PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada...

19
PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA ANAK BALITA STUNTING DAN NON STUNTING DI KELURAHAN PANULARAN KOTA SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : Artia Happy Aprilitasari J310 1300 50 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Transcript of PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada...

Page 1: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA

ANAK BALITA STUNTING DAN NON STUNTING DI KELURAHAN

PANULARAN KOTA SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu

Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

Artia Happy Aprilitasari

J310 1300 50

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

i

Page 3: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

ii

Page 4: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 9 Agustus 2017

Penulis

ARTIA HAPPY APRILITASARI

J310 1300 50

Page 5: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

1

PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA ANAK

BALITA STUNTING DAN NON STUNTING DI KELURAHAN PANULARAN

KOTA SURAKARTA

Abstrak

Gangguan pertumbuhan balita disebabkan adanya gangguan dalam

kandungan, kurang zat gizi mikronutrien, asupan energi yang kurang dan penyakit

infeksi yang menyebabkan terjadinya stunting pada usia balita.. Hasil studi

pendahuluan yang dilakukan di Kota Surakarta prevalensi stunting tertinggi berada di

wilayah kerja Puskesmas Penumping. Berdasarkan data hasil penimbangan pada

bulan Februari 2016 prevalensi tertinggi berada di Kelurahan Panularan dengan

jumlah anak balita usia 12-36 bulan sangat pendek sebanyak 22 (12,71%) balita dan

anak balita pendek sebanyak 29 (16,76%) balita. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui perbedaan asupan zinc (Zn) dan Kalsium (Ca) antara anak balita

stunting dan non stunting di Kelurahan Panularan Kota Surakarta. Hasil penelitian

kuantitatif ini menggunakan pendekatan cross-sectional dengan jumlah responden 71

anak balita diperoleh dengan cara teknik simple random sampling. Data asupan

makanan diperoleh dari hasil wawancara recall konsumsi 24 jam selama tiga hari

tidak berturut-turut dan data status gizi (TB/U) diperoleh dari pengukuran tinggi

badan (TB) menggunakan microtoice. Analisis data menggunakan uji Mann-Whitney

U. Dari hasil penelitian diketahui asupan zinc balita stunting dan non stunting rata-

rata 181,43±197,92 dan asupan kalsium rata-rata 136,52±193,90. Menurut hasil

analisis bivariat, tidak ada perbedaan asupan zinc (Zn) antara anak balita stunting dan

non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak

balita stunting dan non stunting (p=0,058).

Kata Kunci: Anak balita, mikronutrien, stunting

Abstract

Impaired growth of toddlers caused by the distruptions during pregnancy, lack

of micronutrients, less energy intake and infectious diseases that cause the occurrence

of stunting at toddlers. Preliminary study was conducted in the city of Surakarta result

the highest stunting prevalence in the work area of Puskesmas Penumping. Based on

data of weighing in February 2016, the highest prevalence was in Kelurahan

Panularan with very short children aged 12-36 months was 22 (12.71%) toddlers and

short toddlers was 29 (16.76%). The purpose of this research is to know the

difference of zinc (Zn) and calcium (Ca) intake between stunting and non stunting

toodlers at Panularan Surakarta. The results of this quantitative study using cross-

sectional approach with the number of seventy one subject were obtained by simple

random sampling technique. Data of intake food obtained through 24 hours recall foe

3 non-consecutive days and height measured (TB/U) using microtoice. Data analysis

Page 6: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

2

using Mann- Whitney U. From the result of research known that zinc toddler stunting

and non stunting averaging 181,43 ± 197,92 and calcium intake average 136,52 ±

193,90. According to the results of bivariate analysis, there was no difference in zinc

intake between toodlers stunting and non stunting (p = 0,223) and there was no

difference in calcium intake between toddlers stunting and non stunting (p = 0,058).

Keyword: micronutrient, stunting, toddlers

1. PENDAHULUAN

Salah satu hak anak yang berhubungan dengan pertumbuhan dan

perkembangan yaitu dengan mendapatkan gizi yang baik sebagai penentu kualitas

sumber daya manusia (WHO, 2010). Kekurangan gizi pada masa kanak-kanak

selalu dihubungkan dengan kekurangan vitamin dan mineral, yang spesifik yang

berhubungan dengan mikronutrien tertentu (Nasution, 2004). Menurut Almatsier

(2009) menyatakan bahwa kekurangan gizi berhubungan erat dengan lambatnya

pertumbuhan tubuh (terutama pada anak-anak), daya tahan tubuh yang rendah,

kurangnya kecerdasan, dan produktivitas yang rendah.

