Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

32
KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA Makalah ini isinya mengenai Pengertian Agama, Latar Belakang, Peranan Manusia Terhadap Agama. Bahwa manusia itu memerlukan pondasi untuk hidup dikalangan masyarakat terdapat kesan bahwa agama bersifat sempit. Kesan ini timbul dari pengertian tentang hakekat agama. Kekeliruan paham ini bukan hanya dikalangan umat bukan islam tapi juga dikalangan umat islam sendiri. Kekeliruan masalah itu terjadi karena kurikulum pendidikan agama islam yang banyak di pakai di masyarakat ditekankan kepada pengajaran fiqih, bahasan Arab dan Ibadat. Hal ini memberi pengetahuan yang sempit tentang agama islam. Dalam dasar agama sebenarnya terdapat aspek-aspek selain yang tersebut diatas, seperti aspek teologi, aspek ajaran spiritual dan moral. Aspek ilmu pengetahuan, Aspek hakekat, Aspek Falsafah dan Aspek Pemikiran serta usaha-usaha pembaharuan dalam islam. Dan karena itu pula yang perlu kita bicarakan dalam makalah ini hanyalah kesimpang siuran pengertian agama itu saja. Tetapi, barang kali uraian akan memakan banyak tempat, sebab masalahnya cukup luas juga, dan

Transcript of Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Page 1: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

Makalah ini isinya mengenai Pengertian Agama, Latar Belakang, Peranan Manusia

Terhadap Agama. Bahwa manusia itu memerlukan pondasi untuk hidup dikalangan

masyarakat terdapat kesan bahwa agama bersifat sempit. Kesan ini timbul dari

pengertian tentang hakekat agama. Kekeliruan paham ini bukan hanya dikalangan umat

bukan islam tapi juga dikalangan umat islam sendiri. Kekeliruan masalah itu terjadi

karena kurikulum pendidikan agama islam yang banyak di pakai di masyarakat

ditekankan kepada pengajaran fiqih, bahasan Arab dan Ibadat. Hal ini memberi

pengetahuan yang sempit tentang agama islam.

Dalam dasar agama sebenarnya terdapat aspek-aspek selain yang tersebut diatas,

seperti aspek teologi, aspek ajaran spiritual dan moral. Aspek ilmu pengetahuan, Aspek

hakekat, Aspek Falsafah dan Aspek Pemikiran serta usaha-usaha pembaharuan dalam

islam. Dan karena itu pula yang perlu kita bicarakan dalam makalah ini hanyalah

kesimpang siuran pengertian agama itu saja. Tetapi, barang kali uraian akan memakan

banyak tempat, sebab masalahnya cukup luas juga, dan sungguh pun makalah ini disusun

terutama untuk menyelesaikan tugas Metedologi Studi Islam sebagai bahan pelajaran

semester III (Tiga) Jurusan PHM (Perbandingan Hukum dan Mazhab). Mungkin juga

ada faedahnya bagi pembaca-pembaca diluar lingkungan semester III (Tiga) yang ingin

memperluas pengetahuannya tentang agama.

A. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

1.Pengertian

Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama dikenal pula kata din ( ) dari

bahasa Arab dan dari kata religi dari bahasa Eropa satu pendapat menyatakan bahwa

agama itu tersusun dari dua kata, tidak dang am = pergi, jadi tidak pergi, tetap ditempat,

diwarisi turun-temurun. Agama memang mempunyai sifat yang demikian, adalagi

Page 2: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

pendapat yang menyatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Dan agama-agam

memang mempunyai kitab-kitab suci, selanjutnya dikatakan lagi bahwa gam berarti

tuntutan. Memang agama mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi

penganutnya.

Din dalam bahasa semik berarti undang-undang atau hukum, dalam bahasa Arab

kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan.

Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh

seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula

kepada paham batasan baik dari Tuhan yang tidak menjalankan kewajiban dan tidak

patuh akan mendapat balasan yang tidak baik.

Adapun kata religi berasa dari bahasa latin menurut satu pendapat demikian

Harun Nasution mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegre yang mengandung arti

mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu juga sejarah dengan isi agama

yang mengandung kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang berkumpul dalam

kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata

religere yang berarti mengikat ajaran-ajaran agama memang mengikat manusia dengan

Tuhan.

Dari beberapa defenisi tersebut, akhirnya Harun Nasution mengumpulkan bahwa

inti sari yang terkandung dalam istilah-istilah diatas ialah ikatan agama memang

mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia manusia. Ikatan ini

mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupannya sehari-hari. Ikatan itu berasal

dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, ikatan ghaib yang tidak dapat

ditangkap oleh panca indra.

Adapun pengertian agaa segi istilah dikemukakan sebagai berikut Elizabet K.

