Sanitasi dan hygiene

22
Sanitasi dan Hygiene pada budidaya rumput laut di desa Sumberkencono, kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi

Transcript of Sanitasi dan hygiene

Page 1: Sanitasi dan hygiene

Sanitasi dan Hygiene pada budidaya rumput laut di desa Sumberkencono, kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi

Page 2: Sanitasi dan hygiene

Disusun olehKELOMPOK III :

• Yuyun Maghfiroh 141211132029• Yustika 141211132033• M. Alif Zulfikar 141211132035• Yayuk Sugiarti 141211132045

• Dendy Wahyu Utomo 141211132083

• Dwi Astuti 141211132120• Randi C D P 141211132122• Anggun Nurani C 141211132124• Naufal Ammar 141211132126• Ainin Nadia 141211132130

Page 3: Sanitasi dan hygiene

Outline 1. Desain sanitasi 2. Personal hygiene 3. Bahan sanitiser4. Metode sampling5. Jenis hama dan kontaminan 6. Sop 7. Saran

Page 4: Sanitasi dan hygiene

Desain sanitasi A. Penentuan lokasi

Lokasi praktikum lapang budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii) ini berada di desa Sumberkencono, kecamatan Wongsorejo, kabupaten Banyuwangi

• Kelebihan -Jauh dari daerah industri

• Kekurangan -Dekat dengan pemukiman

-Banyak semak-semak dan pohon

-Banyak hama-Terdapat kandang ternak

Page 5: Sanitasi dan hygiene

Kecamatan wongsorejo

Kecamatan Wongsorejo

Lokasi budidaya rumput laut, desa Sumberkencono

Peta lokasi

Page 6: Sanitasi dan hygiene

• PembandingPertumbuhan penduduk pada umumnya diikuti dengan aktivitas manusia tentunya akan berdampak pada sanitasi lingkungan hidupnya. Di kawasan pesisir buangan sampah rumah tangga, dan sampah lainya yang bermuara ke laut menyebabkan kondisi tidak bersih lagi. Oleh karena itu untuk pemilihan lokasi budidaya sebaiknya hindari kondisi perairan yang kotor (Yulianto, 2004).

Page 7: Sanitasi dan hygiene

B. Desain konstruksi Desain konstruksi

Penanganan Pengeringan

Penyimpanan

Dinding - - Tidak memenuhi syarat •Menggunakan bata tanpa plester semen•Banyak gantungan

Lantai Tidak memenuhi syarat•Alas menggunakan terpal selebihnya kontak langsung dengan tanah

- Kurang memenuhi syarat•Sudah menggunakan plester semen•Terbentuk sudut mati antara dinding dengan lantai•Permukaan tidak rata

Langit-langit dan atap

- - Tidak memenuhi syarat •Menggunakan genteng asbes•Atap bercelah•Tidak ada plafon

Pintu - - Tidak memenuhi syarat •Tidak ada penutup•Tidak ada pencegahan masuknya hama

Ventilasi - - -

Page 8: Sanitasi dan hygiene

d

Pembanding

•Dinding harus halus dan rata dengan bahan nonabsorbent seperti kaca ubin, bata mengkilap, permukaan halus dengan plester semen, atau nonabsorbent lain yang tidak beracun (Marriott and Gravani, 2006)•Berwarna terang, tahan air dan bahan kimia serta tidak dianjurkan menempatkan sesuatu yang dapat menganggu operasi pembersihan (Winarno dan Surono, 2002)

Dinding

Lantai•Lantai yang baik untuk usaha adalah yang dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin, rata, dan kedap air. Selain itu sudut lantai dengan dinding melengkung 7,62 cm dari lantai agar memudahkan proses pembersihan (Depkes RI, 2011)

Page 9: Sanitasi dan hygiene

d

Langit langit dan atap•Konstruksi langit-langit yang didesain untuk mencegah penumpukan debu, pertumbuhan jamur, pengelupasan, bersarangnya hama, memperkecil terjadinya kondensasi, serta terbuat dari bahan yang aman, tahan lama dan mudah dibersihkan (BPOM RI ,2002)

Pintu•Bangunan dan konstruksi yang paling ideal untuk mencegah kontaminasi adalah ruangan yang mempunyai air belt atau pintu ganda, sehingga ruang tidak berkontak langsung dengan lingkungan luar. Ruangan sebaiknya mempunyai tekanan positif, sehingga aliran udara hanya dari dalam ruangan, dan tidak boleh sebaliknya (Winarno dan Surono, 2002).

Page 10: Sanitasi dan hygiene

C. Fasilitas lain• Letak kamar mandi terlalu dekat dengan lokasi

penanganan rumput laut dan sering kali pintu kamar mandi dibiarkan terbuka.

• Beberapa gunungan sampah ditemukan disekitar lokasi terutama didekat pantai tempat penanaman rumput laut.

