Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di...

52
HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RUANG NIFAS RSUD PRAYA A. Data,masalah solusi 1. Variable pertama(mobilisasi dini) a. Data Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh calon peneliti di ruang Nifas RSUD PRAYA terhitung dari tanggal 1-30 september 2014 terdapat 56 pasien bersalin dengan sectio caesarea. Dari 56 pasien tersebut memiliki kemampuan untuk mulai melakukan mobilisasi post section caesarea dalam rentang waktu yang berbeda, misalnya dalam waktu 6-10 jam mampu menggerakkan lengan tangan dan kaki secara mandiri dan adapula yang dibantu oleh perawat atau setelah dianjurkan oleh perawat. b. Masalah

description

proposal

Transcript of Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di...

Page 1: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RUANG NIFAS RSUD PRAYA

A. Data,masalah solusi

1. Variable pertama(mobilisasi dini)

a. Data

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang

dilakukan oleh calon peneliti di ruang Nifas RSUD

PRAYA terhitung dari tanggal 1-30 september 2014

terdapat 56 pasien bersalin dengan sectio caesarea.

Dari 56 pasien tersebut memiliki kemampuan untuk mulai

melakukan mobilisasi post section caesarea dalam

rentang waktu yang berbeda, misalnya dalam waktu 6-10

jam mampu menggerakkan lengan tangan dan kaki secara

mandiri dan adapula yang dibantu oleh perawat atau

setelah dianjurkan oleh perawat.

b. Masalah

Dari hasil wawancara dengan salah satu perawat di

ruang nifas bahwa ada yang mampu melakukan mobilisasi

setelah dianjurkan oleh perawat dimulai dari 6 jam

setelah operasi ada yang mampu melakukan pergantian

posisi di tempat tidur yaitu miring kiri atau miring

Page 2: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

kanan setelah dianjurkan oleh perawat dan ada yang

ditak mau melakukannya, dan sampai hari ke-3 ada yang

sudah bisa berjalan setelah dianjurkan oleh perawat

dan ada yang bahkan tidak berani bergerak dan bangun

dari tempat tidur. Hal ini disebabkan oleh persepsi

klien yang beranggapan bahwa semakin banyak melakukan

pergerakan semakin lama proses penyembuhan.

c. Solusi

Solusi yang diberikan oleh perawat setempat

adalah membantu pasien untuk berganti posisi ditempat

tidur dan melibatkan keluarga dalam membantu pasien

bergerak ditempat tidur sampai pasien bisa berjalan

kembali.

2. Variable kedua(proses penyembuhan luka)

a. Data

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang

dilakukan oleh calon peneliti di ruang Nifas RSUD

PRAYA terhitung dari tanggal 1-30 september 2014

terdapat 56 pasien bersalin dengan sectio caesarea.

dari 56 pasien tersebut yang menjalani proses

persalinan melalui operasi sectio caesarea memiliki

lama proses peyembuhan luka yang berbeda.

Page 3: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

b. Masalah

Sebagian besar pasien post sectio caesarea yang

dirawat diruang nifas RSUD PRAYA memiliki lama proses

penyembuhanluka yang berbeda. Hal ini disebabkan

karena sering terjadinya perdarahan, infeksi pada luka

operasi.

c. Solusi

Tindakan yang diberikan oleh perawat setempat

adalah observasi dan rawat luka.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian data di atas dapat disimpulkan

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ” Apakah Ada

hubungan mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka

pada pasien post sectio caesarea di ruang Nifas RSUD PRAYA?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan

proses penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea

di ruang Nifas RSUD PRAYA

Page 4: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi frekuensi mobilisasi dini di ruang

Nifas RSUD PRAYA.

b. Mengidentifikasi proses penyembuhan luka pada pasien

post sectio caesarea di ruang Nifas RSUD PRAYA.

c. Menganalisa hubungan mobilisasi dini dengan

penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea di

ruang Nifas RSUD PRAYA.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

Diharapkan dapat memberikan manfaat pada peneliti

dalam menambah pengalaman dan pengetahuan untuk

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.

2. Bagi profesi keperawatan

Hisil penelitian ini di harapkan dapat memberikan

informasi atau data dasar bagi peneliti selanjutnya

mengenai Hubungan mobilisasi dini dengan proses

penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea di

ruang bersalin RSUD PRAYA.

3. Bagi Rumah sakit

Hasil penelitian ini akan dapat digunakan sebagai

sumber data dan informasi bagi rumah sakit dan dapat

Page 5: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

digunakan sebagai pengetahuan bagi perawat dalam

memberikan pelayanan kesehatan pada pasien terutama

mengenai mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka

pada pasien post sectio caesarea.

