
tersebut, septic tank masih aman tanpa perlu dilapisi. Namun di perkotaan, jarang ada
lahan seluas itu," ungkap Dr Budi. Selain dapat mencemari air tanah, Dr Budi
mengatakan bahwa secara teori septic tank yang tidak dilapisi semen justru tidak
dibenarkan. Penguraian tinja oleh bakteri anaerob (tanpa oksigen) membutuhkan
lingkungan yang kedap, sehingga septic tank harus tertutup dan diberi lapisan semen di
semua sisi. Namun bukan septic tank saja yang harus diberi lapisan semen. Sumber air,
terutama sumur yang digali harus dilapisi hingga semen minimal hingga kedalaman 3
meter untuk mencegah kontaminasi bakteri. "Secara vertikal, jangkauan bakteri patogen
juga punya keterbatasan. Rata-rata hingga kedalaman 2,75 meter. Jika dalam waktu 3
hari tidak menemukan sumber air, biasanya bakteri akan mati sebelum mencapai
kedalaman 3 meter," tambah Dr Budi.
Bagaimana dengan sumur bor, apakah juga harus dilapisi?
Menurut Dr Budi, biasanya sumur bor sudah dilengkapi pipa hingga kedalaman 3 meter.
Selebihnya tidak menjadi masalah, karena bakteri jarang bisa menjangkau kedalaman
lebih dari itu.
gitahafas Subject: Re: Hygiene dan Sanitasi Sat Jun 30, 2012 1:14 pm
AIR, SANITASI DAN MASALAH KEBERSIHAN MASIH SUMBANG KEMATIAN
Minggu, 09 Oktober 2011 19:15 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyakit terkait air, sanitasi dan masalah kebersihan
(hygiene) berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2008 menyumbangkan
3,5 persen dari total kematian di Indonesia. Sedangkan salah satu penyakit akibat ketiga
hal tersebut, yaitu diare, menyumbang kematian nomor satu pada balita di Indonesia—
sebesar 25 persen sesuai data Riset Kesehatan Dasar 2007. Masalah utama yang
memengaruhi adalah masalah sanitasi. Meliputi banyak faktor sanitasi seperti selokan
tersumbat, mencuci dan mandi di sungai tercemar, buang air besar sembarangan,
jamban yang asal-asalan, pembuangan limbah industri di kawasan pemukiman dan
pembuangan liar lumpur tinja.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Tjandra Yoga
Aditama, mengatakan fasilitas seperti seperti mandi cuci kakus (MCK) masih menjadi
kendala bagi sebagian masyarakat Indonesia. Begitu juga dengan jamban dengan
pembuangan yang tidak benar. Selain penyakit terkait air, sanitasi dan kebersihan,
angka kematian juga sangat dipengaruhi oleh perlilaku orang Indonesia. ''Penyakit-
penyakit ini sebenarnya bisa dihindarkan melalui perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS),'' kata Tjandra.
Penyakit seperti diare, cacingan dan typus bisa menular dari tangan yang tidak bersih.
Sayangnya, perilaku cuci tangan masih jarang dilakukan orang. Secara umum perilaku
cuci tangan pakai sabun orang Indonesia masih sangat rendah. Data perilaku cuci
tangan Kementerian Kesehatan 2010 mencatat hanya 23 persen orang yang mencuci
tangan dengan sabun. Meningkat dua kali lipat dibanding 2007 yang sebesar 11 persen.
Meski begitu, kajian morbiditas diare tahun 2010 oleh Kementerian Kesehatan
menunjukkan penurunan penderita diare dari 423 per seribu penduduk menjadi 411 per
seribu penduduk. Menurut Tjandra, cuci tangan pakai sabun adalah cara sederhana
menjaga kesehatan dan bisa menurunkan kasus diare hingga 47 persen, infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA) dan flu burung hingga 50 persen.
pernafasan atas (ISPA) dan flu burung hingga 50 persen.
