KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

117
KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (KAJIAN TAFSIR SURAT AL-NAHL AYAT 43-44 DAN SURAT AR-RAHMAN AYAT 1-4 ) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd) ( Oleh Rahayu Mulyawati 1112011000094 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Page 1: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

(KAJIAN TAFSIR SURAT AL-NAHL AYAT 43-44 DAN SURAT

AR-RAHMAN AYAT 1-4 )

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)

(

Oleh

Rahayu Mulyawati

1112011000094

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Page 3: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Page 4: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Page 5: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

i

ABSTRAK

RAHAYU MULYAWATI (1112011000094), “Kompetensi Guru Dalam Perspektif Al-

Qur’an (Kajian Tafsir Surat Ar-Rahman ayat 1-4 dan Surat An-Nahl ayat 43-44)”. Skripsi

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini membahas mengenai Kompetensi Guru Menurut Perspektif Al-Qur’an Kajian

TafsirSurat Al-Nahl ayat 43-44 dan Surat Ar-Rahman Ayat 1-4 : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kompetensi guru yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-Rahman

ayat 1-4 dan untuk mengetahui bagaimana implementasinya dalam dunia pendidikan. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research), melalui

jenis penelitian kualitatif, serta melalui metode penafsiran tahlili, dengan analisis deskriptif dari

data yang dihasilkan melalui kajian kitab-kitab dan referensi yang mendukung.

Hasil dari penulisan skripsi ini adalah Kompetensi yang harus dimiliki guru menurut al-

Qur’an surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-Rahman ayat 1-4 adalah memiliki sifat kasih

sayang, lemah lembut, mempunyai wawasan yang tinggi, mempunyai inovasi dalam mengajar,

memiliki kemampuan karya tulis guna mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan

berkomunikasi dengan orang lain. Adapun Kompetensi Guru dalam Surat al-Nahl ayat 43-44 dan

surat ar-Rahman ayat 1-4 yakni:

Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Kompetensi Kepribadian, dan Kompetensi

Sosial.

Kata kunci: Kompetensi Guru : Surat Al-Nahl ayat 43-44: Surat Ar-Rahman ayat 1-4

Page 6: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

ii

KATA PENGANTAR

حِيْمِ الرَّ حْمَنِ الرَّ الله بِسمِ

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah

Swt, atas berkat nikmat, rahmat serta hidayah-Nya yang telah memberikan penulis

inspirasi, kecerahan dalam berpikir serta kemudahan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah

kepada baginda alam, pemegang panji islam, nabi besar Muhammad Saw, yang telah

membawa kegelapan menuju cahaya kebenaran, semoga kita dapati syafa’atnya di

hari kiamat nanti.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak, sehingga penulis terbantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya

dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia

memberikan bimbingan, arahan, masukan, dan saran kepada penulis selama

menyelesaikan skripsi ini.

6. Dr. Muhammad Dahlan, M.Hum, Dosen Pembimbing Akademik yang selalu

memberikan motivasi.

Page 7: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

iii

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah

memberikan ilmu yang berguna bagi diri pribadi selama perkuliahan.

8. Untuk Ibuku Bunda Turinem, engkau selamanya perempuan yang paling aku

hormati dan engkaulah yang membuat semua cita-citaku ini akan menjadi

kenyataan, dari air matamulah aku belajar jadi orang yang lebih giat lagi dalam

menyelesaikan skripsi ini. Serta Ayahanda Admin yang selalu memberikan cinta

kasih dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta Kakak Adit Prasetyo

dan Adik Raihan Ali serta Haqqi Husaini terimakasih atas motivasi dan doanya

untuk penulis semoga selalu dalam kasih sayang dan rahmat Allah Swt.

9. Teristimewa untuk Muhammad Firdaus, terimakasih atas segala bantuan,doa dan

support yang telah diberikan kepada penulis.

10. Terima kasih buat sahabat setia terkasih dan tersayang, seperjuangan yang

menginspirasi Febi Yustianingsih, Putri Amelia, Intan Rabiatul Adawiyah,

Susylowaty, Ranti Tri Kandita, Muhammad Taufik Hidayatullah yang bersedia

menemani dalam suka maupun duka.

11. Rena Qurota’Ayun, Syifa Syarifah, Syifa Fauziah, Rini Fadhillah, yang selalu

membantu penulis dalam mengajarkan penelitian ini dan memotivasi penuis agar

selalu tetap semangat mengerjakan skripsi ini.

12. Terima kasih pula kepada keluarga besar Perpustakaan Umum dan Perpustakaan

Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta Pusat Studi Al-Quran yang telah

menyediakan referensi yang dibutuhkan kepada penulis.

13. Keluarga besar SDN Limo 1 Ibu muniroh, Ibu Zulfah, Ibu Indah, Ibu Euis, Ibu

Tuti dan Ibu Puji yang selalu membuat hari-hari penulis berwarna dan memberi

nilai kehidupan memahami satu sama lain.

14. Keluarga besar Aktivitas Remaja Islam (ARISDA) yang telah membantu dan

mendoakan penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

15. Seluruh teman-teman PAI KANCA C semoga ikatan kebersamaan kita selalu

terikat erat.

16. Teman-teman PAI angkatan 2012 yang tidak bisa penulis sebut satu per satu.

Page 8: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

iv

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, mereka yang telah berkonstribusi

langsung maupun tidak, sedikit ataupun banyak dalam proses penyusunan skripsi ini,

tiada kata yang paling indah dan layak selain ucapan terima kasih, semoga semua

amal baik mereka bernilai ibadah dan dibalas oleh Allah Swt. Harapan penulis

semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya bagi

pembaca lainnya.

Jakarta, Februari 2017

Penulis

Rahayu Mulyawati

Page 9: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini

berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Konsonan Tunggal

No. Huruf Arab Huruf Latin No. Huruf Arab Huruf Latin

1 Tidak

dilambangka

n

16 ţ

2 b 17 ť

3 t 18 ‘

4 19 g

5 j 20 f

6 H 21 q

7 kh 22 k

8 d 23 l

9 ž 24 m

10 r 25 n

11 z 26 w

12 s 27 h

13 sy 28 ‘

14 Ş 29 y

15 đ 30 h

2. Vokal Tunggal

Tanda Huruf latin

A

I

U

Page 10: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

vi

3. Vokal Rangkap

Tanda dan Huruf Huruf Latin

Ai

Au

4. M dd

Harakat dan Huruf Huruf Latin Â

Î

Û

5. T ’ Marbuţah

T Marbuţah hidup transliterasinya adalah /t/.

T Marbuţah mati transliterasinya adalah /h/.

Jika pada suatu kaya yang akhir katanya T ’ Marbuţah diikuti oleh kaya

sandang al, serta kata kedua itu terpisah maka T ’ Marbuţah itu

ditranslitrasikan dengan /h/.

Contoh:

= hadiqat al-hayaw n t atau hadiqatul hayaw n t

= al-madrasat al-ibtid ’iyy h atau al-madrasatul

ibtid ’iyy h

6. Syaddah (Tasyd d)

Syaddah/tasyd d ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf

yang diberi tanda syaddah (digandakan).

Ditulis ‘allama

Ditulis yukarriru

Page 11: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

vii

7. Kata sandang

a. Kata sandang diikuti oleh huruf huruf syamsiyah ditransliterasikan

dengan huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata

sambung/hubung.

Contoh:

= asy-syamsu

b. Kata sandang yang diikuti huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya.

Contoh:

= al-qamaru

8. Penulisan Hamzah

a. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan sesuai

dan seperti alif.

Contoh:

= akaltu = tiya

b. Bila di tengah dan di akhir, ditranliterasikan dengan aprostof.

Contoh:

= ta’kul na = syai’un

9. Huruf Kapital

Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata

sandangnya.

Contoh:

= al-Qur n

= al-Mad natul Munawwarah

Page 12: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

TRANSLITERASI ARAB- LATIN ..............................................................v

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................6

C. Pembatasan Masalah ...................................................................6

D. Perumusan Masalah ....................................................................7

E. Tujuan Penelitian.. ......................................................................7

F. Manfaat Penelitian ......................................................................7

BAB II: KAJIAN TEORI

A. Pengertian Kompetensi Guru......................................................9

B. Macam-Macam Kompetensi Guru ...........................................11

C. Usaha Peningkatan Kompetensi Guru ......................................16

D. Karakteristik Kompetensi Guru ................................................18

E. Manfaat Kompetensi Guru .......................................................21

F. Hasil Penelitian Relevan ...........................................................22

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian....................................................24

B. Metode Penelitian.................................................................... 24

C. Prosedur Penelitian.................................................................. 26

D. Teknik Analisi Data ................................................................ 26

Page 13: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

ix

BAB IV: KOMPETENSI GURU DALAM SURAT AR-RAHMAN AYAT

1-4 DAN SURAT AL-NAHL AYAT 43-44

A. Surat Al-Nahl ayat 43-44

1. Teks dan Terjemahan Surat Al-Nahl ayat 43-44 ................29

2. Penjelasan kata …………………………………………..29

3. Asbabunnuzul ayat 43-44 Surat Al-Nahl .............................. 30

4. Tafsir Surat Al-Nahl ayat 43-44 .........................................30

5. Kompetensi Guru Dalam Surat Al-Nahl ayat 43-44 ..........42

B. Surat Ar-Rahman ayat 1-4

1. Teks dan Terjemahan Surat Ar-Rahman ayat 1-4 ............. 47

2. Asbabunnuzul ayat 1-4 Surat Ar-Rahman ..........................47

3. Tafsir Surat Ar-Rahman ayat 1-4 .......................................47

4. Kompetensi Guru Dalam Surat Ar-Rahman ayat 1-4 .........57

C. Analisis Temuan Dan Implementasi Dalam Dunia Pendidikan

BAB V: PENUTUPAN

A. Kesimpulan ............................................................................... 85

B. Implikasi ................................................................................... 86

C. Saran .................................................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................88

Page 14: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam

mendidik, mengajar, membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah

orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu

menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya

dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.1

Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang

memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh

sembarang orang diluar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih

terdapar hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan. Untuk seorang guru perlu

mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat

melaksanakan tugasnya secara profesional.

Lebih luas lagi Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonseia memiliki

semboyan yang snenatiasa melekat pada diri seorang guru. Semboyan itu ada pada

simbol pendidikan, yang berbunyi: “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun

karsa, tut wuri handayani”. Ing ngarsa sung tulada artinya, di depan menjadi

panutan. Guru diharapkan mampu menjadi contoh dan diikuti oleh orang lain,

terutama oleh muridya. Dalam bahasa jawa seorang guru itu “digugu dan ditiru”.

Segala ucapan dan perbuatnya selalu didengar dan dijadikan sebagai contoh. Ing

madya mangun karsa, artinya, di tengah menjadi mediator. Guru diharapkan

mampu menajdi mediator agar siswa mau berkarya. Guru tidak hanya memberi,

tetapi mampu memfasilitasi agar anak mau memaksimalkan potensi yang telah

dimiliki. Tut wuri handayani, artinya, di belakang memberikan dorongan. Guru

diharapkan mampu memberikan dorongan atau motivasi agar anak terus

1 Hamzah B Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Refomasi Pendidikan di

Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)Cet,V, h. 15

Page 15: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

2

mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Mendorong siswa agar selalu

melakukan hal-hal yang membawa manfaat, buat dirinya maupun orang lain.2

Dalam hal ini, Abuddin Nata mengatakan ada tiga syarat khusus untuk

profesi seorang pendidik, yaitu:

1. Seorang guru yang professional harus menguasai bidang ilmu pengetahuan

yang akan diajarkannya dengan baik.

2. Seorang guru yang professional harus memiliki kemampuan

menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang dimilikinya (transfer of

knowledge)

3. Seorang guru professional harus berpegang teguh kepada kode etik

profesi.3

Adapun di dalam pendidikan Islam. Sejarah mencatat, bahwa Rasulullah

termasuk guru yang paling sukses dalam melaksanakan tugasnya. M. Fathullah

Gulen mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw. Adalah manusia sempurna,

lengkap dan saleh. Dia berhasil mengubah orang liar dan buta huruf menjadi

tentara yang suci yang diberkahi, pendidik yang termasyhur, paglima yang tak

terkalahkan, negarawan yang terkemuka, dan pendiri peradaban yang paling luar

biasa dalam sejarah.4

Sejalan dengan itu, Abd al-Rahman Azzam mengatakan bahwa Nabi

Muhammad saw. Adalah warga pertama dan sekaligus guru dan pembimbing

masyarakat. Kehidupan hingga saat terakhirnya merupakan suatu catatan sejarah

yang sara dengan kenangan. Perkembangan kepribadian, kepercayaan dan

masyaraktnya merupakan sebuah drama kemanusiaan yang paling tinggi nilainya,

sebuah drama yang tidak saja disaksikan oleh orang-orang pada zamanya,

melainkan juga manusia belahan bumi yang lain setelah zamanya. Posisi Nabi

Muhammad saw yang demikian itu terkait erat dengan perananya sebagai Nabi

yang berhasil melaksanakan fungsi sebagai pembimbing, pendidik, dan guru yang

ideal.5

2 Najib Sulhah, Karakter Guru Masa Depan (Sukses dan Bermartabat), (Surabaya: PT Jepe

Press Media Utama, 2011), cet ke-1, hal. 6 3 Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 7

4 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Prespektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

cet ke-1, hal 307-308.

5 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Prespektif Al-Qur’an, Ibid. Hal 309-310.

Page 16: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

3

Berdasarkan hal tersebut, seorang guru perlu menerapkan syarat-syarat

tersebut, selain itu seorang guru professional harus memiliki beberapa kompetensi

yang dipersyaratkan sebagai seorang guru. Kompetensi tersebut ditunjukan dalam

bentuk unjuk kerja yang dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya mencapai

suatu tujuan.

Diantara kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah pengendali

dan pengaruh proses, serta pembimbing ke arah perkembangan dan pertumbuhan

manusia didik bagi kehidupannya dimasa depan. Dan pendidik harus memahami

dan pandai menggunakan berbagai macam metode yang berdaya guna dalam

proses kependidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan

mereka yang bersifat kognitif, konatif (kemauan) dan emosional atau afektif serta

psikomotorik manusia didik dalam rangka fitrah masing-masing.6

Selanjutnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun

2005 tentang guru dan dosen, Bab IV telah dijelaskan tentang kompetensi guru,

pasal 10 berbunyi:

1. Bahwa kompetensi guru yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan pofesi.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimakud

pada ayat (1) diatur dengan peraturan Pemerintah.7

Dan penjelasan dari pasal 10 ayat (1) bahwa yang dimaksud dengan

kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.

Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian

yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta

didik. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk

berkomunikasi berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama

guru, orang tua wali murid dan masyarakat sekitar. Yang dimaksud dengan

kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran

6 Sardiman A.M, Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2001),h. 161 7 Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI NO.14 Tahun

2005), (Jakarta, Sinar Grafika, 2009)Cet 2, h. 9

Page 17: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

4

secara luas dan mendalam. Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru

diatur dalam peraturan pemerintah.8

Jabatan guru telah hadir cukup lama di negara kita ini, meskipun

hakikatnya, fungsi, latar tugas, dam kedudukan sosiologisnya telah banyak

mengalami perubahan. Bahkan, ada yang secara lugas mengatakan bahwa sosok

guru telah berubah dari tokoh yang digugu dan ditiru, dipercaya dan dijadikan

panutan, diteladani, agaknya menurun dari tradisi latar padepokan menjadi oknum

yang wagu lan kuru. 9

Profesi guru saat ini masih banyak dibicarakan orang, baik dikalangan

pakar pendidikan maupun diluar pakar pendidikan. Bahkan selama beberapa tahun

ini banyak media baik cetak maupun elektronik yang memberitakan tetang guru.

Namun ironisnya berita-berita tersebut banyak yang melecehkan posisi guru, baik

yang sifatnya umum maupun yang sifatnya pribadi.

Faktor lain yang mengakibatkan rendahnya pengakuan masyarakat

terhadap profesi guru yakni kelemahan yang terdapat pada guru itu sendiri, seperti

rendahnya tingkat kompetensi profesionalisme mereka, penguasaan guru terhadap

materi, dan metode pengajaran yang masih dibawah standar. Ditambah sikap guru

yang kejam terhadap murid yang seharusnya tidak layak dilakukan oleh seorang

yang berprofesi sebagai guru. Seperti halnya yang terjadi di Palembang, seorang

guru SMP menganiaya muridnya dengan cara memukul pundak dan kepala

sampai berkali-kali, hal tersebut dikarenakan murid tersebut membuat kegaduhan

dikelas.10

Penulis mendapati kembali satu kasus di lapangan yang mencerminkan

oknum guru ini tidak patut disebut sebagai guru yang dapat digugu dan ditiru.

Dimana kasus ini terjadi di kecamatan Pauh, kota Padang pada Rabu, 18 Mei

2016. Diberitakan oleh KataSumber.com, dia menggambarkan “Diduga Lakukan

Pelecehan Seksusal Terhadap Murid, Oknum Guru SD di Padang Ngaku Karena

8 Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI NO.14 Tahun 2005),

(Jakarta, Sinar Grafika, 2009)Cet 2, h. 9 9 Syafruddin Nurdin & M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi

Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002)h. 1 10

www.Sindonews.com, Senin 16-05-16, 10.30 WIB

Page 18: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

5

Sayang”. Dalam hal ini kapolsek Pauh, Kompol Wirman mengatakan, oknum

guru berinisia (N) ditangkap oleh aparat kepolisian karena diduga telah

mekalukan pelecehan seksual terhadap lima orang muridnya. Kelima muridnya

berinisial (S, F, T, R, dan ,Y), kelima korban itu mengaku bahwa mereka dipeluk

dan dicium oleh guru olahraganya. Kompol Wirman menambahkan bahwa oknum

guru olahraga berusia 54 tahun tersebut telah melakukan hal tersebut selama dua

tahun. Akibat perbuatannya oknum guru tersebut diancam hukuman minimal 5

tahun dan maksimal 15 tahun, karena melanggar pasal Undang-Undang No. 23

tahun 2002 tentang Perlingdungan Anak.11

Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi

ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, pengetahuan itu didapat

dari belajar dan mengajar, yang menjadi subjeknya adalah guru sebagai pengajar

dan guru yang baik adalah guru yang menjadikan al-Qur’an sebagai pedomannya.

Allah menurunkan al-Qur’an untuk menjadi bahan yang harus dipelajari

dan diamalkan oleh manusia. Jika seseorang banyak belajar untuk mempelajari isi

kandungan al-Qur’an, maka aktivitas yang dilakukannyapun akan sejalan dengan

ajaran al-Qur’an. Oleh karena itu, pentingnya proses belajar menjadi modal dasar

dalam upaya meningkatkan derajat manusia.

Sejarah penafsiran al-Qur’an dimulai dengan penafsiran ayat-ayatnya

sesuai dengan hadis-hadis Rasulullah atau pendapat para sahabat. Penafsiran

demikian kemudian berkembang sehingga tidak disadari bercampurlah hadis-

hadis shahih dengan isroiliyyat (kisah-kisah yang bersumber dari ahli kitab yang

umumnya tdak sejalan dengan kesucian agama atau akal sehat), ini

mengakibatkan sebagian ulama menolak penafsiran yang menggambarkan

pendapat-pendapat penulisnya, atau menyatukan pendapat-pendapat tersebut

dengan hadis-hadis atau pendapat-pendapat sahabat yang dianggap benar.

Kompetensi seorang guru atau pendidik dalam melaksanakan tugas

mendidik harus sesuai dengan pengalaman dan keterampilan yang dimilikinya dan

11

www.Katasumber.com /diduga-lakukan-pelecehan-seksual-terhadap-murid-oknum-guru-sd-dipadang-ngaku-karena-sayang/

Page 19: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

6

harus disertakan dengan perilaku rasional yang dapat dipertanggung jawabkan

serta layak sebagai bagian dari seorang guru.