PembandingGunungan sampah harus diangkut secara rutin maksimal 24 jam setelah berada ditempat penampungan dan diusahakan tempat penampungan jauh dari lokasi usaha dan mudah terjangkau oleh truk pengangkut sampah (Depkes RI ,2011)

Page 11: Sanitasi dan hygiene

Personal hygiene • Tidak menggunakan seragam khusus saat bekerja • Tidak ada fasilitas untuk mencuci tangan • Tidak menggunakan masker, sarung tangan , pentup

kepala saat bekerja

Pembanding:Kebiasaan pribadi para pekerja dan konsumen dalam mengelola bahan pangan dapat merupakan sumber yang penting dari pencemaran. Beberapa peristiwa dari keracunan bahan pangan diakibatkan oleh higiene yang buruk dari pengelola bahan pangan tersebut. Apabila memungkinkan pengelola bahan pangan harus memakai sarung tangan plastik yang telah steril. Luka-luka dan iritasi lainnya pada kulit harusditutup (Depkes RI, 2011).

Page 12: Sanitasi dan hygiene

Bahan sanitaiser

•Menghilangkan kotoran ( pasir dan lumpur )•Menghilangkan sumber penyakit •Menghilangkan lumut •Menghilangkan lendir dari bulu babi •Menghindarkan rumput laut dari hama saat penanaman

•Mencemari lingkungan • Kemungkinan mengkontaminasi produk akhir rumput laut

Keuntungan

Kerugian

Page 13: Sanitasi dan hygiene

Pembanding(+) Detergen mempunyai efesiensi pembersihan yang

baik, terutama jika digunakan dalam air sadah atau pada kondisi lainnya yang tidak menguntungkan bagi penggunaan sabun biasa. Keuntungan detergen dalam pemakaiannya karena alkil sulfonat dan sulfat dari kebanyakan logam larut dalam air dan tidak mengendap bersama ion logam dalam air sadah (Liong dan Asmawati, 2002)

(-) Deterjen dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan, tingkah laku, dan karakteristik morfologi berbagai organisme akuatik (Effendi, 2003 dalam Bountyfa dkk., 2012)Deterjen merupakan merupakan suatu bahan kimia yang sisa buangannya lebih tahan dan tidak berubah dalam berbagai media ( asam maupun alkali) sehingga tidak mudah terdegradasi di dalam sistim hydrological cycle. Kandungan detergen yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi, karena hampir semua detergen mengandung senyawa fosfat yang merupakan zat hara, sehingga merangsang pertumbuhan biota nabati perairan yang tidak diinginkan. Buih yang dihasilkan oleh detergen diperkirakan juga akan mempengaruhi difusi oksigen dari udara ke dalam air (Liong dan Asmawati, 2002)

Page 14: Sanitasi dan hygiene

Metode sampling • Metode RODAC (the Replicate

Organism Direct Agar Contact method) Merupakan metode menghitung jumlah mikroorganisme ,

metode RODAC dapat dilakukan untuk menguji sanitasi pada daerah yang permukaan rata , seperti lantai tempat penanganan , tempat penyimpanan dan alat-alat yang digunakan

• Metode swab Merupakan metode pengujian sanitasi yang dapat

digunakan pada permukaan yang rata , bergelombang , atau permukaan yang sulit dijangkau. Metode swab dapat digunakan pada tempat-tempat yang permukaannya tidak rata seperti ditempat penjemuran rumput laut , ditempat penyimpanan rumput laut , di tempat penarikan rumput laut .

Page 15: Sanitasi dan hygiene

Jenis hama dan kontaminasi

Kontaminasi KimiaDeterjen

Pada saat penggunaan deterjen untuk membersihkan rumput laut yang akan ditanam tidak dilakukan pembilasan sehingga akan beresiko menyebabkan pencemaran pada lingkungan perairan termasuk rumput laut itu sendiri

Page 16: Sanitasi dan hygiene

Kontaminasi Biologi Bakteri, virus, protozoa, kapang dan khamir

•Pengikatan yang terlalu keras dapat menyebabkan luka pada thallus rumput laut.. Luka tersebut kemudian akan memicu infeksi sekunder karena bakteri atau virus. Pertumbuhan bakteri atau virus kemudian akan menyebabkan thallus berwarna putih dan rapuh•Tidak adanya ventilasi pada ruang penyimpanan akan menyebabkan rumput laut dalam karung menjadi lembab sehingga akan tumbuh kapang dan khamir.•Protozoa dan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit dapat mengkontaminasi rumput laut yang langsung kontak dengan tanah, melalui saluran air yang tidak bersih, melalui tumpukan sampah dan aliran limbah, melalui vektor berupa lalat dan hama lain juga melalui feses ataukotoran dari hama yang berkeliaran disekitar lokasi

Page 17: Sanitasi dan hygiene

Protozoa penyebab penyakit (Said dan Marsidi, 2005)

Bakteri penyebab penyakit Disesuaikan dari Sobsey and Olson (1983) dikutip dalam (Said dan Marsidi, 2005)

