Hnp Cervical

17
HNP CERVICAL A. Pengertian Hnp Cervikal Hnp cervikal adalah saraf terjepit juga sering terjadi di daerah leher. Herniated nucleus pulposus (HNP) secara umum digunakan untuk kelainan pada vertebra cervicalis, pergeseran (displacement) nucleus pulposus tidak selalu merupakan penyebab kelainan pada vertebra cervicalis. Herniasi vertebra cervicalis dapat dikategorikan menjadi tiga tipe: (1) herniasi tipe lunak (soft disc herniation) yang meliputi herniasi nucleus pulposus melalui robekan pada annulus fibrosus, (2) herniasi tipe keras (hard disc protrusion) yang meliputi pembentukan bone spur, atau (3) kombinasi keduanya. Ketika materi lunak dari nucleus pulposus mengalami herniasi melalui robekan pada annulus fibrosus,maka disebut "soft disc herniation" karena material dari diskus yang mengalami herniasi mempunyai konsistensi yang lunak. Namun demikian, tanpa adanya robekan atau defek pada annulus fibrosus, gejala dari kelainan vertebra cervical tetap dapat terjadi akibat pembentukan bone spur (pertumbuhan yang berlebihan dari spikula tulang) pada tepi vertebra sehingga menekan saraf atau medula spinalis. Hal ini disebut "hard disc herniation" karena terbentuk dari bone spur. Kombinasi dari kedua jenis herniasi tersebut juga dapat terjadi. Manifestasi dari HNP dapat dibagi menjadi empat tipe yaitu : 1. Disc Degeneration: Terjadi perubahan kimiawi berhubungan proses penuaan, sehingga menyebabkan diskus menjadi lemah tetapi tanpa terjadinya herniasi 2. Disc Prolapse (bulge atau protrusion): Perubahan bentuk atau posisi dari diskus intervertebralis dengan sedikit desakan (bulging atau protrusion) ke arah kanalis spinalis 3. Extrusion: Bahan seperti gel (nucleus pulposus) menerobos keluar dari dinding annulus fibrosus tetapi masih tetap berada di dalam diskus intervertebralis

description

hnp pada cervikal

Transcript of Hnp Cervical

Page 1: Hnp Cervical

HNP CERVICAL

A. Pengertian Hnp Cervikal

Hnp cervikal adalah saraf terjepit juga sering terjadi di daerah leher. Herniated nucleus pulposus (HNP) secara umum digunakan untuk kelainan pada vertebra cervicalis, pergeseran (displacement) nucleus pulposus tidak selalu merupakan penyebab kelainan pada vertebra cervicalis. Herniasi vertebra cervicalis dapat dikategorikan menjadi tiga tipe: (1) herniasi tipe lunak (soft disc herniation) yang meliputi  herniasi nucleus pulposus melalui robekan pada annulus fibrosus, (2) herniasi tipe keras (hard disc protrusion) yang meliputi pembentukan bone spur, atau (3) kombinasi keduanya. Ketika materi lunak dari nucleus pulposus mengalami herniasi melalui robekan pada annulus fibrosus,maka disebut "soft disc herniation" karena material dari diskus yang mengalami herniasi mempunyai konsistensi yang lunak. Namun demikian, tanpa adanya robekan atau defek pada annulus fibrosus, gejala dari kelainan vertebra cervical tetap dapat terjadi akibat pembentukan bone spur (pertumbuhan yang berlebihan dari spikula tulang) pada tepi vertebra sehingga menekan saraf atau medula spinalis. Hal ini disebut "hard disc herniation" karena terbentuk dari bone spur. Kombinasi dari kedua jenis herniasi tersebut juga dapat terjadi.

Manifestasi dari HNP dapat dibagi menjadi empat tipe yaitu :

1. Disc Degeneration:

Terjadi perubahan kimiawi berhubungan proses penuaan, sehingga menyebabkan diskus menjadi lemah tetapi tanpa terjadinya herniasi

2. Disc Prolapse (bulge atau protrusion):

Perubahan bentuk atau posisi dari diskus intervertebralis dengan sedikit desakan (bulging atau protrusion) ke arah kanalis spinalis

3. Extrusion:

Bahan seperti gel (nucleus pulposus) menerobos keluar dari dinding annulus fibrosus tetapi masih tetap berada di dalam diskus intervertebralis

4. Sequestration or Sequestered Disc:

Nucleus pulposus menerobos keluar dari annulus fibrosus dan bahkan dapat bergerak keluar dari diskus intervertebralis sampai ke dalam kanalis spinalis