gitahafas Subject: Re: Hygiene dan Sanitasi Sat Jun 30, 2012 1:16 pm
PERUBAHAN IKLIM MEMUNCULKAN BANYAK WABAH PENYAKIT
Senin, 13/12/2010 15:01 WIB AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Jakarta, Sanitasi dan kebersihan hampir selalu dijadikan kambing hitam ketika terjadi
wabah penyakit menular. Meski tidak sepenuhnya salah, ada faktor lain yang turut
berperan dan sebenarnya lebih sulit dikendalikan yaitu perubahan iklim. Demam
berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu contoh penyakit yang bisa muncul
sekalipun di tempat-tempat yang terbilang bersih. Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk
aedes aegipty yang lebih suka berkembang biak di genangan air bersih. "Oleh sebab itu
dengue muncul juga di wilayah-wilayah elit seperti Pondok Indah," ungkap direktur
Eijkman Institute, Prof Sangkot Marzuki saat ditemui di sela-sela pembukaan simposium
"Human Genetics and Infection: Towards Better Management of Disease" di Hotel
Borobudur, Jakarta, Senin (13/12/2010). Prof Marzuki menduga salah satu faktor yang
memicu makin meluasnya penyebaran dengue adalah perubahan iklim sebagai dampak
dari pemanasan global. Faktor tersebut menyebabkan penyebaran nyamuk meluas ke
daerah-daerah yang sebelumnya tidak ada nyamuk aedes aegipty.
"Penyebaran dengue sekarang sudah mencapai wilayah utara Australia, misalnya
Queensland. Sebelumnya di wilayah itu tidak pernah ada dengue," tambah Prof
Sangkot. Fakta lain yang membuktikan bahwa kemunculan penyakit turut dipengaruhi
oleh perubahan iklim adalah wabah kolera di Haiti akhir-akhir ini. Wabah itu terjadi ketika
suhu permukaan air laut mengalami peningkatan dalam beberapa tahun belakangan.
Prof Jan Verhoef dari Eijkman Winkler Centre for Mycrobiology di Belanda mengatakan
naiknya suhu permukaan air laut memicu pertumbuhan plankton di laut. Plankton ini
merupakan tempat bakteri penyebab kolera, vibrio cholerae menempel untuk bisa
bertahan hidup. Pola yang sama juga terjadi di wilayah-wilayah lain yang mengalami
wabah kolera termasuk Bangladesh dan beberapa negara di Afrika. Jumlah penderita
kolera di wilayah-wilayah tersebut cenderung bertambah ketika suhu permukaan air laut
di sekitarnya meningkat.
gitahafas Subject: Re: Hygiene dan Sanitasi Sat Jun 30, 2012 1:17 pm
PERUBAHAN IKLIM PICU PENYEBARAN PENYAKIT
Kamis, 20 Januari 2011 | 17:46 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Kanker kulit dan penyakit pernapasan diduga sebagai dua
penyakit pertama yang disebabkan perubahan iklim bumi, yang antara lain diakibatkan
oleh pemanasan global. "Penipisan lapisan ozon di stratosfer telah meningkatkan risiko
serangan kanker kulit dan peningkatan temperatur akibat perubahan iklim dapat
meningkatkan konsentrasi ozon permukaan, yang merupakan salah satu pencemar
udara utama dan dapat menyebabkan penyakit pernapasan," ungkap Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra
Yoga Aditama di Jakarta, Kamis (20/1/2011). Ia menjelaskan, perubahan iklim juga akan
memicu semakin berkurangnya keanekaragaman hayati sehingga dapat menyebabkan
langkanya bahan baku obat dari tumbuhan. Selain itu, degradasi lahan dan perubahan
fungsi ekosistem dapat menyebabkan perubahan penyebaran vektor penyakit dan
penurunan sumber daya air. Hal itu bisa berujung pada keterbatasan akses air bersih
dan sanitasi yang sehat. Saat ini di Indonesia, seperti juga di banyak negara di dunia,
mulai terlihat tanda-tanda seperti peningkatan curah hujan yang cukup signifikan pada
musim basah dan penurunan curah hujan pada bulan-bulan kering.
