HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

85
HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN (STUDI TAFSIR TEMATIK) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam (Ilmu Al-Quran dan Tafsir) Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Oleh NURUL HAYAT NIM: UT.160095 PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

Transcript of HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

Page 1: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

(STUDI TAFSIR TEMATIK)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

dalam (Ilmu Al-Quran dan Tafsir)

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh

NURUL HAYAT

NIM: UT.160095

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2020

Page 2: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

i

Dr. Abdul Halim, S. Ag., M.Ag Jambi, 13 Mey 2020

Sajidah Putri, M. Hum

Alamat : Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Kepada Yth

UIN STS Jambi Bapak Dekan

Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Fak USA

Simp. Sungai Duren UIN STS Jambi

Muaro Jambi di

JAMBI

NOTA DINAS

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan

yang berlaku di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi, maka kami

berpendapat bahwa skripsi saudari Nurul Hayat dengan judul “Hijrah dalam

Perspektif Al- Quran (Studi Tafsir Tematik Istilah Al-Qur’an)” telah dapat

diajukan untuk di munaqashahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan/Progran Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT) di

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada bapak/ibu, semoga

bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.

Wassalam

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Abdul Halim, S. Ag., M.Ag Sajidah Putri, M.Hum

NIP.197208091998031003 NIP.

Page 3: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

ii

SURAT PERNYATAAN ORSINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Hayat

Nim : UT.160095

Tempat Tanggal Lahir : Kampung Dalam 24-09-1995

Konsentrasi : Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Alamat :Rt/Rw :006/000, Kel/Desa : Bukit Sulah, Kecamatan :

Batang Asai, Kabupaten : Sarolangun, Provinsi : Jambi

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul

“Hijrah dalam Perspektif Al-Qur’an (Stadi Tafsir Tematik Istilah)” adalah benar

karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumber-sumbernya

sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak

benar, maka saya sepenuhnya bertanggung sesuai dengan hokum yang berlaku di

Indonesia dan ketentuan di Fakultas Ushuluddin dan Stud Agama UIN STS Jambi,

termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh melalui Skripsi ini.

Demikianlah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat

digunakan seperlunya.

Page 4: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

iii

Page 5: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

iv

MOTTO

“dan Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah

menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; Sesungguhnya Tuhanmu

sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”1

1Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Juz 14 (Jakarta: Depertemen Agama RI, 1985),

279.

Page 6: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

v

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang

telah memberikan nikmat dan karunianya berupa kesehatan, kesempatan dan

kekuatan lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna

memperoleh gelar strata satu (S1). Shalawat beriringan salam tak lupa pula

kukirimkan kepada baginda Rasulullah Saw.

karya ini kupersembahkan kepada orang-orang terkasih dan tersayang yang telah

banyak membantu dan memberikan motivasi kepada saya dalam menyelesaikan

skripsi ini. Mereka adalah:

Ayahku terhormat M Syakri

Ibundaku termulia Samaratul Jannah

Adek-adekku tercinta:

Nurul Huda, Lailatul Isnaini,

Bahrul Ilmi, M Rafi’I,

M Sabilul Muhsinin

Page 7: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

vi

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang makna hijrah dalam perspektif Al-Qur’an

studi tafsir tematik istilah Al-Qur’an. Dilatar belakangi oleh Pada era milenial

sekarang ini fenomena hijrah menjadi sebuah trend dalam kehidupan masyarakat

tanah air, terutama di perkotaan. Tren hijrah menjadi pilihan baru dalam hidup

seorang muslim zaman sekarang hijrah di konotasikan dengan taubat, yang cenderung

di identik dengan perubahan yang signifikat terhadap cara berpakaian yang dahulunya

tidak menutup aurat, berpakaian ketat, kini berubah menutup aurat, berpakaian lebih

syar’i dengan kerudung panjang, dan berbaju longgar, bahkan ada juga yang

memakai cadar. Sedangkan jika dilihat pada sejarah Nabi Muhammad dan Nabi-nabi

terdahulu hijrah diidentik dengan berpindahnya dari satu tempat ke tempat lain

dengan tujuan untuk menyelamatka diri dari kejahatan orang-orang kafir yang

memerangi. Bagaimana pemaknaan dan penerapan kata hijrah dalam Al-Qur’an

secara rinci. Agar tidak salah dalam mengartikan dan mengambil langkah ketika ingin

berhijrah. Supaya tidak terkesan hanya mengikuti trend perkembangan zaman namun

kita harus paham syari’at Islam tentang perintah hijrah sesuai dengan yang telah

dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Dan agar mengerti hakikat hijrah dengan benar

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan penelitian

kepustakaan (library research), yang menyajikan secara sistematis data yang

berkenaan dengan permasalahan yang diperoleh berdasarkan pemahaman terhadap

buku-buku literature-literature yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.

Data tersebut akan diperoleh dari sumber-sumber data, yaitu buku-buku literature

yang berhasil dikumpulkan sebagai data tambahan. Penelitian ini menerapkan metode

tafsir tematik: Menentukan istilah Al-Qur’an yang akan dikaji, menentukan akar kata

yang akan dikaji, menentukan makna akar kata yang akan dikaji, menyebutkan

derivasi atau bentuk-bentuk perubahan kata, mengaitkan makna bahasa dengan

makna yang digunakan Al-Qur’an, mengaitkan kata yang akan dikaji dengan konteks

ayat, menyusun ayat-ayat yang memuat yang akan dikaji menurut urutan turunnya,

menemukan penafsiran ayat yang memuat kata yang akan dikaji, mengaitkan kata

yang akan dikaji dengan persoalan-persoalan kekinian, mengamati dengan seksama

ayat-ayat yang memuat kata guna mengungkapkan pesan-pesan ayat yang halus dan

dalam.

Hasilnya penulis menemukan bahwa proses perubahan makna hijrah dari era

klasik ke era kontenporer adalah hijrah yang diartikan dengan berpindah dari satu

tempat ke tempat lain ini tetap berlaku hingga terjadinya fathu Makkah (pembebasan

kota Makkah) ketika seluruh tanah Arab telah ditaklukkan oleh Islam dan

kepemimpinan Islam. Maka tidak ada lagi hijrah (berpindah dari kota Makkah ke kota

Madinah) setelah fathu Makkah, dan yang ada hanya tinggal jihad dan amal. Namun

jika dunia telah kembali kepada sifat jahiliah. Jika hukum Allah telah dihapuskan dari

kehidupan manusia. Maka dimulai lagi perjalanan baru Islam seperti perjalanan yang

pertama, hingga bisa menegakkan negeri Islam secara bertahap dan hijrah (berpindah

dari satu tempat ketempat lain).

Page 8: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirraahiim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT,

yang telah memberikan nikmat dan karunianya berupa kesehatan, kesempatan dan

kekuatan lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul,

“Hijrah dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Tafsir Tematik Istilah Al-Qur’an)”

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi

Muhammad Saw, seluruh keluarga beserta para sahabat beliau, yang senantiasa

istiqomah dalam memperjuangkan agama Islamn, semoga kita menjadi hamba-hamba

pilihan seperti mereka Amiin ya Rabbal ‘aalamin.

Selanjutnya penulis menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis

telah dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima

kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak yang telah membantu penulisan

skripsi ini sampai selesai. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada orang tua dan keluarga yang telah menjaga, mendidik,

menyayangi dan senantiasa mensuport serta mendoakan penulis sehingga karya ini

dapat disesaikan.

Dan pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besar kepada:

1. Bapak Dr. Abdul Halim, S. Ag., M.Ag selaku pembimbing I yang telah

banyak memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya Penulisan

Skripsi ini.

2. Ibuk Sajidah Putri, M. Hum selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan saran dan waktu demi terselesaikannya Penulisan Skripsi ini.

3. Bapak Dr. Bambang Husni Nugroho, S.Th.I.,M.H.I selaku ketua jurusan Ilmu

Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.

Page 9: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

viii

4. Bapak Drs. H. Ishak Abd. Aziz. M. Fil. I selaku pembimbing akademik yang

senantiasa selalu memberi saran, semangat dan waktunya demi

terselesaikannya Skripsi ini.

5. Bapak Dr. Abdul Halim, S.Ag., M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Studi Agama UIN STS Jambi.

6. Bapak Dr. Masiyan M.Ag selaku Wakil dekan bidang Akademik Fakultas

Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.

7. Bapak Dr. Edy Kusnaidi, M. Fil.I. selaku Wakil dekan bidang Administrasi

Umum Perencanaan dan Keuangan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

UIN STS Jambi.

8. Bapak Dr. M. Ied Al-Munir, M.Ag selaku Wakil dekan bidang

Kemahasiswaan dan bidang Kerjasama luar Fakultas Ushuluddin dan Studi

Agama UIN STS Jambi.

9. Prof. Dr. H. Suaidi Asy’ary, MA, Ph. D selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

10. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE.M.EI, Bapak Dr. As’ad Isma, M.Pd, Bapak Dr.

Bahrul Ulum, S.Ag.,MA, selaku Wakil Rektor I, II, dan III Universitas Islam

Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

11. Para Dosen Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

UIN STS Jambi.

12. Bapak Ibuk Karyawan dan Karyawati Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

UIN STS Jambi.

13. Ayah, Ibu, Adek, Keluarga Besar, Sahabat-sahabat seperjuangan dan teman-

teman mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, yang senantiasa

memberikan dukungan dan semangat demi kelancaran penulisan Skripsi ini.

14. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis demi kelancaran

penulisan Skripsi ini.

Page 10: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

ix

Semoga Allah SWT., membalas segala kebaikan dan bantuannya kepada

penulis selama ini. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna untuk itu penulis mengharapkan masukan serta saran dari pembaca.

Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pada umumnya

kepada seluruh pembaca.

Jambi 3 -05-2020

UT.160095

Page 11: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................

NOTA DINAS ...................................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................... ii

PENGESAHAN ................................................................................................... iii

MOTTO ............................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ................................................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ xii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 2

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Batasan Masalah. ................................................................................ 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................ 6

E. Metode Penelitian ............................................................................... 9

F. Sistematika Penelitian ........................................................................ 11

BAB II : GAMBARAN UMUM TENTANG HIJRAH

A. Pengertian Hijrah................................................................................ 12

B. Sejarah Hijrah ..................................................................................... 16

1. Hijrah ke Habasyah ...................................................................... 16

2. Hijrah ke Madinah ........................................................................ 17

C. Konteks Hijrah Di Kalangan Muslim Milenial. ................................. 21

D. Eksistensi Hijrah dalam Al-Qur’an .................................................... 24

1. Komparasi Hijrah Dengan Ibadah-Ibadah Lainnya ..................... 25

Page 12: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

xi

2. Menjadikan Hijrah Sebagai Sunnah Para Nabi ............................ 29

BAB III : AYAT-AYAT TENTANG HIJRAH

A. Ayat-ayat yang Berkaitan dengan Hijrah ........................................... 33

B. Klasifikasi Ayat Hijrah Berdasarkan Makkiyah dan Madaniah ......... 43

C. Bentuk-Bentuk Kata Hijrah Dalam Al-Qur’an .................................. 45

BAB IV : PENAFSIRAN AYAT TENTANG HIJRAH

A. Penafsiran Ayat Tentang Hijrah ......................................................... 48

1. Surah Al-Baqarah Ayat 218 ........................................................ 48

2. Surah Al-Anfal Ayat 74 . ............................................................ 50

3. Surah Al-Muddatssir Ayat 5. ...................................................... 52

B. Jenis-Jenis Hijrah .............................................................................. 56

C. Perubahan Makna Hijrah dari Era Klasik ke Era Kontenporer .......... 60

D. Hikmah Hijrah Dalam Aspek Sejarah ................................................ 62

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................... 66

B. Saran. .................................................................................................. 67

C. Rekomendasi ..................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 13: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Alfabet

n = ن gh = غ sh = ش kh = خ = أ

w = و f = ف ṣ = ص d = د b = ب

h = ه q = ق ḍ = ض dh = ذ t = ت

’= ء k = ك ṭ = ط r = ر th = ث

y = ي l = ل ẓ = ظ z = ز j = ج

m = م ‘ = ع s = س ḥ = ح

B. Vokal dan Harkat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

Ā ىا A ا

ī ا

aw ا و Á ا ى U ا

Ū ا و I ا

ay ا ى

C. Syaddah atau Tasydid

Syaddah dilambangkan dengan tanda (-), dalam alih aksara ini dilambangkan

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi hal itu tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah huruf

syamsiyyah.

Page 14: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era milenial sekarang ini fenomena hijrah menjadi sebuah trend dalam

kehidupan masyarakat tanah air, terutama di perkotaan. Tren hijrah menjadi pilihan

baru dalam hidup seorang muslim zaman sekarang hijrah di konotasikan dengan

taubat, yang cenderung di identik dengan perubahan yang signifikat terhadap cara

berpakaian yang dahulunya tidak menutup aurat, berpakaian ketat, kini berubah

menutup aurat, berpakaian lebih syar’i dengan kerudung panjang, dan berbaju

longgar, bahkan ada juga yang memakai cadar. Sedangkan hijrah laki-laki zaman

sekarang mereka cenderung memanjangkan jenggot dan memendekkan celananya di

atas mata kaki yang lebih dikenal dengan sebutan celana cingkrang.1

Belakangan ini marak sekali ditemukan kampanye-kampanye atau komunitas

gerakan hijrah di media sosial, baik mengenai meme hijrah atau akun di media sosial.

Yang mana pengguna terbesarnya adalah anak muda kelas menengah perkotaan.

Adapun hadits Nabi Saw menjelaskan tentang hijrah yang diriwayatkan oleh Imam

An-Nasa’i yaitu:

بد الله بن ر ، ع ن ع يل ، ع ن ع ام ا ع دث ن ا ي حي ، ع ن إ سم ، ق ال : ح و بن ع ل يه ن ا ع مر ا خب ر

ل س ول الله ص عت ر و ق ال : س م ون ع مر سل م ن س ل م الم سل م م س لم ي ق ول : )الم ل يه و ى الله ع

ا ه الم ه ، و ن ل س ان ه و ي د ا ن ه ى الله ع نه ( ج م ر م ن ه ج م ر

“Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Amr bin Ali, dia berkata: telah

menceritakan kepada kami Yahya dari Isma’il dari ‘Amir dari Abdullah bin

‘Amr, dia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Orang

muslim adalah orang yang seluruh kaum muslimin merasa selamat dari lidah

1Zahrina Sanni Musahadah dan Sulis Triyono, “Fenomena Hijrah di Indonesia: Konten

Persuasif dalam Instagram”, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran, Vol.12, No.2 (2019), 118.

Page 15: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

3

dan tangannya, dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa

yang Allah larang.”2

Pemaknaan kata hijrah pada masa Nabi Muhammad Saw. dengan hijrah pada

zaman sekarang sangat berbeda, jika hijrah pada masa Nabi Saw. di identik dengan

berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menyelamatkan diri dan agama,

dapat kita lihat melalui sejarah awal mula hijrah. Maka hijrah pertama kali dilakukan

oleh umat Islam adalah ke Abisinia pada tahun ke lima setelah ke Nabian karena

gangguan kafir Quraisy terhadap umat Islam semakin menjadi-jadi, sampai-sampai

ada yang dibunuh, dan disiksa, sementara umat Islam masih sangat lemah.3 Pada

waktu itu turunlah ayat yeng memerintahkan untuk berhijrah dalam surah Al-Nahl

ayat 110.

“Dan Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah

sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar;

Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang”. (QS. Al-Nahl: 110).4

Hijrah yang kedua dilakukan oleh umat Islam adalah ke Yasrib namun

sekarang lebih di kenal dengan nama Madinah. Ketika itu datanglah wahyu yang

memerintahkan Nabi untuk hijrah dalam surah An-Nisa’ ayat 97.

2Abu Abd al-Rahman Ahmad ibn Su’aib ibn Ali al-Khurasani, al-Sunan al-Nasa’I, Vol 8,

Bab. Shofatul al-Muslim, no. Indeks 4496 (Khulub: Maktabah al-Matbua’ts al-Islamiyah, 1986), 105. 3 Muhammad Husain Haekal , Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2009),

90. 4Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Juz 14 (Jakarta: Depertemen Agama RI, 1985),

279.

Page 16: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

4

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan

Menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) Malaikat bertanya : "Dalam

Keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab: "Adalah Kami orang-

orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para Malaikat berkata: "Bukankah

bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". orang-

orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk

tempat kembali”. (QS. An-Nisa’: 97).5

Sesungguhnya hijrah Nabi Muhammad Saw. merupakan kenangan yang harus

selalu hidup dalam jiwa orang mukmin, menjulang tinggi dalam hatinya, dan

menghiasi pandangan mata mereka. Dalam hijrah kita temukan bukti kebenaran iman,

pengorbanan, kesungguhan, kerelaan, puncak kesetiaan, dan kedermawanan. Oleh

karena itu hijrah dicatat kekal dalam sejarah sebagai jihad para nabi dan awal sejarah

Islam. Peristiwa tersebut merupakan suatu kemenangan besar yang dikaruniakan

Allah kepada kaum muslim Makkah, mereka telah selamat dari ancaman musuh.

Dalam Al-Qur’an hijrah juga dijelaskan dengan artian sebagai berikut di

dalam surat An-Nisa’ ayat: 100

5

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka

bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar

dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya,

kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju),

Maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS an-Nisa’ ayat: 100).6

Dalam firman di atas menjadi dalil bahwa hijrah yang disebutkan adalah

hijrah dalam menjaga agama, namun seluruh hijrah yang bermotivasi tercakup di

5Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 93.

6Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 93.