Stunting atau terhambatnya pertumbuhan tubuh merupakan salah satu bentuk

kekurangan gizi yang ditandai tinggi badan menurut usia (Tb/U) dibawah standar

deviasi (< -2 SD) (WHO, 2005). Terdapat banyak faktor risiko terjadinya stunting

seperti panjang badan lahir, asupan makanan, penyakit dan infeksi, genetik, dan

faktor sosial ekonomi keluarga. (Kusuma, 2013). Kejadian stunting pada anak-

anak disebabkan beberapa faktor yang kompleks dibandingkan pada orang dewasa,

terutama terdapat masalah adanya defisiensi mikronutrien (Gibson, 2005).

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) prevalensi stunting di Indonesia

pendek secara nasional tahun 2013 adalah 37,2% (terdiri dari 18% sangat pendek

dan 19,2% pendek), yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010

(35,6%) dan 2007 (36,8%). Prevalensi stunting di Jawa Tengah sebesar 33,9%.

Berdasarkan hasil survei penimbangan serentak yang dilakukan oleh Dinas

Page 7: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

3

Kesehatan Kota Surakarta prevalensi stunting tahun 2015 di kota Surakarta adalah

12,7%. Prevalensi tertinggi terdapat di Puskesmas Penumping yaitu 16,69%,

Puskesmas Gilingan 16,7%, dan Puskesmas Stabelan 12,93%.

Defisiensi asupan makanan zat gizi mikro maupun makro pada anak usia 1-3

tahun dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak

yang disebut dengan “golden age” (Depkes RI, 2009). Menurut Bahmat dkk,

(2012) Kurangnya asupan zat gizi makro dan zat gizi mikro seperti zinc dan

kalsium tidak sesuai dengan kebutuhan dapat menyebabkan terjadinya stunting.

Penelitian yang dilakukan Hidayati, dkk (2010) menunjukkan bahwa

kekurangan zinc memiliki risiko 2,67 lebih besar terhadap kejadian stunting. Hal

ini diperkuat dengan hasil penelitian Agustina, dkk (2014) menyatakan bahwa ada

hubungan antara asupan zinc dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59

bulan di wilayah kerja Puskesmas Sosial Palembang. Penelitian di Bogor pada

balita usia 6-12 bulan menyatakan gangguan pertumbuhan dapat disebabkan

karena defisiensi tunggal atau gabungan zat gizi mikro seperti zinc dan kalsium.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Mikhail, dkk (2013) bahwa kekurangan

asupan mikronutrien seperti kalsium, zink, magnesium, dan vitamin A dapat

menghambat pertumbuhan sehingga menyebabkan terjadinya stunting pada anak

usia 0-4 tahun di Mesir.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Kota Surakarta didapatkan hasil

prevalensi kejadian stunting tertinggi berada di wilayah kerja Puskesmas

Penumping. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penimbangan yang

dilakukan oleh Puskesmas Penumping pada bulan Februari 2016 prevalensi

tertinggi dari 4 kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Penumping berada

di Kelurahan Panularan dengan jumlah anak balita usia 12-36 bulan sangat pendek

sebanyak 22 balita atau 12,71% dan anak balita pendek sebanyak 29 balita atau

16,76%.

Page 8: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

4

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

sectional. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan survei pendahuluan dan penelitian

dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2016.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita usia 12-36 bulan yang

bertempat tinggal di Kelurahan Panularan Kecamatan Laweyan Surakarta. Kriteria

inklusi yaitu anak balita usia 12-36 bulan di Kelurahan Panularan, ibu balita yang

dapat berkomunikasi dengan baik, membaca, dan melihat, anak balita dalam

keadaan sehat, bertempat tinggal menetap bersama orang tuanya, dan bersedia

menjadi responden sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian adalah balita sakit

atau tidak dating ke lokasi, balita yang pindah rumah ketika pengambilan data

belum selesai, dan ibu balita yang mengundurkan diri. Cara pengambilan sampel

secara simple random sampling, sehingga didapatkan total sebanyak 71 anak balita

yang terdiri dari 35 anak balita stunting dan 36 anak balita non stunting.