Page 2: Hnp Cervical

B. PATOFISIOLOGI

Diskus intervertebralis didesain untuk mengabsorbsi goncangan dan tekanan yang ditransmisikan melalui struktur rangka tubuh. Bagian tengah diskus intervertebralis tersusun dari bahan mirip gel yang disebut nucleus pulposus.17 Nucleus tersebut dikelilingi oleh jaringan ikat kolagen yang menyusun batas luar discus disebut annulus fibrosus. HNP (Herniated Nucleus Pulposus) terjadi akibat adanya beban tekanan terhadap tulang belakang yang terjadi secara tiba-tiba atau dalam jangka waktu lama. Ketika terjadi beban tekanan pada diskus intervertebralis, nucleus akan terdorong ke arah dinding annulus. Seiring dengan terjadinya peningkatan beban tekanan, maka mulai terjadi robekan pada serat annulus dan terjadi perubahan bentuk diskus intervertebralis.

Diskus biasanya akan terdorong kearah postero-lateral (49 % kasus), posterocentral (8%), lateral/foraminal (<10%), intraosseous/vertical (14%): "Schmorl node" ,extraforaminal/anterior (29%). HNP sering ditemukan pada arah posterolateral karena bagian posterolateral merupakan bagian paling lemah dimana di daerah tersebut banyak terdapat persarafan di daerah leher, oleh karena itu herniasi sering menyebabkan penekanan terhadap saraf sehingga menimbulkan disfungsi saraf sensorik atau motorik.

HNP cervical sering ditemukan pada verterbra cervicalis bagian bawah (level vertebra C6-7). Didaerah ini terdapat persarafan yang menyusun pleksus brachialis. Saraf-saraf dari pleksus brachialis berjalan mempersarafi sepanjang ekstremitas atas, sehingga gejala-gejala akibat kompresi saraf dapat timbul pada seluruh atau sebagian ekstremitas atas. Pada beberapa kasus, herniasi terjadi akibat trauma akut akibat beban tekanan yang tiba-tiba pada vertebra cervicalis. Sebagai contoh, herniasi terjadi ketika individu yang terbentur kepalanya pada waktu menyelam di kolam renang yang dangkal.  HNP cervical akibat trauma akut merupakan penyebab utama dari central cord syndrome.

Gejala utama pada HNP cervical adalah rasa nyeri, parestesia atau kelemahan pada daerah leher atau ekstremitas atas. Rasa nyeri atau parestesia dapat timbul pada seluruh atau sebagian ekstremitas atas. Penelitian lain menunjukkan bahwa nucleus pulposus mengandung bahan-bahan kimia (phospholipise A, bradykinin, stromeolysn, histamine, VIP, and substance P) yang dapat mengiritasi saraf sehingga menimbulkan pembengkakan dan timbul rasa nyeri akibat perasangan chemoreceptors. HNP akut sering menyebabkan nyeri radicular melalui radikulitis kimiawi akibat terjadi pelepasan proteoglikans dan fosfolipase yang dilepaskan dari nucleus pulposus sehingga menyebabkan inflamasi kimiawi dan atau kompresi saraf langsung.

Mediator kimiawi interleukin 6 dan nitric oxide juga dilepaskan dari diskus intervertebralis dan ikut berperan dalam kaskade inflamasi.  Radikulitis kimiawi merupakan kunci pokok penyebab rasa nyeri pada HNP karena kompresi saraf saja tidak selalu menimbulkan rasa nyeri kecuali ganglion saraf dorsal juga terlibat. Terkadang fragmen dari annulus fibrosus yang pecah dapat terdesak sampai ke kanalis spinalis.

Herniasi juga dapat menginduksi demielinisasi saraf yang mengakibatkan gejala-gejala neurologik. HNP akibat trauma yang jarang ditemukan pada vertebra cervical level C2-3 memiliki manifestasi berupa rasa nyeri pada daerah leher dan bahu yang non-spesifik, hipestesia perioral, gejala radikulopati lebih menonjol daripada mielopati, dan disfungsi motorik dan sensorik tungkai atas lebih sering ditemukan daripada tungkai bawah.

Page 3: Hnp Cervical

Radikulopati cervical terjadi akibat kompresi saraf secara mekanis atau reaksi peradangan (misal radikulitis kimiawi).