Kemudian jika macam-macam kompetensi tersebut dilihat dari sudut

pandang al-Qur’an yang menjadi salah satu sumber ilmu pengetahuan dan yang

telah banyak memberikan inspirasi edukatif, dengan cara mengadopsi konsep-

konsep al-Qur’an tentang kependidikan, misalnya ayat-ayat yang menjelaskan

tentang kompetensi guru.

Berdasarkan pemikiran tersebut penulis terinspirasi menumpahkan dalam

sebuah karya ilmiah yang berjudul “Kompetensi Guru Dalam Perspektif Al-

Qur’an (Kajian Tafsir Surat An-Nahl ayat 43-44 dan Ar-Rahman ayat 1-4)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasi

masalah yang berkaitan dengan judul yang akan dibahas dalam skripsi ini,

diantaranya yaitu:

1. Banyak guru yang belum memiliki kompetensi guru yang telah disebutkan

UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen.

2. Banyaknya guru yang masih mengajar menggunkan metode konvensional.

3. Adanya guru yang melanggar kode etik guru, seperti guru yang melakukan

kekerasan terhadap muridnya.

4. Adanya tindak asusila yang dilakukan oleh satu oknum guru.

5. Banyak ayat-ayat yang berbicara tentang kompetensi guru.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat serta menghindari

meluasnya pembahasan dalam penelitian ini, dan dengan adanya identifikasi

masalah di atas, penulis akan membatasi beberapa hal yang berkatian dengan

masalah, yaitu:

1. Yang dimaksud dengan tafsir surat al-Nahl ayat 43-44 dan ar-Rahman ayat 1-

4 adalah penjelasan tentang kandungan makna surat al- Nahl ayat 43-44 dan

Page 20: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

7

ar-Rahman ayat 1-4 yang ada dalam kitab al-Qur’an dan tafsirnya,Tafsir

Tarbawi, Tafsir al-Maraghi, Tafsir al-Misbah, Tafsir al-Qurthubi, Tafsir al-

Azhar dan Tafsir Nurul Qur’an.

2. Yang dimaksud dengan kompetensi guru adalah meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi

professional, didalam surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-Rahman ayat 1-4.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah yang telah dipaparkan, maka penulis

merumuskan masalah yaitu, Apa saja kompetensi guru menurut pandangan Al-

Qur’an dalam surat Al-Nahl ayat 43-44 dan surat Ar-Rahman ayat 1-4? dan

Bagaimana implementasinya dalam dunia pendidikan?

E. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kompetensi guru yang terdapat dalam al-Qur’an surat

al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-Rahman ayat 1-4

2. Untuk mengetahui bagaimana implementasinya dalam dunia pendidikan.

F. Manfaat Penelitian

Setelah mengetahui tujuan tersebut di atas, maka diharapkan penelitian ini

dapat dikembangkan dan diamalkan. Baik secara teoritis maupun secara praktis,

dengan itu maka manfaat penelitian ini memiliki dua unsur penting, diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan pertimbangan terhadap guru agar meningkatkan mutu

pengajarannya dengan menanamkan kompetensi yang ada pada dirinya

dengan ajaran al-Qur’an di dalam surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-

Rahman ayat 1-4.

b. Menambah khazanah keilmuan pada bidang tafsir, serta membuka

kemungkinan adanya penelitian lebih lanjut dan peninjauan kembali dari

hasil penelitian ini.

Page 21: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

8

2. Manfaat Praktis

a. Memberi sumbangsih pemikiran terkait konsep dan teori tentang subjek

pendidikan dalam al-Qur`ân, serta menambah khazanah kepustakaan

dalam meneliti dan memahami al-Qur’an sebagai petunjuk.

b. Mengetahui bagaimana pandangan al-Qur`ân terhadap guru.

c. Bahan upaya pengembangan diri penulis maupun bagi orang yang

memerlukan

d. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu

(S-1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 22: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Acuan Teori

1. Pengertian Kompetensi Guru

Kompetensi dalam bahasa Inggris adalah competency atau competence

yang berarti “kemampuan, wewenang, atau kecalapan”.1

Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dikutip oleh Akmal

Hawi, kompetensi adalah keweangan (kekuasaan) untuk menentukan

(memutuskan) sesuatu. Jika kompetensi berarti kemampuan atau kecakapan,

maka hal ini erat kaitannya dengan pemilikan pengetahuan, kecakapan, atau

keterampilan guru. 2

Makna kompetensi dinyatakan sebagai perangkat tindakan cerdas yang

penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap

mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang tertentu,

di dalam pembelajaran kompetensi merupakan kemampuan dasar serta sikap

dan nilai penting yang dimiliki siswa yang telah mengalami pendidikan dan

latihan sebagai pengalaman belajar yang dilakukan secara berkesinambungan.

Istilah kompetensi memiliki banyak pengertian dikemukakan sebagai berikut:

a. Menurut Mc. Ashan sebagaimana dikutip oleh Akmal Hawi

”Competency is a knowledge, skill and abilities that a person

achieves, which become part of his or her being to the exent he or

she can satisfactorily perform, cognitif, afektif, psikomotor

behavior”. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang

telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan

perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-

1 Jhon M. Echokola, et. All, Kamus Inggris-Indonesia,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

1995)Cet. Ke-21,h. 132

2 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013)h. 1

Page 23: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

10

baiknya.3 Hal ini menjelaskan bahwa seseorang yang

berkompetensi bukan hanya berdasarkan ilmu pengetahuan yang

dimiliki dan ketarampilan serta melakukan pelatihan, tapi juga

membutuhkan aspek-aspek lain dalam individu yang akan menjadi

kekuatan yang baik.

b. Menurut Broke dan Stone yang dikutip oleh Akmal Hawi

“Competenci is descriptive of aucitativenature of teacher appears

to be entirely meaningful”. Kompetensi merupakan gambaran

hakikat kualitatif dan prilaku guru yang sangat berarti. 4

c. Menurut Syaiful Sagala “Kompetensi merupakan peleburan

pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu) dan keterampilan

(daya fisik), yang terwujud dalam satu perbuatan.5

d. Menurut UU No. 14 Tahun 2005, Pasal 1, Ayat 10, “Kompetensi

adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang

harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam

melakukan tugas keprofesionalan. 6

e. Menurut Abdul Mujib “Kompetensi adalah seperangkat tindakan

intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang

sebagai syarat unuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas

dalam bidang pekerjaan tertentu”. 7

f. Mengenai kompetensi guru agama, Zakiah Deradjat mengatakan

bahwa “kompetensi guru adalah kewenangan untuk menentukan

pendidikan agama yang diajarkan pada jenjang tertentu disekolah

tempat guru itu mengajar.8

3 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013)h. 3

4 Ibid, h. 3

5 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:

Alfabeta, 2013), h. 23

6 Ibid, h. 24

7 Pupuh Fathurrohmah dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui

Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), Cet.Ke-1, h. 44

8 Zakiah Daradjat ,Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah,(Jakarta: Ruhama, 1994),

Cet.Ke-1, h. 95

Page 24: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

11

g. Menurut E.Mulyasa “Kompetensi merupakan perpaduan antara

kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual

yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru,

yang mencakup penguasaan materi, pemahaman kepada peserta

didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan

profesionalisme.9

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi

adalah suatu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu

berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan diwujudkan

dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk melakukan profesi tertentu.

2. Macam-Macam Kompetensi Guru

Dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005. Macam-macam

kompetensi adalah:

a. Bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia

Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia serta

menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dalam mewujudkan

masyarakat maju, adil, makmur dan beradab berdasarkan pancasila dan

undang-undang dasar Negara Republik Indonesia.

b. Bahwa untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan

mutu dan relavansi, serta tata pemerintahan yang baik dan

akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai

dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu

dilakukan pemberdayaan dan peningkatan guru dan dosen secara

terencana, terarah dan berkesinambungan. Dalam PP No. 19 Tahun

2005 tentang standar Naional Pendidikan pasal 28 ayat 3 disebutkan

9 E.Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,(Bandung: PT Remaja

Rosdakarya,2007), h. 26

Page 25: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

12

bahwa seorang pendidik ataupun pengajar harus memiliki 4

kompetensi yaitu:

1) Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap

peserta didik, perancangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2) Kompetensi kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang

mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa menjadi teladan bagi

peserta didik, dan berakhlak mulia.

3) Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan

materi pembelajaran yang luas dan mendalam dapat

memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar

kompetensi yang ditetapkan dalam SNP.

4) Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian

dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara

efektof dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua

dan masyarakat sekitar.

Dalam dunia pendidikan, macam-macam kompetensi guru menurut

beberapa para ahli berbeda-beda. Menurut Muhibbin Syah sebagaimana yang

dikutip Pupuh Faturrohman dan M. Sobry membagi kompetensi menjadi

sepuluh bagian, yaitu:

a. Menguasai bahan, yang meliputi:

1) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah.

2) Menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi.

b. Mengelola program belajar mengajar, yang meliputi:

1) Merumuskan tujuan instruksional.

2) Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar

3) Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat.

4) Melaksanakan program belajar mengajar.

5) Mengenal kemampuan (entry behavior) anak didik.

6) Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial.

Page 26: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

13

c. Mengelola kelas, meliputi:

1) Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran

2) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.

d. Menggunakan media atau sumber belajar, yang meliputi:

1) Mengenal, memilih dan menggunakan media.

2) Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana.

3) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka

proses belajar mengajar.

4) Menggunakan micro-teaching unit dalam program pengalaman

lapangan.

e. Menguasai landasan-landasan kependidikan.

f. Mengelola interaksi belajar mengajar.

g. Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran.

h. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan

meliputi:

1) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan konseling

di sekolah.

2) Menyelenggarakan program layanan dan bimbingan disekolah.

i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah:

1) Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah.

2) Menyelenggarakan administrasi sekolah.

j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan

guna keperluan pengajaran. 10

Asian institute for Teacher Educators dalam Muhammad Ali yang

dikutip oleh Pupuh Faturrohman dan M. Sobry mengemukakan tentang

kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru ada tiga macam

kompetensi, yaitu:

a. Kompetensi pribadi, berisi kemampuan menampilkan mengenai:

1) Pengetahuan tentang adat istiadat (baik sosial maupun agama).

10 Pupuh Fathurrohmah dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui

Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), Cet. 1, h. 45

Page 27: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

14

2) Pengetahuan tentang budaya dan tradisi.

3) Pengetahuan tentang inti demokrasi.

4) Pengetahuan tentang estetika.

5) Apresiasi dan kesadaran sosial.

6) Sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan.

7) Setia kepada harkat dan martabat manusia.

b. Kompetensi mata pelajaran, yakni mempunyai pengetahuan yang memadai

tentang mata pelajaran yang dipegangnya.

c. Kompetensi profesional, mencakup kemampuan dalam hal:

1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis,

psikologis, dan sebagainya.

2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat

perkembangan dan perilaku anak.

3) Mampu menangani mata pelajaran yang ditugaskan kepadanya.

4) Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai.

5) Dapat menggunakan berbagai alat pengajaran dan fasilitas belajar

lain.

6) Dapat mengorganisasi dan melaksanakan program pengajaran.

7) Dapat mengevaluasi.

8) Dapat menumbuhkan kepribadian anak. 11

Kompetensi keguruan dalam pendidikan Islam sebenarnya sama

dengan kompetensi keguruan pada umumnya. Namun dalam pendidikan Islam

semua kompetensi yang dimiliki oleh pendidik (guru) harus in heren dengan

ke Islaman. Ada beberapa prinsip dalam ajaran agama Islam yang melandasi

profesionalitas pendidik (guru):

a) Ajaran Islam memberikan motivasi bagi pendidik (guru) agar bekerja

sesuai dengan keahlian. Suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh orang yang

tidak profesional akan mengelami kegagalan. Sabda Rasulullah Saw

b) Ajaran Islam menekankan pentingnya keikhlasan dalam bekerja.

Sebagaimana Firman Allah SWT:

11Ibid, h. 46

Page 28: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

15

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh,

mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka disisi Tuhan

mereka ialah surge „Adn yang mengalir dibawahnya sungai mereka kekal

didalamnya selama-lamanya”. (Q.S. Al-Bayyinah:7-8)

c) Ajaran Islam memberikan motivasi agar selalu berusaha dalam

meningkatkan dan mengembangkan profesionalitasnya. Firman Allah:

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah seseuatu kaum sampai mereka

mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Q.S.Al-Ra’d:

11)

d) Pekerjaan mendidik yang dilakukan oleh guru, salah satu bentuk ubudiyah

kepada Allah (ibadah non ritual). Firman Allah:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

menyembah-Ku”.(Q.S. Al-Dzhariat: 56)12

Al-Ghazali seperti yang dikutip oleh Abuddin Nata menjelaskan

tentang ciri pendidik yang boleh melaksanakan pendidikan sebagai berikut:

1) Guru harus mencintai murid-muridnya sebagaimana dia mencintai anak

kandungnya sendiri.

2) Guru jangan mengharap materi (upah) sebagai tujuan utama dari

pekerjaannya (mengajar), karena mengajar adalah pekerjaan yang

diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW. sedangkan upahnya terletak pada

terbentuknya anak didik yang mengamalkan ilmu yang diajarkannya.

12

Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan,(Jakarta: Kalam Mulia, 2013),h. 98-99

Page 29: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

16

3) Guru harus mengingatkan kepada murid-muridnya agar tujuannya mencari

ilmu bukan untuk membanggakan diri atau mencari keuntungan pribadi,

tetapi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

4) Guru harus mendorong muridnya untuk mencari ilmu yang bermanfaat,

yakni ilmu yang membawa pada kebahagiaan dunia dan akhirat.

5) Guru harus memberi contoh yang baik kepada muridya.

6) Guru harus mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan tingkat intelektual

dan daya tangkap anak didiknya.

7) Guru harus mengamalkan apa yang diajarkannya.

8) Guru harus memahami minat, bakat dan jiwa anak didiknya, sehingga di

samping tidak salah dalam mendidik, juga akan terjalin hubungan yang

akrab, baik anatra guru dan anak didiknya.

9) Guru harus menanamkan keimanan ke dalam pribadi anak didiknya,

sehingga akal pikiran anak tersebut dijiwai oleh keimanan itu.13

3. Usaha Peningkatan Kompetensi Guru

Dalam meningkatkan kompetensi guru banyak cara yang dapat

dilakukan. Cara tersebut harus dilaksanakan secara berkelanjutan. Peningkatan

tersebut dapat dilakukan dalam berbagai bentuk berikut :

a. Seleksi Memasuki LPTK

untuk bisa diterima di LPTK perlu seleksi diperguruan tinggi seleksi itu

lebih bersifat akademik untuk meramalkan keberhasilan calon guru dalam

belajar di perguruan tinggi.

b. Pengembangan Profesional di LPTK

Dalam pendidikan di LPTK calon di didik dalam berbagai pengetahuan,

sikap, dan keterampilan, yang diperlukan dalam pekerjaaannya nanti.

Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu menjadi panutan bagi

siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu,

13 Abudin Nata, Filsafat Islam, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 124

Page 30: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

17

bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu

menjadi perhatian siswa dan mansyarakat.

Pembentukan sikap dapat diberikan dengan memberikan pengetahuan,

pemahaman, dan penghayatan khusus yang di rencanakan, selama di

LPTK dalam proses perkuliahan dalam bentuk tatap muka, microteaching,

dan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL).

c. Sertifikasi dan Wewenang Mengajar

Pada saat ini sertifikasi dan kewenangan mengajar tidak melekat pada

ijazah tanda lulus dan lembaga pendidikan guru, melainkan dinyatakan

pula dengan Sertifikat “Akta Mengajar” sesuai dengan tingkat

kewenangan mengajar guru yang bersangkutan berdasarkan jenjang

pendidikan yang telah ditempuhnya. Akta mengajar itu diberikan pula

untuk mereka yang berpendidikan akademik secara umum (Non-LPTK),

untuk mendapatkan kewenangan mengajar melalui Program Pendidikan

Akta Mengajar yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan dan Departemen Agama untuk guru agama melalui LPTK

yang memenuhi pesyaratan.

d. Pengembangan kompetensi Selama dalam Jabatan

Untuk meningkatkan kualitas kemampuan dan profesional guru yang telah

berada dan bekerja di lapangan diselenggarakan pendidikan dalam jabatan

guru.

Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan secara formal melalui

kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah

lainnya. Adapun secara informal melalui media massa televise, radio,

Koran, dan majalah maupun publikasi lainnya.14

Menurut Jejen Musfah Pengetahuan dan keterampilan guru semesetinya

berkembang setiap saat sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus direspons para guru dengan

cara belajar melalui beragam sumber belajar. Kompetensi guru merupakan

14 Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 483-486

Page 31: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

18

salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan

pendidikan disekolah. Untuk peningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan

dengan cara berikut:

1) Program pelatihan guru. Pelatihan ini dapat beruba Bahasa Inggris dan

yang dilakukan oleh pihak sekolah.

2) Mengadakan seminar dan sumber belajar, yaitu pengajian, bedah buku,

dan workshop.15

4. Karakteristik Kompetensi Guru

Karakterisik dapat ditinjau dari berbagai segi tanggung jawab guru, fungsi

dan peranan guru, tujuan pendidikan sekolah, dan peranan guru dalam proses

belajar mengajar.

a. Fungsi, Peranan Guru, dan Kompetensinya

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa profesional guru

mengandung pengertian yang meliputi unsur-unsur kepribdian,

keilmuan, dan keterampilan. Dengan demikian dapat diartikan, bahwa

kompetensi profesionl guru tentu saja akan meliputi ketiga unsur itu

walaupun tekanan yang lebih besar terletak pada unsur keterampilan

sesuai dengan peranan yang dikerjakan.

1) Guru sebagai Pendidik dan Pengajar

Peranan ini akan dapat dilaksanakan bila guru memenuhi syarat-

syarat kepribadian dan penguasaan ilmu. Guru akan mampu

mendidik dan mengajar apabila dia mempunya kestabilan emosi,

memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk memajukan anak

didik, bersikap realistis, bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan

peka terhadap perkembangan, terutama terhadap inovasi

pendidikan.

Sehubungan dengan perannya sebagai pendidik dan pengajar, guru

harus menguasai ilmu, antara lain mempunyai pengetahuan yang

15 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori

dan Praktik,( Jakarta: Kencana, 2011),h. 179

Page 32: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

19

luas, menguasai bahan pelajaran serta ilmu-ilmu yang berkaitan

dengan mata pelajaran/bidang studi yang diajarkannya, menguasai

teori dan praktik mendidik.

2) Guru sebagai Anggota Masyarakat

Untuk melaksanakan peranan ini, guru harus memenuhi syarat-

syarat kepribadian dan syarat penguasaan ilmu tertentu. Guru

harus bersikap terbuka, tidak bertindak otoriter, tidak bersikap

angkuh, bersikap ramah tamah terhadap siapapun, suka menolong

dimanpun dan kapan saja, serta simpati dan empati terhadap orang

lain.

3) Guru sebagai Pemimpin

Pernan kepemimpinan akan berhasil apabila guru memiliki

kepribadian, seperti: kondisi fisik yang sehat, percaya pada diri

sendiri, memiliki daya kerja yang besar dan antusiasme, gemar

dan dapat cepat mengambil keputusan, bersikap objektif dan

mampu menguasai emosi, serta bertindak adil.selain dari itu, guru

harus menguasai ilmu tentang teori kepemimpinan dan dinamika

kelompok, menguasai prinsip-prinsip hubungan masyarakat,

menguasai teknik berkomunikasi, dan menguasai semua aspek

kegiatan organisasi persekolahan.

Untuk itu guru harus memiliki berbagai keterampilan yang

dibutuhkan sebagai pemimpin, seperti: berkerja dalam tim,

keterampilan berkomunikasi, bertindak selaku penasihat dan

orang tua bagi murid-murid.

4) Guru sebagai Pelaksana Administrasi Ringan

Peranan ini memerlukan syarat-syarat kepribadian, seperti

jujur, teliti dalam bekerja, rajin, harus menguasai ilmu mengenai

tata buku ringan, korespondensi, penyimpanan arsip dan

ekspedisi, dan administrasi pendidikan.