E. Keaslian penelitian

Penelintian serupa pernah dilakakan oleh siti

rahmatullah pada tahun 2011 dengan judul “ gambaran

pengetahuan dan sikap ibu post sectio caesaria tentang

mobilisasi dini di RSUD Dr.R.Soedjono Selong.Lombok Timur.”

Rancangan penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan

pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah

semua ibu yang mengalami pembedahan sectio caesaria di RSUD

Dr.R.Soedjono selong periode 25 November 2011 sampai 25

Desember 2011 berjumlah 68 orang. Teknik pengambilan sampel

dengan accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pengetahuan ibu post sectio caesarea tentang

mobilisasi dini di RSUD.Dr.R Soedjono Selong sebagian besar

memiliki tingkat pengetahuan cukup. Sikap ibu post sectio

caesarea tentang mobilisasi dini di RSUD.Dr.Rsoedjono

Selong sebagian besar memiliki sikap dengan kategori cukup.

Sedangkan penelitian sekarang yang dilakukan oleh

Abd.Rahman HS(2014)ingin mengetahui apakah ada hubungan

mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka pada pasien

Page 6: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

post sectio caesarea, Desain penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan

pendekatan cohort.

Desain survei analitik yaitu suatu penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa masalah kesehatan

tersebut bisa terjadi, kemudian melakukan analisis hubungan

antara faktor resiko (faktor yang mempengaruhi efek) dengan

faktor efek (faktor yang dipengaruhi oleh resiko), dengan

pendekatan cohort, yaitu suatu pnelitian yang digunakan

untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko

dengan efek melalui pendekatan longitudidal kedepan atau

prospektif. Artinya, faktor risiko yang akan dipelajari

diidentifikasi dulu, kemudian diikuti kedepan secara

prospektif timbulnya efek, yaitu penyakit atau salah satu

indikator status esehatan. Teknik sampling yang digunakan

adalah accidental sampling.

Page 7: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Mobilisasi Dini

1. Pengertian

Konsep mobilisasi mula–mula berasal dari ambulasi

dini yang merupakan pengembalian secara berangsur–angsur

ketahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi

sedangkan mobilisasi ibu post partum adalah suatu

pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan

ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan

sesarea (Roper, 2000).

Mobilisasi dini adalah kemampuan seseorang untuk

selekas mungkin berjalan bangkit berdiri dan kembali ke

tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagainya

disamping kemampuan mengerakkan ekstremitas atas.

(Suparyanto, 2010).

Wanita yang baru bersalin memang memerlukan

istrahat dalam jam-jam pertama post partum akan tetapi

jika persalinan ibu serba normal tanpa kelainan maka

wanita yang baru bersalin itu bukan seorang penderita

dan hendaknya jangan dirawat seperti seorang penderita,

setelah 2 jam post partum seorang ibu nifas normal sudah

Page 8: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

harus bergerak ditempat tidur yaitu miring ke kiri

maupun miring ke kanan (Sarwono, 2007). Setelah 1-2 jam

post partum setelah persalinan dan keadaan ibu normal,

biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi dan ke WC dengan

bantuan orang lain. (Bahiyatul, 2009).

Pada tahap mobilisasi dini ini ibu mungkin

memerlukan bantuan karena beberapa ibu merasa nyeri dan

lelah ketika pertama kali bangun dari tempat tidur

setelah kelahiran pervaginam (Rukiah et al, 2011).

Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan

sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian–

bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar

berjalan. Menurut Kasdu (2003) dalam Bariah,(2010)

menyatakan mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi

pasien yang membaik. Pasien yang mengalami operasi

caesar dianjurkan untuk tidak berdiam diri di tempat

tidur tetapi harus menggerakkan badan atau mobilisasi.

Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang

akan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan. Mobilisasi

dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan

Page 9: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

membimbingnya selekas mungkin berjalan (Soelaiman,

2000).

Menurut Carpenito (2000), mobilisasi dini merupakan

suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis

karena hal itu esensial untuk mempertahankan

kemandirian.

Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan

bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan

kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing

penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.

Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk

bergerak dengan bebas dan imobilisasi mengacu pada

ketidak mampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.

Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang

dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial. Beberapa

klien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada di

antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien

lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan

berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas.

Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol

dalam mempercepat pemulihan paska bedah dan dapat

mencegah komplikasi paska bedah. Banyak keuntungan bisa

Page 10: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

diraih dari latihan di tempat tidur dan berjalan pada

periode dini paska bedah.

Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari

rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring

lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan atau

penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi

darah dan pernapasan terganggu, juga adanya gangguan

peristaltik maupun berkemih. Sering kali dengan keluhan

nyeri di daerah operasi klien tidak mau melakukan

mobilisasi ataupun dengan alasan takut jahitan lepas

klien tidak berani merubah posisi.

Disinilah peran perawat sebagai edukator dan

motivator kepada klien sehingga klien tidak mengalami

suatu komplikasi yang tidak diinginkan.

2. Rentang gerak dalam mobilisasi

Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat

tiga rentang gerak yaitu :

1. Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga

kelenturan otot-otot persendian dengan menggerakkan

Page 11: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

otot orang lain secara pasif misalnya perawat

mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

2. Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot

serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya

secara aktif misalnya pasien berbaring dan

menggerakkan kakinya.

3. Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan

melakukan aktifitas yang diperlukan.

3. Jenis Mobilitas/Mobilisasi

1. Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat

melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran

sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi

saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat

mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

2. Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak

secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf

motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat

Page 12: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan

pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami

mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena

kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas

sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

a. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan

individu untuk bergerak dengan batasan yang

sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan

oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal,

contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.

b. Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan

individu untuk bergerak dengan batasan yang

sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh

rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya

terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi

karena cedera tulang belakang, poliomielitis karena

terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.

4. Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas

Menurut Aziz alimul (2006) mobilitas seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor :

Page 13: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

1. Gaya Hidup

perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan

mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada

perilaku atau kebiasaan sehari-hari.

2. Proses Penyakit/cedera

Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan

mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi sistem

tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita fraktur

femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam

ektremitas bagian bawah.

3. Kebudayaan

Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga

dipengaruhi kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang

memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki

kemampuan mobilitas yang kuat: sebaliknya ada orang

yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat

dan dan budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas

4. Tingkat Energi

Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas.

Agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik,

dibutuhkan energi yang cukup.

Page 14: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

5. Usia dan Status Perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan tingkat mobilitas

pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan

kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan

dengan perkembangan usia.

5. Manfaat Mobilisasi Dini

Menurut Mochtar (2005), manfaat mobilisasi bagi ibu

setelah melahirkan atau pada masa nifas adalah:

a.Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early

ambulation. Dengan bergerak, otot-otot perut dan

panggul akan kembali normal sehingga otot perut menjadi

kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan

demikian ibu merasa sehat dan membantu mempercepat

memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan.

b.Mobilisasi dini memungkinkan mengajarkan segera untuk

ibu merawat anaknya. Perubahan yang terjadi pada ibu

akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus, dengan

demikian ibu akab cepat merasa sehat dan biasa merawat

anaknya dengan cepat.

c.Mobilisasi dini penting dianjurkan pada ibu nifas untuk

mengurangi resiko terancam trombosis vena, komplikasi

kandung kemih, konstipasi dan emboli pulmonal.

Page 15: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

6. Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi

a. Peningkatan suhu tubuh. Karena adanya involusi

uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak

dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah

satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu

tubuh.

b. Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini

kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri

keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat

dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan

pembuluh darah yang terbuka.

c. Involusi uterus yang tidak baik. Tidak dilakukan

mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran

darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan

terganggunya kontraksi uterus.

7. Tahap tahap mobilisasi dini

Menurut Kasdu (2003) mobilisasi dini dilakukan

secara bertahap berikut ini akan dijelaskan tahap

mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesarea:

a. Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca operasi

seksio sesarea harus tirah baring dulu. Mobilisasi

Page 16: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan,

tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar

pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot

betis serta menekuk dan menggeser kaki.

b. Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring

kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo

emboli.

c. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai

belajar untuk duduk.

d. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar

berjalan.

8. Pelaksanaan Mobilisasi Dini

a. Hari ke 1

1)Berbaring miring kekanan dan kekiri yang dapat

dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita atau ibu

sadar.

2)Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur

terlentang sedini mungkin setelah sadar.

b. Hari ke 2

1)Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas

dalam-dalam lalu menghembuskannya disertai batuk-

batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan

Page 17: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan

pada diri ibu atau penderita bahwa ia mulai pulih.

2)Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi

setengah duduk.

3)Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari

penderita atau ibu yang sudah melahirkan dianjurkan

belajar duduk selama sehari.

c. Hari ke 3 sampai 5

1)belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada

hari setelah operasi.

2)Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta

diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan

ibu.