Regio cervical merupakan tempat tersering terjadinya radikulopati (5 – 36 % kasus). HNP dari vertebra cervical merupakan penyebab radikulopati pada 20 – 25 % kasus. Insiden dari cervical radikulopati secara berurutan adalah sebagai berikut: C7 (70%), C6 (19-25%), C8 (4-10%), and C5 (2%). Kelemahan otot dapat ditemukan pada bagian otot ekstremitas atas yang dipersarafi oleh serat saraf yang terkena. Karena gejala dapat ditemukan pada berbagai regio di ekstremitas atas, maka HNP cervical sulit dibedakan dengan kelainan akibat kompresi saraf yang lain yang terjadi pada ekstremitas atas,seperti thoracic outlet atau carpal tunnel syndromes.

C. GEJALA KLINIK

Tidak semua HNP menimbulkan gejala, bahkan pada beberapa individu ,HNP ditemukan secara tidak sengaja pada waktu dilakukan pemeriksaan X-ray untuk indikasi yang berbeda. Gejala yang timbul dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok:

1. Kelompok pertama (Axial Joint Pain) meliputi: rasa nyeri di

daerah leher, nyeri menjalar sampai di daerah  skapula (scapular pain) dinding dada, atau daerah bahu,  nyeri pada bagian belakang kepala, kesulitan dalam pergerakan kepala, dan dizziness ,khususnya jika leher digerakkan ke belakang atau dimiringkan. Tidak ditemukan adanya tanda-tanda defisit neurologik. Gejala ini timbul akibat kompresi lokal dari ligamen dan struktur anatomi sekitar.

2. Kelompok kedua (Cervical Radiculopathy) meliputi :

rasa nyeri di sepanjang bahu, lengan atas dan tangan, rasa baal di tangan dan jari-jari, dan kelemahan pada lengan atas. Gejala-gejala pada kelompok kedua ini diakibatkan oleh kombinasi kompresi saraf yang melewati daerah herniasi (pada level vertebra C5-6 atau C6- 7) inflamasi pada saraf spinal. Jika yang terkena adalah pada level vertebra C5-6, gejala yang dapat timbul meliputi penurunan reflex brachialis radialis, kelemahan pada otot bisep dan rasa nyeri / parestesia yang menjalar ke ibu jari dan jari telunjuk. Jika yang terkena adalah pada level vertebra C6-7, maka gejala yang dapat timbul adalah kehilangan reflex trisep, kelemahan otot trisep, dan rasa nyeri atau parestesia yang menjalar ke jari tengah. Gejala lain yang dapat ditemukan (sensitifitas 50 %) adalah:

Spurling sign (rasa nyeri timbul akibat ekstensi,  fleksi lateral dan axial load pada area yang terkena.

Rasa nyeri hilang dengan traksi pada leher

Rasa nyeri berkurang jika pasien meletakkan lengan atas di atas kepalanya

Page 4: Hnp Cervical

3. Kelompok ketiga (Cervical Myelopathy) merupakan gejala

yang memerlukan perhatian khusus karena adanya potensi menyebabkan kerusakan pada keempat ekstremitas, kelemahan pada keempat ekstremitas dengan disertai hilangnya rangsang sensorik (rasa baal) , reflex fisiologis meningkat, timbulnya reflex patologis (Hoffmans dan atau Babinski signs), keseimbangan terganggu, gangguan dalam cara berjalan (gait  disorder), clumsy spastic  legs, gangguan dalam fine motor movements dan kesulitan dalam kontrol buang air besar dan buang air kecil (akibat peningkatan tonus otot pada dinding kandung kemih sehingga menimbulkan frekuensi dan nokturia). Pada kelompok ketiga ini gejala timbul akibat kompresi dari  medula spinalis baik akut maupun kronik. Deteksi dini merupakan hal yang penting, karena jika telah ditemukan gejala defisit neurologik yang berat, maka sulit untuk sembuh secara spontan, bahkan dengan terapi bedah sekalipun, fungsi yang hilang tidak dapat kembali.

Secara umum gejala yang dapat ditemukan pada HNP cervical meliputi:

Nyeri di daerah leher khususnya pada bagian belakang dan samping Rasa nyeri yang dalam di dekat atau sekitar bahu pada bagian yang terkena

Rasa nyeri yang menjalar ke bahu, lengan atas dan bawah, dan yang jarang pada tangan, jari-jari atau dada (Referred pain)

Rasa nyeri memburuk dengan batuk, peregangan atau tertawa

Peningkatan rasa nyeri ketika fleksi leher atau menengokkan kepala

Spasme dari otot-otot leher

Kelemahan otot-otot lengan

Rasa baal atau  tingling (a "pins-and-needles" sensation) di daerah bahu atau lengan