Untuk itu maka guru harus memiliki keterampilan seperti:

mengadministrasikan keuangan, keterampilan menyusun

Page 33: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

20

Academik records, serta keterampilan mengetik, serta berbagai

keterampilan lainnya yang berkenaan dengan pelaksanaan

administrasi ringan disekolah.16

b. Peranan dan Kompetensi Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Berdasarkan studi literature terhadap pandangan Adams & Dickey

dalam bukunya Basic Principles of Student Teaching, dapat ditarik

kesimpulan bahwa paling tidak terdapat 13 peranan guru di dalam

kelas (dalam situasi belajar mengajar). Tiap peranan menuntut

berbagai kompetensi atau keterampilan mengajar, diantaranya:

1) Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu

memiliki keterampilan memberikan informasi kepada kelas.

2) Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara

memimpin kelompok-kelompok murid.

3) Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki ketrampilan cara

mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa.

4) Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan

mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran.

5) Guru sebagai partisipan, perlu memiliki keterampilan cara

memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan

penjelasan.

6) Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki ketrampilan menyelidiki

sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan.

7) Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih

dan meramu bahan pelajaran sevara profesional.

8) Guru sebagai supervisor, perlu memiliki ketarampilam mengawasi

kegiatan anak dan ketertiban kelas.

9) Guru sebagai motivator, perlu memiliki ketarampilan mendorong

motivasi belajar kelas.

16 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, ( Jakarta: Bumi

Aksara, 2009),h. 38-44

Page 34: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

21

10) Guru sebagai penanya, perlu memiliki ketarampilan cara bertanya

yang merangsang kelas berpikir dan cara memecahkan masalah.

11) Guru sebagai pengajar, perlu memiliki keterampilan cara

memberikan penghargaan terhadap anak-anak yang berprestasi.

12) Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai

anak-anak secara objektif, kotinu, dan komprehensif.

13) Guru sebagai konselor, perlu memiliki keratampilan cara

membantu anak-anak yang mengalami kesulitan tertentu. 17

5. Manfaat Kompetensi Guru

Walaupun menjadi tugas yang cukup berat bagi para guru untuk bisa

disebut profesional, namun mana kala guru dalam memenuhi persyaratan yang

berkenaan dengan kompetensi yang harus dimiliki, maka ada beberapa

manfaat untuk berbagai kepentingan yang meliputi:

pertama, standar kompetensi guru amat diperlukan oleh Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) untuk meningkatkan mutu guru

melalui inservice training. Sementara lembaga pendidikan sekolah

memerlukannya untuk pembinaan intern dalam proses pendidikan.

Kedua, standar kompetensi guru digunakan sebagai dasar untuk

penyusunan instrument skill audit yang harus diikuti para guru. Oleh

karenanya, guru yang memiliki kompetensi pada tingkat dasar dalam jangka

waktu tertentu harus mengikuti diklat untuk memperoleh tingkat yang lebih

tinggi.

Ketiga, standar kompetensi guru dapat digunakan untuk menjadi salah

satu dasar penting untuk kegiatan penilaian guru. Miasalnya, memberikan

penilaian terhadap kinerja guru berprestasi.

Keempat, standar kompetensi guru juga amat terkait dengan sistem

akreditasi guru.

17 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, ( Jakarta: Bumi

Aksara, 2009),h. 48-49

Page 35: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

22

Kelima, standar kompetensi guru digunakan sebagai dasar pembinaan

guru, dengan standar kompetensi guru, maka pendidikan dan pelatihan dapat

dilaksanakan secara efektif, sehingga pelaksanaan diklat menjadi lebih efektif

dan efisien, karena yang harus mengikutinya adalah yang benar-benar

membutuhkannya. 18

6. Hasil Penelitian Yang Relevan

Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis

lakukan adalah sebagai berikut:

a. Anggi Dwi Saputra, dengan judul penelitian “Kompetensi Guru Dalam

Perspektif Al-Qur’an (Tela’ah Surat An-Najm Ayat 5-10)”. Karya ini

menjelaskan tentang gambaran dan paparan kompetensi yang harus

dimiliki oleh seorang guru menurut al-Qur’an surat an-Najm ayat 5-10.

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat empat kompetensi yang

harus dimiliki oleh seorang guru pada surat an-Najm ayat 5-10 yaitu:

kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi

kepribadian dan kompetensi sosial, serta memiliki kepribadian seperti

yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.19

b. Ummi Hanny, dengan judul penelitian “Tafsir Surat Al-Qalam Ayat 1-4

(Kajian Tentang Kompetensi Guru)”. Karya ini menjelaskan tentang

kompetensi guru yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk

mendukung pelaksanaan serangkaian tugasnya dalam kegiatan belajar

mengajar Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kompetensi yang

harus dimiliki oleh seorang guru menurut Al-Qur’an surat Al-Qalam

ayat 1-4 adalah memiliki kepribadian seperti yang dicontohkan oleh

Nabi Muhammad Saw, menguasai dan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi guna pengembangkan diri dan ilmu

18 Suparlan, Guru Sebagai Profesi,(Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006),h. 93-95

19

Anggi Dwi Saputra, “Kompetensi Guru Dalam Presfektif a Al-Qur’an (Tela’ah Surat An-Najm Ayat 5-10)”, skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2014, hal. 62, tidak dipublikasikan.

Page 36: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

23

pengetahuan dan media komunikasi dengan orang lain. Adapun

relevansi Surat Al-Qalam ayat 1-4 dengan Peraturan Mendiknas No. 16

Tahun 2007 tentang standar kompetensi guru bahwa terdapat

kesesuaian terkait dengan kompetensi guru, yakni: kompetensi

kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi

profesional.20

20 Umy Hani, “Tafsir Surat Al-Qalam Ayat 1-4 (Kajian Tentang Kompetensi Guru)”, skripsi

pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2013, hal. 63, tidak dipublikasikan.

Page 37: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah mengenai kajian tentang tafsir surat ar-

Rahman ayat 1-4 dan an-Nahl ayat 43-44.

Adapun waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu selama dua

semester terhitung dari tanggal 15 Maret 2016.

B. Metode Penelitian

Kata metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti “cara

atau jalan”.di dalam bahasa Inggris kata ini ditulis “method” dan bahasa Arab

menerjemahkannya dengan “thariqat” dan “manhaj”. Di dalam pemakaian

bahasa Indonesia kata tersebut mengandung arti: “cara yang teratur dan terpikir

baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya);

cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna

mencapai tujuan yang ditentukan”.1

Dalam penlitian ini studi tafsir al-Qur’an tidak lepas dari metode, yakni

“suatu cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai pemahaman yang

benar tentang apa yang dimaksudkan Allah di dalam ayat-ayat al-Qur’an yang

diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad saw”.2

Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif

dengan menggunakan metode deskriprif analisis yang menggunakan tehnik

analisis kajian melalui studi kepustakaan (Library Research). Penelitian yang

bersifat deskripstif analitik ialah data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar,

prilaku) yang tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistic,

1 Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran al-Quran, Kajian Kritis terhadap Ayat-Ayat yang

Beredaksi Mirip, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet.Ke-2,h. 54

2 Ibid.h 55.

Page 38: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

25

melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari

sekedar angka atau frekuensi.3

Adapun literatur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data

primer dan data sekunder. Yang dimaksud dengan literatur/sumber data dalam

penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti

menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber

data. Sedang isi catatan adalah subjek penelitian atau variabel penelitian. 4

Menurut Lofland Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-

kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-

lain.5

Mengenai analisis data, Menurut Sugiyono, Analisis data adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan

data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,

dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun

orang lain.6 Analisis data dilakukan secara induktif. Penelitian kualitatif tidak

memulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris. Penelitian terjun

ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan

dari fenomena yang ada di lapangan. Oleh karena itu, analisis data di dalam

penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. 7

Sehingga dalam hal ini analisis data kualitatif itu akan berlangsung terus-

menerus selama proses pengumpulan data.

Penelitian ini merupakan penelitian tafsir, dalam meneliti ayat-ayat al-

Qur`ân dengan mengacu pada pandangan al-Farmawi yang dikutip oleh Abudin

3 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta,

2007), Cet.Ke-6, hal 39. 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2010), Cet.Ke-14, h. 172. 5 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2005), Cet.Ke-21, Hal 112.

6 Sugiyono,Metode Penelitian Kuatitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta,2013),h.

244.

7 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta,

2007), cet ke-6, hal 38

Page 39: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

26

Nata bahwa metode tafsir yang bercorak penalaran (bukan jalur riwayat) ini

terbagi menjadi empat macam metode, yaitu: tahlilî, ijmalî, muqârin, dan

mauđu’î.8

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode tafsir tahlily. Metode

tafsir Tahlily atau yang dinamai oleh Baqir Al-Shadr sebagai metode tajzi’iy

adalah suatu metode tafsir yang mufasirnya berusaha menjelaskan kandungan

ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-

ayat al-Qur’an sebagaimana tercantum di dalam mushaf. Dalam hubungan ini

mufasir mulai dari ayat ke ayat berikutnya, atau dari surah ke surah berikutnya

dengan mengikuti urutan ayat atau surah sesuai dengan yang termaktub di dalam

mushaf. Segala segi yang dianggap perlu oleh seorang mufasir tajzi’iy/tahlily

diuraikan. Yaitu bermula dari kosa-kata, asbabun nuzul, munasabat, dan lain-

lain yang berkaitan dengan teks atau kandungan ayat.9

C. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam Moelong,

perhatian lebih banyak ditunjukan pada pembentukan teori substantive

berdasarkan konsep-konsep yang timbul dari data empiris. Dengan demikian yang

dimaksud penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang

dapat diamati.10

Prosedur pengumpulan data pada penelitian kualitatif ini merupakan

langkah penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang

dikumpulkan digunakan. Kecuali untuk penelitian eksploratif, untuk menguji

hipotesis yang telah dirumuskan. Pengumpulan data adalah prosedur yang

sistematis dan standar untuk memperoleh data yang digunakan. Data yang

diperlukan/dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan. Validitas data dapat

8Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 219

9 Ali Hasan, Ibid. Hal 41.

10

S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta,

2007), Cet.Ke-6, hal 35-36

Page 40: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

27

ditingkatkan jika alat pengukur serta kualitas dari pengambil datanya sendiri

cukup valid.11

Prosedur data penelitian tafsir tahlily disini para mufasir mulai menjelaskan

ayat-ayat al-Qur’an dengan cara meneliti semua aspeknya dan menyingkap

seluruh maksudnya, dimulai dari uraian makna kosa-kata, makna kalimat, maksud

setiap ungkapan, kaitan antarpemisah (munasabat) sampai sisi-sisi keterkaitan

antarpemisah itu (wajh al-munasabat) dengan bantuan asbab an-nuzul, riwayat-

riwayat yang berasal dari Nabi saw. Sahabat, dan tabi’in. Prosedur penelitian

tahlily dilakuakan dengan mengikuti susunan mushaf, ayat per ayat dan surah per-

surah. Metode ini terkadang menyertakan pula perkembangan kebudayaan

generasi Nabi sampai tabi’in, terkadang pula diisi dengan uraian-uraian keabsahan

dan materi-materi khsusus lainya yang kesemuanya ditunjukan untuk memahami

al-Qur’an yang mulia. Para mufassir tidak seragam dalam mengoperasionalkan

metode tahlily ini. Ada yang menguraikaya secara ringkas, ada pula yang

menguraikanya secara terperinci.12

Menurut Quraish Shihab yang dikutip oleh Abuddin Nata, prosedur yang

ditempuh dalam metode tahlily adalah sebagai berikut:

1. Bermula dari kosa-kata yang terdapat pada surat yang akan ditafsirkan

sebagaimana urutan dalam al-Qur’an (mushaf utsmani).

2. Menjelaskan asbabun-nuzul dengan menggunaka keterangan yang diberikan

oleh hadis (bi ar-riwayah).

3. Menjelaskan munasabah atau hubungan ayat dari surah an-Najm yang

ditafsirkan dengan ayat sebelum atau sesudahnya.

4. Menjelaskan makna yang terkandung dari surat yang berkenaan dengan

hukum mengenai suatu masalah atau lainya sesuai dengan kandungan ayat

tersebut.13

11 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), Cet.Ke-7, hal 174.

12

Abdul Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Tahlily dan Cara Penerapanya, (Bandung: Pustaka Setia, 2002) cet ke-1, hal 23-24.

13 Abuddin Nata, Studi Islam Komrehensif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), cet ke-I, hal

169.

Page 41: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

28

Setelah semua langkah tersebut di atas sudah ditempuh, mufasir tahlily lalu

menjelaskan seluruh aspek dari semua penafsiran dan penjelasanya di atas, dan

kemudian ia memberikan penjelasan final mengenai isi dan maksud ayat al-

Qur’an tersebut.

Kelebihan metode ini anatara lain adanya potensi untuk memperkaya arti

kata-kata melalui usaha penafsiran terhadap kosa-kata ayat, syair-syair kuno dan

kaidah-kaidah ilmuan nahwu. Penafsiranya menyangkut segala aspek yang dapat

ditemukan oleh mufasir dalam setiap ayat. Analisis ayat dilakukan secara

menadalam sejalan dengan keahlian, kemampuan dan kecenderungan mufasir.

Kelebihan metode ini walaupun dinilai luas, namun tidak menyelesaikan pokok

bahasan, karena seringkali satu pokok bahasan diuraikan sisinya atau kelanjutanya

pada ayat lain.14

Setelah menguraikan pembahasan tafsir dan menganalisa kajian

deskritif kompetensi guru yang terkandung dalam surat ar-Rahman ayat 1-4 dan

al-Nahl ayat 43-44, selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari sejumlah ayat

pada surah-surah tersebut. Kesimpulan pada penelitian ini berkaitan dengan apa

saja isi kandungan surah ar-Rahman ayat 1-4 dan surah al-Nahl ayat 43-44,

kemudian hasil analisis apa saja yang ditemukan pada teori kompetensi guru, lalu

bagaimana mengamalkan teori kompetensi guru yang terkandung dalam ayat

tersebut pada kehidupan sehari-hari.

14 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), cet ke-9, hal

86.

Page 42: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

29

BAB IV

KOMPETENSI GURU MENURUT SURAT AL-NAHL AYAT 43-44 DAN

SURAT AR-RAHMAN AYAT 1-4

A. Surat An-Nahl ayat 43-44

1. Teks dan Terjemahan Ayat

٣٤

٣٣

43. Dan kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang

laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada

orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

44. (Mereka kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan

kitab-kitab . Dan kami turunkan Az-Zikr (Al-Qur‟an) kepadamu, agar engkau

menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada manusia apa

yang telah duturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.

2. Kosa-Kata Ayat

: Ahli kitab

: Mukjizat yang membuktikan kebenaran Rasul

: Bentuk jamak dari ٌسَبُوْر, yaitu kitab-kitab yang memuat syariat dan

taklif yang disampaikan para rasul kepada hamba Allah.

: Al-Qur‟an

: Untuk menjelaskan kepada mereka rahasia-rahasia tasyri‟ yang

tersembunyi bagi mereka

Page 43: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

30

3. Asbabunnuzul (Latar Belakang Turunnya Ayat)

Dinamakan al-Nahl mengingat ayat 68 yang mengisyaratkan bahwa Allah

mungkin mengilhamkan kepada sebagian hamba-Nya untuk mengeluarkan

faedah-faedah yang manis lagi menyembuhkan dari al-Qur‟an dan untuk

mengisyaratkan kepada nikmat Allah dan hikmah menjadi lebah.

Kata sebagian ulama seluruh surat ini turun di Mekkah, tetapi sebagian

ada yang berkata bahwa surat ini turun di Mekkah selain dari tiga ayat

terakhir yang diturunkan di antara Mekkah dan Madinah di waktu Rasulullah

kembali dari Uhud. Surat ini juga dinamai an-Ni‟am, karena di dalam surah

ini Allah menerangkan tentang nikmat-nikmat-Nya.

Adapun pesesuaiannya surah ini dengan surah yang telah lalu, ialah di

akhir surah yang telah lalu Tuhan menerangkan tentang keadaan orang-orang

yang mengolok-olok Rasul dan mendustakannya dan bahwa semua mereka

akan ditanya di hari akhirat. Yang memberi pengertian bahwa semua mereka

itu akan dikumpulkan di hari kiamat dan akan diminta pertanggungjawaban

terhadap segala perbuatan mereka di dalam dunia.1

B. Tafsir Surat Al-Nahl Menurut Para Mufassir

1. Tafsir Surat Al-Nahl ayat 43

٣٤

“ Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki

yang kami beri wahyu kepada mereka, mereka bertanya kepada ahl adz-

Dzikr jika kamu tidak mengetahui”

Quraish Shihab dalam Tarsir al-Misbah menjelaskan bahwa ayat-ayat

yang lalu menguraikan keburukan dan perbuatan ucapan kaum musyrikin

serta pengingkaran mereka terhadap keesaan Allah swt, keniscayaan hari

kemudian, dan kerasulan Nabi Muhammad saw. demikian juga penolakan

1 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy,Tafsir Al-Bayan (Tafsir Penjelas Al-Qur‟anul

Karim), (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002),h. 601

Page 44: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

31

mereka terhadap apa yang diturunkan Allah swt, itu semua telah dibantah,

kini, ayat ini dan ayat-ayat berikutnya kembali menguraikan kesesatan

pandangan mereka menyangkut kerasulan Nabi Muhammad saw. Dalam

penolakan itu mereka selalu berkata bahwa manusia tidak wajar menjadi

utusan Allah atau paling tidak dia harus disertai oleh malaikat. Dalam tafsir

al-Misbah karangan Quraish Shihab menyatakan dalam ayat ini menegaskan

bahwa: Dan kami tidak mengutus sebelum kamu kepada umat manusia kapan

dan dimana pun, kecuali orang-orang lelaki, yakni jenis manusia pilihan

bukan malaikat, yang kami beri wahyu kepada mereka antara lain melalui

malaikat Jibril, maka, wahai orang-orang yang ragu atau tidak tahu,

bertanyalah kepada ahl adz-Dizkr, yakni orang-orang yang berpengetahuan,

jika kamu tidak mengetahui.2

Dalam kitab tafsir lain menjelaskan bahwa Allah swt tidak mengutus

Rasul sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw terkecuali laki-laki yang

diutusnya itu diberi wahyu. Ayat ini menggambarkan bahwa Rasul-rasul yang

diutus untuk menyampaikan wahyu hanyalah laki-laki dari keturunan Adam as

hingga Nabi Muhammad saw diutus untuk membimbing umatnya agar mereka

itu beragama tauhid dan mengikuti bimbingan wahyu. Maka yang pantas

diutus ialah Rasul-rasul dari jenis mereka dan berbahasa seperti mereka. Pada

Rasulullah saw diutus orang-orang Arab menyangkal bahwa Allah tidak

mungkin mengutus utusan yang berasal dari manusia seperti mereka, tetapi

kalau Allah mau mengutus, maka utusNyalah seorang malaikat, seperti firman

Allah swt:

“ Dan mereka berkata:”Mengapa Rasul ini memakan makanan dan

berjalan dipasar-pasar?.Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang

malaikat agar malaikat itu memberi peringatan bersama-sama dengan

dia?”.(Q.S.Al-Furqan:7)

2 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an), (Jakarta:

Lentera Hati, 2002), cet ke-1, hal 589

Page 45: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

32

Selanjutnya Syaikh Imam al-Qurthubi didalam Tafsir al-Qurthubi

menerangkan bahwa firman Allah ”Dan

kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami

beri wahyu kepada mereka”. Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang

musyrik Makkah yang mengingkari kenabian Muhammad saw. dan mereka

berkata, “Allah Maha Agung jika utusannya hanya seorang manusia. Apakah

Dia tidak mengutus seorang malaikat kepada kami?”. Lalu Allah swt.

membalikan perkataan mereka itu dengan firman-Nya: “Dan

kami tidak mengutus sebelum kamu, kepada umat –umat yang lalu wahai

Muhammad, “Kecuali orang-orang lelaki”, dari bangsa manusia.

