Hubungan Manusia Dan Agama

18
HUBUNGAN MANUSIA DAN AGAMA BAB I KONSEP MANUSIA DALAM ALQURAN Al-Qur’an adalah kitabullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. untuk segenap manusia. Di dalamnya Allah menyapa akal dan perasaan manusia, mengajarkan tauhid dan menyucikan manusia dengan berbagai ibadah, menunjukkan manusia kepada hal- hal yang dapat membawa kebaikan serta kemaslahatan dalam kehidupan individual dan sosial, membimbing manusia kepada agama yang luhur agar mewujudkan diri, mengembangkan kepribadiannya, serta meningkatkan diri manusia ke taraf kesempurnaan insani. Sehingga, manusia dapat mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Al-Qur’an juga mendorong manusia untuk merenungkan perihal dirinya, dan keajaiban penciptaannya, serta keakuratan pembentukannya. Sebab, pengenalan manusia terhadap dirinya dapat mengantarkannya pada ma’rifatullah, sebagaimana tersirat dalam Surah at-Taariq ayat 5-7. . ِ بِ اَ رَ ّ لت اَ وِ بْ لُ ّ ص ل اِ نْ يَ بْ نِ مُ جُ رْ خَ " ي. ٍ قِ ف اَ دٍ اءَ مْ نِ مَ قِ لُ خ. َ قِ لُ خَ ّ مِ مُ انَ سْ نِ 4 ْ الِ رُ 7 ظْ نَ " يْ لَ فMaka, hendaklah manusia merenungkan, dari apa ia diciptakan. Ia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Q.S. at-Taariq [86]: 5-7) Berkaitan dengan hal ini, terdapat sebuah atsar yang menyebutkan bahwa “Barang siapa mengenal dirinya, niscaya ia mengenal Tuhan-nya. Berbicara tentang manusia berarti kita berbicara tentang diri kita sendiri ebagai makhluk yang paling unik di bumi ini. Banyak di antara ciptaan Allah yang telah disampaikan lewat wahyu yaitu kitab suci. Manusia merupakan makhluk yang paling istimewa dibandingkan dengan makhluk yang lain. Menurut Ismail Rajfi manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan. Manusia mempunyai kelebihan yang luar biasa. Kelebihan itu adalah dikaruniainya akal.

description

hubungan antara manusia dengan agama

Transcript of Hubungan Manusia Dan Agama

Page 1: Hubungan Manusia Dan Agama

HUBUNGAN MANUSIA DAN AGAMA

BAB I

KONSEP MANUSIA DALAM ALQURAN

Al-Qur’an adalah kitabullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. untuk segenap manusia. Di dalamnya Allah menyapa akal dan perasaan manusia, mengajarkan tauhid dan menyucikan manusia dengan berbagai ibadah, menunjukkan manusia kepada hal-hal yang dapat membawa kebaikan serta kemaslahatan dalam kehidupan individual dan sosial, membimbing manusia kepada agama yang luhur agar mewujudkan diri, mengembangkan kepribadiannya, serta meningkatkan diri manusia ke taraf kesempurnaan insani. Sehingga, manusia dapat mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Al-Qur’an juga mendorong manusia untuk merenungkan perihal dirinya, dan keajaiban penciptaannya, serta keakuratan pembentukannya. Sebab, pengenalan manusia terhadap dirinya dapat mengantarkannya pada ma’rifatullah, sebagaimana tersirat dalam Surah at-Taariq ayat 5-7.

�ِب� . . . اِئ �َر� َو�الَّت الُّص ْل�ِب� �ِن� �ْي َب ِم�ِن� ُج� �ْخ�َر� َي َد�اِف�ٍق� ِم�اٍء� ِم�ِن� ْل�ٍق� ُخ� ْل�ٍق� ُخ� ِم�َّم� اُن� �َس� �ْن اِإْل� �ُظ�َر� �ْن �ْي ِف�ْلMaka, hendaklah manusia merenungkan, dari apa ia diciptakan. Ia diciptakan dari air

yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Q.S. at-Taariq [86]: 5-7)Berkaitan dengan hal ini, terdapat sebuah atsar yang menyebutkan bahwa “Barang siapa mengenal dirinya, niscaya ia mengenal Tuhan-nya.

