HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB...

76
HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN TERHADAP KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI RUANG PERINATOLOGI RSUD Dr.H. ABDUL MOELOK PROVINSI LAMPUNG (Skripsi) Oleh: Regina Triswara FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN TERHADAP

KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI RUANG PERINATOLOGI RSUD

Dr.H. ABDUL MOELOK PROVINSI LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh:

Regina Triswara

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN TERHADAP

KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI RUANG PERINATOLOGI RSUD

Dr.H. ABDUL MOELOK PROVINSI LAMPUNG

Oleh :

Regina Triswara

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 3: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

ABSTRACT

RELATIONSHIP MATERNAL AND NEONATAL RISK FACTORS

TOWARD NEONATAL SEPSIS IN PERINATOLOGY UNIT REGIONAL

PUBLIC HOSPITAL OF DR. H. ABDUL MOELOEK LAMPUNG

PROVINCE

By

REGINA TRISWARA

Background : Neonatal sepsis is a clinical syndrome of systemic disease due to

infection bacteremia invasive and generally occur in infants of the first month of

life. Neonatal sepsis still a major cause of newborn mortality and morbidity. The

incidence of neonatal sepsis in developing countries is till high (1,8 / 1.000)

compared to developed countries.

Objective: To knowing the relationship between prolonged rupture of

membranes, gestasional age, delivery process, low birth weight and APGAR score

with neonatal sepsis.

Methods: This type of study used observational analytics with retrospective

approach. The subjects of the study were neonates who were admitted to the

perinatology chamber from medical record data from 2012 to 2016. The Samples

was divided into 2 groups, the case group was neonates with sepsis and the other

group were neonates without sepsis as control of 30 neonates each with

consecutive sampling technique. The data obtained were analyzed by Chi-Square

test.

Results: The results showed that microorganisms cause sepsis neonatorum are

Pseudomonas sp (62,5%), Klebsiella sp (25%) dan Staphylococcus sp (12,5%).

The Statistical test showed that the time of prolonged rupture of membranes

(p=0,002), gestasional age (p=0,036), delivery process (p=006), low birth weight

(p=0,030) and APGAR score (p=0,002) with neonatal sepsis.

Conclusion: Prolonged rupture of membranes after 18 hours, prematurity,

caesarian delivery process, low birth weight and APGAR score had significant.

Keywords: Low birth weight, premature rupture of membranes, prematurity,

delivery process, APGAR score, neonatal sepsis

Page 4: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

ABSTRAK

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN TERHADAP SEPSIS

NEONATORUM DI RUANG PERINATOLOGI RSUD DR. H. ABDUL

MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

Oleh

REGINA TRISWARA

Latar Belakang : Sepsis neonatorum merupakan sindrom klinik penyakit

sistemik karena infeksi bakteremia yang bersifat invasif dan umumnya terjadi

pada bayi satu bulan pertama kehidupan. Sepsis neonatorum masih menjadi

penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Angka kejadian sepsis

neonatorum di negara berkembang masih cukup tinggi (1,8-18/1.000)

dibandingkan dengan di negara maju (1-5/1.000).

Tujuan : Mengetahui hubungan lama ketuban pecah dini, usia kehamilan, proses

persalinan, berat bayi lahir rendah dan skor APGAR dengan sepsis neonatorum.

Metode : Jenis penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan

pendekatan retrospektif. Subyek penelitian adalah neonatus yang dirawat di ruang

perinatologi dari data rekam medik sejak tahun 2012 sampai 2016. Sampel dibagi

menjadi 2 kelompok, kelompok kasus adalah neonatus dengan sepsis dan

kelompok lainnya adalah neonatus tanpa sepsis sebagai kontrol masing – masing

sebesar 30 neonatus dengan teknik consecutive sampling. Data yang diperoleh

dianalisis dengan uji Chi-Square.

Hasil : Hasil penelitian menunjukan mikroorganisme penyebab sepsis

neonatorum adalah Pseudomonas sp (62,5%), Klebsiella sp (25%) dan

Staphylococcus sp (12,5%). Uji statistik didapatkan lama ketuban pecah dini

(p=0,002), usia kehamilan (p=0,036), proses persalinan (p=0,006), berat bayi lahir

rendah (p=0,030) dan skor APGAR (p=0,002) dengan sepsis neonatorum.

Kesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses

persalinan sesar, berat bayi lahir rendah dan skor APGAR merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap sepsis neonatorum.

Kata Kunci : Berat bayi lahir rendah, ketuban pecah dini, prematuritas, proses

persalinan, skor APGAR, sepsis neonatorum.

Page 5: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan
Page 6: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan
Page 7: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan
Page 8: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

Hidup takkan bermakna tanpa adanya tujuan, harapan, cobaan dan tantangan.

Meskipun semuanya terasa berat, namun pada akhirnya akan ada kebahagiaan

yang datang, walau harus memerlukan pengorbanan.

Kupersembahkan persembahan kecil ini untuk Mama, Papa, Kakak Ami dan

kakak Empi, yang senantiasa memanjatkan doa untuk nana dan saudaramu

tercinta dalam setiap sujudnya, tidak ada yang lebih berharga dari kasih sayang

dan perhatian yang kalian berikan, terimakasih untuk semuanya.

”Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh

jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah

mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” – Al-Baqarah:216

Page 9: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal

12 November 1996, sebagai putri ketiga dari tiga bersaudara, pasangan H.

Sukarwanto dan Hj. Rahmi Akip.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) penulis diselesaikan di SDN 46 Kota

Lubuklinggau pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan

di SMPN 2 Kota Lubuklinggau pada tahun 2011 dan Sekolah Menengah Atas

(SMA) diselesaikan di SMAN 2 Kota Lubuklinggau pada tahun 2014.

Tahun 2014, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SBMPTN) tertulis.

Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif pada organisasi Tim Bantuan Medis

PMPATD PAKIS Rescue Tim Fakultas Kedokteran Universitas Lampung sebagai

Anggota Divisi pencinta alam periode 2015-2016.

Page 10: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT

yang senantiasa mencurahkan segala nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa terhaturkan kepada junjungan kita,

Nabi Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul “Hubungan Faktor Risiko Ibu dan Janin Terhadap Kejadian

Sepsis Neonatorum di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Abdul Moelok Provinsi

Lampung” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung;

2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas

Kedoketran Universitas Lampung;

3. Prof. Dr. dr. Efrida Warganegara M.Kes., Sp.MK., selaku Pembimbing

Utama atas kesediaannya untuk memberikan waktu, bimbingan, saran, dan

kritik dalam proses serta penyelesaian skripsi ini;

Page 11: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

4. Dr. dr. Khairun Nisa M.Kes., AIFO., selaku Pembimbing Kedua atas

kesediaan memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses serta

penyelesaian skripsi ini;

5. dr. Roro Rukmi Windi Perdani M.Kes., Sp.A., selaku Penguji Utama.

Terima kasih atas waktu, ilmu serta saran-saran yang telah diberikan;

6. Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibunda (Hj. Rahmi), atas

kiriman do’anya setiap saat dan setiap sholat, kesabaran, keikhlasan, kasih

sayang, perhatian, motivasi, inspirasi dan segala sesuatu yang telah dan akan

selalu diberikan kepada penulis. Ayahanda (H. Sukarwanto) yang selalu

memberikan do’a, pelajaran hidup, dan semangat berjuang yang tinggi, kakak

Wiratamia wara yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk

belajar dan kakak Novita Dwiswara Putri yang telah banyak membantu dalam

suka maupun duka terimakasih atas canda-tawanya selama merantau bersama,

serta keluarga besar lainnya, terimakasih atas do’a dan motivasi kuat yang

telah diberikan;

7. dr. Ratna Dewi Puspita Sari Sp.OG., selaku Pembimbing Akademik atas

segala do’a, motivasi, perhatian, kesabaran dan bantuan dalam membimbing

penulis selama ini;

8. Rekan-rekan sesama organisator PMPATD PAKIS Rescue Tim Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung, terimakasih atas segala ilmu, pengalaman

dan manfaatnya.

9. Seluruh staf dosen dan staf karyawan Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung;

Page 12: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

10. Sahabat, saudara seperjuangan, Amira Puri Zahra, Fitri Syifa Nabila yang

telah membantu, menemani, menyemangati, berbagi dalam banyak hal disaat

suka maupun duka;

11. Seluruh keluarga mahasiswa angkatan 2014 yang tidak bisa disebutkan satu

persatu atas canda, tawa, masalah, bahagia, kemudahan, konflik dan lain-lain,

selama 3,5 tahun, semoga semua cerita itu dapat menjadi warna tersendiri dan

dapat memberikan makna atas kebersamaan yang terjalin baik sekarang

maupun kedepan nanti;

12. Teman sedari sekolah, Nanda Kamtari, Indah Rahmadona Putri, Rizki

Muharani, Hanny Angraini, Sri Loresa Putri dan Muthia Firizky yang telah

menyemangati dan mendoakan.

13. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat (angkatan 2002–2017), yang sudah

memberikan semangat kebersamaan dalam “sai kedokteran satu” Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Namun, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat

dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Semoga segala

perhatian, kebaikan dan keikhlasan yang diberikan selama ini mendapat balasan

dari Allah SWT. Terima kasih.

Bandar Lampung, 12 Desember 2018

Penulis

Regina Triswara

Page 13: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4

1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 4

1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 6

1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan ........................................................ 6

1.4.2 Bagi Peneliti ......................................................................... 6

1.4.3 Bagi Instansi Terkait ............................................................ 6

1.4.4 Bagi Peneliti selanjutnya ...................................................... 7

1.5 Ruang Lingkup .............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sepsis .............................................................................................. 8

2.1.1 Definisi Sepsis ...................................................................... 8

2.1.2 Epidemiologi ........................................................................ 9

2.1.3 Etiologi Sepsis ...................................................................... 11

2.1.4 Masalah Kuman Penyebab ................................................... 12

2.1.5 Patofisiologi dan Patogenesis ............................................... 16

2.1.6 Faktor yang mempengaruhi kejadian Sepsis ........................ 19

2.1.6.1 Faktor Ibu ................................................................. 19

2.1.6.2 Faktor Janin ............................................................. 27

2.1.6.3 Faktor Risiko Lainnya ............................................. 31

2.2 Kerangka Teori ............................................................................... 34

2.3 Kerangka Konsep ........................................................................... 35

2.4 Hipotesis ......................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 38

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 38

3.2.1 Waktu ................................................................................... 38

2.1.7 Tatalaksana Sepsis................................................................ 32

Page 14: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

ii

3.2.2 Tempat .................................................................................. 38

3.3 Subjek Penelitian ............................................................................ 39

3.3.1 Populasi dan Sampel ............................................................ 39

3.3.1.1 Populasi .................................................................... 39

3.3.1.2 Sampel ..................................................................... 39

3.3.2 Kriteria Inklusi ..................................................................... 42

3.3.3 Kriteria Eksklusi ................................................................... 42

3.3.4 Teknik Sampling ................................................................. 42

3.4 Rancangan Penelitian ..................................................................... 43

3.5 Variabel Penelitian ......................................................................... 43

3.6 Definisi Operasional ....................................................................... 44

3.7 Alat dan Bahan ............................................................................... 45

3.8 Prosedur Penelitian ......................................................................... 45

3.9 Alur Penelitian ................................................................................ 47

3.10 Pengolahan Data ........................................................................... 48

3.11 Analisis Data ................................................................................ 49

3.12 Etik Penelitian .............................................................................. 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 50