Nottinghan dalam bukunya agama dan masyarakat berpendapat bahwa agama adalah

gesjala yang begitu sering terdapat dimana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha

kita untuk menjual abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Noktingham mengatakan bahwa agama

berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna ari

keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Agama kerah menimbulkan

khayalan yang paling luas dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang

yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin

Page 3: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

yang paling sempurna dan juga merasakan takut dan ngeri. Sementara itu Durkheim

mengatakan bahwa agama adalah patulan dari solidaritas sosial.

Sementara itu Elizabet K. Nottingham yang pendapatnya tersebut tampak

menunjukkan pada realitas bahwa dia melihat pada dasarnya agama itu bertujuan untuk

mengangkat harkat dan martabat manusia dengan cara memberikan suasana batin yang

nyaman dan menyejukkan, tapi juga agama terkadang disalah gunakan oleh penganutnya

untuk tujuan-tujuan yang merugikan orang lain. Misalnya, dengan cara memutar balikkan

interpretasi agama secara keliru dan berujung pada tercapainya tujuan yang bersangkutan.

Selanjutnya karena demikian banyaknya defenisi sekarang agama yang demikian para

ahli. Harun Nasution mengatakan dapat diberi defenisi sebagai berikut :

1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib

yang harus dipatruhi.

2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia.

3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan

pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi

perbuatan-perbuatan manusia.

4. Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup

tertentu.

5. Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal di kekuatan

ghaib.

6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini

bersumber pada suatu kekuatan ghaib.

7. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dan perasaan lemah dan

perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam

sekitar manusia.

8. Ajaran yang dianutnya Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.

Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa

agama adalah ajaran yang berasal dan Tuhan atau hasil renungan manusia yang

terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi

kegenerasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, yang didalamnya mencakup unsur emosional

Page 4: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

dan kenyataan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan

yang baik dengan kekuatan ghaib tersebut.

B. LATAR BELAKANG PERLUNYA MANUSIA TERHADAP AGAMA

Sekurang-kurangnya ada alasan yang melatar belakangi perlunya manusia

terhadap agama. Alasan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Latar Belakang Fitrah Manusia

Dalam bukunya berjudul prospektif manusia dan agama, Murthada Muthahhari

mengatakan bahwa disaat berbicara tentang para Nabi Imam Ali as. Menyebutkan bahwa

mereka diutus untuk mengingat manusia kepada manusia yang telah diikat oleh fitrah

manusia, yang kelak mereka akan dituntut untuk memenuhinya. Perjanjian itu tidak

dicatat diatas kertas melainkan dengan pena ciptaan Allah dipermukaan terbesar dan

lubuk fitrah manusia, dan diatas permukaan hati nurani serta dikedalaman perasaan

batiniah.

Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali

ditegaskan kepada agama islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia,

sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru dimasa akhir-akhir ini muncul

beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya. Fitri keagamaan yang ada

pada diri manusia inilah yang melatar belakangi perlunya manusia kepada agama, oleh

karenanya ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka

seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya hal tersebut.

Dalam konteks ini kita misalnya membaca ayat yang berbunyi :

Artinya ; “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas

fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu (QS.Al-rum : 30)

Setiap ciptaan Allah mempunyai fitrahnya sendiri-sendiri jangankan Allah sedang

manusia saya membuat sesuatu itu dengan fitrahnya sendiri-sendiri .

Kesimpulannya bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama adalah karena dalam

diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi yang beragama ini

memerlukan pembinasaan, pengarahan, pengambangan dan seterusnya dengan cara

mengenalkan agama kepadanya.

2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia.

Page 5: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Faktor lainnya yang melatar belakangi manusia memerlukan agama adalah karena

disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan .

Walaupun manusia itu dianggap sebagai makhluk yang terhebat dan tertinggi dari segala

makhluk yang ada di ala mini, akan tetapi mereka mempunyai kelemahan dan

kekurangan karena terbatasnya kemampuan M. abdul alim Shaddiqi dalam bukunya

“Quesk For True Happines” menyatakan bahwa keterbatasan manusia itu terletak pada

pengetahuannya hanyalah tentang apa yang terjadi sekarang dan sedikit tentang apa yang

telah izin.

Adapun tentang masa depan yang sama sekali tidak tahu, oleh sebab itu kata beliau

selanjutnya hukum apa sajapun yang dapat dibuat oleh manusia tentang kehidupan insani

adalah berdasarkan pengalaman masa lalu. Selanjutnya dikatakan disamping itu manusia

menjadi lemah karena di dalam dirinya ada hawa nafsu yang selain mengajak kepada

kejahatan, sesudah itu ada lagi iblis yang selain berusaha menyesatkan manusia dari

kebenaran dan kebaikan. Manusia hanya dapat melawan musuh-musuh ini ialah dengan

senjata agama.

Allah menciptakan manusia dan berfirman “bahwa manusia itu telah diciptakan-nya

dengan batas-batas tertenu dan dalam keadaan lemah.