Berbicara tentang manusia berarti kita berbicara tentang diri kita sendiri ebagai makhluk yang paling unik di bumi ini. Banyak di antara ciptaan Allah yang telah disampaikan lewat wahyu yaitu kitab suci. Manusia merupakan makhluk yang paling istimewa dibandingkan dengan makhluk yang lain. Menurut Ismail Rajfi manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan.Manusia mempunyai kelebihan yang luar biasa. Kelebihan itu adalah dikaruniainya akal.

Dengan dikarunia akal, manusia dapat mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya serta mampu mengatur dan mengelola alam semesta ciptaan Allah adalah sebagai amanah. Selain itu manusia juga dilengakapi unsur lain yaitu qolbu (hati). Dengan qolbunya manusia dapat menjadikan dirinya sebagai makhluk bermoral, merasakan keindahan, kenikmatan beriman dan kehadiran Ilahi secara spiritual.

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling tinggi derajadnya dibanding makhluk lain. Di dalam kitab suci Alquran, Allah SWT menggunakan beberapa istilah yang pada dasarnya menjelaskan tentang konsep manusia, bahkan istilah-istilah itu disebutkan lebih dari satu kali. Istilah-istilah manusia dalam Alquran memiliki arti yang berbeda-beda. Berikut tujuh istilah 'manusia' dalam Alquran, sebagai berikut:a. Konsep al-Basyar

Penelitian terhadap kata manusia yang disebut al-Qur’an dengan menggunakan kata basyar menyebutkan, bahwa yang dimaksud manusia basyar adalah , menunjukkan makna bahwa manusia adalah anak keturunan Nabi Adam as dan makhluk fisik yang juga suka makan serta minum. Kata 'basyar' disebutkan sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan hanya sekali dalam bentuk 'mutsanna' atau 'jama'. Sebagai makhluk yang bersifat fisik, manusia tidak jauh berbeda dengan makhluk biologis lainnya. Kehidupan manusia terikat dengan kaidah prinsip kehidupan biologis seperti berkembang biakSebagaimana halnya dengan makhluk biologis lain, seperti

Page 2: Hubungan Manusia Dan Agama

binatang. Mengenai proses dan fase perkembangan manusia sebagai makhluk biologis, ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an, yang artinya:

12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. 13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Secara sederhana, Quraish Shihab menyatakan bahwa manusia dinamai basyar karena kulitnya yang tampak jelas dan berbeda dengan kulit-kulit binatang yang lain. Dengan kata lain, kata basyar senantiasa mengacu pada manusia dari aspek lahiriahnya, mempunyai bentuk tubuh yang sama, ia, makan dan minum dari bahan yang sama yang ada di dunia ini.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia dalam konsep al-Basyr ini dapat berubah fisik, yaitu semakin tua fisiknya akan semakin lemah dan akhirnya meninggal dunia. Dan dalam konsep al-Basyr ini juga dapat tergambar tentang bagaimana seharusnya peran manusia sebagai makhluk biologis. Bagaimana dia berupaya untuk memenuhi kebutuhannya secara benar sesuai tuntunan Penciptanya. Yakni dalam memenuhi kebutuhan primer, sekunder dan tersier.b. Konsep Al-Insan

Al – Ihsan memiliki arti melihat, mengetahui, dan minta izin. Istilah ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kemampuan menalar dan berpikir dibanding dengan makhluk lainnya. Manusia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dilihatnya, mengetahui yang benar dan yang salah, serta dapat meminta izin ketika menggunakan sesuatu yang bukan miliknya. Manusia dalam istilah ini merupakan makhluk yang dapat dididik, memiliki potensi yang dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an, yang artinya:1. Bukankah Telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?

Potensi manusia menurut konsep al-Insan diarahkan pada upaya mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi .c. Konsep Al-Nas

Menunjukkan fungsi manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia harus menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya. Dari awal terciptanya, seorang manusia berawal dari sepasang laki-laki dan wanita. Ini menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara dan saling membantu.

