Fir’Aun Dalam Perspektif Al-qur’An

102
i FIR’AUN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN ( Studi Tematis dan Pendekatan Historis) Disusun Oleh: KAFIN 4100081 FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2006

description

firaun dalam perspektif alquran

Transcript of Fir’Aun Dalam Perspektif Al-qur’An

  • i

    FIRAUN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN

    ( Studi Tematis dan Pendekatan Historis)

    Disusun Oleh:

    KAFIN

    4100081

    FAKULTAS USHULUDDIN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG

    2006

  • ii

    FIRAUN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN

    (Studi Tematis dan Pendekatan Historis)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

    Dalam Ilmu Ushuluddin

    Disusun Oleh :

    KAFIN 4100081

    Semarang, 22 Juli 2006

    Disetujui Oleh Pembimbing

    ( Drs. H. M. Nasuha) NIP. 150 178 119

  • iii

    PENGESAHAN Skripsi Saudara Kafin No. Induk 4100081 telah dimunaqasyahkan Oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, Pada tanggal : 29 Juli 2006 dan telah diterima serta disyahkan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam ilmu Ushuluddin.

    Dekan Fakultas / Ketua Sidang

    ( Drs. Ridin Sofyan, M.pd) NIP. 150 178 317

    Pembimbing I Penguji I (Drs. H. M. Nasuha) (Drs. A. Hasan Asyari UlamaI, M. Ag) NIP. 150 178 119 NIP. 150 274 617 Penguji II ` (Dra. Hj. Munawarah Thowaf, M. Ag) NIP. 150 178 225

    Sekretaris Sidang

    (Drs. H. M. Nasuha)

  • iv

    NIP. 150 178 119

    PERSEMBAHAN

    Ya Allah Ya Rabbi

    Ridloilah Karya sederhana ini dan berilah dia arti sehingga bisa

    kupersembahkan sebagai hasil dari sebuah pengabdianku kepada :

    Ibunda Siti Ruliyah dan ayah (almarhum Syaerozie M. H.) tercinta

    yang telah membuat aku ada dan memelukku, yang selalu berusaha tanpa

    mengenal lelah dan selalu berdoa tanpa mengenal batas waktu

    demi keberhasilanku

    Kakakku (almarhum Syafieq Fadloli) yang selalu memberiku

    inner power untuk mengepakkan sayapku

    dan mengajariku warna hidup

    Keponakanku Akhla Aini, yang telah menguatkan jasadku dan

    meneguhkan jiwaku

    Seluruh keluarga besarku yang senantiasa mencurahkan segalanya

    demi kesuksesanku

  • v

    MOTTO

    } { } { } {

    } {

    ) :( Artinya : [1].Thaa Siin Miim. [2]. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al-Quran) yang

    nyata (dari Allah). [3]. Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman. [4]. Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. [5]. Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). (QS. al-Qashash [28] : 1-5)

  • vi

    DEKLARASI

    Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa

    skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

    Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali

    informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

    Semarang, 20 Juli 2006

    Penulis

  • vii

    PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

    Penulisan ejaan Arab dalam Skripsi ini berpedoman pada keputusan

    Menteri Agama dan Menteri Departemen Pendidikan Republik Indonesia Nomor :

    158 Thun 1987. dan 0543/U/1987. Tentang pedoman Transliterasi Arab-Latin,

    dengan beberapa modifikasi sebaga berikut :

    A. Konsonan Tunggal

    Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

    alif

    ba

    ta

    sa

    jim

    ha

    kha

    dal

    zal

    ra

    zai

    sin

    syin

    tidak di lambangkan

    b

    t

    s

    j

    h

    kh

    d

    z

    r

    z

    s

    sy

    tidak di lambangkan

    be

    te

    as (dengan titik diatas)

    je

    ha(dengan titik diatas)

    ka dan ha

    de

    zet(dengan titik diatas)

    er

    zat

    es

    es dan ye

  • viii

    sad

    dad

    ta

    za

    `ain

    gain

    fa

    qaf

    kaf

    lam

    mim

    nun

    wau

    ha

    hamzah

    ya

    sh

    d

    t

    z

    _`

    g

    f

    q

    k

    l

    m

    n

    w

    h

    _`

    yang

    es dan ha

    de (dengan titik diatas)

    te(dengan titik diatas)

    zet(dengan titik diatas)

    koma terbalik diatas

    ge

    ef

    ki

    ka

    el

    em

    en

    we

    ha

    apostruf

    te

    B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis Rangkap

    Ditulis Muta`addidah

    Ditulis qaddara

  • ix

    C. Ta` Marbutah diakhir Kata

    1. Bila dimatikan ditulis dengan h.

    Ditulis Hikmah

    Ditulis `illah

    (ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam

    bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat, dan sebagainya, kecuali bila

    dikehendaki lafaz aslinya).

    2. Bila diikuti dengan kata sandang al serta bacaan kedua terpisa, maka

    ditulis dengan h.

    Ditulis Karamah al-Auliya`

    Ditulis Zakah al-fitri

    D. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat

    Ditulis Zawi al-Furud

    Ditulis Ahl al-Sunnah

    E. Kata Sandang Alif+Lam

    Penulisan kata sandang al () disesuaikan dengan huruf yang mengikutinya. Jika huruf yang mengikutinya huruf qamariyyah, maka penulisan

    al () tetap seperti semula. Namun jika huruf yang mengikutinya adalah huruf syamsiyyah, maka akan disesuaikan dengan huruf yang mengikutinya. Contoh :

    : al-Qur`an

    : Asy-Syams Catatan : Transliterasi tersebut tidak diterapkan secara ketat untuk penulisan

    nama orang Indonesia dan orang-orang yang didalamnya terdapat kata

    sandang al () yang diikuti oleh kata Allah. Seperti: Abdullah tidak ditulis Abd. Allah.

  • x

    KATA PENGANTAR

    , .

    Dengan menybut nama Allah SWT., yang Maha Pengasih dan Maha

    Penyayang, yang telah melimpahkan Rahmat Hidayah-Nya kepada penulis

    sehingga bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Hanya kepada-Nya kami

    berlindung dan memohon pertolongan. Shalawat serta salam semoga senantiasa

    tercurahkan kehadirat beliau nabi besar Muhammad Saw, keluarga, para sahabat

    dan para pengikut beliau yang kita nantikan syafaatnya di akhirat.

    Rasa terima kasih tertuju kepada pihak-pihak yang telah banyak

    membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Dan terima kasih yang tak terhingga

    penyusun ucapkan kepada;

    1. Drs. H. Ridin Sofwan, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin,

    2. Prof. Dr. H. M Amin Syukur MA., selaku pelindung mahasiswa Thailand

    selama di Indonesia.

    3. Drs. H. M. Nasuha, yang dengan sabar dan ikhlas meluangkan waktunya

    untuk memberi bimbingan kepada penulis.

    4. Drs. H. Machasin selaku Pembantu Rektor III yang mendukung atas

    kesejahteraan penulis selama di Semarang.

    5. Kepada Bapak Drs. H. Nasuha, dan Drs. Hasan Asari al-Ulamai. M.Ag,

    selaku ketua dan Sekretaris Jurusan Tafsir Hadits dan Al-Qur'an di Fakultas

    Ushuluddin.

    6. Kepada Bapak Ibu Dosen, yang telah berperan dalam proses pendewasaan

    berfikir, khususnya yang mengabdi di Fakultas Ushuluddin, serta kepada

  • xi

    segenap karyawan dan karyawati di lingkungan IAIN Walisongo Semarang

    yang telah membantu dalam rangka penyelesaian skripsi ini.

    7. Kelurga S-11 BPI, Fazin, Yalee, Ropee, Mizie, Kamal, Isti, dan Ummi,

    Wabilkhusus, teman-teman dekatku Sukamdi (Mahadee), Pak Modin (Latif),

    Ripai bin Ribut alias Pak RW, SyafiI, Rifah ah ah, ndok Syam, lek Nisa,

    [art]+Zm, wa biljama teman-teman TH 00, sorry tidak sempat menyebut

    satu persatu. Terima kasih atas semua bantuan dan motivasinya.

    Kepada mereka penulis tidak dapat memberikan apa-apa selain

    ungkapan rasa terima kasih dan iringan doa semoga Allah SWT., membalas

    semua amal kebaikan mereka semua.

    Namun demikian, penulis sadar hanya mampu mempersembahkan

    Karya yang kurang sempurna dan masih sederhana, semoga bermanfat Dunia

    Akhirat. Amin.

    Semarang, 21 Juli 2006

    Penyusun

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    HALAMAN NOTA PEMBIMBING..................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

    HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v

    HALAMAN DEKLARASI.................................................................................... vi

    HALAMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA ........................................ vii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiii

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .......................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................... 7

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 7

    D. Penjelasan Judul ........................................................................ 8

    E. Tinjauan Kepustakaan ............................................................... 10

    F. Metodologi Penelitian ............................................................... 11

    G. Sistematika Penulisan Skripsi ..................................................... 14

    BAB II : DESKRIPTIF UMUM TENTANG FIRAUN DALAM

    SEJARAH

    A. Kepercayaan Mesir Kuno .......................................................... 17

    B. Firaun dalam Sejarah................................................................ 18

    C. Munculnya Bani Israil di Mesir.................................................. 24

    D. Firaun Zaman Nabi Musa.......................................................... 27

  • xiii

    BAB III : FIRAUN DALAM AL-QUR'AN

    A. Ayat-ayat tentang Firaun............................................................. 31

    B. Term Firaun.............................................................................. 35

    C. Karakteristik Firaun.................................................................. 36

    D. Pengikut Firaun......................................................................... 41

    E. Misi Nabi Musa a.s................................................................... 43

    F. Relasi Firaun dan Alu Firaun.................................................. 57

    BAB IV : ANALISIS KISAH FIRAUN DENGAN PENDEKATAN

    HISTORIS

    A. Urgensi Kajian Historis dalam Memahami Kisah-kisah al-

    Qur'an ....................................................................................... 62

    B. Firaun dan Kehancurannya ...................................................... 64

    C. Moral Pembebasan..................................................................... 70

    D. Firaun Trans - Historis.............................................................. 73

    BAB V : PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................... 79

    B. Saran-saran .............................................................................. 80

    C. Penutup....................................................................................... 80

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN LAMPIRAN

    CURRICULUM VITAE

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang

    Al-Quran dipilih sebagai subjek kajian dalam penelitian ini

    dengan beberapa alasan karena kitab suci ini diyakini sebagai sumber

    utama ajaran islam yang harus terus menerus digali kandunganya agar

    secara praktis dan teoritis selalu menjadi pandangan hidup. Berangkat dari

    kegelisahan betapa interaksi sebagian umat islam dengan al-Quran, masih

    terbatas pada keyakinan, membaca dan mendengarkan, belum banyak

    yang sampai pada mempelajari secara mendalam.

    Sebagai akibatnya, mutiara kandungan al-Quran belum tergali

    dan lebih lanjut al-Quran belum menjadi fungsional secara optimal

    sebagai petunjuk. Sehingga wajar kalau kemudian umat islam jarang yang

    menjadikan al-Quran sebagai dasar pijakan dalam bertindak dan bersikap.

    Tanpa disadari hal ini akan menjadikan al-Quran hanya simbol semata

    dan menjadikanya sebagai barang antik. Oleh karena itu upaya-upaya

    untuk memahami dan menafsirkan al-Quran harus terus kita kembangkan

    dengan berbagai perspektif dan pendekatan untuk menghasilkan sebuah

    konsep yang sesuai dengan kandungan al-Quran dan selanjutnya

    diterapkan ditengah problem masyarakat yang semakin beragam dan

    kompleks.

    Sejak semula al-Quran sudah diprogram sebagai kitab yang

    berisi ajaran-ajaran yang dijadikan petunjuk1 bukan hanya pada

    masyarakat ketika dan dimana ia diturunkan tetapi juga untuk masyarakat

    keseluruhan sampai akhir zaman, juga sebagai kitab yang bersifat trans-

    historis, tidak dibatasi ruang dan waktu baik sejak Adam a.s. diciptakan

    1 Sebagaimana Firman Allah: ) ........... : (

    Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia.......... (QS. Al-Baqarah [2]:185)

  • hingga penutup para Nabi, yaitu Rasulullah Saw2 yang dalam rentang

    waktu tersebut terdapat juga kisah tokoh-tokoh lain yang terkenal.