Posisi atau pergerakan leher tertentu dapat menimbulkan rasa nyeri hebat

Gejala kompresi medula spinalis meliputi awkward or stumbling gait, kesulitan dalam gerakan motorik terampil pada tangan dan lengan, dan rasa kesemutan yang menjalar sampai ke kaki. Gejala ini dapat bervariasi tingkat keparahannya dan tidak seluruhnya ditemukan pada pasien.2,29

Level        C4-C5     C5-C6     C6-C7     C7-T1Kelemahan Shoulder Forearm flexion Wrist extension Grip

Rasa baal Shoulder Upper arm, thumb Middlefinger,allfingertipsRing and little fingers

 Tabel vertebra yang terkena sesuai letak persarafannya

Anamnesa

Meliputi:o onset 

o Mekanisme trauma

Page 5: Hnp Cervical

o Gejala sistemik yang menyertai (misal, demam merupakan pertanda infeksi, penurunan berat badan dapat merupakan pertanda keganasan).

Discogenic pain tanpa keterlibatan saraf biasanya bersifat samar-samar, difus, dan distribusi secara axial. 

o Aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intra-diskus (misal, mengangkat, manuver Valsalva) dapat memperburuk gejala. Sebaliknya, berbaring terlentang dapat memperbaiki gejala dengan menurunkan tekanan intra-diskus.

Beban getaran (Vibrational stress) akibat mengemudi dapat memperburuk discogenic pain.

Bergantung pada adanya keterlibatan sensorik atau motorik, nyeri radicular dapat bersifat dalam, tumpul, atau tajam, rasa terbakar, dan rasa seperti tersetrum (electric).

o Nyeri radicular tersebut biasanya mengikuti pola persarafan dermatom atau myotomal pada tungkai atas.

o Nyeri radicular cervical sering ditemukan menjalar ke region interskapular meskipun nyeri juga dapat dirujuk ke regio occipital, bahu, atau lengan.

o Nyeri di daerah leher tidak selalu menyertai radikulopati dan sering tidak ditemukan bersamaan.

o Selain itu, pasien juga dapat mengeluh rasa baal pada tungkai bagian distal dan  kelemahan di bagian proximal. Atrofi juga dapat ditemukan.

o Penelitian menunjukkan bahwa HNP cervical dapat menginduksi perubahan suhu dengan distribusi spesifik pada ekstremitas atas.

Pemeriksaan fisik

Pasien dengan gejala nyeri radicular juga memiliki manifestasi berupa penurunan ruang gerak (range of motion (ROM)) cervical.

o Rasa nyeri radicular dapat ditimbulkan dengan ekstensi leher dan rotasi atau dengan manuver Spurling (leher pasien diekstensikan, dimiringkan ke lateral, dan ditahan ke bawah)??

o Gejala rasa nyeri dapat dikurangi dengan fleksi leher atau abduksi tungkai atas yang bergejala ke atas kepala (abduction sign).

o Penurunan sensasi terhadap rasa nyeri, rasa raba ringan, atau rasa getar dapat timbul pada tungkai atas bagian distal. Kelemahan pada tungkai bagian proksimal dapat bermanifestasi jika terdapat kompresi saraf motorik yang signifikan

o Hilangnya atau menurunnya reflex yang berhubungan dengan level saraf yang terkena dapat juga ditemukan.

o Peningkatan reflex tungkai atas dan bawah atau tanda-tanda UMN lainnya merupakan pertanda mielopati dan merupakan indikasi dilakukan evaluasi diagnostik yang agresif.

Page 6: Hnp Cervical

Pasien dengan nyeri diskogenik tanpa keterlibatan saraf menunjukkan manifestasi penurunan ruang gerak cervical, pemeriksaan neurologik normal, dan peningkatan rasa nyeri dengan kompresi axial dan pengurangan rasa nyeri dengan distraksi.

Pada palpasi dapat ditemukan nyeri tekan miofasial atau trigger points, yang dapat bersifat primer maupun sekunder akibat proses patologik lainnya.

 

Pemeriksaan khusus:

1. Distraction test: Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah traksi leher dapat membantu mengatasi rasa nyeri yang timbul. Tes ini dapat mengurangi rasa nyeri jika: (1) rasa nyeri diakibatkan oleh penyempitan foramen, (2) timbul iritasi pada facet joint. Pemeriksaan ini dapat meningkatkan rasa nyeri yang timbul di daerah ligamen. 

2. Compression test: Dengan menekan vertebra cervicalis sampai berdekatan akan menimbulkan rasa nyeri jika terjadi penyempitan foramen atau iritasi facet joint.