Artinya :“Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu (terasuk manusia) telah kami ciptakan

dengan ukuran (batas) tertentu (qS. Al-Qomar : 49)

Untuk mengatasi kelemahan-kelemana dirinya itu dan keluar dari kegagalan-

kegagalan tersebut tidak ada jalan lain kecuali dengan wahyu akan agama .

3. Tantangan Manusia

Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia

adalah karena manusia adalah dalam kehidupan senantiasa menghadapi berbagai

tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa

dorongan dari hawa nafsu dan bisikan syetan sedangkan tantangan dari luar dapat berupa

rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupa ingin

memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan

pikiran yang dimanipestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang didalamnya

mengandung misi menjauhkan manusia dari keluhan.

Page 6: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka

gunakan agar orang mengikuti keininannya, berbagai bentuk budaya, hiburan, obat-

obatan terlarang dan sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk itu upaya untuk

mengatasinya dan membentengi manusia adalah dengan mengejar mereka agar taat

menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup demikian itu saat ini semakin

meningkat sehingga upaya mengamankan masyarakat menjadi penting .

Mengapa manusia butuh agama ?

Adalah suatu pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab. Namun, kita melihat potensi-

potensi yang dimiliki manusia, maka kita akan menemukan beberapa jawaban terhadap

pertanyaan tersebut, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Manusia sebagai makhluk Allah memiliki banyak kelebihan dibanding dengan

makhluk yang yang lain; tetapi dibalik kelebihan yang banyak itu, manusia  juga

tidak luput dari banyak kekurangan, kelemahan dan kemampuan yang terbatas.

Manusia terbatas pada alam sekitarnya, warisan keturunan dan latar belakang

kebudayannya/hidupnya,; yang menyebabkan adanya perbedaan pandangan

dalam menghadapi suatu masalah, bahkan seringkali bertentangan antara satu

dengan yang lainnya.

Pandangan yang simpang siur tersebut (subyektif) tidak akan dapat menimbulkan

keyakinan atas kebenaran, tetapi senantiasa diliputi oleh kabut keragu-raguan

(dzanny), sehingga manusia senantiasa gagal dalam menentukan kebenaran secara

mutlak, ia tidak sanggup menentukan kebaikan dan keburukan (haq dan batil), ia

tidak dapat menentukan nilai-nilai semua hal yang demikian itu adalah di luar

bidang ilmu pengetahuan manusia.

Untuk mengatasi ataupun memberikan solusi terhadap kegagalan manusia sebagai

akibat dari kelemahannya, itu maka diperlukan agama/wahyu yang berasal dari

luar manusia, yakni Allah swt. melalui para Nabi dan Rasul-Nya. Hal ini dapat

terjadi karena Allah swt. adalah Maha Sempurna, sehingga wahyu yang

diturunkan-Nya merupakan kebenaran mutlak dan bersifat universal yang tak

perlu diragukan lagi, sebagaimana  firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah (2) : 147,ا

ت�ر�ين� م� ال�م م�ن� ت�كون�ن ال� ف� ب�ك� ر� م�ن� ق� ل�ح�

Page 7: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

“Kebenaran itu adalah berasal dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu

meragukannya”

2. Dalam diri manusia terhadap hawa nafsu, yang senantiasa mengajak manusia

kepada kejahatan, apalagi kalau hawa nafsu tersebut sudah dipengaruhi oleh

syaitan/iblis yang senantiasa menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Jika

manusia dapat mengalahkan pengaruh hawa nafsu dan syaitan tersebut, maka ia

akan lebih tinggi derajatnya daripada malaikat; tetapi, jika ia mengikuti ajakan

hawa nafsunya dan syaitan tersebut, maka ia akan turun derajatnya lebih rendah

daripada binatang.

Untuk mengatasi pengaruh hawa nafsu dan syaitan itu, manusia harus memakai

senjata agama (iman), karena hanya agama (imanlah) yang dapat mengatasi dan

mengendalikan hawa nafsu dan syaitan/iblis itu; sebab agama merupakan sumber

moral dan akhlak dalam Islam. Itulah sebabnya, missi utama manusia,

sebagaimana hadits beliau yang menyatakan: Hanya saja aku diutus untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia.

Melawan hawa nafsu dan syaitan adalah jihad akbar, sebagaimana dikatakan oleh

Nabi saw. sewaktu kembali dari perang Badar: Kita kembali dari jihad (perang)

yang paling kecil menuju jihad yang paling besar, para sahabat bertanya: adakah

perang yang lebih besar dari perang ini ya Rasulullah? Nabi menjawaab : ada,

yakni melawan hawa nafsu.

Di samping itu, ada hadits lain yang mengatakan: Tidak sempurna iman seseorang

di antara kamu sehingga hawa nafsunya semata-mata mengikuti agama Islam

yang kaubawa.