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai

pengetahuan”. Sufyan berkata, “Maksudnya, orang-orang mukmin Ahli

Kitab”. “Jika kamu tidak mengetahui”. Maka mereka (Ahli

Kitab) akan menyampaikan kepada kalian bahwa semua nabi adalah manusia

biasa. Ada yang mengatakan, artinya, maka bertanyalah kepada Ahli Kitab

jika mereka tidak beriman maka mereka mengakui bahwa para rasul adalah

manusia biasa.3

Diriwayatkan secara maknanya, dari Ibnu Abbas dan Mujahid yang

dikutip oleh al-Qurthubi. Ibnu Abbas berkata, adalah Ahli al-Qur‟an.

Ada pula yang berpendapat, Ahli Ilmu, keduanya mempunyai makna yang

saling berdekatan.4

Selanjutnya Salman Harun dalam Tafsir Tarbawi berpendapat

“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali

orang-orang lelaki yang kami beri wahyu”. Kaum musyrikin Arab tidak

3Syaikh Imam Al-Qurthubi, Op.cit, h. 269

4 Ibid.269

Page 46: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

33

percaya Nabi Muhmmad saw. seorang Rasul. Mereka mengatakan „Allah

terlalu besar dibanding bahwa Rasul-Nya adalah seorang manusia‟,

Maksudnya Allah itu Maha Besar,tidak mungkin Rasul-Nya seorang manusia.

Untuk membantah hal itu Allah menurunkan surat Yunus bahwa sikap heran

adanya Rasul seorang manusia tidak benar:

“ Patutkan menjadi keheranan bagi manusiabahwa Kami wahyukan

kepada seorang laki-laki di antara mereka, “Berilah peringatan kepada

manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka

mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka”. Orang-orang

kafir berkata, “Sesungguhnya orang ini (Muhammad)benar-benar adalah

pesihir yang nyata”.5

Manusia tidak layak menolak manusia sebagai Rasul Allah, oleh karena

hal itu wewenang Allah. Sebagai seorang Rasul manusia terpilih itu

menerima wahyu, yang menghendaki perlunya orang itu memiliki kesucian

pribadi yang istimewa. Dan tugasnya adalah berdakwah, yang memerlukan

ekuatan rohani dan jasmani yang tabgguh. Oleh karena itu Allah yang lebih

tahu siapa yang pantas untuk diangkat-Nya sebagai Rasul-Nya, yang suci

pribadinya dan kuat jasmani dan rohaninya itu, manusia boleh

mempertanyakan dan mengirinya.6

Sementara itu didalam Tafsir Nurul Qur‟an menjelaskan tentang ayat ini

bahwa Allah menuturkan, “Kami tidak mengutus sebelum kamu, wahai

Muhammad, seorang Rasul pun kepada kaum manapun, melainkan rasul itu

dikukuhkan dan dibekali dengan wahyu kami, yang terhadapnya kaummu

mengemukakan keberatan soal mengapa nabi mereka bukan seorang

malaikat, melainkan hanya seorang manusia. Katakanlah kepada mereka agar

mereka mencari kebenaran dengan merujuk pada ahludzdzikr (ahli zikir),

5Salman Harun, Tafsir Tarbawi Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur‟an, (Ciputat: UIN

Jakarta Press, 2013), Cet.Ke-1.h. 53-54

6 Ibid, h. 62

Page 47: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

34

yakni orang-orang yang memiliki pengetahuan dan para ulama ditengah

setiap kaum, jika mereka tak mampu mengajukan pertanyaan-pertanyan

mengenai masalah tersebut kepada para nabi yang termasuk dalam jenis

manusia.

Menurut Ibnu Abbas yang dikutip didalam Tafsir Nurul Quran, yang

dimaksud ahludzdzikr dalam konteks ini adalah para ulama Nasrani dan

Yahudi. Jadi, ayat diatas maksudnya, “Jika mereka ragu-ragu tentang

kebenaran masalah ini, hendaklah mereka bertanya kepada ahli Taurat dan

Injil untuk mengklarifikasinya”. Kata-kata ini dialamatkan pada orang-orang

kafir. Sebab, segenap informasi yang disampaikan kepada mereka oleh orang-

orang Yahudi dan Nasrani dari kitab-kitabnya dapat mereka terima meskipun

mereka menolak perkataan Nabi saw dikarenakan permusuhannya yang amat

sangat. Akan tetapi, sebagian orang mengatakan bahwa ahludzdzkir berarti

„para pengikut al-Qur‟an‟. Sebab, dzikr berarti al-Qur‟an.7

Menurut Hamka dalam Tafsir al-Azhar “Dan tidaklah Kami mengutus

sebelum engkau melainkan orang-orang laki-laki yang Kami beri wahyu

kepada mereka.” Hal ini diperingatkan kembali kepada beliau, Rasul Allah

bahwa itu, da nisi pengajarannyapun sama. Bahkan nasib pertentangan pun

kebanyakan bersamaan. Sebab mereka itu semuanya adalah manusia, orang-

orang laki-laki yang tidak lepas daripada suka dan duka. Maka disuruhlah

Nabi saw menyampaikan kepada orang-orang itu “Maka kepada ahli-ahli

yang telah mempunyai peringatan, jika kamu belum mengetahui.” Jika masih

kurang percaya akan hal itu, mereka boleh menanyakan kepada Ahludz-Dzikri

, ahli peringatan, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah menerima

kitab-kitab dan ajaran dari Nabi-nabi yang dahulu itu. Kalau mereka orang-

orang yang jujur, niscaya akan meeka beritahukan hal yang sebenarnya itu.8

Dalam Tafsir al-Azhar Ahludz-Dzikri, orang yang ahli peringatan, atau

orang yang berpengetahuan lebih luas. Umum arti ayat menyuruhkan orang

yang tidak tahu bertanya kepada yang lebih tahu, karena ilmu pengetahuan itu

7 Kamal Faqih Imani,Tafsir Nurul Quran 8, (Jakarta: Al-Huda,2005),h. 522

8 Hamka,Tafsir Al-Azhar Juz XIII-XIV (Terj), (Jakarta: Pustaka Panjimas,1983),h. 248

Page 48: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

35

adalah umum sifatnya, berfaedah buat mencari kebenaran. Menurut yang

dirawikan oleh Mujahid dari Ibnu Abbas bahwa ahludz-dzikri disini

maksudnya adalah Ahlu-Kitab. Sebelum Ahlul-kitab itu dipengaruhi oleh

nafsu ingin menang sendiri, mereka akan mengakui bahwa Nabi-nabi dan

Rasul-rasul yang terdahulu semuanya adalah manusia belaka, manusia pilihan

yang diberi wahyu oleh Allah.9

Manusia sebagai Rasul dalam ayat ini dinyatakan رجال (laki-laki) yang

menunjukan bahwa Rasul itu seorang laki-laki, tidak ada Rasul perempuan.

Perempuan, sebagaimana dinyatakan al-Qur‟an, ada yang menerima wahyu,

seperti ibu Nabi Musa, tetapi wahyu yang disampiakan kepadanya bukan

syariat tetapi hanya perintah untuk menghanyutkan Musa dan menyusuinya.

Hal ini berarti bahwa wahyu yang diberikan itu adalah wahyu secara harfiyah,

yaitu memasukan ilmu secara cepat kedalam lubuk hati manusia, yakni ilham.

10

adalah orang-orang yang paham اهل الذكز ,maksudnya adalah wahyu الذكز

tentang wahyu, dalam kasus ini maksudnya adalah Ahl kitab. Jadi, bila kalian

wahai kaum musyrikin tidak percaya bahwa Rasul Allah kepada manusia itu

adalah juga seorang manusia, maka bertanyalah kepada Ahl Kitab apakah

Rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad seorang manusia, malaikat atau bukan.

Pasti jawaban mereka adalah manusia.11

Sementara menurut M.Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, kata رجال

pada ayat ini sebagai alasan untuk menyatakan bahwa semua manusia yang

diangat Allah sebagai Rasul adalah pria, dan tidak satu pun yang wanita. Dari

segi bahasa kata رجال yang merupakan bentuk jamak dari kata (رخل)

seringkali dipahami dengan arti lelaki. Namun demikian, terdapat ayat-ayat

al-Qur‟an yang mengesankan bahwa kata tersebut tidak selalu dalam arti jenis

kelamin lelaki. Ia digunakan juga untuk menunjuk manusia yang memiliki

keistimewaan atau ketokohan, atau ciri tertentu yang membedakan mereka

dari yang lain. Sesuai dengan firman-Nya:

9 Ibid,249

10

Salman Harun, Op.cit, h. 63

11

Ibid,63

Page 49: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

36

“Dan orang-orang yang di atas A‟raf memanggil beberapa orang

(pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-

tandanya dengan mengatakan: Harta yang kamu kumpulkan dan apa

yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi kamu manfaat.”

(Q.S.al-A‟raf:48)12

Sementara itu, kata ( اهل الذكر ) ahl adz-Dzikr pada ayat ini dipahami oleh

banyak ulama dalam arti para pemuka agama Yahudi dan Nasrani. Mereka

adalah orang-orang yang dapat memberi informasi tentang kemanusiaan para

rasul yang diutus Allah. Disisi lain, perintah untuk bertanya kepada ahl al-

kitab yang dalam ayat ini mereka digelari ahl adz-Dzikr menyangkut apa

yang tidak diketahui, selama mereka dinilai berpengetahuan dan objektif,

menunjukan betapa Islam sangat terbuka dalam perolehan pengetahuan.

Sejalan dengan sabda Nabi saw “Hikmah adalah sesuatu yang didambakan

seorang mukmin, di mana pun dia menemukannya, maka dia yang lebih wajar

mengambilnya.” Demikian juga dengan ungkapan yang popular “Tuntutlah

ilmu walaupun di negeri Cina.” Ini semua merupakan landasan untuk

menyatakan bahwa ilmu dalam pandangan Islam bersifat universal, terbuka,

serta manusiawi dalam arti harus dimanfaatkan oleh dan untuk kemaslahatan

seluruh manusia.13

Selanjutnya menurut Ahmad Mustafa al-Maragi dalam Tafsir al-Maragi

tidaklah kami mengutus para rasul sebelummu

kepada umat-umat untuk mengajak mereka agar mentauhidkan Aku dan

melaksanakan perintah Ku, kecuali mereka itu adalah laki-laki dari Bani

Adam yang Kami wahyukan kepada mereka, bukan para maialaikat.

Ringkasnya, sesungguhnya Kami tidak mengutus kepada kaummu, kecuali

12 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Terj),(Jakarta: Lentera Hati, 2002),h. 235

13

Ibid,236

Page 50: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

37

seperti orang-orang yang pernah Kami utus kepada umat-umat sebelum

mereka, yakni para rasul dari jenis mereka dan berbuat seperti mereka

berbuat.14

Selanjutnya , maka tanyakanlah kepada ahli

kitab di antara orang-orang Yahudi dan Nasrani, apakah para utusan yang

diutus kepada mereka itu manusia ataukah malaikat? Jika mereka itu malaikat

silakan kalian mengingkari Muhammad saw. Tetapi jika mereka itu manusia,

jangan kalian ingkari dia.

Dengan ayat ini kita mendapat pengertian bahwasannya kita boleh

menuntut ilmu kepada ahlinya, di mana saja dan siapa saja sebab yang kita

cari ialah kebenaran. Dalam hal yang mnegenai ilmu-ilmu agama Islam, maka

kita bertanya kepada Ahludz-Dzikri da;am hal Islam, dan ilmu-ilmu yang

lain, yang lebih umum kita bertanya kepada ahludz-dzikrinya sendiri, itu

sebagai tanda kita berpaham luas dan berlapang dada.

2. Tafsir Surat al-Nahl ayat 44

“Dengan penjelasan-penjelasan dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan

kepada engkau peringatan, supaya emgkau terangkan kepada manusia

apa yang diturunkan kepada mereka. Mudah-mudahan mereka berfikir.”

Menurut Ahmad Mustafa al-Maraghi di dalam tafsir Maraghi,

Orang Arab mengatakan zabartu al kitaba, berarti saya menulis kitab,

seperti fiman Allah:

14 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Margahi (Terejemahan), (Semarang: Toba Putra,

1989), Cet ke-1, hal 161

Page 51: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

38

“Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku

catatan.”(Q.S. Al-Qomar:52)

Yakni, Kami tidak mengutus para rasul, kecuali mereka itu laki-laki

dengan membawa dalil-dalil dan hujah-hujah yang membuktikan kebenaran

kenabian mereka, serta kitab-kitab yang memuat berbagai taklif dan syariat

yang mereka sampaikan dari Allah kepada para hamba.

Selanjutnya, bahwa Allah menurunkan al-Qur‟an kepadamu sebagai

peringatan bagi manusia agar kamu memberitahu mereka tentang apa yang

telah diturunkan kepada mereka, berupa hukum syariat dan ikhwal umat-umat

yang dibinasakan dengan azab, sebagai balasan atas penentangan mereka

terhadap para nabi dan agar kamu menjelaskan hukum-hukum yang sulit oleh

mereka, serta menguraikan apa yang diturunkan secara garis besar, sesuai

dengan tingkat kesiapan dan pemahaman mereka terhadap rahasia tasyri‟.

Yakni, Kami turunkan al-Qur‟an itu agar kamu menaati mereka berpikir

tentang rahasia dan pelajaran ini, serta agar mereka jauh dari mengikuti jejak

para pedusta terdahulu, sehingga mereka ditimpa azab seperti yang telah

ditimpakan kepada mereka.15

Sementara itu M.Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan

tentang ayat ini, bahwa rasul yang Kami utus sebelummu itu semua

membawa keterangan-keterangan yakni mukjizat-mukjizat nyata yang

membuktikan kebenaran mereka sebagai rasul, dan sebagian membawa pula

zubur yakni kitab-kitab yang mengandung ketetapan-ketetapan hukum dan

nasihat-nasihat yang seharusnya menyentuh hati, dan Kami turubkan

kepadamu adz-Dzikr yakni al-Qur‟an, agar engkau menerangkan kepada

seluruh manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka yakni al-Qur‟an

itu, mudah-mudahan dengan penjelasanmu mereka mengetahui dan sadar dan

15 Ibid,162

Page 52: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

39

supaya mereka senantiasa berpikir lalu menarik pelajaran untuk

kemaslahatan hidup duniawi dan uhkrawi mereka. 16

Selanjutnya menurut Hamka dalam Tafsir al-Azhar Nabi-nabi dan Rasul-

rasul itu diutus Tuhan: “Dengan penjelasan-penjelasan dan kitab-kitab.”

Penjelasan, yaitu keterangan-keterangan dan alasan-alasan untuk menguatkan

pendirian bahwa Allah itu ada dan tunggal, tidak berserikat dengan yang lain.

“Kitab-kitab”, zubur kata jama‟ dari zabur, artinya kitab-kitab. Semua kitab-

kitab itu, baik Taurat yang diturunkan kepada Musa, Injil kepada Isa, Mazmur

atau Zabur kepada Daud, dan Shuhuf, yaitu catatan-catatan yang diterima

Nabi Ibrahim, semuanya itu disebut “zubur”. “Dan kami turunkan kepada

engkau peringatan.” Yakni al-Qur‟an “supaya engkau terangkan kepada

manusia apa yang diturunkan kepada mereka.” Dengan ayat ini teranglah

bahwa kewajiban Nabi Muhammad saw. menyampaikan peringatan (al-

Qur‟an) bukanlah kewajiban yang baru sekarang, melainkan sambungan mata

rantai saja dari rencana Tuhan membimbing dan memberi petunjuk umat

manusia yang telah dimulai sejak Adam sampai kepada berpuluh Rasul

sesudahnya, sampai kepada Muhammad saw. “Mudah-mudahan mereka akan

berfikir”. Sebab maksud al-Qur‟an atau peringatan ini, memang yang utama

sekali mengajak orang kafir berfikir tentang dirinya, tentang hidupnya, tentang

Tuhannya dan hubungannya dengan Tuhan itu.17

Kemudian az-zabur adalah jamak dari kata ( zabur yakni

tulisan. Yang dimaksud disini adalah kitab-kitab yang ditulis, seperti Taurat,

Injil, Zabur, dan Al-Qur‟an. Para ulama berpendapat, bahwa zubur adalah

kitab-kitab singkat yang tidak mengandung syariat, tetapi sekedar nasihat-

nasihat.18

Sementara dalam Tafsir Nurul Qur‟an menerangkan istilah bahasa Arab

bayyinat, berarti bukti-bukti jelas dari misi kenabian, juga mukjizat, dan kata

16 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Terj),(Jakarta: Lentera Hati, 2002),h. 237

17

Hamka, Tafsir Al-Azhar JuzuXIII-XIV(Terj), ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h. 250

18

M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Terj),(Jakarta: Lentera Hati, 2002),h. 237

Page 53: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

40

zubur adalah bentuk jamak dari zabur yang berarti „kitab langit‟. Ayat ini

mungkin merujuk pada dua jenis wahyu, yang pertama adalah al-Qur‟an yang

merupakan milik semua manusia, dan yang kedua adalah penafsiran dan

penjelasan tentang al-Qur‟an yang khusus bagi Nabi Muhammad saw. Jadi

maksudnya kira-kira, “Kami mengirimkan kepadamu adz-dzikr agar kamu

menjelaskan penafsiran al-Qur‟an yang telah diturunkan untuk umat

manusia”.

Oleh karena itu, para nabi memiliki mukjizat-mukjizat maupun kitab-kitab

suci, agar manusia tidak mencampuradukan antara yang benar dan yang salah.

Selaras dengan ayat di atas yang mengatakan “Kami mengirim nabi-nabi

sebelum kamu dengan membawa bukti-bukti yang jelas (mukjizat-mukjizat)

dan kitab-kitab suci).”19

Lebih jauh Syaikh Imam al-Qurthubi dalam Tafsir al-Qurthubi

menjelaskan “keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-

kitab.” Ada yang berpendapat (keterangan-keterangan) berkaitan

dengan (Kami telah mengutus). Dalam ungkapan ini didahulukan kata

tertentu dan diakhirkan kata yang lainnya. Maksudnya, Kami tidak mengutus

sebelummu dengan berbagai keterangan dan mukjizat melainkan para pria.20

Pengulangan kata turun dua kali yakni ( Kami turunkan

kepadamu dan ( Apa yang telah diturunkan kepada mereka

mengisyaratkan perbedaan penurunan yang dimaksud. Yang pertama adalah

penurunan al-Qur‟an kepada Nabi Muhammad saw. yang bersifat langsung

dari Allah swt., dan dengan redaksi pilihan-Nya sendiri, sedangakn yang

kedua adalah yang ditunjukan kepada manusia seluruhnya. Ini adalah

19 Kamal Faqih Imani,Tafsir Nurul Quran 8, (Jakarta: Al-Huda,2005),h. 525

20

Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi(Terj),(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), cet I,

h. 270

Page 54: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

41

penjelasan-penjelasan Nabi Muhammad saw. tentang al-Qur‟an. Penjelasan

yang dimaksud adalah berdasar wewenang yang diberikan Allah kepada Nabi

Muhammad saw. dan wahyu atau ilham-Nya yang beliau sampaikan dengan

bahasa dan redaksi beliau.

Thabathaba‟I menegaskan bahwa diturunkannya al-Qur‟an kepada

umatmanusia dan turunyya kepada Nabi Muhammadsaw. Adalah sama,

dalam arti diturunkannya kepada manusia dan turunnya kepada Nabi saw.

adalah agar mereka semua (Nabi dan seluruh manusia) mengambil dan

menerapkannya. Ayat ini menurutnya bermaksud menegaskan bahwa tujuan

turunnya al-Qur‟an adalah untuk semua manusia, dan keadaanmu wahai Nabi

Muhammad serta seluruh manusia dalam hal ini sama. 21

Lanjutnya, “Agar kamu menerangkan pada umat

manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.” Dalam al-Qur‟an ini

terdapat hukum-hukum dan janji, serta ancaman atas ucapan dan perbuatan

manusia. Rasulullah saw. menjelaskan apa yang Dia maksud dari firman

himpunkan di dalam Kitab-Nya. Baik berupa hukum-hukum sholat, zakat,

dan lain sebagainya berupa hal-hal yang belum Dia jelaskan secara rinci.