Page 17: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

5

dalamnya. sebagaimana berhijrah untuk menuntut ilmu atau berdakwah.

Untuk mendapatkan penjelasan tentang makna hijrah maka harus kembali

kepada Al-Qur’an dan sunnah karena semua umat Islam mengetahui bahwa sumber

utama dan pertama ajaran agama Islam adalah Al-Qur’an, baru kemudian diikuti

dengan Al-Hadits sebagai sumber penting kedua agama Islam. Al-Qur’an adalah

kalam Allah yang diturunkan kepada penutup para nabi dan rasul, dengan melalui

perantara malaikat Jibril, ditulis dalam bentuk mushaf, dinukilkan kepada kita dengan

cara tawatur (mutawatir), yang dinilai ibadah dalam membacanya, dimulai dengan

surah Al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas. Seiring dengan pengertian

harfiah Al-Qur’an yang arti utamanya adalah bacaan yang dibaca, maka siapapun

diperbolehkan atau bahkan dipersilahkan untuk membuktikan sendiri perihal

kewahyuan Al-Qur’an ini dari sisi manapun, termasuk dari sudut pandang dan

perasaan bacaannya.7

Namun untuk membaca dan memahami Al-Qur’an, kita harus mempunyai

ilmu atau pemahaman tentang cara membaca dan memahami Al-Qur’an dengan baik

dan benar. Karena dikhawatirkan kita salah dalam memahami dan memaknai ayat-

ayat Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an Al-Karim adalah merupakan kalam Allah yang

telah ia tanam ke dalam qalbu Rasulullah Saw. untuk memberi petunjuk kepada

manusia, dan seluruh alam semesta ini, agar berjalan menurut hukum-hukumnya. Al-

Qur’an dapat menjawab semua pertanyaan, kegelisahan jiwa, dan mampu memberi

pengaruh ke semua hati yang mencari kebenaran. Al-Qur’an dapat menyampaikan

keterangannya kepada semua kalangan, dengan menggunakan kalimat yang singkat,

dan indah, bahkan setiap hurup dalam Al-Qur’an memiliki makna tersendiri. Al-

Qur’an merupakan mukjizat terbesar bagi Rasulullah saw. dan dakwahnya yang

mulia.

Berdasarkan dari pemaparan latar belakang di atas, penulis menilai kajian

tentang hijrah menarik untuk dikaji, karena beragamnya makna hijrah yang ada

7Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 27.

Page 18: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

6

sehingga terkesan belum memberi makna yang konkrit dalam artian masih memiliki

makna yang global. Oleh karena itu pada penulisan ini, penulis berusaha untuk

memaparkan bagaimana bentuk-bentuk atau ragam-ragam kata hijrah di dalam Al-

Qur’an. Dan bagaimana pemaknaan dan penerapan kata hijrah dalam Al-Qur’an

secara rinci. Agar tidak salah dalam mengartikan dan mengambil langkah ketika ingin

berhijrah. Supaya tidak terkesan hanya mengikuti trend perkembangan zaman namun

kita harus paham syari’at Islam tentang perintah hijrah sesuai dengan yang telah

dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Dan agar mengerti hakikat hijrah dengan benar.

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum tentang hijrah ?

2. Bagaimana perubahan makna kata hijrah dalam Al-Qur’an ?

3. Bagaimanakah penafsiran ayat tentang hijrah menurut Mufassir ?

C. Batasan Masalah

Supaya penelitian ini lebih terfokus kepada permasalahan yang dibahas dan

untuk mencegah ketidak seimbangan dalam menyelesaikan masalah, serta karena

banyaknya ayat yang membahas tentang hijrah, maka dalam penelitian ini penulis

hanya akan memfokuskan pada penafsiran hijrah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah

ayat 218, surah Al-Anfal ayat 74, dan surah Al-Muddatsir ayat 5.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas,maka tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum tentang hijrah

b. Untuk mengetahui bagaimana perubahan makna kata hijrah dalam Al-Qur’an

c. Untuk mengetahui penafsiran ayat tentang hijrah menurut mufassir

Page 19: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

7

2. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memenuhi diantaranya

adalah:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khazanah keilmuan,

khususnya yang berkaitan dengan hijrah dalam Al-Qur’an.

b. Memberikan kontribusi pemikiran agar tidak salah dalam memahami isi

suatu kandungan ayat.

c. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan penulis dalam membuat

dan menyusun karya ilmiah yang baik dan benar.

E. Tinjauan Pustaka

Kajian kepustakaan pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan gambaran

tentang hubungan topik penelitian yang akan diajukan dengan penelitian sejenis yang

pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya sehingga tidak terjadi pengulangan yang

tidak perlu dan mubazzir.

Di antara karya ilmiah yang membahas tentang hijrah adalah buku yang

berjudul hijrah dalam perspektif Al-Qur’an yang ditulis oleh Ahzami Samiun Jazuli,

buku ini secara umum berisikan penjelasan tentang makna hijrah Nabi di dalam Al-

Qur’an. Dan metode yang digunakan adalah metode tafsir tematik.8

Selamjutnya buku yang berjudul makna hijah dulu dan sekarang yang disusun

oleh Muhammad Abdullah Al-Khatib, buku ini berisikan pemahaman tentang

penangkal praktis pandangan kaum materialis. Menurut mereka, manusia adalah

makhluk ekonomi yang hanya akan bergerak jika didorong oleh hasrat atau

pertimbangan materi. Namun peristiwa hijrah merupakan jawaban tegas dan

gamblang terhadap pandangan tersebut. Dengan hijrah, kaum muslimin

meninggalkan rumah, harta benda, dan saudara mereka. Tujuan mereka pindah ke

Madinah bukan untuk mencari makanan atau mengumpulkan harta kekayaan

8Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an., 15.

Page 20: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

8

melainkan menyelamatkan keyakinannya. Akidah yang mendorong mereka

melakukannya.9

Selanjutnya dalam bentuk jurnal yang berjudul Hijrah Islam Milenial

Berdasarkan Paradigma Berorientasi Identitas yang disusun oleh Suci Wahyu

Fajriani Magister Program Studi Sosiologi Universitas Padjadjaran Indonesia, jurnal

ini berisikan tentang fenomena hijrah zaman milenial yang berkembang sangat besar

di Indonesia, dengan mencerminkan perubahan diri kearah yang lebih baik

berlandaskan ajaran agama Islam dengan cara mengikuti pengajian dan menggunakan

media sosial.10

Kemudian dalam bentuk jurnal yang berjudul Memaknai Momentum Hijrah

disusun oleh Busthomi Ibrahim dosen Fakultas tarbiyah dan keguruan IAIN Banten,

jurnal ini berisikan penjelasan tentang sejarah terjadinya hijrah, hikmah hijrah, dan

menjelaskan bagaimana Rasulullah saw, membangun sosiokultural Islam di Madinah

dengan melakukan Muakhat (mempersaudarakan) antara kaum muhajirin dan kaum

ansar.11

Dan dalam bentuk skripsi, yang berjudul Konsep Hijrah dalam Perspektif Al-

Qur’an (Stusi Terhadap Pandangan Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-

Misbah) disusun oleh Murni mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN

Alauddin Makasar skripsi ini lebih memfokuskan kajiannya kepada sejarah hijrah

pada zaman Nabi Muhammmad Saw. menurut pandangan Prof. Dr. M. Quraish

Shihab dalam Tafsir Al-Misbah. Metode yang digunakan adalah metode tafsir tematik

tokoh.12

Dari beberapa kajian di atas, belum terlihat adanya penelitian yang sama

9Muhammad Abdullah Al-Khatib, Makna Hijrah Dulu dan Sekarang (Jakatra: Gema Insani,

1995), 14. 10

Suci Wahyu Fajriah, “Hijrah Islam Milenial Berdasarkan Paradigma Berorientasi Identitas”,

Jurna Sosioglobal , Vol. 3, No. 2 (2019), 78. 11

Busthomi Ibrahim, “Memaknai Momentum Hijrah“ jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 10 No. 2

(2016), 70. 12

Murni, “Konsep Hijrah dalam Perspektif Al-Qur’an (Stusi Terhadap Pandangan Prof. Dr.

M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah)” skripsi, (Makasar: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN

Alauddin, 2013), 14.

Page 21: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

9

dengan yang akan peneliti teliti. Adapun penelitian yang peneliti teliti adalah hijrah

dalam perspektif Al-Qur’an metode tafsir tematik istilah Al-Qur’an. Dengan melihat

bagaimana perubahan makna hijrah dulu dan sekarang menurut penafsiran beberapa

mufassir.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metodologi penelitian

kepustakaan (library research). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan penelitian

kepustakaan (library research), yang menyajikan secara sistematis data yang

berkenaan dengan permasalahan yang diperoleh berdasarkan pemahaman

terhadap buku-buku literature-literature yang berkaitan dengan masalah yang

akan dibahas. Data tersebut akan diperoleh dari sumber-sumber data, yaitu

buku-buku literature yang berhasil dikumpulkan sebagai data tambahan.

2. Sumber Data

Dikarenakan penelitian ini menyangkut ajaran Islam, maka sumber

data yang pertama adalah data primer (data pokok) yaitu kitab suci Al-

Qur’an, yang mana akan dipilih beberapa ayat yang bersangkutan dengan

permasalahan penulisan ini, lalu ditafsirkan oleh para mufassir yang telah

dipilih penulis yaitu kitab tafsir Ibnu Katsir, kitab tafsir Al-Azhar, dan kitab

tafsir Al-Misbah. Ada beberapa hadits juga yang akan ditampilkan dan

diterjemahkan yaitu kitab Hadits Muslim sesuai dengan objek yang akan

dikaji, dan memasukkan buku yang membahas tentang hijrah yaitu buku

yang berjudul “hijrah dalam perspektif Al-Qur’an”. Dan sumber data yang

kedua adalah data sekunder sebagai data pendukung adalah karya-karya

ilmiah yang memiliki keterkaitan dengan pokok-pokok pembahasan, seperti

Page 22: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

10

buku-buku ilmiah, majalah ilmiah, artikel-artikel ilmiah, dan lain-lain yang

berhubungan dengan topik pembahasan sebagai pelengkap data peneliti.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan, penulis melakukan

penelusuran kepustakaan dengan mengkaji dan menela’ah referensi yang

bersumber dari tulisan-tulisan yang berkaitan dengan permasalahan-

permasalahan yang sedang penulis teliti.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menghimpun data pokok

persoalan yang sedang diteliti, selanjutnya data yang terkumpul tersebut

dianalisis sehingga dapat memberi pengertian dan kesimpulan sebagai

jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang menjadi objek penelitian.

4. Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data, penulis akan menganalisis data

yang didapatkan dengan metode maudhu’i (tematik) istilah Al-Qur’an.

Metode tafsir maudhu’i atau tematik istilah Al-Qur’an adalah suatu metode

yang mengarahkan pandangan kepada satu tema tertentu, lalu mencari

pandangan Al-Qur’an tentang tema tersebut, menganalisis, dan memahami

ayat demi ayat yang berhubungan dengan tema tersebut, dan lain-lain,

sambil memperkaya uraian dengan hadits-hadits yang berkaitan untuk

kemudian disimpulkan dalam satu tulisan pandangan menyeluruh dan tuntas

menyangkut tema tersebut.13

Langkah-langkah tafsir tematik:14

a) Menentukan kata Al-Qur’an yang akan dikaji

b) Menentukan akar kata Al-Qur’an yang akan dikaji

c) Menentukan makna akar kata yang akan dikaji

13

Quraish Shihab, Kaidah tafsir (Tanggerang: Lentara Hati, 2013), 385. 14

Shalah Abdul Fattah al-Khalidi, al-Tafsiri al-Maudhu’I baina al-Nazhariyyah wa al-

Tathbiq, (al-Ardan: Dar al-Nafais, 1997). 63-66.

Page 23: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

11

d) Menyebutkan derivasi atau bentuk-bentuk perubahan kata

e) Mengaitkan makna bahasa dengan makna yang digunakan Al-Qur’an

f) Mengaitkan yang akan dikaji dengan konteks ayat

g) Menyusun ayat-ayat yang memuat yang akan dikaji menurut urutan

turunnya

h) Menemukan penafsiran ayat yang memuat kata yang akan dikaji

i) Mengaitkan kata yang akan dikaji dengan persoalan-persoalan

kekinian

j) Mengamati dengan seksama ayat-ayat yang memuat istilah guna

mengungkapkan pesan-pesan ayat yang halus dan dalam.

G. Sistematika Penelitian

Untuk mensistematisi penulisan dan menjawab pertanyaan delam penelitian,

maka penulis akan mengemukakan langkah-langkah penelitian. Secara keseluruhan,

penulisan ini terdiri dari lima bab, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

1. Bab I, berisikan pendahuluann yang memuat penegasan judul, latar

belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan

sistematika penulisan.

2. Bab II, bagian yang menjelaskan tentang makna hijrah secara umum,

berupa defenisi hijrah, macam-macam hijrah secara laksikal, sejarah

hijrahnya di zaman nabi, konteks hijrah di kalangan muslim milenial,

eksistensi hijrah.

3. Bab III, membahas tentang ayat-ayat yang menjelaskan tentang hijrah

dalam Al-Qur’an, klasifikasi ayat hijrah berdasarkan Makkiyah dan

Madaniyah, bentuk kata hijrah.

4. Bab IV, merupakan bahasan inti, yang menjelaskan bagaimana penafsiran

ayat tentang hijrah menurut beberapa mufassir, jenis-jenis hijrah dalam

Al-Qur’an, proses perubahan makna hijrah, hikmah hijrah.

Page 24: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

12

5. Bab V, merupakan bab terakhir yang berisikan penutup penelitian.

Pembahasan ini mengenai kesimpulan akhir penelitian, saran-saran, serta

kata penutup.

Page 25: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

12

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG HIJRAH

A. Pengertian Hijrah

Secara bahasa kata hijrah berasal dari bahas Arab yang berbentuk kata benda

(isim) dari kata kerja (fi’il) kata يهجر -هجر , yang berarti memutuskan.15

Sedangkan

menurut beberapa buku, hijrah adalah:

Pertama: Menurut kamus Al-Munir hijrah adalah memutuskan hubungan.16

Kedua: Menurut kamus umum bahasa Indonesia hijrah adalah berpindah atau

menyingkir dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik. Dan perpindahan Nabi

Muhammad Saw. bersama dengan sebahagian sahabatnya dari Mekkah ke Madinah

untuk menyelamatkan diri dari tekanan kaum kafir Quraisy.17

Ketiga: Menurut buku ensiklopedi Islam hijrah adalah berpindah, berpaling,

meninggalkan, dan tidak mempedulikan lagi. Yang dimaksud dengan kata hijrah

adalah kebalikan dari kata tersambung, yaitu apa yang terjadi antara dua orang

muslim baik itu menodai atau mengurangi hak-hak pergaulan atau persahabatan yang

tidak tercatat dalam tinjauan agama.18

Keempat: Menurut mu’jam mufrodat al-fazul Qur’an makna hijrah adalah

berpisahnya seseorang dari orang lain baik secara fisik, dengan lisan (mulut) atau

dengan hati (perasaan).19

Sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa’ ayat 34:

15

Achmad Warson Munawwir, Muhammad Fairuz, Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka

Progressif , 2007), 320. 16

Tim Kashiko, Kamus Al-Munir, (Surabaya: Kashiko, 2000), 569. 17

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),

418. 18

Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an., 15. 19

Husain bin Muhammad bin Fadhol abu Qosim Al-Afahani, Mu’jam Mufrodat Al-fazil

Qur’an (Bairud: Darul Faqir), 376-377.

Page 26: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

13

“Tinggalkanlah mereka di tempat tidur.”20

Ini merupakan kiasan agar tidak

mendekati mereka. Dan pada firman Allah ta’ala dalam surah Al-Fur’an ayat

30:

“Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al

Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan".21

Yang dimaksud disini berpisah

dengan hati ataupu dengan lisan.

Adapun menurut Fairuz Abadi hijrah adalah membiarkan atau bila terkait

dengan sesuatu meninggalkannya, hijrah dari syirik adalah hijrah yang baik. Menurut

Ibnu Faris kata hijrah adalah kebalikan dari kata washal. Perginya satu kaum dari satu

wilayah ke wilayah lain.22

Menurut Ar-Raghib Al-Asfahani hijrah adalah seseorang yang meninggalkan

yang lainnya, baik secara fisik, perkataan, bahkan hati. Sedangkan menurut Kamus

Lisanul Arab kata ha-ja-ra didapati tujuh makna yaitu:

1) Perkataan yang tidak semestinya yaitu jauh dari kebenaran.

2) Menjauhi sesuatu yaitu jauh dari sesuatu yang satu tetapi dekat kepada sesuatu

yang lain.

3) Igauan orang sakit yaitu jauh dari kata-kata yang teratur.

4) Penghujung siang yaitu jauh dari kesejukan udara.

5) Pemuda yang baik yaitu orang yang menjauhi banyak bermain dan berhura-

hura.

6) Tali yang terikat pada pundak binatang tunggangan kemudian diikatkan pada

bagian ujung sepatu binatang tersebut yaitu menjauhi gerakan yang terlalu

banyak dari binatang itu.23

Sedangkan makna hijrah menurut istilah, para ulama mengemukakan makna

hijrah secara istilah dengan berbagai definisi. Hal itu disebabkan banyaknya makna

20

Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Juz 4., 74. 21

Ibid, 363. 22

Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an., 15 23

Ibnu Manzhur, Lisanul ‘Arab (Bairut: Darul Ma’arif, 1999)., 4616- 4620.