    Ajaran-ajaran yang terkandung dalam al-Quran disampaikan

    secara variatif, seimbang dan selaras. Ketika al-Quran menguraikan

    tentang gambaran dan nikmat Syurga maka ayat selanjutnya menceritakan

    keganasan Neraka, begitu pula ketika bercerita tentang kebaikan,

    kemudian disambung dengan kejahatan dan hukumanya. Ayat-ayatnya

    juga dikemas sedemikian rupa, ada yang berupa informasi, perintah dan

    larangan, dan ada juga yang dimodifikasi dalam bentuk deskripsi kisah-

    kisah yang mengandung ibroh dan nilai research3. Sebagaimana yang

    tercantum dalam Firman Allah:

    ) : (

    Artinya : Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (QS. Yusuf [12]: 11)

    Sebagai produk wahyu kisah dalam al-Quran tentu saja berbeda

    dengan cerita atau dongeng pada umumnya, karena perbedaan

    2 Tradisi kenabian secara efektif dimulai dari Ibrahim sebelum bercabang menjadi dua

    riwayat suci yang terpisah, yakni keturtunan Ishak dan Ismail. Riwayat keturunan Ishaq mengikuti jejak pergantian dari Bani Israil yang dianugerahi satu rangkaian patriarkal [tata kekeluargaan yang sangat mementingkan garis keturunan Bapak] yahudi termasuk Musa, Daud dan Sulaiman yang puncaknya pada kemunculan Isa al-Masih pada abad pertama Masehi. Sedangkan garis keturunan ismail berujung pada Muhammad, seorang utusan non yahudi yang berasal dari rakyat jelata. Kemunculan nabi berbangsa arab ini dipandang oleh umat islam sebagai peristiwa penting yang terakhir dalam sejarah suci tauhid. Lih Shobbir Akhtar, Islam Agama Semua Zaman, (Jakarta: Pustaka Zahro, 2002), hlm. 15

    3 Tujuan utama dan pertama dari kisah al-Quran adalah sebagai ibrah yaitu untuk pelajaran. Oleh karena itu yang diutamakan dalam kisah bukan menjelaskan tempat dan tanggal kejadian. Apalagi bila ditinjau dari sudut universalitas al-Quran, maka makin terasa penyebutan tempat dan waktu tersebut secara eksplisit semakin tampak urgenya, akan lebih terasa bahwa petunjuk al-Quran ditujukan untuk semua orang dan pada semua tempat bukan bagi bangsa tertentu sebagaimana juga bukan bagi tempat tertentu. Kisah dalam al-Quran bisa dijadikan penyelidikan ilmiah (research). Dengan demikian akan lahir upaya yang kontinyu demi mencari kebenaran tentang peristiwa yang pernah terjadi dimasa lampau, juga untuk memberikan motivasi bagi para ilmuwan yang berminat terhadap sejarah dan kehidupan sosialnya untuk melakukan penelitian dan penyelidikan ilmiah. Lih. Nashrudin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) hlm. 244-245

  • karakteristik yang terdapat dalam masing-masing kisah, ada yang

    menekankan aspek-aspek tertentu dari kehidupan mereka, hubungan antar

    sesama manusia, antar kelompok termasuk dalam kaitan dengan pemimpin

    mereka, antara bangsa (seperti orang-orang yahudi dan orang-orang

    Mesir).4

    Al-Quran meliputi cerita tentang para Nabi, pengikut mereka dan

    musuh-musuh mereka, saling berhubungnan, persaingan dan perkelahian

    antara pengikut dengan musuh. Semua ini memperluas waawasan dan

    pandangan sejarah yang bisa dipergunakan sebagai pelajaran dan memberi

    pedoman bagi umat manusia. Dalam hubungan ini, ayat al-Quran bisa

    bersifat normatif, tidak sekedar memberi informasi melainkan juga

    memberi instruksi,5 dengan melihat fenomena kisah-kisah dalam al-

    Quran yang banyak berkaitan dengan sejarah yang hampir semuanya

    bertujuan hendak memberikan suatu pengertian moral atau filosofis yang

    sifatnya universal.

    Kisah-kisah6 yang dimuat dalam al-Quran semuanya cerita yang

    benar-benar terjadi, tidak ada cerita fiksi, khayal apalagi dongeng. Jadi

    bukan seperti ynag dituduhkan oleh sebagian kaum orientalis, bahwa

    dalam al-Quran ada kisah yang tidak cocok dengan fakta sejarah, ada pula

    yang mengatakan bahwa kisah tersebut adalah karangan Nabi Muhammad

    sendiri bukan turun dari Allah.

    4 Ahmad as-Shouwy.[et. al], Mukjizat al-Quran dan as-Sunnah tentang IPTEK

    (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 87 5 Abdul Djalil, op. cit, hlm. 95 6 Apabila diamati kisah-kisah yang terdapat dalam al-Quran maka paling tidak akan

    ditemukan tiga kategori; Pertama, Kisah para Nabi, Mukjizat mereka, fase-fase dakwah mereka, dan penentang serta pengikut mereka. Contohnya, kisah Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad Saw dan lain-lain. Kedua, Kisah orang-orang yang belum tentu Nabi dan kelompok kelompok manusia tertentu. Contohnya kisah Lukmanul Hakim, Qarun, Thaluth, Ashabul Kahfi, Ashabul Fill, dan lain-lain. Ketiga, Peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejaidian di zaman Rasul Saw. Contohnya kisah perang Badar, perang Uhud, Hunain, Tabuk, perang Ahzab, dan Isro Miroj Nabi Muhammad Saw. Lih. Abdul Djalil , Ulumul Quran (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm. 300

  • Untuk menepis tuduhan para Orientalis itu, al-Quran

    membantahnya dalam beberapa ayat dan surat sebagai berikut:

    ) : ( Artinya : Sesungguhnya ini ialah kisah yang benar. ( QS. ali Imran [3]:

    63)

    ) : ( Artinya : Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan

    benar. (QS. al-Kahfi [18]: 13)

    ) : ( Artinya : Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan

    Fir'aun dengan benar.(QS. al-Qashash: 3)

    Semua ayat diatas menjelaskan secara pasti bahwa semua kisah

    didalam al-Quran adalah benar, tak ada yang bohong atau mengada-ada

    dan sebagainya. Sebagian kisah sudah ada yang terbukti kebenaranya

    melalui penyelidikan ilmiah,7 dan ada sebagian yang belum terbukti, hal

    ini dikarenakan masih terbatasnya kemampuan manusia.

    Para penafsir banyak yang memahami kisah-kisah dalam al-

    Quran hanya dengan tinjaun sejarah, padahal al-Quran tidak

    bermaksud menjadikan unsur-unsur sejarah tersebut sebagai tujuan pokok.

    Unsur-unsur sejarah tadi hanya sekedar elemen yang digunakan untuk

    mengkonstruksi sejarah tadi. Tujuan utama kisah-kisah itu diceritakan

    adalah agar pendengarnya menangakap esensi cerita itu yang penuh

    dengan nasehat, hikmah, pelajaran, bahkan ancaman dan kabar gembira.

    Al-Quran tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara

    berurutan dan tidak pula memaparkan kisah itu secara panjang lebar.

    7 Menurut sejarah setelah tenggelamnya Firaun, mayatnya ditemukan terdampar di pantai lalu diambil dan dibalsem oleh orang Mesir dan sampai sekarang jasadnya yang berupa mumi masih dapat kita lihat di museum Mesir. Bukti lain misalnya kisah Nabi Ibrahim bersama putranya Ismail membangun Kabah seperti diceritakan dalam Q.S. al-Baqarah [2]:127; dan sampai sekarang Kabah tersebut masih berdiri dengan megah di Makkah.

  • Kisah-kisah dalam al-Quran merupakan petikan-petikan dari sejarah

    sebagai pelajaran kepada umat manusia dan bagaimana seharusnya mereka

    bisa menarik manfaat dari peristiwa-peristiwa sejarah.8 Seperti kisah Musa

    dan Firaun yang diungkapkan berulang-ulang dibeberapa surat.

    Firaun merupakan salah satu tokoh yang kisahnya diabadikan

    dalam al-Quran dan ini bukanlah sekedar informasi sebagaimana buku

    sejarah, tapi ia datang untuk menjelaskan pesan-pesan sejarah. Banyak

    sekali pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Firaun, disamping

    pelajaran yang bisa dijadikan dasar dalam membina individu, gambaran

    konversi keagamaan,9 didalamnya juga memuat banyak unsur yang

    melibatkan hubungan antara penguasa dengan para bawahanya, baik dari

    kalangan ulama, cendikiawannya maupun orang-orang kaya yang

    semuanya membentuk rantai dan hubungan simbiosis dalam sebuah

    komunitas yang dlalim.

    Kalau kita perhatikan sebagian ayat-ayat yang mengisahakan

    tentang Firaun selalu disebut bersama Musa a.s., al-Quran ingin

    menghadirkan mereka sebagai representasi dari dua kekuatan antagonistik

    yang tidak bisa dipisahkan, ini menunjukan bahwa pembahasan masalah

    Firaun tidak akan bisa utuh tanpa membahas sosok Musa a.s. yang

    mengemban dua misi, disamping sebagai seorang utusan (penerima

    wahyu) juga mengemban misi sosial yang memerdekakan, membebaskan

    kaum lemah dari cengkeraman penguasa Firaun yang dlalim.

    Firaun dan para pengikutnya diberi nikmat berupa kekuasaan,

    intelektualitas dan kekayaan materi yang berlimpah tetapi mereka semua

    selalu mengingkari nikmat-Nya, tidak menjalankan apa yang

    diperintahkan Allah tetapi justru menjalankan apa yang dilarang dalam

    ajaran-ajaran-Nya, sehingga komunitas mereka sebagai bangsa

    8 Muhammad Chirzin, Permata al-Quran (Yogyakarta: Qirtas, 2003), hlm. 58 9 Syaikh Muhammad al-Ghazali, Berdialog dengan al-Quran Memahami Pesan Suci

    dalam kehidupan masa kini (Bandung: Mizan, 1999), hlm. 77

  • yang diabadikan dalam al-Quran dihancurkan dan ditenggelamkan ke

    dalam Laut merah melalui Musa a.s.

    Itulah konsep al-Quran mengenai hukuman sejarah yang akan

    ditimpakan kepada masyarakat atau bangsa, bukan kepada individu

    (mereka ini secara khusus akan dihukum dihari kiamat) yang telah

    melakukan dosa secara kolektif.10 Kebudayaan bangsa-bangsa tersebut

    akan dihancurkan dan ini adalah konsekuensi nasib yang harus diterima,

    karena al-Quran telah berulang kali menyerukan agar bangsa-bangsa

    didunia ini menarik manfaat dari pengalaman dan kekeliruan bangsa-

    bangsa terdahulu11

    Selama ini pemahaman kita mengenai kisah Firaun bersifat

    ahistoris (tekstual), padahal maksud al-Quran menceritakan kisah itu

    adalah justru agar kita bisa berpikir historis (konstekstual). Pemahaman

    kita terhadap kisah tersebut selama ini hanya sebatas konteks zaman itu.

    Kita tidak pernah berpikir bahwa yang disebut penindas dan kaum

    tertindas itu sebenarnya ada disepanjang zaman dan disetiap sistem sosial,

    dulu, sekarang sampai peradaban yang akan datang.

    Oleh karena itu ayat-ayat tentang Firaun tidak bisa disikapi secara

    teks, Firaun sendiri adalah penguasa yang diktator, dibutuhkan

    interpretasi teks secara terbuka dan konstekstual untuk menemukan ide

    moral yang terkandung didalamnya sebagai alat introspeksi baik secara

    personal maupun dalam tatanan masyarakat global agar bisa terbebas dari

    struktur sosial yang tidak ramah, menindas, diskriminatif, eksploitatif

    menuju tatanan sosial yang lebih manusiawi, humanis dan bermoral.