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

data identitas responden yang diperoleh melalui pengisian angket oleh responden,

data antropometri yang meliputi pengukuran TB menggunakan microtoice sesuai

dengan prosedur yang benar dan pengukuran BB menggunakan timbangan sesuai

dengan prosedur yang benar. Data asupan zinc (Zn) dan kalsium (Ca) diperoleh

melalui recall 24 jam selama tiga hari tidak berturut-turut dengan cara wawancara

(face to face) dengan ibu balita untuk menulis recall 24 jam yang lalu dan

wawancara dengan memberikan pertanyaan kepada ibu balita dan membantu

untuk mengingat makan makanan yang dikonsumsi 24 jam yang lalu. Alat yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu microtoice, food model, dan food picture

sedangkan instrumen yang digunakan yaitu formulir karakteristik responden,

formulir recall konsumsi 24 jam, food model, dan food picture.

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan program

aplikasi SPSS versi 16. Penelitian ini dilakukan uji kenormalan data terlebih

dahulu menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test karena jumlah

Page 9: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

5

sampel ≥ 30 sampel. Pada penelitian ini data asupan zinc (Zn) dan kalsium (Ca) di

uji menggunakan uji Mann-Whitney U karena data tidak berdistribusi normal.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum

Kelurahan Panularan merupakan salah satu Kelurahan yang ada di

Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah. Jumlah

penduduk di Kelurahan Panularan pada Bulan Oktober 2016 sebanyak 9.473

jiwa, terdiri dari laki-laki 4.656 jiwa dan perempuan 4.817 jiwa. Jumlah

Kepala Keluarga di Kelurahan Panularan Sebanyak 2.885 Kepala Keluarga.

jumlah penduduk tertinggi pada usia 30-39 tahun dan jumlah

penduduk terendah pada usia 0-4 tahun. Hal ini menunjukan bahwa di

Kelurahan Panularan terdapat banyak penduduk dengan usia produktif.

3.2. Deskripsi Subjek Penelitian Menurut Umur

Umur responden dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu 12-19, 20-

29, dan 30-36 bulan. Distribusi subjek penelitian menurut umur dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Subjek Penelitian Menurut Umur

Umur (Bulan) Stunting Non Stunting

n % n %

12-19 12 34,3 11 30,6

20-29 17 48,6 19 52,8

30-36 6 17,1 6 16,7

Jumlah 35 100 36 100

Berdasarkan Tabel 1 menunjukan bahwa distribusi menurut umur

balita yang stunting maupun non stunting paling banyak adalah umur 20-29

bulan. Pada umur tersebut terdapat 17 (48,6%) balita stunting dan 19 (52,8%)

balita Non stunting. Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak balita

dibutuhkan asupan zat gizi yang cukup agar proses pertumbuhan dan

perkembangan anak balita dapat berjalan dengan baik. Anak balita yang

mendapatkan zat gizi yang seimbang akan mencapai pertumbuhan dan

perkembangan yang baik sesuai dengan usianya sedangkan anak balita yang

Page 10: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

6

tidak mendapatkan zat gizi yang seimbang pertumbuhan dan perkembanganya

cenderung akan lambat (Octasari, 2007).

3.3. Distribusi Subjek Penelitian Menurut Jenis Kelamin

Subjek pada penelitian ini yaitu balita usia 12-36 bulan di Kelurahan

Panularan baik laki-laki maupun perempuan. Distribusi subjek penelitian

menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Stunting Non Stunting

n % n %

Laki-laki 21 60 16 44,4

Perempuan 14 40 20 55,6

Jumlah 35 100 36 100

Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa distribusi subjek penelitian

menurut jenis kelamin jumlah balita yang stunting paling banyak berjenis

kelamin laki-laki yaitu 21 (60%) balita sedangkan jumlah balita yang non

stunting paling banyak berjenis kelamin perempuan yaitu 20 (55,6%).

Pertumbuhan dan perkembangan anak perempuan memiliki kemajuan yang

lebih signifikan dibandingkan dengan anak laki-laki. Kemajuan tersebut ada

sejak dari periode kelahiran hingga periode pubertas berakhir (Marmi dan

Rahardjo, 2012).

3.4. Distribusi Status Gizi Anak Balita

Penilaian status gizi dalam penelitian ini menggunakam indeks TB/U.