Page 27: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

14

yang terkandung dalam kata hijrah. Oleh karena itu, pandangan mereka terhadap

hijrah pun berbeda-beda diantaranya adalah:

Pendapat pertama: Menurut pendapat Ibnu Arabi, Ibnu Hajar al-Asqalani, dan

Ibnu Taimiyah. Hijrah adalah perpindahan dari negeri kaum kafir atau kondisi

peperangan (daarul kufri wal harbi) ke negeri muslim (daarul Islam). Yang

dimaksud dengan negeri kaum kafir menurut mereka adalah negeri yang dikuasai atau

pemerintahannya dijalankan oleh orang-orang kafir dan hukum yang dilaksanakan

hukum mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan negeri muslim adalah negeri yang

dikuasai atau pemerintahannya dijalankan oleh orang-orang Islam dan hukum yang

ditetapkan adalah hukum Islam sekalipun mayoritas penduduknya orang-orang

kafir.24

Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah An-Nisa’ ayat 97 yang

berbunyi:

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan

Menganiaya diri sendiri (kepada mereka) Malaikat bertanya : "Dalam

Keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab: "Adalah Kami orang-

orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para Malaikat berkata: "Bukankah

bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". orang-orang

itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat

kembali”.25

Yang dimaksud dengan orang yang Menganiaya diri sendiri dalam ayat di atas

ialah orang-orang muslimin Mekah yang tidak mau hijrah bersama Nabi sedangkan

mereka sanggup. Mereka ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir ikut bersama

mereka pergi ke perang Badar, akhirnya di antara mereka ada yang terbunuh dalam

peperangan itu.

24

Ibid., 17. 25

Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 93.

Page 28: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

15

Pendapat kedua: Menurut kebanyakan ulama kholaf. Hijrah adalah

perpindahan dari negeri orang-orang zalim (daarud dzulmi) ke negeri orang-orang

adil (daarul adli) dengan maksud untuk menyelamatkan agama. Yang dimaksud

dengan daarul adli adalah suatu negeri yang dipimpin oleh orang kafir akan tetapi ia

memberi toleransi yang tinggi.26

Pendapat ketiga: Menurut Ibnu Arabi ia menyetujui pendapat yang pertama di

atas, akan tetapi beliau lebih condong kepada makna yang lebih luas mengenai makna

hijrah, yaitu:

1) Meninggalkan negeri yang diperangi (daarul harbi) menuju negeri Islam

(daarul Islam).

2) Meninggalka negeri yang dihuni oleh para ahli bid’ah.

3) Meninggalkan negeri yang dipenuhi oleh hal-hal yang haram sementara

mencari sesuatu yang halal merupakan kewajiban setiap muslim.

4) Meninggalkan negeri yang terkena wabah penyakit menuju negeri yang

sehat tampa wabah penyakit.

5) Melarikan diri demi keselamatan jiwa.27

Pendapat keempat: Menurut pendapat orang-orang sufi. Hijrah adalah pergi

untuk mendekatkan diri dengan kebiasaan-kebiasaan baik, berbeda pendapat untuk

menganalisis suatu permasalahan, meninggalkan dosa-dosa dan kesalahan,

meninggalkan hal-hal yang menjauhkan diri dari kebenaran, dan hal inilah yang

dialami oleh Nabi Ibrahim a.s. ketika hatinya berbisik, dijelaskan dalam Al-Qur’an

surah Al-Ankabut ayat 26 yang berbunyi.28

“Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. dan berkatalah Ibrahim:

"Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku

26

Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an., 18. 27

Ibid., 19. 28

Ibid., 20.

Page 29: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

16

(kepadaku); Sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana”.29

Menurut pendapat orang-orang sufi Hijrah tidak mengharuskan berpindah

secara fisik atau dari satu tempat ke tempat lain. Terkadang dilakukan dengan

mengasingkan diri dari hiruk-pikuk kehidupan masyarakat umum, tidak bergaul

dengan para pelaku maksiat dan kemungkaran, menjauhi orang-orang yang berakhlak

buruk, dan meninggalkan para pembikin onar dan permusuhan. Terkadang hijrah bisa

juga dilakukan dengan meninggalkan akhlak yang buruk atau kebiasaan yang rendah,

atau meninggalkan segala sesuatu yang dapat menjerumuskan manusia kepada

kehinaan, segala sesuatu yang dapat menggelorakan syahwat dan nafsu, atau

meninggalkan pembicaraan-pembicaraan yang menjurus pada kemewahan duniawi.

Hijrah dalam sejarah Islam biasanya dihubungkan dengan kepindahan Nabi

Muhammad Saw. dari Makkah ke Madinah. Dalam hubungan ini, hijrah berarti

berkorban karena Allah SWT. yaitu memutuskan hubungan dengan yang paling dekat

dan dicintai demi tegaknya kebenaran dengan jalan berpindah dari kampung halaman

ke negeri lain. Hijrah seperti ini telah menjadi pusaka para Rasul sebelum Nabi

Muhammad Saw. dan terbukti telah menjadi prelude (babak pendahuluan) bagi

kebangkitan perjuangan.30

B. Sejarah Permulaan Hijrah dalam Islam

1. Hijrah ke Habasyah (Ethiopia).

Selama 13 tahun hidup di kota Makkah, umat Islam sering mengalami cobaan

berat dan siksaan yang sangat pedih, berupa dicambuk, didera, disiksa di bawah terik

matahari dan sebagainya. Di samping itu hak kemerdekaan mereka dirampas.31

Ketika Rasulullah Saw. Melihat gangguan terhadap sahabat-sahabatnya makin

menjadi-jadi, sampai-sampai ada yang dibunuh, disiksa dan sebagainya. Sedangkan

29

Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 399. 30

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,

2001), 108. 31

Muhammad Abdullah Al-Khatib, Makna Hijrah Dulu dan Sekarang (Jakarta: Gema Insan,

1995), 23.

Page 30: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

17

beliau dalam keadaan segar bugar karena kedudukan beliau di sisi Allah dan di sisi

pamannya Abu Thalib, sementara beliau tidak mampu melindungi mereka terhadap

penderitaan yang dialami, maka beliau bersabda kepada mereka, “Bagaimana kalau

kalian berangkat kenegeri Habasyah, karena negara tersebut rajanya tidak

mengizinkan siapapun didzalimi di dalamnya, dan negeri tersebut adalah menganut

agama kristen agama yang dibawakan Nabi Isa, dan negeri yang benar dan rajanya

yang adil, hingga Allah memberi jalan keluar bagi penderitaan yang kalian alami?”.

Kemudian kaum Muslimin dari sahabat-sahabat Rasulullah Saw. Berangkat ke

Habasyah, karena takut mendapat penderitaan yang lebih berat, dan lari kepada Allah

dengan membawa agama mereka.32

Hijrah ini merupakan hijrah pertama dalam Islam

pada tahun ke lima kenabian.

Hijrah ke Habasyah dilakukan dengan dua tahap, yang pertama terdiri dari

sebelas orang laki-laki dan empat orang perempuan dengan cara sembunyi-sembunyi

mereka keluar dari kota Makkah supaya tidak diketahui oleh kafir Quraisy.33

Mereka menetap di Abisinia selama tiga bulan. Bilamana kemudian tersiar

berita bahwa kaum muslimin di Makkah sudah selamat dari gangguan kafir Quraisy,

mereka kembali pulang. Tetapi setelah mereka kembali ke Makkah mereka

mengalami kekerasan lagi dari kafir Quraisy melebihi dari yang sebelumnya. Maka

mereka kembali lagi ke Habasyah yang terdiri dari delapan puluh orang laki-laki

diluar istri dan anak-anak. Mereka tinggal di Habasyah sampai sesudah hijrah Nabi ke

Yasrib.34

2. Hijrah ke Madinah

Hijrah yang kedua dilakukan oleh ummat Islam adalah ke Yasrib (Madinah).

Sebelum terjadinya baiat Al-Aqabah, Rasulullah Saw. tidak diizinkan berperang dan

darah tidak dihalalkan bagi beliau. Beliau hanya diperintahkan berdakwah kepada

32

Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, jilid

1 (Jakarta: Darul Falah, 2004), 282. 33

Muhammad Ghazali, Tafsir Tematik Dalam Al-Qur’an (Jakarta:Gaya Media Pratama

,2005), 240. 34

Muhammad Husain Haekal , Sejarah Hidup Muhammad., 90.

Page 31: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

18

jalan Allah, bersabar terhadap semua gangguan dan memaafkan orang bodoh. Ketika

itu, orang-orang Quraisy menyiksa kaum Muslim yang mengikuti beliau hingga

mengeluarkan mereka dari agama mereka dan mengusir mereka dari negeri mereka.

Kaum muslim Makkah berada di antara siksaan karena agamanya dan disiksa di

depan mereka atau lari ke negeri-negeri lain.35

Ketika orang-orang Quraisy semakin membangkang kepada Allah SWT.

menolak kehendak Allah untuk memuliakan mereka, mendustakan Nabinya,

menyiksa dan mengusir hamba-hambanya yang menyembahnya, mentauhidkannya,

membenarkan Nabi-Nabinya dan berpegang teguh kepada agamanya, maka Allah

SWT. mengizinkan Rasulullah Saw. untuk berperang, mengalahkan orang-orang yang

mendzalimi kaum Muslim dan menindas mereka.36

Ketika Allah SWT. Mengizinkan Rasulullah berperang, kaum anshar masuk

Islam, menolong beliau dan para pengikut beliau, serta melindungi kaum muslim

yang datang ketempat mereka, Rasulallah memerintahkan para sahabatnya kaum

muhajirin dari kaumnya dan kaum Muslimin lainnya yang berada di Makkah untuk

hijrah ke Yasrib menyusul kaum Ansar di Yasrib dengan cara berpencar, supaya tidak

menimbulkan kepanikan pihak kafir Quraisy. Dan kaum muslim pun mulai

melakukan hijrah secara sendiri-sendiri atau kelompok-kelompok kecil. Namun hal

itu telah diketahui oleh pihak Kafir Quraisy. Mereka segera bertindak,

mengembalikan yang masih dapat dikembalikan ke Mekkah untuk kemudian dibujuk

supaya kembali kepada kepercayaan mereka, kalau tidak mau mereka akan disiksa

dan dianiaya.37

Kaum muslim hijrah ke Yasrib secara berturut-turut, sementara Nabi

Muhammad masih tetap tinggal di Makkah untuk menyebarkan agama Islam. Namun

orang kafir Quraisy tidak ada yang mengetahui kapan Nabi akan hijrah, tetapi mereka

telah memperhitungkan kalau Nabi akan hijrah. Jumlah umat Islam di Yasrib semakin

35

Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafir, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam., 421. 36

Ibid., 421. 37

Ibid., 422.

Page 32: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

19

banyak ditambah lagi dengan datangnya orang yang berhijrah dari Mekkah maka

mereka semakin banyak dan kuat, maka apabila Nabi Muhammad sebagai orang yang

telah mereka kenal berpendirian teguh dengan pendapatnya yang tepat dan

berpandangan jauh kedepan sampai menyusul ke Yasrib. Mereka khawatir penduduk

Yasrib kelak akan menyerbu Mekkah, atau akan menutupi jalur perdagangan mereka

ke Syam atau akan membuat mereka mati kelaparan seperti yang telah mereka

lakukan dulu terhadap Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya tatkala mereka

membuat piagam pembaikotan dan memaksa mereka tinggal di celah-celah gunung

selama tiga puluh bulan.38

Maka mereka berkumpul di Dar An-Nadwah untuk membuat rencana untuk

membunuh Nabi Muhammad pada malam hari karena mereka khawatir Nabi

Muhammad akan hijrah ke Yasrib, namun berita tersebut telah sampai kepada Nabi

Muhammad. Setelah ummat Islam sudah tidak ada lagi yang tinggal di Makkah

kecuali sebagian kecil dan Nabi Muhammad menantikan wahyu Allah yang

memerintahkannya untuk berhijrah.39

Ketika itu datanglah wahyu yang memerintahkan Nabi untuk hijrah

dalam surah An-Nisa’ ayat 97:

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan

Menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) Malaikat bertanya : "Dalam

Keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab: "Adalah Kami orang-

orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para Malaikat berkata: "Bukankah

bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". orang-

38

Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad., 179. 39

Ibid., 179

Page 33: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

20

orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk

tempat kembali.” 40

Yang dimaksud dengan orang yang Menganiaya diri sendiri di sini, ialah

orang-orang muslimin Mekah yang tidak mau hijrah bersama Nabi sedangkan mereka

sanggup. mereka ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir ikut bersama mereka

pergi ke perang Badar; akhirnya di antara mereka ada yang terbunuh dalam

peperangan itu.

Maka setelah turun ayat diatas Nabi pergi kerumah Abu Bakar dan memberi

tahukan, bahwa Allah telah mengizinkannya untuk berhijrah. Dan Nabi Muhammad

Saw. Hijrah bersama Abu Bakar meninggalkan kota Makkah menuju Madinah, pada

suatu malam di bulan Rabi’ul Awal (September 622 M). Dari tahun ini dimulai

perhitungan tahun Hijriyah, yaitu dari bulam Muharram tahun itu. Orang-orang yang

berpindah dari Makkah ke Madinah dinamakan Muhajirin, sedangkan penduduk

Madinah yang menerima dan membantu kaum Muhajirin disebut Anshar. Antara

kedua golongan ini dihubungkan oleh Nabi dengan persaudaraan yang sejati,

berdasarkan iman dan Ukhuwwah Islamiyah.41

Mereka yang hijrah dipuji dalam Al-Qur’an, karena mereka telah

membuktikan, bahwa bagi mereka, keimanan lebih berharga dari segalanya. Hijrah

ini hanya diwajibkan kepada kaum muslimin yang menjadi penduduk suatu negeri

yang disitu ada tekanan dan penindasan terhadap kemerdekaan beragama.

Kepada kaum Anshar yang telah dahulu menjadi penduduk Madinah diberi

pujian, karena mereka telah memberi bantuan sepenuhnya dan mengutamakan kaum

Muhajirin lebih dari diri mereka sendiri. Kepada kaum Muhajirin, Allah menjanjikan

akan memperoleh rezeki dan tidak usah cemas akan mati kelaparan.42

Adapun alasan Nabi memilih kota Yasrib (Madinah) sebagai tempat hijrah

40

Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 93. 41

Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad., 180. 42

Fachruddin, Ensiklopedia Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 436-437.

Page 34: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

21

Nabi Muhammad beserta umat Islam dengan beberapa pertimbangan di antaranya

adalah:

1. Karena orang-orang di Madinah membuka pintu lebar untuk menyambut

kedatangan Nabi Saw.

2. Kondisi jalan antara Makkah dan Madinah banyak terdapat rintangan.

3. Kondisi geografis padang pasir yang sulit untuk dilalui kendaraan serta

sulitnya air yang didapat.

4. Kondisi masyarakat yang ada dipadang pasir dan arah jalan yang belum

bisa dipastikan.

5. Jalur perdagangan kabilah-kabilah Arab ke Syam.

Sehingga dengan beberapa pertimbangan di atas, Nabi Muhammad

memikirkan dampak positif dari hijrah ke kota Madinah agar memperlemah dan

mengelabui musuh yang mengejar orang-orang yang berhijrah.

C. Konteks Hijrah di Kalangan Muslim Milenial

Kata Muslim menurut kamus besar bahasa Indonesia bermakna penganut

agama Islam, ia berasal dari kata Islam yang berarti agama yang diajarkan oleh Nabi

Muhammad Saw. yang berpedoman kapada kitab suci Al-Qur’an.

Sedangkan pengertian Milenial menurut kamus Besar Bahasa Indonesia

mileniam adalah generasi yang lahir di antara tahun 1980 an dan 2000 an. Sedangkan

menurut William Strauss dan Neil dalam bukunya yang berjudul “Millennials Rising:

The Next Great Generation” istilah Milenial ini diciptakan pada tahun 1987, ketika

anak-anak yang lahir pada tahun 1982 masuk pra sekolah. Saat itu media mulai

menyebut sebagai kelompok yang terhubung ke millennium baru di saat SMA di

tahun 2000.43

Selain pendapat tersebut, pendapat lain disebutkan oleh Elwood

Carlson dalam bukunya yang berjudul “The Lucky Few: Between the Greatest

43

William Strauss dan Neil Howe, Millennials Rising: The Next Great Generation (New

York: Knopf Doubleday, 2009), 77.

Page 35: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

22

Generation and the Baby Boom” generasi milenial adalah mereka yang lahir dalam

rentang tahun 1983 sampai dengan tahun 2001.44

Sedangkan menurut Hasanuddin Ali

dan Lilik Purwandi dalam bukunya yang berjudul “Muslim nusantara” menyebutkan

bahwa generasi milenial adalah mereka yang lahir antara tahun 1981 sampai dengan

tahun 2000.45

Menurut data BPS saat ini jumlah milenial di Indonesia diperkirakan

mencapai 33%. Masyarakat atau generasi ini merupakan inovator, karena mereka

mencari, belajar dan bekerja di dalam linggkungan inovasi yang sangat

mengandalkan teknologi untuk melakukan perubahan di dalam berbagai aspek

kehidupan.46

Adapun ciri-ciri generasi milenial di antaranya adalah pengguna komunikasi,

media, teknologi digital meningkat, kualitas pendidikan semakin unggul, kelahiran

tahun 1980-2000, akrab dengan media sosial, kreatif, efisien, produktif, memiliki

kegemaran, ingin serba cepat dan dinamis, pikiran terbuka, kritis, dan berani. Salah

satu fenomena penting proses globalisasi telah melahirkan generasi godget, adalah

istilah yang digunakan untuk menandai munculnya generasi milenial.47

Ditandainya generasi milenial saat ini salah satu contohnya adalah dengan

munculnya fenomena berhijrah pada kalangan milenial. Di media sosial jika

melakukan pencarian mengenai hijrah akan didapati banyak sekali macam ragam

hijrah. Di instagram misalnya, tulisan pemuda hijrah sudah di follow lebih dari satu

juta orang. Bagi pengguna media sosial kata hijrah bukanlah sebuah kata yang asing

dan sudah familiar di telinga. Jika menuliskan tegar #hijrah di kolom pencarian, akan

ditemukan lebih dari I,7 juta kiriman tentang topik ini. Di Facebook, akun hijrah

sudah diikuti lebih dari 300 ribu orang. Dari beberapa contoh tersebut bisa kita lihat

44

Elwood Carlson, The Lucky Few: Between the Greatest Generation and the Baby Boom

(Usa: Springer, 2008), 166. 45

Suci Wahyu Fajriani, “Hijrah Islam Milenial Berdasarkan Paradigma Berorientasi

Identitas”, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, No. 2 (2019), 83. 46

Iffah al-Walidah, “Tabayyun di Era Generasi Milenial”, Jurnal Living Hadis, Vol. 2, No. 1

(2017), 321. 47

Suci Wahyu Fajriani, “Hijrah Islam Milenial Berdasarkan Paradigma Berorientasi

Identitas”, 83.