Contoh dari bakteri yang berhasil diisolasi dari rumput laut yang terkena penyakit adalah Pseudomonas spp., Pseudoalteromonas gracilis, dan Vibrio spp. Bakteri Vibrio spp. Contohnya, apabila sampai termakan dapat menyebabkan infeksi pada usus bahkan menjadi penyebab dari penyakit kolera (Santoso dan Nugraha, 2008)

Page 18: Sanitasi dan hygiene

Kontaminasi Fisik

Tanah, lumpur, debu dan kotoran yang berasal dari pekerja

•Kotoran atau tumpukan dari debu yang tidak dibersihkan secara maksimal, menempel pada rumput laut yang sudah dikeringkan sehingga akan mengurangi estetika produk akhir bahkan dapat menyebabkan foodborne illness apabila terkonsumsi.•Benda lain juga ditemukan pada rumput laut yang baru saja didaratkan yaitu sampah plastik. Sampah tersebut diduga berasal dari tumpukan sampah yang ada disekitar pantai yang kemudian terbawa oleh ombak

Page 19: Sanitasi dan hygiene

HamaSapi, Ayam, kucing, serangga, tikus, lalat, ulat

dan ikan

•Feses atau kotoran ternak (sapi dan ayam), kucing dan tikus mengandung berbagai macam mikroorganisme penyebab penyakit. Hewan tersebut dapat berperan sebagai vektor dari bakteri atau virus.•Serangga seperti lalat dapat berperan sebagai vektor pembawa penyakit. Serangga dan lalat umunya muncul dari daerah yang sanitasinya buruk seperti kamar mandi yang kotor dan tumpukan sampah.•Gigitan Ikan dan penyu serta lendir bulu babi pada rumput laut menyebabkan infeksi sehingga rumput laut terkena penyakit yang ditandai oleh warna putih dan tekstur yang rapuh•Tumbuhan epifit seperti lumut dapat menganggu fotosintesis pada rumput laut

Page 20: Sanitasi dan hygiene

SOP

• Penentuan lokasi sudah mengikuti standar • Pemilihan bibit juga sudah cukup sesuai• Proses pencucian tidak memenuhi SOP karena pekerja

menggunakan deterjen yang akan mencemari lingkungan perairan.

• Untuk teknik budidaya, pembersihan terhadap kotoran yang melekat pada thallus sudah dilakukan secara rutin yaitu dengan cara digoyang di dalam air sampai kotoran lepas

• .Penyimpanan rumput laut kering belum memenuhi standar karena ruang penyimpanan tidak memenuhi syarat kostruksi bangunan dengan sanitasi yang baik. Pada ruang penyimpanan tidak ditemukan pintu, tidak adanya ventilasi, atap dan dinding yang tidak sesuai standar. Tumpukan rumput laut kering dibiarkan begitu saja di lantai tanpa alas dan tidak menerapkan prinsip FIFO.

Budidaya rumput laut yang berada di desa Sumberkencono ini tidak memiliki SOP secara tertulis namun dapat dilihat sudah ada beberapa kegiatan yang sesuai dengan standar budidaya rumput laut yang telah ditetapkan, yaitu:

Page 21: Sanitasi dan hygiene

Saran• Perbaikan desain sanitasi yaitu dengan

mengganganti jenis atap dengan jenis yang lebih ramah lingkungan dan aman, kemudian penggunaan plester semen pada dinding serta pemasangan pintu pada ruang penyimpanan.

• Untuk penanggulangan hama dapat dipasang berbagai perangkap dan pemasangan kasa disetiap lubang seperti pada ventilasi dan lubang kamar mandi.

• Sebaiknya dibuat SOP tertulis agar para pekerja dapat menerapkan praktik sanitasi dan hygiene secara maksimal sehingga resiko kontaminasi dan hama dapat diminimalisir dan kualitas rumput laut dapat tingkatkan.

• Untuk bahan sanitizer sebaiknya tidak digunakan deterjen, kotoran seperti lumpur dan garam yang ada pada rumput laut cukup dicuci dengan air laut.

Page 22: Sanitasi dan hygiene

Referensi

Bountyfa, M., Alamsjah, A., & Subekti, S. (2012). Pengaruh Medium yang Tercemar Deterjen Terhadap Pertumbuhan, Kandungan Alginat dan Klorofil Sargassum Sp. Journal Of Marine And Coastal Science, 1(1), 13-21.

BPOM (2002). Panduan Pengolahan Pangan Yang Baik Bagi Industri Rumah Tangga. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Direktotat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan.

Depkes RI.(2011). Permenkes RI Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta.

Liong, S., & Asmawati, A. (2002). Analisis Residu Detergen Anionik Alkil Sulfonat Linear (Asl) disekitar Perairan Pantai Losari Makassar Sulawesi Selatan. Marina Chimica Acta, 2(1),15-17

Marriott, N. G., & Gravani, R. B. (2006). Principles of food sanitation. Springer.

Winarno, F.G dan Surono. (2002). Cara Pengolahan Pangan yang Baik. M Biro Press. Bogor

Yulianto. (2003). Fenomena Faktor Pengontrol Penyebab Kerugian Pada Budidaya Karaginofit Di Indonesia. Oseana. 29(2), 17 - 23