Jika kita kembali ke asal mula terjadinya manusia yang bermula dari pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan Hawa), dan berkembang menjadi masyarakat dengan kata lain adanya pengakuan terhadap spesis di dunia ini, menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara dan tidak boleh saling menjatuhkan. Secara sederhana, inilah sebenarnya fungsi manusia dalam konsep an-naas.ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an, yang artinya:Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang Tinggi di sisi Tuhan mereka". orang-orang kafir berkata: "Sesungguhnya orang Ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata".d. Konsep Bani Adam

Page 3: Hubungan Manusia Dan Agama

Manusia dalam istilah ini memiliki arti keturunan Adam. Istilah ini digunakan untuk menyebut manusia bila dilihat dari asal keturunannya. Istilah 'Bani Adam' disebutkan sebanyak 7 kali dalam 7 ayat Alquran. Menurut Thabathaba’i dalam Samsul Nizar : penggunaan kata bani Adam menunjuk pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini setidaknya ada tiga aspek yang dikaji, yaitu: Pertama, anjuran untuk berbudaya sesuai dengan ketentuan Allah, di antaranya adalah dengan berpakaian guna manutup auratnya. Kedua, mengingatkan pada keturunan Adam agar jangan terjerumus pada bujuk rayu setan yang mengajak kepada keingkaran. Ketiga, memanfaatkan semua yang ada di alam semesta dalam rangka ibadah dan mentauhidkanNya. Kesemuanya itu adalah merupakan anjuran sekaligus peringatan Allah dalam rangka memuliakan keturunan Adam dibanding makhluk-Nya yang lain.ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an, yang artinya:Artinya : Bukankah Aku Telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu",e. Konsep Al-Ins

Al Ins memiliki arti tidak liar atau tidak biadab. Istilah Al Ins berkebalikan dengan istilah al jins atau jin yang bersifat metafisik dan liar. Jin hidup bebas di alam yang tidak dapat dirasakan dengan panca indra. Berbeda dengan manusia yang disebut menggunakan istilah al ins. manusia adalah makhluk yang tidak liar, artinya jelas dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kata Al Ins disebutkan sebanyak 18 kali dalam Alquran, masing-masing dalam 17 ayat dan 9 surat, Quraish Shihab mengatakan bahwa dalam kaitannya dengan jin, maka manusia adalah makhluk yang kasat mata. Sedangkan jin adalah makhluk halus yang tidak tampak,ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al-An’aam ayat 112, Artinya :Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.f. Konsep Abd. Allah

Manusia itu pada hakikatnya adalah turunan dari manusia pertama yang bernama Adam, karena itulah disebut Bani Adam (Keturunan Adam). Jawaban ini tentu tidak salah, tetapi ada rahasia yang sangat agung kenapa Allah menyebut manusia sebagai Bani Adam. ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al-Isra’ ayat 70 , yang artinya:Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.Jika kita simak ayat diatas, kenapa Allah tidak menyebutkan nama lain dari manusia seperti, insan, basyar atau an-Naas, tetapi Allah menggunakan istilah Bani Adam ? tentu ada rahasia besar yang terkandung dalam istilah Bani Adam.

Al Quran merupakan kalam yang agung, karena itu pemilihan katanya pun sangat selektif dan tentu saja sangat sesuai dengan tuntutan alur kalam. Pada ayat di atas Allah secara tegas mengatakan bahwa Dia memuliakan anak-anak Adam dengan memberi mereka akal, bisa berbicara, bisa menulis, bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, bentuk tubuh yang baik, bisa berdiri tegak serta bisa mengatur kehidupan, baik sekarang di dunia maupun untuk nanti di akhirat.