3. Manusia dengan akalnya semata, tidak mampu mengetahui alam metafisika, alam

akhirat yang merupakan alam gaib, dan berada di luar jangkauan  akal manusia,

sebagaimana firmana Allah dalam Q.S. al-Nahl (27) : 65,

آلي�ة� ذ�ل�ك� ف�ي إ�ن ا ت�ه� و� م� ب�ع�د� ض� ر�ا�أل� ب�ه� ي�ا ح�

أ� ف� اء� م� اء� م� الس م�ن� ل� نز�أ� الل ه و�

عون� م� ي�س� و�م3 ل�ق�

“Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan dengan air itu dihidupkan-

Nya bumi yang tadinya sudah mati. Sungguh, pada yang demikian itu benar-

Page 8: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang

mendengarkan (pelajaran)“

Akal manusia mempunyai batas-batas kemampuan tertentu, sehingga tidak boleh

melampaui batas dan wewenangnya. Oleh karena itu, banyak masalah yang tidak

mampu dipecahkan oleh akal manusia, terutama masalah alam gaib; dan di sinilah

perlunya agama/wahyu untuk meberikan jawaban terhadap segala masalah gaib

yang berada di luar jangkauan akal manusia. Di sinilah letak kebutuhan manusia

untuk mendapat bimbingan agama/wahyu, sehingga mampu mengatasi segala

persoalan hidupnya dengan baik dan menyakinkan

4. Para sainstis yang terlalu mendewakan ilmu pengetahuan –banyak yang

kehilangan idealisme sebagai tujuan hidupnya. Mereka dihinggapi penyakit risau

gelisah, hidupnya hambar dan hampa, karena dengan pengetahuan semata, mereka

tidak mampu memenuhi hajat hidupnya; sebab dengan bekal ilmu

pengetahuannya itu, tempat  berpijaknya makin kabur, karena kebenaran yang

diperolehnya relatif dan temporer, sehingga rohaninya makin gersang,

sebagaimana bumi ditimpa kemarau, sehingga membutuhkan siraman yang dapat

menyejukkan. Di sinilah perlunya agama untuk memenuhi hajat rohani manusia,

agar ia tidak risau dan gelisah dalam menghadapi segala persoalan hidup ini.

5. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak memberikan

kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia. Namun, dibalik semuanya itu,

kemajuan ilmu pengetahuann dan tehnologi pula yang banyak menimbulkan

kecemasan dan ancaman keselamatan bagi umat manusia. Berbagai konflik yang

maha dahsyat terjadi diberbagai belahan dunia dewasa ini merupakan dampak

negatif dari pada kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi itu, dengan ilmu dan

tehnologi, manusia memproduksi senjata, namun dengan senjata itu pula manusia 

banyak menjadi korban. Di sinilah perlunya agama, karena hanya agama (iman)

lah   yang dapat mencegah agar ilmu dan tekhnologi tersebut tidak berubah

menjadi senjata makan tuan/pagar makan tanaman. Agamalah yang mampu

menjinakkan hati manusia  yang sesat, untuk berbuat baik kepada diri sendiri dan

kepada orang lain.

Page 9: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Fungsi Agama bagi Kehidupan

Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan

manusia, antara lain adalah :

Karena agama merupakan sumber moral

Karena agama merupakan petunjuk kebenaran

Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.

Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka,

maupun di kala duka.

Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak

mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia

menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka

yang mensyukurinya.

Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam

godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan

daridalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu

Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan

kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut

dengan malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik

manusia kepada hidayah ataukebaikan.

Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada

kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni

kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan

Page 10: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia

kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.

Fungsi Agama Kepada Manusia

Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh

fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan

hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti

apa yang dihuraikan di bawah:

- Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.

Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya

memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan

manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui

inderia manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama

Islam menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap

manusia harus menaati Allah SWT

-Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.

Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak

terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat 

menarik dan untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk

menjawab soalan-soalan ini.

- Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.

Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah

kerana sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama,

malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.

– Memainkan fungsi kawanan sosial.

Page 11: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama

sendiri sebenarnya telah menggariskan kod etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya.

Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial

Fungsi Sosial Agama

Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang

bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang

bersifat negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative

factor).

Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama

sebagai faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.

Fungsi Integratif Agama

Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran

agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa

masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan

mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial

didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin

adanya konsensus dalam masyarakat.

Fungsi Disintegratif Agama.

Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan,

mengikat, dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga

dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah

bahkan menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari

begitu kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali

mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain

Page 12: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Tujuan Agama

Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab

yang sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama

sudah sangat sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan

benar serta dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama

dikarnakan ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta

membandingkan agama satu dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk

agama

Beberapa tujuan agama yaitu :

Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa

(tahuit).

Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan  baik,

sehingga dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.

Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.

Menyempurnakan akhlak manusia.

Menurut para peletak dasar ilmu sosial seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L

Berger, agama merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bagi

umumnya agamawan, agama merupakan aspek yang paling besar pengaruhnya –bahkan

sampai pada aspek yang terdalam (seperti kalbu, ruang batin)– dalam kehidupan

kemanusiaan.