Tjandra memaparkan, perubahan iklim memengaruhi kesehatan melalui jalur
kontaminasi mikroba dan transmisi dinamis. Dampak kesehatan dari proses tersebut, di
antaranya, efek peningkatan temperatur terhadap kesakitan dan kematian, bencana
akibat cuaca ekstrem, peningkatan pencemaran udara, penyakit bawaan air dan
makanan, serta penyakit bawaan vektor dan hewan pengerat. "Peningkatan penyebaran
agen penyakit bawaan air akan meningkatkan wabah penyakit menular, seperti
leptospirosis, diare, dan kolera. Penyakit diare memiliki risiko tinggi di sebagian wilayah
Indonesia," kata Tjandra. Peningkatan temperatur udara sebesar 2-3 derajat celsius
akan meningkatkan jumlah penderita penyakit tular vektor sebesar 3-5 persen. Sebab,
peningkatan temperatur akan memperluas distribusi vektor serta meningkatkan
peningkatan temperatur akan memperluas distribusi vektor serta meningkatkan
perkembangan dan pertumbuhan parasit menjadi infektif. Kementerian Kesehatan
disebut Tjandra akan melakukan kajian dampak perubahan iklim terhadap kesehatan
dalam program 2010-2014, terutama untuk perkembangan penyakit bawaan air,
penyakit bawaan vektor, penyakit bawaan udara, bencana dan kecelakaan, serta
penyakit tidak menular skala nasional.
Untuk kebijakan, direncanakan pembuatan perundang-undangan yang mendukung
terciptanya lingkungan yang preventif terhadap penyakit. Selain itu, akan disusun
peraturan perundangan yang mendukung usaha adaptasi perubahan iklim sektor
kesehatan. "Kami juga akan melakukan penguatan kebijakan pembangunan
berwawasan kesehatan masyarakat dengan tujuan aksi adaptasi dan pencegahan
penyakit. Selain itu, kami melakukan sosialisasi strategi adaptasi perubahan iklim bagi
legislatif dan jajaran pemerintah pusat agar terbentuk komitmen serta rencana aksi
implementasi kegiatan," katanya.
gitahafas Subject: Re: Hygiene dan Sanitasi Sat Jun 30, 2012 1:33 pm
BILA SEPATU TETAP DIPAKAI DIDALAM RUMAH
Jumat, 18/02/2011 13:42 WIB Merry Wahyuningsih - detikHealth
Arizona, Kebiasaan tetap mengenakan sepatu saat masuk ke dalam rumah bahkan
kamar banyak dilakukan orang. Sebaiknya tinggalkan kebiasaan tersebut bila Anda tak
ingin penyakit berbahaya hinggap di dalam rumah. Dr Charles Gerba, seorang ahli
mikrobiologi dan profesor di University of Arizona pada tahun 2008 bergabung dengan
pembuat sepatu Rockport untuk mempelajari mikroorganisme jenis apa saja yang
diangkut oleh alas kaki, terlebih bila tetap digunakan di dalam rumah. Hasilnya,
penelitian tersebut menemukan beberapa jumlah besar kuman menempel di sepatu,
seperti dilansir Ecochildsplay, Jumat (18/2/2011), yaitu:
1. Escherichia coli (E. Coli)
Escherichia coli dapat menyebabkan gejala mulai dari sakit perut yang parah disertai
dengan diare hingga gagal ginjal dan kematian (berpotensi dalam 1 dari 50 korban).
2. Klebsiella pneumonia
Klebsiella pneumonia merupakan bakteri negatif yang dapat dengan cepat
menghancurkan jaringan paru-paru. Klebsiella pneumonia juga dapat menyebabkan
pneumonia dan luka dan infeksi aliran darah, 25 hingga 50 persen pasien akan
mengalami kematian.
3. Serratia ficaria
Serratia ficaria dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, kandung empedu,
sepsis (sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap infeksi yang dapat melukai jaringan
tubuh melebihi infeksi umumnya), serta infeksi empedu.
Dalam penelitian tersebut, Dr Gerba mempelajari 10 orang yang diminta menggunakan
sepatu baru selama dua minggu, yang kemudian diuji bakteri dan kuman apa saja yang
terkandung di dalamnya. Setelah dua minggu, lebih dari 420.000 unit bakteri ditemukan
pada bagian luar sepatu. Dari semua bakteri dan kuman tersebut, 27 persennya adalah
virus mematikan E. Coli. Juga terdeteksi Klebsiella pneumonia dan Serratia ficaria.
