TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK...

170
TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Khoirur Rifqi Robiansyah NIM. 11150340000191 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2019 M

Transcript of TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK...

Page 1: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK

TOSHIHIKO IZUTSU)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Khoirur Rifqi Robiansyah

NIM. 11150340000191

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 2: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

ii

TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK

TOSHIHIKO IZUTSU)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Khoirur Rifqi Robiansyah

NIM. 11150340000191

Di bawah Bimbingan:

Kusmana, Ph.D

NIP. 19650424 199503 1 001

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 3: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (Prespektif

Semantik Toshihiko Izutsu) telah diujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 20 November

2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memeperoleh

gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada progam studi Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir.

Jakarta, 20 November 2019

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag

NIP. 19710217 199803 1 002

Sekertaris Merangkap Anggota,

Fahrizal Mahdi, Lc.,MIRKH

NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota,

Penguji I

Dr. M. Suryadinata, M.Ag

NIP. 19600908 198903 1 005

Penguji II

Dr. M. Zuhdi Zaini, M.Ag

NIP. 19650817 200003 1 001

Pembimbing

Kusmana, Ph.D

NIP. 19650424 199503 1 001

Page 4: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Khoirur Rifqi Robiansyah

NIM : 11150340000191

Fakultas : Ushuluddin

Jurusan/ Prodi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Alamat Rumah : Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten

Mojokerto, Jawa Timur.

Telp/Hp : 081381441269

Judul Skripsi : Tadabbur dalam Al-Qur’an (Prespektif Semantik

Toshihiko Izutsu)

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarih

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ciputat, 15 Desember 2019

Khoirur Rifqi Robiansyah

Page 5: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

v

ABSTRAK

KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH

Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif Semantik Toshihiko Izutsu)

Penelitian ini membahas mengenai analisis semantik kata Tadabbur

dalam al-Qur’an. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini

menjawab relevansi penggunaan Tadabbur yang dikaitkan pada segala hal,

seperti Tadabbur alam dan Tadabbur budaya. Selain itu tokoh ternama, Cak Nun

memberi tawaran pendekatan Tadabbur sebagai solusi pengganti tafsir di tengah

ketatnya persyaratan mufassir yang terbilang susah untuk ditemui pada

masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu kiranya penting untuk mengkaji lebih

lanjut apa makna Tadabbur dalam al-Qur’an.

Penelitian ini menggunakan metode semantik Toshihiko Izutsu. Adapun

gerak metodologinya yaitu menentukan makna dasar, mencari makna relasional,

meninjau perkembangan makna Tadabbur melalui analisis historis dan terakhir

mencari weltanschauung kata Tadabbur.

Sejumlah temuan penelitian ini diantaranya: Makna dasar kata Tadabbur

adalah akhir sesuatu atau belakang sesuatu. Makna relasional melalui analisis

sintagmatik berkaitan dengan beberapa sistem kata yaitu kata Allah, al-Qur’an,

Tażakkur & Ūlūl Albāb¸ Musyrik & Munafik. Makna relasional melalui analisis

paradigmatik berkaitan dengan kata Tafsīr, Ta’wil, Tafakkur, Tażakkur.

Penggunaan kata Tadabbur, Tafsīr dan Ta’wil khusus untuk al-Qur’an tidak

seperti Tafakkur dan Tażakkur. Selanjutnya, berdasarkan kajian historis, kata

Tadabbur pada periode pra Qur’anik digunakan untuk menunjukan aktifitas hati

yang berhubungan dengan keinginan dan harapan. Kemudian pada periode

Qur’anik Tadabbur mempunyai sistem khusus untuk seruan mendekati al-

Qur’an yang ditujukan kepada orang muslim, orang kafir dan orang

munafik. Makna orientasi Tadabbur dalam dunia al-Qur’an terkesan lebih

mengarah untuk penguatan tauhid. Kemudian pada periode pasca Qur’anik,

para mufassir memberikan konsepsi Tadabbur yang difungsikan sebagaimana

kata تأمل ,يتفكر ,النظر فيه ,يسمع dan يتصفح untuk mengambil kandungan dari al-

Qur’an, seperti; nasehat-nasehat, peringatan-peringatan, dan ancaman

terhadap kemaksiatan. Makna orientasi etik terkesan kuat dalam konsepsi

Tadabbur pasca Qur’anik. Adapun weltanschauungnya Tadabbur dalam al-

Qur’an adalah sebagai sarana mendekati al-Qur’an untuk siapa saja dengan

tujuan untuk menguatkan iman dan mengambil pelajaran di dalam al-Qur’an.

Kata Kunci : Tadabbur, Semantik, Toshihiko Izutsu.

Page 6: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhānahu wa Ta’āla Tuhan

Maha Pengasih Maha Penyayang yang selalu memayungi dan memeluk

hambanya dengan Samudera luas Rahmat dan Kasih SayangNya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini, dengan judul “Tadabbur

Dalam Al-Qur’an (Perspektif Semantik Toshihiko Izutsu)”. Salawat dan

salam kami haturkan pada Nabi Agung Muhammad Salallah ‘Alaihi Wa

al-Salām. Juga atas semua keluarga dan para Sahabatnya yang mulia.

Semoga kita dapat mengikuti jejak-jejak hidupnya yang mulia, dan

mendapatkan syafaat yang agung darinya, kelak di hari kiamat. Amin Ya

Allah Ya Rabbal ‘ālamȋn.

