HIPERTENSI

21
HIPERTENSI Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. 1 Klasifikasi Hipertensi A. Menurut JNC 7: Gambar 1. Klasifikasi hipertensi menurut JNC 7 Guideline for Hypertension 1 B. Menurut ESH/ESC: 1

description

tugas

Transcript of HIPERTENSI

HIPERTENSI

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.1

Klasifikasi Hipertensi

A. Menurut JNC 7:

Gambar 1. Klasifikasi hipertensi menurut JNC 7 Guideline for Hypertension1

B. Menurut ESH/ESC:

Gambar 2. Klasifikasi hipertensi menurut 2013 ESH/ESC Guideline for the Management

of Arterial Hypertension2

C. Menurut AHA:

1

Gambar 3. Klasifikasi hipertensi menurut AHA3

Faktor Resiko:2

1. Gender laki-laki

2. Usia: laki-laki ≥ 55 tahun , perempuan ≥ 65 tahun

3. Merokok

4. Dislipidemia dengan total kolesterol > 190 mg/dl dan atau LDL > 115 mg/dl dan atau

HDL: laki-laki < 40 mg/dl, perempuan < 46 mg/dl dan atau Trigliserida > 150 mg/dl

5. Kadar gula darah 102- 125 mg/dl

6. Hasil tes gula darah yang abnormal

7. Obesitas dengan BMI ≥ 30 kg/m2

8. Obesitas sentral dengan lingkar pinggang: laki-laki ≥ 102 cm , perempuan ≥ 88 cm

(Kaukasia), laki-laki > 90 cm , perempuan > 80 tahun (Asia)

9. Riwayat keluarga yang mengalami penyakit kardiovaskular (laki-laki < 55 tahun,

perempuan < 65 tahun)

Adanya target kerusakan organ:1

1. Jantung: LVH, angina atau MI, gagal jantung

2. Otak: stroke, TIA

3. Gagal ginjal kronik

4. Penyakit arteri perifer

5. Retinopati hipertensi

Target terapi pada hipertensi:

2

A. Menurut JNC 7:

Pada pasien tanpa factor resiko penurunan target tekanan darah sistol < 140

mmHg dan diastol < 90 mmHg

Pada pasien dengan DM, dan gagal ginjal kronik target tekanan darah sistol < 130

mmHg dan diastol < 80 mmHg

B. Menurut ESH/ESC:

Gambar 4. Target penurunan tekanan darah menurut ESH/ESC2

Terapi:

3

1. Nonmedikamentosa:

Menurunkan berat badan.4

Mengurangi konsumsi garam efektif untuk menurunkan tekanan darah. Studi yang

dilakukan AHA pada tahun 2006 dengan metanalisis menunjukkan adanya

penurunan tekanan darah yang signifikan pada pembatasan konsumsi garam

sebanyak 1,6 – 3,8 gram per hari. Pada orang yang tidak hipertensi terjadi

penurunan tekanan darah sistolik 2,0 mmHg dan diastolik 1,0 mmHg, sedangkan

pada yang hipertensi terjadi penurunan tekanan darah sistolik 5,0 mmHg dan

diastolik 2,7 mmHg.4

Pembatasan konsumsi alkohol sebanyak ≤ 720 cc pada laki- laki dan ≤ 360 cc

pada perempuan dapat menurunkan tekanan sistolik 3,3 mmHg, dan diastolic

sebesar 2,0 mmHg. 4

Perbanyak konsumsi buah dan sayuran dan makanan rendah kolesterol. 4

Olahraga teratur selama 30 menit perhari.

Berhenti merokok.

Gambar 5. Modifikasi diet pada hipertensi menurut AHA 20064

2. Medikamentosa

4

Pada hipertensi yang perlu intervensi obat dapat diberikan pengobatan hipertensi oral dari

diuretic, ACE inhibitor, Angiotensin Reseptor Blocker, Beta Blocker, dan Calcium

Chanel Blocker.

Diuretik

a. Tiazid

Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa henle tebal, yang

menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang boros

kalium. Golongan obat antihipertensi ini merupakan obat antihipertensi yang prosesnya melalui

pengeluaran cairan tubuh via urin. Golongan antihipertensi ini cukup cepat menurunkan tekanan

darah namun dengan prosesnya yang melalui pengeluaran cairan, ada kemungkinan besar

potassium ( kalium ) terbuang.

Sediaan obat : Tablet

Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga volume darah, curah

jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun. Dan menghambat reabsorpsi natrium dan klorida

dalam pars asendens ansa henle tebal dan awal tubulus distal. Hilangnya K+, Na+, dan Cl-

menyebabkan peningkatan pengeluaran urin 3x. Hilangnya natrium menyebabkan turunnya

GFR.

Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi keseluruh ruang

ekstrasel dan hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.

Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal

kronis, hipertensi, Obat awal yang ideal untuk hipertensi, edema kronik, hiperkalsuria idiopatik.

Digunakan untuk menurunkan pengeluaran urin pada diabetes inspidus (GFR rendah

menyebabkan peningkatan reabsorpsi dalam nefron proksimal, hanya berefek pada diet rendah

garam)

Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi pada kehamilan,

hiperurisemia, hiperkalsemia, oliguria, anuria, kelemahan, penurunan aliran plasenta, alergi

sulfonamide, gangguan saluran cerna.