Status gizi anak balita dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Status Gizi Anak Balita Status Gizi Balita n %

Stunting 35 49,3

Non stunting 36 50,7

Jumlah 71 100

Berdasarkan Tabel 3 status gizi anak balita yang stunting sebanyak 35

(49,3%) anak balita dan 36 (50,7%) anak balita non stunting. Jumlah balita

Page 11: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

7

yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan hasil perhitungan

menggunakan rumus Lameshow.

3.5 Distribusi Tingkat Konsumsi Zinc (Zn)

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan melakukan recall 24 jam

selama tiga hari tidak berturut-turut terhadap 35 anak balita stunting dan 36

anak balita non stunting distribusi tingkat konsumsi Zinc dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Tingkat Konsumsi Zinc (Zn)

Tingkat Konsumsi

Zinc (Zn)

Stunting Non Stunting

n % n %

Defisit 4 11,4 4 11,1

Kurang 2 5,7 0 0

Ringan 4 11,4 5 13,9

Normal 9 25,7 4 11,1

Lebih 16 45,7 23 63,9

Jumlah 35 100 36 100

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi zinc dalam

kategori defisit dan kurang pada anak balita stunting yaitu 6 (17,1%) anak

balita sedangkan pada anak balita non stunting yaitu 4 (11,1%) anak balita.

Tingkat konsumsi zinc (Zn) dalam kategori lebih pada anak balita stunting

yaitu 16 (45,7%) balita sedangkan pada anak balita non stunting yaitu 23

(63,9%) balita.

Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG), kebutuhan asupan zinc

pada anak balita usia 12-36 bulan adalah 4 mg/hari. Tingkat asupan zinc yang

kurang maupun defisit pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan

makanan yang mengandung zinc (Mardewi,2014). Menurut Brown (2005)

sumber makanan yang mengandung zinc meliputi tiram, kepiting, lobster,

udang, ikan baronang, ikan cakalang, ikan gabus, daging sapi, daging ayam,

hati ayam, telur ayam, kentang, jamur, dan labu kuning.

Page 12: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

8

Berdasarkan hasil recall konsumsi 24 jam yang dilakukan selama tiga

hari tidak berturut-turut, asupan makan anak balita stunting dan non stunting

yang mengandung sumber zinc berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari

asupan lauk hewani, lauk nabati, dan susu yang dikonsumsi.

3.6. Distribusi Tingkat Konsumsi Kalsium (Ca)

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan melakukan recall

konsumsi 24 jam selama tiga hari tidak berturut-turut terhadap 35 anak balita

stunting dan 36 balita non stunting terhadap distribusi tingkat konsumsi

kalsium dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Tingkat Konsumsi Kalsium (Ca) Tingkat

Konsumsi

Kalsium (Ca)

Stunting Non Stunting

n % n %

Defisit 18 51,4 9 25

Kurang 1 2,9 1 2,8

Ringan 1 2,9 1 2,8

Normal 4 11,4 6 16,7

Lebih 11 31,4 19 52,8

Jumlah 35 100 36 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi kalsium

(Ca) dalam kategori defisit dan kurang pada anak balita stunting yaitu 19

(54,3%) balita sedangkan pada anak balita non stunting yaitu 10 (27,8%)

balita. Tingkat konsumsi kalsium (Ca) dalam kategori lebih pada anak balita

stunting yaitu 11 (31,4%) balita sedangkan pada anak balita non stunting yaitu

19 (52,8%) balita.

Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG), kebutuhan kalsium untuk

anak balita usia 12-36 bulan adalah 650 mg/hari. Sumber kalsium terbagi

menjadi dua, yaitu sumber hewani dan sumber nabati. Sumber hewani antara

lain pada ikan, udang, susu, dan produk olahan susu (Shita, 2010). Sumber

makanan yang mengandung nabati terdapat pada sayuran hijau seperti sawi,

bayam, brokoli, dan daun pepaya (Kartono, 2004).

Page 13: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

9

Berdasarkan hasil recall konsumsi 24 jam yang dilakukan selama tiga

hari tidak berturut-turut, sumber asupan makanan yang mengandung kalsium

yang dikonsumsi oleh anak balita stunting dan non stunting terdapat

perbedaan. Hal ini dibuktikan dari hasil persentase asupan kalsium anak balita

non stunting dalam kategori defisit dan kurang yaitu 52,8% sedangkan anak

balita non stunting dalam kategori lebih yaitu 52,8%.