“Dan supaya mereka memikirkan”,sehingga mereka mendapat

pelajaran.22

Salman Harun dalam Tafsir Tarbawi memaparkan tentang ayat ini bahwa

Nabi Muhammad juga Allah beri wahyu lengkap yaitu al-Qur‟an. Tugas

beliau adalah menjelaskan wahyu yang diturunkan kepada beliau itu kepada

seluruh manusia. Penjelasan beliau adalah dalam bentuk Sunnah (hadis), yang

terbagi dua, Bayan Ta‟kid (menguatkan dengan memberikan penjelasan-

21 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Terj),(Jakarta: Lentera Hati, 2002),h. 238

22

Syaikh Imam al-Qurthubi, Op.Cit.h.271

Page 55: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

42

penjelasan dam contoh-contoh), dan Bayan Tafsir (menjelaskan dengan

memberikan rincian, batasan, bahkan tambahan).23

M.Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah juga berpendapat bahwa ayat

ini menugaskan Nabi Muhammas saw. untuk menjelaskan al-Qur‟an. Bayan

atau penjelasan Nabi Muhammad saw. itu bermacam-macam dan bertingkat-

tingkat. Memang as-Sunnah mempunyai fungsi yang berhubungan dengan al-

Qur‟an dan fungsi sehubungan dengan pembinaan hukum syara‟. Ada dua

fungsi penjelasan Nabi Muhammad saw. dalam kaitannya dengan al-Qur‟an,

yaitu Bayan Ta‟kid dan Bayan Tafsir. Yang pertama sekedar menguatkan atau

menggarisbawahi kembali apa yang terdapat dalam al-Qur‟an, sedangkan

yang kedua memperjelas,merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari

ayat-ayat al-Qur‟an.24

Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban Nabi saw.

untuk menjelaskan al-Qur‟an, sementara kewajiban manusia adalah menerima

penjelaskan-penjelasan tersebut atas dasar pemikiran yang sehat. Sebab, al-

Qur‟an adalah adz-dzikr atau „pengingat‟, dan di saat yang sama merupakan

cara untuk mengundang perhatian manusia, seraya menjauhkannya dari

kealpaan, kelupaan, dan perilaku keliru.25

C. Kompetensi Guru Dalam Surat Al-Nahl ayat 43-44

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi kemampuan guru dalam pengelolaan peserta didik yang

meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman

tentang peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan diologis,

evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

23 Salman Harun, tafsir Tarbawi Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur‟an, (Ciputat: UIN

Jakarta Press, 2013), cet ke-1. h 64

24

M.Quraish Shihab,Op.Cit.h. 239

25

Kamal Faqih Imani,Tafsir Nurul Quran 8, (Jakarta: Al-Huda,2005),h. 526

Page 56: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

43

Dalam hal ini ditemukan dua kompetensi pedagogik dalam surat an-Nahl

ayat 43-44, yakni

adalah wahyu, اهل الذكر adalah orang-orang yang paham tentang wahyu,

dalam kasus ini maksudnya adalah Ahl Kitab. Jadi, bila kalian wahai kaum

musyrikin tidak percaya bahwa Rasul Allah kepada manusia itu adalah juga

seorang manusia, maka bertanyalah kepada Ahl Kitab, apakah Rasul-rasul

sebelum Nabi Muhammad seorang manusia, malaikat, atau bukan. Pasti

jawaban mereka adalah manusia

Dalam ayat ini menggambarkan bahwasannya seorang guru harus

lebih unggul terhadap muridnya baik dalam bidang kognitif, psikomotorik

maupun afektif dan seorang guru harus memiliki inovasi dalam mengelola

pembelajaran. Seorang murid biasanya lebih percaya kepada apa yang

dikatakan gurunya dibandingkan oleh orang tuanya, maka dari itu seorang

guru sebaiknya mentransfer ilmu pengetahuan yang positif, valid dan juga

sesuai dengan usia peserta didiknya. Rasa percaya seorang murid terhadap

gurunya sangat besar, sehingga murid akan selalu bertanya hal-hal yang tidak

diketahuinya kepada gurunya.

Didalam ayat 44 Surat al-Nahl jika dihubungkan dengan kompetensi guru

adalah setiap guru wajib memahami setiap bahan ajar/materi yang akan

disampaikan seperti wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad

menjadi sangat penting. Karena bahan ajar atau materi yang disampaikan

sangat berguna bagi peserta didik dalam memahami pelajaran yang akan dia

dapat.

Page 57: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

44

2. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara meluas dan mendalam26

yaitu meliputi konsep, struktur,

dan metode keilmuan teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi

ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata

pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-

hari dan kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap

melestarikan nilai dan budaya nasional.

Berkaitan dengan hal ini ditemukan kompetensi profesional dalam surat

al-Nahl ayat 44, yakni:

Kata bayyinat berarti bukti-bukti jelas misi kenabian sedangkan zabur

adalah bentuk jamak dari zabur yang berarti kitab langit. Penjelasannya yaitu

bahwa Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk menerangkan

kepada umat manusia yang belum mengetahui tentang apa yang dibawanya

dan dibawa oleh Nabi sebelumnya, dengan bukti-bukti yang jelas dan kitab-

kitab suci. Ayat ini menjelaskan bahwa seorang guru harus mempunyai

panduan/referensi berupa buku-buku pegangan (bayyinat) dan diktat-diktat

(zubur) hal ini bertujuan sebagai tuntutan untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

3. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang dimiliki

oleh seorang guru berupa berakhlak mulia, mantap, stabil dan dewasa, arif dan

bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan

diri dan religius. Berkaitan dengan hal ini, ditemukan kompetensi kepribadian

dalam surat al-Nahl ayat 43, yakni:

26 M.Gorky Sembiring,Menjadi Guru Sejati, (Jogyakarta: Best Publisher, 2009)Cet. Ke-2, h. 40

Page 58: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

45

Manusia sebagai Rasul dalam ayat ini dinyatakan „laki-laki‟ yang

menunjukan bahwa Rasul itu seorang laki-laki, tidak ada Rasul perempuan.

Namun dalam dunia pendidikan guru boleh seorang perempuan, yang

terpenting bahwa ia disiapkan dengan baik, baik dalam segi perbuataannya,

sifatmya, agamanya dan pengetahuannya. Sebagaimana nabi disiapkan oleh

Allah dengan bimbingan dan pengetahuan yang diberikan kepadanya. Ayat ini

menjelaskan bahwa seorang guru tidak harus laki-laki asalakan orang tersebut

mempunyai sifat yang baik yang dapat diteladani oleh murid-muridnya, mau

mengevaluasi diri sendiri melalui bimbingan-bimbingan, dan bersikap mantap,

tegas, arif, dan bijakasana terhadap anak didiknya.

D. Surah Ar-Rahman ayat 1-4

1. Teks dan Terjemahan Ayat

1. (Tuhan) yang maha pemurah

2. Yang telah mengajarkan al-Qur‟an

3. Dia menciptakan manusia

4. Mengajarnya pandai bicara

2. Kosa-Kata Ayat

= Ar-Rahman : salah satu di antara nama-nama Allah yang indah

(Asmaul Husna).

= umat manusia27

27

Ahmad Musthopa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi (Terj). (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1989),h. 184

Page 59: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

46

= kata al-bayan berasal dari bana-yabinu-bayanan yang berarti nyata,

terang dan jelas. Dengan al-bayan dapat terungkap apa yang belum jelas.

Pengajaran al-bayan oleh Allah tidak hanya terbatas pada ucapan, tetapi

mencakup segala bentuk ekspresi, termasuk seni dan raut muka.28

3. Asbabunnuzul (Latar Belakang Turunnya Al-Qur’an)

Surat ar-Rahman terdiri dari 78 ayat, termasuk kelompok surah

Madaniyyah, diturunkan sesudah surat ar-rad. Dinamai ar-Rahman (Yang

Maha Pemurah), diambil dari kata ar-rahman yang terdapat pada ayat

pertama surah ini. Ar-Rahman adalah salah satu dari nama-nama Allah.

Sebagian besar dari isi surah ini menerangkan kemurahan Allah kepada

hamba-hamba-Nya, dengan memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga

kepada mereka baik di dunia maupun diakhirat nanti.29

Surat ini pula berisi

tentang penjelasan-penjelasan bagi nikmat Allah yang dimulai dengan nikmat

yang paling besar yang dicurahkan kepada manusia yaitu Al-Qur‟an,

kemudian nikmat yang terbentang dalam alam ini, kemudian tentang kejadian

manusia, sesudah itu tentang hal kiamat dan keadaan neraka. Pada akhirnya

diterangkan tentang hal surge dan segala kenikmatan yang didalamnya

disediakan untuk As Sabiqin dan Ashhabul Yamin.30

28

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan tafsirnya Jilid IX Juz 27, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010 ), Hal 590.

29 Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Dan tafsirnya Jilid IX Juz 27, (Jakarta: Lentera Abadi,

2010), Hal 589

30

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Al Bayan ( Tafsir Penjelas Al-Quranul

Karim),(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002),h. 1263

Page 60: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

47

E. Tafsir Surat Ar-Rahman Menurut Para Mufassir

1. Tafsir Surat Ar-Rahman ayat 1-2

“Ar-Rahman. Dialah yang telah mengajarkan al-Qur‟an”

Ahmad Mustafa al-Maraghi di dalam tafsir Maraghi, menjelaskan bahwa

Allah telah mengajari Nabi Muhammad saw al-Qur‟an dan Nabi Muhammad

mengajarkan kepada umatnya. Ayat ini sebagai jawaban kepada penduduk

Mekah ketika mereka mengatakan:

“Sesungguhnya al-Qur‟an itu diajarlan oleh seorang manusia kepadanya

(Muhammad).” (Q.S. An-Nahl:103).

Dan oleh karena surat ini menyebut-nyebut tentang nikmat-nikmat yang

telah Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya, maka terlebih dahulu

Allah menyebutkan nikmat yang merupakan nikmat terbesar kedudukannya

dan terbanyak manfaatnya. Bahkan paling sempurna faidahnya, yaitu nikmat

diajarkannya al-Qur‟an al-Karim. Karena dengan mengikuti al-Qur‟anul

Karim, maka diperolehlah kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan dengan

menempuh jalannya. Lalu doperolehlah segala keinginan di dunia dan di

akhirat, karena Al-Qur‟anlah puncak dari segala kitab Samawi, yang telah

diturunkan pada makhluk Allah yang terbaik.31

M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah mengatakan , surah ini dimulai

dengan menyebut sifat rahmat-Nya yang menyeluruh yaitu ar-Rahman, yakni

Allah yang mencurahkan rahmat kepada seluruh makhluk dalam kehidupan

dunia ini, baik manusia atau jin yang taat dan durhaka, malaikat, binatang,

maupun tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Dimulainya surah ini dengan kata

31 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Margahi (Terjemahan), (Semarang: Toba Putra,

1989), Cet ke-1, hal 183

Page 61: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

48

tersebut bertujuan juga mengundang rasa ingin tah mereka dengan harapan

akan tergugah untuk mengakui nikmat-nikmat dan beriman kepada-Nya.32

Kata terambil dari akar kata “rahmat”, dengan alasan bahwa

“timbangan” kata tersebut dikenal dalam bahasa Arab. Rahman setimbang

dengan kata fa‟lan , timbangan fa‟lan biasanya menunjukan kepada

kesempurnaan atau kesamarataan. Oleh sebab itu sehingga tidak ada bentuk

jamak dari kata Rahman karena kesempurnaannya itu, dan tidak ada juga yang

wajar dinamai Rahman kecuali Allah swt. didalam surat al-Isra ayat 110 Allah

berfirman

“Katakanlah: “ Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama

yang mana saja kamu seru. Dia mempunyai al-Asma‟ al-Husna (nama-

nama terbaik).” (Q.S. Al-Isra:110)33

Sementara itu Hamka dalam tafsir al Azhar menerangkan arti dari

Rahman adalah amat luas, kalimat dalam pengambilannya ialah Rahmat,

yang berarti kasih, sayang, cinta, pemurah. Dia meliputi kepada segala segi

dari kehidupan manusia dan terbentang di dalam segala makhluk yang wujud

dalam dunia ini. Di dalam ayat-ayat al-Qur‟an kita akan bertemu dengan ayat-

ayat yang menyebutkan Rahmat Allah, tidak kurang daripada 60 kali. Dan

dengan jelas pula Tuhan bersabda:

“Dia telah memastikan kepada diriNya sendiri supaya memberi

rahmat”(Q.S. al-An‟am:12)

Dan sabdaNya pula:

32 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an), (Jakarta:

Lentera Hati, 2002), Cet Ke-1, hal 277

33

Ibid, h. 41-42

Page 62: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

49

“ Dan Tuhan engkau itu adalah kaya, Dia mempunyai Rahmat.” (Q.S. al-

An‟am: 133)

Maka kalau kiranya Allah adalah bersifat Rahman, semestinya kita

sebagai insan ini meniru pula sifat Tuhan itu, sebagai mana tersebut di dalam

Hadis:

“Kasihanilah olehmu orang yang ada di muka bumi, agar kasih pula

kepada engkau Tuhan yang di langit”.(H.R at-Termidz)34

Setelah itu mulailah Tuhan memperincikan RahmatNya itu. “Yang

mengajarkan al-Qur‟an.” Inilah salah satu dari Rahman, atau kasihsayang

Tuhan kepada manusia, yaitu diajarkan kepada manusia itu al-Qur‟an, yaitu

Wahyu Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. yang dengan

sebab al-Qur‟an itu manusia dikeluarkan daripada gelap gulita kepada terang

menderang, dibawa kepada jalan yang lurus. Maka tersebutlah pula di dalam

surat al-Qiyamah:

“Apakah menyangka manusia bahwa mereka akan dibiarkan saja kucar-

kacir?.”(Q.S.al-Qiyamah:36)

Maka datanglah pelajaran al-Qur‟an kepada manusia, adalah sebagai

menggenapkan kasih sayang Tuhan kepada manusia, sesuai pula dengan

sabda Tuhan:

34 Hamka,Tafsir al-Azhar juzu‟XXVII,(Jakarta: Pustaka Panji Mas,1980),h. 180

Page 63: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

50

“Dan tidaklah Kami utus akan dikau, melainkan sebagai Rahmat bagi seisi

Alam.”(Q.S. al-Anbiya:107)

Rahmat Ilahi yang paling utama ialah ilmu pengetahuan yang

dianugerahkan Allah kepada kita manusia. Mengetahui itu adalah suatu

kebahagiaan.35

Sementara itu menurut Salman Harun dalam Tafsir Tarbawi, berpendapat

Ar-Rahman adalah maha pengasih kepada seluruh makhluk-Nya. Kasih-Nya

tak pilih kasih. Jangankan manusia, apa saja hewan yang melata diatas bumi

ini pun ia jamin rezekinya bila berusaha. Didalam ayat lain Allah berfirman

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah

yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang

itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitb yang

nyata(Lauh Mahfuzh).”(Q.S.Al-Hud:6)

Karena itu ia mengasih menusia yang kafir atau jahat sekalipun. Namun

saja kasih-Nya itu tanpa sayang-Nya (ar-rahim). Sayang-Nya itu hanya untuk

orang baik dan diberikan-Nya terutama nanti di akhirat sedangkan Kasih-Nya

hanya didunia. Penyebutan Tuhan dengan nama ar-Rahman itu mengejutkan

masyarakat jahiliyah Arab. Sebabnya antara lain, nama itu menggah mereka,

karena selama ini mereka memahami bahwa Tuhan itu sesuatu zat yang

Mahadahsyat yang perlu ditakuti serta nama itu menarik hati mereka, karena

dinyatakan sebagai “Yang Mahakasih” yang menyejukan hati mereka.36

Syaikh Imam al Qurthubi dalam tafsir Al-Qurthubi menjelaskan bahwa

Sa‟id bin Jubair dan Amir Asy-Sya‟bi berkata “ , ada tiga pembuka

35Ibid,181

36

Salman Harun, Tafsir Tarbawi Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur‟an, (Ciputat: UIN

Jakarta Press, 2013), Cet.Ke-1.h. 53-54

Page 64: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

51

surah yang apabila ketiganya digabungkan maka menjadi salah satu nama

Allah swt, yaitu, bila digabungkan menjadi . . Firman Allah

swt “yang telah mengajarkan al-Qur‟an”, maksudnya yang telah

mengajarkannya kepada Nabi-Nya hingga ia dapat menyampaikannya kepada

seluruh manusia. Surat ini diturunkan ketika orang-orang bertanya “apa itu

itu?” Ada juga yang mengatakan bahwa surat ini turun sebagai

bantahan atas penduduk Mekkah ketika mereka berkata “sesungguhnya yang

mengajarinya (Muhammad) adalah manusia, yaitu Yamamah yang bernama

Rahman.” Yang mereka maksud ialah Musailamah al Kazab (si pembohong).

Allah swt pun menurunkan firman-Nya “Tuhan yang

maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Qur’an”. 37

Selanjutnya Salman Harun dalam tafsir Tarbawi menjelaskan kalimat

bahwa Allah mengajarkan Al-Qur‟an kepada Nabi-Nya Muhammad

saw. dengan cara mula-mula Allah mengajarkannya kepada Jibril a.s lalu

Jibril menyampaikannya kepada beliau. Kemudian beliau menyampaikannya

kepada para sahabat, dan para sahabat menyampaikannya kepada umat

manusia.38

Dalam tafsir al-misbah Quraish Shihab menerangkan kata

„allama/mengajarkan memerlukan dua objek. Banyak ulama yang

menyebutkan objeknya adalah kata al-insan/manusia yang

diisyaratkan oleh ayat berikut. Thabathaba‟I menambahkan bahwa jin juga

termasuk karena surah ini ditunjukan kepada manusia dan jin. Malaikat Jibril

37 Syaikh Imam al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi,(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 516

38

Salman Harun, op.cit. h 54

Page 65: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

52

yang menerima dari Allah wahyu-wahyu al-Qur‟an untuk disampaikan

kepada Rasul Saw, termasuk juga yang diajar-Nya, karena bagaimana

mungkin malaikat dapat menyapaikan bahkan mengajarkannya kepada Nabi

Muhammad saw. Didalam ayat lain Allah berfirman dalam surah an-Najm

ayat 5

“Dia diajar oleh (jibril) yang sangat kuat.”(Q.S. An-Najm:5)

Malaikat Jibril tidak mampu mengajarkan firman Allah itu kepada Nabi

Muhammad saw, jika malaikat itu sendiri tidak memperoleh pengajaran dari

Allah swt.39

Syaikh Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya al-Qurthubi memaparkan

bahwa Az-Zajjaj berkata, makna firman Allah swt adalah dia

memudahkan al-Qur‟an untuk diingat dan dibaca. Sebagaimana dia

berfirman:

‟‟Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur‟an untuk

pelajaran.‟‟(Q.S. Al-Qamar:17)40

2. Tafsir Surat ar-Rahman ayat 3-4

“Dia menciptakan manusia. Mengajarkannya pandai berbicara.”

39 M. Quraish Shihab,op.cit , h. 278

40

Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi(Terj),(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), cet I,

h. 516

Page 66: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

53

Salman Harun didalam Tafsir Tarbawi, berpendapat bahwa

yang terdapat dalam surat ar-Rahman juga menerangkan tentang penciptaan

manusia yang khusus disebutkan didalam surat ini, dan juga karena manusia

adalah makhuk-Nya yang paling mulia. Hanya manusia yang memiliki

jasmani yang paling sempurna dengan otak dan panca indera yang sempurna

pula. Disamping itu hanya manusia yang berdiri tegak dan tangannya lepas.