4.1.1 Analisis Univariat ................................................................. 50

4.1.2 Analisis Bivariat ................................................................... 54

4.1.2.1 Hubungan ketuban pecah dini dengan kejadian

sepsis neonatorum....... ............................................. 54

4.1.2.2 Hubungan usia kehamilan dengan kejadian

sepsis neonatorum...... .............................................. 55

4.1.2.3 Hubungan bayi berat lahir rendah dengan kejadian

sepsis neonatorum........... ......................................... 56

4.1.2.4 Hubungan proses persalinan dengan kejadian

sepsis neonatorum........... ......................................... 57

4.1.2.5 Hubungan skor APGAR dengan kejadian

sepsis neonatorum....... ............................................. 58

4.2 Pembahasan… ............................................................................... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……… ......................................................................... 71

5.2 Saran ............................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

4.3 Keterbatasan Penelitian………………………………………....... 68

Page 15: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kuman penyebab sepsis BBL di beberapa rumah sakit di Indonesia ........ 13

2. Hasil Identifikasi Bakteri Penyebab Sepsis di Unit Perinatologi

RSAM ........................................................................................................ 15

3. Skor Appearance,Pulse,Grimace,Activity,Repiration (APGAR) bayi ....... 30

4. Defini Operasional ..................................................................................... 44

5. Analisis Univariat ....................................................................................... 50

6. Hasil Identifikasi Pemeriksaan Isolat Bakteri ............................................ 52

7. Hasil uji Resistensi Antibiotik ................................................................... 53

8. Hasil uji statistik hubungan ketuban pecah dini dengan kejadian

sepsis Neonatorum ..................................................................................... 54

9. Hasil uji statistik hubungan usia kehamilan dengan kejadian sepsis

neonatorum........ ......................................................................................... 55

10. Hasil uji statistik hubungan berat bayi lahir rendah dengan kejadian

sepsis neonatorum.......... ............................................................................ 56

11. Hasil uji statistik hubungan proses persalinan dengan kejadian sepsis

neonatorum……….. ................................................................................... 57

12. Hasil uji statistik hubungan skor APGAR dengan kejadian sepsis

neonatorum............. .................................................................................... 58

Page 16: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori ......................................................................................... 34

2. Kerangka Konsep ...................................................................................... 35

3. Alur Penelitian .......................................................................................... 47

Page 17: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Izin Pre-Survey Penelitian

2. Surat Izin Penelitian

3. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik

4. Data Hasil Penelitian

5. Hasil Uji Statistik Data Univariat Dan Bivariat

Page 18: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk

meningkatkan kelangsungan hidup bayi dan anak. Bayi menjadi fokus dalam

setiap program kesehatan karena dalam masa pertumbuhan dan

perkembangannya setiap saat menghadapi berbagai ancaman bagi

kelangsungan hidupnya seperti kesakitan dan kematian akibat berbagai

masalah kesehatan (Argadiredja, 2013).

Penurunan angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu target dari

Millenium Development Goals (MDGs) (WHO, 2015). Angka kematian bayi

pada tahun 2015 sebesar 4,5 juta pada bayi usia tahun pertama kehidupan.

Kejadian angka kematian bayi tertinggi di wilayah Afrika yaitu sebesar 55 per

1000 kelahiran hidup (KH), lima kali lebih tinggi dari kawasan Eropa yaitu

10 per 1000 KH (WHO, 2015). Menurut perkiraan World Health

Organization (WHO) pada tahun 2013, 2,8 juta kematian neonatus terjadi

secara global (Oza, 2015).

Penurunan angka mortalitas neonatus menurun lebih lambat dibandingkan

pada balita. Kematian neonatus merupakan 44% dari seluruh kematian balita.

Page 19: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

2

Sembilan puluh delapan persen dari kematian neonatus terjadi di negara

berkembang dan 78,5% terjadi pada umur 0-6 hari (Oza, 2015). Angka

kematian neonatus berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012 sebanyak 19 per 1000 kelahiran (Kemenkes, 2013).

Laporan WHO yang dikutip dari State of The World’s Mother 2007 (data

tahun 2000-2003) didapatkan bahwa 36% kematian neonatus disebabkan oleh

infeksi. Beberapa kematian neonatus karena infeksi disebabkan oleh sepsis

neonatorum (15%), tetanus neonatorum (12%) dan diare (1%) (Unicef, 2014).

Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 didapatkan sepsis

neonatorum menempati urutan ketiga (12%) dan urutan pertama (20,5%)

penyebab kematian neonatus pada kelompok usia 0 – 6 hari dan 7 – 28 hari

(Kemenkes, 2007).

Sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi penyebab utama mortalitas

dan morbiditas bayi baru lahir. Angka kejadian sepsis neonatorum di negara

berkembang masih cukup tinggi (1,8-18/1.000) dibandingkan dengan di

negara maju (1-5/1.000) (Gerdes, 2004). Kejadian sepsis neonatorum di

Indonesia, di Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS. Cipto

Mangunkusumo, sebanyak 15,5% dari kelahiran hidup, dimana angka

kematian mencapai 13,68% pada periode Januari-September 2005

(Juniatiningsih, 2008), sedangkan di RSUP. Dr. Kariadi Semarang pada tahun

2004 sebesar 33,1% dan angka kematian 20,3% (Rini, 2010).

Faktor-faktor risiko yang dapat berpengaruh terhadap sepsis neonatorum yang

didapat dari ibu faktor meliputi ketuban pecah dini (KPD) lebih dari 18 jam,

Page 20: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

3

demam lebih dari 380

C, cairan ketuban keruh dan berbau, kehamilan

multipel, infeksi pada ibu saat hamil dan kelahiran preterm. Faktor risiko

pada janin meliputi prematuritas, berat badan lahir rendah, asfiksia perinatal,

pemasangan tindakan medis, kelainan kongenital, gawat janin, serta faktor

lain seperti prosedur mencuci tangan yang tidak benar (Lowry, 2011).

Ketuban pecah dini lebih dari 18 jam dan prematuritas < 37 minggu

mempunyai kecenderungan terjadinya sepsis neonatal dini (Ningrum, 2015).

Penelitian Roeslani (2013) yang dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo

Jakarta diketahui faktor yang berhubungan erat dengan terjadinya sepsis yaitu

ketuban pecah lebih dari 24 jam, demam dengan suhu lebih dari 38oC, usia

gestasi <37 minggu, dan nilai appearance, pulse, grimace, activity dan

respiration (APGAR) rendah. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

meningkatkan risiko terjadinya sepsis neonatorum. Bayi BBLR berisiko

mengalami sepsis neonatus karena pada bayi dengan BBLR pematangan

organ tubuhnya (hati, paru, pencernaan, otak, daya pertahanan tubuh terhadap

infeksi, dll) belum sempurna, maka bayi BBLR sering mengalami komplikasi

yang berakhir dengan kematian (Hasanah, 2016).

Penelitian yang dilakukan Apriliana ditemukan bahwa kejadian sepsis

neonatorum di Lampung tepatnya di RSUD Dr H Abdul Moeloek Lampung,

angka kejadian sepsis pada tahun 2009 adalah sebesar 30.1% dengan angka

kematian 40% (Apriliana, 2013). Berdasarkan angka kejadian tersebut,

Nampak bahwa kejadian sepsis menjadi salah satu permasalahan yang terjadi

di RS tersebut. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. H. Abdul Moeloek

Page 21: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

4

merupakan rumah sakit rujukan provinsi tipe B di Provinsi Lampung dimana

kejadian ini dapat menjadi preferensi kejadian sepsis yang ada di Lampung.

Penelitian tentang faktor risiko sepsis neonatorum belum banyak dilakukan di

Lampung. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik meneliti

mengenai hubungan KPD, usia kehamilan, proses persalinan, berat bayi lahir

dan APGAR skor bayi terhadap kejadian sepsis neonatorum di Ruang

Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut, “Apakah terdapat hubungan dari faktor

risiko ibu berupa KPD, usia kehamilan, proses persalinan dan faktor risiko

janin berupa berat bayi lahir dan skor APGAR terhadap Kejadian Sepsis

Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor berupa

ketuban pecah dini, usia kehamilan, proses persalinan, berat bayi lahir

dan skor APGAR yang berhubungan dengan kejadian sepsis

neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung.

Page 22: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

5

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui distribusi frekuensi faktor – faktor yang

berhubungan dengan kejadian sepsis neonatorum di Ruang

Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

1.3.2.2 Mengetahui pola sebar jenis bakteri pada pasien sepsis

neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung.

1.3.2.3 Menganalisis ketuban pecah dini sebagai faktor yang

berhubungan terhadap kejadian sepsis neonatorum di Ruang

Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

1.3.2.4 Menganalisis usia kehamilan sebagai faktor yang berhubungan

terhadap kejadian sepsis neonatorum di Ruang Perinatologi

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

1.3.2.5 Menganalisis proses persalinan sebagai faktor yang

berhubungan terhadap kejadian sepsis neonatorum di Ruang

Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

1.3.2.6 Menganalisis berat bayi lahir sebagai faktor yang berhubungan

terhadap kejadian sepsis neonatorum di Ruang Perinatologi

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

1.3.2.7 Menganalisis skor APGAR bayi sebagai faktor yang

berhubungan terhadap kejadian sepsis neonatorum di Ruang

Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

Page 23: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian sepsis

neonatorum.

1.4.2 Bagi peneliti

Peneliti ini mendapat wawasan, baik dalam bentuk pengalaman maupun

dari segi ilmu pengetahuan tentang faktor – faktor yang berhubungan

dengan kejadian sepsis neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Lampung. Serta untuk memenuhi syarat memperoleh

gelar Sarjana Kedokteran.

1.4.3 Bagi Instansi Terkait

1.4.3.1 Tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

edukasi pada tempat penelitian dalam mengidentifikasi secara

dini faktor – faktor risiko sepsis neonatorum sehingga dapat

mencegah dan menurunkan kejadian sepsis neonatorum di

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

1.4.3.2 Institusi

Bagi institusi penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu

sumber kepustakaan dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan

edukasi kesehatan bagi mahasiswa dan penyelenggara kesehatan

yang bekerja sama dengan institusi dimana yang memiliki

Page 24: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

7

kaitannya dengan pencegahan sepsis neonatorum melalui

identifikasi faktor risiko.

1.4.4 Peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi

peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor – faktor risiko lainnya yang

berhubungan dengan sepsis neonatorum.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini mengidentifikasi faktor–faktor yang berhubungan dengan sepsis

neonatorum. Pada peneltian ini digunakan jenis penelitian analitik

observasional dengan desain retrospektif. Penelitian dilakukan di Ruang

Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung pada subyek

penelitian seluruh pasien bayi lahir. Waktu penelitian pada bulan November

2017.

Page 25: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sepsis

2.1.1 Definisi Sepsis

Menurut The American College of Chest Physicians (ACCP) dan The

Society for Critical Care Medicine (SCCM) sepsis neonatorum

didefinisikan sebagai terduga infeksi atau infeksi yang telah terbukti,

ditambah dengan dua atau lebih kriteria Systemic Inflammatory

Response Syndrome (SIRS) yang ditandai dengan demam, takikardia,

takipnea, dan leukositosis yang terjadi pada bayi berusia kurang dari 28

hari (Marik, 2007). Sedangkan Menurut Surviving Sepsis Campaign:

International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic

Shock, sepsis didefinisikan sebagai munculnya infeksi bersamaan

dengan manifestasi infeksi sistemik (Dellinger et al, 2012).