3. Valsalva test: Pemeriksaan ini dilakukan dengan menahan napas sekuatnya sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intratekal yang mengindikasikan adanya space occupying lesion.

4. Swallowing test: Kesulitan menelan dapat disebabkan oleh kelainan pada vertebra cervicalis. Peningkatan rasa nyeri atau kesulitan menelan (disfagia) selain dapat disebabkan oleh kelainan vertebra cervical anterior, juga dapat disebabkan oleh vertebral subluxations, osteophytes protrusion, soft tissue swelling dan atau tumor.  

5. Adson's test: Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan arteri subclavia. Adanya kekakuan otot-otot di daerah leher atau kelainan patologis lainnya dapat menyebabkan penekanan pada arteri tersebut. Raba denyut nadi radialis pasien, kemudian lakukan abduksi, ekstensi dan rotasikan lengan kearah lateral. Pasien disuruh mengambil napas dalam dan kepala dirotasikan kearah yang terdapat kelainan. Hasil tes positif jika terdapat pengurangan pengisian denyut nadi (pada Thoracic outlet syndrome, hasil tes positif pada kurang lebih 20 % kasus).

6. Vertebral Artery Test: Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai aliran dari arteri vertebralis. Pasien diposisikan dalam posisi terlentang. Kemudian tangan pemeriksa memegang bagian kepala pasien, kepala pasien kemudian diekstensikan, rotasi, dan fleksi kearah lateral secara perlahan. Pada pasien diamati terhadap terjadinya dizziness, bicara ngawur (slurred speech) dan hilang kesadaran. Jika terjadi salah satu atau seluruh gejala diatas maka hasil pemeriksaan positif terhadap terjadinya oklusi total atau parsial dari arteri vertebralis.

7. Spurling's Sign: Hiperekstensi dengan disertai rotasi eksternal. Rasa nyeri yang timbul pada arah rotasi menunjukkan adanya stenosis foramen dan iritasi radix saraf

Test Position: Dengan posisi pasien dalam keadaan duduk, pemeriksa melakukan kompresi pada kepala pasien. Tekanan diarahkan tegak lurus kebawah dan kemudian diulangi dengan fleksi lateral ke setiap sisi. Hasil tes positif jika ditemukan adanya rasa nyeri atau kesemutan pada ekstremitas atas di bagian yang sesuai dengan arah fleksi kepala. Rasa nyeri timbul akibat adanya tekanan pada radix saraf dan berkorelasi dengan persarafan dermatom.

Page 7: Hnp Cervical

Hati-hati melakukan pemeriksaan pada pasien dengan osteoarthritis, osteoporosis,dan congenital cervical stenosis

H. Foraminal Distraction Test

Dilakukan dengan posisi yang sama dengan Spurling’s Test. Tangan pemeriksa diletakkan pada bagian belakang kepala dan dagu sambil memberikan tekanan (distraction force). Jika keluhan rasa nyeri dan atau gejala parestesia berkurang atau menghilang berarti hasil tes positif. Tes ini tidak dilakukan jika terdapat kecurigaan adanya vertebra cervicalis yang tidak stabil.

TERAPI

Terapi meliputi terapi konservatif dan terapi bedah. Terapi konservatif meliputi bedrest, terapi fisik, chiropractic manipulation, blok saraf, pemberian steroid, analgetik dll. Pada sebagian besar pasien, terapi konservatif atau non-bedah dapat secara efektif mengurangi gejala yang timbul. Jika gejala tidak membaik dengan terapi konservatif, maka dapat dipertimbangkan terapi bedah dekompresi.

Terapi fisik (Physical Therapy)

  Tujuan dari terapi fisik ini adalah untuk menghilangkan rasa nyeri, menormalkan pergerakan vertebra, dan memperbaiki kontrol neuromuskular. Terapi fisik seperti misalnya Ice and heat therapy, massage, stretching, dan neck traction dapat membantu mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan fleksibilitas. Terapi non-bedah efektif dalam penatalaksanaan HNP pada 90 % kasus. 23,29,39

 Istirahat

Dengan mengistirahatkan sendi dan otot yang menjadi sumber rasa nyeri dapat berguna untuk membantu proses penyembuhan. Jika rasa nyeri masih dirasakan pada waktu melakukan aktivitas atau pergerakan, hal ini menandakan masih adanya iritasi yang sedang berlangsung. Oleh karena itu sebaiknya semua gerakan dan aktivitas yang dapat meningkatkan rasa nyeri sebaiknya dihindari. Dokter atau ahli terapi biasanya akan menganjurkan untuk memakai soft atau hard neck collar untuk membatasi pergerakan leher.10