Page 36: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

23

bahwa gerakan hijrah sejatinya merupakan gerakan yang dilakukan secara massif.

Maraknya gerakan hijrah pun tidak lepas dari peran industry. Aktivitas kampanye

beberapa komunitas hijrah, seperti mengadakan seminar yang mengundang ustad

kondang, juga disokong penuh oleh industri. Tetapi, bukan berarti industri

mendominasi keadaan dan pelaku hijrah patuh begitu saja pada apa-apa yang menjadi

kehendak industri. Bukan juga pelaku hijrah yang mendominasi situasi. Relasi antara

pelaku hijrah dan industi lebih tepat dilihat sebagai hubungan yang dialektis dan

saling menguntungkan. Ketaatan menjalankan syari’at Islam menemukan

perwujudannya dalam system perekonomian yang berorientasi pada industri, dan

industi memberi respon terhadap fenomena ini sebagai salah satu sumber pendapatan

yang akan menyokong keberlangsungan hidup.48

Hijrah generasi milenial tak mengharuskan untuk meninggalkan suatu

tempat. Alih-alih pindah, yang harus lakukan adalah mengubah sikap dan prilaku

yang sesuai dengan tuntunan Islam.

Makna hijrah anak milenial zaman sekarang lebih kepada perubahan sikap,

mengikuti kajian-kajian agama, gaya hidup dan tata cara berpakaian sesuai syariat

Islam. Genarasi milenial berhijrah di konotasikan dengan bertaubat dan cenderung

dengan perubahan sikap perubahan fashion seperti memakai gamis, celana cingkrang,

memanjangkan jenggot, cadar dan simbol keagamaan sebagai wujud ketaqwaan bagi

mereka untuk berhijrah. Konten-konten yang mereka bagi di media sosial pun

cenderung sama, yakni ceramah singkat ustaz-ustaz yang sedang terkenal di media

sosial seperti Ustaz Adi Hidayat, Ustaz Khalid Basalamah, Ustaz Hanan Attaqi dan

Ustaz Abdus Somad. Konten lain berupa kata-kata motivasi untuk memperbaiki diri

agar jodohnya dipercepat, motivasi untuk menjauhkan diri dari pacaran, termasuk

konten-konten yang menyerukan untuk melakukan nikah muda.49

Indikasi yang paling mudah dilihat, khususnya bagi para perempuan yang

48

Zahrina Sanni Musahadah dan Sulis Triyono, “Fenomena Hijrah di Indonesia: Konten

Persuasif dalam Instagram”, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran, Vol.12, No.2 (2019), 118. 49

Suci Wahyu Fajriani, “Hijrah Islam Milenial Berdasarkan Paradigma Berorientasi

Identitas”, 79.

Page 37: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

24

sedang memulai ‘hijrah’nya adalah terhapusnya foto-foto selfie yang menampakkan

wajah ayu mereka. Jika ingin mengunggah foto selfie, mereka akan menutupi wajah

mereka dengan tangan atau meletakkan emoticon sedemikian rupa sehingga wajahnya

tidak terekspos dengan sempurna. Hal ini dilakukan karena mereka meyakini

pandangan bahwa wajah adalah aurat yang harus ditutupi, bukan diumbar dan

menjadi konsumsi warganet. Ada pula yang memandang hijrah sebagai tren, sehingga

untuk memperkukuh eksistensinya sebagai generasi kekinian yang islami, mereka

juga ikut berhijrah. Namun, ada juga yang memang sungguh-sungguh dari awal ingin

memperbaiki diri dikarenakan kesadaran dari dalam diri, bukan dipengaruhi oleh

kegagalan percintaan di masa lalu atau ikut tren belaka.

Ketika memutuskan berhijrah, mereka perlahan menarik diri dari pergaulan

dan gaya hidup yang tidak bernapaskan Islam. Hal ini dikarenakan esensi hijrah yang

memang erat kaitannya dengan nilai-nilai religius. Selain cara berpakaian, mereka

pun menghindari penggunaan bahasa Inggris dalam interaksi di media sosial. Istilah

seperti goodluck, Get well soon, Thank you dsb dicarikan padanannya ke dalam

bahasa Arab karena identitasnya sebagai “bahasa umat Islam”. Idola mereka pun

berpindah haluan kepada para hafiz dan tokoh-tokoh Islam. Akhirnya, hijrah generasi

milenial tidak hanya memindahkan gaya hidup yang dulu ke gaya hidup yang

sekarang (yang diyakini jauh lebih baik dan islami), tetapi juga bagian dari fenomena

sosial untuk memperkuat identitas sebagai generasi hitz zaman now versi syariah.50

Hijrah Islam milenial di Indonesia berkembang sangat pesat, yang

disebabkan oleh adanya keinginan individual atau kelompok untuk menjadi pribadi

yang lebih baik lagi dari sisi agama Islam. Masyarakat yang melaksanakan hijrah

memiliki keinginan agar hidup mereka lebih bermakna.

D. Eksistensi Hijrah dalam Al-Qur’an

Hijrah mumiliki eksistensi yang sangat mulia dan posisi yang sangat besar

dalam Al-Qur’anul Karim. Al-Qur’an memerintahkan berhijrah dengan lafaz yang

50

Page 38: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

25

bermacam-macam, kalimat yang berbeda-beda dan susunan kata yang variatif.

Terkadang lafaz dalam Al-Qur’an menggunakan perintah yang jelas, terkadang

dengan ungkapan yang biasa, terkadang dalam bentuk janji atau bahkan ancaman,

yang semuanya menunjukkan akan perhatian besar dan penguatan yang diberikan Al-

Qur’an terhadap hijrah.51

1. Komparasi Hijrah dengan Ibadah-Ibadah Penting lainnya.

a) Sabar

Di antara ibadah yang disebut berdekatan dengan hijrah adalah sabar. Allah

SWT. berfirman dalam surah An-Nahl ayat 110

“Dan Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah

sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar;

Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.”52

Sabar adalah wasiat yang Allah titipkan kepada setiap rasul dari sekian

banyak rasul-rasul. Diulang dan terus diulang hingga sampai pada kaum mukminin

yang beriman kepada rasulnya. Seseorang yang terjun didunia dakwah tidak mungkin

akan sanggup menanggung beban yang berada dipundaknya kecuali bila sabar

menjadi bekal dan amunisinya, senjata, serta sabar menjadi sandaran dan sarana

untuk menikmati lika-liku perjalanan dakwahnya.53

Hijrah adalah sebuah jihad. Jihad melawan hawa nafsu beserta syahwatnya.

Jihad melawan penyimpangan-penyimpangan, kelemahan, kehinaan, kebodohan dan

kealpaan diri kita. Hijrah juga jihad melawan musuh-musuh dakwah, sarana-

sarananya, aktivitasnya, tipudayanya, makar-makarnya, dan segala sesuatu yang

51 Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, 26. 52

Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 279. 53

Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, 27.

Page 39: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

26

terkait dengannya.54

Kemudian bila kita renungkan mengapa ayat Al-Qur’an yang menyangkut

hijrah berdekatan dengan sabar, karena sesungguhnya perjalanan kehidupan manusia

di muka bumi hanyalah sementara bagaikan seorang musafir. Dalam perjalanannya ia

akan mendapat banyak gangguan dan rintangan yang membuat sempit dirinya

sehingga tidak ada yang dapat membentengi dirinya kecuali kesabaran

b. Jihad

Yang dimaksud dengan jihad di sini adalah jihad yang sesuai dengan

pengertian syar’i. Yaitu memerangi oang-orang kafir demi tegaknya kalimat Allah

serta senantiasa membelanya.55

Dalam sebuah hadits Imam Ahmad dalam kitab

musnadnya menjelaska, hadits riwayat Amr bin Abasyah r.a. ia berkata:

و بن ع ب س ر ، ع ن أ يوب ، ع ن أ ب ي ق لا ب ة ، ع ن ع مر عم دث ن ا م اق ، ق ال : ح ز دث ن ا ع بد الر ة ، ق ال : ق ال ح

ل ، ج ه ع ز و له م ق لب ك لل سلا م ؟ ق ال : أ ن ي س االإ س ول الله م ل : ي ار ج ك ر ي د ن ل س ان ك و ون م سل م أ ن ي سل م الم و

ن ب الله و ان ؟ ، ق ال : ت ؤم يم ا ا لإ م ان ، ق ال : و يم ل ؟ ، ق ال : ا لإ سلا م أ فض ت ب ه ، ق ال : ف أ ي الإ ت ه و ك لا ئ ك م

وت ، ق ال الب عث ب عد الم س ول ه و ر ة ؟ ق ال : و جر ا ا له ة ، ق ال : ف م جر ل ؟ ، ق ال : ا له ان أ فض يم : ف أ ي ا لإ

اد ؟ ، ق ال : أ ه ا ا لج اد ، ق ال : و م ه ل ؟ ، ق ال : ا لج ة أ فض جر ر السوء ، ق ال : ف أ ي ا له ن ت ق ات ل الك فها ر ت هج

س ول إ ذ ا ل ه ، ق ال ر يق د م اد ه و أ هر و ن ع ق ر ج ل ؟ ، ق ال : م اد أ فض ه م ، ، ق ال : ف أ ي ا لج لى الله ق يت ه الله ص

ب ة م ج ا ح م ث ل ه ل ب م ن ع م ال إ لا م ل الأ عم ا أ فض لا ن ه م ل يه و سلم : ث م ع م ة ع ة و ع مر ور ر

“Rasulullah Saw. ditanya,’ Ya Rasulullah apa yang dimaksud dengan Islam?’

Beliau menjawab, ‘Engkau menyerahkan hatimu hanya untuk Allah SWT.

Engkau menghindari kaum muslim dari bahaya tangan dan lisan

mu,’kemudian beliau ditanya, Islam yang manakah yang aling sempurna?’

Beliau menjawab,’ Ialah iman.’ Laki-laki itu bertanya lagi, ’Iman itu apa?’

Beliau menjawab, ‘Engkau meyakini Allah, malaikatnya, kitab-kitabnya,

54

Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, 27. 55

Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, 29.

Page 40: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

27

rasul-rasulnya, serta kebangkitan setelah kematian,’ laki-laki itu bertanya,’

Iman mana yang paling sempurna?’ Beliau menjawab, ‘Hijrah.’ Laki-laki itu

bertanya lagi,’ Apakah yang dimaksud dengan hijrah itu?’ Beliau menjawab,

‘Engkau meninggalkan hal-hal yang buruk.’ Laki-laki itu bertanya, ‘Hijrah

apa yang paling sempurna?’ Beliau menjawab, ‘Jihad.’ Laki-laki itu bertanya,

‘Apa yang dimaksud dengan jihad itu?’ Beliau menjawab, ‘Engkau

memerangi orang kafir jika engkau bertemu dengan mereka.’ Laki-laki itu

bertanya lagi, ‘Jihad apa yang paling sempurna?’ Beliau menjawab,

‘Seseorang yang sampai kudanya terluka dan darahnya tertumpah.’ Rasulullah

menyambung langsung lagi, ‘Dan dua pekerjaan yang paling sempurna yaitu

haji mabrur dan umrah.” (Musnad Imam Ahmad).56

Sering juga ditemukan kalimat hijrah yang terkait dengan jihad bukan dalam

pengertian syar’i bukan berarti memerangi orang kafir. Sebagaimana sabda

Rasulullah Saw.57

“Seorang mujahid adalah orang yang berjihad menundukkan dirinya untuk

taat kepada Allah. Dan orang muhajir adalah orang yang berhijrah meninggalkan apa

yang dilarang oleh Allah SWT.

Di antara kata jihad yang berkaitan erat dengan hijrah adalah dalam firman

Allah surah Al-Baqarah ayat 218:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan

berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.58

56

Ahmad bin Muhammad bin Hanbal al-Syaibani, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal

(Birut: Mu’assasah al-Risalah, 1999), XXVIII, 251-252. 57

Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, 30.

58Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 34.

Page 41: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

28

Ayat ini menunjukkan bahwa urgensi hijrah dan jihad memiliki persamaan

dalam tujuan dan harapannya. Demikian juga ayat ini menunjukkan perhatian Al-

Qur’an yang begitu besar terhadap keduanya.

Ibnu Asyur mengatakan bahwa diulangnya kata maushul (orang-orang),

menunjukkan betapa mulianya hijrah dan jihad. Seolah-olah keduanya tidak memiliki

tujuan dan harapan yang sama. Sementara penggunaan isim isyaroh (mereka itulah)

menunjukkan bahwa harapan mereka adalah rahmat Allah demi keimanan, hijrah, dan

jihad mereka. Untuk itu, penggunaan maushul yang pertama menunjukkan keimanan

mereka kemudian ditegaskan oleh maushul yang kedua sehingga jelas bahwa

landasan hijrah dan jihad mereka itu adalah iman. Kaum muslim disebut dangan kata

orang-orang yang beriman (alladzina amanu) sebagaimana orang-orang muslim yang

berhijrah disebutkan dengan orang-orang yang berhijrah (Al-Muhajirin). Oleh sebab

itu, penggunaan dua maushul dalam ayat ini untuk menegaskan landasan amal

mereka.59

c. Mengikuti Rasulullah Saw.

Untuk menunjuk perhatian yang besar terhadap hijrah dan keutamaan yang

tinggi, Al-Qur’an memberi sifat kepada kaum Muhajirin dan Anshar dengan orang-

orang yang mengikuti Rasulullah Saw. Allah berfirman dalam surah At-Taubah ayat

117:

“Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan

orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati

segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat

59

Muhammad Thahir Ibnu Asyur, Tafsir at-Tahrir wa Tanwir, Jilid 2 (Daarut Tunisiyah), 338.

Page 42: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

29

mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada

mereka.”60

Ar-Razi berkata, “Sesungguhnya ketika Allah menyebutkan mereka bersama

dengan Rasulullah Saw. (dalam satu ayat) menunjukkan betapa mulianya kedudukan

mereka dalam agama ini. Dan mereka telah sampai pada derajat yang karenanya

Rasulullah Saw. menjamin diterimanya tobat mereka.61

Mengikuti Rasulullah Saw. menunjukkan akan hakikat iman, hakikat Islam,

dan membedakan secara nyata antara keimanan dan kekufuran. Demikian juga ia

sebagai pertanda cinta. Cinta kepada Allah tidak cukup hanya diucapkan dengan

lisan, dikerjakan oleh anggota badan akan tetapi harus diikuti oleh mengikuti

Rasulullah Saw. menapaki petunjuknya, serta mempraktekkan sistemnya dalam

kehidupan ini. Demikian juga dengan iman. Ia bukan sesuatu yang cukup dengan

perkataan, bukan pula sesuatu yang dirasakan, bukan pula sesuatu yang dibanggakan.

Akan tetapi, ia adalah ketaatan kepada Allah dan Rasulnya yang diikuti dengan

persiapan meniti seluruh kehidupan berdasarkan petunjuk Rasulullah Saw.

sebagaimana firman Allah dalam surah Ali-Imran ayat 31:

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya

Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang.62

2. Menjadikannya Sebagai Sunnah Para Nabi

Sesungguhnya hijrah di jalan Allah merupakan sunnah yang telah dilakukan

60

Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 205. 61

Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, 32.

62

Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 54.

Page 43: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

30

sejak zaman dahulu. Hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. bukanlah hijrah

pertama yang dilkukan oleh para rasul untuk menyelamatkan akidah mereka. Jika

Rasulullah meninggalkan negeri dan tanah kelahirannya demi menjaga dakwah,

mencari lingkungan yang lebih kondusif untuk menerima dakwah, menyambutnya

serta membekalinya, demikian juga yang dilakukan oleh saudara-saudara rasul di

antara para nabi sebelumnya. Mereka meninggalkan tanah air mereka dengan sebab

yang sama yang membuat Nabi Muhammad Saw. berhijrah.

Menetapkan dakwah di bumi yang tandus tidak membuat dakwah itu

berkembang. Bahkan akan menjadi penghalang perjalanan dakwah dan mengekang

gerakannya. Sehingga menjadilah penyusutan karena tetapnya dakwah di daerah yang

sangat sempit yang tidak mempunyai ruang untuk bergerak.