Definisi lainnya menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sepsis

neonatorum merupakan infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan

ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah,

cairan sumsum tulang atau air kemih. Sepsis neonatorum saat ini masih

menjadi masalah yang belum dapat terpecahkan dalam pelayanan dan

perawatan bayi baru lahir. Di negara berkembang, hampir sebagian

Page 26: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

9

besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai kaitan dengan masalah

sepsis. Hal yang sama ditemukan pula di negara maju pada bayi yang

dirawat di unit perawatan intensif bayi baru lahir. Di samping

morbiditas, mortalitas yang tinggi ditemukan pula pada penderita sepsis

bayi baru lahir (Kosim et al, 2008).

Sepsis neonatorum adalah sindroma klinis yang terjadi pada 28 hari

awal kehidupan, dengan manifestasi infeksi sistemik dan atau isolasi

bakteri patogen dalam aliran darah (Edwards MS, 2014). Secara umum

sepsis neonatorum diklasifikasikan berdasarkan waktu terjadinya

menjadi sepsis neonatorum awitan dini (early-onset neonatal sepsis)

dan sepsis neonatorum awitan lambat (late-onset neonatal sepsis)

(Aminullah, 2008).

Sepsis neonatorum awitan dini terjadi pada 48-72 jam setelah lahir dan

merupakan penyebab terpenting dalam morbiditas dan mortalitas pada

neonatus, sedangkan sepsis neonatorum awitan lambat terjadi setelah 72

jam (Bernardin, H.John & Russel, 2010).

2.1.2 Epidemiologi

Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir

semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara

berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode

neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti:

sepsis, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia dan diare. Menurut

Page 27: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

10

hasil Riskesdas 2007, penyebab kematian bayi baru lahir 0-6 hari di

Indonesia adalah gangguan pernapasan 36,9%, prematuritas 32,4%,

sepsis 12%, hipotermi 6,8%, kelainan darah/ikterus 6,6% dan lain-lain.

Penyebab kematian bayi 7-28 hari adalah sepsis 20,5%, kelainan

kongenital 18,1%, pneumonia 15,4%, prematuritas dan bayi berat lahir

rendah (BBLR) 12,8%, dan respiratory distress syndrome (RDS) 12,8%

(Kemenkes, 2007).

Incidence rate sepsis neonatorum di negara maju berkisar antara 3-5 per

1.000 kelahiran hidup dengan Case Fatality Rate (CFR) 10,3%. WHO

(2007) melaporkan CFR pada kasus sepsis neonatorum di dunia masih

tinggi yaitu 40%. Incidence rate sepsis neonatorum di Bangladesh

tahun 2004 adalah 20-30 per 1.000 kelahiran hidup dan CFR bervariasi

dari 15-25% (Ahmad & Khalid, 2014). Saat ini sepsis neonatorum

menyebabkan sekitar 1,6 juta kematian setiap tahunnya di negara

berkembang. Tahun 2003 incidence rate sepsis neonatorum di negara

berkembang cukup tinggi yaitu 1,8-18 per 1.000 kelahiran hidup

dengan CFR 12-68% (Kemenkes, 2010).

Malaysia tahun 2007 memiliki incidence rate sepsis neonatorum 5-10

per 1.000 kelahiran hidup dengan CFR 23-52% (Awaisu, 2010).

Incidence rate sepsis neonatorum di Indonesia belum banyak

dilaporkan. Incidence sepsis neonatorum di beberapa rumah sakit

rujukan di Indonesia tahun 2005 berkisar antara 1,5-3,72% dengan CFR

berkisar antara 37-80% (Nugrahani, 2005). Data yang diperoleh dari

Page 28: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

11

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta periode Januari-September

2005, Incidence sepsis neonatorum 13,68% dengan CFR 14,18%

(Rohsiswatmo, 2005). Sedangkan di RSUD dr H.Abdul Moeloek

Lampung, angka kejadian infeksi pada tahun 2009 adalah sebesar

30,1% dengan angka kematian 40% (Apriliana et al, 2013).

2.1.3 Etiologi Sepsis

Berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit atau jamur dapat

menyebabkan sepsis (Aminullah, 2008). Sepsis neonatorum awitan dini

sering dikaitkan dengan adanya infeksi bakteri yang didapat dari ibu,

biasanya diperoleh saat proses persalinan atau in utero (Berry et al,

2015). Pola bakteri penyebab sepsis dapat berbeda-beda antar negara

dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Di negara maju, bakteri yang

sering ditemukan pada sepsis neonatorum awitan dini adalah

Streptococcus grup B, Escherichia coli, Haemophillus influenzae dan

Listeria monocytogenes. Sedangkan di Indonesia yang termasuk negara

berkembang, penyebab terbanyak sepsis neonatorum awitan dini adalah

bakteri batang gram negatif (Aminullah, 2008).

Escherichia coli merupakan kuman patogen utama penyebab sepsis

pada bayi prematur (Aminullah, 2008). Data dari RS Dr. Cipto

Mangunkusumo selama tahun 2002 kuman yang ditemukan pada sepsis

neonatorum awitan dini berturut-turut adalah Enterobacter sp,

Acinetobacter sp dan Coli sp. Di Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

RS Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2002 diketahui Enterobacter

Page 29: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

12

aerogenes (47,63%), Pseudomonas aeroginosa (28,75%) dan

Staphylococcus epidermidis (4,76%) (Putri et al, 2014).

2.1.4 Masalah Kuman Penyebab

Pola kuman penyebab sepsis tidak selalu sama antar satu Rumah Sakit

dengan Rumah Sakit yang lain. Perbedaan tersebut terdapat pula antar

suatu negara dengan negara lain perbedaan pola kuman ini akan

berdampak terhadap pemilihan antibiotik yang dipergunakan pada

pasien. Perbedaan pola kuman mempunyai kaitan pula dengan prognosa

serta komplikasi jangka panjang yang mungkin diderita bayi baru lahir

(Kosim et al, 2008).

Hampir sebagian besar kuman penyebab di negara berkembang adalah

kuman gram negatif berupa kuman enterik seperti Enterobacter sp.,

Klebsiella sp. dan Coli sp (Kosim et al, 2014), sedangkan di Amerika

Utara dan Eropa Barat 40% penderita terutama disebabkan oleh

Streptococcus grup b. selanjutnya kuman lain seperti Coli sp., Listeria

sp.dan Enterovirus ditemukan dalam jumlah yang lebih sedikit (Kosim

et al, 2014).

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang pola

kuman yang terlihat juga tidak banyak berbeda dengan kuman di

Negara berkembang lainnya, karakteristik mikroorganisme penyebab

sepsis di beberapa rumah sakit di Indonesia terlihat dalam Tabel 1.

Page 30: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

13

Tabel 1. Kuman penyebab sepsis BBL di beberapa rumah sakit di Indonesia

(Kosim et al, 2014)

Peneliti Tempat Jumlah kultur

darah positif

Mikroorganisme

terbanyak Suarca

(2004)

RS Sanglah

Denpasar

104 Staphylococcus

coagulated

negative,

Enterobacter sp,

klebsiella sp,

Siswanto

(2004)

NICU RS

Harapan

Kita Jakarta

264 serratia sp,

klebsiella

pneumonia.

Enterobacter

aerogenes,

klebsiella sp, P

aeroginosa

Rohsiswatmo

(2005)

RSCM

Jakarta

320 Acinetobacter

calciaceticus,

enterobacter sp,

staphylococcus sp,

Yuliana

(2006)

RS Hasan

Sadikin

Bandung

53 Staphylococcus

epidermidis,

burkholderia

cepacia, klebsiella

pneumonia

Sofiah F

(2006)

RS Moh

Husein

Palembang

36 Acinobacter

calcoaceticu,

klebsiella

pneumonia,

staphylococcus

epidermidis,

streptococcus

virridans

Rahman

(2006)

RS

Soetomo

Surabaya

36 Staphylococcus

coagulated

negative,

acinetobacter,

enterobacter

aerogenes,

klebsiella

pneumonia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Apriliana pada tahun 2013 di

Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moelok Bandar Lampung,

didapatkan 21% neonatus yang usianya berkisar antara 1-4 hari dan

79% neonatus yang berusia di atas 4 hari. Usia neonatus pada kasus

sepsis neonatorum dapat memberikan informasi mengenai

Page 31: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

14

kemungkinan asal mikroorganisme penyebab. Pada neonatus di bawah

4 hari, penyebab umumnya berasal dari bakteri yang terdapat di jalan

lahir dan bakteri yang menginfeksi ibu selama kehamilan. Selain itu,

ada beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian sepsis

pada neonatus dengan usia di bawah 4 hari, antara lain usia kandungan,

berat lahir bayi, skor apgar, asfiksia, ketuban pecah dini lebih dari 12

jam, dan kelahiran prematur (Nasution, 2008).

Pada penelitian tersebut didapatkan bakteri gram negatif lebih banyak

didapatkan pada penderita sepsis neonatorum, dimana Pseudomonas sp

dan Klebsiella sp merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan

sebagai penyebab sepsis neonatorum. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Kayange (2014) yang mendapatkan Klebsiella sp

sebagai penyebab terbanyak sepsis neonatorum. Penelitian yang

dilakukan oleh Altayeb (2011) juga mendapatkan Klebsiella sp,

Enterobacter sp dan Escherichia coli sebagai bakteri gram negatif

penyebab sepsis neonatorum. Klebsiella sp merupakan bakteri gram

negatif yang dapat menyebabkan berbagai infeksi di rumah sakit,

seperti pneumonia, sepsis, infeksi luka operasi dan juga meningitis.

Klebsiella sp umumnya ditemukan di saluran pernafasan dan juga feses

manusia. Di termpat pelayanan kesehatan, Klebsiella sp dapat

menginfeksi pasien yang sedang mendapatkan perawatan, terutama

pasien yang menggunakan alat-alat seperti ventilator dan selang infus

(Brooks, 2008).

Page 32: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

15

Pseudomonas sp merupakan salah satu bakteri pathogen nosokomial

dan dapat tumbuh subur pada lingkungan yang basah. Pseudomonas sp

sering dijumpai pada daerah lembab di kulit dan dapat membentuk

koloni pada saluran pernafasan bagian atas pada pasien yang dirawat di

rumah sakit, juga pada alat-alat yang sering digunakan dirumah sakit

seperti kateter ataupun selang infus. Neonatus sangat rentan terhadap

infeksi, sehingga mudah untuk tertular melalui alat-alat tersebut

(Brooks, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Apriliana pada tahun 2013 Hasil identifikasi bakteri Setelah dilakukan

kultur pada 24 sampel penderita didapatkan hasil 5 (21%) sampel steril,

4 (17%) isolat bakteri gram positif, dan 15 (62%) isolat bakteri gram

negatif. Berdasarkan hasil kultur, pewarnaan gram dan uji biokimia

didapatkan spesies bakteri seperti pada Tabel 2, dengan spesies

terbanyak adalah Pseudomonas sp. (25%), dan Klebsiella sp. (25%).