    10 Fazlur Rahman, Tema Pokok al-Quran (Bandung : Penerbit Pustaka, 1990), hlm.

    77 11 Ibid., hlm. xiii

  • B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian singkat latar belakang diatas, cukup menarik

    untuk mengetahui lebih jauh gambaran Firaun dalam sejarah yang

    dikisahkan kembali lewat teks-teks al-Quran.

    Untuk menjawab permasalahan ini, perlu adanya rumusan masalah

    sebagai berikut:

    1. Siapakah sebenarnya Firaun dan para pengikutnya yang di maksud

    dalam al-Quran, sehingga dihancurkan oleh Allah.

    2. Seberapa jauh usaha atau campur tangan Nabi Musa a.s. dalam

    mengajak Firaun dan pengikutnya agar mereka mau menyembah

    kepada Allah SWT dan dalam membebaskan kaum tertindas dari

    belenggu perbudakan.

    3. Mungkinkah muncul fenomena Firaun dan orang-orang tertindas pada

    masa sekarang dan akan datang.

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Tujuan utama yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk

    mengetahui karakteristik penguasa atau pemimpin yang menerapkan

    sistem korup atau dlalim sehingga peradaban bangsa-bangsanya

    dihancurkan oleh Allah, serta menemukan pesan moral yang banyak

    terkandung dalam kisah Firaun untuk dijadikan refleksi atas berbagai

    persoalan yang melanda berbagai umat.

    Adapun kegunaan penelitian ini antara lain:

    1. Untuk menambah khasanah pemikiran islam yang berkaitan dengan

    studi kisah dalam dalam al-Quran

    2. Diharapkan dapat memperbanyak khasanah keilmuan, terutama dalam

    al-Quran, lebih-lebih pembahasan ini sangat relevan dengan disiplin

    ilmu yang peneliti tekuni selama ini.

  • D. Penjelasan Judul

    Sebelum membahas lebih lanjut tentang skripsi yang berjudul

    Firaun dalam Perspektif al-Quran (Studi Tematis dan pendekatan

    Historis), ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan agar mudah

    dimengerti dan dipahami. Adapun istilah yang dimaksud adalah:

    1. Firaun

    Firaun12 adalah salah satu raja dlalim yang mati tenggelam di

    laut Merah, karena mengejar Musa dan Bani Israil tetapi jasadnya

    terselamatkan untuk dijadikan bukti kebenaran kisahnya. Firaun banyak

    melakukan berbagai bentuk penindasan terhadap Bani Israil. Sebagai

    utusan Allah Musa membela kaum yang lemah dan tertindas.

    Ada perbedaan pendapat tentang siapakah sebenarnya nama asli

    sosok fenomenal Firaun yang hidup pada zaman nabi Musa.13

    2. Perspektif

    Cara melukiskan suatu benda dan lain-lain pada permukaan

    mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi

    (panjang lebar dan tingginya). Sudut pandangan.14

    12 Kata dalam bahasa Ibrani untuk menyebut Raja-raja Mesir kuno. Lihat Ensiklopedi

    umum (Jakarta: Penerbit Yayasan Kanisius, 1973), hlm. 236. Kata ini diperkirakan berasal dari bahasa Ibrani Per-O yang artinya rumah besar, gelar ini diterapkan secara turun temurun kepada raja-raja Mesir kuno. Karena mereka dianggap sebagai titisan dewa-dewa negeri Mesir, seperti; Horus, Buto, dan lain-lainya. Ensiklopedi Umum, Harun Nasution.....[et, al], (Jakarta: Anggota IKAPI, 1992), hlm. 250

    13 Mengenai siapakah sebenarnya Firaun pada zaman Nabi Musa akan penulis jelaskan pada Bab II

    14 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 675

  • 3. Al-Quran

    Al-Quran15 Merupakan kitab suci umat islam yang ketika

    diturunkan berupa teks non bahasa pada taraf vertikalnya (Allah-

    Jibril), tetapi teks tersebut menjadi teks yang berbahasa pada taraf

    Horizontal (Jibril-Muhammad)16selama kira-kira 22 tahun. Sementara

    ulama merinci 22 tahun, 2 bulan, 22 hari.

    4. Studi

    Berasal dari Bahasa Inggris study yang berarti belajar,

    penyelidikan, memikirkan17.bisa berarti pelajaran, penggunaan waktu

    dan pikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan.18

    15 Kata al-Quran menurut pengertian bahasa arab adalah Mashdar dari kata Qaraa,

    Yaqrau, Qiraatan, Quranan; yang berarti bacaan. Tapi imam syafii dan imam Suyuthi berpendapat bahwa al-Quran secara bahasa bukanlah merupakan kata bentukan dari kata qaraa seperti penjelasan sebelumnya. Menurut mereka al-Quran merupakan suatu nama (alam) bagi kitab allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad, sama halnya dengan kitab-kitab lain seperti Taurat dan Injil. Jadi menurut mereka kata al-Quran itu bukanlah berarti bacaan, melainkan nama bagi suatu kitab Allah SWT.

    Banyak definisi Syari tentang al-Quran yang diberikan oleh para Ulama. Sebagian mereka ada yangh memberikan definisi secara panjang lebar dan yang lainya memberi definisi yang sangat ringkas, salah satu definisi yang serba mencakup adalah apa yang dikemukakan oleh Muhammad Ali al-Hasan:

    Artinya: Al-Quran adalah kalamullah yang bersifat mukjizat yang diturunkan kepad anabi SAW yang dinukuil secara tawatur dan membacanya tergolong ibadah. Lih. Muhammad Rahmat Kurnia, Muhammad Sigit Purnawan Jati, Muhammad Ismail Yusanto, Prinsip-prinsip Pemahaman al-Quran dan Hadits (Jakarta: Khairul Bayan, 2002), hlm. 1-2

    16 Terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai medium bahasa dalam proses komunikasi wahyu, bagaimana proses komunikasi wahyu ini dapat terjadi padahal terdapat perbedaan watak karena perbedaan tingkat eksistensinya. Lih. Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Quran- kritik terhadap Ulumul Quran (Yogyakarta: Lkis, 2001), hlm. 34-36. Bandingkan dengan pendapatnya Muhammad Abduh, Dra. Rifat Syauqie Nawawi dan ulama lain. lih.. Mohammad Nor Ichwan, Belajar Mudah Ilmu-ilmu al-Quran - seri buku daras Ulum al-Quran. 2001., hlm. 1-21

    17 John M Echols, Hasan Shadily, Kamus inggris indonesia (Jakarta: Gramedia, 1984), cet. xiii, hlm. 563

    18 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), hlm. 1078

  • 5. Tematis

    Suatu metode19 yang membahas masalah berdasarkan tema-

    tema tertentu yang terdapat dalam al-Quran20, dengan menghimpun

    ayat-ayat al-Quran yang mempunyai maksud yang sama, dalam arti

    sama-sama membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya

    berdasarkan kronologi serta turunnya ayat-ayat tersebut (kalau ada),

    kemudian menafsirkan, memberi keterangan dan penjelasan serta

    mengambil kesimpulan.21 Dalam hal ini penulis mengangkat tema

    Firaun.

    6. Pendekatan Historis

    Pendekatan dimaksud adalah pendekatan terhadap al-Quran

    dengan memahami situasi kesejarahan atau konteks historisitas, baik

    sebelum atau dimasa pewahyuan untuk kemudian menarik ide moral

    dari wahyu tersebut dan memproyeksikannya dalam konteks kekinian.

    E. Tinjauan Kepustakaan

    Dari berbagai literatur yang telah penulis baca dan teliti, memang

    banyak yang mengkaji masalah Firaun, kebanyakan mereka

    memahaminya hanya dari satu sudut saja, sehingga mereka terjebak dalam

    kajian teks tanpa bisa menemukan rahasia-rahasia yang terkandung

    didalamnya. Namun disini penulis ingin mencoba membumikan teks-teks

    kisah Firaun, menerapkanya kembali ditengah kekotoran problem

    masyarakat yang kompleks secara kontemporer dengan pendekatan

    kontekstual.

    Buku lain yang menyinggung masalah Firaun adalah buku karya

    Dedy Suardi yang berjudul Firaun Kontemporer. Didalamnya Dedy

    Suardi banyak mengulas tentang penguasa-penguasa dlalim, diantaranya

    19 Mengenai cara kerja metode ini akan penulis jelaskan pada Metodologi penelitian. 20 M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras, 2005), hlm. 47 21 Abd. al-Hayy al-Farmawy Metode Tafsir Maudhuy, diterjemahkan oleh Suryan

    A. Famrah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 36

  • Namrudz, Firaun dan penguasa-penguasa lain yang kebudayaannya tidak

    berbeda jauh dengan kebudayaan Firaun pada zaman Nabi Musa. Dedy

    Suardi dalam memaparkan Firaun banyak menggunakan bukti-bukti

    arkeologis serta gambaran sosio- kultural pada waktu itu. Walau didalam

    bukunya dia juga merujuk pada ayat-ayat al-Quran, tetapi dia tidak

    sedikitpun membahas ayat-ayat tersebut apalagi menafsirinya.

    Mengingat belum ada tulisan yang secara khusus membahas

    tentang Firaun dalam perspektif al-Quran dengan studi tematis, maka

    skripsi ini berusaha menelaah kembali kisah Firaun dalam al-Quran serta

    menggali esensinya melalui pendekatan historis, kemudian menerapkan

    kembali ide moral yang terkandung didalamnya.

    F. Metodologi Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini adalah jenis penelitian pustaka (library research)

    yakni berusaha untuk mengupas secara konseptual tentang berbagai hal

    yang berkaitan dengan Firaun. Oleh karena itu penelitian ini

    merupakan jenis penelitian kualitatif dengan kajian pustaka, yakni

    dengan cara menulis, mengedit, mereduksi, dan menyajikan data serta

    menganalisisnya.22Data diambil dari berbagai sumber tertulis. Adapun

    sumber yang dimaksud adalah berupa buku-buku, bahan-bahna

    dokumentasi dan lain sebagainya.23

    2. Sumber Penelitian

    Oleh karena penelitian ini adalah penelitian pustaka, maka data

    diambil dari berbagai sumber tertulis, sebagai berikut:

    22 Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rake Sarasih, 1993), hlm.

    51 23 Hadlori Nawawi, Metode penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada Pers,

    1991), hlm. 30

  • a. Sumber Data Primer

    Merupakan sumber-sumber yang memberikan data

    langsung dari tangan pertama.24 Sumber primer dari penelitian ini

    adalah al-Quran dan tafsirnya.

    b. Sumber Data Skunder

    Adalah sumber yang diperoleh, dibuat dan merupakan

    perubahan dari sumber pertama. Sifat sumber ini tidak langsung.

    Sumber skunder dari penelitian ini adalah literatur-literatur baik

    berupa buku atau catatan lain maupun dokumen yang banyak

    membahas dan menunjang penelitian ini.

    3. Metode Pembahasan

    Pada pembahasan penelitian ini, penulis menggunakan metode

    dan analisis sebagai berikut:

    a. Metode Tematik (Maudluy)

    Sesuai dengan namanya yaitu tematik, maka yang menjadi

    ciri utama dari metode ini adalah menonjolkan tema, judul atau

    topik poembahasan. Jadi peneliti mencari tema-tema atau topik-

    topik yang ada di tengah masyarakat atau berasal dari al-Quran

    itu sendiri, ataupun dari yang lain-lain.

    Dalam menerapkan metode ini, ada beberapa langkah yang

    harus di tempuh oleh para mufasir. Antara lain sebagaimana

    diungkapakan oleh al-Farmawy yang di kutip lagi oleh

    Nashruddin Baidan:25

    - Menghimpun ayat-ayat yang berkenaan dengan judul tersebut

    sesuai dengan kronologi urutan turunnya. Hal ini diperlukan

    untuk mengetahui kenmungkinan adanya ayat yang

    mansukhah, dan sebagainya

    24 Noeng Muhajir, op. cit, hlm. 126 25 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Quran (Yogyakarta, Pustaka

    Pelajar Offset, 1998), cet I, hlm. 152-153

  • - Menelusuri asbab al-Nuzul ayat-ayat yang telah dihimpun,

    kalau ada

    - Meneliti dengan cermat semua kata atau kalimat yang dipakai

    dalam ayat tersebut. Terutama kosa kata yang menjadi pokok

    permasalan di dalam ayat itu. kemudian mengkajinya dari

    semua aspek yang berkaitan dengannya, seperti bahasa,

    budaya, sejarah, munasabat, pemakaian kata ganti (dlamir), dan

    sebagainya.