Masalahnya, di balik keyakinan para agamawan ini, mengintai kepentingan para

politisi. Mereka yang mabuk kekuasaan akan melihat dengan jeli dan tidak akan menyia-

nyiakan sisi potensial dari agama ini. Maka, tak ayal agama kemudian dijadikan sebagai

komoditas yang sangat potensial untuk merebut kekuasaan.

Yang lebih sial lagi, di antara elite agama (terutama Islam dan Kristen yang

ekspansionis), banyak di antaranya yang berambisi ingin mendakwahkan atau

menebarkan misi (baca, mengekspansi) seluas-luasnya keyakinan agama yang

Page 13: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

dipeluknya. Dan, para elite agama ini pun tentunya sangat jeli dan tidak akan menyia-

nyiakan peran signifikan dari negara sebagaimana yang dikatakan Hobbes di atas. Maka,

kloplah, politisasi agama menjadi proyek kerja sama antara politisi yang mabuk

kekuasaan dengan para elite agama yang juga mabuk ekspansi keyakinan.

Namun, perlu dicatat, dalam proyek “kerja sama” ini tentunya para politisi jauh lebih

lihai dibandingkan elite agama. Dengan retorikanya yang memabukkan, mereka tampil

(seolah-olah) menjadi elite yang sangat relijius yang mengupayakan penyebaran dakwah

(misi agama) melalui jalur politik. Padahal sangat jelas, yang terjadi sebenarnya adalah

politisasi agama.

Di tangan penguasa atau politisi yang ambisius, agama yang lahir untuk membimbing

ke jalan yang benar disalahfungsikan menjadi alat legitimasi kekuasaan; agama yang

mestinya bisa mempersatukan umat malah dijadikan alat untuk mengkotak-kotakkan

umat, atau bahkan dijadikan dalil untuk memvonis pihak-pihak yang tidak sejalan sebagai

kafir, sesat, dan tuduhan jahat lainnya

Menurut saya, disfungsi atau penyalahgunaan fungsi agama inilah yang seyogianya

diperhatikan oleh segenap ulama, baik yang ada di organisasi-organisasi Islam semacam

MUI. Ulama harus mempu mengembalikan fungsi agama karena Agama bukan benda

yang harus dimiliki, melainkan nilai yang melekat dalam hati.

Mengapa kita sering takut kehilangan agama, karena agama kita miliki, bukan kita

internalisasi dalam hati. Agama tidak berfungsi karena lepas dari ruang batinnya yang

hakiki, yakni hati (kalbu). Itulah sebab, mengapa Rasulullah SAW pernah menegaskan

bahwa segala tingkah laku manusia merupakan pantulan hatinya. Bila hati sudah rusak,

rusak pula kehidupan manusia. Hati yang rusak adalah yang lepas dari agama. Dengan

kata lain, hanya agama yang diletakkan di relung hati yang bisa diobjektifikasi,

memancarkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.

Sayangnya, kita lebih suka meletakkan agama di arena yang lain: di panggung atau di

kibaran bendera, bukan di relung hati

Page 14: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Fungsi pertama agama, ialah mendefinisikan siapakah saya dan siapakah Tuhan, serta

bagaimanakah saya berhubung dengan Tuhan itu. Bagi Muslim, dimensi ini dinamakan

sebagai hablun minaLlah dan ia merupakah skop manusia meneliti dan mengkaji

kesahihan kepercayaannya dalam menghuraikan persoalan diri dan Tuhan yang saya

sebutkan tadi. Perbincangan tentang fungsi pertama ini berkisar tentang Ketuhanan,

Kenabian, Kesahihan Risalah dan sebagainya.

Kategori pertama ini, adalah daerah yang tidak terlibat di dalam dialog antara agama.

Pluralisma agama yang disebut beberapa kali oleh satu dua penceramah, TIDAK

bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. Mana mungkin penyama

rataan dibuat sedangkan sesiapa sahaja tahu bahawa asas agama malah sejarahnya begitu

berbeza. Tidak mungkin semua agama itu sama!

Manakala fungsi kedua bagi agama ialah mendefinisikan siapakah saya dalam

konteks interpersonal iaitu bagaimanakah saya berhubung dengan manusia. Bagi

pembaca Muslim, kategori ini saya rujukkan ia sebagai hablun minannaas.

Ketika Allah SWT menurunkan ayat al-Quran yang memerintahkan manusia agar

saling kenal mengenal (Al-Hujurat 49: 13), perbezaan yang berlaku di antara manusia

bukan sahaja meliputi perbezaan kaum, malah agama dan kepercayaan. Fenomena

berbilang agama adalah seiring dengan perkembangan manusia yang berbilang bangsa itu

semenjak sekian lama.

Maka manusia dituntut agar belajar untuk menjadikan perbedaan itu sebagai medan

kenal mengenal, dan bukannya gelanggang krisis dan perbalahan.