Tabel 2. Hasil identifikasi isolat bakteri penyebab sepsis neonatorum di Unit

Perinatologi RSAM berdasarkan kultur dan uji biokimia (Apriliana, 2013).

Isolat Jumlah sampel Persentasi (%)

Pseudomonas sp 6 25

Klebsiella sp 6 25

Staphylococcus sp 4 17

Enterobacter sp 2 8

Escherichia coli 1 4

Negatif (steril) 5 21

Jumlah 25 100

Page 33: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

16

2.1.5 Patofisiologi dan Patogenesis

Selama dalam kandungan janin relatif aman terhadap kontaminasi

kuman karena terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta,

selaput amnion, korion dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan

amnion. Walaupun demikian kemungkinan kontaminasi kuman dapat

timbul melalui berbagai jalan, yaitu pertama melalui infeksi kuman

parasit atau virus yang diderita ibu dapat mencapai janin melalui aliran

darah menembus barier plasenta dan masuk sirkulasi janin, keadaan ini

ditemukan pada infeksi TORCH, Triponema pallidum atau Listeria dan

lain sebagainya. Kedua, bisa melalui prosedur obstetrik yang kurang

memperhatikan faktor aseptik atau antiseptik misalnya saat

pengambilan contoh darah janin, bahan vili korion atau amniosintesis

(Bellig & Ohning, 2010).

Paparan kuman pada cairan amnion saat prosedur dilakukan akan

menimbulkan amnionitis dan pada akhirnya terjadi kontaminasi kuman

pada janin (Kosim, 2014). Bisa juga pada saat ketuban pecah, paparan

kuman yang berasal dari vagina akan lebih berperan dalam infeksi

janin. Pada keadaan ini kuman vagina masuk kedalam rongga uterus

dan bayi dapat terkontaminasi kuman melalui saluran pernafasan

ataupun saluran cerna. Kejadian kontaminasi kuman pada bayi yang

belum lahir akan meningkat apabila ketuban telah pecah lebih dari 18-

24 jam (Bellig & Ohning, 2010).

Page 34: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

17

Patofisiologi dari interaksi patogen dalam tubuh manusia sangat

bermacam macam dan kompleks. Mediator pro-inflamasi yang berperan

dalam perkembangan mikroorganisme diproduksi dan mediator

antiinflamasi mengkontrol mekanisme ini. Respon inflamasi

menunjukan adanya kerusakan di jaringan tubuh manusia dan respon

antiinflamasi menyebabkan leukosit teraktivasi. Ketika kemampuan

tubuh mengurangi perkembangan patogen dengan inflamasi lokal

berkurang, inflamasi sistemik merespon dengan mengubah menjadi

sepsis, sepsis berat dan syok sepsis (Birken, 2014).

Sepsis terjadi karena adanya gangguan keseimbangan antara sitokin

proinflamasi dan antiinflamasi, komponen koagulan dan antikoagulan

serta antara integritas endotel dan sel yang beredar. Gangguan

keseimbangan tersebut disebabkan oleh infeksi bakteri patogen (Haque

KN, 2010). Bakteri mencapai aliran darah melalui aspirasi janin atau

tertelan melalui kontaminasi cairan amnion, menyebabkan bakteremia

(Richard A, 2012).

Proses molekuler dan seluler yang memicu respon sepsis berbeda

tergantung dari mikroorganisme penyebab. Respon sepsis karena

bakteri gram negatif dimulai saat pelepasan dari lipopolisakarida (LPS)

yang merupakan endotoksin dari dalam dinding sel bakteri.

Lipopolisakarida berikatan secara spesifik di dalam plasma dengan

lipoprotein binding protein (LPB). Kemudian kompleks LPS-LPB akan

berikatan dengan CD14. CD14 merupakan reseptor pada membran

Page 35: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

18

makrofag. CD14 mempresentasikan LPS pada Toll-like receptor 4

(TLR4) yang merupakan trasnduksi sinyal untuk aktivasi makrofag

(Aminullah, 2008).

Bakteri gram positif dapat menyebabkan sepsis dengan dua mekanisme

yaitu dengan menghasilkan eksotoksin yang bekerja sebagai

superantigen yang mengaktifkan sebagian besar sel T untuk melepaskan

sitokin pro-inflamasi dalam jumlah yang sangat banyak dan dengan

melepaskan fragmen dinding sel yang dapat merangsang sel imun non

spesifik melalui mekanisme yang sama dengan bakteri gram negatif.

Kedua kelompok bakteri tersebut akan memicu kaskade sepsis yang

dimulai dengan pelepasan mediator inflamasi sepsis. Mediator inflamasi

primer dilepaskan oleh sel-sel yang teraktivasi makrofag. Pelepasan

mediator akan mengaktivasi sistem koagulasi dan komplemen (Haque

KN, 2005).

Sistem komplemen merupakan komponen yang sangat penting dari

sistem imun bawaan yang memfasilitasi pembunuhan bakteri melalui

opsonisasi dan aktivitas bakterisidal secara langsung. Komponen

komplemen juga memiliki aktivitas kemotaktik atau anafilaktik yang

akan meningkatkan agregasi leukosit dan permeabilitas vaskuler di

tempat yang terinvasi. Selain itu, komponen komplemen juga saling

mengaktifkan sejumlah proses penting lainnya seperti koagulasi,

produksi sitokin proinflamasi dan aktivasi leukosit. Disregulasi dari

aktivasi komplemen dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan

Page 36: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

19

seperti pada neonatus dengan sepsis berat atau syok septik. Pada

neonatus prematur terjadi penurunan kadar protein komplemen dan

fungsi dari kedua jalur sistem imun. Opsonisasi yang dimediasi oleh

komplemen juga sangat rendah pada neonatus prematur dan terbatas

pada neonatus cukup bulan (Wynn, J. L., & Wong, H. R, 2010).

2.1.6 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Sepsis

2.1.6.1 Faktor ibu

a. KPD

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting

dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur

dan komplikasi infeksi korioamnionitis hingga sepsis, yang

meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan

menyebabkan infeksi ibu (Prawiroharjo, 2010). Ketuban

pecah dini adalah pecahnya selaput korioamnionik sebelum

terjadi proses persalinan. Secara klinis diagnosa KPD

ditegakkan bila seorang ibu hamil mengalami pecah selaput

ketuban dan dalam satu jam kemudian tidak terdapat tanda

awal persalinan (Manuaba, 2009).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput sebelum terdapat

tanda tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum

terjadi inpartu terjadi pada pembukaan< 4 cm yang dapat

terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu

(Manuaba, 2009).

Page 37: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

20

Pada saat ketuban pecah, paparan bakteri yang berasal dari

vagina akan lebih berperan dalam infeksi janin. Pada keadaan

ini bakteri dari saluran genitourinaria masuk ke dalam rongga

uterus dan bayi dapat terkontaminasi melalui saluran

pernafasan maupun saluran cerna. Kejadian kontaminasi

bakteri pada bayi yang belum lahir akan meningkat apabila

ketuban telah pecah lebih dari 18-24 jam (Kosim, 2008).

Kepustakaan di luar negeri memberikan batasan waktu untuk

ketuban pecah dini adalah 18 jam (Lowry, 2011). Sedangkan

di RSUP Dr. Kariadi Semarang batasan waktu untuk

menentukan ketuban pecah dini sesuai protap pelayanan

perinatologi dan obstetri ginekologi tahun 2000 yaitu >6 jam

(Nasution, 2008).

Penyebab ketuban pecah dini pada sebagian kasus tidak

diketahui. Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa

dokter menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya. Faktor

lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi

rendah yang berhubungan dengan rendahnya kualitas

perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya

desebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan Nischeria

gonorrhea. Selain itu infeksi yang terjadi secara langsung

pada selaput ketuban, fisiologi selaput amnion/ketuban yang

abnormal, serviks yang inkompetensi, serta trauma oleh

Page 38: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

21

beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau

penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang

menyebabkan KPD misalnya hubungan seksual dan

pemeriksaan dalam (Morgan, 2009).

Adapun yang menjadi faktor risiko KPD menurut Rukiyah

adalah : infeksi, serviks yang inkompeten, ketegangan intra

uterine, trauma, kelainan letak janin, keadaan sosial ekonomi,

peninggian tekanan intrauterine, kemungkinan kesempitan

panggul, korioamnionitis, faktor keturunan, riwayat KPD

sebelumnya, kelainan atau kerusakan selaput ketuban dan

serviks yang pendek pada usia kehamilan 23 minggu

(Winkjosastro, 2011).

Tanda dan gejala ketuban pecah dini yang terjadi adalah

keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma

ketuban berbau amis dan tidak berbau amoniak, mungkin

cairan tersebut masih merembes atau menetes,dengan ciri

pucat dan bergaris warna darah, cairan ini tidak akan berhenti

atau kering kerana terus diproduksi sampai kelahiran tetapi

bila duduk atau berdiri kepala janin yang sudah terletak

dibawah biasanya mengganjal. Kebocoran untuk sementara,

demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut

jantung janin bertambah cepat, merupakan tanda infeksi yang

terjadi (Nugroho, 2012).

Page 39: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

22

Pengaruh ketuban pecah dini menurut Mochtar (2011),

terhadap ibu dan janin adalah meningkatnya mortalitas dan

morbiditas perinatal. Komplikasi yang sering dialami oleh

janin adalah Hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan

oksigen pada bayi). Mengakibatkan kompresi tali pusat,

prolaps uteri, dry labour/partus lama, skor APGAR rendah,

ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intracranial,gagal

ginjal, distress pernapasan. Sehingga dapat menyebabkan

sepsis pada bayi baru lahir. Ketuban pecah dini menyebabkan

hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam

rahim, memudahkan terjadinya infeksi asenden, sehingga

meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal.

(Yulaikhah, 2008).

b. Usia Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,

kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan

dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi

atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga

lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut

kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,

dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,

trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan

Page 40: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

23

trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)

(Prawirohardjo, 2009).

Masa kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40

minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid

terakhir (Prawirohardjo, 2009). Persalinan prematur adalah

suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi

belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2500

gram atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu

(Wiknjosastro, 2011). Prematuritas adalah kelahiran yang

berlangsung pada umur kehamilan 20 minggu hingga 37

minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (American

College of Obstetricians and Gynecologists, 2014).

Terdapat 3 sub kategori usia kelahiran prematur berdasarkan

kategori World Health Organization (WHO), yaitu extremely

preterm (< 28 minggu), very preterm (28 hingga < 32

minggu), moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu)

(Latifah & Anggraeni M.D, 2009). Ada beberapa mekanisme

yang menyebabkan persalinan preterm (Herawati, 2010).

Diantaranya ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa

terjadi pada primipara muda yang mempunyai predisposisi

genetik. Adanya stres fisik maupun psikologi menyebabkan

aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-Pituitary-Adrenal

Page 41: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

24

(HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya persalinan prematur.

Aksis HPA ini menyebabkan timbulnya insufisiensi

uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi stres pada janin.

Stres pada ibu maupun janin akan mengakibatkan

peningkatan pelepasan hormon Corticotropin Releasing

Hormone (CRH), perubahan pada Adrenocorticotropic

Hormone (ACTH), prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix

metaloproteinase (MMP), interleukin-8, cyclooksigenase-

2,dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), estrogen plasenta

dan pembesaran kelenjar adrenal (Novak et al,2008).