Rampungnya skrispi ini, tentu tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan berbagai pihak yang ikut andil, baik secara langsung maupun

tidak langsung, baik secara moril maupun materil. Maka sepatutnya

penulis mengucapkan syukur, terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA, selaku rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Yūsuf Rahman, MA, selaku dekan Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Eva Nugraha. M.Ag, selaku ketua program studi Ilmu Al-

Qur’an dan Tafsir, serta Bapak Fakhrizal Mahdi, Lc., MIRKH, selaku

sekretaris program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

4. Dosen pembimbing skripsi penulis, yakni Bapak Kusmana, Ph.D,

yang senantiasa membimbing, memberi arahan dan masukan kepada

penulis dalam melakukan penelitian, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Page 7: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

vii

5. Dosen penasehat akademik, yakni Bapak Muslih, MA, yang telah

memberikan masukan dan motivasi kepada penulis selama penulis

belajar di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh dosen di Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis. Semoga segala ilmu

yang telah diberikan kepada penulis menjadi ilmu yang bermanfaat

sekaligus menjadi amal yang senantiasa megalir kebaikanya kepada

para dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

7. Orang tua penulis, yakni Bapak H. M. Purwaji dan Ibu Hj. Masfiyatur

Robiah yang selalu memberikan dukungan, semangat, memberi

nasehat, dan selalu mendoakan penulis, sehingga penulis dapat

menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Keluarga Padepokan Gus Khudori Iskandar Pondok Cabe (PGKI).

Selama kurang lebih tiga tahun tinggal, penulis mendapat ilmu,

pengalaman dan relasi saudara yang begitu berharga.

9. Keluarga besar HIMABI (Himpunan Mahasiswa Alumni Bahrul

‘Ulum Ibu Kota) dan IKABU Jabodetabek (Ikatan Keluarga Alumni

Bahrul ‘Ulum) sebagai tempat paling nyaman bagi penulis berkeluh

kesah dan melepas beban masalah untuk menumbuhkan asa dan

semangat baru.

10. Kepada seluruh sahabat dan teman dekat penulis yang senantiasa

memberi dukungan baik moril maupun materil. Penulis mendoakan

semoga kalian mendapat balasan terbaik dari Yang Maha Memberi

Balasan.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan

do’a kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla, semoga amal baik semua

Page 8: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

viii

pihak yang sudah membimbing, mengarahkan, memotivasi, dan

mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan

pahala yang berlipat ganda dari sisi Allah Subhānahu wa Ta’āla.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang

membacanya, terutama bagi penulis sendiri. Āmīn.

Ciputat, 15 Desember 2019

Khoirur Rifqi Robiansyah

Page 9: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K Nomor: 158

Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987

1. Konsonan

No. Arab Latin No. Arab Latin

Tidak ا 1

dilambangkan

Ṭ ط 16

Ẓ ظ B 17 ب 2

‘ ع T 18 ت 3

G غ Ṡ 19 ث 4

F ف J 20 ج 5

Q ق Ḥ 21 ح 6

K ك Kh 22 خ 7

L ل D 23 د 8

M م Ż 24 ذ 9

N ن R 25 ر 10

W و Z 26 ز 11

H ه S 27 س 12

' ء Sy 28 ش 13

Y ي Ṣ 29 ص 14

Ḍ ض 15

1. Vokal pendek

__ : a كتب : kataba

--- : i سئل : su’ila

__ : u يذهب : yażhabu

2. Vokal Panjang

qāla : قال ā : ....آ

qīla : قيل ī : اي

yaqūlu : يقول ū : او

3. Diftong

kaifa : كيف ai : اي

ḥaula : حول au : او

Page 10: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

x

Keterangan: Semua kata “al-Qur’an dan hadits” dalam penelitian ini,

merujuk pada ketetapan yang telah ditentukan oleh lembaga penelitian

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah. Selain itu, penulisan kata-

kata serapan, seperti: Allah, Islam, rida, ikhlas, syukur, dan lain-lain, tidak

mengikuti pedoman transliterasi, tapi mengikuti tata penulisan bahasa

Indonesia yang sudah baku.

Page 11: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................. iv

ABSTRAK .............................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................ vi

LEMBAR PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................... xi

DAFTAR DIAGRAM dan TABEL .................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................. 7

C. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................ 8

D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8

E. Manfaat Penelitian .................................................................... 8

F. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 9

G. Kerangka Teori ....................................................................... 16

H. Metodologi Penelitian ............................................................. 17

I. Sistematika Penulisan ............................................................. 19

BAB II GAMBARAN UMUM SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU23

A. Definisi Semantik .................................................................... 23

B. Sejarah Perkembangan Semantik ............................................ 28

C. Tafsir dan Semantik al-Qur’an ................................................ 34

D. Metode Semantik al-Qur’an Toshihiko Izutsu ....................... 39

1. Gambaran Umum .............................................................. 39

2. Langkah-Langkah Metode ................................................ 40

Page 12: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

xii

3. Contoh Aplikasi Metode ................................................... 44

BAB III DESKRIPSI AYAT AYAT TENTANG TADABBUR ........ 49

A. Pengertian Tadabbur .............................................................. 49

B. Identifikasi Tadabbur dalam Ayat Al-Qur’an ........................ 50

C. Klasifikasi Ayat ...................................................................... 53

D. Tadabbur dalam Kitab Tafsir ................................................. 69

E. Hadist-hadist Terkait Tadabbur .............................................. 82

BAB IV ANALISIS TADABBUR PERSPEKTIF SEMANTIK

IZUTSU .................................................................................................. 85

A. Makna Dasar Tadabbur .......................................................... 85

B. Makna Relasi Tadabbur ......................................................... 87

1. Analisis Sintagmatik ......................................................... 87

2. Analisis Paradigmatik ....................................................... 91

C. Analisis Semantik Historis Tadabbur ..................................... 94

1. Pra Qur’anik Tadabbur ..................................................... 95

2. Qur’anik Tadabbur ........................................................... 98

3. Pasca Qur’anik Tadabbur ............................................... 104

D. Welthanscauung Tadabbur ................................................... 111

E. Relevansi Makna Tadabbur Prespektif Izutsu dalam Wacana

Islam ..................................................................................... 113

BAB V PENUTUP ............................................................................... 117

A. Kesimpulan ........................................................................... 117

B. Kritik dan Saran .................................................................... 119

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 121

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................. 127

Lampiran 1 Ayat-Ayat Yang Menyebutkan Tadabbur Dan Derivasinya127

Lampiran 2 Makna Tadabbur Menurut Mufassir ................................. 134

Lampiran 3 Penafsiran Ayat-Ayat Tentang Tadabbur .......................... 139

Page 13: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

xiii

DAFTAR DIAGRAM DAN TABEL

A. DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 : Medan Semantik Kata Kufr ......................................... 45

Diagram 4.1 : Medan Semantik Tadabbur ......................................... 93

B. DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Ayat-ayat Tentang Tadabbur ........................................... 51

Tabel 3.2 : Derivasi Tadabbur yang Bermakna Belakang/Akhir ....... 62

Tabel 3.3 : Derivasi Tadabbur yang Bermakna Seluruh/Akar-Akar . 64

Tabel 3.4 : Derivasi Tadabbur yang Bermakna Mengatur ................. 67

Tabel 3.5 : Derivasi Tadabbur yang Bermakna

Memikirkan/Merenung ....................................................................... 69

Tabel 4.1 : Rangkuman Analisa Sintagmatik dan Paradigmatik ........ 92

Tabel 4.2 : Ayat Makki Dan Madani Tadabbur. ............................... 99

Page 14: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif
Page 15: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbedaan perumusan persyaratan mufasir yang meliputi syarat

integritas moral dan otoritas keilmuan menimbulkan permasalahan tentang

bentuk ideal dari syarat mufassir itu seperti apa. Dalam pusaran perbedaan

tersebut, Imam Mansur meneliti dengan menggeneralisasi pendapat yang

sama dari beberapa perbedaan pendapat para tokoh tentang syarat-syarat

mufassir. Tokoh tersebut ialah Manna Khalil al-Qattan1, Syihabuddin

Mahmūd al-Alusiy2, Muhammad Ibrahim 3, al-Ẓahabi4 dan Jalāluddin al-

1 Manna’ Khalil al-Qattan menjelaskan syarat mental bagi seorang mufassir

yaitu: Aqidah yang benar; Bersih dari hawa nafsu; Pemahaman yang cermat; Niat yang

baik dan bertujuan benar; Berakhlaq baik; Taat dan beramal; Tawadu’ dan lemah

lembut; Vokal dalam menyampaikan kebenaran; Mendahulukan orang yang lebih utama

darinya.

Kemudian disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh seorang mufassir yaitu:

Menguasai bahasa Arab dengan segala cabangnya; Ilmu Tauhid; Ilmu Ushul; Ilmu

Nāsikh Mansūkh; Ilmu Asbāb al-Nuzūl. Lihat, Manna Khalil al-Qattan, Mabāhiṣ fi Ulūm

al-Qur’ān, terj. (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2000), 462-466. 2 Syihabuddin Mahmud al-Alusiy mengatakan bahwa syarat mental mufassir

yaitu: Aqidah yang benar; Menetapi sunnah-sunnah agama; Taqwa; Wira’I;

Mengamalkan isi al-Qur’an dan sunnah Nabi; Berniat baik; Mengerahkan segenap tenaga

dan kekuatannya untuk menuntut ilmu; Hafal al-Qur’an

Kemudian persyaratan ilmu yang harus dikuasai yaitu: Mengerti hadis Nabi;

Paham dengan bahasa Arab; Ilmu Balāgha Lihat, . Lihat, . Syihabuddin Mahmud al-

Alusiy, Manhaj al-Alūsiy (Mesir: Majlis al-A’la, 1989), 11-12. 3 Muhammad Muhammad Ibrahim berpendapat syarat mental mufassir yaitu:

Aqidah yang benar; Berpegangan teguh pada sunnah-sunnah agama; Manhaj yang benar.

Lihat, Muhammad Muhammad Ibrahim, Rawāi’ al-Bayān fi Ulūm al-Qur’ān (Mesir: Dār

al-Taba’ah Muhammadiyah, 1984), 135.