"Penyebab paling mungkin (96 persen) dari banyaknya bakteri coliform dan E. coli pada
bagian luar sepatu menunjukkan bahwa sepatu sering kontak dengan kotoran (tinja),
yang kemungkinan besar berasal dari lantai di toilet umum atau kontak dengan hewan,"
jelas Dr Gerba. Menurut Dr Gerba, penelitiannya juga menunjukkan bahwa bakteri dapat
dilacak di ruang pribadi atau rumah setelah sepatu yang terkontaminasi dengan bakteri
tersebut tetap digunakan di dalam rumah. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan adalah
bagi ibu dan anak-anak, karena 90 hingga 99 persen bakteri dan kuman pada bagian
luar sepatu ditransmisikan ke ubin dan karpet rumah. Setiap bakteri dan kuman yang
ada di ubin dan karpet tersebut dapat berpindah ke kaki atau tangan anak, yang
kemudian akan diangkut ke tempat tidur. Dr Gerba merekomendasikan, untuk membantu
menjaga rumah bebas dari bakteri dan kuman, sebaiknya lepaskan sepatu dan biarkan
tetap berada di depan pintu ketika Anda tiba di rumah. Sering menyedot debu dan
mengepel juga akan membantu. Studi ini juga menemukan bahwa mencuci sepatu dapat
mengeliminasi lebih dari 90 persen bakteri dan kuman.
mengeliminasi lebih dari 90 persen bakteri dan kuman.
gitahafas Subject: Re: Hygiene dan Sanitasi Sat Jun 30, 2012 1:36 pm
SULITNYA MENJADI PENYULUH SANITASI DI DESA
Wardah Fazriyati | Dini | Senin, 18 April 2011 | 09:33 WIB
LEMBATA, KOMPAS.com - Menjalani profesi sanitarian (penyuluh sanitasi) di daerah
bukan pekerjaan mudah. Sanitarian perlu berhadapan dengan masyarakat yang masih
awam soal pentingnya kesehatan. Petugas penyuluhan sanitasi di daerah perlu bekerja
ekstra untuk mengajak orang menjalani perilaku hidup bersih sehat. Pasalnya,
masyarakat pedesaan, termasuk di desa pesisir kepulauan Flores, belum terbiasa
menjalani pola hidup sehat mendasar dengan memiliki MCK. Salah satu daerah pesisir
ini adalah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Lembata terus berbenah
menggerakkan kesadaran masyarakat dan mengubah perilaku menjadi lebih sehat.
Pemerintah daerah setempat menargetkan 30 desa menjalani perilaku hidup bersih
sehat melalui program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), pada 2012 nanti.
LSM, pemerintah daerah, puskesmas, dan sanitarian sebagai fasilitator berkolaborasi
untuk menjalani program ini. Fasilitator datang ke desa membawa enam pesan STBM.
Lima pesan yang diterapkan skala nasional adalah mengajak masyarakat tidak buang
air besar sembarangan (BABS), cuci tangan pakai sabun (CTPS), mengelola limbah
rumah tangga, mengelola air minum, dan mengelola limbah cair. Satu lagi pilar dalam
konteks lokal Lembata, pengasingan ternak dari rumah tempat tinggal.
Emerensia Benidau Amd Kesling (28), perempuan kelahiran Lembata, memilih terlibat
dalam program ini sebagai sanitarian. Setelah menyelesaikan pendidikan D-3 Kesehatan
Lingkungan di Yogyakarta, perempuan yang akrab dipanggil Erni ini memutuskan
kembali ke Lembata, kampung halamannya. Erni bekerja di puskesmas Waipukang,
ibukota kecamatan Ile Ape, kabupaten Lembata, NTT. Sejak 2006 lalu, ibu yang tengah
hamil anak kedua ini resmi diangkat sebagai pegawai negeri sipil di Lembata, sebagai
sanitarian. "Sejak lama saya ingin bekerja di bidang kesehatan. Apalagi di sini, banyak
program yang dijalankan namun tenaga tidak ada. Satu orang di puskesmas bisa
mengerjakan dua atau tiga program. Mama yang menjadi perawat di puskesmas di
kecamatan lain, menjadi pemicu saya untuk bekerja di kesehatan," tutur Erni kepada
Kompas Female, seusai peresmian desa total sanitasi di Watodiri, Ile Ape, Lembata,
NTT, Sabtu (16/4/2011) lalu. Sebagai sanitarian, Erni bersentuhan langsung dengan
masyarakat memberikan penyadaran perilaku hidup sehat, melalui program STBM.