B. Konsep Luka

1. Pengertian

Menurut A.Azis Alimul Hidayat (2011), luka adalah

keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang

dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga

mengganggu aktivitas sehari-hari.

2. Jenis-Jenis Luka

Berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi menjadi

dua, yaitu luka disengaja dan luka tidak disengaja. Luka

Page 18: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

disengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah,

sedangkan luka yang tidak disengaja adalah luka terkena

trauma. Luka yang tidak disengaja (trauma) juga dapat di

bagi menjadi luka tertutup dan luka terbuka. Disebut

luka tertutup jika tidak terjadi robekan, sedangkan luka

terbuka jika terjadi robekan dan terlihat seperti luka

abrasio (luka akibat gesekan), luka puncture (luka

akibat tusukan) dan hautration (luka akibat alat

perawatan luka).

Berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi dua

yaitu luka mekanik dan luka nonmekanik. Luka mekanik

terdiri atas:

a. vulnus scissum atau luka sayat akibat benda tajam,

pinggir luka kelihatan rapi.

b. Vulnus contusum, luka memar dikarenakan cedera pada

jaringan bawah kulut akibat benturan benda tumpul.

c. Vulnus kaceratum, luka robek akibat terkena mesin atau

benda lainnya yang menyebabkan robeknya jaringan rusak

yang dalam.

d. Vulnus punctum, luka tusuk yang kecil dibagian luar

(bagian mulut luka), akan tetapi besar di bagian dalam

luka.

Page 19: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

e. Vulnus seloferadum, luka tembak akibat tembakan

peluru, bagian tepi luka tampak kehitam-hitaman.

f. Vulnus morcum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya

pada bagian luka.

g. Vulnus abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian

luka dan tidak sampai kepembuluh darah..

Luka nonmekanik terdiri atas luka akibat zat kimia,

termik, radiasi atau sengatan listrik.

3. proses Penyembuhan Luka

Menurut A.Azis Alimul Hidayat (2011), proses

penyembuhan luka meliputi empat tahap, yaitu:

1) Tahap respon inflamasi akut terhadap cedera. Tahap ini

dimulai saat terjadinya luka, pada tahap ini terjadi

proses hemostasis yang ditandai dengan pelepasan

histamin dan mediator lain lebih dari sel-sel yang

rusak, disertai proses peradangan dan migrasi sel

darah putih ke daerah yang rusak.

2) Tahap destruktif. Pada tahap ini terjadi pembersihan

jaringan yang mati oleh leukosit polimorfonuklear dan

makrofag.

3) Tahap ploriferatif. Pada tahap ini pembuluh darah baru

diperkuat oleh jaringan ikat dan menginfiltrasi luka.

Page 20: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

4) Tahap maturasi. Pada tahap ini terjadi repitelisasi,

konstraksi luka dan organisasi jaringan.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Menurut A.Azis Alimul Hidayat (2011), Proses

penyenbuhan luka dipengaruhi oleh berbagai faktor,

yaitu:

a. Vaskularisasi, mempengaruhi luka karena luka

membutuhkan peredaran darah yang baik untuk

pertumbuhan atau perbaikan sel.

b. Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat

perbaikan sel membutuhkan kadar protein yang cukup.

Oleh sebab itu,orang yang mengalami kekurangan kadar

hemoglobin dalam darah akan mengalami proses

penyembuhan luka yang lama.

c. Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan

dengan pertumbuhan atau kematangan usia seseorang.

Namun selanjutnya, proses penuaan dapat menurunkan

sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat

proses penyembuhan.

d. Penyakit lain, mempengaruhi proses penyembuhan luka.

Adanya penyakit seperti diabetes militus dan ginjal

dalam memperlambat proses penyembuhan luka.

Page 21: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

e. Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membantu

perbaikan sel, terutama karena tergantung kandungan

zat gizi di dalamnya. Sebagai contoh, Vitamin A

diperlukan untuk membantu proses epitelisasi atau

penutupan luka dan sitesis kolagen; Vitamin B kompleks

sebagai kofaktor pada sistem enzim yang mengatur

metabolisme protein, karbohidrat dan lemak; Vitamin C

dapat berfungsi sebagai fibroblas, mencegah timbulnya

infeksi dan membentuk kapiler-kapiler darah; Vitamin K

membantu sintesis protombin dan berfungsi sebagai zat

pembekuan darah.

f. Kegemukan, obat-obatan, merokok dan stres mempengaruhi

proses penyembuhan luka. Orang yang terlalu gemuk,

banyak mengkonsumsi obat-obatan, merokok dan stres

akan mengalami proses penyembuhan luka yang lebih

lama.