Al-Qur’an memberi contoh kepada kita mengenai hijrah yang dilakukan oleh

para nabi terdahulu serta para pengikutnya, agar jelas bagi kita bahwa hijrah

merupakan sunnatullah dalam dakwah. Setiap mukmin dapat bercermin kepada kisah-

kisah ini jika keimanan dam kemuliaannya menuntut untuk itu. Ia dapat melakukan

hijrah jika kondisi memungkinkan, dan dengan hijrah itu terjaga kehormatan dan

kemiliaan diri. Adapun contoh hijrah umat terdahulu diantaranya adalah:

a) Hijrahnya Nabi Ibrahim a.s.

Nabi Ibrahim memulai dakwahnya dengan menyeru kaumnya untuk bribadah

hanya kepada Allah. Ia menyeru kaumnya untuk meninggalkan penyembahan

bintang-bintang dan berhala-berhala. Namun, kaumnya menolak dan

mengibarkan permusuhan dengan Nabi Ibrahim hingga permusuhan itu

sampai pada puncaknya dengan dilemparnya Nabi Ibrahim kedalam api yang

menyala-nyala. Akan tetapi, Allah yang Maha kuasa menjadikan api itu

dingin dan aman bagi Nabi Ibrahim sehingga selamatlah Nabi Ibrahim

sekalipun di bakar hidup-hidup dalam bara api yang menyala-nyala. Lalu

pergilah Nabi Ibrahim meninggalkan kaumnya dan tanah airnya, berhijrah

menuju Hauron (suatu padang yang cukup luas di wilayah Syam. Disana

Page 44: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

31

terdapat kampung yang cukup banyak dengan penduduknya para penenun

sutra dan petani. Rumah-rumah adalah asli rumah budaya Arab).63

b) Hijrahnya Nabi Musa a.s.

Nabi Musa berdakwah menyeru Fir’aun dan kaumnya di Mesir untuk

menyembah Allah Yang Esa. Ketika penentangan mereka semakin kuat dan

mulai memasuki penyiksaan secara fisik terutama terhadap Bani Ismail,

mereka berhijrah menuju Sina (suatu tempat di Syam yang terdapat bukit

maka sering kali dikatakan Thur Sina. Yaitu sebuh bukit tempat Nabi Musa

bercakap-cakap dengan Allah. Di sana terdapat banyak pepohonan. Sekarang

termasuk wilayah territorial Mesir).64

c) Hijranya Nabi Isa a.s.

Nabi Isa Al-Masih menyeru kaumnya untuk bertaubat dan kembali kejalan

Allah dalam peribadatan dan seluruh aktivitas kehidupan. Akan tetapi, Bani

Israil mendustakan Isa, menolak risalahnya, bahkan mengusirnya. Allah

berfirman, dalam surah Al-Mu’minun ayat 50:

“Dan telah Kami jadikan (Isa) putera Maryam beserta ibunya suatu bukti yang

nyata bagi (kekuasaan kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah

Tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-

sumber air bersih yang mengalir.65

d) Hijrahnya Nabi Luth a.s

Nabi Luth berhijrah meninggalkan kaumnya yang melakukan kekejian yang

belum pernah dilakukan oleh seorangpun di muka bumi. Sebagaimana firman

Allah dalam surah An-Naml ayat 56:

63

Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, 33.

64

Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, 34..

65Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 345.

Page 45: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

32

“Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: "Usirlah Luth

beserta keluarganya dari negerimu; karena Sesungguhnya mereka itu orang-

orang yang (menda'wakan dirinya) bersih.”66

Perkataan kaum Luth kepada sesamanya ini merupakan ejekan terhadap Luth

dan orang-orang beriman kepadanya, karena Luth dan orang-orang yang

bersamanya tidak mau mengerjakan perbuatan mereka. Demikian juga Allah

berfirman dalam surah Al-Ankabut ayat 26:

“Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. dan berkatalah Ibrahim:

"Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku

(kepadaku); Sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana.”67

Sesungguhnya Nabi Luth beriman kepada kenabian Ibrahim a.s. dan berhijrah

bersamanya menuju Syam. Kemudin Nabi Luth diutus ke kaum Sadum pada masa

Nabi Ibrahim masih hidup. Qotadah berkata, “ Nabi Luth berhijrah bersama Nabi

Ibrahim dari Kausy yaitu pinggiran kufah menu Syam.

Oleh karena itu tidak heran bila Nabi Muhammad juga berhijrah dari Makkah

setelah penduduknya menolak ajakan Nabi Muhammad yang mengajak kaumnya

untuk menyembah Tuhanya. Ketika itu juga mereka mulai menunjukkan permusuhan

serta melakukan penindasan fisik. Tinggallah Makkah sebagai kenangan karena ia

merupakan bumi tandus yang tidak mungkin ditanami oleh tanaman petunjuk dan

kebenaran. Kemudian berpalinglah Nabi Muhammad ke suatu negeri yang tanahnya

gembur menumbuhkan bibit-bibit dakwah yang ia bawa sebelum ia sendiri sampai di

negeri itu. Dalam hijrah yang sangat berkah ini, sempurnalah sunnah yang dijalankan

oleh Rasulullah.

66

Ibid., 382. 67

Ibid., 399.

Page 46: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

33

BAB III

AYAT-AYAT TENTANG HIJRAH

A. Ayat-Ayat Hijrah dalam Al-Qur’an

Di dalam Al-Qur’an terdapat berbagai surat mengenai ayat-ayat yang

berbicara tentang hijrah. Kata hijrah dalam Al-Qur’an banyak mengandung makna,

untuk lebih jelas maka penulis akan menampilkan ayat-ayat tentang hijrah sebagai

berikut:

1. Surah Al-Baqarah Ayat 218

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan

berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.68

2. Surah Ali-‘Imran Ayat 195

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):

"Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di

antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah

68

Tim Penerjemah dan Tafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Juz 2 (Jakarta: Lentara

Hati,2010), 34.

Page 47: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

34

turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang

diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang

dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka

dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-

sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya

pahala yang baik".69

3. Surah An-Nisa’ Ayat 34, 89, 97, 100

“kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah

telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain

(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta

mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi

memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah

memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,

Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan

pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu

mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi

lagi Maha besar”.70

“mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi

kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu

jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah

69

Ibid., 76. 70

Ibid., 84.

Page 48: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

35

pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di

mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di

antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong”.71

“97. Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan

Menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) Malaikat bertanya : "Dalam

Keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab: "Adalah Kami orang-

orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para Malaikat berkata: "Bukankah

bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". orang-orang

itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat

kembali, (98). kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita

ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui

jalan (untuk hijrah), (99). mereka itu, Mudah-mudahan Allah memaafkannya.

dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (100). Barangsiapa

berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat

hijrah yang Luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya

dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian

menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah

tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang”.72

71

Ibid., 92. 72

Ibid., 94

Page 49: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

36

4. Surah Al-Anfal Ayat 72,74 dan 75

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad

dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan

tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu

satu sama lain lindung-melindungi. dan (terhadap) orang-orang yang beriman,

tetapi belum berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu

melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka

meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka

kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada

Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang

kamu kerjakan”.73

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah,

dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan

(kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar

beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia”.74

“Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad

bersamamu Maka orang-orang itu Termasuk golonganmu (juga). orang-orang

yang mempunyai hubungan Kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap

73

Ibid., 186 74

Ibid., 186

Page 50: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

37

sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”75

5. Surah At-Taubah Ayat 20, 100, 117

“orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan

harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan

Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”76

“orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari

golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka

dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah

dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai

di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan

yang besar.”77

“Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan

orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati

segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat

mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada

mereka”.78

75

Ibid., 186 76

Ibid., 189. 77

Ibid., 203. 78

Ibid., 205.

Page 51: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

38

6. Surah An-Nahl Ayat 41 dan 110

“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti

Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. dan

Sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka

mengetahui”.79

“Dan Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah

sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar;

Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang”.80

7. Surah Maryam Ayat 46

“Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, Hai Ibrahim?

jika kamu tidak berhenti, Maka niscaya kamu akan kurajam, dan

tinggalkanlah aku buat waktu yang lama".81

8. Surah Al-Hajj Ayat 58

“Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka di bunuh

atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezki yang

baik (surga). dan Sesungguhnya Allah adalah Sebaik-baik pemberi rezki”.82

79

Ibid., 217. 80

Ibid., 279. 81

Ibid., 308 82

Ibid., 339.

Page 52: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

39

9. Surah Al-Mu’minuun Ayat 67

“Dengan menyombongkan diri terhadap Al Quran itu dan mengucapkan

perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di

malam hari”.83

10. Surah An-Nur Ayat 22

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di

antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan)

kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang

berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang

dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah

adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.84

11. Surah Al-Furqaan Ayat 30

“Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al

Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan".85

12. Surah Al-‘Ankabut Ayat 26

“Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. dan berkatalah Ibrahim:

"Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku

(kepadaku); Sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana”.86

83Ibid., 346.

84Ibid., 352.

85Ibid., 362.

86Ibid., 399.

Page 53: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

40

13. Surah Al-Ahzab Ayat 6, 50

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka

sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. dan orang-orang yang

mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di

dalam kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin,

kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama).

adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Allah)”.87

“Hai Nabi, Sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri- isterimu

yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki

yang Termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan

Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-

laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-

anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari

saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan

mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau

mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang

mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan

87

Ibid., 418.

Page 54: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

41

kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka

miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. dan adalah Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang”.88

14. Surah AL-Hasyr Ayat 8-9

“(juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan

dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-

Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. mereka Itulah orang-orang

yang benar. (9). dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan

telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka

(Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan

mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-

apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan

(orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam

kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah

orang orang yang beruntung”.89

15. Surah Al-Mumtahanah Ayat 10

88

Ibid., 424. 89

Ibid., 546.

Page 55: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

42

“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu

perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan)

mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu

telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman Maka janganlah kamu

kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. mereka

tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula

bagi mereka. dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah

mereka bayar. dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar

kepada mereka maharnya. dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali

(perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta

mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang

telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara

kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.90

16. Surah Al-Muzammil Ayat 10

“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka

dengan cara yang baik”.91

17. Surah Al-Mudatssir Ayat 5

“Dan perbuatan dosa tinggalkanlah”.92

Para ulama dan ahli tafsir, seperti Syaikh Mahmud Syalthuth, Maulana Abu

Al-A’la Al-Maududi Hamka dalam menjelaskan Al-Qur’an biasanya tidak lupa

mengatakan bahwa Al-Qur’an bukanlah sebuah kitab yang diturunkan sekaligus

dalam bentuk buku, melainkan merupakan suatu himpunan wahyu Allah yang

90

Ibid., 550. 91

Ibid., 574. 92

Ibid., 575.

Page 56: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

43

diturunkan sepotong-sepotong, beransur-ansur dan secara bertahap dalam rentang

waktu sekitar 23 tahun. Sebetulnya tidak hanya seluruh Al-Qur’an itu diwahyukan

waktu demi waktu, bahkan kebanyakan surah pun termasuk yang pendek-pendek,

kecuali beberapa surah seperti Al-Fatihah dan Al-Ikhlas tidak diturunkan sekaligus.

Atas petunjuk Nabi dan dengan taufiq Allah, bagian-bagian wahyu itu disusun

kembali dalam surah-surah yang berjudul, sehingga membentuk.

Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi kita Muhammad Saw. untuk

membimbing manusia. Turunnya Al-Qur’an merupakan peristiwa besar yang

sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya Al-

Qur’am pertama kali pada malam lailatul qadr merupakan pemberitahuan kepada

alam samawi yang dihuni para malaikat tentang kemuliaan umat Muhammad Saw.

Umat ini telah dimuliakan oleh Allah dengan risalah barunya agar menjadi umat

paling baik yang dikeluarkan bagi manusia.93

B. Klasifikasi Ayat-Ayat Hijrah Berdasarkan Makiyyah dan Madaniyah

Setiap muslim tentu menyadari, bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang

merupakan pedoman hidup, dan dasar setiap langkah hidup. Al-Qur’an bukan sekedar

mengatur hubungan manusia dengan Rabbnya, tetapi juga mengatur hubungan

manusia dengan manusia dan alam sekitarnya. Pendeknya, Al-Qur’an mengatur dan

memimpin semua segi kehidupan manusia demi kebahagiaan hidup didunia dan

akhirat.94

Ditinjau dari sejarah turunnya Al-Qur’an maka dapat kita temukan bahwa Al-

Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. di dua tempat atau dua masa yang

berbeda, yaitu: pertama, ketika Nabi bertempat tinggal di Makkah dalam artian

sebelum hijrah ke Madinah dan kedua, ketika Nabi bermukim di Madinah sesudah

hijrah. Surah atau ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Makkah sebelum Nabi hijrah

93

Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, diterjemahkan dari bahasa Arab oleh

Mudzakir AS. Cet. 14, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011), 144 94

Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, diterjemahkan dari bahasa Arab oleh

Mudzakir AS. Cet. 14, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011), 144.

Page 57: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

44

dinamai surah atau ayat Makkiyah, sedangkan surah atau ayat yang turun di Madinah

sesudah Nabi hijrah dinamakan surah atau ayat Madaniyah. Namun demikian,

terdapat perbedaan pendapat dikalangan pakar-pakar ‘ulumul Qur’an mengenai batas

surah atau ayat Makkiyah dan surah atau ayat Madaniyah yaitu:

1) Surah atau ayat Makkiyah adalah surah atau ayat Al-Qur’an yang

diturunkan di Makkah, sedangkan surah atau ayat Madaniah adalah surah

atau ayat yang diturunkan di Madinah. Dalam menetapkan Makkiyah dan

Madaniahnya suatu surat atau ayat, pendapat ini menjadi lokasi turunnya

Al-Qur’an sebagai dasarnya.

2) Surah atau ayat Makkiyah adalah surah atau ayat yang khitabnya

ditujukan kepada penduduk Makkah, sedangkan surah atau ayat

Madaniah adalah surah atau ayat yang khitabnya ditujukan kepada

penduduk Madinah. Kelompok ini menetapkan pendapatnya atas dasar

golongan atau kelompok manusia yang dijadikan sasaran dari penuturan

surat atau ayat Al-Qur’an itu sendiri.

3) Surah atau ayat Makkiyah adalah surat atau ayat yang diturunkan sebelum

Nabi hijrah (ke Madinah) walaupun surah atau ayat itu diturunkan di

Madinah, sedangkan surah atau ayat Madaniyah adalah surah atau ayat

yang diturunkann sesudah Nabi hijrah (ke Madinah), walaupun surah atau

ayat itu ada juga yang diturunkan di Makkah. Menurut sebagian orang,

pendapat yang terakhir inilah yang dipandang paling masyhur.95

Untuk mengetahui dan menentukan Makki dan Madani para ulama bersandar

pada dua bara utama: sima’i naqli (mendengar separti apa adanya) dan qiyasi ijtihadi

(kias hasil ijtihad). Cara pertama didasarkan pada riwayat sahih dari para sahabat

yang hidup pada saat dan menyaksikan turunnya wahyu, atau dari para tabi’in yang

menerima dan mendengar dari para sahabat bagaimana, dimana dan peristiwa apa

yang berkaitan dengan turunnya wahyu itu. Cara kedua qiyasi ijtihadi didasarkan

95

Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda, 2013), 73.

Page 58: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

45

pada ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah.96

Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan istilah hijrah berdasarkan

kronologi turunnya.97

Adalah sebagai berikut:

NO Nama Surat Jumlah Ayat Turun

Surah

Makkiyya

h

Madaniyy

ah

1 Al-Baqarah 286 2

2 Ali ‘Imran 200 3

3 An-Nisa’ 176

4 Al-Anfal 75 8

5 At-Tubah 129 9

6 An-Nahl 128 16

7 Maryam 98 19

8 Al-Hajj 78 22

9 Al-Mu’minun 118 23

10 An-Nur 64 24

11 Al-Furqan 77 25

12 Al-Ankabut 69 29

13 Al-Ahzab 73 33 14 Al-Hasyr 24 59

15 Al-

Mumtahanah

13 60

16 Al-Muzzammil 20 73

17 Al-Muddatsir 56 74

C. Bentuk dan Perubahan Kata Hijrah dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an sebahai kalam Allah yang mu’jiz, dipersentasikan melalui media

96

Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, diterjemahkan dari bahasa Arab oleh

Mudzakir AS. Cet. 14, 106. 97

St. Amanah, Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (Semarang: CV. ASY SYIFA’, 1993),

236.

Page 59: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

46

cetak dalam bentuk kitab suci yang menggunakan teks-teks (ayat-ayat) berbahasa

Arab. Oleh karena itu, Al-Qur’an sebagai teks kitab suci yang berbahasa Arab, dapat

dikaji dan diteliti makna-makna yang terkandung di dalam teks tersebut.98

Dalam Al-Qur’an lafaz-lafaz hijrah memiliki kata dasar ج – ه yang ر –

terbentuk dalam berbagai macam derivasi atau turunannya yang secara keseluruhan

disebutkan 31 kali yang terdapat dalam 17 surat.99

Pengambilan kata hijrah dalam

Al-Qur’an:

No Fi’il Madhi Fi’il Mudhori Fi’il Amr Isim

ر 1 ه اج

dia laki-laki telah

berhijrah

تهجرون

kalian laki-laki akan

atau sedang

berpindah(berhijrah)

فاهجر

pindahlah

ditujukan

kepada

seorang laki-

laki tunggal

هجرا

berpindah

رن 2 ه اج

mereka perempuan

telah berhijrah

فتهاجروا

maka kalian bisa

berhijrah

وآهجرنى

berpindahlah

dari ku atau

pergilah dari

ku

مهجورا

diacuhkan

وا 3 ر ه اج

mereka laki-laki telah

berhijrah

يهاجر

dia laki-laki sedang

atau akan berhijrah

وآهجرهم

dan

berpindahlah

atau jauhilah

mereka

مهاجر

orang yang

berhijrah

98

Abd. Gaffar, Thagut Modern dalam Perspektif Al-Qur’an, (Yogyakarta: Depok, 2014), 54 99

Al-Baqi, ‘abd Fu’ad Muhammad. Mu’jam Mufahras li Alfaz Al-Qur’an. ( Bairut: Dar al-

Fikr, 1992), 900.