Kemudian ilmu yang harus dimiliki yaitu: Ilmu bahasa; Ilmu Balāgah;

Mengetahui lafadz-lafadz zaman turunnya al-Qur’an; Ilmu Asbāb al-Nuzūl, Qaṣaṣ;

Nāsikh Mansūkh, ‘ām-Khāṣ, Mutlaq-Muqayyad, ilmu Fiqh dan Uṣūl. Lihat, Muhammad

Muhammad Ibrahim, Rawāi’ al-Bayān fi Ulūm al-Qur’ān, 138-143. 4 Muhammad Husain al-Ẓahabi menjelaskan sikap mental bagi mufassir yaitu:

Tidak ceroboh dalam menjelaskan al-Qur’an; Tidak melampaui batas dalam menafsiri

ayat yang menjadi hak prerogatif Alla Seperti menafsirkan ayat-ayat mutashabihāt yang

hanya Allah-lah yang tahu; Tidak menafsirkan dengan mengikuti hawa; Tidak

memantapkan tafsir dengan madzhab yang rusak; Tidak boleh potong kompas dengan

mengatakan yang dimaksud Allah adalah ini dan itu tanpa dalil yang kuat. Lihat

Page 16: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

2

Suyuṭi5. Temuan kesamaannya adalah syarat mental mufassir yang

universal ada enam yakni: aqidah yang benar, bersih dari hawa nafsu, niat

baik dan tujuan yang benar, taat dan mengamalkan ilmunya, berpegang

teguh pada sunnah, mengerahkan tenaga untuk belajar atau membekali diri

dengan ilmu. Kemudian Disiplin keilmuan yang harus dimiliki mufassir

secara universal ada tiga, yaitu penguasaan bahasa Arab, ‘Ulūm al-

Qur’an, ‘Ulūm al-Hadis. 6

Mengenai syarat mufassir berupa penguasaan bahasa Arab, dalam

konteks Indonesia terkini, antara pembaca dengan al-Qur’an memiliki dua

persoalan jarak, yaitu jarak waktu dan tempat. Jarak waktu berarti al-

Qur’an diturunkan sekitar 14 abad yang lalu, kemudian jarak tempat

berarti al-Qur’an diturunkan di sebuah tempat di jazirah Arab yang jelas

memiliki perbedaan bahasa, kosakata dan cara berfikir. Jika untuk

memahami al-Qur’an harus berpegang teguh dengan syarat-syarat

mufassir, menurut hemat penulis, hal ini menjadi masalah yang penting

terutama bagi mahasiswa jurusan Ilmu al-Qur’an & Ilmu Tafsir. Di mana

dalam dunia akademis pun penulis temui sendiri beberapa teman sejurusan

yang kesusahan untuk menguasai bahasa arab, apalagi melangkah ke

sayarat-syarat selanjutnya. Ini belum jika memperhatikan kampus-kampus

Muhammad Husain al-Żahabi, Tafsīr wa al-Mufassirūn, jilid 1, 275.

Kemudian disiplin ilmu yang harus dikuasai mufassir yaitu: Ilmu bahasa Arab;

Ilmu nahwu; Ilmu ṣaraf; Ilmu isytiqāq, yakni ilmu bentuk asal kata; Ilmu ma’ani, bayān

dan badī’; Ilmu qira’at; Ilmu teologi; Ilmu ushul al-fiqh; Ilmu asbab al-nuzul; Ilmu

nasikh-mansukh; Hadis yang menjelaskan penafsiran yang mujmal dan mubham (samar);

Ilmu al-Muhibah, yakni ilmu yang diberikan oleh Allah buah dari mengamalkan ilmu

yang telah ia kuasai. Muhammad Husain al-Żahabi, Tafsīr wa al-Mufassirūn, jilid 1,

265-268. 5 Jalaluddin al-Suyuṭi mengutip Abu Thalib al-Ṭabari, berpendapat, syarat

mental mufassir diantaranya: Memiliki i’tikad dan tujuan yang benar; Taat pada al-

Sunnah, qaul sahabat dan orang semasanya serta menjauhi hal-hal yang baru; Memiliki

wawasan agama yang tinggi; Zuhud terhadap dunia; Tidak membabi-buta menyatakan

pendapatnya. Jalaluddin al-Suyuti, Al-Itqān fī Ulūm al-Qur’ān (Beirut: Maktabah

Ashriyyah, 2008), 869-870. 6 Lihat, Imam Mansur, “Telaah Kritis Syarat Mufassir Abad 21”. Jurnal QOF,

Vol.2, no.2 (juli 2018).

Page 17: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

3

lain di seluruh Indonesia.

Momok syarat-syarat mufassir juga memicu keengganan untuk

membedah kandungan al-Qur’an dan hanya mengulang-ulang penafsiran

terdahulu. Namun di sisi lain, ditemui juga sebagian orang yang berbicara

al-Qur’an dengan asal berani tanpa bekal ilmu yang cukup, khususnya di

era modern ini. Ia memahami ayat hanya dengan bekal tarjamah ayat dan

menariknya sesuai keinginan, sehingga yang terjadi meletakkan ayat di

luar relnya, melegitimasi sebuah hukum dengan ayat yang bukan pada

tempatnya. Hal ini menjadikan al-Qur’an yang awalnya jadi petunjuk, tapi

malah berlaku sebaliknya akibat kecerobohan penafsir. 7

Dari permasalahan persyaratan mufassir tersebut, penulis

kemudian menemukan pandapat dari Emha Ainun Najib8 atau yang akrab

disapa cak Nun. Beliau menawarkan solusi untuk memahami al-Qur’an

melalui pendekatan Tadabbur. Pada beberapa kesempatan saat ceramah

beliau menyinggung tentang pentingnya mentadabburi al-Qur’an dari

menafsiri al-Qur’an.9 Menurut beliau tafsir al-Qur'an itu mempersyaratkan

penguasaan terhadap keilmuan tertentu secara ilmiah. Sedangkan

Tadabbur syaratnya sederhana yakni hanya cukup membuat pelakunya

bisa lebih beriman, lebih dekat dengan Allah dan lebih baik pribadinya.