5. Masalah yang terjadi pada luka

Menurut A.Azis Alimul Hidayat (2011), Beberapa

masalah yang dapat terjadi dalam proses penyembuhan luka

adalah sebagai berikut:

1) Perdarahan, ditandai dengan adanya perdarahan

disertai perubahan tandai vital seperti kenaikan

denyut nadi, kenaikan pernapasan, penurunan tekanan

Page 22: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

darah, melemahnya kondisi tubuh, kehausan serta

keadaan kulit yang dingin dan lembab.

2) Infeksi, terjadi bila terdapat tanda-tanda seperti

kulit kemerahan, demam atau panas, rasa nyeri dan

timbul bengkak, jaringan disekitar luka mengeras

serta adanya kenaikan leukosit.

3) Dehiscene, merupakan pecahnya luka sebagian atau

seluruhnya yang dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor, seperti kegemukan, kekurangan nutrisi,

terjadinya trauma dan lain-lain. Sering ditandai

dengan kenaikan suhu tubuh(demam), takikardia dan

rasa nyeri pada daerah luka.

4) Eviceration, yaitu menonjolnya organ tubuh bagian

dalam kearah luar melalui luka. Hal ini dapat

terjadi jika luka tidak segera menyatu dengan baik

atau akibat proses penyembuhan luka.

C. Konsep Seksio sesarea

1. Pengertian Sectio Caesaria

Istilah Seksio sesarea berasal dari perkataan Latin

caedere yang artinya memotong. Pengertian ini sering

dijumpai dalam roman law (lex regia) dan emperor’s

law (lex caesarea) yaitu undang-undang yang

Page 23: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang

meninggal harus keluarkan dari dalam rahim

(Muchtar,2001).

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan

janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus

melalui dinding depan perut atau vagina

(Muchtar,2001).

Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan

dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding

perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam

keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram

(Prawiharto, 2004).

2. Jenis-Jenis Seksio Sesarea

a. Seksio sesarea transperitoneal

Seksio Sesarea klasik atau korporal yaitu

dengan melakukan sayatan vertikal sehingga

memungkinkan ruangan yang lebih baik untuk jalan

keluar bayi.

Seksio sesarea ismika atau profunda yaitu

dengan melakukan sayatan atau insisi melintang dari

kiri kekanan pada segmen bawah rahim dan diatas

tulang kemaluan.

b. Seksio Sesarea Ekstraperitonealis

Page 24: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

Yaitu tanpa membuka peritonium parietalis,

dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.

(Muchtar, 2001).

3. Indikasi Seksio Sesarea

a. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior).

b. Panggul sempit

Holemr mengambil batas terendah untuk

melahirkan janin vias naturali ialah CV = 8 cm dapat

melahirkan dengan normal, harus diselesaikan dengan

seksio sesarea. CV antara 8-10 cm boleh di coba

dengan partus percobaan, baru setelah gagal dilakukan

seksio sesarea sekunder.

c. Disproporsi sefalo-pelvik yaitu tidak keseimbangan

antara ukuran kepala dan panggul

d. Ruptur uteri mengancam

e. Partus lama

f. Partus tak maju

g. Distosia serviks

h. Pre-eklamsia dan hipertensi

i. Malpersentasi janin

1)Letak lintang (Greenhil dan Estman sama-sama

sependapat):

Page 25: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

1. Bila ada kesempitan panggul, maka seksio sesarea

adalah cara yang terbaik dalam segala letak

lintang dengan janin hidup dan besar biasa.

2. Semua primigravida dengan letak lintang harus

ditolong dengan seksio sesarea, walau tidak ada

perkiraan panggul sempit.

3. Multipara dengan letak lintang dapat lebih

ditolong dengan cara-cara lain.

2) Letak bokong, seksio sesarea dianjurkan pada letak

bokong bila ada:

a) Panggul sempit,

b) Primigravida dan,

c) Janin besar dan berharga.

3) Persentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila

reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil.

4) Persentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil.

5)Gemelli, menurut Eatman seksio sesarea dianjurkan:

a) Bila janin pertama letak lintang atau persentasi

bahu,

b) Bila terjadi interlok,

c) Distosia oleh karena tumor dan,

d) Gawat janin dan sebagainya.

Page 26: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

4. Komplikasi

a. Infeksi puerperal

Infeksi puerperal, komplikasi ini bisa bersifat

ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari

dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis.

Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang

disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat

genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarwono

Prawirohardjo, 2005:689).