Bayi prematur sangat rentan untuk terjadinya infeksi dan

sepsis. Sepsis neonatorum merupakan infeksi berat yang

menyebar keseluruh tubuh bayi baru lahir dan terjadi pada

bayi berusia di bawah 90 hari. Infeksi bakteri 5 kali lebih

sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya

kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering mengenai bayi

laki-laki (Chobanian et al, 2011).

c. Proses Persalinan

Persalinan adalah bagian dari proses melahirkan sebagai

respons terhadap kontraksi uterus, segmen bawah uterus

teregang dan menipis, serviks berdilatasi, jalan lahir

Page 42: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

25

terbentuk dan bayi bergerak turun ke bawah melalui rongga

panggul (Hanretty, 2014).

Persalinan tindakan merupakan prosedur kebidanan dimana

tindakan aktif diambil oleh penolong untuk menyelesaikan

persalinan, apabila proses persalinan tidak dapat berjalan

secara normal. Proses persalinan dipengaruhi oleh bekerjanya

beberapa faktor yang berperan yaitu Faktor Power

(Kekuatan) Power adalah kekuatan janin yang mendorong

janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam

persalinan ialah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi

diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerja sama yang

baik dan sempurna (Oxorn, 2010).

Faktor Passanger (Bayi) Faktor lain yang berpengaruh

terhadap persalinan adalah faktor janin,yang meliputi sikap

janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah janin, dan

posisi janin (Rohani, 2011). Faktor Passage (Jalan Lahir)

Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas bagian keras

terdiri dari tulang-tulang panggul (rangka panggul) dan

bagian lunak: otot-otot, jaringan-jaringan, serta ligament

ligament (Asrinah, 2010). Faktor psyche (Psikis) Psikis ibu

bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami dan

anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama

bersalin dan kelahiran anjurkan mereka berperan aktif dalam

Page 43: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

26

mendukung dan mendampingi langkah-langkah yang

mungkin akan sangat membantu kenyamanan ibu (Rukiyah,

2009). Terakhir adalah faktor Posisi Ibu (Positioning) Posisi

ibu dapat memengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi

persalinan. Perubahan posisi yang diberikan pada ibu

bertujuan untuk menghilangkan rasa letih, memberi rasa

nyaman, dan memperbaiki sirkulasi (Lihawa, 2013).

Apabila beberapa faktor tersebut dalam keadaan baik sehat

dan seimbang maka proses persalinan akan berlangsung

secara normal atau spontan. namun apabila salah satu dari

beberapa faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya

keadaan yang menyebabkan kekuatan his tidak adekuat,

kelainan pada bayi atau kelaianan jalan lahir maka persalinan

tidak dapat berjalan secara normal (Mochtar, 2011).

Setiap persalinan mempunyai risiko baik pada ibu maupun

janin berupa kesakitan sampai pada risiko kematian. Apabila

ibu maupun janin dalam kondisi yang menyebabkan

terjadinya penyulit persalinan, maka untuk segera

menyelamatkan keduanya, perlu segera dilakukan persalinan

dengan tindakan yaitu persalinan pervaginam dengan suatu

tindakan alat bantu tertentu, seperti dengan forcep, ekstraksi

vakum atau tindakan perabdominam yaitu secsio caesaria

(Sondakh, 2013).

Page 44: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

27

Efek dari dilakukan nya proses persalinan yang abnormal

dengan bantuan tindakan adalah tingginya angka kesakitan

baik pada ibu maupun pada janin,pada ibu dapat terjadi sepsis

obstetri sedangkan pada janin dapat terjadi sepsis neonatorum

karna proses persalinan dengan tindakan yang tidak sesuai

prosedur namun Infeksi ini dapat dicegah dengan pertolongan

persalinan yang bersih dan aman (WHO, 2005).

2.1.6.2 Faktor Janin

a. Berat Bayi Lahir Rendah

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat

penting dan paling sering di gunakan pada bayi baru lahir

(neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi

normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat badan bayi

lahir dibawah 2500 gram atau dibawah 2,5 kg. Pada masa bayi

maupun balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju

pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat

kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya

tumor (Proverawati & Ismawati, 2010).

Berat lahir dipengaruhi oleh dua proses penting yaitu :

lamanya (usia) kehamilan dan pertumbuhan intrauterin, jadi

BBLR dapat disebabkan oleh umur kehamilan yang pendek

Page 45: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

28

dan pertumbuhan intrauterine yang lambat (tampak pada berat

bayi) atau kedua-duanya (Pudjiadi & Badriul, 2010).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR

dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada

bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi &

Badriul, 2010). Ada beberapa cara dalam mengelompokkan

BBLR menurut Proverawati & Ismawati (2010), menurut

harapan hidupnya, Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan

berat lahir 1500-2500 gram. Bayi berat lahir sangat rendah

(BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500 gram,dan Bayi berat

lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari

1000 gram. Menurut masa gestasinya Prematuritas murni yaitu

masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya

sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa

disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan

(NKB-SMK), dan dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat

badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi

itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan

merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK)

(Proverawati & Ismawati, 2010).

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki

banyak risiko mengalami permasalahan pada sistem tubuh,

Page 46: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

29

karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Bayi berat lahir rendah

berisiko tinggi mengalami infeksi atau sepsis neonatorum

kemungkinan karena pematangan organ tubuhnya yang belum

sempurna (hati, paru, pencernaan, otak, daya pertahanan tubuh

dll) yang menyebabkan bayi lebih mudah terkena infeksi.

Kemungkinan lainnya adalah karena bayi berat lahir rendah

sering mengalami kesulitan atau kurang mampu menghisap

ASI yang berakibat terjadinya penurunan daya tahan tubuh dan

memudahkan terjadinya infeksi (Carolus, 2013).

b. Asfiksia neonatorum

Untuk melihat apakah pada bayi terdapat asfiksia atau tidak

yang dinilai adalah APGAR score yang terdiri atas 5

komponen, yaitu frekuensi jantung (pulse), usaha nafas

(respiration), tonus otot (activity), refleks pada rangsangan

(grimace) dan warna kulit (appearance) (American Academy

of Pediatrics (2006) dalam Kosim, 2008). Nilai APGAR

diukur pada menit pertama dan kelima setelah kelahiran.

Pengukuran pada menit pertama digunakan untuk menilai

bagaimana ketahanan bayi melewati proses persalinan.

Pengukuran pada menit kelima menggambarkan sebaik apa

bayi dapat bertahan setelah keluar dari rahim ibu. Pengukuran

nilai APGAR dilakukan untuk menilai apakah bayi

membutuhkan bantuan nafas atau mengalami kelainan jantung

(Prawirohardjo, 2010).

Page 47: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

30

Asfiksia adalah suatu keadaan gawat bayi berupa kegagalan

bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir dengan

melihat indikator nilai skor apgar yang rendah yang dapat

mengakibatkan hipoksia, hiperkarbia dan asidemia yang

selanjutnya akan meningkatkan pemakaian sumber energi dan

mengganggu sirkulasi bayi (Kliegman, 2007). Skor APGAR

digunakan untuk menilai respon resusitasi tetapi bukan untuk

menentukan apakah bayi memerlukan resusitasi. Skor APGAR

yang dinilai pada resusitasi tidak sama dengan nilai APGAR

pada bayi baru lahir yang bernapas spontan. Nilai APGAR 0-3

mengalami asfiksia berat, nilai APGAR 4-6 mengalami

asfiksia sedang, nilai APGAR >7 normal. Bayi dengan sepsis

neonatorum karena bakteri Streptococcus grup B pada 6 jam

setelah lahir 45% memiliki skor APGAR <5 (Carolus, 2013).

Tabel 3. Skor APGAR pada bayi baru lahir (Rukmono, 2013)

Tanda 0 1 2

Frekuensi

jantung

Tidak ada < 100 > 100

Upaya

pernapasan

Tidak ada Lambat, tidak

teratur

Baik, menangis

Tonus otot Lemah Fleksi tungkai Gerakan aktif

Respon Tidak ada Menagis

lemah

Menangis kuat,

batuk, bersin

Warna Sianosis,

pucat

Normal,

kecuali

tungkai

Seluruhnya merah

(normal)

Page 48: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

31

c. Pemasangan tindakan pada neonatus

Tindakan yang diberikan kepada neonatus akan beresiko

terjadinya infeksi. Pemasangan tindakan yang rutin diberikan

seperti pemasangan endotrakeal/nasal kanul atau CPAP, pipa

orogastrik/nasogastrik, pemasangan infus atau intravena line,

kateter urin dan pembedahan. Bahkan pemberian susu formula

terlalu dini atau pemberian nutrisi parenteral dapat menjadi

faktor risiko. Infeksi ini biasanya disebabkan karena

kontaminasi mikroorganisme terhadap alat – alat tindakan atau

prosesedur dalam tindakan yang berisiko meningkatkan

terjadinya sepsis neonatorum (Carrera, 2007).

2.1.6.3 Faktor risiko lainnya

Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa sepsis neonatorum

lebih sering terjadi pada bayi laki-laki dari pada bayi

perempuan, lebih sering pada bayi kulit hitam dari pada bayi

kulit putih, lebih sering pada bayi dengan status sosial ekonomi

yang rendah dan sering terjadi akibat prosedur cuci tangan

yang tidak benar pada tenaga kesehatan maupun anggota

keluarga pasien (Kliegman, 2007).

Berdasarkan hasil SDKI tahun 2007 angka kematian anak laki-

laki selalu lebih tinggi dari anak perempuan, yaitu angka

kematian bayi laki-laki 23% lebih tinggi dari bayi perempuan

dan untuk angka kematian balita untuk anak laki-laki sebesar

Page 49: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

32

22% lebih tinggi dari anak perempuan. Bayi laki-laki

cenderung lebih rentan terhadap kematian neonatal

dibandingkan bayi perempuan, kondisi ini mungkin terjadi

karena kombinasi genetika yang kompleks serta faktor

lingkungan yang kurang mendukung (Kraemer, 2000). Secara

biologis bayi perempuan memiliki keunggulan

(biologicaladvantage) dibandingkan bayi laki-laki. Perempuan

memiliki kromosom XX sedangkan laki-laki XY. Sehingga

bila salah satu dari kromosom X pada bayi perempuan kurang

baik, maka keberadaan kromosom tersebut dapat digantikan

oleh kromosom X yang lain. Sedangkan pada laki-laki, bila

salah satu kromosom kondisinya kurang baik, tidak ada

kromosom pengganti yang dapat menggantikan kromosom

yang rusak (Kraemer, 2000). Keadaan biologis yang tidak

menguntungkan ini menyebabkan bayi laki-laki lebih rentan

terhadap kejadian infeksi (Kraemer, 2000).

2.1.7 Tatalaksana Sepsis

Terapi antibiotik spektrum luas seharusnya diberikan setelah memperoleh

specimen mikroskopis dan kultur termasuk kultur darah namun tanpa

menunggu hasil keluar. Berdasarkan penelitian retrospektif dan observasi

menyarankan untuk mengurangi peningkatan signifikan pada mortalitas

diberikan antibiotik empiris dan direkomendasikan paling lama satu jam

secara paranteral untuk mendapat dosis optimal setelah diketahui sepsis

dan hipotensi (Gartner & Mason, 2015). Pemilihan antibiotik empiris

Page 50: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

33

berdasarkan perkiraan tempat infeksi, patogen terbanyak di daerah

tersebut organism yang ada di rumah sakit atau komunitas, status imun

pasien dan antibiotika yang dapat digunakan dan resistensi dari profil

pasien (Birken, 2014).