Tidak mudah baginya mengubah perilaku masyarakat untuk hidup lebih sehat. Butuh
proses untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya kesehatan serta
mengidentifikasi persoalan di desa. "Masyarakat perlu diberitahukan pelan-pelan
mengenai lima pilar STBM, agar mereka memahami dan mau mengubah perilaku,"
jelasnya.
Bagi Erni, tantangan terbesar menjadi sanitarian di pedesaan adalah berhadapan
dengan para orangtua. Para generasi pendahulu ini sudah terbiasa hidup dengan pola
tak sehat, seperti buang air besar sembarangan. Saat sanitarian masuk desa untuk
memberikan pemicuan dan penyuluhan untuk perubahan perilaku, tak sedikit orangtua
yang tersinggung. "Orangtua merasa malu dan tersinggung. Rasa malu muncul karena
soal WC saja mereka harus diatur orang lain. Banyak warga yang memiliki rumah layak
tetapi tidak punya jamban. Hal mendasar ini belum disadari para orangtua, inilah yang
membuat mereka malu dan tersinggung," jelas Erni, menambahkan rasa malu inilah juga
yang mendorong orangtua mengubah perilakunya agar lebih sehat lagi.
Mengambil hati orangtua menjadi tantangan bagi sanitarian desa seperti Erni. Meski
begitu, sanitarian selalu punya cara menyampaikan maksudnya. Alhasil, kini 133 rumah
tangga di Watodiri dan 75 rumah tangga di Lamaau, Ile Ape Timur, sudah bebas BABS.
Dua desa inilah yang menjadi area kerja Erni. Warga di dua desa total sanitasi ini
membangun jamban atas kesadaran dan biaya sendiri. Perilaku masyarakat mulai
berubah lebih sehat berkat dorongan fasilitator, termasuk sanitarian. "Perubahan
perilaku ini merupakan langkah besar bagi warga terutama para orangtua. Saat
menjalani pemicuan, tak sedikit dari para orangtua ini yang menangis. Mengingat
kebiasaan lama yang mereka lakukan menimbulkan rasa malu. Kemudian mereka pelan-
pelan mengubah perilaku," jelasnya. Sanitarian punya peran dalam pemicuan, kata Erni.
pelan mengubah perilaku," jelasnya. Sanitarian punya peran dalam pemicuan, kata Erni.
Namun, lanjutnya, kepala desa punya peran jauh lebih besar. Keberhasilan desa
menjalani perilaku hidup sehat tergantung kepada upaya kepala desa. "Petugas sanitasi
datang memberikan dorongan, namun bapak desa yang lebih sering berhadapan
dengan warga desa. Bapak desa perlu terus-menerus berbicara dan memberikan
motivasi. Jika kepala desa mati angin, percuma saja program pemicuan perubahan
perilaku hidup sehat di desa," tambahnya. Saat ini, ada 16 desa di Ile Ape. Sekitar
delapan desa sudah mengikuti pemicuan sejak 2008. Namun hanya Watodiri yang
sudah resmi mencanangkan desanya sebagai desa total sanitasi (STBM). "Ukuran
sederhananya adalah kepemilikan jamban. Di Watodiri, semua rumah sudah memiliki
jamban. Sedangkan di desa lain masih ada belasan rumah yang belum memiliki jamban,"
jelas Erni, yang bersuamikan pria asal Ile Ape.
gitahafas Subject: Re: Hygiene dan Sanitasi Sat Jun 30, 2012 1:36 pm
PERINGKAT KOTA SEHAT DI INDONESIA
Jumat, 26/11/2010 16:52 WIB Merry Wahyuningsih - detikHealth
Jakarta, Kementerian Kesehatan kini memiliki data tentang kota dengan peringkat
kesehatan tertinggi dan terburuk di Indonesia. Apa saja kota-kota yang paling sehat dan
paling buruk? Untuk memeringkat kota tersehat dan terburuk ini, Kementerian
Kesehatan membuat 24 indikator kesehatan yang digunakan untuk menilai Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) di tiap kota dan kabupaten. Dengan
menggunakan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007-2008, penilaian
kota sehat kali ini menggunakan rumusan IPKM yang baru ada tahun 2010. Sebelumnya
data kesehatan masih bersifat menyeluruh dan belum ada data rinci tiap kota dan
kabupaten. Dengan adanya IPKM ini memudahkan pemerintah pusat untuk
mengalokasikan dana kesehatan tiap kota atau kabupaten berdasarkan peringkat
kesehatannya.