Infeksi puerperalis adalah infeksi peradangan

pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab

apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan

melebihi 380 C tanpa menghitung hari pertama dan

berturut-turut selama 2 (dua) hari.

Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat

kandungan seperti eksugen, autogen dan endogen.

Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah

streptococcus dan anaerop yang sebenarnya tidak

patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.

Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi

puerperalis antara lain streptococcus haematilicus

aerobic, staphylococcus aurelis, Escherichia coli,

Page 27: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

Clostridium welchii.

Faktor-faktor predisposisi infeksi puerperalis,

diantaranya:

1)Persalinan yang berlangsung lama sampai terjadi

persalinan terlantar,

2)Tindakan operasi persalinan,

3)Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan

darah,

4)Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil

melebihi enam jam dan,

5)Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu

perdarahan ante partum dan postpartum, anemia pada

saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil

dengan penyakit infeksi seperti pneumonia, penyakit

jantung dan sebagainya.

b. Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu

pembedahan jika cabang-cabang arteri ikut terbuka,

atau karena atonia uteri. Faktor-faktor yang

mempengaruhi perdarahan setelah persalinan:

1) Perdarahan setelah persalinan dan usia ibu

Page 28: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah

20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor

risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang

dapat mengakibatkan kematian maternal.

Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20

tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum

berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia

diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita

sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi

reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk

terjadinya komplikasi setelah persalinan terutama

perdarahan akan lebih besar.

Perdarahan setelah persalinan yang

mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil

yang melahirkan pada usia dibawah 20 tahun 2-5 kali

lebih tinggi daripada perdarahan pasca persalinan

yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan

setelah persalinan meningkat kembali setelah usia

30-35 tahun mengalami penurunan sehingga

kemungkinan terjadinya perdarahan pasca persalinan

menjadi lebih besar.

2) Perdarahan setelah persalinan dan paritas

Page 29: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman

ditinjau dari sudut perdarahan setelah persalinan

yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas

satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai

angka kejadian perdarahan pasca persalinan lebih

tinggi. Pada paritas yang rendah (paritas satu),

ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan yang

pertama merupakan faktor penyebab ketidakmampuan

ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi

selama kehamilan, persalinan dan nifas.

3)Perdarahan setelah persalinan dan antenatal care

Tujuan umum antenatal care adalah menyiapkan

seoptimal mungkin fisik dan mental ibu serta anak

selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas

sehingga angka morbiditas dan mortalitas ibu serta

anak dapat diturunkan.

Pemeriksaan antenatal yang baik dan

tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko

tinggi terutama perdarahan yang selalu mungkin

terjadi setelah persalinan yang mengakibatkan

kematian maternal dapat diturunkan. Hal ini

disebabkan karena dengan adanya antenatal care

Page 30: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

tanda-tanda dini perdarahan yang berlebihan dapat

dideteksi dan ditanggulangi dengan cepat.

4)Perdarahan setelah persalinan dan kadar hemoglobin

Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai

dengan penurunan nilai hemoglobin dibawah nilai

normal. Dikatakan anemia jika kadar hemoglobin

kurang dari 8 gr%. Perdarahan pasca persalinan

mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 500 ml atau

lebih, dan jika hal ini terus dibiarkan tanpa

adanya penanganan yang tepat dan akurat akan

mengakibatkan turunnya kadar hemoglobin dibawah

nilai normal.

5)Penanganan perdarahan setelah persalinan

Penanganan perdarahan pasca persalinan pada

prinsipnya adalah hentikan perdarahan, cegah atau

atasi syok, ganti darah yang hilang dengan diberi

infus cairan (larutan garam fisiologis, plasma

ekspander, Dextran-L, dan sebagainya), transfusi

Page 31: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

darah, kalau perlu oksigen. Walaupun demikian,

terapi terbaik adalah pencegahan. Mencegah atau

sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus kasus

yang disangka akan terjadi perdarahan adalah

penting.

Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan

sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu

hamil dengan melakukan “antenatal care” yang baik.

Ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat

perdarahan post partum sangat dianjurkan untuk

bersalin di rumah sakit. Di rumah sakit, diperiksa

kadar fisik, keadaan umum, kadar Hb (hemoglobin),

golongan darah, dan bila mungkin tersedia donor

darah. Sambil mengawasi persalianan, dipersiapkan

keperluan untuk infus dan obat-obatan penguat

rahim.

Anemia dalam kehamilan, harus diobati karena

perdarahan dalam batas batas normal dapat

membahayakan penderita yang sudah menderita anemia.

Apabila sebelumnya penderita sudah pernah mengalami

perdarahan post partum, persalinan harus

berlangsung di rumah sakit.