Untuk seorang manusia berkenalan dan seterusnya bekerjasama di antara satu sama

lain, mereka memerlukan beberapa perkara yang boleh dikongsi bersama untuk

menghasilkan persefahaman. Maka di sinilah, dialog antara agama (Interfaith Dialogue)

mengambil tempat. Dialog antara agama bertujuan untuk menerokai beberapa persamaan

yang ada di antara agama. Dan persamaan itu banyak ditemui di peringkat etika dan nilai.

Page 15: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Kasus Penyalahgunaan Narkoba Khususnya pada Remaja

Sebagai peralihan dari masa anak menuju ke masa dewasa, masa remaja

merupakan masa yang penuh dengan kesulitan dan gejola, baik bagi remaja sendiri

maupun bagi orang tuanya. Seringkali karena ketidaktahuan dari orang tua mengenai

keadaan masa remaja tersebut ternyata mampu menimbulkan bentrokan dan

kesalahpahaman antara remaja dengan orang tua yakni dalam keluarga atau remaja

dengan lingkungannya.

Hal tersebut di atas tentunya tidak membantu si remaja untuk melewati masa ini

dengan wajar, sehingga berakibat terjadinya berbagai macam gangguan tingkah laku

seperti penyalahgunaan zat, atau kenakalan remaja atau gangguan mental lainnya. Orang

tua seringkali dibuat bingung atau tidak berdaya dalam menghadapi perkembangan anak

remajanya dan ini menambah parahnya gangguan yang diderita oleh anak remajanya.

Untuk menghindari hal tersebut dan mampu menentukan sikap yang wajar dalam

menghadapi anak remaja, kita sekalian diharapkan memahami perkembangan remajanya

beserta ciri-ciri khas yang terdapat pada masa perkembangan tersebut. Dengan ini

diharapkan bahwa kita (yang telah dewasa) agar memahami atas perubahan-perubahan

yang terjadi pada diri anak dan remaja pada saat ia memasuki masa remajanya. Begitu

pula dengan memahami dan membina anak/remaja agar menjadi individu yang sehat

dalam segi kejiwaan serta mencegah bentuk kenakalan remaja perlu memahami proses

tumbuh kembangnya dari anak sampai dewasa.  

Beberapa Ciri Khas Masa Remaja

• Perubahan peranan

Perubahan dari masa anak ke masa remaja membawa perubahan pada diri seorang

individu. Kalau pada masa anak ia berperan sebagai seorang individu yang bertingkah

laku dan beraksi yang cenderung selalu bergantung dan dilindungi, maka pada masa

remaja ia diharapkan untuk mampu berdiri sendiri dan ia pun berkeinginan mandiri. Akan

tetapi sebenarnya ia masih membutuhkan perlindungan dan tempat bergantung dari orang

Page 16: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

tuanya. Pertentangan antara keinginan untuk bersikap sebagai individu yang mampu

berdiri sendiri dengan keinginan untuk tetap bergantung dan dilindungi, akan

menimbulkan konflik pada diri remaja. Akibat konflik ini, dalam diri remaja timbul

kegelisahan dan kecemasan yang akan mewarnai sikap dan tingkah lakunya. Ia menjadi

mudah sekali tersinggung, marah, kecewa dan putus asa.

• Daya fantasi yang berlebihan

Keterbatasan kemampuan yang ada pada diri remaja menyebabkan ia tidak selalu

mampu untuk memenuhi berbagai macam dorongan kebutuhan dirinya.

• Ikatan kelompok yang kuat

Ketidakmampuan remaja dalam menyalurkan segala keinginan dirinya

menyebabkan timbulnya dorongan yang kuat untuk berkelompok. Dalam kelompok,

segala kekuatan dirinya seolah-olah dihimpun sehingga menjadi sesuatu kekuatan yang

besar. Remaja akan merasa lebih aman dan terlindungi apabila ia berada di tengah-tengah

kelompoknya. Oleh karena itu ia berusaha keras untuk dapat diakui oleh kelompoknya

dengan cara menyamakan dirinya dengan segala sesuatu yang ada dalam kelompoknya.

Rasa setia kawan terjalin dengan erat dan kadang-kadang menjurus ke arah tindakan yang

membabi buta.

 • Krisis identitas

Tujuan akhir dari suatu perkembangan remaja adalah terbentuknya identitas diri.

Dengan terbentuknya identitas diri, seorang individu sudah dapat memberi jawaban

terhadap pertanyaan: siapakah, apakah saya mampu dan dimanakah tempat saya

berperan. Ia telah dapat memahami dirinya sendiri, kemampuan dan kelamahan dirinya

serta peranan dirinya dalam lingkungannya. Sebelum identitas diri terbentuk, pada

umumnya akan terjadi suatu krisis identitas. Setiap remaja harus mampu melewati

krisisnya dan menemukan jatidirinya. 

Berbagai Motivasi Dalam Penyalahgunaan Obat

Page 17: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

• Motivasi dalam penyalahgunaan zat dan narkotika ternyata menyangkut motivasi yang

berhubungan dengan keadaan individu (motivasi individual) yang mengenai aspek fisik,

emosional, mental-intelektual dan interpersonal.