Menurut Ibnu Katsir, Allah memuliakan manusia dengan bisa berjalan tegak di atas kedua kakinya, bisa mengambil makanan dengan kedua tangannya, sedangkan makhluk yang

Page 4: Hubungan Manusia Dan Agama

lain tidak bisa melakukan dua hal tersebut secara bersamaan, mereka berjalan dengan keempat kakinya dan mengambil makanan dengan mulunya. Manusia juga dimuliakan oleh Allah dengan memberi mereka pendengaran, penglihatan dan hati, dimana ketiganya merupakan modal yang berharga untuk memahami segala hal, kemudian mengambil manfaat dari hal tersebut. Selain itu tiga alat ini merupakan modal dalam membedakan segala sesuatu, mengetahui manfaatnya, mengetahui keistimewaan serta kemudaratannya, baik untuk urusan dunia maupun akhirat.g. Konsep Khalifah AllahKhalifah berarti pengganti, yaitu pengganti dari jenis makhluk yang lain, atau  pengganti, dalam arti makhluk yang diberi wewenang oleh Allah agar  melaksanakan perintahNya di muka bumi. Pada hakikatnya eksistensi manusia dalam kehidupan dunia ini adalah untuk melaksanakan kekhalifahan, yaitu membangun dan mengelola dunia tempat hidupnya ini., sesuai dengan kehendak Penciptanya. Peran yang dilakonkan oleh manusia menurut statusnya sebagai khalifah Allah setidak-tidaknya terdiri dari dua jalur, yaitu jalur horizontal dan jalur vertikal.Peran dalam jalur horizontal mengacu kepada bagaimana manusia mengatur hubungan yang baik dengan sesama manusia dan alam sekitarnya. Sedangkan peran dalam jalur vertikal menggambarkan bagaimana manusia berperan sebagai mandataris Allah. Dalam peran ini manusia penting menyadari bahwa kemampuan yang dimilikinya untuk menguasai alam dan sesama manusia adalah karena penegasan dari Penciptanya.. ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 30 yang artinya :: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Konsep Manusia Dalam Al-Qur’an Adanya manusia menurut al-Qur’an adalah karena sepasang manusia pertama yaitu Bapak Adam dan Ibu Hawa. Disebutkan bahwa, dua insan ini pada awalnya hidup di surga. Namun, karena melanggar perintah Allah maka mereka diturunkan ke bumi. Setelah diturunkan ke bumi, sepasang manusia ini kemudian beranak-pinak, menjaga dan menjadi wakil-Nya di dunia baru itu.

Tugas yang amat berat untuk menjadi penjaga bumi. Karena beratnya tugas yang akan diemban manusia, maka Allah memberikan pengetahuan tentang segala sesuatu pada manusia. Satu nilai lebih pada diri manusia, yaitu dianugerahi pengetahuan. Manusia dengan segala kelebihannya kemudian ditetapkan menjadi khalifah dibumi ini. Satu kebijakan Allah yang sempat ditentang oleh Iblis dan dipertanyakan oleh para malaikat. Dan Allah berfirman: “....Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama mereka...” (al-Baqarah ayat 33).

Setelah Adam menyebutkan nama-nama itu pada malaikat, akhirya Malaikatpun tahu bahwa manusia pada hakikatnya mampu menjaga dunia. Dari uraian ini dapat dipahami bahwa manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah SWT. Dengan segala pengetahuan yang diberikan Allah manusia memperoleh kedudukannya yang paling tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Inipun dijelaskan dalam firman Allah SWT: “.....kemudian kami katakan kepada para Malaikat: Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka merekapun bersujud kecuali Iblis, dia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir” (al-Baqarah ayat 34).

Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki keistimewaan dibanding makhluk Allah yang lainnya, bahkan Malaikat sekalipun. Menjadi menarik dari sini jika legitimasi kesempurnaan ini

Page 5: Hubungan Manusia Dan Agama

diterapkan pada model manusia saat ini, atau manusia-manusia pada umumnya selain mereka para Nabi dan orang-orang maksum. Para nabi dan orang-orang maksum menjadi pengecualian karena sudah jelas dalam diri mereka terdapat kesempurnaan diri, dan kebaikan diri selalu menyertai mereka. Lalu, kenapa pembahasan ini menjadi menarik ketika ditarik dalam bahasan manusia pada umumnya. Pertama, manusia umumnya nampak lebih sering melanggar perintah Allah dan senang sekali melakukan dosa. Kedua, jika demikian maka manusia semacam ini jauh di bawah standar malaikat yang selalu beribadah dan menjalankan perintah Allah SWT, padahal dijelaskan dalam al-Qur’an Malaikatpun sujud pada manusia.