"Semakin jelek peringkat kesehatan kotanya, maka dana yang diberikan akan semakin
besar," kata Dr dr Trihono, M,Sc., Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kemkes RI, dalam acara temu media di Gedung Kemkes, Jakarta, Jumat
(26/11/2010). Menurut Dr Trihono, penetapan peringkat kota dan kabupaten sehat ini
akan dijadikan bahan untuk advokasi ke pemerintah daerah agar terpicu untuk
menaikkan peringkatnya, sehingga sumber daya dan program kesehatan diprioritaskan.
Penetapan peringkat ini didasarkan pada 24 indikator kesehatan, yaitu balita gizi buruk
dan kurang, balita sangat pendek dan pendek, balita sangat kurus dan kurus, balita
gemuk, diare, pnemonia, hipertensi, gangguan mental, asma, penyakut gigi dan mulut,
disabilitas, cedera, penyakit sendi, ISPA, perilaku cuci tangan, merokok tiap hari, air
bersih, sanitasi, persalinan oleh tenaga kesehatan, pemeriksaan neonatal 1, imunisasi
lengkap, penimbangan balita, ratio dokter per Puskesmas dan ratio bidan per desa.
"Meski kesehatan berhubungan erat dengan kemiskinan, tetapi belum tentu kota yang
miskin tingkat kesehatannya buruk dan sebaliknya belum tentu kota kaya kesehatannya
selalu baik," jelas Prof Purnawan Junadi, Guru Besar FKM UI. Beberapa contoh kota
kabupaten yang miskin tapi dengan peringkat kesehatan baik misalnya adalah Bitung
dan Sorong, sedangkan kota non-miskin namun bermasalah dalam kesehatan
contohnya adalah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. "Hal ini biasanya terjadi karena
kebanyakan kota kabupaten dengan tingkat perekonomian yang baik terlalu mengejar
sektor kuratif (pengobatan). Mereka lebih memikirkan membangun rumah sakit dan
dokter spesialis, tetapi tidak memikirkan hal-hal sederhana seperti usaha pencegahan
dan bidan-bidan yang lebih akrab dengan masyarakat," jelas Prof Pur lebih lanjut. Dari
440 kabupaten dan kota berdasarkan Riskesdas 2007, diperoleh peringkat masing-
masing kota dan kabupaten dengan tingkat kesehatan terbaik hingga terburuk. Kota
Magelang merupakan kota dengan peringkat paling tinggi atau kota paling sehat,
sedangkan Pengunungan Bintang merupakan kabupaten dengan indikator kesehatan
paling buruk di seluruh Indonesia.
Peringkat 10 teratas kota dan kabupaten dengan nilai indikator kesehatan paling tinggi
atau kota paling sehat:
1. Kota Magelang (Jateng)
2. Gianyar (Bali)
3. Kota Salatiga (Jateng)
3. Kota Salatiga (Jateng)
4. Kota Yogyakarta
5. Bantul (Yogyakarta)
6. Sukoharjo (Jateng)
7. Sleman (Yogyakarta)
8. Balikpapan (Kaltim)
9. Kota Denpasar (Bali)
10. Kota Madiun (Jatim)
Peringkat 10 terbawah kota dan kabupaten dengan nilai indikator kesehatan paling
buruk adalah:
1. Mappi (Papua)
2. Asmat (Papua)
3. Seram Bagian Timur (Maluku)
4. Yahukimo (Papua)
5. Nias Selatan (Sumut)
6. Paniai (Papua)
7. Manggarai (NTT)
8. Puncak Jaya (Papua)
9. Gayo Iues (Aceh)
10. Pegunungan Bintang (Papua)
Hygiene dan Sanitasi
Similar topics
» Hygiene dan Sanitasi
» cavemen and hygiene
» Hygiene of Elimination website
» The ABC's Of Vaginal Health
» PP No. 28 Tahun 2004 tentang KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN
Forum create | phpBB | Free forum support | Report an abuse | Free forums