Page 60: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

47

يهاجروا 4

hingga mereka

berhijrah

واهجروهن

dan jauhilah

oleh kalian

perempuan-

perempuan

mereka

مهاجرات

orang-orang

yang berhijrah

dari kalangan

wanita

مهاجرا 5

dia dalam

keadaan

berhijrah

المهاجرين 6

orang-orang

yang berhijrah

Page 61: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

48

BAB IV

HIJRAH MENURUT ULAMA TAFSIR

A. Penafsiran Ayat Tentang Hijrah

1. Surah Al-Baqarah ayat 218

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan

berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”100

a. Ahmad Mushthafa Al-Maraghi

Menurut Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, dalam karyanya tafsir Al-Maraghi.

Sesungguhnya orang-orang beriman yang tetap pada keimanannya dan ikut hijrah

bersama Rasulullah Saw. atau melakukan hijrah bersama Rasulullah untuk membela

agama Islam dan meninggikan kalimatullah, dan mereka yang berjuang dengan

sepenuh tenaga melawan orang-orang kafir dan memperkokoh barisan muslim,

mereka itulah orang-orang yang mengharap rahmat dan ridha dari Allah dan mereka

itulah yang pantas memperoleh semua itu. Sebab, mereka telah mengerahkan segala

kemampuan dan kekuatan yang ada pada mereka serta tidak pernah mengabaikan

jalan menuju keridhaan Allah. Semua itu telah mereka lakukan dan oleh sebab itu

mereka benar-benar berhak mendapatkan kemenangan, kebahagiaan dan keridhaan

darinya.101

Nabi Saw. bersama kaumnya telah berhijrah dari Makkah ke Madinah untuk

menyelamatkan diri dari penganiayaan orang-orang kafir dan fitnah mereka terhadap

agama Islam. Hal itu beliau lakukan setelah penduduk Madinah menjanjikan kepada

beliau bahwa mereka akan membela agamanya sebagaimana mereka membela diri

100

Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 34. 101

Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Jilid 2(Mesir: Mustafa Al-Babi Al-

Halabi, 1946), 138.

Page 62: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

49

mereka sendiri. Dalam hijrah ini, beliau diikuti oleh kaum muslimin sehingga posisi

Islam semakin kuat. Dan dengan bersatunya kekuatan mereka, maka mereka mampu

mempertahankan diri dan bahkan mampu menaklukkan kota Makkah. Demikianlah,

Allah telah mengalahkan kaum musyrikin serta menjadikan kalimah mereka rendah

dan kalimatullah berada di atas.

Allah Maha Luas pengampunannya bagi orang-orang yang bertaubat dan

memohon ampun kepadanya, serta sangat besar kasih sayangnya terhadap kaum

muslimin. Ia mengabulkan cita-cita mereka apabila ia menghendakinya dengan segala

kemurahan dan kekuasaannya yang tak terbatas. Qotadah mengatakan, “Mereka

adalah orang-orang pilihan dari umat ini dan Allah telah menjadikan mereka orang-

orang yang senang berharap kepadanya. Barang siapa yang berharap, maka ia

berusaha, dan barang siapa takut ia akan lari dari maksiat.102

a. Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli

Menurut Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli, dalam karyanya

tafsir jalalain. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang

berhijrah meninggalkan kampung halaman mereka dan berjihad di jalan Allah untuk

meninggikan agamanya mereka itu mengharapkan rahmat Allah artinya pahalanya

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang terhadap orang-orang beriman.103

b. M. Quraish Shihab

Menurut M. Quraish Shihab, dalam karyanya tafsir Al-Misbah. Sesungguhnya

orang-orang yang beriman dengan iman yang benar orang-orang yang berhijrah

yakni yang meninggalkan suatu tempat atau keadaan yang didorong oleh karena

ketidak senangan terhadap tempat atau keadaan itu menuju ke tempat atau keadaan

lain guna meraih yang baik atau lebih baik dan berjihad, berjuang tiada henti dengan

mencurahkan segala yang dimilikinya hingga tercapai apa yang diperjuangkan,

perjuangan dengan nyawa, harta, atau apapun yang dimiliki, dengan niat

102

Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, 239. 103

Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir jalalain, (Surabaya:

Darul Ulum) , 33.

Page 63: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

50

melakukannya di jalan Allah yang mengantar kepada ridhonya, mereka itu

mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Mereka senantiasa mengharap rahmat Allah, sebagaimana dipahami dari bentuk kata

kerja mudhori’ pada kata (يرجون) mengharap. Harapan ini mengisyaratkan, bahwa

walau mereka telah beriman dan mencurahkan segala apa yang mereka miliki, namun

hari mereka tetap diliputi oleh kecemasan yuang disertai harapan memperoleh

rahmatnya. Memang demikian itulah hakikat keberagaman yang benar. Ia adalah

himpunan antara cemas dan harapan. Walaupun telah berhijrah dan berjuang, ia

belum yakin amalan-amalannya diterima di sisi Allah, sehingga ia hidup dalam

harapan-harapan cemas. Ayat ini mengisyaratkan bahwa curahan rahmat Allah,

merupakan wewenang Allah sendiri. Ia menganugerahi rahmat bukan sebagai

imbalan amal-amal baik manusia, karena jika demikian, pastilah orang-orang kafir

tidak memperoleh rahmat. Sebaliknya, pasti juga orang-orang yang beriman dan

bertakwa meraih syurga, padahal Rasulullah sendiri pun menegaskan bahwa beliau

tidak masuk syurga karena amalnya, tetapi semata-mata kerena rahmat Allah atas

beliau. “Tidak seorangpun diantara kamu yang masuk ke syurga dengan amalnya.”

Sabda nabi Saw. “Engkaupaun tidak wahai Rasul Allah?” Tanya sahabat beliau.

“akupun tidak, kecuali bila Allah melimpahkan rahmatnya kepadaku” (HR. Bukhari

dan muslim).104

2. Surah Al-Anfal Ayat 74

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah,

dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan

(kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar

beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia”.105

104

M. Quraish Shihab, tafsir Al-Misbah, jilid I (Tanggerang: Lentara Hati, 2007), 465-466. 105

Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 186.

Page 64: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

51

a. Ahmad Mushthafa Al-Maraghi

Menurut Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, dalam karyanya tafsir Al-Maraghi,

kaum muhajirin dan anshar itu adalah kaum mu’minin yng beriman dengan benar dan

sesempurna iman, bukan orang yang belum hijrah, menetap di negeri syirik, dan

belum turut memerangi musuh bersama kaum muslimin. Di samping itu Allah

menjanjikan akibat yang baik bagi mereka. Mereka memperoleh ampunan yang

sempurna dari Allah yang akan menghapus kesalahan yang pernah mereka lakukan,

dan rezeki yang mulia di negeri pembalasan. Hal ini disebabkan mereka telah

meninggalkan keluarga dan kampung halaman, mengorbankan jiwa dan harta benda,

berpaling dari segala kesenangan jasmaniyah, dan mengrjakan hal-hal yang

mendekatkan mereka kepada Allah di akhirat.106

b. Sayyid Quthb

Menurut Sayyid Quthb, dalam karyanya tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Mereka

itulah orang mukmin yang sebenarnya. Inilah gambaran yang hakiki mencerminkan

iman, inilah gambaran generasi dan wujud hakiki agama ini. Sesungguhnya tidak ada

wujud yang hakiki dengan semaa-mata menyatakan kaidah teoretis (mengucapkan

kalimat syahadat), atau semata-mata memeluk akidah itu, dan bukan pula dengan

semata-mata melakukan ibadah-ibadah ritual. Agama ini adalah manhaj kehidupan

yang tidak tercermin wujud nyatanya kecuali dengan akumulasi gerakan, dalam

bentuk masyarakat yang bekerjasama bahu-membahu. Adapun keberadaannya dalam

bentuk akidah hanyalah wujud hukmi (secara hukum) saja, bukan wujud riil, kecuali

bila tercermin dalam bentuk gerakan nyata.107

Orang-orang yang benar-benar beriman ini, akan mendapat ampunan dan

rezeki yang mulia. Disebutkannya kata rezeki di sini sangat sesuai dengan jihad dan

perjuangan, infak, pemberian perlindungan, pemberian pertolongan, dan beban-beban

tugas lainya yang mereka emban selama ini. Dan lebih dari itu mereka akan

mendapatkan pengampunan yang notabene termasuk rezeki yang mulia, bahkan

106

Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi., 44. 107

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zulalil Qur’an. (Madinah: Daru As-Syuruq, 1974), 1554.

Page 65: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

52

semulia-mulia rizki yang mulia.

Kemudian disamakan pula dengan peringkat pertama muhajir mujahid ini,

setiap orang yang berhijrah dan berjuang sesudah itu meskipun angkatan pertama itu

memperoleh derajat tersendiri sebagaimana telah ditetapkan dalam nash-nash Al-

Qur’an. Penyamaan ini hanyalah dalam kesetiaan dan keanggotaan masyarakat Islam,

“Dan orang-orang yang beriman sesudah itu, kemidian berhijrah dan berjihad

bersamamu, maka orang-orang itu termasuk golongan mu (juga)..”

Syarat hijrah ini tetap berlaku hingga terjadinya fathu Makkah (pembebasan

kota Makkah) ketika seluruh tanah Arab telah dekat kepada Islam dan kepemimpinan

Islam, dan manusia telah terorganisir di dalam masyarakat Islam. Maka tidak ada lagi

hijrah setelah fathu Makkah, dan yang ada hanya tinggal jihad dan amal, sebagaimana

di sabdakan Rasulullah Saw.. Akan tetapi, hal itu hanya terjadi dalam perjalanan

Islam yang pertama yang mengatur dunia selama hampir seribu dua ratus tahun, yang

selama itu hukum syariat Islam terus diberlakukan, dan kepemimpinan Islam terus

ditegakkan di atas syariat dan kekuasaan Allah.

Adapun sekarang, maka dunia telah kembali kepada jahiliah. Hukum Allah

telah dihapuskan dari kehidupan manusia di muka bumi. Kedaulatan di seluruh dunia

kembali berada di tangan thaghut, dan manusia kembali menyembah kepada sesama

manusia setelah dahulu mereka dibebaskan oleh Islam darinya. Sekarang dimulai lagi

perjalanan baru Islam seperti perjalanan yang pertama dengan memberlakukan

hukum-hukum secara bertahap, hingga bisa menegakkan negeri Islam secara bertahap

dan hijrah. Kemudian mengembangkan bayang-bayangan Islam sekali lagi, dengan

izin Allah. Sehingga, nantinya tidak ada lagi kewajiban hijrah, dan yang ada hanya

berjuang dan beramal, sebagaimana yang terjadi dalam putaran perjalanan pertama.108

3. Surah Al-Mudatssir ayat 5

108

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zulalil Qur’an., 1554.

Page 66: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

53

Dan perbuatan dosa tinggalkanlah.109

a. Ibnu Katsir

Menurut Ibnu Katsir, dalam karyanya tafsir Ibnu Katsi. Dirimu, dan jiwamu

bersihkan dari berbagai maksiat dosa. Hatimu dan niatmu bersihkan dari segala niat

yang tidak baik.110

b. Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli

Menurut Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli, dalam karyanya

tafsir jalalain. Dan perbuatan dosa lafaz Ar-Rujza ditafsirkan oleh Nabi berhala-

berhala (tinggalkanlah) hal itu untuk selama-lamanya.111

c. M. Quraish Shihab

Menurut M. Quraish Shihab, dalam karyanya tafsir Al-Misbah. Petunjuk yang

ketiga dalam surat ini adalah, dan dosa yakni menyembah berhala betapapun hebat

dan banyaknya orang yang menyembahnya maka tinggalkan lah.

Kata (الرجز ) ar-rujz (dengan dhammah pada ra) atau (الرجز ) ar-rijz (dengan

kasrah pada ra) keduanya merupakan cara yang benar untuk membaca ayat ini, dan

sebagian ulama tidak membedakan arti yang dikandung. Ulama yang tidak

membedakan kedua bentuk kata tersebut mengartikannya dengan dosa, sedangkan

ulama yang membedakannya menyatakan bahwa ar-rujz berarti berhala. Pendapat ini

dipelopori oleh Abu ‘Ubaidah. Lebih jauh, sebagian ahli bahasa berkata bahwa huruf

sin dan dengan demikian kata ar-rijz (س) zay pada ayat ini dapat dibaca dengan (ز )

sama pengertiannya dengan (الرجس) ar-rijs / dosa.dengan demikian kata yang

digunakan ayat ini dapat berarti berhala, atau siksa, atau dosa.

Kata (فاهجر ) fa-uhjur, terambil dari kata (هجر ) hajara yang digunakan untuk

menggambarkan “sikap meninggalkan sesuatu karena kebencian kepadanya.” Dari

akar kata ini dibenruk kata hijrah, karena Nabi dan sahabat-sahabatnya meninggalkan

109

Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 575. 110

Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 8,. 259. 111

Imam Jalaludin Al-Mahalli, Tafsir jalalain, 241.

Page 67: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

54

Makkah atas dasar ketidak senangan beliau terhadap perlakuan penduduknya. Kata

hajirah berarti tengah hari karena pada saat itu pemakai bahasa ini ( هاجرة)

meninggalkan pekerjaannya akibat teriknya matahari yang tidak mereka senangi.

Dengan demikian ayat 5 ini, berarti: Tinggalkanlah atas dorongan kebencian

dan ketidak senangan dosa, siksa, atau berhala. Penulis cenderung memahaminya

dengan artian berhala. Ini karena kalau kita menelus ayat-ayat yang berbicara tentang

ar-rijz dan ar-rijs, maka akan kita temukan bahwa ayat-ayat tersebut disusun dalam

bentuk berita. Tetapi ditemukan satu ayat yang menggunakan redaksi “mencegah”

sekaligus menjelaskan apa yang dimaksud dengan ar-rijs dan tentunya juga arti ar-

rijz, karena keduanya dinilai dalam artian yang sama sebagaimana telah dikemukakan

dii atas. Ayat tersebut adalah firmannya dalam QS. Al-Hajj: 30: فاجتنبوا الرجس من (

( الأوثان faijtanibu ar-rijsa min al-autsan / maka hindarilah berhala-berhala yang

najis. Kalau demikian, ayat yang berbentuk larangan di atas dan yang menjelaskan

arti kotoran, yakni berhala-berhala, dapat diangkat untuk menjelaskan arti ar-rijz

pada ayat 5 al-Muddatstsir ini yang juga menggunakan bentik larangan sehingga ayat

tersebut seharusnya diartikan sebagai petunjuk kerada Rasulullah Saw. untuk

menjauhi berhala-berhala atas dorongan kebencian kepadanya. Mengartikan ar-rujz

atau ar-rijz dengan berhala lebih diperkuat lagi setelah menganalisis arti uhjur, yaitu

meninggalkan sesuatu atas dorongan kebencian.

Petunjuk ayat di atas sebagaimana petunjuk yang lalu, bukan berarti bahwa

Rasulullah Saw. pada suatu ketika pernah “mendekati” berhala-berhala. Riwayat-

riwayat menunjukkan sebaliknya, jangankan berhala, mengunjungi tempat-tempat

yang tidak wajarpun tidak pernah dilakukannya.

Ali Ibn Abi Thalib memberitakan bahwa beliau mendengar Rasulullah Saw.

bersabda: “Tidak pernah terlintas dalam benakku untuk melakukan apa yang

dilakukan oleh orang-orang (yang hidup pada masa) Jahiliah menyangkut wanita,

kecuali pada dua malam. Namun, pada kedua malam tersebut Allah memeliharaku

sehingga aku tidak terjerumus.”

Apa yang dimaksud oleh Rasululla dalam hadits ini dijelaskan Dalam hadits

Page 68: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

55

yang lain bahwa semasa remaja, di kala masih mengembala, beliau bermaksud untuk

pergi ke Makkah menghadiri pesta perkawinan di mana diperdengarkan lagu-lagu

(yang tentunya didendangkan oleh wanita-wanita dengan kata-kata yang tidak wajar),

maka beliau menitipkan kambing-kambing gembalaannya dan pergi ke Makkah.

Tetapi sesampainya di sana beliau tertidur dan baru terbangun setelah terik panas

matahari menyengatnya, tetapi ketika itu pesta telah usai.

Ayat di atas menggariskan sejak dini bahwa: Apapun yang terjadi, dan dengan

dalih apapun, tidak diperkenankan bagimu wahai Nabi Muhammad untuk menerima

dan merestui penyembahan berhala. Prinsip akidah yang tidak dapat ditawar-tawar

adalah keesaan Tuhan yang murni serta penyembahan padanya semata. Dosa-dosa

yang lain mungkin masih dapat ditoleransi untuk sementara. Hal ini perlu mendapat

penegasan sejak dini, karena perjalanan sejarah dakwa menunjukkan bahwa kaum

musyrikin menawarkan kompromi kepada Nabi. Tawaran yang ditolak secara tegas

tersebut merupakan sabab nuzul dari surah al-Kafirun. Bahwa Al-Qur’an telah

mengisyaratkan secara dini pula pada QS. Al-Qalam: 9 bahwa:

“Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka

bersikap lunak (pula kepadamu).”Tetapi tentunya, berdasarkan petunjuk yang

merupakan pengertian ayat ini, segala ajakan dan tawaran tersebut ditolak

secara tegas oleh Rasulullah Saw.