Page 51: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

34

2.2 Kerangka Teori

---

Gambar 1. Kerangka Teori

Faktor Ibu

-Ketuban pecah dini

-Usia kehamilan

-Proses persalinan

-Infeksi saluran kemih

-Demam

Faktor Janin

- Bayi berat lahir rendah

- Asfiksia

- Kehamilan multiple

- Pemasangan tindakan

- Galaktosemia

- Resusitasi bayi

- Kelainan kongenital berat

- Uropati obstruktif

Faktor Lainnya

- Jenis kelamin

- Ras

- Sosial ekonomi

Ketuban pecah dini dan

persalinan dengan

tindakan Usia

kehamilan

preterm

Bayi berat

lahir rendah

Jenis

kelamin

Kontaminasi

mikroorganisme

secara ascenden Sistem imun belum

matur dan pematangan

organ belum sempurna

Faktor

kromosom

genetik

yang

kurang

baik

Penurunan

efektivitas

sistem imun

pada

kelahiran

Sepsis

neonatorum

Kerentanan terhadap

infeksi

APGAR

skor rendah

Asfiksia

mengakibatkan

hipoksia, hiperkarbia

dan asidemia yang

selanjutnya

akanmeningkatkan

pemakaian sumber energi dan

mengganggu

sirkulasi bayi

Keterangan :

Mempengaruhi

Diteliti

Page 52: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

35

2.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian

yang dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep pada penelitian ini

adalah sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis

Pada penelitian ini terdapat 2 macam hipotesis, yaitu hipotesis alternatif (Ha)

dan hipotesis nul (H0). Adapun hipotesis alternatif pada penelitian ini sebagai

berikut.

1. Terdapat hubungan antara ketuban pecah dini terhadap kejadian sepsis

neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung.

Faktor Ibu

- Ketuban pecah dini

- Usia kehamilan

- Proses persalinan

Kejadian sepsis

neonatorum

Faktor Janin

- Bayi berat lahir

- APGAR skor bayi

Page 53: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

36

2. Terdapat hubungan antara usia kehamilan terhadap kejadian sepsis

neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung.

3. Terdapat hubungan antara proses persalinan terhadap kejadian sepsis

neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung.

4. Terdapat hubungan antara bayi berat lahir terhadap kejadian sepsis

neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung.

5. Terdapat hubungan antara APGAR score bayi terhadap kejadian sepsis

neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung.

Sedangkan hipotesis nul (H0) pada penelitian ini adalah :

1. Tidak terdapat hubungan antara ketuban pecah dini terhadap kejadian sepsis

neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung.

2. Tidak terdapat hubungan antara usia kehamilan terhadap kejadian sepsis

neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung.

3. Tidak terdapat hubungan antara proses persalinan terhadap kejadian sepsis

neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung.

Page 54: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

37

4. Tidak terdapat hubungan antara bayi berat lahir terhadap kejadian sepsis

neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung.

5. Tidak terdapat hubungan antara APGAR score bayi terhadap kejadian sepsis

neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung.

Page 55: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional karna berupa

pengamatan terhadap peristiwa yang telah terjadi, bertujuan untuk mencari

faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kejadian sepsis neonatorum di

ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdoel Moelok Bandar Lampung, dengan

menggunakan pendekatan retrospektif. Desain ini dipilih karna pengukuran

pada variable bebas dan terikat dilakukan pada waktu yang berbeda

(Notoadmodjo,2012).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2017 - November

2017 dimulai dari tahap penyusunan proposal penelitian. Sampel

rekam medik yang akan diambil adalah rekam medik lima tahun

terakhir, dari tahun 2012 sampai 2016.

3.2.2 Tempat

Penelitian ini dilakukan di ruangan Perinatologi RSUD Dr. H.

Abdoel Moelok Bandar Lampung.

Page 56: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

39

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1.1 Populasi

a) Kelompok Kasus : seluruh pasien bayi baru lahir yang

didiagnosa sepsis neonatorum.

b) Kelompok Kontrol : seluruh pasien bayi baru lahir yang

tidak didagnosa sepsis neonatorum

3.3.1.2 Sampel

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan

rumus besar sampel studi analitik kategorik tidak

berpasangan, dengan rumus sebagai berikut

(Notoadmodjo,2012) :

n1=n2= 𝑧𝛼 2𝑃𝑄 + 𝑧𝛽 𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2

𝑃1−𝑃2

2

Keterangan :

1. P = 1/2(𝑃1 + 𝑃2)

2. P2 = Proporsi paparan pada kelompok kontrol (dari pustaka)

3. P1 = Proporsi paparan pada kelompok neonatus dengan sepsis

neonatorum dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

P1 = 𝑂𝑅 𝑥 𝑃2

1−𝑃2 + 𝑂𝑅 𝑥 𝑃2

OR = Odds ratio

Page 57: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

40

4. Zα = Standar deviasi pada tingkat kesalahan 5% (1,96)

5. Zβ = Power yang ditetapkan oleh peneliti sebesar 80% (0,842)

6. Q = 1-P

Q1 = 1-P1

Q2 = 1-P2

a. Untuk ketuban pecah dini

Riwayat ketuban pecah dini merupakan faktor yang berpengaruh

terhadap kejadian sepsis neonatorum, perkiraan proporsi paparan pada

kelompok kontrol (P2) sebesar 0,104 (Ningrum,2015) dengan Odds ratio

(OR) sebesar 7,595 (Simbolon,2008). Maka perhitungan sample

diperoleh sebanyak 22,93 atau 23.

b. Untuk proses persalinan

Proses persalinan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian

sepsis neonatorum, perkiraan proporsi paparan pada kelompok kontrol

(P2) sebesar 0,365 (Simbolon,2008) dengan Odds ratio (OR) sebesar 7,9

(Hasanah,2016). Maka perhitungan sampel diperoleh sebanyak 17,16

atau 17.

Page 58: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

41

c. Untuk usia kehamilan

Usia kehamilan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian

sepsis neonatorum, perkiraan proporsi paparan pada kelompok kontrol

(P2) sebesar 0,03 (Roeslani,2013) dengan Odds ratio (OR) sebesar 55,13

(Roeslani,2013). Maka perhitungan sampel diperoleh sebanyak 8,35 atau

8.

d. Untuk BBLR

BBLR merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian sepsis

neonatorum, perkiraan proporsi paparan pada kelompok kontrol (P2)

Sebesar 0,083 (Ningrum,2015) dengan Odds ratio (OR) sebesar 7,441

(Sulistijono,2013). Maka perhitunga sampel diperoleh sebanyak 27,07

atau 27.

e. Untuk APGAR skor

APGAR skor merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian

sepsis neonatorum, perkiraan proporsi paparan pada kelompok kontrol

(P2) sebesar 0,04 (Ningrum,2015) dengan Odds ratio (OR) sebesar 10,09

(Arisandi,2008). Maka perhitungan sampel diperoleh sebanyak 29,52

atau 30.

Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah sampel minimal yang diperlukan

adalah 30 bayi. Penelitian ini menggunakan perbandingan kasus dan kontrol 1:1,

maka jumlah kasus dan kontrol secara keseluruhan adalah 60 bayi.

Page 59: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

42

3.3.2 Kriteria inklusi

a) Sampel merupakan pasien yang di rawat di ruangan perinatologi

RSAM

b) Data Rekam medik yang lengkap

c) Anak laki-laki dan perempuan

d) Neonatus usia < 28 hari

3.3.3 Kriteria eksklusi

a) Neonatus yang menderita penyakit kongenital seperti PJB

(penyakit jantung bawaan).

b) Neonatus dengan ibu yang menderita immunokompromise

3.3.4 Teknik sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan

menggunakan metode non-probability sampling, yaitu dengan cara

consecutive sampling, sampel adalah semua pasien yang memenuhi

kriteria inklusi.

Page 60: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

43

3.4 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitianini dengan menggunakan desain penelitian retrospektif.

Penelitian retrospektif adalah penelitian yang berusaha melihat kebelakang

(backward looking), artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat

yang telah terjadi. Kemudian dari efek tersebut ditelusuri kebelakang tentang

penyebabnya atau variabel – variabel yang mempengaruhi akibat tersebut.

Dengan kata lain, penelitian ini berangkat dari dependent variable (kejadian

sepsis neonatorum), kemudian dicari independent variabel-nya (faktor – faktor

risiko sepsis neonatorum) (Notoatmodjo, 2012).

3.5 Variable penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang

dimiliki oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu

(Notoadmodjo,2012). Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel

independen dan dependen yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Variabel independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah ketuban pecah dini,usia

kehamilan, proses persalinan, berat bayi lahir dan APGAR skor bayi.

2. Variabel dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah kejadian sepsis neonatorum

Page 61: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

44

3.6 Definisi Operasional

Tabel 4. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara ukur Alat

ukur

Hasil Ukur Skala

Variabel

Independent

KPD

Usia

kehamilan

bayi berat

lahir rendah

Proses

persalinan

APGAR

skor

Pecahnya selaput ketuban

sebelum terjadi proses

persalinan

(Prawirohardjo, 2010).

Masa kehamilan sejak

konsepsi sampai bayi

dilahirkan kurang dari 37

minggu(Prawirohardjo,

2010).

Bayi yang dilahirkan

dengan berat lahir < 2500

gram yang ditimbang

tanpa memandang usia

gestasi (Kliegman, 2007).

Persalinan adalah proses

pengeluaran hasil

konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus

ke dunia luar (Jannah,

2011)

Metode penilaian untuk

mengkaji keadaan bayi

(Kliegmen,2007).

Observasi

Observasi

Observasi

Observasi

Observasi

Rekam

medik

Rekam

medik

Rekam

medik

Rekam

medik

Rekam

medik

0 = > 18 jam

1 = ≤ 18 jam

0 = <37mg

1 = ≥37mg

0 = <2500gr

1 = ≥ 2500gr

0 = dengan

tindakan

1= spontan

0= 0-6

1 = 7-10

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Nominal

Ordinal

Variabel

Dependent

Kejadian

Sepsis

neonatorum

Sindrom klinis yang

terjadi pada 0-28 hari

setelah lahir berdasarkan

gejala klinis

(Kosim,2008).

Observasi

Rekam

medik

0 = ya

1 = tidak

Nominal

Page 62: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

45

3.7 Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini berupa alat tulis, lembar

pencatatan data serta catatan medik pasien yang terdiagnosa sepsis

neonatorum di ruangan Perinatologi RSUD Dr. H. Abdoel Moelok Bandar

Lampung selama 5 tahun terakhir dari tahun 2012 sampai dengan 2016.