Apabila asupan makanan yang mengandung kalsium kurang maka

kebutuhan kalsium anak balita dalam sehari tidak mencukupi sehingga

terjadinya defisiensi. Penyebab rendahnya konsumsi kalsium dikarenakan

rendahnya pengetahuan tentang pentingnya kalsium bagi tubuh dan jenis

sumber makanan yang mengandung kalsium (Miekawati dkk, 2012).

3.7. Analisis Bivariat

3.7.1. Perbedaan Asupan Zinc antara Anak Balita Stunting dan Non

Stunting

Pengujian perbedaan asupan zinc (Zn) antara anak balita

stunting dan non stunting menggunakan uji kenormalan data

kolmogorov-Smirnov diperoleh data tidak berdistribusi normal

(p=0,003), maka analisis dilanjutkan menggunakan uji Mann-Whitney

U (p=0,000) Ho ditolak. Perbedaan asupan zinc antara anak balita

stunting dan non stunting dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil Analisis Perbedaan Asupan Zinc (Zn) antara Anak

Balita Stunting dan Non Stunting Persen Asupan

Zinc (%)

Status gizi Sig p

Stunting Non Stunting

Nilai Minimal 35 50

0,223* Nilai Maksimal 1460 617,00

SD 238,470 150,108

Rata-rata 181,17 197,67

*) p value hasil uji Mann-Whitney

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan rata-rata

asupan zinc pada anak balita usia 12-36 bulan yang stunting yaitu

Page 14: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

10

181,43% dan anak balita yang non stunting yaitu 197,92%. Menurut

Supariasa, dkk (2014) angka kecukupan gizi (AKG) asupan zinc anak

balita stunting dan non stunting masuk dalam kategori lebih yaitu

≥120%.

Hasil uji beda Mann-Whitney U dalam penelitian ini

diperoleh nilai signifikan (p=0,223) yaitu Ho diterima yang berarti

tidak ada perbedaan asupan zinc antara anak balita stunting dan non

stunting. Dalam proses pertumbuhan, zinc (Zn) berperan dalam sintesis

protein yang dibutuhkan untuk pembentukan jaringan baru,

pertumbuhan, dan perbaikan tulang yang normal. Pemberian

suplementasi zinc (Zn) pada anak memberi efek yang positif pada

pertumbuhan (Agustian, 2009). Zinc berhubungan dengan hormon-

hormon penting yang terlibat dalam pertumbuhan tulang seperti

somatomedin-c, osteocalcin, testosterone, hormone tiroid dan insulin.

Zinc juga berfungsi memperlancar efek vitamin D terhadap

metabolisme tulang dengan stimulasi sintesis DNA di sel-sel tulang,

sehingga zinc erat kaitanya dengan metabolisme tulang dan sangat

penting dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan (Anindita,

2012).

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Taufiqurrahman, dkk (2009) pada 360 anak balita usia 6-59 bulan

di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menyatakan bahwa tidak ada

perbedaan yang bermakna antara asupan zinc balita yang stunting dan

normal. Penelitian lain yang dilakukan Mardewi (2015) menggunakan

uji Chi Square menunjukan bahwa adanya pengaruh konsumsi mineral

zinc pada anak PAUD yang stunted dengan yang tidak stunted di

Denpasar dengan nilai (p< 0,05).

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Anindita

(2012) pada 33 balita usia 6-35 bulan di Kecamatan Tembalang Kota

Page 15: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

11

Semarang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan

antara asupan zinc dan stunting pada anak usia 3-35 bulan.

Menurut WHO (2004) defisiensi zinc (Zn) merupakan salah

satu dari 10 penyebab kematian pada anak-anak di Negara berkembang

dan intervensi zinc mampu mengurangi 63% jumlah kematian pada

anak dan defisiensi zinc dapat menyebabkan 40% anak menjadi

malnutrisi, salah satunya yaitu stunted.

3.7.2. Perbedaan Asupan Kalsium dengan Kejadian Stunting dan Non

Stunting Pada Anak Balita Usia 12-36 Bulan

Pengujian perbedaan asupan kalsium antara anak balita

stunting dan non stunting menggunakan uji kenormalan data

kolmogorov-Smirnov diperoleh data tidak berdistribusi normal

(p=0,006), maka analisis dilanjutkan menggunakan uji Mann-Whitney

U (p=0,000) Ho ditolak. Perbedaan asupan kalsium antara anak balita

stunting dan non stunting dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Analisis Perbedaan Asupan Kalsium antara Anak Balita

Stunting dan Non Stunting Persen Asupan

Kalsium (%)

Status gizi Sig p

Stunting Non Stunting

Nilai Minimal 7,61 10,90

0,058* Nilai Maksimal 853,56 771,72

SD 168,071 188,774

Rata-rata 136,52 193,90

*) p value hasil uji Mann-Whitney

Kalsium merupakan salah satu zat gizi esensial yang

dibutuhkan untuk berbagai fungsi tubuh (Gobinathan et al, 2009).