• Di samping adanya motivasi individu yang menimbulkan suatu tindakan

penyalahgunaan zat, masih ada faktor lain yang mempunyai hubungan erat dengan

kondisi penyalahgunaan zat yaitu faktor sosiokultural seperti di bawah ini; dan ini

merupakan suasana hati menekan yang mendalam dalam diri remaja; antara lain:

a. Perpecahan unit keluarga misalnya perceraian, keluarga yang berpindah-

pindah, orang tua yang tidak ada/jarang di rumah dan sebagainya.

b. Pengaruh media massa misalnya iklan mengenai obat-obatan dan zat.

c. Perubahan teknologi yang cepat.

d. Kaburnya nilai-nilai dan sistem agama serta mencairnya standar moral;

(hal ini berarti perlu pembinaan Budi Pekerti – Akhlaq)

e. Meningkatnya waktu menganggur.

f. Ketidakseimbangan keadaan ekonomi misalnya kemiskinan, perbedaan

ekonomi etno-rasial, kemewahan yang membosankan dan sebagainya.

g. Menjadi manusia untuk orang lain. 

Adanya faktor-faktor sosial kultural seperti yang dikemukakan di atas akan

mempengaruhi kehidupan manusia dan dapat menimbulkan motivasi tertentu untuk

mamakai zat. Pengaruh ini akan terasa lebih jelas pada golongan usia remaja, karena

ditinjau dari sudut perkembangan, remaja merupakan individu yang sangat peka terhadap

berbagai pengaruh, baik dari dalam diri maupun dari luar dirinya atau lingkungan. 

Upaya Pencegahan Masalah Penyalahgunaan Zat 

Karakteristik psikologis yang khas pada remaja merupakan faktor yang

memudahkan terjadinya tindakan penyalahgunaan zat.

Page 18: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Namun demikian, untuk terjadinya hal tersebut masih ada faktor lain yang

memainkan peranan penting yaitu faktor lingkungan si pemakai zat. Faktor lingkungan

tersebut memberikan pengaruh pada remaja dan mencetuskan timbulnya motivasi untuk

menyalahgunakan zat. Dengan kata lain, timbulnya masalah penyalahgunaan zat

dicetuskan oleh adanya interaksi antara pengaruh lingkungan dan kondisi psikologis

remaja.

Di dalam upaya pencegahan, tindakan yang dijalankan dapat diarahkan pada dua

sasaran proses. Pertama diarahkan pada upaya untuk menghindarkan remaja dari

lingkungan yang tidak baik dan diarahkan ke suatu lingkungan yang lebih membantu

proses perkembangan jiwa remaja. Upaya kedua adalah membantu remaja dalam

mengembangkan dirinya dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan (suatu proses

pendampingan kepada si remaja, selain: pengaruh lingkungan pergaulan di luar selain

rumah dan sekolah).

Jadi remaja sebenarnya berada dalam 3 (tiga) pengaruh yang sama kuat, yakni

sekolah (guru), lingkungan pergaulan dan rumah (orang tua dan keluarga); serta ada 2

buah proses yakni menghindar dari lingkungan luar yang jelek, dan proses dalam diri si

remaja untuk mandiri dan menemukan jati dirinya.

Dalam rangka membimbing dan mengarahkan perkembangan remaja, tindakan

yang harus dan dapat dilakukan, secara garis besar akan diuraikan di bawah ini:

1. Sikap dan tingkah laku

Tujuan dari suatu perkembangan remaja secara umum adalah merubah sikap dan

tingkah lakunya, dari cara yang kekanak-kanakan menjadi cara yang lebih dewasa. Sikap

kekanak-kanakan seperti mementingkan diri sendiri (egosentrik), selalu menggantungkan

diri pada orang lain, menginginkan pemuasan segera, dan tidak mampu mengontrol

perbuatannya, harus diubah menjadi mampu memperhatikan orang lain, berdiri sendiri,

menyesuaikan keinginan dengan kenyataan yang ada dan mengontrol perbuatannya

sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Untuk itu dibutuhkan perhatian dan

bimbingan dari pihak orang tua. Orang tua harus mampu untuk memberi perhatian,

memberikan kesempatan untuk remaja mencoba kemampuannya. Berikan penghargaan

dan hindarkan kritik dan celaan. 

Page 19: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

2. Emosional

Untuk mendapatkan kebebasan emosional, remaja mencoba merenggangkan

hubungan emosionalnya dengan orang tua; ia harus dilatih dan belajar untuk memilih dan

menentukan keputusannya sendiri. Usaha ini biasanya disertai tingkah laku memberontak

atau membangkang. Dalam hal ini diharapkan pengertian orang tua untuk tidak

melakukan tindakan yang bersifat menindas, akan tetapi berusaha membimbingnya

secara bertahap. Udahakan jangan menciptakan suasana lingkungan yang lain, yang

kadang-kadang menjerumuskannya. Anak menjadi nakal, pemberontak dan malah

mempergunakan narkotika (menyalahgunakan obat). 