Page 32: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

Kadar fibrinogen perlu diperiksa pada

perdarahan banyak, kematian janin dalam uterus, dan

solutio plasenta. Komplikasi-komplikasi lain

seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru,

dan sebagainya sangat jarang terjadi. Suatu

komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang

kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada

kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.

Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan

sesudah seksio sesarea klasik.

c. Ruptura uteri

Ruptur uteri dapat terjadi secara komplek dimana

robekan terjadi pada semua lapisan miometrium termasuk

peritoneum dan dalam hal ini umumnya janin sudah

berada dalam cavum abdomen dalam keadaan mati; ruptura

inkomplet, robekan rahim secara parsial dan peritoneum

masih utuh. Angka kejadian sekitar 0,5%. Ruptura uteri

dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma dan

dapat terjadi pada uterus yang utuh atau yang sudah

mengalami cacat rahim (pasca miomektomi atau pasca

sectio caesar) serta dapat terjadi dalam pada ibu yang

sedang inpartu (awal persalinan) atau belum inpartu

(akhir kehamilan)

Page 33: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

Kejadian ruptura uteri yang berhubungan dengan

cacat rahim adalah sekitar 40%; ruptura uteri yang

berkaitan dengan low segmen caesarean section (insisi

tranversal) adalah < 1% dan pada classical caesarean

section (insisi longitudinal) kira-kira 4%–7%.

5. Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea Perawatan post operasi seksio sesarea adalah

sebagai berikut (Liu,2007):

a.Tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali,

perhatikan tekanan darah, nadi jumlah urin serta jumlah

darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.

b.Terapi cairan dan diet

Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL,

terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam

pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output

urine jauh di bawah 30 ml/jam, pasien harus segera

dievaluasi kembali paling lambat pada hari kedua.

c.Vesika urinarius dan usus

Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post

operasi atau pada keesokan paginya setelah operasi.

Page 34: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama

setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus masih

lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga.

d.Ambulasi atau mobilisasi dini

Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien

dengan bantuan perawatan dapat bangun dari tempat tidur

sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien

dapat berjalan dengan pertolongan.

e.Perawatan luka

Luka insisi diinspeksi setiap hari, sehingga

pembalut luka yang alternatif ringan tanpa banyak

plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan

kulit dapat diangkat setelah hari keempat setelah

pembedahan. Paling lambat hari ketiga post partum,

pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.

f.Laboratorium

Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah

operasi hematokrit tersebut harus segera di cek kembali

bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau

keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.

Page 35: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

g.Perawatan payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post

operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan

pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa

banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa

nyeri.

h.Memulangkan pasien dari rumah sakit

Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih

aman bila diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada

hari keempat dan kelima post operasi, aktivitas ibu

seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan

bayinya dengan bantuan orang lain.

6. Masalah-Masalah Keperawatan Pasien Post Seksio

Sesarea

a. Gangguan nyaman: nyeri akut berhubungan dengan agen

cedera (biologis, psikologi, kimia dan fisik

(NANDA,2006).

b. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada

konsep diri, transmisi / kontak interpersonal,

kebutuhan tidak terpenuhi (NANDA,2006).

Page 36: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

c. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan

fungsi biokimia atau regulasi (NANDA,2006).

d. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

trauma jaringan / kulit rusak (NANDA, 2006).

e. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot

(NANDA, 2006).

f. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan gangguan

sensorik motorik (NANDA,2011).

Page 37: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan serta makna tertentu yang tentuntya di

dasarkan pada rasional, empiris (teramati) serta sistematis

(Machafoeds;2008). Pada bagian metode penelitian difokuskan

pada bagaimana penelitian dilaksanakan agar tujuan atau

masalah dapat dijawab.

A. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang dapat dimintai

informasi atau yang menjadi responden dalam penelitian

(Suprayitno, 2010). Yang menjadi subjek Pada penelitian

ini adalah semua klien post sectio caesarea yang dirawat

di ruang Bersalin RSUD PRAYA.

B. Objek penelitian

Pengertian objek penelitian secara umum merupakan

Page 38: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

permasalahan yang dijadikan topik penulisan dalam rangka

menyusun suatu laporan penelitian (Suprayitno, 2010). Objek

dalam penelitian ini adalah mobilisasi post SC.

C. Populasi dan sampel penelitian

a. Populasi penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau

objek yang diteliti (Notoadmojo;2010), dalam penelitian

ini yang menjadi populasi adalah semua klien post sectio

caesarea yang dirawat di ruang Bersalin RSUD PRAYA

b. Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi

yang diteliti (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini

yang menjadi sampelnya adalah klien post sectio caesarea

diruang Bersalin.