3.8 Prosedur penelitian

Jalannya penelitian merupakan urutan kerja atau langkah – langkah yang

dilakukan selama penelitian dari awal sampai sampai penelitian

berakhir.mengungkapakan bahwa langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Persiapan penelitian yaitu dengan membuat rencana penelitian yang

berfungsi sebagai kerangka awal penelitian, supaya penelitian yang akan

dilakukan terlaksana sesuai tujuan yang tercapai. Langkah-langkah nya

adalah:

a. Mengurus izin kepada pimpinan institusi dan tempat penelitian

b. Melakukan survei pendahuluan

c. Pemilihan masalah dan membuat rumusan masalah

d. Penyusunan dan pengusulan proposal penelitian

e. Proses bimbingan penyusunan BAB I, BAB II, BAB III

f. Presentasi proposal penelitian

Page 63: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

46

2. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian yaitu proses pengambilan dan pengolahan data.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan adalah:

a. Meminta surat izin dari institusi

b. Menyerahakan surat izin untuk mengadakan penelitian

c. Pengambilan data ditempat penelitian

Peneliti melakukan seleksi sampel berdasarkan kelengkapan data

rekam medik pada pasien di Ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung. Responden yang digunakan adalah

responden yang memiliki data lengkap pada rekam medik yang

sesuai kebutuhan penelitian.

d. Pengolahan data

1) Penyuntingan data (editing)

2) Memberi kode (coding)

3) Memasukan data (entry)

4) Pembersihan data (cleaning)

e. Presentasi hasil

Page 64: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

47

3.9 Alur Penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian

Tahap persiapan penelitian Pembuatan proposal dan surat

perijinan

Tahap pengambilan data Penjelasan maksud dan tujuan

penelitian, koordinasi dengan

unit rekam medik RSAM

Pencatatan data pasien yang

terdiagnosa sepsis

neonatorum oleh dokter yang

bertugas di RSAM

Melakukan seleksi sampel dan

pencatatan data yang

dibutuhkan

Memasukan data ke

program statistik

Memasukan analisis data

Tahap pengolahan data

Page 65: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

48

3.10 Pengolahan data

Proses pengolahan data peneliti menggunakan langkah – langkah

pengolahan data dengan melalui 4 tahap yaitu sebagai berikut

(Notoadmodjo,2012).

1. Editing

Kegiatan untuk melakukan pengecekan isian jawaban responden

apakah sudah lengkap, jelas dan relevan.

2. Coding

Kegiatan data merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka atau bilangan untuk mempermudah memasukan data.

Pemberian kode ini sangat penting dalam pengolahan dan analisa data

menggunakan komputer.

3. Scoring

Tahap ini meliputi nilai masing – masing pernyataan dan penjumlahan

hasil penilaian dari semua pernyataan/pertanyaan.

4. Processing

Proses pemasukan data dari kuesioner ke program komputer agar

dapat dianalisis.

5. Cleaning

Kegiatan pengecekan kembali data yang dimasukan kedalam

komputer tidak terdapat kesalahan.

Page 66: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

49

3.11 Analisis Data

1. Analisa univariat

Analisa univariat digunakan persentase, hasil dari setiap variabel

ditampilkan dapat dalam bentuk distribusi frekuensi dari variabel

independen dan variabel dependen.

2. Analisa bivariat

Analisa yang digunakan untuk menguji hubungan 2 variabel kategorik

digunakan uji statistik ”chi kuadrat” (chi square). Analisa bivariat

untuk menguji hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen. Taraf kesalahan yang digunakan adalah 5%, untuk melihat

hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05.

Jika p value < 0,05 maka hasilnya bermakna yang artinya Ho ditolak

dan Ha diterima. Namun bila p value > 0,05 maka hasilnya Ho diterima

dan Ha ditolak. Uji statistik juga untuk melihat nilai Odds Ratio (OR).

Nilai OR digunakan untuk membandingkan kelompok terpapar dengan

kelompok tidak terpapar. Uji statistik yang dilakukan menggunakan

bantuan program computer SPSS for Windows (Notoadmodjo,2012).

3.12 Etik Penelitian

Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK)

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, dengan nomor

4469/UN26.8/DL/2017. Kerahasiaan pasien tetap dijaga dengan tidak

mencantumkan segala bentuk identitas pasien.

Page 67: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan dari faktor

risiko ibu berupa KPD, usia kehamilan, proses persalinan dan faktor risiko

janin berupa berat bayi lahir dan skor APGAR terhadap kejadian sepsis

neonatorum di ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya sepsis neonatorum di

ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

adalah Pseudomonas sp (62,5%), Klebsiella sp (25%) dan Staphylococcus

sp (12,5%).

2. Terdapat hubungan ketuban pecah dini terhadap kejadian sepsis

neonatorum di ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung (p value = 0,002; OR = 9,0).

3. Terdapat hubungan usia kehamilan terhadap kejadian sepsis neonatorum di

ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung (p

value = 0,036; OR = 0,278).

Page 68: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

72

4. Terdapat hubungan berat bayi lahir rendah terhadap kejadian sepsis

neonatorum di ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung (p value = 0,030; OR = 4,0).

5. Terdapat hubungan proses persalinan terhadap kejadian sepsis neonatorum

di ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung (p

value = 0,006; OR = 6,50).

6. Terdapat hubungan skor Apgar terhadap kejadian sepsis neonatorum di

ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung (p

value = 0,002; OR = 0,156).

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai

berikut.

1. Bagi rumah sakit

a. Hendaknya rumah sakit dapat melakukan penanganan dini terkait faktor

resiko yang menyebabkan kejaidan sepsis neonatorum di tempatnya.

b. Diharapkan rumah sakit dapat melakukan identifikasi pada ibu yang

akan melakukan persalinan terhadap resikountuk terjadinya sepsis

neonatorum pada bayi yang akan dilahirkan

2. Bagi masyarakat khususnya ibu – ibu yang akan melahirkan diharapkan

dapat melakukan pemeriksaan ANC rutin dan pencegahan pranatal sebagai

upaya pencegahan terhadap resiko terjadinya sepsis neonatorum.

3. Bagi peneliti lain diharapkan dapat melalukan penelitian terkait dengan

faktor – faktor resiko lainnya yang mungkin berhubungan dengan kejadian

sepsis neonatorum.

Page 69: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad S & Khalid R. 2014. Blood glucose levels in neonatal sepsis and probable

sepsis and its association with mortality. J Coll Physicians Surg Pak.

22(1):15-8.

Altayeb SMH, Khosravi AD, Deh dastian M, Kompani F, Mortazavi SM,

Aramesh MR. 2011. Identification of bacterial agents and antimicrobial

susceptibility of neonatal sepsis: A 54-month study in a tertiary hospital.

African Journal of Microbiology Research.Vol 5(5) pp. 528-531.

American College of Obstetricians and Gynecologists. 2014 Practice bulletin no.

146: Management of late-term and postterm pregnancies. Obstet

Gynecol;124(2 Pt 1):390-6.

Aminullah A. 2008.Sepsis Pada Bayi Baru Lahir. Dalam: M. Sholeh Kosim, Ari

Yunanto. dkk (editor). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter

Anak Indonesia.

Apriliana E, Rukmono P, Erdian DN,& Tania F. 2013. Bakteri penyebab sepsis

neonatorum dan pola kepekaannya terhadap antibiotika. Seminar

Nasional Sains dan Teknologi IV. Lembaga Penelitian Universitas

Lampung. 583-591.

Argadiredja, D. 2013. Program Pembangunan Kesehatan dalam Upaya

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. Departemen Kesehatan RI.

Jakarta.

.

Arisandi, ND.2008. Faktor Risiko dan Kesamaan Jenis Kuman Jalan Lahir Ibu

Dengan Kultur Darah pada Sepsis Neonatorum Awitan Dini [tesis].

Semarang, Universitas Diponogoro.

Asrinah, Shinta Siswoyo Putri, dkk. 2010. Konsep kebidanan. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Aurangzeb B, Hameed A. 2003. Neonatal Sepsis in Hospital-Born Babies:

Bacterial Isolate and Antibiotic Susceptibility Patterns. J Coll Physicians

Surg Pak. 13:629-32.

Page 70: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

Awaisu. (2010). Malaysian Pharmacist student assessment of an objective

structure clinical examination (OSCE) American journal of

pharmaceutical education. 74(2).

Bentlin MR, Rugolo LMSS. 2010. Late Onset Sepsis: Epidemiology, Evaluation,

and Outcome. Neo Reviews. 11(8):426-35.

Bellig L. & Ohning BL. (2008).Neonatal Sepsis. Available from

http://author.emedicine.com/PED/topic2630.html

Bernardin, H.John and Russel. 2010. Human Resource Management. New York:

McGraw-Hill

Berry A, Rosenkrantz T, et al. 2015 .Neonatal sepsis [Internet].Updated: Feb 31

2015. [diaskes: 28 Juli 2017]. Tersediadari:

http://emedicine.medscape.com/article/978352-overview

Birken, S.L.K., 2014. Sepsis and Septic Shock, dalam: Dipiro, J.T., Talbert, R.L.,

Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M. (Eds.),

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. McGraw Hill

Professional.

Brooks,G.2008.Mikrobiologi Kedokteran. Dalam: Jawetz, Melnick & Adleberg’s

Medical Microbiology. Edisi ke-23. EGC:Jakarta.

Carolus, dkk.2013. Hubungan Apgar Skor Dan Berat Badan Lahir Dengan

Sepsis Neonatorum.[Skripsi]. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Carrera, J. M., Carbonel, X., Fabre, E. 2007. Recommendations and Guidelines

for Perinatal Medicine. Barcelona: Matres Mundi.

Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R., Cushman, W.C., Green, L.A., Izzo,

J.L., Jones, D.W., Materson, B.J., Oparil, S., & Wright, J.T., 2004, The

Seventh Report of The Joint National Comittee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, National Institute of

US Departement of Health and Human Service, New York.

Cloherty JP, Eichenwald EC, Hansen AR, Stark AR. 2012. Manual of Neonatal

Care.7th

Edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A, Annane D, Gerlach H, Opal SM, et al. 2012.

Surviving sepsis campaign: international guidelines for management of

severe sepsis and septic shock. Critical Care Medicine 2(41): 580-637.

Edmond K, Zaidi A. 2010.New approaches to preventing, diagnosing, and treating

neonatal sepsis.PLoS Medicine. 7(3):1-7.

Page 71: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

Edwards MS. 2014. Clinical feature and diagnosis of sepsis in term and late

preterm infants [Internet].Updated: January 31, 2014. [diakses: 25 Juli

2017]. Tersediadari: http://www.uptodate.com/contents/clinical-features-

and-diagnosis-of-sepsis-in-term-and-late-preterm-infants.

Gartner, D., and Mason, C., 2015. Management of severe sepsis, Anaesthesia and

Intensive care Medicine.

Gandhi S, Ranjan KP, Ranjan N, Sapre N, Masani M. 2013. Incidence of

Neonatal Sepsis in Tertiary Care Hospital: An Overview. Int J Med Sci

and Pub Health. 2(3): 548-552.

Girbes, A.R.J, and Schijndel R.J.M.S.V., 2008. Pharmacological treatment of

sepsis. Fundamental & Clinical Pharmacology.Vol 22, p.355-36.

Gerdes, J.S. 2004.Diagnosis and Management of Bacterial Infection in the

Neonate. PediatClin N Am. 51: 939-59.

Hanretty Kevin P. 2014. Ilustrasi Obstetri. Jakarta : NuhaMedika.