7 Sebagai contoh peristiwa Bom Bali. Peristiwa tersebut di dalangi oleh Imam

Samudra. Keberanianya melakukan pengeboman adalah implikasi dari hasil

penafsirannya sendiri. Imam Samudra melegitimasi aksinya di Legian Bali dari

penafsiranya pada surat al-Taubah (9): ayat 5. Ayat tersebut dianggapnya sebagai

landasan hukum tahap keempat atas wajibnya jihad memerangi seluruh kaum kafir dan

musyrik, setelah tahap pertama yakni menahan diri (QS. Al-Baqarah (2 109), tahap kedua

yakni diizinkan perang (QS. al-Hajj (22): 39) dan tahap ketiga yakni wajib memerangi

secara terbatas (QS. Al Baqarah (2): 190). Lihat, Muhsin Mahfudz, “Implikasi

Pemahaman Tafsir al-Qur’an Terhadap Sikap Keberagamaan”. Jurnal Tafsere, Vol.4,

no.2 (2016): 145. 8 Emha Ainun Najib adalah budayawan asal kabupaten Jombang yang aktif

menulis dan memberikan ceramah di berbagai tempat. Lebih lengkap mengenai

biografinya lihat https://initu.id/amp/biografi-singkat-emha-ainun-nadjib-cak-nun-

jamaah-maiyahan/ diakses pada Rabu, 25 September 2019. 9 https://youtu.be/CVPVMFL50MA, lihat pada menit ke 2, diakses pada Rabu,

25 September 2019.

Page 18: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

4

Oleh karena itu tafsir hanya berlaku untuk kalangan tertentu dan Tadabbur

berlaku untuk semua kalangan, baik ia bisa membaca al-Qur’an dengan

fasih atau tidak, ataupun cuma mengerti terjemahannya saja itu tidak

masalah.10 Hal ini yang kemudian membuat penulis tertarik untuk

mengkaji Tadabbur dalam al-Qur’an.

Setelah melakukan penelusuran dalam al-Qur’an, penulis

menemukan bahwa ayat yang secara jelas menunjukkan perintah atau

himbauan bukanlah pada tafsir, melainkan Tadabbur. Selain itu,

perbandingan jumlah penyebutanya dalam al-Qur’an pun berbeda, tafsir

hanya disebutkan satu kali.11 Sedangkan Tadabbur disebutkan sebanyak

44 kali dengan 15 derivasi, dan derivasi yang menunjukan arti perintah

atau himbauan Tadabbur disebutkan sebanyak 4 kali.12 Harusnya dengan

jumlah penyebutan yang lebih banyak dalam al-Qur’an, Tadabbur

memiliki peran penting dalam sistem al-Qur’an dan patut mendapat

perhatian lebih.

Beberapa tulisan yang membahas Tadabbur, penulis menemukan

kesamaan arah pembahasan yakni mengarah pada nuansa etis. Di

antaranya seperti pada tulisan Daris Tamim13 dengan judul Kerangka

Kerja Bimbingan Dengan Pendekatan Tadabbur al-Qur’an Untuk

Pengembangan Karakter Sabar Remaja, Sigit Karnianto14 yang berjudul

10 https://youtu.be/CVPVMFL50MA, lihat pada menit pertama, diakses pada

Rabu, 25 September 2019. 11Muhammad Fuād Abdu al-Bāqī, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Faẓ al-Qur’ān,

(Mesir, Dār al-Kutub al-Miṣriyah, 1947) 519; Penyebutan kata tafsir hanya berupa bentuk

Isim Maṣdar yakni kata benda yang menunjukan arti peristiwa. 12 Muhammad Fuād Abdu al-Bāqī, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Faẓ al-Qur’ān,

252-253.; Untuk penyebutankeseluruhan ayatnya lihat di lampiran I. 13 Daris Tamim, “Kerangka Kerja Bimbingan Dengan Pendekatan Tadabbur al

Qur’an Untuk Pengembangan Karakter Sabar Remaja”. Disertasi S3: Progam Studi

Bimbingan dan Konseling, UPI, Bandung, 2017. 14 Sigit Karnianto, “Kemampuan Berpikir Positif Mutadabbirin al Qur’an”.

Skripsi S1 : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.

Page 19: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

5

Kemampuan Berpikir Positif Mutadabbirin al-Qur’an, Rumiani dkk.15

yang berjudul Terapi Tadabbur al-Qur’an Untuk Mengurangi Kecemasan

Menghadapi Persalinan Pertama dan Maisarah dkk.16 yang berjudul

Keutamaan Amalan Tadabbur al-Qur’an Terhadap Pelajar Tahfiz.