 

Pengaturan posisi

Ada berbagai cara khusus yang dapat diberikan oleh dokter atau ahli terapi untuk membantu mengistirahatkan kepala dan leher sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri yang timbul. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan bantal khusus (contour pillow), untuk membantu menempatkan leher pada

Page 8: Hnp Cervical

posisi yang nyaman pada waktu tidur atau beristirahat. Alat khusus seperti neck roll atau rolled towel dapat diletakkan di bawah bantal sehingga pada saat berbaring, alat tersebut dapat mengisi dan membantu menstabilkan kelengkungan pada leher.10

Ultrasound

Alat ultrasound dapat memproduksi gelombang frekuensi tinggi yang diarahkan ke tempat nyeri di leher. Dengan melewati jaringan tubuh, gelombang ini dapat menggetarkan molekul-molekul. Hal ini dapat menyebabkan gesekan dan rasa hangat ketika gelombang melewati jaringan. Sisa dari gelombang akan diubah menjadi energi panas di dalam jaringan tubuh yang lebih dalam. Efek panas ini membantu membersihkan area yang menjadi sumber rasa nyeri dan mensuplai darah yang kaya nutrisi dan oksigen.

Phoresis

Terdapat dua metode yang dapat digunakan para ahli terapi untuk mentransmisikan substansi melalui kulit. Phonophoresis menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk “mendorong” Corticosteroid (cortisone) melalui kulit. Iontophoresis menggunakan alat kecil yang memproduksi muatan listrik kecil, yang digunakan untuk membawa obat-obatan khususnya steroid melalui kulit. Steroid merupakan obat antiinflamasi yang sangat kuat yang berfungsi menghentikan reaksi kimiawi didalam tubuh yang menimbulkan rasa nyeri.

 Electrical Stimulation

Terapi ini bertujuan menstimulasi saraf dengan mengirimkan impuls listrik melalui kulit. Electrical stimulation dapat mengurangi rasa nyeri dengan mengirimkan impuls sebagai ganti rasa nyeri. Dua orang peneliti ternama mengemukakan sebuah teori yang disebut Gait Theory.  Teori ini mengatakan bahwa jika kita merasakan sensasi selain rasa nyeri, seperti rasa seperti digosok (rubbing), dipijat (massage), atau impuls listrik yang menjalar, maka kolumna spinalis akan menutup gerbang rasa nyeri sehingga tidak terjadi penjalaran rasa nyeri ke otak. 

 Soft tissue mobilization/massage

Massage telah terbukti mampu megurangi rasa nyeri dan spasme otot dengan merelaksasikan otot, membawa aliran darah kaya oksigen dan nutrisi dan dengan membersihkan area yang terkena iritasi kimiawi yang timbul akibat reaksi peradangan. Para ahli terapi fisik memiliki berbagai cara berbeda dalam melakukan mobilisasi atau massage, yang dapat meliputi effleurage (merupakan salah satu teknik pelepasan miofasial yang membantu memperbaiki pergerakan yang normal), Strain-counter-strain (merupakan salah satu bentuk terapi  yang khususnya berguna jika terdapat sumber rasa nyeri yang menjadi penyebab keterbatasan gerak otot). Terapi ini biasanya dilakukan dengan meletakkan otot pada posisi tertentu, biasanya pada tempat serat otot yang paling pendek. Posisi ini dipertahankan selama mungkin untuk mempengaruhi aliran sinyal listrik saraf ke otot. Salah satu bentuk terapi lainnya, adalah dengan muscle energy technique.

 Joint mobilization

Page 9: Hnp Cervical

Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan tekanan dan pergerakan secara bertahap oleh para ahli terapi fisik yang berpengalaman. Penekanan perlahan yang dilakukan secara bertahap dapat membantu melumasi permukaan sendi, mengurangi kekakuan, dan membantu pengerakan dengan mengurangi rasa nyeri. Rasa nyeri dapat menimbulkan spasme pada otot, karena otot berusaha menjaga sendi yang menimbulkan rasa nyeri, sehingga membatasi pergerakan leher. Dengan memberikan tekanan secara perlahan atau mobilisasi, ahli terapi berusaha untuk menghentikan aliran sensasi rasa nyeri sehingga dapat membuat otot menjadi relaks. Setelah rasa nyeri berkurang, maka dapat dilakukan mobilisasi tahap selanjutnya untuk membantu memperpanjang jaringan di sekitar sendi sehingga membantu mengembalikan pergerakan normal khususnya di leher.