Di atas telah dikemukakan bahwa ayat ini merupakan ayat pertama yang

diterima oleh Nabi Muhammad Saw. dengan redaksi larangan, dan telah

dikemukakan pula bahwa mungkin ada dosa-dosa yang dapat ditoleransi untuk

sementara. Hal ini secara jelas dapat dibuktikan melalui perintah-perintah dan

larangan Al-Qur’an. Di temukkan bahwa wahyu-wahyu memang menggunakan

metode bertahap dalam petunjuk-petunjuknya yang berrkaitan dengan bidang hukum,

namun tidak demikian jika berkenaan dengan masalah akidah dan etika.

Page 69: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

56

Dalam bidang hukum, ditemukan pentahapan, baik petunjuk hukum yang

berkenaan dengan kewajiban maupun larangan. Perintah sholat misalnya,

didahulukan dengan petunjuk serta penjelasan tentang kebesaran Tuhan, kemudian

disusul dengan ayat-ayat yang menghidupkan “rasa keagamaan” sehingga mendorong

manusia untuk mengadakan hubungan dengannya, baru kemudian disusul dengan

perintah sholat (dua kali sehari) disertai dengan kebolehan bercakap-cakap sambil

melaksanakan shalat. Kemudian disusul dengan perintah khusyu’ dan larangan

bercakap, serta diakhiri dengan petunjuk untuk melaksanakannya lima kali sehari

semalam.

Dalam hukum-hukum yang menuntut pencegahan, pentahapan tersebut

ditemukan pula, misalnya dalam larangan meminum arak atau riba. Hal itu jelas

berbeda dengan bidang-bidang akidah, yang tidak mengenal pentahapan.112

B. Jenis-Jenis Hijrah

1. Hijrah Secara Jasmani

Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan terdahulu bahwa banyak

sekali ayat Al-Qur’an yang mewajibkan kaum muslimin untuk melakukan hijrah dari

darul harbi, setiap Negara yang tidak dapat ditegakkan syariat Islam dan tidak

menerima kepemimpinan kaum muslimin agar dapat bergabung dengan jama’ah

kaum muslimin dimanapun mereka berada. Di sanalah kaum muslimin memiliki

kepemimpinan dan kekuasaan. Dengan demikian kaum muslimin dapat berlindung di

bawah bendera Islam bukan lagi berlindung dibawah bendera orang-orang kafir yaitu

setiap bendera selain bendera Islam. Hukum ini terus kekal hingga hari kiamat.

Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abdus Salam, “Hijrah wajib dilaksanakan sampai

akhir zaman sebagaimana ia diwajibkan pada masa awal Islam. `

Al-Qoastalani berkata dalam kitab “Irsyadis Saari” Selagi di muka bumi

masih ada yang namanya darul kufri, hijrah dari tempat itu wajib dilakukan. Dan

hikum berlaku bersamaan dengan illatnya.

112

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid 14 (Jakarta: Lentara Hati, 2002), 556-558.

Page 70: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

57

Mengenai hal itu, Allah SWT. berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang

diwafatkan Malaikat dalam Keadaan Menganiaya diri sendiri, (kepada mereka)

Malaikat bertanya : "Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab:

"Adalah Kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para Malaikat berkata:

"Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". orang-

orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat

kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak

yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), mereka

itu, Mudah-mudahan Allah memaafkannya. dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi

Maha Pengampun. Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di

muka bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar

dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian

kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah

tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.

Ayat di atas dikuatkan dengan hadits Nabi berikut ini. Hadits yang

diriwayatkan oleh Imam ahmad dalam musnadnya, ia berkata bahwa Yazid bin Harun

menceritakan, dari Harir bin Utsman, dari Abdurrahman bin Abi Auf al-Jarasi, dari

Abi Hindul Bajali, ia berkata, “Ketika kami bersama dengan Muawiyah sementara ia

berada di tempat tidurnya dan kedua matanya sudah tertidur, kami saling

menceritakan kembali peristiwa hijrah. Salah seorang di antara kami berkata,

“Kewajiban hijrah telah terputus, dan yang lain berkata, belum terputus, percakapan

itu menggugah Muawliyah, kemudian ia berkata,”Apa yang kalian bicarakan?

Kemudian kami menceritakan pembicaraan kami. Lalu beliau mengembalikan hukum

hijrah kepada sabda Rasulullah Saw

ت ة ح جر ع اله ا لا ت نق ط ب ه غر ن م تى ت طل ع الشمس م ع التوب ة ح لا ت نق ط ع التوب ة ، و ى ت نق ط

“Tidak akan terputus hijrah hingga terputus taubat. Dan tidak akan terputus

taubat hingga matahari terbit dari sebelah barat.” (Musnad Ahmad)

Page 71: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

58

2. Hijrah Secara Rohani

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Ketika perjalanan telah usai dan

seorang musafir mendapat negeri yang beru, apa yang menjadi kenangan dan

kerinduan akan kampung halaman pun lepas satu demi satu. Apa yang mendorongnya

untuk melakukan semua itu memenuhi akal pikirannya untuk mengedepankan betapa

pentingnya perjalanan yang dilakukan untuk mencapai ridha Allah. Saat itulah ia

menginfakkan seluruh sisa umurnya. Seseorang memiliki petunjuk menunjukkan

dengan tangannya bahwa sesuatu terpenting yang ia lakukan itu adalah hijrah menuju

Allah dan Rasulnya. Sesungguhnya hijrah itu kewajiban bagi setiap jiwa (fasdhu ‘ain)

di setiap waktu. Dan sesungguhnya tidak ada seorang pun yang berhak untuk

menentang kewajiban itu. Karena hijrah itu tuntutan dari Allah dan keinginannya

yang ia minta dari hamba-hambanya. Hijrah yang dilakukan oleh hati menuju Allah

dan Rasulnya. Inilah yang dimaksudkan di sini. Inilah hijrah Hakiki yang dimaksud

pada awalnya. Hijrah yang dilakukan oleh fisik mengikuti hijrah ini. Hijrah ini

mengandung unsur “siapa” dan “ke mana”. Seseorang berhijrah dari segala

kecintaanya kepada selain Allah menuju kecintaan kepada Allah SWT.. Berhijrah

dari segala ibadah kepada selain Allah menuju ibadah hanya kepada Allah SWT..

Berhijrah dari ketakutan, harapan, serta tawakkal kepada selain Allah menuju

katakutan, harapan, serta tawakkalnya kepada Allah. Berhijrah dari do’a dan

permohonan yang ditujukan kepada selain Allah menuju do’a dan permohonan yang

hanya kepada Allah. Berhijrah dari merendahkan diri, tunduk, dan patuh kepada

selain Allah menuju merendahkan diri, tunduk, dan patuh hanya kepada Allah SWT.

Inilah yang pada intinya yang dimaksud dengan kembali atau lari kepada Allah SWT.

Allah berfirman, “Kembalilah kepada (menaati Allah).” Tauhid yang dituntut dari

hamba Allah adalah kembali dari Allah, kepada Allah SWT.113

Di balik kata “siapa” dan “kepada” terdapat rahasia yang sangat agung dari

rahasia-rahasia tauhid. Sesungguhnya kembali kepada Allah mengandung makna

113

Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah Dalam Pandangan Al-Qur’an, 326-327.

Page 72: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

59

mengesakannya dalam ibadah dan do’a, mengharuskan selalu mencintainya, takut,

tawakkal, taubat, dan segala bentuk ibadah hanya kepadanya. Inilah kandungan dari

dakwah ilahiah yang dipikul oleh seluruh Nabi dan Rasulullah Saw.

Adapun kembali dari Allah kepada Allah, itulah kandungan dari tauhid

rububiah dan ketetapan takdir. Sesungguhnya segala sesuatu yang ada di alam ini

sekalipun yang dibenci dan diwaspadai oleh seorang hamba lari darinya,

sesungguhnya keinginan Allah lah yang menyatakannya. Sesungguhnya apa yang

Allah kehendaki niscaya akan terjadi. Dan apa yang ia tidak kehendaki, tidak pernah

akan terjadi dan dihalangi terjadinya karena ia tidak menghendakinya. Apabila

seseorang berlari kepada Allah, sesungguhnya ia berlari dari sesuatu kepada sesuatu

yang terjadi kerena keinginan dan ketetapan Allah. Sesungguhnya orang itu pada

hakikatnya berlari dari Allah menuju Allah. Dari gambaran yang dipaparkan dengan

sebenar-benarnya ini, dapat dipahami makna dari sabda Rasulullah Saw.

“Tidak ada tempat lari dan tempat kembali darimu kecuali hanya kepadamu”.

Sesungguhnya di alam nyata ini, tidak ada yang dapat berlari dari Allah, tidak

ada yang dapat dijadikan tempat berlindung dan tempat berteduh kecuali dia Allah

SWT. pemahaman akan gambaran itu wajib dipahami oleh setiap orang. Yaitu

terputusnya hati orang itu dari seluruh ikatan yang ada di dalam hatinya baik yang

berupa takut, harapan, dan cinta. Karena seharusnya dia tau bahwa semua itu terjadi

hanya dengan kehendak Allah ketetapannya, dan ciptaannya. Tidak ada yang tersisa

dari rasa takut dan yang lain. Karena semua itu ciptaan dan kehendaknya. Termasuk

dalam hal itu, rasa cinta, takut dan harapan hanya kepada Allah Yang Esa.114

Kita berharap, bagaimana agar segala urusan dapat dikembalikan kepada

Allah SWT. itulah yang dimaksud dengan hijrah kepada Allah SWT. oleh sebab itu,

Rasulullah Saw. bersabda.

“Dan seorang yang berhijrah adalah orang yang menjauhi apa yang dilarang

oleh Allah kepadanya.”

114

Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah Dalam Pandangan Al-Qur’an, 327.

Page 73: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

60

Oleh sebab itu jika, Allah mengomparasikan iman dan hijrah di tempat yang

berbeda agar keduanya dapat berinteraksi secara kuat dan satu dengan yang lain dapat

mendukung pelaksanaannya.

Maksud yang ingin disampai dalam hal ini bahwa sesungguhnya hijrah kepada

Allah mengandung unsur cinta dan benci. Sesungguhnya orang yang berhijrah dari

sesuatu menuju sesuatu yang lain pasti karena sesuatu yang lain lebih ia cintai dari

sesuatu yang ia tinggalkan. Oleh sebab itu, cinta dan benci terhadap sesuatu akan

berdampak pada seesuatu yang lain. Jika jiwa seorang hamba, hawa nafsunya,

setannya mengajak dia kepada sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang ia

cintai dan ia ridhai, sekalipun ketiga unsur tadi telah using, namun mereka akan terus

mengajak kepada hal-hal yang tidak diridhai Tuhannya. Dan ajakan iman selalu

mengajak seseorang kepada hal-hal yang diridhai Tuhannya. Di setiap waktu,

seseorang yang berhijrah kepada Allah tidak akan pernah hilang hijrahnya sampai ia

wafat.

Kemudian tersisa bagian lain dari hijrah yaitu hijrah kepada Rasulullah Saw.

Ia berkata, “Adapun hijrah kepada Rasulullah Saw. ketahuilah tidak ada yang tersisa

satu nama pun kecuali namanya. Manhajnya tidak ditinggalkan dengan niat mencoba

jalan-jalan lain kecuali dengan petunjuk yang diberikannya. Arahnya tidak

dibelokkan kecuali ia kembali melihat peta yang diberikan oleh Rasulullah Saw. Jika

ia kehilangan impiannya, ia akan kembali kepada petunjuk Rasulullah dengan

segenap daya dan upaya yang ia lakukan secara sadar sehingga ia menempuh jalan

lain di antara hamba-hambanya yang menjadikannya unik dalam setiap kehidupan

dan kelompok.

C. Perubahan Makna Hijrah dari Era Klasik ke Era Kontenporer

Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam, sebagai petunjuk bagi umat Islam

kapan dan dimana saja. Untuk merealisasikan petunjuk tersebut, isi kandungannya

harus dikaji, sehingga petunjuk-petunjuknya dapat dipahami dan diamalkan. Ketika

Raslullah Saw. masih ada ditengah-tengah umatnya, beliau berfungsi sebagai

mubayyin (pemberi penjelasan) terhadap maksud ayat-ayat Al-Qur’an. Beliaulah yang

Page 74: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

61

menjelaskan segala sesuatu bagi masalah yang ditanyakan oleh para sahabat.

Setelah Rasulullah wafat, penafsiran sahabat terhadap ayat- ayat Al-Qur’an

berpijak pada inti kandungan serta pada penjelasan makna yang dikehendaki ayat Al-

Qur’an yang merujuk pada pengetahuan mereka tentang sebab-sebab turunnya ayat

serta peristiwa-peristiwa yang menjadi sebab turunnya ayat.

Demikian pula generasi berikutnya yang dikenal dengan sahabat kecil dan

tabi’in. Mereka dapat memahami petunjuk Al-Qur’an walaupun pemahamannya dari

segi bahasa/makna tidak sepenuhnya sama dengan pemahaman para sahabat yang

telah bersama Nabi Saw. menyaksikan turunnya Al-Qur’an dan peristiwa-peristiwa

yang menyebabkan turunnya Al-Qur’an yang dikenal dengan asbab al-nuzul. Setelah

masa tabi’in berakhir, ijtihad menyangkut ayat-ayat Al-Qur’an tidak dapat dielakkan

lagi. Hal ini selain disebabkan oleh hadits dan riwayat-riwayat yang menyangkut

berbagai hal termasuk tafsir, ada yang shahih dan ada yang do’if . Di samping itu,

laju perubahan sosial semakin menonjol, selain karena banyaknya persoalan baru

yang muncul di tengah-tengah masyarakat yang belum pernah terjadi atau

dipersoalkan pada masa Nabi Muhammad Saw. sahabat, dan tabi’in demikian pula

meningkatnya porsi peranan akal dalam penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an sehingga

bermunculanlah pendapat menyangkut ayat-ayat Al-Qur’an. Keragaman penafsiran

tersebut relevan dengan keadaan Al-Qur’an itu sendiri.115

Seperti penafsiran ayat tentang hijrah, jika dilihat makna kata hijrah menurut

para mufassir klasik pada kitab-kitab tafsir klasik seperti kitab tafsir Ibnu katsir, tafsir

Jalalain, dan tafsir Al-Maraghi hijrah diartikan dengan berpindah dari kota Makkah

ke kota Madinah untuk menyelamatkan diri dari penganiayaan orang-orang kafir,

fitnah mereka terhadap agama Islam.116

Sedangkan makna hijrah menurut mufassir kontenporer dalam kitab tafsir

kontenporer seperti di dalam kitab tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab dan di

115

Tasbih, “Kedudukan dan Fungsi Kaidah-Kaidah Tafsir”, Jurnal Farabi, 10, No. 2 (2013),

107-108. 116

Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 8,. 259.

Page 75: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

62

dalam kitab tafsir Fi Zulalil Qur’an karya Sayyid Quthb hijrah adalah meninggalkan

satu tempat atau keadaan yang didorong oleh karena ketidak senangan (benci

kepadaa) terhadap tempat atau keadaan itu menuju ke tempat atau keadaan yang

lebih baik.

Adapun proses perubahan makna hijrah dari era klasik ke era kontenporer

adalah syari’at hijrah ini tetap berlaku hingga terjadinya fathu Makkah (pembebasan

kota Makkah) ketika seluruh tanah Arab telah dekat kepada Islam dan kepemimpinan

Islam, dan manusia telah terorganisir di dalam masyarakat Islam. Maka tidak ada lagi

hijrah (berpindah dari kota Makkah ke kota Madinah) setelah fathu Makkah, dan yang

ada hanya tinggal jihad dan amal, akan tetapi, hal itu hanya terjadi dalam perjalanan

Islam yang pertama yang mengatur dunia selama hampir seribu dua ratus tahun, yang

selama itu hukum syariat Islam terus diberlakukan, dan kepemimpinan Islam terus

ditegakkan di atas syariat dan kekuasaan Allah.117

Namun jika zaman sekarang dunia telah kembali kepada sifat jahiliah. Jika

hukum Allah telah dihapuskan dari kehidupan manusia di muka bumi. Kedaulatan di

seluruh dunia kembali berada di tangan thaghut, dan manusia kembali menyembah

kepada sesama manusia setelah dahulu mereka dibebaskan oleh Islam darinya. Maka

dimulai lagi perjalanan baru Islam seperti perjalanan yang pertama dengan

memberlakukan hukum-hukum secara bertahap, hingga bisa menegakkan negeri

Islam secara bertahap dan hijrah. Kemudian mengembangkan bayang-bayangan Islam

sekali lagi, dengan izin Allah. Sehingga, nantinya tidak ada lagi kewajiban hijrah, dan

yang ada hanya berjuang dan beramal, sebagaimana yang terjadi dalam putaran

perjalanan pertama.118

D. Hikmah Hijrah dalam Aspek Sejarah Islam

Setiap pekerjaan yang dilakukan seseorang pasti mempunyai motivasi atau

niat. Hal ini pernah ditegaskan oleh Nabi Muhammad Saw. ketika seorang sahabatnya

berhijrah dari Makkah ke Madinah dalam hadits Nabi yang berbunyi:

117

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zulalil Qur’an (Jakarta: Gema Insani, 2003), 243-245. 118

Ibid., 243-245.