Cara perhitungan sampel(Nursalam, 2011):

Rumus :

n= N

1+N (d)2

Keteranga :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

D = Tingkat signifikasi (p)

Page 39: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

Cara perhitungan sampel :

n= 56

1+56 (0,05)2

n= 561,14

n=¿ 49,122 =49

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan

sampel (Sugiyono, 2010). Teknik sampling pada penelitian

ini menggunakan nonprobability sampling dengan Accidental

sampling yaitu mengambil kasus atau responden yang

kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan

konteks penelitian (Notoatmodjo;2010).

D. Desain penelitian

Rancangan penelitian merupakan rencana penelitian

yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat

memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi,

2007).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan desain survey analitik dengan pendekatan

cohort.

Desain survey analitik yaitu suatu penelitian yang

mencoba mengetahui mengapa masalah kesehatan tersebut bisa

terjadi, kemudian melakukan analisis hubungan antara faktor

resiko (faktor yang mempengaruhi efek) dengan faktor efek

Page 40: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

(faktor yang dipengaruhi oleh resiko), dengan pendekatan

cohort, yaitu suatu pnelitian yang digunakan untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan

efek melalui pendekatan longitudidal kedepan atau

prospektif. Artinya, faktor risiko yang akan dipelajari

diidentifikasi dulu, kemudian diikuti kedepan secara

prospektif timbulnya efek, yaitu penyakit atau salah satu

indikator status kesehatan. Teknik sampling yang digunakan

adalah accidental sampling (Notoatmodjo,2012).

E. Pengumpulan Data dan Pengelolahan Data

Tehnik pengelolahan data merupakan cara peneliti

untuk mengumpulkan data, perlu dilihat alat ukur

pengumpulan data agar memperkuat hasil penelitian (Alimul,

2009).

Adapun tehnik pengumpulan data dan pengelolahan data

dalam penelitian ini meliputi :

1) Tehnik pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan

kepada subjek atau responden dan proses pengumpulan

karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2003).

Pada pelaksanaan penelitian data, sehari sebelum

pelaksana operasi, peneliti menjelaskan teknik atau cara

Page 41: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

melakukan mobilisasi dini pada responden yang

selanjutnya dilakukan observasi mobilisasi dini 6 jam

pertama setelah operasi, 6-12 jam setelah operasi, 24

jam pertama setelah operasi yang sesuai dengan lembar

observasi mobilisasi dini. Sedangkan data tentang proses

penyembuhan luka peneliti melakukan pada saat responden

melakukan kontrol 1 pada hari ke-3 setelah operasidan

kontrol ke-2 hari ke-6 stelah operasi.

2) Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cepat, lengkap

dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Iqbal,

2002). Instrumen digunakan dalam penelitian data

adalah :

Pedoman Observasi

Pedoman observasi merupakan cara pengumpulan

data dengan melakukan pengamatan secara langsung pada

responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-

hal yang akan diteliti (Alimul, 2007). Pedoman

observasi yang telah dibuat oleh peneliti yang akan

digunakan untuk mengetahui hubungan Mobilisasi Dini

Page 42: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

Tdengan Penyembuhan Luka Post sectio caesarea Di Ruang

Nifas RSUD PRAYA. Pedoman obsevasi pada hubungan

mobilisasi dini dibuat sendiri oleh penulis yang

mengacu pada tinjauan pustaka tentang penyembuhan luka

post sectio caesarea.

F. Analisa data

Dalam penelitian ini analisa data yang di gunakan adalah

uji spearman rank yaitu digunakan untuk mencari hubungan

antara variable indevenden dan variable dependen

bersekala ordinal.

G. Hipnosis

Hypnosis adalah pernyataan awal peneliti mengenai

hubungan antar variable yang merupakan jawaban peneliti

tentang kemungkinan hasil penelitian(setiadi:2007).

Page 43: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb

DAFTAR PUSTAKA

Alfian. (2012). Hubungan Persepsi Pasien tentang

Mobilisasi Dini dengan Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi

Seksio Sesarea di Instalasi Ibu dan Bayi RSUD Patut

Patuh Patju Lombok Barat. Skripsi.

Alimul Aziz, A. 2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik

Untuk Kebidanan. Jakarta; Salemba Medika.

Notoatmodjo. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2011. Konsep dan penerapan metodologi ilmu

penelitian keperawatan. Jakarta;selemba medika.

Page 44: Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan lukambuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Bersalin Rsu Provinsi Ntb