Salah satu fungsi kalsium bagi tubuh adalah sebagai zat gizi untuk

tumbuh, menunjang perkembangan fungsi motorik agar lebih optimal

dan berkembang dengan baik (Nieves, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan rata-rata

asupan kalsium pada anak balita usia 12-36 bulan yang stunting yaitu

Page 16: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

12

136,52% dan anak balita non stunting yaitu 197,90%. Jika

dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) asupan anak

balita stunting maupun non stunting masuk dalam kategori lebih yaitu

≥120%. Meskipun asupan kalsium antara anak balita stunting dan non

stunting masuk dalam kategori lebih tetapi rata-rata asupan kalsium

anak balita non stunting lebih tinggi dibandingkan dengan anak balita

stunting. Hal ini menunjukan bahwa adanya kecenderungan perbedaan

asupan kalsium antara anak balita stunting dan non stunting walaupun

hasilnya tidak signifikan.

Hasil uji beda Mann-Whitney U dalam penelitian ini

diperoleh nilai signifikan (p=0,058) yaitu Ho diterima yang berarti

tidak ada perbedaan asupan kalsium antara anak balita stunting dan

non stunting. Tidak adanya perbedaan disebabkan beberapa faktor

antara lain pemilihan bahan makanan yang mengandung tinggi

kalsium, cara pengolahan makanan yang dapat mempengaruhi

kandungan kalsium dalam makanan, dan zat anti gizi. Zat anti gizi

adalah suatu zat atau senyawa yang dapat menghambat penyerapan zat

gizi. Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahan susu, serelia,

kacang-kacangan, tahu, tempe, dan sayuran hijau merupakan sumber

kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan tersebut mengandung

banyak zat yang dapat menghambat penyerapan kalsium seperti serat,

fitat, dan oksalat (Sari dkk, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian oleh Rahmawati, dkk (2017)

menunjukan asupan kalsium pada kategori stunting memiliki rata-rata

284,20 dan non stunting 371,59. Tingkat kecukupan kalsium pada

kategori stunting memiliki rata-rata 23,35 dan non stunting 15,50.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari,

dkk (2010) menunukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

Page 17: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

13

antara asupan kalsium dengan status gizi (Tb/U) stunting dan normal

pada anak 7-12 tahun.

Asupan kalsium pada masa balita sangat dibutuhkan dalam

masa pertumbuhannya. Kurangnya asupan kalsium pada anak-anak

dapat mengakibatkan terjadinya fraktura tulang sehingga anak tidak

dapat tumbuh secara optimal (Goulding dkk, 2004).

4. KESIMPULAN

4.1. Persentase distribusi asupan zinc (Zn) anak balita stunting dalam kategori

defisit dan kurang yaitu 6 (17,1%) anak balita dan pada anak balita non

stunting yaitu 4 (11,1%) anak balita

4.2. Persentase distribusi asupan kalsium (Ca) anak balita stunting dalam kategori

defisit dan kurang yaitu 19 (54,3%) anak balita dan pada anak balita non

stunting yaitu 10 (27,8%) anak balita

4.3. Tidak ada perbedaan asupan zinc (Zn) antara anak balita stunting dan non

stunting

4.4. Tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non

stunting

5. DAFTAR PUSTAKA

Agustian L, Sembiring T dan Arianai A. 2009. Peran Zinkum Terhadap

Pertumbuhan Anak. SP. Vol (11): 4-9

Agustina, A. 2015. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita (24-59

Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Sosial Palembang Tahun 2014.