Kemudian, ketiga, bagaimanakah mempertanggungjawabkan firman Allah di atas, yang menyebutkan bahwa manusia adalah sebaik-baiknya makhluk Allah. Tiga hal inilah yang menjadi inti pembahasan ini. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa manusia memang memiliki kecenderungan untuk melanggar perintah Allah, padahal Allah telah menjanjikannya kedudukan yang tinggi. Allah berfirman: “Dan kalau Kami menghendaki sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah.............” (al-A’raaf, ayat 176).

BAB II

PENYEBUTAN MANUSIA DALAM ALQURAN

Manusia sebagai Al-Basyar

Penamaan manusia dengan kata al-Basyar dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 36 kali

dalam 26 surat. Secara etimologi al-basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang menjadi

tempat tumbuhnya rambut. secara biologis yang mendominasi manusia adalah pada kulitnya,

dibanding rambut atau bulunya, yang membedakan manusia dengan hewan

Al-Basyar, juga dapat diartikan mulasamah, yaitu persentuhan kulit antara laki-laki

dengan perempuan. Makna etimologi dapat dipahami adalah bahwa manusia merupakan

makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan sebagai gambaran manusia secara materi

dengan keterbatasannya,seperti dapat dilihat, memakan sesuatu, berjalan, dan berusaha untuk

memenuhi kebutuhan kehidupannya. Penunjukan kata al-basyar ditujukan Allah kepada seluruh

manusia tanpa terkecuali, termasuk eksistensi Nabi dan Rasul.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian manusia dengan menggunakan

kata basyar, artinya anak keturunan adam (banu adam) , mahkluk fisik atau biologis yang suka

makan dan berjalan ke pasar. Aspek fisik itulah yang menyebut pengertian basyar mencakup

anak keturunan adam secara keseluruhan. Al-Basyar mengandung pengertian bahwa manusia

mengalami proses reproduksi seksual dan senantiasa berupaya untuk memenuhi semua

Page 6: Hubungan Manusia Dan Agama

kebutuhan biologisnya, memerlukan ruang dan waktu, serta tunduk terhadap hukum alamiahnya,

baik yang berupa sunnatullah (sosial kemasyarakatan), maupun takdir Allah (hukum alam).

Semuanya itu merupakan konsekuensi logis dari proses pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk

itu, Allah swt. memberikan kebebasan dan kekuatan kepada manusia sesuai dengan batas

kebebasan dan potensi yang dimilikinya untuk mengelola dan memanfaatkan alam semesta,

sebagai salah satu tugas kekhalifahannya di muka bumi.

Manusia sebagai An-Nas

Kata al-Nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali dalam 53 surat. Kata al-nas

menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial, secara

keseluruhan, tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya, atau suatu keterangan yang jelas

menunjuk kepada jenis keturunan nabi Adam.

. Kata al-Nas dipakai al-Qur’an untuk menyatakan adanya sekelompok orang atau

masyarakat yang mempunyai berbagai kegiatan (aktivitas) untuk mengembangkan

kehidupannya. Dalam menunjuk makna manusia, kata al-nas lebih bersifat umum bila

dibandingkan dengan kata al-Insan. Keumumannya tersebut dapat di lihat dari penekanan makna

yang dikandungnya.

Manusia sebagai Al-Insan

Adapun penamaan manusia dengan kata al-insan yang berasal dari kata al-uns,

dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 73 kali dalam 43 surat. Secara etimologi, al-insan dapat

diartikan harmonis, lemah lembut, tampak, atau pelupa. Kata insan digunakan al-Qur’an untuk

menunjukkan kepada manusia dengan seluruh totalitas, jiwa dan raga. Manusia berbeda antara

seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasannya dan sebagai

makhluk dinamis

Perpaduan antara aspek fisik dan psikis telah membantu manusia untuk mengekspresikan

dimensi al-insan dan al-bayan, yaitu sebagai makhluk berbudaya yang mampu berbicara,

mengetahui baik dan buruk, dan lain sebagainya. Kata al-insan juga digunakan dalam al-Qur’an

untuk menunjukkan proses kejadian manusia sesudah adam. Kejadiannya mengalami proses

yang bertahap secara dinamis dan sempurna di dalam di dalam rahim dan mengandung

pengertian makhluk mukallaf (yang dibebani tanggung jawab) mengemban amanah, makhluk

Page 7: Hubungan Manusia Dan Agama

yang mulia sebab memiliki ilmu, al-bayan (pandai bicara), al-‘aql (mampu berpikir), al-tamyiz

(mampu menerapkan dan mengambil keputusan), melampaui batas karena telah merasa puas

dengan apa yang ia miliki dan memiliki kedudukan, derajat dan martabat yang tinggi dibanding

makhluk-makhluk lainnya.