Page 76: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

63

س ل الله صلهى الله عت ر ى الله ع نه ق ال س م ض طاب ر بن الخ ر فص ع م ن ين أ ب ى ح ؤم ير الم ع ن أ م

ا ل ك ا نم ال ب النه يات و ا الأعم ت ه ا ل ى الله عليه وسلهم ي ق ول : ا نم جر ن ك ان ت ه ى ف م ان و ئ م له امر

ا ه ح أ ة ي نك امر ا ا و يب ه د ني ا ي ص ت ه ل جر ن ك ان ت ه م س ول ه و ر ت ه ا ل ى الله و جر س ول ه ف ه ر ت ه ا ل ى و جر ف ه

ا ل يه ر ا ه اج م

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsin Umar Ibnu Khathtab ra. Ia

berkata: “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya amal

perbuatan itu tergantung pada niat, dan sesungguhnya bagi setiap orang

tergantung apa yang diniatkannya. Barang siapa yang hijrahnya untuk Allah

dan Rasulnya, maka hijrahnya itu untuk Allah dan Rasulnya. Dan barang

siapa yang hijrahnya untuk dunia, maka baginya apa yang diniatkannya atau

karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu akan mendapatkan

sesuai dengan apa yang diniatkannya.”119

Ketika Nabi Saw. dan sahabat-sahabat beliau berhijrah, motivasi utama

mereka adalah guna memperoleh ridha Allah. Menjelang hijrah, kaum muslim berada

pada posisi yang sangat lemah dan teraniaya. Namun, keyakinan mereka akan

datangnya kemenangan tidak pernah sirna. Hal itu disebabkan oleh kuatnya iman

mereka kepada Allah yang maha kuasa. Pokok pertama yang ditanamkan Rasuluillah

kepada sahabat-sahabatnya jauh sebelum hijrah adalah prinsip keimanan tersebut.

Bukkan saja karena keimanan kepada Allah merupakan ajaran dasar, tetapi jiga

karena iman membentengi menusia serta mengantarkan mereka kepada optimis.120

Hijrah Rasulullah telah berlalu empat belas abad lamanya. Namun, dari hijrah

dan celah-celah peristiwanya, banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik dari

peristiwa hijrah.

Pertama, peristiwa hijrah mengajarkan kepada kita bahwa berpegang teguh

dengan agama dam menegakkan sandi-sandinya merupakan landasan dan sumber

bagi setiap kekuatan. Juga merupakan pagar untuk melindungi setiap hak, baik berupa

harta, kebebasan, maupun kehormatan.121

Kedua, peristiwa hijrah mengajarkan kepada kita bahwa setiap sesuatu perlu

persiapan dan perencanaan yang matang. Bahwa dalam berjuang iman dan do’a saja

119

Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Al-Jami’ al-Sahih: Al-Musnad min Hadits Rasulullah

(Kairo: Al-Matba’ah al-Salafiyyah wa Maktabatuha, 1982), 113. 120

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: PT Mizan, 2007), 543. 121

Muhammad Sa’ad Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Robbani Press, 2006),

111.

Page 77: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

64

tidak cukup. Mungkin ada orang yang setiap malam berdo’a, namun tidak diiringi

dengan persiapan, membuat perencanaan dan melaksanakannya, maka akam

mengalami kegagalan, sayyidina Ali berkata: Man asa’a tadbiran ta’ajjala tadmiran.

(Siapa yang jelek perencanaannya, akan cepat kehancurannya). Dalam hijrah, Nabi

melakukan persiapan dengan perancangan yang cermat, akurat, dan matang dengan

pembagian tugas yang bagus.

Ketiga, para pendukung hijrah Nabi kebanyakan para pemuda, seperti Ali bin

Abi Thalib, yang menggantikan Nabi untuk tidur di tempat tidur Nabi. Kemudian

Amir bin Tahirah, Asma seorang pemudi, Abdullah bin Abu Bakar, dan seorang yang

bertugas untuk membuka jalan bernama Mas’ad bin Umar. Disini terlihat betapa

peran pemuda dalam peristiwa hijrahnya Nabi itu demikian besar.

Keempat, arti pentingnya disiplin, kalaulah Ali tidak disiplin untuk menetap di

atas tempat tidur Nabi, meski ancamannya adalah nyawa. Kemudian, jika Abdullah

bin Abu Bakar tidak melaksanakan tugasnya, tidak memberitahukan Nabi bahwa

mereka yang mengejar Nabi sudah kelelahan dan tidak menemukan jejak Nabi,

mungkin Nabi tidak berangkat melanjutkan perjalanan hijrah. Kalau Asma tidak

berangkat mengantar makanan, kalau Amir bin Tahirah tidak menghapus jejak,

mungkin peristiwa hijrah akan gagal.122

Kelima, pengorbanan. Ketika Rasulullah Saw. menyampaikan kepada Abu

Bakar bahwa Allah memerintahkannya untuk berhijrah, dan mengajak sahabatnya itu

untuk berhijrah bersama, Abu Bakar menangis kegirangan. Dan, seketika itu juga ia

membeli dua ekor unta dan menyerahkannya kepada Rasulullah untuk memilih yang

dikehendakinya.123

Terjadi dialog berikut:

“Aku tidak mengendarai unta yang bukan milikku.”

“Unta ini kuserahkan untukmu.”

“Baiklah, tapi aku akan membayar harganya.”

122

Bustami Ibrahim, “Memaknai Momentum Hijrah”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol.10, No.2

(2016), 70. 123

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: PT Mizan, 2007), 544.

Page 78: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

65

Setelah Abu Bakar bersikeras agar unta itu diterima sebagai hadiah, namun

Nabi Saw. tetap menolak, Abu Bakar akhirnya setuju untuk menjualnya. Mengapa

Nabi Saw. bersikeras untuk membelinya? Bukankah Abu Bakar sahabat beliau? Dan,

bukankah sebelum ini dan sesudahnya Nabi Saw. selalu menerima hadiah dan

pemberian Abu Bakar? Di sini terdapat suatu pelajaran yang sangat berharga.

Rasulullah Saw. ingin mengajarkan bahwa untuk mencapai suatu usaha besar,

dibutuhkan pengorbanan maksimal dari setiap orang. Beliau bermaksud berhijrah

dengan segala daya yang dimilikinya, tenaga, pikiran dan materi, bahkan dengan jiwa

dan raga beliau. Dengan membayar harga unta itu, Nabi Saw. mengajarkan kepada

Abu Bakar dan kepada kita bahwa dalam mengabdi kepada Allah, jangan megabai

sedikit kemampuan pun, selama kita masih memiliki kemampuan itu. 124

Sebagaimana

dalam firman Allah:

“Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu)”. (QS. Al-Alaq:

8).125

Keenam, tawakkal dan usaha. Ketika Rasulullah bersama Abu Bakar

bersembunyi di suatu gua yang dikenal dengan gua tsur dan para pengejar mereka

telah berdiri di mulut gua tersebut, Abu Bakar sangat gusar dan gemetar. Rasulullah

menenangkannya sambil berkata: “jangan kuatir dan jangan bersedih. Sesungguhnya

Allah bersama kita.” Keadaan itu bertolak belakang dengan apa yang kemudian

terjadi dalam peperangan Badar, sekitar satu setengah tahun sesudah peristiwa hijrah

ini. Ketika itu, yang gusar dan khawatir adalah Nabi Muhammad, sedang Abu Bakar

yang menenangkan beliau.

124

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: PT Mizan, 2007), 546. 125

Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 597.

Page 79: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Gambaran umum tentang hijrah. Hijrah memiliki banyak arti namun secara

keseluruhan dapat disimpulkan bahwa hijrah ialah berpindah dari satu tempat ke

tempat lain dengan tujuan untuk menyelamatkan diri, agama dari kejahatan

orang-orang kafir yang menyiksa dan mengharap rahmat Allah.

Bentuk hijrah ada dua yaitu, hijrah dengan jasmani dan hijrah dengan rohani.

a. Hijrah dengan jasmani adalah Jika dilihat dalam aspek sejarah Islam Hijrah

dalam biasanya dihubungkan dengan kepindahan Nabi Muhammad Saw. dari

Makkah ke Madinah. Dalam hubungan ini, hijrah berarti berkorban karena Allah

SWT. yaitu memutuskan hubungan dengan yang paling dekat dan dicintai demi

tegaknya kebenaran dengan jalan berpindah dari kampung halaman ke negeri

lain. Hijrah seperti ini telah menjadi pusaka para Rasul sebelum Nabi

Muhammad Saw. dan terbukti telah menjadi prelude (babak pendahuluan) bagi

kebangkitan perjuangan.

b. Hijrah dengan rohani adalah lebih kepada perubahan sikap, mengikuti kajian-

kajian agama, gaya hidup dan tata cara berpakaian sesuai syariat Islam. Genarasi

milenial berhijrah di konotasikan dengan bertaubat dan cenderung dengan

perubahan sikap perubahan fashion seperti memakai gamis, celana cingkrang,

memanjangkan jenggot, cadar dan simbol keagamaan sebagai wujud ketaqwaan

bagi mereka untuk berhijrah.

Hijrah menurut beberapa mufassir yaitu:

Page 80: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

67

a) Menurut tafsir Ibnu Katsir dan tafsir jalalain hijrah adalah berpindah dari satu

tempat ke tempa lain. Meninggalkan kampung halaman, sanak keluarga, harta

benda dengan tujuan untuk mendapat ridha Allah dan menyelamatkan akidah

dan iman.

b) Menurut tafsir Al-Misbah hijrah adalah meninggalkan suatu tempat atau

keadaan yang didorong oleh karena ketidak senangan terhadap tempat atau

keadaan itu menuju ketempat atau keadaan lain guna meraih yang baik atau

yang lebih baik. Menurut beliau kata hijrah terambil dari kata ha-ja-ra yang

digunakan untuk menggambarkan sikap meninggalkan sesuatu karena karena

benci kepadanya.

c) Menurut tafsir Fi Zulalil Qur’an hijrah adalah Syarat hijrah ini tetap berlaku

hingga terjadinya fathu Makkah (pembebasan kota Makkah) ketika seluruh

tanah Arab telah dekat kepada Islam dan kepemimpinan Islam, dan manusia

telah terorganisir di dalam masyarakat Islam. Maka tidak ada lagi hijrah

setelah fathu Makkah, dan yang ada hanya tinggal jihad dan amal,

sebagaimana di sabdakan Rasulullah Saw.. Akan tetapi, hal itu hanya terjadi

dalam perjalanan Islam yang pertama yang mengatur dunia selama hampir

seribu dua ratus tahun, yang selama itu hukum syariat Islam terus

diberlakukan, dan kepemimpinan Islam terus ditegakkan di atas syariat dan

kekuasaan Allah.

B. Saran Peneliti

Dalam hal ini, peneliti akan mengemukakan beberapa saran yaitu:

1. Al-Qur’an haruslah dijadikan sumber rujukan dari segala sumber rujukan

kebutuhan manusia. Oleh karena itu hendaknya Al-Qur’an tersebut selalu

dipelaari, digali dan diaktualisasikan, makna-makna yang terkandung di

dalamnya sehingga dapat menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

2. Hendaknya kita selalu beriman kepada Allah, dan begitu pula dengan akhirat.

Meskipun Rasulullah sudah tidak ada namun semangat hijrah haruslah

Page 81: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

68

senantiasa selalu ada di dalam diri kita karena dengan berhijrah dapat

mengubah perilaku atau sifat-sifat kita yang kurang baik menjadi lebih baik.

C. Rekomendasi penelitian

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka peneliti merekomendasikan

bahwa, bagi umat Islam yang hendak melakukan hijrah hendaknya memahami betul

mengenai penyebab ataupun faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya perintah

hijrah sehingga memberikan dorongan kepada pelaku hijrah untuk mengetahui segala

bentuk sikap ketika ingin berhijrah.

Selain itu, ketika masalah hijrah terjadi seperti, perubahan sikap ketika

berhijrah, maka pelaku hijrah harus menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan

tuntunan Al-Quran seperti yang telah dijelaskan di atas bukan malah sebaliknya,

sehingga tidak bertindak semena-mena, serta tidak hanya mengikuti tren

perkembangan zaman semata melainkan mengetahui apa tujuan dan makna dari

hijrah tersebut.

Page 82: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

69

DAFTAR PUSTAKA

Karya Ilmiah

Al-Afahani, Husain bin Muhammad bin Fadhol abu Qosim. Mu’jam Mufrodat Al-

fazil Qur’an, Bairud: Darul Faqir, 2009.

Al-Baqi, ‘abd Fu’ad Muhammad. Mu’jam Mufahras li Alfaz Al-Qur’an. Bairut: Dar

al-Fikr, 1992.

Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il. Al-Jami’ al-Sahih: Al-Musnad min Hadits

Rasulullah, Kairo: Al-Matba’ah al-Salafiyyah wa Maktabatuha, 1982.

Al-Buthy, Muhammad Sa’ad Ramadhan. Sirah Nabawiyah, Jakarta: Robbani Press,

2006.

Al-Muafiri, Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam. Sirah Nabawiyah Ibnu

Hisyam, Jakarta: Darul Falah, 2004.

Al-Mahalli, Imam Jalaludin dan Imam Jalaluddin As-Suyuti. Tafsir jalalain,

Surabaya:Darul Ulum, 2003.

Al-Maraghi, Muhammad Musthafa . Tafsir Al-Maraghi, Jilid 2, Mesir: Mustafa Al-

Babi Al-Halabi, 1946.

Al-Khatib, Muhammad Abdullah. Makna Hijrah Dulu dan Sekarang . Jakatra: Gema

Insani, 1995.

Al-Khalidi, Shalah Abdul Fattah. al-Tafsiri al-Maudhu’I baina al-Nazhariyyah wa

al-Tathbiq, al-Ardan: Dar al-Nafais, 1997.

Al-Khurarani, Abu Abd al-Rahman Ahmad ibn Su’aib ibn Ali. al-Sunan al-Nasa’I,

Vol 8, Bab. Shofatul al-Muslim, no. Indeks 4496. Khulub: Maktabah al-

Matbua’ts al-Islamiyah, 1986.

Page 83: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

70

Al-Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an, diterjemahkan dari bahasa Arab

oleh Mudzakir AS. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011.

Al-Syaibani, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Musnad al-Imam Ahmad bin

Hanbal, Birut: Mu’assasah al-Risalah, 1999.

Al-Walidah, Iffah. “Tabayyun di Era Generasi Milenial”, Jurnal Living Hadis, Vol. 2,

No. 1. 2017.

Amanah, St. Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang: CV. ASY SYIFA’,

1993.

Asyur, Muhammad Thahir Ibnu. Tafsir at-Tahrir wa Tanwir, Daarut Tunisiyah.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van

Hoeve, 2001.

Fachruddin. Ensiklopedia Al-Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

Fajriah, Suci Wahyu. “Hijrah Islam Milenial Berdasarkan Paradigma Berorientasi

Identitas”, Jurna Sosioglobal , Vol. 3, No. 2. 2019.

Gaffar, Abd. Thagut Modern dalam Perspektif Al-Qur’an, Yogyakarta: Depok, 2014.

Ghazali, Muhammad. Tafsir Tematik Dalam Al-Qur’an, Jakarta:Gaya Media Pratama

,2005.

Haekal, Muhammad Husain. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera Antar Nusa,

2009.

Ibrahim, Busthomi, “Memaknai Momentum Hijrah“ jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol.

10 No. 2. 2016

Jazuli, Ahzami Samiun Jazuli. Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an. Jakarta : Gema

Insani, 2006.

Katsir, Ibnu. Tafsir Ibnu Katsir, Surabaya: PT Bina Ilmu, 2004.

Page 84: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

71

Mabruroh, Siti. “Hijrah Menurut Al-Tabari dalam Kitab Tafsir Jami’ Al-Bayan ‘An

Ta’wil Al-Qur’an” skripsi, Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan

Kalijaga, 2003.

Munawwir, warson Achmad dan Muhammad Fairuz. Al-Munawwir. Surabaya:

Pustaka Progressif , 2007.

Murni. “Konsep Hijrah dalam Perspektif Al-Qur’an Stusi Terhadap Pandangan Prof.

Dr. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah” skripsi, Makasar: Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin, 2013.

Musahadah, Zahrina Sanni dan Sulis Triyono. “Fenomena Hijrah di Indonesia:

Konten Persuasif dalam Instagram”, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran,

Vol.12, No.2. 2019.

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

2007.

Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zulalil Qur’an. Madinah: Daru As-Syuruq, 1974.

Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an, Jakarta: PT Mizan, 2007.

Shihab, M. Quraish. tafsir Al-Misbah, Tanggerang: Lentara Hati, 2007.

Shihab, M. Quraish. Kaidah tafsir. Tanggerang: Lentara Hati,2013.

Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014.

Tim Penerjemah dan Tafsir Al-Qur’an. Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta:

Depertemen Agama RI, 1985.

Tim Kashiko. Kamus Al-Munir, Surabaya: Kashiko, 2000.

Page 85: HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

72

CURICULUM VITAE

Foto

Informasi Diri

Nurul Hayat dilahirkan di Kampung Dalam, kecamatan Batang Asai,

kabupaten Sarolangun, Profinsi Jambi pada tanggal 24 September 1995. Putri dari M

Syakri dan Samaratul Jannah. Pendidikan dasarnya ditempuh di SD 150 Kampung

Dalam (2003-2008).

Riwayat Pendidikan

Nurul Hayat menempuh Pendidikan dasarnya di SD 150 Kampung Dalam

(2002-2008). Pendidikan sekolah menengahnya pertama di pondok pesantren Al-

Jauharen Tanjung Tohor tepatnya jambi seberang (2008-2011). Pendidikan sekolah

menengah di pondok pesantren Musthafawiyah Purba Baru (2013-2016). Dan

memperoleh Sarjana Agama dari Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin

Jambi pada 2020.