Penulis mempunyai asumsi bahwa makna Tadabbur lebih luas dari kesan

etis yang diulas pada beberapa tulisan tersebut. Asumsi ini yang membuat

penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang makna Tadabbur

dalam al-Qur’an.

Dalam upaya memahami makna dan penggunaan Tadabbur dalam

al-Qur’an, menurut penulis pendekatan linguistik merupakan pendekatan

yang relevan. Sebab al-Qur’an memuat bahasa yang sudah berusia 1400

tahun. Maka untuk mengerti ragam pengetahuan dan makna yang

terkandung dalam al-Qur’an tentu harus memahami bahasa yang

digunakan ketika al-Qur’an diturunkan. Menurut Amin al-Khuli, salah

satu cara untuk memahami isi al-Qur’an adalah dengan melakukan studi

aspek internal al-Qur’an. Studi ini meliputi pelacakan perkembangan

makna dan signifikansi kata-kata tertentu di dalam al-Qur’an dalam

bentuk tunggalnya, kemudian melihat indikasi makna dalam berbagai

generasi serta pengaruhnya secara psikologi-sosial dan peradaban umat

terhadap pergeseran makna.17

Berdasarkan ungkapan di atas, maka dapat diketahui bahwa

pemaknaan al-Qur’an terikat oleh historisitas kata yang digunakan dalam

al-Qur’an. Oleh karena itu, semantik merupakan salah satu metode yang

ideal untuk mengungkap makna dan pelacakan perubahan makna yang

15 Rumiani dkk., “Terapi Tadabbur al Qur’an Untuk Mengurangi Kecemasan

Menghadapi Persalinan Pertama”. Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 7, No. 2 (Desember

2015). 16 Maisarah dkk., “Keutamaan Amalan Tadabbur al-Qur’an Terhadap Pelajar

Tahfiz”. Jurnal at Turath, Vol. 3, No. 2 (2018). 17 M. Yusron dkk, Studi Kitab Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: Teras, 2006),

18.

Page 20: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

6

berkembang pada sebuah kata. Sebab semantik adalah cabang ilmu

linguistik yang mengkaji makna, mengungkap bagaimana asal mula

makna dan perkembangannya, serta menganalisa mengapa terjadi

perubahan makna dalam bahasa.18 Dengan demikian, maka pendekatan

yang cocok untuk mengungkap secara utuh makna Tadabbur di dalam al-

Qur’an adalah semantik al-Qur’an.

Di era modern-kontemporer dewasa ini, ada seorang ilmuan yang

menjadi pioner dalam kajian semantik al-Qur’an. Ia adalah Toshihiko

Izutsu, seorang non-muslim dari Jepang. Menurut Izutsu, semantik adalah

kajian analitik terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa dengan suatu

pandangan yang akhirnya sampai pada pengertian konseptual

weltanschauung atau pandangan dunia masyarakat yang menggunakan

bahasa itu, tidak hanya sebagai alat bicara dan berfikir, tetapi yang lebih

penting lagi, pengkonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupinya.19

Toshihiko Izutsu merupakan salah satu tokoh kesarjanaan non-

Muslim yang turut meramaikan khazanah kajian al-Qur’an.

Kehadirannya memberikan aroma tersendiri bagi dunia kajian al-Qur’an.

Setidaknya alasan yang menjadikan gagasannya amat menarik adalah

pendapat Izutsu berbeda dari arus kebanyakan sarjana no-Muslim yang

mengkaji al-Qur’an. Sebagian sarjana non-Muslim berpendapat bahwa al-

Qur’an bukan kalam Allah, melainkan perkataan Muhammad.20 Sementara

Izutsu berpandangan bahwa al-Qur’an merupakan kalam Allah yang

diturunkan secara mutawatir kepada Nabi Muhammad melalui perantara

18 M. Matsna, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer (Jakarta:

Prenamedia Group, 2016), 3. 19 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, Pendekatan Semantik

Terhadap al-Qur’an, Terj. Agus Fahri Husein, Supriyanto Abdullah & Amirudin

(Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1997), 3. 20 Mohammad Natsir Mahmud, Orientalisme; al-Qur’an di Mata Barat

(Sebuah Studi Evaluatif), (Semarang, Dina Utama, 1997), 28.

Page 21: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

7

Jibril.21

Melalui pendekatan Semantik, Izutsu menganalisa partikel

sederhana dalam al-Qur’an, namun sarat makna, yang diistilahkan oleh

Izutsu dengan kata kunci atau keyword. Lalu keyword inilah yang

dielaborasi dan diteliti secara menyeluruh hingga mampu membentuk dan

menemukan komponen dasar konsep-konsep tertentu, seperti keyword

Islam, Iman, Ihsan dan seterusnya.22 Menurut Izutsu, pandangan dunia al-

Qur’an bersifat Teosentris, sebab tidak ada kata kunci dalam al-Qur’an

yang tidak berkaitan dengan fokus tertinggi, yakni kata Allah.23

Demikian penggambaran ini merupakan latar belakang yang

menjadikan penulis ingin menggali makna kata Tadabbur secara

utuh dalam al-Qur’an, sementara itu pisau analisa yang penulis pilih

adalah menggunakan Semantik Toshihiko Izutsu. Penelitian tersebut

penulis tuangkan dalam skripsi yang berjudul “Tadabbur dalam al-Qur’an

Perspektif Semantik Toshihiko Izutsu".