Dengan demikian, makna manusia dalam al-Qur’an dengan istilah al-basyar, al-insan, al-

nas dan bani adam mencerminkan karakteristik dan kesempurnaan penciptaan Allah terhadap

makhluk manusia, bukan saja sebagai makhluk biologis dan psikologis melainkan juga sebagai

makhluk religius, makhluk sosial dan makhluk bermoral serta makhluk kultural yang

kesemuanya mencerminkan kelebihan dan keistimewaan manusia daripada makhluk-makhluk

Tuhan lainnya.

BAB III

TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA

Tujuan manusia diciptakan

Hakikatnya tujuan penciptaan manusia adalah sebagai abdi kepada Allah dan khalifah di bumi.

“ Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu.” (adz-Dzariyat: 56)

Pangkat ‘Hamba’ merupakan pangkat yang diberikan oleh Allah, tuan dan pemilik segala-galanya. Pangkat datuk, tun, tan sri, prof, dr, sultan dan sebagainya hanyalah pangkat ciptaan manusia di dunia yang tidak kekal.

Seorang hamba perlu taat dan patuh kepada semua arahan tuannya, lebih-lebih lagi jika diberi dan dikurniakan dengan segala macam bantuan, kemudahan dan keamanan oleh tuannya. Oleh itu, kita mesti melakukan segala arahan dengan penuh pengertian bahawa kita menyerahkan segala-galanya kepada tuan kita.

Kata kunci ‘penyerahan’ ini yang menjadi intipati kepada Islam iaitu penyerahan secara keseluruhan terhadap Allah. Mereka yang dipandang oleh Allah dengan pangkat ‘Hamba’ ini pasti beroleh keuntungan di dunia dan di akhirat.

Tanggungjawab sebagai abdi merupakan suatu tanggungjawab individu atau fardhu ain. Ia meliputi kepada kemestian untuk memahami lapangan akidah dan tauhid, syariat dan akhlak.

Page 8: Hubungan Manusia Dan Agama

Allah juga membebankan manusia dengan taklifan sebagai khalifah. Dari segi bahasa, khalifah bermaksud pengganti. Ia menjelaskan bahawa Allah mengamanahkan manusia sebagai ‘pengganti’ untuk mentadbir bumi dengan merujuk kepada manual dan panduan daripadaNya.

“Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadi orang yang merosak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memujiMu dan menyucikanMu?” Dia berfirman, “Sunggug Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. ” (al-Baqarah: 30 )

Amanah ini sangat besar dan berat. Perkara ini merupakan suatu tanggungjawab sosial atau fardhu kifayah yang perlu dilaksanakan bagi menjamin kehidupan yang harmoni, aman dan adil.

Ia meliputi segala aspek kehidupan seperti cabang seperti memberi peluang pendidikan, memastikan bidang pertanian dan penghasilan bahan makan yang halal lagi baik, menyediakan kemudahan kesihatan serta tempat kediaman yang baik.

Disamping itu, lapangan yang besar juga perlu ditekankan seperti keselamatan dengan bantuan pihak polis, tentera dan badan sukarela di kalangan masyarakat. Bidang perundangan adalah sangat penting bagi menjamin keadilan dilaksanakan tanpa mengikut tafsiran sempit manusia yang berkepentingan sebaliknya perlu bersandarkan acuan daripada Tuhan pencipta manusia.

