Hipertensi
-
Upload
devisilalahi -
Category
Documents
-
view
11 -
download
3
description
Transcript of Hipertensi
Tekanan darah tidak terkontrol
Hipertensi emergensi termasuk dalam kejadian klinis dari tekanan darah tidak
terkontrol yang bertahap memberat atau sudah hamper menuju kepada kegagalan
fngsi system organ. Pada kondisi ini, tekanan darah harus segera diturunkan dalam
hitungan menit sampai jam.
Kerusakan tahap akhir dari organ neurologi karena tekanan darah yang tidak
terkontrol termasuk hipertensi enselopati, kerusakan vaskularisasi serebral/infark
serebral, perdarahan subarachnoid dan atau perdarahan intracranial. Kerusakan tahap
akhir dari organ cardiovascular ialah perdarahan atau infark miokard, acute left
ventricular dysfunction, edema pulmonary akut dan atau diseksi aorta. Kerusakan
organ lain juga dapat terjadi akibat hipertensi yang tidak terkontrol, dapat berupa
gagal ginjal akut, retinopati, eklampsia atau anemia hemolitik mikroangiopati.
Dengan pemakaian antihipertensi, kejadian dari hipertensi emergensi telah menurun
dari 7% menjadi 1 % dari pasien yang memiliki hipertensi.
Riwayat dan pemeriksaan fisik
Riwayat dan pemeriksaan fisik berpengaruh pada masa depan, kegawatan dan rencana
pengobatan pada kasus hipertensi. Riwayat harus focus pada ada tidaknya kegagalan
tahap akhir dari fungsi organ serta keadaan umum dan identifikasi penyebabnya.
Klinis paling umum yang terjadi pada hipertensi emergensi adalah infark cerebral
(24.5%), edema pulmonary (22.5%), enselopati hipertensi (16.3%) dan gagal jantung
kongestiv (12%). Selain itu, klinis yang dapat terjadi menyangkur hipertensi
emergensi ialah perdarahan intracranial, diseksi aorta dan eklampsia sampai pada
infrak miokard akut.
Durasi dan keparahan pasien yang memiliki hipertensi sebelumnya (termasuk derajat
tekanan darah) harus di evaluasi sampai pada riwayat pengobatan. Mengetahui apa
obat hipertensi yang dipakai serta efek sampingnya, dosis pemberian dan riwayat
penggunaan obat-obat terlarang menjadi komponen penting dalam riwayat
pengobatan sebelumnya. Sebagai tambahan, riwayat pengobatan sangat penting untuk
dapat mengetahui ada tidaknya atau dan sejauh mana kerusakan organ tahap akhir
tejadi, ada tidaknya penyakit cerebrovascular atau renal yang terjadi, dan masalah
kesehatan lainnya. Pada pasien perempuan, perlu diketahui hari pertama haid
terakhir.
Pasien akan mengeluhkan gejala spesifik yang mengarah pada kegagalan fungsi
organ. Nyeri dada dapat diindikasikan kepada iskemik atau infark miokard, nyeri pada
bagian belakang dapat mengarah kepada diseksi aorta, dan dyspnea dapat mengarah
kepada edema pulmonary dan gagal jantung kongestiv. Gejala dari kerusakan fungsi
neurologis ialah kejang, pandangan kabur serta penurunan kesadaran dan dapat
diindikasikan sebagai enselopati hipertensi.
Pada pemeriksaan fisik dapat menentukan kerusakan fungsi organ apa yang terjadi.
Tekanan darah tidak hanya dapat dipastikan dengan posisi supine dan posisi berdiri,
tetapi dapat juga dipastikan pada pemeriksaan di kaki (perbedaan yang signifikan
dapat mengarah pada terjadinya diseksi aorta).
Adanya perdarahan retina, eksudat atau papilledema dapat mengarah kepada
hipertensi emergensi. Evaluasi adanya kegagalan jantung, dimana dapat dilihat dari
peningkatan vena jugularis, ronkhi pada auskultasi dan edema perifer. Kerusakan
system saraf pusat dapat di ketahui dengan adanya perubahan kesadaran dan
ketajaman penglihatan, dan atau adanya tanda fokal neurologi.
Evaluasi dari hipertensi tidak terkontrol.
Pemeriksaan kadar elektrolit, seperti kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kadar
kreatinin dapat membantu evaluasi keadaan ginjal. Pemeriksaan urin untuk melihat
ada tidaknya hematuria atau proteinuria serta pada mikroskopik dapat melihat ada
tidaknya sel darah merah.
Pemeriksaan darah legnkap dan darah perifer juga diperlukan untuk mengevaluasi
kedaan pasien.
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan jika ada klinis yang mendukung. Jika terdapat
bukti klinis dari edema pulmonary atau nyeri dada, pemeriksaan radiologi thorax dan
EKG merupakan indikasi. Pasien dengan tanda neurologi harus dievaluasi
menggunakan CT Scan kepala.
Penatalaksanaan Hipertensi Emergensi
Sekitar 3-45% dari pasien dewasa memiliki setidaknya satu insiden peningkatan
tekanan darah signifikan selama mereka memiliki riwayat hipertensi. Prinsip dasar
dalam menentukan perawatan pada pasien hipertensi adalah mengetahui ada atau
tidak adanya disfungsi organ. Beberapa pasien yang menunjukkan kegawatan dengan
peningkatan tekanan darah, walaupun hanya sebagian kecil dari pasien akan
membutuhkan pengobatan kegawatdaruratan. Poin penting pada penatalaksanaan
pasien dengan peningkatan dereajat tekanan darah adalah “Obati pasien pada
berapapun kenaikan tekanan darahnya”.
Keberhasilan pada penatalaksanaan awal pasien gawat adalah tergantung pada pasien
hipertensi akut dengan gejala kerusakan organ yang menyertai dan pemberian terapi
parenteral. Pasien dengan peningkatan akut tekanan darah (sistolik >200 mmHg atau
diastolic >120 mmHg) tanpa gejala dan pasien dengan peningkatan signifikan pada
tahap ini harus diberikan terapi inisiasi serta di obervasi pada pasien rawat jalan.
Farmako terapi
Sodium nitropruside adalh obat yang umumnya digunakan. Obat ini merupakan
golongan obat kerja jangka pendek dan respon pada tekanan darah dapat titrasi dari
menit ke menit. Walaupun begitu, pasien tetap harus di monitoring pada ICU.