    - Mengkaji dan memahami ayat-ayat itu dari pemahaman

    berbagai aliran dan pendapat para mufasir, baik yang klasik

    maupun yang kontemporer.

    - Semua itu dikaji secara tuntas dan seksama dengan

    menggunakan penalaran yang obyektif melalui kaidah-kaidah

    tafsir yang mutabar, serta didukung oleh fakta (kalau ada), dan

    argumen-argumen dari al-Quran dan Hadits, atau fakta-fakta

    sejarah yang dapat ditemukan. Artinya, mufasir selalu berusaha

    menghindarkan diri dari pemikiran-pemikiran yang subyektif.

    Hal itu dimungkinkan bila ia membiarkan al-Quran

    membicarakan suatu kasus tanpa diintervensi oleh pihak-pihak

    lain diluar al-Quran, termasuk penafsir sendiri.

    b. Teknik Analisis

    Setelah semua ayat tentang Firaun di bahas dengan

    menggunakan metode tafsir Tematik tersebut selesai. Kemudian

    penulis menganalisisnya dengan menggunakan teknik analisis isi

    (content analysis) yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan,

    membuka wawasan baru, serta menyajikan fakta dan pandangan

    praktis.

  • 4. Metode pendekatan

    Meminjam istilah Fazlur Rahman, yang dimaksud historis

    disini adalah pendekatan konstekstual,26 dimana peneliti ingin

    mengusumg realitas kehidupan sebagai medan keberangkatan

    penafsiran, dan yang menjadi variabel penting disini adalah latar

    belakang sosial historis dimana teks pertam kali muncul, dari praksis

    (konteks) menjadi refleksi (teks).27

    G. Sistematika Penulisan Skripsi

    Dalam rangka menguraikan pembahasan masalah diatas penulis

    menyusun kerangka pembahasan yang sistematis agar pembahasanya lebih

    terarah dan mudah dipahami dan yang lebih penting lagi adalah jawaban

    permasalahan agar tercapai apa yang menjadi tujuan penulis.

    Untuk memberikan arah ynag tepat dan tidak memperluas obyek

    penelitian maka perumusan sistematika pembasan disusun sebagai berikut:

    BAB I, Sebagai pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang

    masalah, rumusan masalah, metode penelitian yang dipakai, tujuan dan

    kegunaan penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

    BAB II, Deskripsi Firaun dalam sejarah, serta penelusuran

    Firaun yang pernah hidup pada zaman Nabi Musa a.s.

    BAB III, Berisi kisah Firaun dalam al-Quran, serta para

    pengikutnya, karakteristik dan praktek-praktek penindasan terhadap kaum

    bani Israil. Usaha Nabi Musa a.s. dalam mengajak Firaun dan para

    pengikutnya untuk menyembah Allah, serta upaya beliau dalam

    membebaskan bani Israil.

    BAB IV, berisi analisis ayat-ayat tentang Firaun dalam al-Quran

    dengan pendekatan historis, sehingga tidak menutup kemungkinan akan

    muncul kembali Firaun-Firaun pada masa sekarang maupun masa yang

    26 Rosihun Anwar, Samudra Al-Quran (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm. 274 27 Islah Gusmian, Khazasanah Tafsir Dari Hermneutik hingga Ideologi (Jakarta:

    TERAJU, 2003), hlm. 249

  • akan datang yang karakteristiknya sama dengan karakteristik Firaun yang

    digambarkan dalam al-Quran.

    BAB V, Merupakan bab yang terakhir, berisi kesimpulan dan

    saran-saran, serta kata penutup.

  • BAB II

    DESKRIPTIF UMUM TENTANG FIRAUN DALAM SEJARAH

    Pada era modern sekarang ini, banyak sekali usaha-usaha yang

    dilakukan oleh para ahli purbakala untuk mengungkap kembali penuturan

    sejarah yang ada dalam al-Quran. Banyak sekali temuan-temuan arkeologi

    yang memuat catatan-catatan kuno yang dapat membenarkan atau menguatkan

    kisah-kisah dalam al-Quran.

    Kisah-kisah dalam al-Quran mengenai nabi-nabi terdahulu atau orang-

    orang terdahulu bukan merupakan mitos, allegoris, atau perumpamaan semata,

    karena nama-nama pribadi atau tempat-tempat geografis yang terdapat dalam

    al-Quran benar-benar ada dan merupakan fakta sejarah, seperti kisah Nabi

    Nuh, kaum d, Tsamud, Nabi Ibrahim1 dan Firaun. Firaun merupakan

    sosok pribadi yang paling banyak dimuat dalam al-Quran bersama Nabi

    Musa, kebenaran kisahnya bisa dibuktikan kembali melalui temuan yang berisi

    catatan kuno yang kebanyakan dilakukan oleh para arkeolog barat.

    A. Kepercayaan Mesir Kuno

    Kepercayaan paling kuno yang tumbuh dan berkembang dalam

    masyarakat mesir kuno adalah tentang asal kejadian alam. Menurut mereka

    alam ini berasal dari lautan air yang sangat luas. Untuk fase berikutnya,

    1

    Mengenai sejarah Nabi Nuh a.s. yang dimulai 6000 tahun yang lalu atau 4000 tahun SM, secara tidak langsung al-Quran menunjukan tempat dimana Nabi Nuh melakukan tugasnya. Dalam QS. Hud [11]: 44, Allah SWT mengisahkan pada kita bahwa kapal Nabi Nuh terdampar di gunung Judi yang terletak di daerah yang meliputi distrik dataran di Turki, sekarang Irak dan Syiria. Keberadan kaum Ad dan Tsamud terbukti dengan ditemukanya naskah di Hisn-I-Guhurab dekat Aden di Yaman selatan yang ditemukan pada tahun 1834 dari dalam tanah, bertuliskan bahasa arab lama (Hymarit). Dalam Naskah ini kita dapat membaca pernyataan sebagai berikut: Kami memerintah dengan menggunakan hukum Hud... Lih. Muzafaruddin Nadvi, Sejarah Geografi al-Quran, diterjemahkan oleh Juman Basalim (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985), cet. I, hlm. 138.

    Pembuktian kedua eksistensi kaum d dan Tsamud disinggung oleh nama Ta-mu-di, pembuktian yang lain berasal dari lempeng Ebla yang digali dari tahun 19641979, dan hasil dari analisis arkeologisnya baru muncul pada tahun 1980-an. Salah satu lempeng ini menyebutkan nama ketiga kota: Shamutu, d, dan Iram. Dalam naskah Ebla yang lain juga disebutkan nama Ab-ra-mu, yang diidentifikasi sebagai nama Nabi Ibrahim a.s. Lih. Ahmad as-Shouwy[et.al], Mukjizat al-Quran dan as-Sunnah tentang IPTEK (Jakarta: Gema Insani Pers, 2001), cet. ke-5, hlm. 67-73.

  • tercipta sebutir telur besar mengapung, kemudian dari telur itu lahirlah

    matahari yang disebut dengan dewa Ra. Dewa ini pada fase-fase berikutnya

    akan melahirkan para dewa yang dipuja dan disembah pada masa itu, seperti

    dewa Nut, dewa Geb, dewa Su, dewa Tefnit, dewa Oziris, dewa Isis, dewa Sit,

    dan dewa Nefus. Sedangakan sungai Nil sendiri dianggap sebagai dewi

    kesuburan.2

    Orang Mesir kuno juga menganggap suci terhadap hewan-hewan

    tertentu, seperti burung rajawali, burung nasar, anjing hutan, kucing, buaya

    dan sebagainya. Anggapan ini berasal dari adat memberi makan kepada

    hewan-hewan untuk menghindarkan bahayanya seperti: singa,3 lama kelamaan

    keyakina itu menjadi keyakinan baru, yaitu; bahwa hewan-hewan itu dianggap

    sebagai penjelmaan dari dewa-dewa. Mereka menganggap burung rajawali

    sebagai dewa Horus.

    Di Mesir, barang kali karena keteraturan efektif dalam irigasi dan

    pertanian yang dikontrol secara sempurna oleh raja, kemudian raja dipandang

    sebagai ilahi dan diidentifikasikan dengan dewa-dewa paling berkuasa. Oleh

    karena itu, ia pertama-tama merupakan perwujudan dari Horus, putra Osiris,

    dewa pertumbuhan. Namun ia juga perwujudan Ra, dewa matahari, dan

    penampakan dari Nil yang subur.

    Melalui identifikasinya dengan dewa-dewa ini, maka seluruh hidup

    Firaun adalah suatu ritus yang dilihat dari sudut bahwa ia mempertahankan

    kehidupan tanah Mesir. Namun pada saat kematianya Firaun akan menjadi

    Osiris sendiri, dewa yang dihukum mati tetapi dihidupkan kembali lewat magi

    saudari yang sekaligus pasanganya, yakni Isis yang melahirkan Horus

    darinya.4

    2

    Sukardji, Agama-agama yang Berkembang di Dunia dan Pemeluknya (Bandung: Penerbit Angkasa, 1991), hlm. 151.

    3

    Karena kepercayaanya itu, dibuatlah patung singa yang berkepala manusia (Sphinx) 4

    Thomas Hidya Tjaya, Kosmos tanda keagungan Allah Refleksi menurut Louis Bauyer (Yogyakarta: Penerbit kanisius, 2002), cet. I, hlm. 40.

  • B. Firaun Dalam Sejarah

    Pada zaman kesuraman prasejarah lebih dari 10.000 tahun yang lalu,

    mulailah manusia menetap pada lembah yang dialiri sungai Nil.5 Mesir telah

    merupakan suatu bangsa yang besar 1000 tahun sebelum orang minos di Kreta

    membangun istananya di Knossos, 900 tahun sebelum orang Israel mengikuti Musa keluar keluar dari belenggu perbudakan. Mesir berkembang

    subur sewaktu anggota suku di utara sungai tibet masih tinggal dalam gubuk.

    Orang Yunani dan Roma 2000 tahun yang lalu melihat Mesir dengan

    pandangan yang kurang lebih sama dengan pandangan orang modern bila

    melihat reruntuhan Yunani dan Romawi.

    Orang modern mengenal banyak peradaban kuno yang mengagumkan,

    diantaranya Mesir. Mesir merupakan salah satu negeri tertua dikalangan negeri

    kuno yang telah merajut benang peradaban menjadi suatu kebudayaan yang

    benar-benar mengesankan, dimana Mesir bisa mempertahankan prestasinya

    tanpa mengendur selama lebih dari dua setengah sasrawarsa, suatu jangka

    masa kelangsungan yang sedikit tandinganya dalam kisah manusia.

    Zaman para Firaun tidak memiliki kisah tertulis seperti sejarah orang-

    orang terkenal yang bisa kita ketahui melalui buku-buku yang ditulis oleh

    orang sezamanya maupun sesudahnya. Namun mengenai zaman Firaun bisa

    ditelusuri dari tulisan-tulisan di makam, lukisan pada dinding bangunan, puisi,

    prosa serta laporan negara pada zaman papyrus yang terselamatkan. Juga

    sumber dari Herodotus yang menyaksikan sendiri peradaban Mesir pada

    abad-5 SM, sebelum negeri itu jatuh dibawah kekuasaan asing. Semua ini

    dapat digabungkan menjadi satu dengan cukup cermat sehingga secara umum

    apa yang terjadi dibawah kekuasaan Firaun dapat diketahui.