Maka tiada alasan bagi manusia untuk memisahkan agama dalam kehidupan ini. Setiap perkara dalam aspek kehidupan manusia perlu dikaitkan dengan agama dan kembali kepadaNya. Dengan memahami bahawa tujuan kita diciptakan dan bebanan yang sangat besar ini, kita wajar berhati-hati dalam melakukan setaip perkara kerana memikirkan balasan yang akan diberikan di akhirat kelak.

“Setiap dari kamu merupakan pemimpin dan setiap dari kamu akan ditanya mengenai apa yang kamu pimpin.” (hadis riwayat Bukhari no. 893 dan Muslim no. 1829)

BAB IV

FITRAH KEMANUSIAAN

Dalam pengertian yang sederhana istilah fitrah sering dimaknai suci dan potensi. Secara

etimologis, asal kata fitrah berasal dari bahasa Arab, yaitu fitrah (ِفطَرة) jamaknya fithar (ِفطَر),

Page 9: Hubungan Manusia Dan Agama

yang suka diartikan perangai, tabiat, kejadian, asli, agama, ciptaan. Menurut Muhammad Quraish

Shihab, istilah fitrah diambil dari akar kata al-fithr yang berarti belahan. Dari makna ini lahir

makna-makna lain, antara lain pencipta atau kejadian.

Dalam gramatika bahasa Arab, kata fitrah wazannya fi'lah, yang artinya al-ibtida', yaitu

menciptakan sesuatu tanpa contoh. Fi'lah dan fitrah adalah bentuk masdar (infinitif) yang

menunjukkan arti keadaan. Demikian pula menurut Ibn al-Qayyim dan Ibnu Katsir, karena fiţir

artinya menciptakan, maka fitrah berarti keadaan yang dihasilkan dari penciptaan itu. Menurut

hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas, fitrah adalah awal mula penciptaan manusia. Sebab

lafadz fitrah tidak pernah dikemukakan oleh al-Quran dalam konteksnya selain dengan manusia.

Fitrah manusia berbeda dengan watak atau tabi'at. Juga berbeda dengan naluri/garizah. Watak

atau tabi'at adalah sifat dasar, seperti kalimat watak oksigen adalah mudah terbakar. Jadi watak

adalah karakteristik yang terdiri dari pada bentuk, dan materi (mâddah). Inilah yang merupakan

watak atau tabi'at suatu benda. Sedangkan naluri atau garizah adalah sifat dasar. Sifat dasar ini

bukan muktasabah (bukan diperoleh). Misalnya, anak kuda begitu lahir langsung bisa berdiri.

Semut, meskipun binatang kecil namun mampu mengumpulkan makanan. Inilah yang disebut

naluri atau garizah. Dalam naluri tidak terdapat kesadaran yang penuh. Untuk binatang, fitrah ini

disebut naluri. Fitrah sama dengan watak (tabi'at) dan naluri ini juga bukan diperoleh melalui

usaha (muktasabah). Bukan pula karena khuduri (perolehan). Istilah fitrah lazimnya untuk

manusia, naluri lazimnya untuk hewan, dan watak lazimnya untuk benda.

Dalam al-Qur'an kata fitrah disebutkan sebanyak 20 kali, terdapat dalam 17 surat dan dalam 19

ayat, muncul dengan berbagai bentuknya. Ada dalam bentuk madhi, fiil mudhari, isim fail, isim

maful dan isim mashdar. Dalam bentuk fi'il madi sebanyak 9 kali, dimana fitrah berarti

menciptakan, menjadikan. Kemudian dalam bentuk fi'il mudari' sebanyak 2 kali, yang berarti

pecah, terbelah. Dalam bentuk isim fa'il sebanyak 6 kali yang berarti menciptakan, yang

menjadikan. Dalam bentuk isim maf'ul sebanyak 1 kali yang berarti pecah, terbelah. Dan dalam

bentuk isim maşdar sebanyak 2 kali yang berarti tidak seimbang.

Dari 20 kali penyebutan kata fitrah ini hanya satu ayat yang menunjukkan bentuk fitrah secara

Page 10: Hubungan Manusia Dan Agama

jelas, yaitu dalam surat al-Rûm ayat 30. Kata fitrah dalam ayat ini mempunyai beberapa arti.

