HUMANIORA SENIN, 14 MEI 2018 23 Stunting tak...

1
*) Surat Perubahan Komposisi Pemegang Saham : SR-7/PB.332/2018 tanggal 15 Maret 2018.

Transcript of HUMANIORA SENIN, 14 MEI 2018 23 Stunting tak...

UPAYA pengurangan dan pengelolaan sampah plastik tidak hanya menjadi tugas pemerintah. Peran berbagai pihak, termasuk swasta, juga sangat diperlukan.

Sebagai bagian dari upaya itu, Danone-Aqua, Alfama-rt, Telkomsel, dan Smash meluncurkan Smart Drop Box (SDB). SDB merupakan tempat sampah pintar yang dilengkapi sistem pemindai barcode botol plastik dan ter-hubung dengan Mysmash, yaitu aplikasi yang mem-bantu pengguna SDB untuk mencatatkan sampah botol yang dikumpulkan dan men-dapatkan imbalan poin yang dapat digunakan sebagai pembayaran daring.

“Sebelumnya pengguna SDB harus mengunduh ap-likasi pada telepon pintar lalu memindai barcode pada botol plastik yang akan dibuang. Setelah sampah botol plastik ini dimasuk-kan ke SDB, akan diberikan imbalan dalam bentuk poin T-Cash,” ujar Vice President General Secretary Danone Indonesia, Vera Galuh Sugi-janto, pada peluncuran SDB di Jakarta, kemarin.

Vera menambahkan, 80 SDB akan ditempatkan di ge-rai Alfamart wilayah Jakarta dan Tangerang sepanjang tahun ini. Sebagai penge-nalan awal, pihaknya akan

menyebar 30 SDB di sekitar venue pertandingan Asian Games di Jakarta.

“Kami berharap dengan adanya SDB, masyarakat menjadi termotivasi untuk melakukan pengumpulan dan pemilahan sampah plas-tiknya,” imbuhnya.

Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Jen-deral Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kemente-rian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Novrizal Tahar, mengatakan pengem-bangan SDB merupakan best practice yang patut direplika-si oleh perusahaanlainnya.

“Keberhasilan program itu nantinya menjadi model pengurangan sampah oleh produsen melalui meka-nisme penarikan kembali kemasan.” (Sru/H-2)

ENI [email protected]

KA M PA N Y E p e n -KKcegahan KK stuntingpada anak selama KKini lebih ditekankan KK

pada aspek pemenuhan gizi anak, mulai masa kehamilan hingga usia dua tahun atau yang dikenal sebagai 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Namun, sejatinya jendela untuk intervensi gizi tidaklah tertutup setelah 1.000 HPK.

“Pendapat bahwa masa 1.000 HPK ialah masa ter-penting dalam pertumbuhan anak memang tepat dan didasarkan atas evidens dan argumen yang kuat, tetapi beberapa analisis dan pub-likasi ilmiah mutakhir me-nunjukkan bahwa jendela untuk intervensi gizi tidaklah tertutup pada 1.000 HPK,” ujar Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kese-hatan Masyarakat Universi-tas Indonesia (PKGK-FKMUI), Ahmad Syafi q, pada seminar bertajuk Opportunities Be-yond 1.000 Days yang digelar PKGK-FKMUI dan Japfa Foun-dation, di Kampus UI, Depok, pekan lalu.

Ia menjelaskan, anak-anak yang telanjur stunting di usia dua tahun masih bisa menge-jar tumbuh kembang dengan intervensi gizi dan stimulasi otak yang baik.

“Meski hasilnya mungkin sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan anak yang tidak pernah stunting, ggintervensi itu penting dilaku-kan agar tumbuh kembang si anak tidak semakin terting-gal,” katanya.

Berdasarkan kajian ilmiah, lanjutnya, disarankan untuk

memperpanjang masa in-tervensi gizi dari 1.000 HPK menjadi 8.000 HPK dengan manambahkan fase-fase ke-hidupan berikutnya setelah 1.000 HPK, yaitu fase usia anak pertengahan, usia 5-9 tahun, yang merupakan fase pertumbuhan dan konsoli-dasi, fase lonjakan pertum-buhan remaja, 10-14 tahun, serta fase pertumbuhan, dan konsolidasi remaja di usia 15-19 tahun.

“Masa remaja khususnya beberapa tahun sebelum pubertas dapat menjadi pe-luang intervensi untuk pro-mosi pertumbuhan. Jadi, fase-fase itu jangan sampai terlewatkan, terlebih bagi anak yang ‘telanjur’ stuntingdi awal usianya. Manfaatkan fase-fase itu dengan pem-berian gizi yang baik dan stimulasi yang tepat.”

Makanan bervariasiPakar gizi dari Persatuan

Ahli Gizi Indonesia Marudut menganjurkan para ibu un-tuk tidak segan memasak berbagai bahan makanan yang bervariasi setiap hari-nya demi memastikan asup-an gizi anak tercukupi.

Stunting (tinggi badan menurut umur di bawah standar) merupakan masa-lah gizi paling berat yang dialami oleh Indonesia dan banyak negara berkembang lainnya. Secara nasional, lebih dari sepertiga (37,2%) anak balita di Indonesia mengalami stunting.

Stunting disebabkan oleh gkekurangan gizi kronis yang juga berdampak pada kurang optimalnya perkembangan otak yang berdampak pada berkurangnya tingkat kecer-dasan anak. (H-5)

SENIN, 14 MEI 2018HUMANIORA 23

SDB, Tempat Sampah Pintar

Cegah Stunting tak Sebatas Dua TahunMeski sudah melewati usia dua tahun, anak yang telanjur stunting tetap bisa mengejar tumbuh kembang, yakni dengan pemberian gizi dan stimulasi otak yang tepat.

DOK TWITTER

Novrizal TaharDirektur PSLB3 KLHK

*) Surat Perubahan Komposisi Pemegang Saham : SR-7/PB.332/2018 tanggal 15 Maret 2018.

pusdok
Typewritten Text
14 Mei 2018, Media Indonesia | Hal. 23