    Sumber yang paling tua sebagai pengetahuan kita tentang sejarah

    Mesir dapat diketahui yaitu dari daftar pharaoh yang disusun secara

    5 Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia, mengalir arah selatan-utara di Afrika

    timur laut, melintasi negara-negara Ethiopia, Urganda, Sudan, dan Mesir; bermuara di Laut tengah. Dalam percaturan sejarah masa lampau di aliran sungai Nil tumbuh dan berkembang peradaban manusia yang pada jamanya dinilai sebagai peradaban manusia yang sangat tinggi. Bukti-bukti otentik tentang adanya peninggalan-peninggalan peradaban manusia yang tinggi itu tercermin dalam karya-karya besar, diabadikan dalam bentuk-bentuk bangunan arkeologis berupa 9 buah piramida yang dibangun di sepanjang sungai Nil, berderet mulai dari kota El-Fayum (di selatan) ke kota El-Giza di utara. Lih. Ensiklopedi Indonesia Edisi Khusus, (Jakarta, PT Ichtiar Baru-Van Hoeve), jilid IV, hlm. 2391.

  • kronologis oleh Manetho pada tahun 260 SM, namun hingga kini tidak ada

    seorangpun yang bisa menyelamatkan hasil karya Manetho tersebut, sehingga

    kita harus menggantungkan diri pada tulisan-tulisan lain termasuk sejarawan

    Yahudi yaitu Josephus.6 Tulisan Josephus yang dibuat pada jaman Africanus,

    sebagaimana Eusebius dan juga Champollion, keduanya telah berhasil

    mengartikan gambar-gambar beserta tulisanya dan memberi nama Raja-raja

    dalam bentuk tulisan Mesir kuno, bukan dalam bahasa Yunani seperti yang

    dibuat oleh Manetho. Sumber lain juga bisa ditemukan lewat monumen

    Palermo (Palermo Stone), daftar yang tertera pada Palermo Stone 2000 tahun lebih tua ketimbang yang disusun oleh Manetho.7

    Kendala yang cukup sulit bagi para peneliti purbakala ialah seorang

    Pharaoh memiliki nama tidak kurang dari lima, dimana setiap nama

    digunakan untuk tujuan tertentu, para ahli purbakala sendiri sulit melacaknya.

    Dengan demikian sering muncul tulisan beberapa nama dalam beberapa buku,

    padahal yang dimaksud raja-raja itu juga.

    Penataan negeri Mesir dimulai sekitar tahun 3100 SM, pada waktu itu

    penduduk Mesir berada dibawah kekuasaan seorang raja (Dinasti I dari 31 Dinasti Firaun) yang membagi Mesir menjadi dua daerah, Mesir hulu dan

    Mesir hilir.

    Selama masa dua dinasti pertama yang meliputi waktu 400 tahun Mesir

    muncul dari kegelapan prasejarah kedalam suasana terang zaman sejarah. Pada

    era ini Mesir dibagi menjadi tiga bagian; kerajaan lama, kerajaan pertengahan,

    dan kerajaan baru.8

    - Kerajaan lama9 dimulai dari sekitar tahun 2700-2200 SM. Pada masa

    inilah piramida-piramida besar dibangun.

    6

    Muzafaruddin Nadvi. op. cit., hlm. 107. 7

    Dedy Suardi, Firaun Kontemporer (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997), cet. I, hlm. 18.

    8 Ibid., hlm. 36.

    9 Mengenai kapan dimulainya kerajaan lama terjadi perbedaan pendapat, ada yang

    menulis bahwa pada tahun 3500 SM sudah muncul Dinasti ke-4, dimana sejak saat itu tradisi mengawetkan mayat sudah mulai berkembang hingga masa kekuasaan koptik. Masa Dinasti ke-21 (1085-945 SM) disebut sebagai masa keemasan dalam hal teknologi pengawetan mayat. Ibid., hlm . 44.

  • - Kerajaan pertengahan, dari sekitar tahun 2000-1800 SM, Mesir menikmati

    kekuasaan politik yang bertambah besar dan cakrawala ekonomi yang

    lebih luas.

    - Kerajaan baru, dimulai sekitar tahun 1600-1100 SM.

  • Peradaban Mesir yang sangat unik bahkan sudah ada pada masa para

    Firaun paling awal. Struktur politik dan sosial segera mengkristal menjadi

    bentuk yang dengan sedikit selingan akan tetap dipertahankan sejak saat itu.

    Seluruh kekuasaan berada pada tangan manusia, baik dalam teori dan secara

    luas juga dalam kenyataan. Dengan memegang peranan rangkap secara tiba-

    tiba sebagai Dewa dan raja, dia duduk bertahta dipuncak masyarakat. Yang

    mendukungnya adalah para pejabat tinggi, kepada merekalah ia mewakilkan

    kekuasaanya. Dibawah para pejabat inilah muncul tingkat-tingkat birokrasi

    luas yang bertumpu pada bahu lebar kaum pekerja dan petani.

    Di Mesir hulu, Menes mendirikan kota Memphis (32 km disebelah

    selatan bagian delta paling hulu). Menes dan raja-raja penggantinya juga

    membangun pusara untuk kehidupan akhirat mereka, dan menyatukan dua

    kerajaan yang sangat berbeda, yakni Mesir hilir dan Mesir hulu. Di kota

    Memphis ini terdapat pekuburan-pekuburan kuno yang merupakan sebuah

    monumen. Diantara monumeen itu adalah Piramida Tangga di Sakkarah

    (didirikan untuk Zoser, Firaun I pada dinasti ke-3), setelah itu piramida-

    piramida10 lain juga dibangun untuk para raja dinasti ke-4, diantara piramida

    tersebut adalah Khufu, Khafre, dan Menkaure atau Cheop, Cheprhen, dan

    Mycerinus.

    Raja Mesir kuno yang paling lama memegang kekuasaan adalah pada

    dinasti ke-6 yaitu Pepi II, yang memerintah selama 90 tahun (2272-2182 SM).

    Tidak banyak sepak terjang yang berhasil dicatat oleh para ahli purbakala.

    Raja Mesir ini memerintah pada masa kerajaan lama.

    Masa kerajaan mesir pertengahan adalah satu masa yang penting dalam

    sejarah Mesir kuno, puncaknya terjadi pada Dinasti ke-12 (2000-1788 SM),

    Amenemhet I, adalah salah satu raja dari Dinasti ini yang berusaha

    menghilangkan kelaparan dan kemiskinan dikalangan rakyat Mesir. Raja lain

    10

    Piramid besar di Giza (Gizeh) menurut pendapat para ahli purbakala dibangun pada pemerintahan raja Cheops dari dinasti ke-4 ( 2900 SM). Untuk membangun Piramida yang besar itu dibutuhkan 100.000 orang pekerja selama 20 tahun, balok-balok batu kapur dan granit yang tingginya 7 kaki dan panjangnya ada 18 kaki diangkat dengan perahu dari seberang sungai Nil dan hanya dapat dilakukan selama 3 bulan pada waktu musim semi saat sungai sedang dilanda air bah, dibutuhkan 500.000 kali perjalanan untuk mengumpulkan semua batu-batu yang diperlukan. Masing-masing balok batu beratnya berkisar 2 ton yang diperkirakan semuanya berjumlah 2300 buah untuk membangun sebuah piramida besar itu. Lih. Arkady Leukum, More tell me why (Jakarta: Pelita Indonesia, 1987), jilid VIII, cet. ke-4, hlm. 28-29.

  • adalah Amenemhet III, yang berhasil membawa Mesir pada puncak

    kemegahanya, rakyat hidup makmur, bahagia dan merata. Setelah Amenemhet

    III meninggal, Mesir mengalami kemunduran dalam segala kehidupan.

    Kemudian muncul Dinasti ke-13, kebanyakan para Firaun pada Dinasti ini

    hanya memerintah paling lama 2 tahun bahkan ada yang 3 hari saja. keadaan

    negeri mesir semakin gawat, perpecahan terjadi disana sini. Pada akhir-akhir

    dari Dinasti ke-13 ini bangsa Hyksos11 menyerbu Mesir, dan muncullah

    dinasti ke-14 yang rajanya masih dari kalangan bangsa Mesir sendiri, tapi

    masih dibawah pengarahan bangsa Hyksos.12

    Pada tahun 1700-an SM pemerintahan Mesir jatuh ke tangan Hyksos,

    dan dibangunlah Dinasti ke-15. Pada pemerintahan Hyksos inilah Nabi Yusuf

    pernah berkuasa di Mesir sebagai raja muda yang diserahi urusan perbekalan

    dan perniagaan oleh Firaun Mesir, yaitu Apopi I (raja Hyksos dari Dinasti ke-

    16).

    Kaum Hyksos dalam memerintah negeri Mesir sangat kejam dan

    sewenang-wenang, hal inilah yang membuat orang Mesir tidak suka. Ada satu

    Daerah di Mesir yang tidak dapat dikuasai oleh Kaum Hyksos, yaitu Mesir

    selatan (Mesir hulu), dengan ibukota Thebeh (Thebes). Mulai tahun 1620-

    1570 SM terjadi revolusi yang dilakukan oleh seorang raja yang bernama

    Ahmos, dalam revolusi ini kota Memphis berhasil dikuasai dan berhasil

    merebut benteng Hyksos yang terletak di kota Awaris (Ibukota pemerintahan

    Hyksos). Pemerintahan Hyksos berahir sampai Dinasti ke-17, dan berahirlah

    pula periode kerajaan Mesir pertengahan.13

    Dinasti berikutnya adalah Dinasti ke-18 yang dipimpin oleh Ahmos,

    Ahmos I atau Amasis I (1570-1545 SM). Firaun ke-3 dari dinasti ini adalah

    11

    Hyksos berarti Raja-raja gembala, suku kata pertama; Hyk berarti Raja, sedangkan sos berarti gembala. Tapi menurut beberapa sejarawan, mereka adalah orang-orang Arab. Lih. Muzafaruddin Nadvi, op. cit., hlm. 110.

    12 Mukhtar Yahya, Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah (Jakarta: Bulan

    Bintang, 1985), cet. I, hlm. 40. 13

    Ibid., hlm. 59.

  • Thotmes I (1540 SM),14 raja pengganti selanjutnya adalah Thutmes II dan

    Thutmes III.15 Pada masa dinasti ini juga pernah berkuasa raja Aminhopis II

    (1500 SM), menurut para ahli sejarah Firaun ini telah mendatangkan orang-

    orang tawanan sebanyak 3600 dan dipekerjakan sebagai buruh di Mesir.

    Selain Aminophis II, Firaun lain yang tercatat dalam sejarah adalah

    Aminophis III.16 Firaun ini mempunyai menteri yang sangat mahir dalam

    manggunakan ilmu sihir.17

    Penguasa selanjutnya dari dinasti ke-18 adalah Aminhopis IV (1350

    SM), kemudian diganti oleh menantu keduanya yaitu Tuthankhamen. Firaun

    termuda dan terkaya ini naik tahta pada usia 9 tahun dan wafat pada usia 18

    tahun.18 Ia telah memulihkan tradisi-tradisi keagamaan kuno yang dalam masa

    pendahulunya telah dihentikan.

    Ini terbukti dari peninggalan-peninggalan dan barang-barang yang

    terbawa kedalam makamnya; diantaranya peraduan-peraduan, takhta-takhta,

    14 Dedy Suardi, op. cit., hlm. 80 .

    15 Para ahli sejarah tidak mencatat berapa lama masa pemerintahan kedua Firaun ini.

    16

    Tidak ditemukan catatan-catatan yang menerangkan masa pemerintahan Firaun Aminophis III ini.

    17 Ada dua kelompok tukang sihir (pada zaman Firaun ). Pertama, tukang sihir resmi yang

    diakui pemerintahan dan diizinkan untuk melakukanya. Mereka menjadi nara sumber dalam memecahkan berbagai peristiwa. Mereka mendapatlan kedudukan penting dihadapan rakyat dan dinasti Firaun yang menjadikan banyak pejabat mengikuti cara mereka seperti Amnahtab bin Habi, menteri raja Amnovis III yang paling terkemuka dalam mengguanakan sihir. Diantara raja-raja yang terkemuka dalam sihir adalah raja Seizoustres yang mengungguli semua ahli sihir pada masanya. Para ahli sihir diberi gelar sebagai sekretaris pribadi raja dan pemegang kendali kehidupan. Mereka selalu ditanya mengenai urusan-urusan pribadi para raja, bahkan tentang tafsiran mimpi. Para raja meyakini bahwa dengan mereka sempurnalah kemenangan atas musuh dan berjanji kepada mereka melalui nadzar ketika menanti kesuksesan banyak hal sebagaimana Firaun dan kaumnya ketika melawan Nabi Musa.