 Olahraga (Exercises)

Olahraga merupakan hal yang penting selama masa penyembuhan akibat HNP. Ada berbagai tipe olahraga yang dapat dilakukan. Pada tahap awal, ketika rasa nyeri masih terasa di daerah leher, olahraga tertentu dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Salah satunya dengan menempatkan leher pada posisi tertentu, sehingga dapat mengurangi penekanan pada daerah nyeri. Cara menemukan posisi yang tepat dapat dengan menggunakan alat seperti bantal, rolled towel, atau commercial neck roll. Pada kasus-kasus dengan rasa nyeri yang signifikan, maka dapat dilakukan olahraga pernapasan.

Tahap olahraga berikutnya memfokuskan pada kekuatan otot-otot leher karena otot-otot ini dapat membantu menstabilkan vertebra agar tetap pada posisinya (stabilization training). Segera setelah kekuatan otot-otot leher meningkat, maka diperlukan latihan koordinasi sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya trauma kembali. Fokus terakhir adalah dengan fitness training, melalui fitness training dapat meningkatkan efektivitas otot dapat memperoleh nutrisi dan oksigen dari darah. Setelah otot menggunakan nutrisi dan oksigen, dapat terjadi pembentukan zat sisa metabolisme yang dapat menimbulkan rasa nyeri, maka latihan ini dapat meningkatkan kemampuan otot untuk membersihkan zat sisa metabolisme ini.

Olahraga juga dapat menstimulasi pelepasan endorfin ke dalam darah. Hormon ini berperan sebagai zat pengurang rasa nyeri. Jalan santai, stationary cycling, dan arm cycling merupakan contoh olahraga yang dapat memperbaiki fungsi hati dan ginjal. Olahraga mungkin tidak menyembuhkan HNP, tetapi dapat membantu mengontrol rasa nyeri dan stress yang menyertainya.10,23

              Ice/Heat Therapy

Dalam 24 sampai 48 jam pertama, cold therapy (misalnya dengan es) dapat membantu mengurangi pembengkakan, spasme otot dan rasa nyeri dengan mengurangi aliran darah. Es membuat vasokonstriksi pembuluh darah. Hal ini dapat membantu mengontrol reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa nyeri. Ada berbagai cara penggunaan es misalnya dengan cold packs, ice bags, atau ice massage.  Cold packs atau ice bags biasanya diletakkan pada area yang nyeri selama 10 -15 menit. Ice massage (dapat dilakukan dengan menggunakan secangkir air yang telah dibekukan) biasanya dilakukan dengan menggosokkan es pada tempat nyeri selama tiga sampai 5 menit atau sampai terasa baal.

Page 10: Hnp Cervical

Setelah  48 jam pertama, heat therapy dapat diberikan. Panas dapat meningkatkan aliran darah melalui vasodilatasi pembuluh darah untuk menghangatkan dan merelaksasikan jaringan lunak. Peningkatan aliran darah dapat membantu membersihkan iritasi toksin yang dapat mengumpul di jaringan akibat spasme otot dan trauma diskus. Selain itu juga dapat membantu membawa nutrisi dan oksigen sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka. Sumber panas berupa moist hot pack, a heating pad, atau mandi atau berendam air hangat lebih menguntungkan daripada menggunakan krim yang hanya memberikan sensasi hangat.  Jangan memberikan sumber dingin atau panas langsung ke kulit; tetapi bungkus sumber panas atau dingin dengan handuk tebal selama 15 – 20 menit.

McKenzie’s approach

Pada sebagian besar kelainan vertebra cervicalis, berbagai penelitian mendukung penggunaan terapi konservatif seperti metode McKenzie dan cervicothoracic stabilization programs, dikombinasi dengan senam aerobik. Sistem McKenzie mengidentifikasi 3 mekanisme sindrom yang menyebabkan rasa nyeri dan gangguan fungsi. Sindrom postural dapat menimbulkan rasa nyeri jika jaringan lunak normal diberikan beban terus menerus pada akhir ROM; tidak selalu ditemukan kelainan patologi. Penatalaksanaan bertujuan untuk mengoreksi postur tubuh. Sindrom disfungsi dapat menimbulkan rasa nyeri ketika pasien berusaha melakukan gerakan secara penuh, pada jaringan parut yang mengalami kontraktur.