3. Mental – intelektual

Dalam perkembangannya mental – intelektual diharapkan remaja dapat menerima

emosionalnya dengan memahami mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya. Dengan

begitu ia dapat membedakan antara cita-cita dan angan-angan dengan kenyataan

sesungguhnya. Pada mulanya daya pikir remaja banyak dipengaruhi oleh fantasi, sejalan

dengan meningkatnya kemampuan berpikir secara abstrak. Pikiran yang abstrak ini

seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dan dapat menimbulkan kekecewaan

dan keputusasaan. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan bantuan orang tua dalam

menumbuhkan pemahaman diri tentang kemampuan yang dimilikinya berdasarkan

kemampuan yang dimilikinya tersebut. Jangan membebani remaja dengan berbagai

macam harapan dan angan-angan yang kemungkinan sulit untuk dicapai. 

4. Sosial

Untuk mencapai tujuan perkembangan, remaja harus belajar bergaul dengan

semua orang, baik teman sebaya atau tidak sebaya, maupun yang sejenis atau berlainan

jenis. Adanya hambatan dalam hal ini dapat menyebabkan ia memilih satu lingkungan

pergaulan saja misalnya suatu kelompok tertentu dan ini dapat menjurus ke tindakan

penyalahgunaan zat. Sebagaimana kita ketahui bahwa ciri khas remaja adalah adanya

ikatan yang erat dengan kelompoknya. Hal ini menimbulkan ide, bagaimana caranya agar

remaja memiliki sifat dan sikap serta rasa (Citra: disiplin dan loyalitas terhadap teman,

Page 20: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

orang tua dan cita-citanya. Selain itu juga kita sebagai orang tua dan guru, harus mampu

menumbuhkan suatu Budi Pekerti/Akhlaq yang luhur dan mulia; suatu keberanian untuk

berbuat yang mulia dan menolong orang lain dan menjadi teladan yang baik. 

5. Pembentukan identitas diri

Akhir daripada suatu perkembangan remaja adalah pembentukan identitas diri.

Pada saat ini segala norma dan nilai sebelumnya merupakan sesuatu yang datang dari luar

dirinya dan harus dipatuhi agar tidak mendapat hukuman, berubah menjadi suatu bagian

dari dirinya dan merupakan pegangan atau falsafah hidup yang menjadi pengendali bagi

dirinya. Untuk mendapatkan nilai dan norma tersebut diperlukan tokoh identifikasi yang

menurut penilaian remaja cukup di dalam kehidupannya.

Orang tua memegang peranan penting dalam preoses identifikasi ini, karena

mereka dapat membantu remajanya dengan menjelaskan secara lebih mendalam

mengenai peranan agama dlam kehidupan dewasa, sehingga penyadaran ini memberikan

arti yang baru pada keyakinan agama yang telah diperolehnya. Untuk dapat menjadi

tokoh identifikasi, tokoh tersebut harus menjadi kebanggaan bagi remaja. Tokoh yang

dibanggakan itu dapat saja berupa orang tua sendiri atau tokoh lain dalam masyarakat,

baik yang masih ada maupun yang hanya berasal dari sejarah atau cerita. 

Sebagai ikhtisar dari apa yang dapat dilakukan orang tua dan guru dalam upaya

pencegahan, dapat dikemukakan sebagai berikut: 

Memahami sikap dan tingkah laku remaja dan menghadapinya dengan penuh

kasih sayang dan kesabaran. 

Memberikan perhatian yang cukup baik dalam segi material, emosional,

intelektual, dan sosial. 

Memberikan kebebasan dan keteraturan serta secara bersamaan pengarahan

terhadap sikap, perasaan dan pendapat remaja. 

Page 21: Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Menciptakan suasana rumah tangga/keluarga yang harmonis, intim, dan penuh

kehangatan bagi remaja.

Memberikan penghargaan yang layak terhadap pendapat dan prestasi yang baik.

Memberikan teladan yang baik kepada remaja tentang apa yang baik bagi remaja.

Tidak mengharapkan remaja melakukan sesuatu yang ia tidak mampu atau orang

tua tidak melaksanakannya (panutan dan keteladanan).

Apa yang dikemukakan di atas hanyalah merupakan petikan secara umum dan dalam

penerapannya harus disesuaikan dengan kondisi yang ada pada diri remaja maupun orang

tua dan guru. Dengan begitu maka setiap orang tua dan guru harus mampu untuk

menafsirkan apa yang dimaksud dan menerapkannya sesuai dengan apa yang

diharapkan.Yang paling penting adalah pengenalan diri sendiri dari pihak orang tua

sebelum mereka mengharapkan remajanya mengenal dirinya. Dengan kata lain, apa yang

diharapkan dari remaja harus dapat dilaksanakan terlebih dahulu oleh orang tua dan guru.