Dosis : Dewasa 25 – 50 mg/hr, Anak 0,5  –  1,0 mg/kgBB/ 12 – 24 jam

5

b. Furosemide

Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix, uresix.

Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.

Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke dalam intersitium

pada ascending limb of henle dan menghambat reabsorpsi klorida dalam pars asendens ansa

henle tebal. K+ banyak hilang ke dalam urin.

Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan kedaruratan hipertensi.

Juga edema, edema paru dan untuk mengeluarkan banyak cairan. Kadangkala digunakan untuk

menurunkan kadar kalium serum.Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung

kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi.

Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui

Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare. Hiponatremia, hipokalemia,

dehidrasi, hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas, alergi sulfonamide,

hipomagnesemia, alkalosis hipokloremik, hipovolemia.

Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit meningkat bila

diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas

silisilat meningkat bila diberikan bersamaan.

Dosis : Dewasa 40 mg/hr, Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr

c. Amilorid

Mekanisme Kerja : secara langsung meningkatkan ekskresi Na+ menurunkan sekresi K+ dalam

tubulus kontortus distal.

Indikasi : Digunakan bersama diuretik lain karena efek hemat K+ mengurangi efek hipokalemik.

Dapat mengoreksi alkalosis metabolik.

Efek tak diinginkan : Hiperkalemia, kekurangan natrium atau air. Pasien dengan diabetes militus

dapat mengalami intoleransi glukosa.

6

d. Spironolakton

Mekanisme Kerja : antagonis aldosteron (aldosteron menyebabkan retensi Na+). Juga memiliki

kerja serupa dengan amilorid.

Indikasi : digunakan dengan tiazid untuk edema (pada gagal jantung kongestif), sirosis, dan

sindrom nefrotik. Juga untuk mengobati atau mendiagnosis hiperaldo-steronisme. Efek tak

diinginkan : seperti amilorid. Juga menyebabkan ketidakseimbangan endokrin (jerawat, kulit

berminyak, hirsutisme, ginekomastia).

e. Triamterin

Mekanisme Kerja : secara langsung menghambat reabsorpsi Na+ serta sekresi K+ dan H+ dalam

tubulus koligentes.

Indikasi : tidak digunakan untuk hiperaldosteronisme. Lain-lain seperti Spironolakton.

Efek tak diinginkan : dapat menyebabkan urin menjadi biru dan menurunkan aliran darah ginjal.

Lain-lain seperti amilorid.

f. Manitol

Mekanisme kerja : secara osmotic menghambat reabsorpsi natrium dan air. Awalnya menaikkan

volume plasma dan tekanan darah.

Indikasi : gagal ginjal akut, glaucoma, sudut tertutup akut, edema otak, untuk menghilangkan

kelebihan dosis beberapa obat.

Efek tak diinginkan : sakit kepala, mual, muntah, menggigil, pusing, polidipsia, letargi,

kebingungan, dan nyeri dada.

Antagonis reseptor beta

a. Asebutol

Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.

Sediaan obat : tablet, kapsul.

7

Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas renin, menurunka

outflow simpatetik perifer.

Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma, kardiomiopati obtruktif hipertropi,

tirotoksitosis.

Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus, bradikardia, depresi.

Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu

Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama insulin. Diuretic tiazid

meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi nodus

AV dan SA meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat kalsium

Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).

b. Atenolol

Golongan ini merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah bekerja

dengan melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar pembuluh darah.

Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol.

Sediaan obat : Tablet

Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer, efek pada reseptor

adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.

Indikasi : hipertensi ringan – sedang, aritmia

Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi, bradikardia, syok

kardiogenik, anuria, asma, diabetes.

Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur, kulit kemerahan,

impotensi.

8

Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama insulin. Diuretik tiazid

meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid

ergot.

Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hr

c. Metoprolol

Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok

Sediaan obat : Tablet

Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi perifer, efek pada

reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor beta 1 di

ginjal.

Farmakokinetik : diabsorbsi dengan  baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat

diberikan beberapa kali sehari.

Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga

menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier

plasenta dan dapat masuk ke ASI.

Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris

Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok kardiogenik, gagal

jantung tersembunyi

Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare

Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya

Dosis : 50 – 100 mg/kg

d. Propanolol

Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral

Sediaan obat : Tablet

9

Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung, menghambat

pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat vasomotor otak.

Farmakokinetik : diabsorbsi dengan  baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat

diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah berikatan dengan protein dan akan bersaing

dengan obat – obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein.

Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga

menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier

plasenta dan dapat masuk ke ASI.

Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis subaortik hepertrofi,

miokard infark, feokromositoma

Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok jantung tingkat II dan

III, gagal jantung kongestif. Hati – hati pemberian pada penderita biabetes mellitus, wanita

haminl dan menyusui.

Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme, agranulositosis, depresi.