    Kedua, para ahli sihir tidak resmi. Mereka belum memenuhi persyaratan sebagaimana telah disebutkan. Pemerintah tidak mengakui mereka dan menghukum mereka jika mereka menggunakanya tanpa izin. Mungkin hukumanya adalah dibunuh. Lih. Muhammad Isa Dawud, Dajjal akan muncul dari Segi Tiga Bermuda, terj. Tarwana Ahmad Qasim (Bandung : Pustaka Hidayah, 1997), cet. Ke-4, hlm. 91.

    18 Kekayaan Firaun ini merupakan suatu peluang besar bagi para pandai logam

    mesirdalam mengembangkan keahlianya dengan tujuan membuat perhiasan bagi Firaun ini. Bukti pemakaian emas secara melimpah dapat kita temukan setelah makamnya dibongkar pada tahun 1992, terdapatlah topeng emas Tuthankhamen yang ditatah dengan batu pernata dan ditengah-tengah patung yang berkilauan dan berkeramat ini berdirilah peti mayat Firaun yang terbuat dari emas pejal yang tebalnya lebih dari 1 inchi. Lih. Leslie Aitchison, D. Met., Kisah Logam, terj. IKAPI (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981), cet. I, hlm. 18. Mummitri Tutankhamen yang terbuat dari emas ditemukan pada tahun 1992. Lihat gambar 1.

  • Vas-vas yang tak terhitung jumlahnya, kendaraan perang, senjata-senjata dan

    relik-relik agama. Semuanya itu dimaksudkan agar sang Firaun muda yang

    telah mati bisa menempuh perjalananya dengan aman dan tentram menuju

    dunia abadi. Peninggalan-peningalan itu terbuat dari emas, batu permata dan

    perak. Guna mengiventarisasi mumi dan barang-barang peninggalanya

    dibutuhkan waktu tidak kurang dari 10 tahun dan semuanya dinilai indah oleh

    para pengamat seni.19

    Firaun selanjutnya adalah Sethi I yang memerintah 1300 SM.

    Menurut P Montet dalam bukunya L Egypte et la Bible yang dikutip oleh M

    Buchaill mengatakan, pada pemerintahan ini orang-orang Yahudi

    menimbulkan keributan-keributan di Kanan di daerah Bethshean.20

    Penguasa terlama nomer 2 setelah Pepi II adalah Ramses II (1290-1223

    SM), ia merupakan raja ke-3 dari dinasti ke-19, ia berkuasa sejak berusia 25

    tahun. Menurut berbagai sumber, Ramsses II memang merupakan salah

    seorang raja Mesir kuno yang besar. Selain di panggil Firaun ia juga dikenal

    dengan nama Usermare Ramesses yang besar.

    Pada awal pemerintahanya, Ramses II kembali mengukuhkan sejumlah

    daerah yang kurang mantap pada kekuasaan ayahnya yaitu Seti I (seperti di

    selatan Libya, selanjutnya ia juga merambah ke luar sehingga kekuasaanya

    meluas hingga ke Turki, Sudan dan Irak). Disamping haus daerah kekuasaan,

    ia juga tergila-gila dengan bangunan yang serba mewah, ia banyak

    membangun istana, kubu pertahanan, kuil dan kuburan keluarga. Ramses II

    memiliki sejumlah istri dan selir yang memberinya anak yang sangat banyak

    ( 170 orang).21

    C. Munculnya Bani Israil di Mesir

    Injil menyebutkan awal mula masuknya orang Yahudi ke Mesir

    bersama Yakub untuk mengikuti Yusuf. Ini adalah periode penindasan, pada

    19

    Dedi Suardi, op. cit. hlm. 57-59.

    20 Maurice Bucaille, Bible, Quran, dan Sains modern, terj. H. M. Rasjidi (Jakarta: Bulan

    Bintang, 2001), cet. Ke-14, hlm. 283. 21

    Deddy Suardi, op. cit., hlm. 30.

  • waktu itu orang-orang yahudi dipekerjakan untuk mendirikan kota-kota yaitu

    Phytom dan kota Ramses.

    Untuk mencegah pertumbuhan penduduk yahudi, Firaun

    memerintahkan semua bayi yahudi laki-laki di buang ke sungai. Musa dapat

    dipelihara ibunya selama tiga bulan, tetapi akhirnya si ibu memutuskan untuk

    memasukanya dalam suatu keranjang di pinggir sungai Nil. Anak perempuan

    Firaun menemukanya dan mencarikanya seorang pengasuh yang tidak lain

    adalah ibunya sendiri, oleh karena itu saudara perempuan Musa yang mencari

    jejak, siapa yang mengambil bayi, pura-pura tidak mengenalnya dan tidak

    menasihatkan kepada putri itu seorang pengasuh yang tidak lain adalah ibu

    bayi itu sendiri. Bayi itu diperlakukan sebagai anak Firaun dan diberi nama

    Musa.

    Awal masuknya bani israil ke Mesir terjadi pada Dinasti ke-15, yaitu

    ketika Yusuf putra Yakub karena perbuatan saudaranya menjadi berada di

    Mesir. Ia dizhalimi saudara-saudaranya dan dijerumuskan kedalam sumur tua,

    kemudian dipungut oleh kafilah yang lewat. Yusuf dibawa ke Mesir dan

    dibeli oleh pembesar kerajaan yaitu Futilah yang dijadikanya sebagai anak

    angkat bukan sebagai budak.

    Keterangan lain mengatakan sebagaimana pendapat Winwood Reade,

    bahwa Yusuf dijual sebagai Hamba oleh saudara-saudaranya pada tahun 1750

    SM. Kemudian Yusuf berpengalaman sebagai penggembala domba, pembantu

    rumah tangga raja, dan seterusnya menjadi kepercayaan raja. Ia kawin dengan

    seorang gadis putri pendeta Heliopolis. Dari perkawinan ini lahir dua orang

    putra dan tidak memperoleh status sebagai orang Mesir, melainkan termasuk

    golongan Israil.22

    P Montet dan Daniel Rops juga berpendapat bahwa kedatangan

    Yusuf dan keluarganya terjadi pada waktu yang sama dengan gerakan Hyksos

    berhijrah ke Mesir pada abad ke-17. pada waktu itu di Avaris ada seorang raja

    22

    A Muin Umar, Syamsuddin Abdullah,...[et.al], Sosiologi Agama II: Agama dan Mobilitas Sosial (Jakarta: Depag RI, 1986), hlm. 27.

  • Hyksos yang menyambut kedatangan Yusuf dan saudara-saudaranya dengan

    baik.23

    Yusuf adalah seorang Yahudi, meskipun orang-orang Mesir umumnya

    membenci orang yahudi dan jarang bergaul dengan mereka, tetapi raja Mesir

    menyambutnya dengan hormat dan mengangkatnya sebagai menteri.

    Yusuf kemudian memerintah saudara-saudaranya yang berjumlah 12

    (mereka semua sesungguhnya adalah kaum Israil yang asli) termasuk ayahnya

    Nabi Yakub untuk pindah ke negeri Mesir dan menetap sampai akhirnya Nabi

    Yakub meniggal. Ini adalah awal pertumbuhan dari bani Israil di Mesir.24

    Komunitas bani israil yang beragama tauhid oleh nabi Yusuf ditempatkan di

    daerah yang terpisah dengan penduduk Mesir asli (Qibthi atau Koptik) yang

    mempunyai kepercayaan polyteisme dengan maksud supaya agama dan adat

    istiadat mereka tetap murni. Setelah nabiYusuf meninggal dan raja Amos I di

    ganti dengan raja selanjutnya maka penindasan Bani Israil mulai terjadi.

    Perpindahan bani israil ke Mesir terjadi tahun 1573 SM ( 27 tahun setelah Nabi Yusuf di Mesir).25

    Mengenai keberadaan bani israil, ada beberapa dokumen atau bukti-

    bukti yang menyinggung hal ini, antara lain; dalam tulisan Mesir kuno

    terdapat pernyataan Apiru pada abad ke-12 yaitu pada pemerintahan Ramses

    III26. Apiru atau Habiru banyak diidentifikasikan dengan orang ibrani. Yang

    dimaksud dengan kelompok tersebut adalah pekerja-pekerja pembangunan,

    pekerja-pekerja pertanian, pembuat anggur, dan lain-lain. Dokumen lain

    berupa papirus yang ditemukan pada Tuthmes III (1500 SM), menyebutkan

    mereka itu adalah pekerja untuk pemeliharaan kuda. Pada pemerintahan

    Aminophis II, mereka juga didatangkan sebagai orang-orang hukuman dari

    kanan. Kira-kira pada tahun 1300 SM dibawah pemerintahan raja Sethi I,

    23

    Maurice Bucaille, op. cit., hlm. 273.

    24

    Muzafaruddin Nadvi, op. cit., hlm. 108.

    25

    Mukhtar Yahya, op. cit., hlm. 46.

    26

    Maurice Bucaille, op. cit., hlm. 275.

  • disebutkan bahwa orang-orang Apiru pernah menimbulkan kegaduhan di

    Kanan di Bethsean.27

    Alkitab perjanjian lama juga menyebut orang israil sebagai tenaga

    kerja yang diperbudak dengan kejam. Mereka membuat tanah liat, batu bata

    dan berbagai pekerjaan diladang serta mendirikan kota-kota Phytom dan

    Ramses yang terjadi pada masa Firaun I dari dinasti ke-19.28

    John F. Cragan dalam Tafsir alkitab perjanjian lama juga berpendapat

    bahwa tulisan Mesir yang berbicara mengenai Apiru yang ditulis dalam

    bahasa semit selatan (Akad), barang kali menunjuk pada Habiru. Orang-orang

    Hapiru atau Habiru ini sering digambarkan sebagai bangsa yang terlantar,

    pengganggu ketentraman, tidak pernah puas dan sering mengacau. Akan tetapi

    tidak jarang juga mereka menjadi pedagang-pedagang dan pengembara,

    mereka juga menyediakan tenaga kasar untuk pembangunan militer Mesir.29

    27

    Ibid., hlm. 274.

    28

    John R. W. Scott, Memahami Isi alkitab, terj. Paul Hidayat (Jakarta: Persekutuan Pembaca alkitab, 2000), cet. ke-3, hlm. 55.

    29

    Tafsir alkitab Perjanjian Lama, terj. A.S. Hadiwiyata (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006), cet. ke-6, hlm. 81.

  • D. Firaun Zaman Nabi Musa

    Ada beberapa Hipotesa yang dilakukan oleh para ahli sejarah yang

    bertujuan untuk menelusuri penempatan Firaun yang hidup pada zaman Nabi

    Musa.

    Diantara hipotesa-hipotesa yang sangat ajaib adalah hipotesa yang

    diajukan J. De Micheli (1960) yang mengakui telah dapat menentukan waktu

    eksodus, yakni pada tanggal 9 April 1495 SM, dan hal tersebut disandarkan

    semata-mata kepada perhitungan Kalender. Jika kita mengikuti pengarang ini

    maka Firaunya Eksodus adalah Tutmes II, hipotesa ini dibuktikan

    kebenaranya karena pada Mumi Tutmes II terdapat bekas-bekas penyakit kulit

    yang dinamakan penyakit lepra oleh pengarang tersebut dengan tidak ada

    penjelasan lebih lanjut.30

    Bible juga menyebutkan bahwa salah satu penderitaan yang menimpa

    rakyat Mesir adalah penyakit kulit. Kesimpulan yang aneh ini tidak

    mengindahkan fakta-fakta lain yang ada dalam bible, yang menyebut adanya

    kota Ramses yang dibangun pada pemerintahan Firaun Ramses. Oleh karena

    itu hipotesa tersebut sangat lemah.