Dengan berdiri tegak kepala ketas, maka manusia dapar berpikir, yang

melahirkan ilmu pengetahuan. Dan dengan tangan lepas manusia dapat

merealisasikan ilmu pengetahuannya, yang melahirkan teknologi. Terlebih

lagi hanya manusia yang memiliki kalbu. Dengan kalbu manusia dapat

menerima agama lalu bermoral dan bertuhan. Hanya manusia yang memiliki

kecerdasan sehingga mengembangkan ilmu dan teknologi. 41

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan Allah ar-Rahman

yang mengajarkan al-Qur‟an itu Dialah yang menciptakan manusia makhluk

yang paling membutuhkan tuntunan-Nya, sekaligus yang paling berpotensi

memanfaatkan tuntunan itu dan mengajarnya ekspresi yakni kemampuan

menjelaskan apa yang ada dalam benaknya, dengan berbagai cara utamanya

adalah bercakap dengan baik dan benar. Kata ( al-insan pada ayat ini

mencakup semua jenis manusia, sejak Adam as. hingga akhir zaman.42

Selanjutnya al-Marogi berpendapat tentang adalah

bahwa Allah telah menciptakan manusia ini dan mengajarinya

mengungkapkan apa yang terlintas dalam hatinya dan terbertik dalam

sanubarinya. Sekiranya tidak demikian, maka Nabi Muhammad saw. tak akan

dapat mengajarkan al-Qur‟an kepada umatnya. Oleh karena manusia itu

makhluk sosial menurut tabiatnya, yang tak bisa hidup kecuali bermasyarakat

dengan sesamanya, maka haruslah ada bahasa yang digunakan untuk saling

41 Salman Harun, Op.cit, h.54

42

Quraish Shihab, Op. cit, h. 494

Page 67: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

54

memahamkan sesamanya, dan untuk menulis kepada sesamanya yang berada

ditempat-tempat jauh dan negeri-negeri seberang, disamping itu untuk

memlihara ilmu-ilmu orang terdahulu, supaya dapat diambil manfaatnya oleh

generasi berikut, dan supaya ilmu-ilmu itu dapat ditambah oleh generasi atas

hasil usaha yang diperoleh oleh generasi yang lalu.43

Lebih jauh al-Qurthubi menerangkan firman Allah “Dia

menciptakan manusia.” Ibnu Abbas RA, Qatadah dan Hasan berkata,

maksudnya adalah Adam as. Dan firman Allah Mengajarnya

pandai berbicara”. Maksudnya, mengajarkan nama-nama segala sesuatu. Ada

juga yang mengatakan bahwa maksudnya adalah mengajarkan bahasa

seluruhnya.44

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA dan juga Ibnu Kaisan yang dikutip

dalam Tafsir al-Qurthubi bahwa maksud disini adalah Muhammad saw

dan maksud adalah kejelasan yang halal dari yang haram dan petunjuk

dari kesesatan. Adalagi yang mengatakan bahwa maksudnya adalah apa yang

telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Karena, Dia menjelaskna tentang

orang-orang terdahulu dan orang-orang yang akan datang, juga hari kiamat.

Ada pula yang mengatakan maksud dari kata adalah kebaikan dan

keburukan. Rabi‟ bin Annas berkata “maksudnya adalah apa yang bermanfaat

baginya dan yang memudharatkannya”. Dan selanjutnya ada pula yang

berpendapat bahwa maksud kata adalah seluruh manusia. Artinya, itu

adalah nama bagi jenis, sementara maksud , berdasarkan pendapat ini

43 Ahmad Musthopa al-Maraghi, Tafsir Al-maraghi (Terj).(Semarang:PT. Karya Toha Putra,

1989), cet.2, h. 188

44

Syaikh Imam al-Qurthubi, Op.cit, h. 517

Page 68: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

55

adalah bicara dan paham. Ini termasuk hal yang menjadikan manusia lebih

utama dari seluruh makhluk hidup. 45

As-Suddi berkata yang dikutip pula oleh Syeikh Imam al-Qurthubi

didalam tafsirnya al-Qurthubi “Dia mengajarkan kepada setiap kaum bahasa

mereka yang mereka gunakan untuk berkomunikasi”. Yaman berkata,

maksudnya adalah tulisan dan menulis dengan menggunakan pena.

Padananya adalah firman Allah swt “Yang

mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada

manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Q.S.Al-Alaq:4-5).46

Selanjutnya Salman Harun dalam Tafsir Tarbawi memaparkan

“Mengajanya pandai berbicara” Allah memberi manusia kemampuan

berbicara. Tidak hanya berbicar tetapi juga kemampuan menjelaskan

pikirannya. Dan tidak hanya menjelaskan pikirannya tetapi juga kemampuan

logika dan berteori. al-bayan adalah ekspresi , baik dengan perbuatan,

perkataan, ataupun pikiran.47

Selanjutnya, Hamka dalam Tafsir al-Azhar menjelaskan tentang

“yang menciptakan manusia” bahwa penciptaan manusia pun adalah

satu diantara tanda Rahman Tuhan kepada alam ini. Sebab di antara begitu

banyak makhluk ilahi didalam alam, manusialah satu-satunya makhluk paling

mulia. Kemudian itulah salah satu Rahman Ilahi:

45 Ibid, h. 517

46

Ibid, h. 518

47

Salman Harun, Op.cit,h.55

Page 69: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

56

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam dan Kami

tanggung dia di darat dan di laut dan Kami beri rezeki dia dengan yang

baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna

atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.(Q.S.Al-Isra‟:70)

Maka terbentanglak alam luas ini dan berdiamlah manusia di atasnya.

Maka dengan Rahmat Allah yang ada pada manusia tadi, yaitu akalnya dan

fikirannya dapatlah manusia menyesuaikan dirinya dengan alam. Manusia

dengan akal budinya mampu menembus jarak dan perpisahan yang jauh

dengan membuat bahtera dan kapal untuk menghubungkannya satu dengan

yang lain. Diantara begitu banyak makhluk Tuhan di dalam dunia ini,

manusialah yang dikaruniai perkembangan akal dan fikiran, sehingga

timbullah pepatah yang terkenal, bahwasannya tabiat manusia itu ialah hidup

yang lebih maju.48

Selanjutnya Hamka memaparkan tentang “yang mengajarkan

kepadanya berbicara”. Barulah Rahman Allah kepada manusia tadi lebih

sempurna lagi, karena manusiapun diajar oleh Tuhan menyatakan perasaan

hatinya dengan kata-kata. itulah yang didalam bahasa Arab disebut “al-

Bayaan”, yaitu menjelaskan, menerangkan apa yang terasa di hati, sehingga

timbullah bahasa-bahasa. Kitapun sudah sama maklum bagaimana pentingnya

kemajuan bahasa karena kemajuan ilmu pengetahuan. Suatu bangsa yang

lebih maju, terutama dilihat orang dalam kesanggupan memakai bahasa,

memakai bicara. Alangkah malang yang tidak sanggup memakai lidahnya

untuk mentakan perasaan hatinya, “bagai orang bisu bermimpi” kemana dan

bagaimana dia akan menerangkan mimpinya? Oleh sebab itu jelaslah bahwa

pemakaian bahasa adalah salah satu di antara Rahman Allah juga di muka

bumi ini. Beribu-ribu sampai berjuta-juta buku-buku yang dikarang, dalam

beratus ragam bahasa, semuanya menyatakan apa yang terasa di hati sebagai

hasil penyelidikan, pengelaman, dan kemajuan hidup.49

48 Hamka,Tafsir Al-Azhar Juzu‟ XXVII,(Jakarta:Pustaka Panji Mas,1980),h. 182

49

Ibid,182

Page 70: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

57

F. Kompetensi Guru Dalam Surat Ar-Rahman Ayat 1-4

1. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara meluas dan mendalam50

yaitu meliputi konsep, struktur,

dan metode keilmuan teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi

ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata

pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan

sehari-hari dan kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan

tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

Berhubungan dengan kompetensi ini, ditemukan kompetensi profesional

dalam surat ar-Rahman, yakni:

Allah mengajarkan Al-Qur‟an kepada Nabi Muhammad melalui malaikat

Jibril. Allah mula-mula mengajarkannya kepada Jibril a.s lalu Jibril

menyampaikannya kepada Nabi Muhammad. Kemudian Nabi Muhammad

menyampaikannya kepada para sahabat, dan para sahabat menyampaikannya

kepada umat manusia. penulis menganalisis bahwa didalam surat ar-Rahman

kata ini dapat diartikan guru yang kompeten atau profesional harus mampu

menguasai materi dalam mengajar, kemudian mampu menyampaikannya

kepada peserta didik melalui metode yang tepat, kemudian mampu

mengevaluasi hasil pembelajaran yang telah diajarkan kepada peserta didik.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang dimiliki

oleh seorang guru berupa berakhlak mulia, mantap, stabil dan dewasa, arif

dan bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri,

50

M.Gorky Sembiring,Menjadi Guru Sejati, (Jogyakarta: Best Publisher, 2009)Cet. Ke-2, h. 40

Page 71: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

58

mengembangkan diri dan religius. Hal ini sejalan dengan kompetensi guru

yang terdapat dalam surat ar-Rahman ayat pertama, yakni:

Ayat ini menjelaskan bagaimana seorang pendidik selain mengajarkan

seseorang juga harus memiliki sifat kasih sayang serta cinta yang tulus

sehingga tidak mudah emosi dan selalu sabar dalam mengajarkan peserta

didiknya. Seorang guru yang menyayangi muridnya dengan tulus maka

muridnyapun akan bersikap demikian.

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial meliputi kualitas guru sebagai bagian dari kehidupan

sosial. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat

sekitar. Hal ini sejalan dengan kompetensi yang ditemukan dalam surat ar-

Rahman ayat keempat, yakni:

Kata tidak selalu dalam bentuk mendiktekan sesuatu atau

menyampaikan suatu kata juga ide, tetapi dapat juga dalam arti mengasah

potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga akhirnya potensi itu terasah

dan dapat melahirkan aneka pengetahuan. Kemudian dalam kata ( ) pada

mulanya berarti jelas,namun ada pula yang berpendapat “potensi

menggungkapkan”, yakni kalam/ucapan yang dengannya dapat terungkap

apa yang terdapat dalam benak, akan tetapi al-bayan itu tidak hanya terbatas

pada ucapan saja melainkan mencakup segala bentuk ekspresi, termasuk seni

dan raut muka. Allah memberikan Nabi Adam atau Nabi Muhammad

kemampuan untuk berbicara, mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya

Page 72: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

59

dalam bentuk kata-kata yang pada akhirnya timbullah bahasa-bahasa yang

mudah untuk dipahami. Dengan menggunakan kemampuan berbicara inilah

yang membuat proses penyampaian pelajaran menjadi sangat jelas dan mudah

dimengerti.

Didalam surat ini menggambarkan bahwasannya seorang guru dan murid

harus bisa menjalin komunikasi yang efektif, tidak terbatas hanya dengan

murid saja, tetapi seorang guru harus membangun komunikasi dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali bahkan dengan masyarakat

sekitar. Hal ini bertujuan agar terciptanya hubungan yang harmonis antara

pihak sekolah dengan pihak yang berada diluar sekolah sehingga

memudahkan proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

G. Analisis Temuan Kompetensi Guru dalam Surat ar-Rahman ayat 1-4

dan Surat al-Nahl Ayat 43-44 dan Implementasinya Dalam Dunia

Pendidikan

Seorang guru dianggap kompeten apabila ia memiliki kemampuan untuk

mengembangkan kepribadiannya, menguasai ilmu pengetahuan yang luas,

memiliki keterampilan, memiliki kemampuan berkarya sehingga dapat

mandiri, menilai dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab, dapat

hidup bermasyarakat dan bekerjasama, saling menghormati dan menghargai

nilai-nilai pluralism serta kedamaian.

Seorang guru harus bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial,

dan kebudayaan nasional Indonesia, disamping itu, guru harus bersifat

inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif dalam menghadapi para

peserta didik yang beragam, tentunya seorang guru harus menguasai materi

pelajaran, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung bidang

pengembangan yang berlaku dalam pengembangan materi pelajaran secara

kreatif. Karena hal ini juga diterangkan dalam undang-undang, yaitu:

Page 73: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

60

Standar guru yang tertuang dalam undang-undang Republik Indonesia

No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, menyatakan bahwa guru

memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik (kemampuan

mengelola pelajaran peserta didik), kompetensi kepribadian (kompetensi

kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi

teladan), kompetensi sosial (berinteraksi secara efisein dengan peserta didik,

dan masyarakat sekitar), dan kompetensi profesional (kemampuan

penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam)

Dalam bergaul dengan peserta didik, tenaga pendidikan, orang tua wali,

masyarakat, guru juga harus bersikap komunikatif, empatik dan santun.

Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan mampu

menjadi teladan bagi mereka, menampilkan diri menjadi pribadi yang

mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menunjukan etos kerja, tanggung

jawab yang tinggi,rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri,

menjunjung kode etik profesi guru, beradaptasi ditempat bertugas diseluruh

Indonesia yang memiliki keberagaman sosial budaya.

Kompetensi guru adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan

keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran

dan pendidikan. Kompetensi guru tersebut meliputi:

1. Kompetensi intelektual; perangkat kemampuan fisik yang diperlukan

untuk menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai

situasi.

2. Kompetensi pribadi; perangkat perilaku yang berkaitan dengan

kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi

mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas dan pemahaman

diri.

3. Kompetensi sosial; perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar

dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari

lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif.

Page 74: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

61

4. Kompetensi spiritual; pemahaman penghayatan serta pengalaman

kaidah-kaidah keagamaan.

5. Kompetensi fisik; perangkat fisik yang diperlukan untuk menunjang

pelaksaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi.51

Dari pengertian kompetensi guru diatas, dapat penulis jabarkan bahwa

seorang guru harus dapat menguasai karakteristik para peserta didik dalam

berbagai aspek, diantaranya aspek fisik, moral, emosional dan intelektual

selanjutnya guru harus menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik, kemudian dapat mengembangkan kurikulum

yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Seorang guru juga harus

kreatif dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dikelas,

memfasilitasi pengembangan potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara

afektif, empatik dan santun dengan peserta didik. Selanjutnya, guru harus

mampu memberikan penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar,

kemudian memanfaatkan hasil penilai dan evaluasi untuk kepentingan

kegiatan pengembangan.

Masalah kompetensi guru di Indonesia merupakan keutamaan yang harus

dimiliki oleh setiap guru, baik yang berhubungan dengan pribadi guru

(internal) maupun saat melakukan interaksi dengan peserta didik, sesame

guru dan masyarakat (eksternal). Agar guru dapat melaksanakan tugas dan

fungsinya dalam pendidikan secara profesional. Sehingga pendidikan menjadi

media trasformasi keilmuan, pengalaman, emosional, dan spiritual, dan

peningkatan sumber daya masyarakat (SDM) dapat terwujud sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan bersama.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaan

peserta didik yang meliputi pemahaman wawasan atau landasan

51 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),h. 55-61

Page 75: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

62

kependidikan, pemahaman tentang peserta didik, pengembangan kurikulum

atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang

mendidik dan diologis, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.52

Seorang guru harus memahami tingkat pendidikan dan konsep yang

terkait dengannya. Diantaranya yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan,

konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan

keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antar

sekolah, keluarga, dan masyarakat, sistem pendidikan nasional, dan inovasi

pendidikan.

Pemahaman yang benar tentang konsep pendidikan tersebut agar

membuat guru sadar posisi stategisnya ditengah masyarakat dan perannya

yang besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Joseph Fischer menulis”

Pendidikan adalah penanaman pengetahuan, keterampilan, nilai, dan perilaku

melalui prosedur yang standar”.53

Dalam ayat ini menggambarkan bahwa seorang guru harus mempunyai

wawasan atau bidang keilmuan yang lebih tinggi daripada peserta didiknya,

sehingga guru dapat menanamkan hal-hal yang belum diketahui oleh

muridnya yang pada akhirnya hakikat belajar yang pada awalnya belum

mengetahui menjadi mengetahui. Hal demikian ini seperti didalam surat al-

Nahl ayat 43

Menurut Salman Harun, adalah wahyu, اهل الذكر adalah orang-orang

yang paham tentang wahyu, dalam kasus ini maksudnya adalah Ahl Kitab.

52 Jejen Musfah,Peningkatan Kompetensi Guru Melaui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori

dan Praktik, (Jakarta: Prenadamedia Group,2011),h. 31

53

Ibid,h. 31

Page 76: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

63

Jadi, bila kalian wahai kaum musyrikin tidak percaya bahwa Rasul Allah

kepada manusia itu adalah juga seorang manusia, maka bertanyalah kepada

Ahl Kitab, apakah Rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad seorang manusia,

malaikat, atau bukan. Pasti jawaban mereka adalah manusia.54

Dalam ayat ini menggambarkan bahwasannya seorang guru harus lebih

unggul terhadap muridnya baik dalam bidang kognitif, psikomotorik maupun

afektif. Seorang murid biasanya lebih percaya kepada apa yang dikatakan

gurunya dibandingkan oleh orang tuanya, maka dari itu seorang guru

sebaiknya mentransfer ilmu pengetahuan yang positif, valid dan juga sesuai

dengan usia peserta didiknya. Rasa percaya seorang murid terhadap gurunya

sangat besar, sehingga murid akan selalu bertanya hal-hal yang tidak

diketahuinya kepada gurunya. Eksistensi seorang guru sungguh sangat

penting sehingga orang yang mnegikuti pendidikan dan pembelajaran

membutuhkan guru untuk membimbing dan mengarahkan segala hal untuk

mencapai tujuan belajarnya. Seorang guru harus terus menerus

memperbaharui pengetahuannya sejalan dengan perkembangan zaman yang

terus berubah. Untuk mencapai kondisi tersebut, hal pertama yang harus

dilakukan adalah mengondisikan guru agar memiliki kualitas dan kualifikasi

yang memadai, tingkat kelayakannya sesuai dengan bidang yang ditangani,

sehingga jika gurunya sudah berkualitas, upaya peningkatan kualitas sumber

daya alam (peserta didik) merupakan hal yang mudah untuk diwujudkan.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan

peserta didik. Maka seorang guru harus dilengkapi kemampuan sebagai

berikut:

a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.

b. Pemahaman terhadap peserta didik.

c. Pengembangan kurikulum/silabus

d. Perancangan pembelajaran.

54 Salman Harun, tafsir Tarbawi Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur‟an, (Ciputat: UIN

Jakarta Press, 2013), cet ke-1. Hal 63

Page 77: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

64

e. Evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya.55

Guru merupakan seorang manajer dalam pembelajaran, yang bertanggung

jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau

perbaikan program pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, ada empat hal

yang harus dilakukan yakni, menilai kesesuaian program yang ada dengan

tuntutan kebudayaan dan kebutuhan peserta didik, meningkatkan perencanaan

program, memilih dan melaksanakan program, serta menilai perubahan

program.56

Hal ini berkaitan dengan apa yang dikatakan didalam surat al-

Nahl ayat 44 dalam kata yakni:

“Agar kamu menerangkan pada umat manusia”

Didalam ayat 44 Surat al-Nahl jika dihubungkan dengan kompetensi guru

adalah setiap guru wajib memahami setiap bahan ajar/materi yang akan

disampaikan seperti wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad

menjadi sangat penting. Karena bahan ajar atau materi yang disampaikan

sangat berguna bagi peserta didik dalam memahami pelajaran yang akan dia

dapat.

Dalam menyampaikan bahan pengajaran itu yang perlu diperhatikan

adalah:

1) Bahan yang disampaikan benar, tidak ada yang menyimpang

2) Penyampaian lancar, tidak tersedat-sedat.

3) Penyampaian harus sistematis.