Dalam kamus Al-Munawwir, kata fitrah diartikan dengan naluri (pembawaan). Kemudian

Mahmud Yunus mengatakan, kata fitrah diartikan sebagai agama, ciptaan, perangai, kejadian

asli. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), kata fitrah diartikan dengan sifat asli, bakat,

pembawaan perasaan keagamaan.

Selain itu, Lusi Makluf mengatakan, kata fitrah diartikan dengan agama, sunnah, kejadian, tabiat.

Kamus Indonesia-Inggris susunan John Echols dan Hasan Sadili, mengartikan fitrah dengan

natural, tendency, disposition, character. Dan Kamus Arab-Melayu mengartikan fitrah dengan

agama, sunnah, mengadakan, perangai, semula jadi, kejadian (khilqatun).

Berdasarkan beberapa pengertian tentang fitrah sebagaimana tersebut di atas, maka secara umum

makna fitrah bermacam-macam, di antaranya adalah: fitrah dalam artian kejadian awal, bentuk

awal, kemampuan dasar, potensi dasar, suci, agama, ciptaan, dan perangai. Fitrah hanya

diperuntukkan bagi manusia. Sedangkan bagi binatang, fitrah sama dengan naluri atau tabi'at.

BAB V

KEISTIMEWAAN MANUSIA DAN TANGGUNG JAWABNYA

Kenapa manusia disebut sebagai ciptaan ALLAH yang paling

sempurna ?

Berikut penjelasannya :

a.       Makluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Tuhan yang paling

sempurna. Firman Allah :

Artinya : “sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”

(QS. At-Tin:4).

b.      Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan) beriman

kepada Allah. Sebab sebelum ruh (ciptaan) Allah dipertemukan dengan jasad di rahim ibunya,

ruh yang berada di alam ghaib itu ditanyai Allah, sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an :

Artinya : “apakah kalian mengakui Aku sebagai Tuhan kalian? (para ruh itu menjawab) “ya,

kami akui (kami saksikan) Engkau adalah Tuhan kami”). (QS. Al-A’raf:172).

Page 11: Hubungan Manusia Dan Agama

c.       Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya dalam Al-Qur’an surat Az-Zariyat :

Artinya : “Tidakkah aku jadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku “ (QS. Az-

Zariyat:56).

d.      Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah –Nya di bumi. Hal itu dinyatakan Allah

dalam firman-Nya. Di dalam suart Al-Baqarah:30 dinyatakan bahwa Allah menciptakan manusia

untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Perkataan “menjadi khalifah” dalam ayat tersebut

mengandung makna bahwa Allah menjadikan manusia wakil atau pemegang kekuasaan-Nya

mengurus dunia dengan jalan melaksanakan segala yang diridhai-Nya di muka bumi ini (HM.

Rasjidi,1972:71).

e.       Disamping akal manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau kehendak.

Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh kepada Allah, menjadi muslim.

Tetapi dengan akal dan kehendaknya juga manusia dapat tidak percaya, tidak tunduk dan tidak

patuh kepada kehendak Allah, bahkan mengingkari-Nya, menjadi kafir. Karena itu di dalam Al-

Qur’an ditegaskan oleh Allah :

Artinya : “Dan katakana bahwa kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Barangsiapa yang mau

beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang tidak ingin beriman, biarlah ia kafir.”

(QS. Al-Kahfi:29).

Dan dalam surat Al-Insan juga dijelaskan :

Artinya : “Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus (kepada manusia), ada

manusia yang syukur, ada pula manusia yang kafir.” (QS. Al-Insan:3).

f.       Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Hal ini dinyatakan

oleh Allah dalam Al-Qur’an

Artinya : “Setiap orang terikat (bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.” (QS. At-

Thur:21).

g.       Berakhlak. Berakhlak adalh ciri utama manusia dibandingkan makhluk lain. Artinya manusia

adalah makhluk yang diberikan Allah kemampuan untuk membedakan yang baik dengan yang

buruk. Dalam islam kedudukan akhlak sangat penting, ia menjadi komponen ketiga dalam Islam.

Kedudukan ini dapat dilihat di dalam sunnah Nabi yang mengatakan bahwa beliau diutus

hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia yang mulia.

Page 12: Hubungan Manusia Dan Agama