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis uraikan, setidaknya

beberapa masalah bisa penulis identifikasi, yaitu :

Pertama, alasan dan sebab Tadabbur kurang populer dari pada

tafsir.

Kedua, makna dan konsep Tadabbur dalam al-Quran.

Ketiga, perbandingan makna dan konsep Tadabbur menurut para

ulama’ dan sarjana non muslim.

21 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, h. 165. Hal ini disampaikan

juga oleh Faturrahman dalam Tesisnya yang berjudul al Quran dan Tafsirnya dalam

Perspektif Toshihiko Izutsu, 60. 22 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 16. 23 Toshihiko Izutsu, Konsep-Konsep Etika Religius dalam al-Quran

(Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya, 1993), 21.

Page 22: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

8

Keempat, validitas Tadabbur diantara tafsir dan ta’wil.

Kelima, posisi Tadabbur dalam kajian Ulūm al-Qur’ān.

Keenam, aplikasi dan implikasi Tadabbur dalam kehidupan.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, penulis ingin menggali makna

Tadabbur dalam al-Qur’an. Penulis membatasi penggalian tersebut

menggunakan pendekatan semantik Toshihiko Izutsu. Adapun rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagaimana diungkapkan dalam pertanyaan

berikut: apa dan bagaimana makna Tadabbur dalam al-Qur’an perspektif

semantik Toshihiko Izutsu?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan pemikiran Toshihiko Izutsu tentang semantik al-

Qur’an

2. Menguraikan makna Tadabbur dalam al-Qur’an

3. Menerangkan makna Tadabbur dalam al-Qur’an persektif

semantik Toshihiko Izutsu.

4. Sebagai syarat menyelesaikan studi Strata 1 untuk memperoleh

gelar S.Ag.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni

manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Penulis merangkumnya

sebagaimana berikut:

1. Menambah khazanah kajian tentang metode semantik.

2. Melangkapi penjelasan mengenai Tadabbur dalam kajian Islam.

Page 23: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

9

3. Penelitian ini memperkuat Tesis karya Faturrahman berjudul

“al-Qur’an dan Tafsirnya dalam Perspektif Toshihiko Izutsu”

tentang kelayakan pemikiran Toshihiko Izutsu dalam kajian al-

Qur’an.

4. Penelitian ini dapat dijadikan bahan ajar dalam matakuliah

Semiotik dan Hermeneutik di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan bagi mereka yang

mengkaji tentang makna Tadabbur dalam al-Qur’an.

Tiga Poin pertama merupakan manfaat penelitian secara teoritis,

sedangkan dua poin terakhir merupakan manfaat secara praktis.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam kajian tinjauan pustaka, tertuang dua variabel judul

penelitian yang menjadi dasar kajian pada pembahasan ini. Dua kajian

variabel tersebut yaitu; term “Tadabbur” dan “pendekatan semantik”.

Adapun kajian variable pertama tentang term “Tadabbur”, ditemukan

beberapa hasil penelitian antara lain:

Kitab karangan Abdurrahman Habanakah24 yang berjudul

Qowā’īdu at-Tadabburi al-Amṣal li Kitābillah. Kitab ini menjelaskan

tentang 27 qoidah sebagai pegangan dan panduan untuk memahami dan

menghayati ayat-ayat al-Qur’an. Penulisan kitab ini berusaha mengangkat

kesadaran dan nilai penting dalam mentadabburi al-Qur’an yang

berdasarkan garis panduan tertentu.

Buku karangan Indra Rustam25 yang berjudul 10 Kunci Tadabbur

24 Abdurrahman habanakah al Maidani, “Qowā’īdu at-Tadabburi al-Amṣal li

Kitābillah”, (Dar al Qolam: Damaskus, 1980). 25 Indra Rustam, “10 Kunci Tadabbur al Qur’an”, (Mahad ‘Aly as Sunnah).

Diterjemahkan dari kitab Mafātīh Tadabbur al-Qur’an Karya Khālid Abdul Karim al-

Page 24: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

10

al-Qur’an”, hasil penerjemahan dari kitab Mafātīh Tadabbur al-Qur’an

karya Khālid Abdul Karim al-Lāhim. Buku ini menjelaskan tentang kiat-

kiat dalam mewujudkan penghayatan, manfaat dan pengaruh dari ayat-

ayat al-Qur’an, yang mana antara satu kiat dengan kiat yang lainya saling

melengkapi.

Disertasi yang ditulis oleh Daris Tamim26 dengan judul Kerangka

Kerja Bimbingan Dengan Pendekatan Tadabbur al-Qur’an Untuk

Pengembangan Karakter Sabar Remaja. Tulisan ini berusaha

membuktikan bahwa pendekatan Tadabbur al-Quran dapat

mengembangkan karakter sabar pada remaja. Adapun aplikasi yang

ditawarkan oleh penulis untuk mewujudkan perkembangan karakter sabar

melalui kerangka kerja bimbingan dengan pendekatan Tadabbur adalah

sebagai berikut ; memperdengarkan ayat-ayat suci al-Quran yang

menyentuh hati, pengisahan hidup orang-orang sabar, pembacaan doa

penutup yang menyentuh hati, dan guru BK/konselor sekolah yang

kompeten dalam mengimplementasikan bimbingan dengan pendekatan

Tadabbur al-Quran.