Butler’s approach

Teknik terapi Butler dapat memperbaiki gejala nyeri radicular dengan melakukan mobilisasi pada saraf yang terkena. Awalnya ahli terapi akan mengidentifikasi "adverse neural tension" yaitu mengevaluasi daya peregangan dan ruang gerak berdasarkan mekanisme patofisiologi dan respon fisiologis dari saraf yang terkena. Secara spesifik ahli terapi akan melakukan pemeriksaan neurodinamik untuk mengevaluasi saraf (misal mobilisasinya di sekitar diskus intervertebra) dan karakteristik fisiologisnya (misalnya responnya terhadap iskemia, peradangan). Kemudian ahli terapi akan memberikan terapi awal berupa mobilisasi pasif sebagai input terhadap sistem saraf pusat tanpa menimbulkan respon stres dan neurogenic massage untuk mengurangi pembengkakan perineural.

Dalam empat sampai enam minggu biasanya sebagian besar pasien akan mengalami perbaikan gejala setelah diberikan terapi fisik tanpa intervensi bedah, jika terapi konvensional gagal maka dapat dilakukan terapi bedah.

 Saat ini banyak Ahli Bedah Orthopedi mencoba pengobatan conservative untuk memperbaiki HNP dengan meregangkan jaraknya satu sama lain sehingga mengurangi tekanan pada syaraf yang terjepit dan alat ini disebut  DISK DR.

Disk Dr ini berguna menujang tulang belakang , fleksibel dan nyaman dipakai dan dari hasil X foto pada pengguna Disk Dr menunjukkan bahwa jarak discus L4 dan L5 bertambah 3 cm.  Disk Dr ini diciptakan untuk HNP Cervical dan Lumbal dan diciptakan oleh Ahli Bedah Orthopedi Rumah Sakit Seoul Paek Universitas Inje. Hasil penelitihan yang dilakukan pada 328 kasus , 85 % mengalami perbaikkan kondisi dalam waktu 3 hari , dan 91 % mengalami hasil yang sangat memuaskan terutama untuk Kasus HNP ringan atau HNP yang menolak operasi baik bila ada kontra indikasi operasi atau penderita yang takut operasi

Page 11: Hnp Cervical

 KOMPLIKASI

Komplikasi dari kelainan vertebra cervical dapat meliputi nyeri radicular atau axial yang hebat. Herniasi diskus intervertebralis yang mendesak medula spinalis dapat menimbulkan gejala-gejala akibat mielopati berupa kelemahan, hiperreflexia, dan disfungsi neurogenik usus dan kandung kemih. Radikulopati dapat bermanifestasi sebagai kelemahan ekstremitas atas yang signifikan atau rasa baal

PROGNOSIS

Prognosis umumnya baik pada individu dengan HNP akibat perubahan degeneratif. Kondisi ini biasanya bersifat asimtomatik, kecuali individu tersebut terkena trauma pada segmen vertebra yang mengalami perubahan degeneratif. Selama individu tersebut dapat mempertahankan keseimbangan mekanik dan stabilitas, biasanya tidak akan menimbulkan gejala.39

PENCEGAHAN

Ada beberapa faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti misalnya proses penuaan, tetapi ada juga faktor resiko yang dapat dimodifikasi untuk mencegah terjadinya cervical disc disease seperti pola hidup yang meliputi postur tubuh yang baik, olahraga secara teratur, diet teratur, dan berhenti merokok. Setelah sembuh dari operasi, ada berbagai anjuran yang dapat diikuti untuk mencegah terjadinya HNP:

Lakukan olahraga secara teratur (olahraga seperti berenang, bersepeda, jalan cepat merupakan olahraga yang tidak  memberikan beban tekanan pada tulang vertebra)

Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan leher menjadi   hiperreflexi atau hiperekstensi (Para peneliti telah menemukan  cara untuk mengurangi stress dan rasa nyeri di daerah leher  yang    disebut dengan 3 R yaitu :Rest,Relaxation  dan Recovery)

Pertahankan postur tubuh yang baik (Terdapat tiga macam    kelengkungan normal pada tulang vertebra, dengan cara mempertahankan ketiga macam kelengkungan tersebut pada    waktu berdiri, duduk, atau bergerak merupakan dasar untuk   memperoleh postur tubuh yang sehat).

Berhenti merokok (karena merokok selain dapat menganggu   proses penyembuhan, juga dapat menyebabkan aterosklerosis,  yang dapat mempercepat proses degeneratif)

Hindari stress karena dapat menyebabkan ketegangan pada otot   (muscle  tension)

Pencegahan merupakan kunci untuk menghindari timbulnya rasa nyeri didaerah leher di masa-masa yang akan datang. Selalu ingat bahwa meskipun leher sifatnya sangat mobile, tetapi tetap mempunyai batasan.