    Pendapat serupa juga dimunculkan oleh Daniel Rops dalam bukunya

    La peuple de la Bible (Bangsa yang dibicarakan dalam Bible). Ia

    mengatakan bahwa Aminophis II adalah Firaunya Eksodus, dengan alasan

    bahwa Bapaknya (Tutmes III) terlalu nasionalis. Ia juga mengatakan bahwa

    Aminophis II adalah penindas orang orang Yahudi, dan ibu tirinya yang

    bernama Hatsepshut adalah wanita yang mengambil Musa dari sungai.31

    Kitab kejadian memuat nama Ramses, walaupun nama asli Firaun

    tidak disebut dalam Bible, Ramses nama adalah salah satu dari dua kota yang

    dibangun dengan tenaga kerja paksa orang-orang bani israil.32 Disana Ramses

    menyuruh membangun ibukotanya. Sebelum raja Ramses II, ditempat itu

    sudah ada bangunan yang dibuat oleh raja dari dinasti sebelumnya, tetapi

    Ramses II lah yang menjadikan tempat itu penting. Disamping itu, Bible

    30

    Maurice Bucaille, op. cit., hlm. 277.

    31

    Ibid., hlm. 278.

    32

    John R. W. Scott, op. cit., hlm. 55.

  • menyebutkan suatu unsur yang sangat penting untuk menunjukan waktu

    terjadinya Eksodus, yaitu ketika nabi Musa menjalankan perintah tuhan untuk

    meminta agar bani israil dibebaskan, ia sudah berumur 80 tahun.

    Kitab keluaran menyebutkan, Musa berumur 80 tahun dan Harun

    berumur 83 tahun ketika mereka berbicara kepada Firaun, dilain pihak kitab

    Kejadian menyebutkan bahwa Firaun yang memerintah ketika Musa

    dilahirkan telah meninggal pada waktu Musa menetap di Madyan.33 walaupun

    Bible tersebut tidak menunjukan nama pergantian raja. Dua ayat dalam Bible

    mengandung arti bahwa jumlah waktu berkuasanya dua Firaun yang

    memerintah Mesir ketika Musa hidup disitu adalah setidaknya 80 tahun.

    Dipihak lain Ramses II memerintah selama 67 tahun (1290-1224 SM)

    menurut perhitungan Rowton, atau dari tahun 1301-1325 SM menurut

    perhitungan Drioton dan Vandier. Ahli-ahli Mesir tidak dapat memberikan

    angka pasti tentang lamanya pemerintahan Marneptah, (pengganti Ramses II).

    Drioton dan Vandier memberikan dua kemungkinan, mungkin hanya 10 tahun

    dari tahun 1224-1214 SM atau 20 tahun dari tahun 1224-1204 SM. Yang

    diketahui orang secara pasti adalah bahwa setelah Marneptah, Mesir

    mengalami krisis dalam negeri yang sangat besar selama abad.34 Walaupun kronologi raja-raja Mesir tidak dapat disusun secara tepat,

    kita dapat mengetahui bahwa selama kerajaan baru tidak terdapat dua masa

    pemerintahan raja yang berturut-turut yang dapat mencapai atau melebihi 80

    tahun kecuali pada periode Ramses II dan Marneptah.

    Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Musa hidup pada masa dua

    Firaun, pertama; pada permulaan pemerintahan Ramses II,35 ketika Musa

    33

    Alkitab, Keluaran [7:7] (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2005), cet. Ke-21, hlm. 58-67.

    34 Dedy Suardi, op. cit., 89.

    35 Banyak sekali bangunan kuno yang kini berdiri di Mesir yang dibangun menurut

    petunjuk Ramses II, keinginannya untuk membangun tidak pernah terpuaskan. Sekalipun menyatakan hormat kepada leluhurnya, tanpa rasa bersalah Ramses II merampas batu-batu dalam bangunan para leluhur, mengambil alih tanda peringatan mereka, dan memahatkan namanya sendiri padanya (Firaun lainya juga berbuat serupa, namun tidak sehebat Ramses II). Ini dapat dilihat pada halaman pertama Ramessium, yakni kuil makamnya di Thebes, Ramses II menempatkan patungnya sendiri yang tingginya 17 meter lebih. Patung ini dipahat dari granit merah besar yang bobotnya sekitar 1000 ton. Ukuran kepala patung raksasa ini dari kepala sampai telinga lebih dari 1,8 meter. Bahkan yang

  • berada di Madyan Ramses II meninggal dunia, dan yang kedua; Musa menjadi

    pembela kaum bani Israil dan menghadapi Marneptah, anak dan pengganti

    Ramses II. Marneptah mati tenggelam ketika peristiwa Eksodus.

    Rangkaian ceritanya berawal ketika Musa sebagai orang muda

    berangkat ke Madyan, disana ia kawin dan tinggal lama. Dan dalam waktu

    yang lama itu raja Mesir meninggal.

    Tuhan memerintahkan Musa untuk menemui Firaun dan

    mengeluarkan saudara-saudaranya dari Mesir. Harun saudara Musa

    membantunya dalam tugas ini. Setelah kembali ke Mesir, Musa dan

    saudaranya mengahdap Firauan yaitu Firaun baru yang menggantikan

    Firaun lama yang memerintah ketika Musa dilahirkan dahulu.

    Firaun melarang bangsa Yahudi pengikut Musa untuk meniggalkan

    Mesir. Tuhan menampakan diri lagi kepada Musa dan memerintahnya untuk

    mengulangi permintaanya. Pada waktu itu musa berumur 80 tahun.

    Musa menunjukan kepada Firaun bahwa dia memiliki kepandaian

    supranatural, hal tersebut rupanya tidak cukup untuk meyakinkan Firaun.

    Kemudian tuhan mengirimkan siksaan-siksaan; air sungai berubah menjadi

    darah, timbulnya katak-katak, nyamuk, lalat, wabah yang menyaramg

    binatang, timbulnya penyakit di kulit manusia dan binatang, hujan butiran es,

    belalang, kegelapan, dan kematian bagi bayi-bayi perempuan yang

    dilahirkan.36 Tetapi semua itu tidak dapat menaklukan Firaun untuk

    membiarkan orang-orang yahudi keluar dari Mesir.

    Kemudin 600.000 manusia, belum terhitung keluarga mereka dapat

    melarikan diri dari kota ramses.37 Pada waktu itulah Firaun mengendarai

    keretanya dan memimpin tentaranya. Ia mengambil kereta yang terbaik dari

    seluruh kereta di Mesir, tiap kereta dikendarai oleh seorang perwira. Raja

    mesir memimpin pengejaran tersebut. ukuranya lebih besar lagi adalah empat buah patung raksasa yang memenuhi bagian depan salah satu kuil Ramses II di abu simbel, setiap patung berdiri setinggi 19,5 meter. Dari data ini sendiri kita dapat menjawab Firaun macam apa Ramses II ini. Lihat gambar 2, dan mengenai Mumi kepala Ramses II dapat dilihat pada Gambar 3.

    36 Chr. Barth, Theologi Perjanjian Lama, terj. Anggota IKAPI (Jakarta: Gunung Mulia,

    2001), Jilid I, cet. ke-8. hlm. 137. 37

    Erich Fromm, Manusia Menjadi Tuhan: Pergumulan antara Tuhan Sejarah dan Tuhan Alam, terj. Evan Wisastra, M Rusdan,..... [et.al] (Yogyakarta: JALASUTRA, 2002), cet. I, hlm. 139.

  • Orang Mesir Firaun dapat menyusul kelompok Musa dipinggir sungai.

    Musa memukulkan tongkatnya dan laut itu terbelah38 hingga ke dasarnya,

    pengikut Musa melintasi dasar laut dengan selamat. Orang-orang Mesir

    mengejar terus dan semua kuda Firaun, kereta-keretanya dan tentaranya yang

    berkuda semuanya memasuki laut yang terbelah. Air laut bertaut kembali dan

    menelan kereta-kereta dan para penunggang kuda dari tentara Firaun yag

    memasuki laut dibelakang mereka. Tak ada seorangpun yang selamat. Bible

    tidak menyebutkan sesuatu tentang bagaimana nasib jenazah Firaun.

    38

    Keajaiban laut yang terbelah, ada orang yang menggambarkan peristiwa itu terjadi karena adanya air surut yang disebabkan oleh Faktor astronomik atau faktor seismik (gempa) yang disebabkan oleh letusan gunung yang jauh. Mungkin orang yahudi mengambil kesempatan surutnya air laut, sedang orang-orang Mesir yang mengejar mereka telah dibinasakan oleh pulihnya keadaan air. Hipotesa semacam itu memang rasional, dimana proses astronomik atau seismik merupakan faktor alamiah. Peristiwa terbelahnya laut merah disebabkan oleh tongkatnya Nabi Musa yang dipukulkan ke laut. Ini adalah sebuah mukjizat dan bersifat suprarasional yang datangnya dari Allah yang Maha Kuasa, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui. Laut Merah menjadi hal yang sangat sepele bagi-Nya. Lih. Paul Davis, Tuhan Doktrin dan Rasionalitas Dalam debat Sains Modern (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), cet. I, hlm. 306.

  • BAB III

    FIRAUN DALAM AL-QURAN

    Kisah-kisah dalam al-Quran bukanlah seperti kisah atau cerita

    yang ada dalam buku sejarah yang menampilkan peristiwa-peristiwa

    secara kronologis yang hanya memuat berita tentang perilaku-perilaku

    manusia semata, seperti memberi informasi tentang perilaku seseorang

    yang ditokohkan. Sebab realitas-realitas peristiwa semacam itu dapat

    dibaca dalam buku sejarah yang merupakan spesialisasi para ahli sejarah

    Kisah-kisah al-Quran adalah interpretasi atas sejarah dan

    hukumnya, sembari mengemukakan fenomena-fenomena yang ada

    didalamnya untuk dijadikan ibrah dan bahan research, seperti kisah raja-

    raja Mesir kuno yaitu Firaun.

    A. Ayat-ayat tentang Firaun Al-Quran tidak menyebutkan nama lengkap Firaun, seperti

    Haman dan Qarun tetapi mencukupkan dengan gelar saja. Term Firaun

    disebut dalam al-Quran sebanyak 74 kali dalam 27 surat1, dimana ayat-

    ayat yang menyebut tentang Firaun itu lebih banyak dari pada ayat

    tentang wudhu, waris, shadaqah, perkawinan, dan perceraian2.

    1 M. Abdul Baqi, al-Mujam al-Mufahras li alfadhi al-Quran al-Karim, (Maktabah

    Dahlan Indonesia), hlm. 654-655. 2 Ayat tentang wudhu disebutkan dalam al-Quran sebanyak 1 kali yaitu dalam QS. al-

    Maidah [5]: 6; Tentang Waris al-Quran menyebut sebanyak 22 kali: QS. al-Baqarah [2]: 181, 182, 233; QS. al-Araf [7]: 169; QS. al-Hijr [15]: 23; QS. Maryam [19]: 6, 40, 80; QS. al-Anbiya [21]: 89; QS. an-Naml [27]: 16; QS. al-Qashash [28]: 5, 58; QS. al-Ahzab [33]: 6, 27; QS. Faathir [35]: 32; QS. al-Mumin [40]: 53; QS. asy-Syuara [42]: 14; QS. an-Nisa [4]: 7, 8, 11, 12, 176.

    Tentang Shadaqah disebut dalam al-Quran sebanyak 23 kali, dalam : QS. al-Baqarah [2]: 196, 245, 262, 263, 264, 219, 267, 268, 271, 272, 274, 276; QS. an-Nisa [4]: 114; QS. at-Taubah [9]: 58, 103, 104; QS. an-Najm [53]: 34; QS. al-Mujadilah [58]: 12,13; QS. al-Munafiqun [63]: 10; QS. Yusuf [12]: 88; QS. al-Ahzab [33]: 35]. Tentang Perkawinan disebutkan sebanyak 27 kali, yaitu: QS. al-Baqarah [2]: 230, 232, 235; QS. an-Nisa [4]: 3, 6, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 127; QS. al-Hijr [15]: 22, 71; QS. Thaaha [20]: 40; QS. an-Nur [24]: 3, 32, 33, 60; QS. al-Ahzab [33]: 37, 49, 52, 53, 55; QS. al-Maidah [5]: 5, 6; QS. Al-Mumtahanah [60]: 10.