4) Behasannya jelas dan benar, mudah dipahami oleh murid-murid

55 Jejen Musfah,Opcit,h. 32

56

E.Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2009),

Cet.Ke-4, h, 78

Page 78: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

65

Proses belajar mengajar dapat juga disebut dengan proses pengajaran,

karena didalam proses tersebut terdapat unsur interaksi antara guru dengan

siswa. Melalui kegiatan terpadu dan dari kegiatan belajar yang dilaksanakan

oleh siswa, dan kegiatan mengajar yang dilaksanakan oleh guru. Selain terjadi

interaksi dalam proses pengajaran itu, juga terdapat 4 komponen utama yang

perlu diatur dan dikembangkan secara baik, sehingga dari semua komponen

itu saling berpengaruh dan berhubungan dalam pencapaian tujuan yang telah

dirumuskan, 4 komponen itu antara lain:

a) Tujuan

b) Bahan pengajaran

c) Metode dan alat

d) Evaluasi

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan menguasai bahan

pengajaran oleh guru itu sangat mempengaruhi keberhasilan atau pencapaian

tujuan dalam proses belajar mengajar. Karena salah satu dari proses belajar

mengajar itu adalah kompetensi penguasaan bahan pengajaran. Kemudian

memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai kompetensi

akademik dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai

potensi non akademik.

Dalam teori lain dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan

kemampuan guru dalam pengelolaan, pembelajaran untuk kepentingan

peserta didik, paling tidak harus meliputi pemahaman wawasan atau

landasan kepemimpinan dan pemahaman terhadap peserta didik. Selain

itu, juga meliputi kemampuan dalam pengembangan kurikulum silabus

termasuk perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik serta

diologis. Ada pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi akhir belajar,

dan pengembangan peserta didik didalamnya. Ini semua dimaksudkan

demi mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh guru, sekali

lagi untuk kepentingan pencapaian tujuan pembelajaran.57

Dengan memiliki kompetensi pedagogik yang baik, guru diharapkan

dapat menyusun rancangan pembelajaran dan melaksanakannya. Untuk

57 Soekartawi dkk, Meningkatkan Rancangan Instruksional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1995),h. 54

Page 79: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

66

melaksanakan proses belajar mengajar yang maksimal guru memang tidak

cukup mengandalkan rancangan yang telah dibuatnya. Guru harus tetap

mencari metode dan strategi pembelajaran yang lain.

2. Kompetensi Profesional

Profesional berasal dari kata profesi (profession) yang artinya sebagai

jenis pekerjaan khas yang mana memerlukan pengetahuan, keahlian atau ilmu

pengetahuan yang digunakan dalam aplikasi untuk berhubungan dengan

orang lain, instansi atau lembaga. Menurut pendapat Ward dijelaskan bahwa

guru dikatakan profesional adalah seorang guru yang memiliki pengetahuan

mendalam tentang pekerjaannya yang diperoleh oleh latihan atau sekolah

khusus.58

Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara meluas dan mendalam59

yaitu meliputi konsep, struktur,

dan metode keilmuan teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi

ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata

pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan

sehari-hari dan kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan

tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.60

Kompetensi profesional dalam arti guru harus menguasai keilmuan

bidang studi yang diajarkannya, serta mampu melakukan kajian keritis dan

pendalaman isi bidang studi. Sebagai seorang profesional, guru harus

memiliki kpmpetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak

pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru,

58 Martinis Yamin dkk, Standarisasi Kinerja Guru,( Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h.

31

59

M.Gorky Sembiring,Menjadi Guru Sejati, (Jogyakarta: Best Publisher, 2009)Cet. Ke-2, h.

40

60

Jejen Musfah,Opcit,h. 54

Page 80: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

67

mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran

yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.61

Profesional berasal dari kata profesi (profession) yang artinya sebagai

jenis pekerjaan khas yang mana memerlukan pengetahuan, keahlian atau ilmu

pengetahuan yang digunakan dalam aplikasi untuk berhubungan dengan

orang lain, instansi atau lembaga. Menurut pendapat Ward dijelaskan bahwa

guru dikatakan profesional adalah seorang guru yang memiliki pengetahuan

mendalam tentang pekerjaannya yang diperoleh oleh latihan atau sekolah

khusus.62

Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara meluas dan mendalam63

yaitu meliputi konsep, struktur,

dan metode keilmuan teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi

ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata

pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan

sehari-hari dan kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan

tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.64

Kompetensi profesional dalam arti guru harus menguasai keilmuan

bidang studi yang diajarkannya, serta mampu melakukan kajian keritis dan

pendalaman isi bidang studi. Sebagai seorang profesional, guru harus

memiliki kpmpetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak

pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru,

mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran

yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.65

61Syaiful Sagala,Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,(Jakarta:

Alfabeta,2013)Cet,Ke-4,h. 39

62

Martinis Yamin dkk, Standarisasi Kinerja Guru,( Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h.

31

63

M.Gorky Sembiring,Menjadi Guru Sejati, (Jogyakarta: Best Publisher, 2009)Cet. Ke-2, h.

40

64 Jejen Musfah,Opcit,h. 54

65

Syaiful Sagala,Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,(Jakarta:

Alfabeta,2013)Cet,Ke-4,h. 39

Page 81: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

68

Sebelum memberikan materi ajar seorang guru harus yakin bahwa materi

yang diberikan telah teruji kebenarannya, dan materi tersebut dikaitkan

dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Materi yang diberikan

harus bersifat standar, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Materi yang

diberikan hendaknya yang menarik yang mampu memotivasikan peserta didik

sehingga peserta didik mempunyai minat untuk mengembangkan minat yang

dimilikinya dan mengembangkan apa yang ada dalam diri mereka melalui

proses belajar mengajar disekolah. Hasil pembelajaran yang diperoleh peserta

didik benar-benar bermanfaat bagi kehidupannya, dan peserta didik benar-

benar dapat bekerja menggunakan dan mengamalkan ilmu tersebut. Seperti

apa yang terdapat didalam surat ar-Rahman ayat 2

“Yang mengajarkannya al-Qur‟an”

Salman Harun mengatakan bahwa Allah mengajarkan al-Qur‟an kepada

Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Allah mula-mula mengajarkannya

kepada Jibril a.s lalu Jibril menyampaikannya kepada Nabi Muhammad.

Kemudian Nabi Muhammad menyampaikannya kepada para sahabat, dan

para sahabat menyampaikannya kepada umat manusia.66

Kemudian kompetensi guru didalam kata / allama setelah dianalisis

dari Tafsir al-Maraghi, penulis menganalisis bahwa didalam surat ar-Rahman

kata ini dapat diartikan guru yang kompeten atau profesional harus mampu

menguasai materi dalam mengajar, kemudian mampu menyampaikannya

kepada peserta didik melalui metode yang tepat, kemudian mampu

mengevaluasi hasil pembelajaran yang telah diajarkan kepada peserta didik.

66 Salman Harun,Tafsir Tarbawi (Nilai-Nilai Pendidikan dalam Al-Qur‟an), ( Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2013), Cet Ke-1, h. 54

Page 82: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

69

Kemampuan profesional guru berkenaan dengan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi

kurikulum pelajaran disekolah dan substansi keilmuan yang menaungi

materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan.67

Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam penguasaan

akademik (mata pelajaran/ bidang study) yang diajarkan dan terpadu dengan

kemampuan mengajarnya sekaligus sehingga guru itu memiliki wibawa

akademik.68

Selain itu menjadi seorang guru haruslah teliti dalam segala hal,

terutama dalam menyampaikan materi yang diajarkannya karena teliti dalam

bekerja merupakan salah satu ciri profesionalitas. Demikian juga al-Qur‟an

menuntut kita agar berkerja dengan penuh kesungguhan, apik dan bukan asal

jadi. Dalam surat al-An‟am dinyatakan:

“Katakanlah: “Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,

sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui,

siapakah (diantara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari

dunia ini, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan

mendapatkan keberuntungan.”(Q.S.Al-An‟am: 135)

Menurut badan Standar Nasional Pendidikan No. 88 Tahun 2006,

kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran

secara luas dan mendalam yang meliputi:

a. Konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang

menaungi/koheren dengan mata pelajaran.

b. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah.

c. Hubungan konsep antarmata pelajaran terkait.

d. Penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

67 Dikutip dari Makalah Pengembangan Profesi Keguruan.hal 9, dalam mengikuti mata

kuliah Pengembangan Profesi Keguruan (2 SKS) di semester 8 tahun ajaran 2016

68

Kunandar,Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),h. 56

Page 83: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

70

e. Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap

melestarikan nilai dan budaya nasional.69

Sedangkan ruang lingkup kompetensi profesional guru meliputi:

1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,

psikologis, sosiologis, dan sebagainya.

2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan

peserta didik.

3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi

tanggungjawabnya.

4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.

5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media, dan

sumber belajar yang relevan.

6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.

7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.70

Seorang guru yang profesional harus memiliki keahlian, keterampilan, dan

kemampuan sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara; “Tut wuri handayani,

ing garso sung tolodo, ing madyo mangun karso”. Tidak cukup dengan

hanya menguasai materi pembelajaran saja akan tetapi dapat mengayomi

muridnya. Guru profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap

pengetahuan dan mendalami keahliannya, kemudian guru profesional rajin

membaca literature-literatur, dengan tidak merasa rugi membeli buku-buku

yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya. Hal tersebut sejalan

dengan ayat

“Berikut kitab-kitab dan keterangan-keterangan”

Menurut Tafsir Nurul Qur‟an bayyinat berarti bukti-bukti jelas misi

kenabian sedangkan zabur adalah bentuk jamak dari zabur yang berarti kitab

langit. Penjelasannya yaitu bahwa Allah memerintahkan kepada Nabi

69 Jejen Musfah,Peningkatan Kompetensi Guru Melaui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori

dan Praktik, (Jakarta: Prenadamedia Group,2011),h. 54

70

E.Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2009), Cet.

4, h, 135-136

Page 84: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

71

Muhammad untuk menerangkan kepada umat manusia yang belum

mengetahui tentang apa yang dibawanya dan dibawa oleh Nabi sebelumnya,

dengan bukti-bukti yang jelas dan kitab-kitab suci.

Ayat ini menjelaskan bahwa seorang guru harus mempunyai

panduan/referensi berupa buku-buku pegangan (bayyinat) dan diktat-diktat

(zubur) hal ini bertujuan sebagai tuntutan untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Seorang guru selain harus mempunyai bahan ajar yang akurat juga harus

memahami materi pembelajaran. Beberapa hal penting yang harus dimiliki

guru adalah kemampuan menjabarkan materi standar dalam kurikulum.

Untuk kepentingan tersebut, guru harus menentukan secara tepat materi yang

relavan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Beberapa kriteria

yang harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan materi standar yang

akan diajarkan kepada peserta didik, menurut Hasan, sedikitnya mencakup

hal-hal sebagai berikut:

a) Validitas (Validity) atau tingkat ketepatan materi, sebelum memberikan

materi pelajaran seorang guru harus yakin bahwa materi yang diberikan

telah teruji kebenarannya.

b) Keberartian atau tingkat kepentingan materi tesebut dikaitkan dengan

kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Materi standar yang diberikan

harus relavan dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik, sehingga

bermanfaat bagi kehidupannya.

c) Relevansi (Relevance) dengan tingkat kemampuan peserta didik, artinya

tidak terlalu sulit, tidak terlalu mudah dan disesuaikan dengan variasi

lingkungan setempat dan kebutuhan lapangan pekerjaan serta masyarakat

pengguna saat ini dan yang akan datang.

d) Kemenarikan (Interes) pengertian menarik disini bukan hanya sekedar

menarik perhatian peserta didik pada sat mempelajari suatu materi

pelajaran.

e) Kepuasan (Satisfacation) kepuasan yang dimaksud merupakan

pembelajaran yang diperoleh peserta didik benar-benar bermanfaat bagi

kehidupannya, dan peserta didik benar-benar dapat bekerja dengan

menggunakan dan mengamalkan ilmu tersebut. Dengan memperoleh

nilai/inseftif yang sangat berarti bagi kehidupannya dimasa depan.71

71 Ibid,h. 140-141

Page 85: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

72

1. Mengorganisasikan Materi Pembelajaran

Seorang guru dituntut untuk menjadi ahli penyebar informasi yang baik

karena tugas utamanya antara lain menyampaikan informasi kepada peserta

didik. Disamping itu, guru juga berperan sebagai perencana (designer),

pelaksana (implementer), dan penilai (evaluator) materi pembelajaran.

Apabila pembelajaran diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pribadi para

peserta didik dengan penyedian ilmu yang tepat dan latihan keterampilan

yang mereka perlukan, haruslah ada ketergantungan terhadap materi

pembelajaran yang efektif dan terorganisasi. Untuk itu diperlukan peran baru

dari para guru, mereka dituntut memiliki keterampilan-keterampilan teknis

yang memungkinkan untuk mengorganisasikan bahan pembelajaran serta

menyampampaikan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.72

2. Mendayagunakan Sumber Belajar

Derasnya arus informasi yang berkembang dimasyarakat menuntut setiap

orang untuk bekerja keras agar dapat mengikuti dan memahaminya, kalau

tidak kita akan ketinggalan zaman. Demikian halnya dalam pembelajaran

disekolah, untuk memperoleh hasil yang optimal dituntut tidak hanya

mengandalkan terhadap apa yang ada didalam kelas, tetapi harus mampu dan

mau menelusuri berbagai sumber pembelajaran yang diperlukan. Guru

dituntut tidak hanya mendaya gunakan sumber-sumber pembelajaran yang

ada disekolah tetapi dituntut untuk mempelajari berbagai sumber, seperti

majalah, surat kabar, dan internet. Hal ini penting, agar apa yang dipelajari

sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat, sehigga tidak terjadi

kesenjangan dalam pola pikir peserta didik.73

72 Ibid,h. 148-149

73

Ibid,h. 156

Page 86: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

73

3. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang dimiliki

oleh seorang guru berupa berakhlak mulia, mantap, stabil dan dewasa, arif

dan bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri,

mengembangkan diri dan religius.74

Menurut Zakiah Daradjat yang dikutip oleh Syaiful Sagala kepribadian

disebut juga sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat

diketahui lewat penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu

persoalan, atau memalui atsarnya saja. Kepribadian mencakup semua unsur

baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan

tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian orang

tersebut.75

Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup hanya “tahu” sesuatu materi

yang akan diajarakan, tetapi yang pertama kali ia harus merupakan seseorang

yang memang memiliki “kepribadian guru”, dengan segala tingkat

kedewasaannya. Dengan kata lain untuk menjadi pendidik atau guru,

seseorang harus memiliki kepribadian.76

Dalam hal ini guru tidak hanya dituntut untuk pandai dalam hal kognitif

saja , tetapi guru harus mempunyai kompetensi pendukung lainnya yang

membuat peserta didik tertarik menimba ilmu kepadanya. Seorang guru harus

mempunyai sifat kasih sayang dan lemah lembut serta penuh cinta kepada

peserta didiknya, karena guru merupakan orang tua disekolah, dimana salah

satu tugas orang tua adalah memberikan kasih sayang yang tulus terhadap

anak-anaknya. Hal ini tertuang dalam ayat

74 Ibid,h. 43

75

Syaiful Sagala, Opcit,h. 33

76

Sardiman.A.M.,Interaksi & Motivasi Belajar mengajar,(Jakarta:Rajawali Press,2011)Cet. Ke-19, h. 137

Page 87: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

74

“(Tuhan) yang maha pemurah”

Ayat ini menjelaskan bagaimana seorang pendidik selain mengajarkan

seseorang juga harus memiliki sifat kasih sayang serta cinta yang tulus

sehingga tidak mudah emosi dan selalu sabar dalam mengajarkan peserta

didiknya.seorang guru yang menyayangi muridnya dengan tulus maka

muridnyapun akan bersikap demikian. Seperti dalam hadis Nabi saw

dikatakan pula

“Barang siapa tidak menyayangi tidak akan disayangi.”(HR.Muslim)

Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan

pendidikan. Khususnya dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan

pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia adalah makhluk

mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam pembentukan

pribadinya. Semua itu menunjukan bahwa kompetensi personal dan

kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses

pembentukan pribadinya. Oleh karena itu guru harus tampil beda dari

penampilan orang lain yang bukan guru. Sebab penampilan guru, bisa

membuat murid nyaman dan senang dalam belajar.

Menurut para ahli pendidikan Islam salah satu sifat yang harus dimiliki

oleh seorang guru adalah kasih sayang kepada anak didik dan bersikap lemah

lembut. Asma Hasan Fahmi menjelaskan bahwa kasih sayang itu dapat dibagi

dua, pertama, kasih sayang dalam pergaulan; berarti guru harus lemah lembut

dalam pergaulan. Konsep ini mangajarkan agar tatkala menasihati murid yang

melakukan kesalahan, hendaknya menegurnya dengan cara memberikan

penjelasan, bukan dengan cara mencelanya. Kedua, kasih sayang yang

diterapkan dalam mengajar. Ini berarti guru tidak boleh memaksa murid

mempelajari sesuatu yang belum dapat dijangkaunya. Pengajaran harus

dirasakan mudah oleh anak didik.

Page 88: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

75

Tekanan pada sifat kasih sayang seolah-olah lebih dipentingkan daripada

keahlian mengajar hal ini merujuk atas paham bahwa apabila guru telah

memiliki kasih sayang yang tinggi kepada muridnya, maka guru tersebut akan

berusaha sekuat-kuatnya untuk meningkatkan keahliannya karena ia ingin

memberikan yang terbaik kepada peserta didiknya.77

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap dan

berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.78

a. Kepribadian yang Mantap, Stabil, dan Dewasa

Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, profesional dan dapat

dipertanggung jawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang mantap,

stabil, dan dewasa. Hal ini penting, karena banyak masalah pendidikan yang

disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang kurang mantap, kurang stabil,

dan kurang dewasa. Kondidi kepribadian yang demikian sering membuat

guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak profesional, tidak terpuji,

bahkan tindakan-tindakan yang tidak senonoh yang merusak citra dan

martabat guru. Berbagai kasus disebabkan oleh kepribadian guru yang kurang

kompeten, kurang stabil dalam emosi dan berprilaku asusila kepada peserta

didiknya. Sering kali kita dengar banyak disurat-surat kabar, media cetak,

media-media elektronik dan diberbagai media lainnya.

Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang

sering memancing emosinya, kestabilan emosi sangat diperlukan namun tidak

semua orang dapat mengontrol emosi terhadap rangsangan yang

menyinggung perasan, dan memamg diakui bahwa setiapb orang mempunyai

tempramen yang berbeda-beda dengan orang lain. Untuk keperluan tersebut,

upaya dalam bentuk latihan mental akan sangat berguna. Guru yang mudah

marah akan membuat peserta didik menjadi takut untuk mengikuti kegiatan

77 Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,1991),Cet,Ke-

1,h. 86

78

Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 10 ayat 1

Page 89: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

76

belajar, sebab karena ketakutan itu yang membuat minat mereka terhadap

belajar menjadi terganggu. Baik dalam segi konsentrasinya maupun dalam

segi psikologinya, mereka akan sangat takut apabila salah, takut dimarahi

oleh gurunya.

b. Disiplin, Arif, dan Berwibawa

Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan

kedisiplinan gurunya, arif, dan berwibawa. Kita tidak bisa berharap banyak

akan terbentuknya peserta didik yang disiplin dari pribadi guru yang kurang

disiplin, kurang arif, dan kurang berwibawa. Dalam hal ini disiplin harus

ditunjukan untuk membantu peserta didik menemukan

diri;mengatasi,mencegah timbulnya masalah disiplin, dan berusaha

menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran,

sehingga mereka dapat mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan.

c. Menjadi Teladan bagi Peserta Didik

Ini sejalan dengan Firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 21 yang

mengatakan:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Q.S. Al-

Ahzab: 21)

Guru merupakan teladan bagi peserta didik dan semua orang yang

menganggap dia adalah seorang guru. Terdapat kecenderungan yang besar

menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak.

Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan oleh guru akan

menjadi sorotan peserta didik serta orang yang berada disekitar

Page 90: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

77

lingkungannya yang menganggap dan mengakuinya sebagai seorang guru,

sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab sebagai teladan

yang baik.

d. Berakhlak Mulia

Guru harus berakhlak mulia, karena guru adalah seorang penasihat bagi

peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak mempunyai

latihan khusus sebagai penasihat. Banyak guru yang menganggap bahwa

konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakan-akan berusaha

mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya mereka tidak senang

melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi guru tingkat manapun manapun

berarti menjadi penasihat dan menjadi orang kepercayaan yang harus

berakhlak mulia, kegiatan pembelajaran guru meletakannya pada posisi

tersebut. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan gurunya, peserta didik

akan menentukan sendiri dan secara mengherankan, bahkan mungkin

mungkin akan menyalahkan apa yang mungkin ditemukannya, serta akan

mengadu kepada guru sebagai orang kepercayaannya. Makin efektif guru

menangani setiap permasalahan, makin banyak kemungkinan peserta didik

berpaling kepadanya untuk medapat nasihat dan kepercayaan diri. Disinilah

pentingnya guru berakhlak mulia.79

Kemudian guru juga harus memiliki sifat

lemah lembut terhadap peserta didiknya dan tidak berhati kasar/membentak

kepada peserta didiknya. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Ali-Imran

ayat 159:

79

E.Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2009), Cet. 4, h, 117-129

Page 91: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

78

“Maka disebabkan Rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut

terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,

tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu

maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila

kamu telah membulatkan tekad,Maka bertawakallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-

Nya.”(Q.S.Ali-Imran: 159)

4. Kompetensi Sosial

Guru profesional tidak dapat melepaskan dirinya dari bidang kehidupan

masyarakat. Disatu pihak guru adalah warga masyarakatnya dan dilain pihak

guru bertanggung jawab turut serta memajukan kehidupan masyarakat.

Dalam melakukan profesinya, seorang guru harus mampu menunjukan diri

sebagai pribadi yang senantiasa berinteraksi dan bergaul dalam lingkungan

dimana ia menjalankan profesinya, dan disinilah kompetensi sosial sangat

diperlukan.

Berbagai teori tentang kompetensi sosial sebagai berikut: kompetensi

sosial meliputi kualitas guru sebagai bagian dari kehidupan sosial.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat

sekitar.80

Artinya seorang guru harus bisa menunjukan kemampuannya dalam

berkomunikasi, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sasama teman

guru, dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat luas.kompetensi

sosial yaitu kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat yang

memiliki kemampuan: berkomunikasi lisan dan tulisan, menggunakan

teknologi komunikasi dan informasi.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kemampuan berkompetensi

agar mampu berkompetensi secara lisan tulisan dan secara isyarat, mampu

80 Dikutip dari Makalah Pengembangan Profesi Keguruan.hal 9, dalam mengikuti mata

kuliah Pengembangan Profesi Keguruan (2 SKS) di semester 8 tahun ajaran 2016

Page 92: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

79

pula memilah memilih dalam memanfaatkan alat telekomunikasi yang sesuai

secara fungsional dan bergaul secara efektif dengan berbagai kalangan serta

lapisan. Pergaulan itu bisa dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga

pendidikan atau orang tua peserta didik. Hal ini menunjukan bahwa guru

dalam ranag kompetensi sosial harus kompeten bergaul secara santuan

dengan masyarakat disekitar tempat kerja dan lingkungan tempat tinggalnya.

Kompetensi sosial jika dilihat dari kualifikasi guru adalah:

a. Bersikap inklusif, bertindak objektif dan tidak deskriminatif karena

perbedaan agama, jenis kelamin, suku, ras, kondisi fisik, latar belakang

keluarga, dan status sosial ekonomi.

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesame

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

c. Beradaptasi ditempat tugas diseluruh wilayah kesatuan Republik

Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. Seorang guru

dituntut untuk memiliki cultural intelligence yaitu kemampuan untuk

dapat beradaptasi dengan kondisi budaya yang beraneka ragam

diseluruh Indonesia.

d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain

secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.81

Hal ini sangat berkaitan dengan ayat 4 surat ar-Rahman.

“Mengajarinya pandai berbicara”

Menurut M.Quraish Shihab kata tidak selalu dalam bentuk

mendiktekan sesuatu atau menyampaikan suatu kata juga ide, tetapi dapat

juga dalam arti mengasah potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga

akhirnya potensi itu terasah dan dapat melahirkan aneka pengetahuan.

Kemudian dalam kata ( ) pada mulanya berarti jelas,namun ada pula yang

berpendapat “potensi menggungkapkan”, yakni kalam/ucapan yang

dengannya dapat terungkap apa yang terdapat dalam benak, akan tetapi al-

81

Ibid,h. 49-51

Page 93: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

80

bayan itu tidak hanya terbatas pada ucapan saja melainkan mencakup segala

bentuk ekspresi, termasuk seni dan raut muka.82

Jika dilihat dari apa yang

ditafsirkan oleh M.Quraish Shihab bahwasannya Allah memberikan Nabi

Adam atau Nabi Muhammad kemampuan untuk berbicara, mengungkapkan

apa yang ada dalam benaknya dalam bentuk kata-kata yang pada akhirnya

timbullah bahasa-bahasa yang mudah untuk dipahami. Dengan menggunakan

kemampuan berbicara inilah yang membuat proses penyampaian pelajaran

menjadi sangat jelas dan mudah dimengerti.

Didalam surat ini menggambarkan bahwasannya seorang guru dan murid

harus bisa menjalin komunikasi yang efektif, tidak terbatas hanya dengan

murid saja, tetapi seorang guru harus membangun komunikasi dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali bahkan dengan masyarakat

sekitar. Hal ini bertujuan agar terciptanya hubungan yang harmonis antara

pihak sekolah dengan pihak yang berada diluar sekolah sehingga

memudahkan proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Selain itu

seorang guru juga harus dapat mengidentifikasi kompetensi yang ingin

dicapai bagi peserta didik, banyak sekali peserta didik yang mempunyai

kemampuan tetapi mereka tidak bisa mengungkapkannya, baik melalui kata-

kata maupun tindakan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan

dorongan kepada peserta didik untuk mengekpsresikan pendapatnya masing-

masing secara langsung kepada guru, dan guru membantu mereka dalam

menyelesaikan hambatan-hambatannya, sehingga antara guru dengan peserta

didik terjalin komunikasi yang efektif.

Kompetensi sosial dalam arti guru harus mampu berkomunikasi dan

bergaul dengan peserta didik, anggota sekolah dan masyarakat yakni dengan

kemampuan bersikap menarik, empati, kolaboratif, suka menolong,

komunikatif, dan kooperatif.

Kompetensi guru merupakan kemampuan guru dalam memberikan contoh

yang baik terhadap lingkungannya dengan menjalankan hak dan

82M.Quraish Shihab,Tafsir Al-misbah Jilid 13,(Jakarta: Lentera Hati, 2002),Cet.1,H.495

Page 94: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

81

kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitar. Guru harus berjiwa

sosial tinggi, mudah bergaul, dan suka menolong, bukan sebaliknya, yaitu

individu yang tertutup dan tidak memperdulikan orang-orang sekitarnya.83

Dalam kesempatan tertentu sejumlah peserta didik membicarakan

kebaikan gurunya akan tetapi dalam situasi lain mereka membicarakan

kekurangannya, demikian halnya dengan masyarakat. Oleh karena itu,

sebaiknya guru harus sering meminta pendapat teman sejawat atau peserta

didik tentang penampilannya sehari-hari, baik disekolah maupun

dimasyarakat,dan segera memnfaatkan pendapat yang telah diterima dalam

upaya merubah atau memperbaiki penampilan tertentu, selain itu seorang

guru juga harus memiliki pengetahuan tentang adatistiadat, baik sosial

maupun agama, budaya, tradisi, dan memiliki apresiasi dan kesadaran sosial,

serta setia terhadap harkat dan martabat manusia.

Untuk menjadi guru yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat,

kecerdasan, dan kecakapan saja (kognitif). Tetapi, harus beritikad baik

sehingga hal ini menyatu dengan norma yang dijadikan landasan dalam

melaksanakan tugasnya. Tingkah laku yang dilakukan oleh seorang guru akan

menjadi panutan bagi peserta didik maupun masyarakat. Apabila masyarakat

telah mengetahui bahwa guru-guru disekolah tertentu dapat dijadikan suri

tauladan dimasyarakat, kepercayaan masyarakat terhadap sekolah akan

menjadi lebih besar dan penilaian masyarakat terhadap sekolah tersebutpun

akan positif.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 (ayat 3)

butir dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial

adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar.84

Guru adalah makhluk sosial yang dalam kehidupan tidak bisa terlepas dari

kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh karena itu, guru

83 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru,(Jakarta: Prenamedia Group, 2011)Cet, Ke-1,

h. 52

84

Kunandar,Guru Profesional(Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dan Sukses dalam Sertifikasi Guru), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),h. 77

Page 95: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

82

dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang meadai, terutama dalam

kaitannya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pelajaran sekolah

tetapi pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung dimasyarakat.

1) Pentingnya Kompetensi Sosial

Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus

memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan

kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat

disbanding profesi lainnya. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah

bahwa “guru nisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan

yang disampiakan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya

bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat,

untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang

dimasyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. Secara

nasional, nilai-nilai tersebut sudah dirumuskan, tetapi barangkali masih ada

nilai tertentu yang belum terwadahi dan harus dikenal oleh guru, agar dapat

melestarikannya, dan berniat untuk tidak berperilaku yang bertentangan

dengan nilai tersebut, jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang

dianut, maka dengan cara tyang tepat dia menyikapi hal tersebut, wawasan

nasional mutlak diperlukan dalam pendidikan dan pembelajaran.

2) Berkomunikasi dan bergaul secara efektif

Sedikitnya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki agar

dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik disekolah maupun

dimasyarakat. Ketujuh kompetensi tersebut dapat diidentifikasi sebagai

berikut:

a). Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama.

b). Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi.

Page 96: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

83

c). Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi.

d). Memiliki pengetahuan tentang estetika

e). memiliki apresiasi dan kesadaran sosial

f). memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan

g). Setia terhadap harkat dan martabat manusia.

3) Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Husemas adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan

masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan

dan kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama dalam

peningkatan dan pengembangan sekolah. Husemas ini merupakan usaha

koperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah

yang efisien serta saling pengertian antara sekolah, personal sekolah dengan

masyarakat.

4) Peran Guru di Masyarakat

Guru merupakan kunci penting dalam kegiatan hubungan sekolah dengan

masyarakat. Oleh karena itu, ia harus memiliki kompetensi untuk melakukan

beberapa hal sebagai berikut:

a). Membantu sekolah dalam melaksanakan teknik-teknik Husemas

b). Membuat diri lebih baik lagi dalam bermasyarakat

c). Dalam melaksanakan semua itu guru harus melaksanakan kode etiknya.

Kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru untuk mempersiapkan

peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan

mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan dimasa

yang akan datang

5) Guru Sebagai Agen Perubahan Sosial

UNESCO mengungkapkan bahwa guru adalah agen perubahan yang

mampu mendorong terhadap pemahaman dan toleransi, dan tidak sekedar

hanya mencerdaskan peserta didik tetapi mampu mengembangkan

kepribadian yang berakhlak, dan berkarakter, salah satu tugas guru adalah

Page 97: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

84

menterjemahkan pengalaman yang telah laku kedalam kehidupan yang

bermakna bagi peserta didik.85

85 E.Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2009), Cet.

IV, h, 173-181

Page 98: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa yang sudah peneliti lakukan pada bab

sebelumnya, maka penulis simpulkan kompetesi guru yang terkandung dalam

surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-Rahman ayat 1-4 adalah kompetensi

pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi

sosial.

Dalam surat al-Nahl ayat 43-44 terkandung kompetensi pedagogik yang

tersirat bahwa seorang guru harus mempunyai wawasan atau bidang keilmuan

yang tinggi dibadingkan dengan anak muridnya ( ), selain itu

seorang guru harus memahami bahan ajar/materi serta cara untuk

menyampaikannya sehingga akan mudah dipahami oleh anak muridnya

Kemudian dalam surat ar-Rahman ayat 2 dan al-Nahl ayat 43 terkandung

kompetensi profesional yang mengharuskan seorang guru menguasai materi

yang akan disampaikannya dalam hal tersebut materi yang disampaikan harus

teruji kebenarannya ( selanjutnya seorang guru diharuskan

mempunyai buku paduan/referensi berupa buku pegangan sebagai tuntuna

dalam mengajar (

Selanjutnya dalam surat al-Nahl ayat 43-44 terkandung kompetensi

kepribadian yang tersirat bahwasannya seorang guru harus mempunyai sifat

kasih sayang dan lemah lembut terhadap anak muridnya sehingga mereka

dapat nyaman dalam kegiatan pembelajaran ( serta mempunyai sifat

Page 99: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

86

yang tegas, arid, adil dan bijaksana sehingga tidak pilih kasih kepada anak

muridnya ( ا .

Surat ar-Rahman ayat 4 menjelaskan tentang kompetensi sosial yang

menggambarkan bahwa seorang guru harus bisa menjalin komunikasi yang

baik terhadap murid, warga sekolah serta orang tua/wali murid sehingga

suasana disekolahpu menjadi harmonis (

B. Implementasi

Untuk mengimplementasikan kompetensi guru dalam sebuah

pengajaran, seorang guru harus rajin membaca, berfikir, dan tentu harus

kreatif agar dapat menemukan perumpamaan-perumpamaan saat akan

mengajar, atau saat secara tiba-tiba ia akan menyampaikannya. Dan seorang

guru harus melatih pribadinya untuk menjadi manusia yang selalu berbuat

baik dan menjadi teladan bagi anak didiknya.

Adapun cara untuk menerapkan peneladanan kompetensi guru yang

ialah dengan metode yang tepat dan sesuai acuan, antara lain dengan metode

ceramah, diskusi, teladan, dan metode proyek. Untuk menimbulkan hasil yang

lebih spesifik maka dilakukan pendekatan pendidikan berasrama (boarding

school) supaya kompetensi-kompetensi yang diperlukan itu dapat dididikan

dan dibiasakan.

C. Saran

Sesuai dengan hasil penelitian dan kesimpulan yang didapatkan penulis

pada penelitian ini, penulis akan mengemukakan masukan atau saran, antara

lain sebagai berikut:

1. Sebagai subjek pendidikan, hendaknya guru mampu menjadi model dan

teladan yang baik bagi para peserta didiknya, mampu menguasai materi

yang diajarkan dengan sangat baik dan sesuai dengan rujukan

(kurikulum) sekolah, dan mampu menjadi teladan bagi anak murid.

Page 100: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

87

2. Terus menerus menggali isi dan makna al-Qur’an. Sebab, banyak sekali

makna-makna yang terkandung didalam al-Qur’an tentang pendidikan

dan khususnya tentang kompetensi.

Page 101: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

88

DAFTAR PUSTAKA

Al-Farmawi, Abdul Hayy , Tafsir Kajian Metodologis, Bandung: Pustaka Setia,

2002, Cet.Ke-1

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa , Tafsir Al-Margahi (Terjemahan). Semarang: Toba

Putra, 1989, Cet Ke-1

Al-Qurthubi, Syaikh , Tafsir Al Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka

Cipta, 2010, Cet.Ke-14

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi , Al Bayan ( Tafsir Penjelas Al-Quranul

Karim). Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002

Baidan, Nashruddin, Metode Penafsiran al-Quran, Kajian Kritis terhadap Ayat-Ayat

yang Beredaksi Mirip. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, cet ke-2

Buchori, Didin Saefuddin¸ Metodologi Studi Islam. Bogor: Granada Sarana Pustaka,

2005

Daradjat, Zakiah ,Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama,

1994, Cet.Ke-1

Echokola , Jhon M, Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

1995. Cet. Ke-21

Farihah, Ipah , Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta:

Lembaga UIN Jakarta, 2006

Fathurrohmah , Pupuh dan Sutikno, M.Sobry, Strategi Belajar Mengajar Melalui

Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama,

2007

Page 102: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

89

89

Hakim, Abdul Atang dan Mubarok Jaih, Metodelogi Studi Islam. Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2007

Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta:

Bumi Aksara, 2009

Hamka,Tafsir al-Azhar juzu’XXVII. Jakarta: Pustaka Panji Mas,1980

Harun, Salman, Tafsir Tarbawi Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur’an. Ciputat:

UIN Jakarta Press, 2013, Cet.Ke-1

Hawi, Akmal , Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers,

2013

Imani, Kamal Faqih, Tafsir Nurul Quran 8. Jakarta: Al-Huda,2005

Kadir, Abdul Dkk, Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta:Kencana, 2012,Cet.Ke-1

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan tafsirnya Jilid IX Juz 27,. Jakarta: Lentera

Abadi, 2010

Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fiqh. Semarang: Dina Utama, 1994 ,Cet.Ke- 1

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007

Makalah Pengembangan Profesi Keguruan.hal 9, dalam mengikuti mata kuliah

Pengembangan Profesi Keguruan (2 SKS) di semester 8 tahun ajaran 2016

Margono, S, Metode Penelitian Pendidikan, Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2007), Cet.Ke-6

M, Sardiman A, Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2001

Page 103: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

90

90

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011. Cet. Ke-221

Mudlofir, Ali , Pendidik Profesional Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam

Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2012

Mulyasa, E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya,2007

Musfah, Jejen, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber

Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana, 2011

Nata, Abuddin, Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005

-----, Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2011

-----,Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005,Cet.Ke-1

-----, Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana, 2011, Cet.Ke-1

Nazir, Moh, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009, Cet.Ke-7

Nurdin, Syafruddin Nurdin dan Usman, M. Basyiruddin, Guru Profesional &

Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers, 2002

Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia, 2013

Sabri, Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press,2005

Sagala, Syaiful , Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung:

Alfabeta, 2013

Sembiring, M.Gorky, Menjadi Guru Sejati. Jogyakarta: Best Publisher, 2009, Cet.

Ke-2

Shiddiq, Sapiuddin, Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana,2011

Page 104: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

91

91

Shihab, M.Quraish , Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 2003 ,Cet.Ke-VI

-----. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an). Jakarta: Lentera

Hati, 2002, Cet.Ke-1

-----. Wawasan Al-Qur’an. Jakarta: PT.Mizan Pustaka , 2008

Sholeh, Asruron Ni’am ,Membangun Profesionalitas Guru. Jakarta: Elsas, 2006,

Cet.Ke-1

Soekartawi dkk, Meningkatkan Rancangan Instruksional. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1995

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta, 2012

Sukardjo, M dan Komarudin, Ukim, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya.

Jakarta: Rajawali Pers, 2009

Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung

: Rosdakarya, 1997

Sulhah, Najib , Karakter Guru Masa Depan (Sukses dan Bermartabat). Surabaya: PT

Jepe Press Media Utama,2011, Cet.Ke-1

Suparlan, Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing,2006

Syarifuddin, Amir ,Ushul Fiqh. Jakarta:Kencana, 2008, Cet.Ke- 5

Tatang, IlmuPendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2012

Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI NO.14 Tahun

2005). Jakarta, Sinar Grafika, 2009, Cet.Ke-2

Uno, Hamzah B, Profesi Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia.

Jakarta: Bumi Aksara, 2010, Cet. Ke-5

www.Sindonews.com./guru smp/menganiaya/muridnya/dengan/cara/memukul

Page 105: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

92

92

www.Katasumber.com /diduga-lakukan-pelecehan-seksual-terhadap-murid-oknum-

guru-sd-dipadang-ngaku-karena-sayang/

Yamin, Martinis Dkk, Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada Press,

2010

Page 106: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Page 107: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Page 108: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Page 109: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Page 110: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Page 111: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Page 112: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Page 113: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Page 114: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Page 115: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Page 116: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Page 117: KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

BIODATA PENULIS

Rahayu Mulyawati, penulis lahir di Bogor pada tanggal

22 Oktober 1994, merupakan anak kelima dari 2 bersaudara

dari pasangan Admin dan Turinem yang beralamatkan di

Jalan Jati Indah RT 005 RW 004 No 49 Sawangan Baru

Kota Depok. Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar

(SD) pada tahun 2006, kemudian melanjutkan Pendidikan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) lulus pada tahun 2009,

setelah itu melanjutkan pada jenjang pendidikan Sekolah

Menengah Atas (SMA) lulus pada tahun 2012. Setelah lulus dari Sekolah

Menengah Atas (SMA) memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

selanjutnya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan masuk

pada tahun 2012.