Palembang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Anindita, P. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga,

Kecukupan Protein dan Zinc dengan Stunting (Pendek) Pada Balita Usia 6-35

Bulan di Kecamatan Tembalang Kota Sematang. Jurnal Kesehatan

Masayarakat. Vol: 1 (2)

Bahmat, DO, Bahar, H., Jus’at, I. 2010. Hubungan Asupan Seng, Vitamin A, Zat

Besi Dan Kejadian Pada Balita (24-59 Bulan) Dan Kejadian Stunting Di

Page 18: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

14

Kepulauan Nusa Tenggara (Riskesdas 2010). Nusa Tenggara: Departement of

Nutrition Faculty of Healthy Science Esa Unggul University

Brown, KH., Peerson JM., Rivera J., Allen LH. 2002. Effect Of Supplemental

Zinc On The Growth and Serum Zinc Concentrations Of Prepubertal

Children: A Metal-analysis Of Randomized Controlled Trials. Am J Clin

Nutr. 75:1062-71

Departemen Kesehatan RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes RI

Gibson, R. S. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford

University Press Inc, New York

Gobinathan P, Murali PV, Panneerselvam R. 2009. Interactive Effects of Calcium

Chloride on Salinity-Induced Proline Metabolism in Pennisetum typoidies.

Advances in Biological Research 3(5-6):168-173.

Goulding A, Rockell JEP, Black RE, Grant AM, Jones IE., Williams SM. 2004.

Children Who Avoid Drinking Cow’s Milk Are at Increased Risk for

Prepubertal Bone Fractures. Journal of The American Dietetic Association.

Vol: 104 (2): 250-253

Hidayati, L, Hadi, H., Kumara, A. 2010. Kekurangan Energi dan Zat Gizi

Merupakan Faktor Risiko Kejadian Stunted Pada Anak Usia 1-3 Tahun yang

Tinggal di Wilayah Kumuh Perkotaan Surakarta. Jurnal Kesehatan. Vol: 3:

89-104

Kusuma, KE. 2013. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 2-3 Tahun

(Studi di Kecamatan Semarang Timur). Artikel Penelitian. Semarang:

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Ponorogo

Mardewi, KW. 2014. Kadar Seng Serum Rendah Sebagai Faktor Risiko

Perawakan Pendek Pada Anak. Tesis. Program Studi Ilmu Biomedik:

Universitas Udayana

Marmi dan Rahardjom, K. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra

Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Miekawati, W., Sayono, dan Ulfa N. 2012. Hubungan Konsumsi Kalisum Dalan

Makanan dan Minuman dengan Keparahan Karies Gigi Pada Murid Kelas IV

dan V SDN Mlati Kidul 1 dan 2 Kudus. Jurnal Litbang. Universitas

Muhammadiyah Semarang

Page 19: PERBEDAAN ASUPAN ZINC (Zn) DAN KALSIUM (Ca) ANTARA … · non stunting (p=0,223) dan tidak ada perbedaan asupan kalsium (Ca) antara anak balita stunting dan non stunting (p=0,058).

15

Mikhail, WZA, Sobhy HM, El-sayed HH, Khairy SA, Salem HYA., Samy MA.

2013. Effect of Nutritional Status on Growth Pattern of Stunted Preschool

Children in Egypt. Academic Journal of Nutrition 2 (1): 01-09

Nasution, E. 2004. Efek Suplementasi Zinc dan Besi Pada Pertumbuhan Anak.

Sumatra: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara

Nieves JW. 2005. Osteoporosis: the role of micronutrient. The American Journal

of Clinical Nutrition. Vol: 81 (1232-1239)

Octasari, W. 2007. Hubungan Status Gizi Terhadap Status Perkembangan Motorik

Anak Usia 0-3 Tahun (Batita) Di Kecamatan Kabupaten Pasuruan. Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Rahmawati, DP., Anggita, SAD., Siti, Z., dan Listyani, H. 2017. Tingkat

Kecukupan Protein, Zinc, Kalsium, Vitamin D, Zat Besi (Fe), dan Kadar Hb

Pada Remaja Putri Stunting dan Non Stunting di SMPN 1 Nguter Kabupaten

Sukoharjo. Jurnal Seminar Nasional Gizi. Program Studi Ilmu Gizi UMS

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI.

Taufiqurrahman, Haman H., Madarina J., dan Susilowati H. 2009. Defisiensi

Vitamin A dan Zinc Sebagai Faktor Terjadinya Stunting Pada Balita di Nusa

Tenggara Barat. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Nusa

Tenggara Barat. Volume XIX Tahun 2009, Suplemen II

World Health Organization. 2010. Nutrition Landscape Information System:

Country profile indicators. Geneva, Switzerland: World Health Organization