  • Hal ini menunjukan signifikansi dan pentingnya bagi kita untuk

    memahami bahwa cerita-cerita tersebut bukan semata-mata dongeng

    penghibur Nabi Muhammad, akan tetapi ayat-ayat tentang Firaun hadir

    untuk menjelaskan pesan-pesan sejarah. Anehnya para ahli tafsir tidak

    menoleh untuk mengkajinya secara benar dan kebanyakan mereka

    menyajikanya dari sumber-sumber israiliyat dan menggantungkan pada

    sandaran yang tanpa makna sama sekali.

    Kisah Firaun merupakan kisah yang paling banyak disebutkan

    dalam al-Qur'an dibandingkan kisah-kisah lainya dari umat terdahulu.

    Dalam al-Quran term yang berbicara tentang Firaun tersebar dalam

    berbagai surat dan ayat, antara lain sebagai berikut:

    No. Surat Jenis Surat Ayat 1 Al-Baqarah Madaniyah 49, 50 2 Ali Imran Madaniyah 11 3 Al-Araf*) Makkiyah 103,104,113,123,137

    109,127 130,141

    + +

    4 Al-Anfal Madaniyah 52, 54**) 5 Yunus*) Makkiyah 75,79,83**),88,90 + 6 Hud Makkiyah 97**) 7 Ibrahim Makkiyah 6 + 8 Isra*) Makkiyah 101,102 + 9 Thaaha Makkiyah 24,43,60,78,79 10 Al-Mukminun Makkiyah 46 11 As-Syuara*) Makkiyah 11

    16,23,41,44,53

    +

    Tentang Perceraian, al-Quran menyebutkan sampai 23 kali, yang terdapat dalam QS. al-Baqarah [2]: 102, 229, 230, 231, 236, 237, 241; QS. ali Imran [3]: 103, 105; QS. an-Nisa [4]: 23, 130; QS. al-Anam [6]: 91, 159; QS. al-Anfal [8]: 57; QS. at-Taubah [9]: 25; QS. an-Nahl [16]: 92; QS. al-Ahzab [33]: 28, 37, 49, 51; QS. at-Thalaq [65]: 1, 2; QS. at-Tahrim [66]: 5. Lih. Sukmadjaja Asyari, Rosy Yusuf, Indeks al-Quran, (Bandung: Penerbit Pustaka, 2000), hlm. 40, 96, 193, 245, 246

  • 12 An-Naml Makkiyah 12 13 Al-Qashash*) Makkiyah 3,4,8,32,38

    6,8

    + 14 Al-Ankabut*) Makkiyah 39 + + +

    15 Shad Makkiyah 12 + + 16 Ghafir*) Makkiyah 24,36

    29,37**),26 28,45,46

    + + +

    17 Az-Zukhruf*) Makkiyah 46,51 + 18 Ad-Dukhan*) Makkiyah 17

    31 +

    19 Qaaf Makkiyah 13 + +

    + + 20 Ad-Dzariyat*) Makkiyah 38 + 21 Al-Qamar Makkiyah 41 22 At-Tahrim Madaniyah 11**) 23 Al-Khaqqah Makkiyah 9 24 Al-Muzammil*) Makkiyah 15,16 + 25 Al-Naziat Makkiyah 17 26 Al-Buruj Makkiyah 18 + 27 Al-Fajr Makkiyah 10 +

    Dari sekian banyak ayat tentang Firaun yang terdapat dalam 27

    surat, kata Firaun disebut bersama-sama dengan Nabi Musa a.s., baik

    secara langsung menyebut nama Musa a.s., maupun tidak langsung dengan *) Firaun disebut bersama Nabi Musa a.s., baik dengan menyebut namanya secara langsung, antara lain dalam QS. al-Araf [7]: 103, 104, 127; QS. Yunus [10]: 75,79,83; QS. al-Qashash [28]: 3; QS. al-Ankabut [29]: 39; QS. Ghafir [40]: 26,37; QS. az-Zuhruf [48]: 46, maupun dengan kata tidak langsung (Rasul) dalam QS. asy-Syuara [26]: 16; QS. ad-Dukhan [44]: 17; QS. ad-Dzariyat [51]: 38; QS. al-Muzammil [73]: 15, 16. Hal ini menunjukan bahwa dalm memahami kisah Firaun tidak bisa lepas dari sosok Nabi Musa a.s. yang membebaskan Bani Israil dari belenggu perbudakan sekaligus diperintah oleh Allah SWT untuk mengajak Firaun dan pengikutnya agar kembali ke jalan yang benar (Menyembah Allah SWT) **) Dalam ayat ini Firaun disebut 2 kali, kecuali dalam QS. Hud [11]: 97, Firaun diulang sampai 3 kali.

  • kata Rasul. Ini menunjukkan bahwa dalam memahami kisah Firaun tidak

    bisa lepas dari peranan Nabi Musa a.s.

    Surat-surat dalam al-Quran yang membahas term Firaun dibagi

    menjadi dua kelompok yakni Makiyyah dan Madaniyyah, akan tetapi

    mayoritas di dominasi oleh surat-surat Makiyyah.

    Al-Makky dan al-Madany merupakan salah satu tema penting

    dalam pembahasan ilmu Quran. Berbagai bukti telah menunjukan bahwa

    munculnya beberapa penyimpangan pemahaman terhadap kandungan

    makna sebagaian ayat al-Quran adalah karena jatuhnya pemahaman

    tersebut dari pijakan sejarah pewahyuan baik yang dikenal dengan

    pembahasan asba al-Nuzul atau yang dikenal dengan al-Makky dan al-

    Madany.

    Ada beberapa kegunaan atau faedah mempelajari ilmu Makky dan

    Madany seperti pendapat sebagian ulama antara lain :3 Dapat mengetahui

    uslub atau style bahasanya yang berbeda-beda, karena ditujukan kepada

    golongan-golongan yang berbeda, yakni: orang-orang Mukmin, orang-

    orang Musyrik, orang-orang Munafik, dan orang-orang Ahlulkitab.

    Untuk mengetahui al-Makky dan al-Madany ada dua cara : Simai

    (mendengar melalui riwayat) atau Qiyasi (dengan studi perbandingan).

    Konsep Makiyyah dan Madaniyyah sebenarnya di bangun atas dasar

    informasi dari para sahabat dan tabiin. Namun tidak semua riwayat

    sampai kepada generasi setelahnya. Dari sini kemudian para ulama harus

    melakukan ijtihad melalui studi perbandingan secara komprehensip

    terhadap surat-surat dan ayat Makiyyah atau Madaniyyah, yang darinya

    bisa didapatkan sejumlah parameter dan kekhususan dari masing-masing

    kelompok.

    Ada parameter khusus dari segi tema yang merupakan ciri khas

    surat Makkiyah. Kekhususan tema ini didasarkan karena masyarakat yang

    dituju adalah masyarakat kafir yang menyembah patung dan menolak

    3 Masyfuq Zuhdi, Pengantar Ulm al-Quran ( Surabaya : Bina Ilmu, 1982 ), Cet. II, hlm. 71

  • ajakan untuk beriman kepada Allah SWT bahkan mereka berusaha untuk

    memusuhi orang-orang Mukmin dan menyiksanya. Beberapa kekhususan

    itu bisa terinci sebagai berikut: 4

    - Menekankan seruan kepada tauhid, menyembah hanya kepada Allah

    SWT, seruan beriman kepada risalah Rasulullah dan hari Kiamat.

    - Banyak menceritakan kisah Nabi-Nabi terdahulu, perjalanan dakwah

    mereka serta tantangan yang dihadapi. Dialog antara mereka dengan

    kaumnya, siksaan yang dialami kaum mereka yang inkar dan durhaka,

    - Biasanya bentuk surat dan ayat yang diturunkan pada periode Mekkah

    adalah pendek dan tidak terlalu panjang, dengan gaya bahasa yang

    singkat tapi tajam yang tepat sekali untuk kaum yang sombong dan

    tidak mau menerima kebenaran.

    Al-Quran yang diturunkan di Madinah mempunyai parameter dan

    kekhususan tema yang lain lagi sesuai dengan tabiat masyarakat yang

    dihadapi. Dari hasil penelitian para ulama, parameter Madaniyyah tampak

    sebagai berikut ; Setiap surat yang di dalamnya terdapat kisah-kisah orang

    Munafik, setiap surat yang didalamnya mengenai sangsi dan kewajiban. 5

    B. Term Firaun Firaun merupakan isim alam untuk nama julukan bagi seorang raja

    kafir dari bangsa amalik dan lain-lainya (di negeri Mesir). Seperti halnya

    kaisar, isim alam untuk julukan bagi setiap raja yang menguasai setiap

    negeri Romawi dan Syam yang kafir, dan Kisra julukan bagi raja Persia,

    Tubba julukan bagi raja negeri Yaman yang kafir, Najasyi julukan bagi

    4 Amir Faishal Fath, Jurnal Kajian Islam al-Insan al-Quran dan serangan

    Orientalis (Jakarta: Gema Insani, 2005), Vol. I, No. 1, hlm. 72. 5 Antara lain hukum pidana, Faraid, ibadah, Muamalah, Munakahat, Hadhanah, dan Hukum-hukum kemasyarakatan serta kenegaraan. Lihat Abdul Jalal, Ulumul Quran ( Surabaya : Dunia Ilmu, 2000 ), Cet. II, hlm. 97.

  • raja yang menguasai negeri Habsyah, dan Batalimus nama julukan bagi

    raja India.6

    Term Firaun dalam bahasa arab terbentuk dari dua kata kerja, yang

    keduanya merupakan akar kerja yang valid. Menurut Ibnu Faris

    sebagaimana dikutip oleh M. Syahrurkata Firaun terbentuk dari lafazh

    Faraa dan Auna. Faraa mempunyai arti ketinggian, keagungan, dan

    melangit, dan kemudian dari lafazh itu muncul terma al-Faru yang berarti

    sesuatu yang tinggi dan tingginya sesuatu ketika saya meninggikanya.

    Auna adalah kata dasar, kemudian dari kata ini terbentuklah lafazh: al-

    Ianah, al-Maun, al-Awan. Al-Iwan adalah sesuatu yang sebelum dan

    sesudah (terjadi sebelum dan sesudah Musa). Dari kata kerja Faraa dan

    Auna menjadi Firana yang kemudian berubah menjadi bermakna

    Firaun. Jadi Firaun adalah puncak tertinggi pada piramida kekuasaan

    yang mencakup karakteristik tiranis (penindasan dan represi), dimana

    fenomena ini telah ada sebelum Musa dan masih berlanjut setelahnya.7

    Menurut suatu pendapat, nama Firaun8 yang hidup sezaman

    dengan Nabi Musa a.s. adalah Al-Walid ibnu Musab ibnu Rayyan.

    Menurut pandapat lainya bernama Musab ibnu Rayyan, dia termasuk

    keturunan dari Amliq ibnul Aud ibnu Iram ibnu Sam ibnu Nuh, sedangkan

    nama kun-yah-nya ialah Abu Murrah. Ia berasal dari Persia, yaitu dari

    Istakhar.9

    C. Karakteristik Firaun

    a. Takabbur

    6 Al-Imam Ibnu Katsier ad-Dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsier, terj. Abu Bakar (Bandung:

    Sinar Baru Algensindo, 2003), cet. Ke-3, juz. I, hlm. 481

    7 Muhammad Syahrur, Tirani IslamGenealogi Masyarakat dan Negara, terj. Saifuddin Qudsy dan Badrus Syamsul Fata (Yogyakarta: LkiS, 2003), cet. I, hlm. 281. 8 Dalam kamus al-Munjid merupakan Nama laqab yang digunakan untuk menyebut raja-raja Mesir. Lih. Al-Munjid al-Abjady (Beirut: Dar al-Masyriq sarl, 1993), hlm. 759.

    9 Al-Imam Ibnu Katsier ad-Dimasyqy, op. cit.

  • Firaun adalah gelar bagi sang penguasa tirani dari rezim tunggal

    yang pernah berkuasa di Mesir. Da