Hasanah, N. M., Lesatari, H., Rasma. 2016. Analisis Faktor Risiko Jenis Kelamin

Bayi, BBLR, Persalinan Prematur, Ketuban Pecah Dini Dan Tindakan

Persalinan Dengan Kejadian Sepsis Neonatus Di Rumah Sakit

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016. [Skripsi]. Kendari:

Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.

Haque, K. N. 2005. Definitions of Bloodstream Infection in the

Newborn.Pediatric Critical Care Medicine [Internet]. 6(3): S45-S49.

[diunduh: 27 Juli 2017]. Tersedia dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15857558

Haque, K. N. 2010. Neonatal Sepsis in the Very Low Birth Weight Preterm

Infants Part 1: Review of Pathophysiology. Journal of Medical Science

[Internet]. 3(1): 1-10. [diunduh: 27 Juli 2017]. Tersediadari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2891980/

Herawati, P.2010. Hubungan Perawatan Perineum Dengan Kesembuhan Luka

Perineum Pada Ibu Nifas Hari Keenam Di Bidan Praktek Swasta (BPS)

Ny.Sri Suhersi Mojokerto Kedawung Sragen [skripsi]. Semarang,

Universitas Islam Sultan Agung.

Jannah, N. 2011. Konsep Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Joshi Sj, Ghole VS, Niphadkar KB. Neonatal gram negative bacteremia. Indian J

Pediatr 2000;67:27-32.

Page 72: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

Jumah DS, Hassan MK. 2007.Predictor of Mortality Outcome in Neonatal Sepsis.

The Medical Journal of Basrah University. 25(1):11-8.

Juniatiningsih A, Aminullah A, Firmansyah A. 2008. Profil Mikroorganisme

Penyebab Sepsis Neonatorum di Departemen Ilmu Kesehatan Anak

RSCM. Sari Pediatri. 10(1): 61-68.

Kayange N, Kamugisha E, Mwizamholya DL, Jeremiah S, Mshana SE. 2010.

Predictors of Positive Blood Culture and Deaths Among Neonates With

Suspected Neonatal Sepsis in a Tertiary Hospital, Mwanza-Tanzania.

BMC Pediatr. 10(39): 1-9.

Kayange N, ChacaF, ZueechnerA,Kidenya BR. 2014. Utility of qualitative C-

reactive protein assay and white blood cells counts in the diagnosis of

neonatal septicaemia at Bugando Medical Centre, Tanzania. BMC

Pediatr.

Kemenkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Balitbangkes

Kementrian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2012. Jakarta: Balitbangkes

Kementrian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2010. Pelayanan kesehatan neonatal esensial: panduan teknis

pelayanan kesehatan dasar. Jakarta; Kementerian Kesehatan.[Internet].

[Diakses 2 Agustus 2017]. Tersediadari: www.edukia.org

Kliegman, Robert M. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18th

Edition.

Philadelphia: Saunders Elsevier.

Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. 2008. Buku Ajar

Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. 2014. Buku Ajar

Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Kraemer Kenneth L,.et al., 2000, Refining and Extending the Business Model

With Information Technology: Dell Computer Corporation.

http://www.indiana.edu/~tisj/readers/full-text/16-1%20kraemer.pdf.

Kumhar GD, Ramachandran VG, Gupta P. 2002. Bacteriological Analysis of

Blood Culture Isolates from Neonatesin Tertiary Care Hospital in India.J

Health PopulNutr. 20:343-7.

Latifah L, Anggraeni M.D. 2009. Hubungan kehamilan pada usia remaja dengan

kejadian prematuritas, berat bayi lahir rendah dan asfiksia. Purwokerto:

Universitas Soedirman.

Page 73: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

Leal AY, Alvarez-Nemegyei J, Velazquez JR, Rosado-Quiab U, Diego Rodriguez

N, et al. 2012. Risk Factors and Prognosis for Neonatal Sepsis in

Southeastern Mexico: Analysis of A Four-Year Historic Cohort Follow-

Up.BMC Pregnancy and Childbirth. 12(48): 1-9.

Lihawa, M., Y. 2013. Hubungan Jenis persalinan dengan Kejadian Sepsis

Neonatorum di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.[Skripsi].

Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Lowing JGA, Lengkong R, Mewengkang M. 2015.Gambaran Ketuban Pecah Dini

di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic. 3(3): 741 -

744.

Lowry, A.W., Bhakta, K.Y., Nag, P.K. 2011. Texas Children’s Hospital:

Handbook of Pediatrics and Neonatology. New York: McGraw Hill.

Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. 2009. Pengantar kuliah obstetri.

Jakarta: EGC

Marik PE,. 2007. Propofol: An immunomodulating agent. Pharmacotherapy

;25:28S–33S

MacDonald MG, Mullet MD, Seshia MMK. 2005. Avery’s Neonatology:

Pathophysiology and Management of The Newborn. 6th

Edition.

Philadelpia: Lippincott Williams and Wilkins.

Maryam W, Laeeq A, Maqbool S. 2001. Neonatal sepsis spectrum of antibiotic

resistance. Proceeding of 10th Annual National Pediatric Conference

2001 April 20-22; Bhurban: Lahore. Pakistan Paediatrics

Association.h.57.

Mochtar, R. 2011. Syinopsis Obstetri. Jakarta: perpustakaan nasional (KDT),

Edisi III.

Morgan, Geri.2009.Obstretri &Ginekologi Panduan Praktik (Practice Guidelines

For Obstretri& Gynecology). Jakarta: EGC

Nasution, D., A. 2008. Faktor Resiko dan Kesamaan Jenis Kuman Jalan Lahir ibu

dengan Kultur Darah pada Sepsis neonatal Awitan Dini. [Tesis].

Semarang: Universitas Diponegoro.

Ningrum, N. D. 2015. Faktor Ibu dan Bayi yang Berpengaruh Terhadap Kejadian

Sepsis Neonatorum Awitan Dini pada Bayi Prematur. [Skripsi].

Semarang :Universitas Diponegoro.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 74: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

Novak Z, Vodusek V, Steblovnik L, KavsekG.2014 Extermly Preterm Delivery:

Prediction and Prevention. TMJ [internet].59(2) 13.

Nugrahani CK, dkk. 2005. Uji Diagnostik Apusan Buffy Coat dengan Pewarnaan

Gram pada Sepsis Neonatorum. Berkala Ilmu Kedokteran, Vol. 37, No.

1, FK UGM, Yogyakarta.

Nugroho.Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Orrett FA, Shurland SM. 2001. Neonatal Sepsis and Mortality in a Regional

Hostpitalin Trinidad: Aetiologyand Risk Factors. Ann Trop Paediatr.

21:20-5.

Oxorn, Harry, Et Al. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan.

Yogyakarta; Yayasan Essentia Medica (Yem).

Oza S, Lawn JE, Hogan DR, Mathers C, Cousens SN. 2015. Neonatal cause-of-

death estimates for the early and late neonatal periods for 194 countries:

2000–2013. Bulletin of the World Health Organization [Internet]. 93(1):

19-28. [diunduh: 23 Juli 2017].Tersediadari:

http://www.who.int/bulletin/volumes/93/1/14-139790/en/

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Proverawati Atikah, & Ismawati Cahyo, S.2010. BBLR : Berat Badan Lahir

Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pudjiadi Antonius, H., Hega Badriul, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.

Putra PJ. 2012. Insidensi dan Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Sepsis

Neonatus di RSUP Sanglah Denpasar. Sari Pediatri.14(3): 205-210.

Putri, R.A., Mexitalia, M., Rini, A.E. &Sulistyowati, E., 2014.Faktor Risiko

Hiperbilirubinemia pada Neonatus. Medica Hospitalia, Volume 2(2),

pp.pp 105-109.

Rahman S, Hameed A, Roghani MT, Ullah Z. 2002. Multidrug Resistant

Neonatal Sepsis in Peshawar, Pakistan.Arch Dis Child Fetal Neonatal.

87:52-4.

Richard A and the Committee on fetus and Newborn. 2012. Management of

neonates with suspected or proven early-onset bacterial sepsis. Journal of

The American Academy of Pediatrics [Internet]. 129: 1006-1015.

[diunduh: 27 Juli 2017]. Tersediadari:

http://pediatrics.aappublications.org/content/129/5/1006.full

Page 75: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

Rini, A.E. 2010. Meconium Stained Amniotic Fluid as A Risk Factor of Early

Onset Neonatal Sepsis. [Dissertation]. Semarang: Universitas

Diponegoro.

Roeslani, R. D., Amir, I., Nasrulloh, M. H., Suryani. 2013. Penelitian Awal:

FaktorRisikopada Sepsis neonatorum Awitan Dini. Sari Pediatri.

14(6):363-368.

Rohani, Et Al. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba

Medika

Rohsiswatmo R. 2005. Kontroversi diagnosis sepsis neonatorum. Dalam: Update

in neonatal infection. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.

hlm 32-43.

Rukiyah, Ai Yeyeh Et Al. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan)

Jakarta : CV. Trans Info Media.

Rukmono P, Zuraida R. 2013. Uji Kepekaan Antibiotik Terhadap Pseudomonas

aeroginosa Penyebab Sepsis Neonatorum. Sari Pediatri. 14(5): 332-336.

Rukmono, P. 2013. Neonatologi Praktis. Bandar Lampung: Aura Publishing.

Sari DET. 2014.Hubungan Antara Kejadian Ketuban Pecah Dini dengan Sepsis

Neonatorum di RSUD Panembahan Senopati Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta Periode Januari 2011 – Desember 2012. [Skripsi].

Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Simbolon D. 2008.FaktorRisiko Sepsis pada Bayi Baru Lahir di RSUD Curup

Kabupaten Rejang Lebong. Buletin Penelitian Kesehatan 36(3), 127-134.

Sondakh, J.J.S. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.

Jakarta:Erlangga.

Sulistijono, E., Ida, B. R. V. C., Lintang, S. K., Kristina, A. K. 2013. Faktor

Resiko Sepsis Awitan Dini pada Neonatus. Jurnal Kedokteran Brawijaya.

27(4): 232-235.

Trotman H, Bell Y, Thame M, Nicholson AM, Barton M. 2006.Predictor of Poor

Outcome in Neonates With Bacterial Sepsis Admitted to the University

Hospital of the West Indies. West Indian Med J. 55:80-4.

UNICEF. 2014. Levels and Trends in Child Mortality 2014: Report 2014.

Estimates developed by the UN inter-agency group for children mortality

estimation. h.15.

Page 76: HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DAN JANIN …digilib.unila.ac.id/30204/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKesimpulan : Lama ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, proses persalinan

Utomo MT. 2010. Risk Factors of Neonatal Sepsis: A Preliminary Study in Dr.

Soetomo Hospital. Indonesian Journal of Tropical and Infectious

Disease. 1(1):23-26.

WHO. 2005. Infant Mortality. [diakses : 28 Juli 2017]. Tersedia di

http://www.who.int/gho/child_health/mortality/neonatal_infant_text/en/.

WHO. 2015. Millennium Development Goals (MDGs). [diakses : 28 Juli 2017].

Tersediadari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs290/en/.

Wiknjosastro, Hanifa. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Wynn, J. L., & Wong, H. R. 2010.Pathophysiology and treatment of septic shock

in neonates.Clinics in perinatology [Internet]. 37(2): 439-479. [diunduh;

28 Juli 2017]. Tersediadari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2891980/

Yulaikhah, Lily. 2008. Kehamilan. Jakarta : EGC.