Interaksi obat : hati – hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena menambah berat

hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan penekanan kontraktilitas miokard. Henti

jantung dapat terjadi bila diberikan bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital, rifampin

meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan metabolism propranolol. Etanolol

menurukan absorbsinya.

Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.

Antagonis Kalsium

a. Diltiazem

Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.

Sediaan obat : Tablet, kapsul

10

Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium melalui slow cannel

calcium.

Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.

Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.

Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran cerna.

Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta bloker. Efek terhadap

konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron dan digoksin. Simotidin

meningkatkan efeknya.

Dosis : 1 x 180 mg/hr

b. Nifedipin

Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat, Nifecard, Vasdalat.

Sediaan obat : Tablet, kaplet

Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer, menurunkan spasme arteri coroner.

Indikasi : hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme coroner, gagal jantung refrakter.

Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan menyusui.

Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.

Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan hipotensi berat atau eksaserbasi

angina. Meningkatkan digitalis dalam darah. Meningkatkan waktu protombin bila diberikan

bersama antikoagulan. Simetidin meningkatkan kadarnya dalam plasma.

Dosis: 1 x 30 mg/ hari

c. Verapamil

Nama paten : Isoptil

Sediaan obat : Tablet, injeksi

11

Mekanisme kerja : menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel otot jantung dan vaskuler

sistemik sehingga menyebabkan relaksasi arteri coroner, dan menurunkan resistensi perifer

sehingga menurunkan penggunaan oksigen.

Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren.

Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi, blok jantung tingkat II dan

III, hipersensivitas.

Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu, dipsnea, bradikardia, kulit

kemerahan.

Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan efek negative pada denyut,

kondiksi dan kontraktilitas jantung. Meningkatkan kadar digoksin dalam darah. Pemberian

bersama antihipertensi lain menimbulkan efek hipotensi berat. Meningkatkan kadar

karbamazepin, litium, siklosporin. Rifampin menurunkan efektivitasnya. Perbaikan kontraklitas

jantung bila diberi bersama flekaind dan penurunan tekanan darah yang berate bila diberi

bersama kuinidin. Fenobarbital nemingkatkan kebersihan obat ini.

Dosis : 2 x 120 mg/hr

ACE Inhibitor

a. Captopril

Nama paten : Capoten, Zestril

Sediaan obat : Tablet

Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga menurunkan angiotensin II

yang berakibat menurunnya pelepasan renin dan aldosterone.dan menghambat ACE pada paru-

paru, yang mengurangi sintesis vasokonstriktor, angiotensin II. Menekan aldosteron,

mengakibatkan natriuesis. Dapat merangsang produksi vasodilator (bradikinin, prostaglandin).

Indikasi : hipertensi, gagal jantung. hipertensi, terutama berguna untuk hipertensi dengan rennin

tinggi. Obat yang disukai untuk pasien hipertensi dengan nefropatidiabetik karena kadar glukosa

tidak dipengaruhi.

12

Kontraindikasi : hipersensivitas, hati – hati pada penderita dengan riwayat angioedema dan

wanita menyusui. Dan semua penghambat ACE : dosis pertama hipotensi, pusing, proteinuria,

ruam, takikardi, sakit kepala. Kaptopril jarang menyebabkan agrunolositosis atau neutropenia.

Dosis : 2 – 3 x 25 mg/hr.

Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi, dyspepsia, pandangan kabur,

myalgia.

Interaksi obat :  hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Tidak boleh diberikan

bersama dengan vasodilator seperti nitrogliserin atau preparat nitrat lain. Indometasin dan AINS

lainnya menurunkan efek obat ini. Meningkatkan toksisitas litium.

b. Ramipril

Nama paten : Triatec

Sediaan obat : Tablet

Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga perubahan angiotensin I

menjadi angiotensin II terganggu, mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi

aldosterone.

Indikasi : hipertensi

Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, hipersensivitas. Hati – hati pemberian

pada wanita hamil dan menyusui.

Dosis : awal 2,5 mg/hr

Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri perut, bingung, susah tidur.

Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Indometasin menurunkan

efektivitasnya. Intoksitosis litiumm meningkat.

13

14

Gambar 6. Pilihan anti hipertensi oral1

15

DAFTAR PUSTAKA

1. US Department of Health and Human Services. The seventh report of Joint National

Committee: prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure.

Accessed in August, 23rd 2013. Available at:

http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/express.pdf

2. Mancia G, Fagard R, Narkiewicz K, Redon J, Zanchetti A, Bohm M, Christiaens T, et al.

2013 ESH/ ESC Guidelines for the management of arterial hypertension. Accessed in

August, 23rd 2013. Available at: http://www.escardio.org/guidelines-surveys/esc-

guidelines/GuidelinesDocuments/guidelines_arterial_hypertension-2013.pdf

3. American Heart Association. Understanding blood pressure readings. Accessed in

August, 23rd 2013. Available at:

http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/AboutHighBloodPres

sure/Understanding-Blood-Pressure-Readings_UCM_301764_Article.jsp

4. Appel LJ, Brands MW, Daniels SR, Karanja N, Elmer PJ, Sacks FM. Dietary approaches

to prevent and treat hypertension: a scientific statement from the American Heart

Association. Hypertension. 2006;47:296-308

16