Tesis yang ditulis oleh Fathor Rosy27 dengan judul Kitab Tadabbur

al-Qur’an Karya Bahtiar Nasir Dalam Prespektif Epistimologi. Tulisan

ini bertujuan untuk mengkaji epistimologi kitab Tadabbur al-Qur’an

Karya Bahtiar Nasir. Adapun temuan dalam tulisan ini adalah bahwa

konsep Tadabbur al-Qur’an karya Bachtiar Nasir tidak jauh beda dengan

kitab-kitab tafsir pada umumnya, yang

membedakan hanyalah

penambahan renungan atau Tadabbur di setiap akhir penafsiran ayat.

Lāhim.

26 Daris Tamim, “Kerangka Kerja Bimbingan Dengan Pendekatan Tadabbur al

Qur’an Untuk Pengembangan Karakter Sabar Remaja”. Disertasi S3: Progam Studi

Bimbingan dan Konseling, UPI, Bandung, 2017. 27 Fathor Rosy, “Kitab Tadabbur al-Qur’an Karya Bahtiar Nasir Dalam

Prespektif Epistimologi”. Tesis S2 : Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2017.

Page 25: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

11

Sumber penafsiranya bil ra’yi, metode yang digunakan adalah ijmaly

(global), urutanya menggunakan urutan mushaf dan corak penafsiranya

adalah ijtima’i.

Skripsi yang ditulis oleh Sigit Karnianto28 yang berjudul

Kemampuan Berpikir Positif Mutadabbirin al-Qur’an. Tulisan ini, di

samping menunjukkan bahwa Tadabbur al-Qur’an/ dapat menjadikan

seseorang berpikir positif dalam menghadapi kehidupan, juga menjelaskan

manfaat Tadabbur al-Qur’an yaitu keyakinan bahwa setiap hamba

memiliki Robb-nya yang tidak pernah meninggalkan hamba-Nya; semakin

mengingat Alloh sehingga giat beribadah; semakin semangat

mentadabburinya karena merasa bahwa pengetahuannya saat ini sangatlah

sedikit sehingga semakin banyak mentadabburi al-Qur’an maka semakin

banyak memiliki solusi, kenyamanan dalam berpikir, bertindak, dan

berbuat, mendapat wawasan yang baru dari sebelumnya serta mendapat

ketenangan setelah kegelisahan.

Artikel yang ditulis oleh Rumiani dkk.29 yang berjudul Terapi

Tadabbur al-Qur’an Untuk Mengurangi Kecemasan Menghadapi

Persalinan Pertama. Tulisan ini bertujuan untuk menguji pengaruh terapi

Tadabbur al-Qur’an untuk mengurangi kecemasan menghadapi persalinan

pertama. Terdapat dua kelompok ibu hamil yang dijadikan eksperimen

yakni yang pertama mendapat terapi Tadabbur sedangkan yang kedua

tidak. Selanjutnya kedua kelompok ini dibandingkan dengan

menggunakan analisis MannWhitney untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan gain score (selisih) kecemasan yang signifikan saat prates dan

pascates. Adapun hasil temuannya adalah kelompok pertama yang

28 Sigit Karnianto, “Kemampuan Berpikir Positif Mutadabbirin al Qur’an”.

Skripsi S1 : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013. 29 Rumiani dkk., “Terapi Tadabbur al Qur’an Untuk Mengurangi Kecemasan

Menghadapi Persalinan Pertama”. Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 7, No. 2 (Desember

2015).

Page 26: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

12

mengikuti Terapi Tadabbur al-Qur’an mengalami penurunan kecemasan)

dibandingkan dengan kelompok kedua yang tidak mengikuti terapi

Tadabbur.

Artikel yang ditulis oleh Nurul Zakirah30 yang berjudul Definisi

Qawaid al-Tadabbur : Satu Analisis Perbandingan deangn Qawaid al-

Tafsir. Tulisan ini mengulas tentang makna dan definisi Qawaid al-

Tadabbur serta membandingkanya dengan Qawaid al-Tafsir untuk

diketahui perbedaan dan hubungan antar keduanya.

Artikel yang ditulis oleh Maisarah dkk.31 yang berjudul

Amalan Tadabbur al-Qur’an Terhadap Pelajar Tahfiz. Tulisan ini

menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara

amalan Tadabbur dengan hafalan al-Qur’an khususnya dalam bab

pemahaman ma’na ayat.

Sedangkan variable kedua tentang term pendeatan semantik, ada

beberapa hasil penelitian diantaranya:

karya Faturrahman32 dan Lutfi Hamidi33 -dua orang yang penulis

sangat kagumi karyanya dan sangat representatif dalam menyoal Izutsu-,

keduanya sama-sama mengupas tuntas perihal Izutsu dari sisi

ketokohannya dalam bidang semantik al-Qur’an, Faturrahman

menegaskan bahwa Izutsu layak dijadikan rujukan dalam bidang studi al-

Qur’an, betapapun Izutsu adalah seorang Non-Muslim. Begitu juga Lutfi

Hamidi, menilai bahwa cara pandang Izutsu mampu menjadikan al-

Qur’an sebagai sesuatu yang dapat “disentuh”. Letak perbedaan antara

30 Nurul Zakirah, “Definisi Qawaid al-Tadabbur : Satu Analisis Perbandingan

deangn Qawaid al-Tafsir”. Jurnal Quranica, Vol. 6, No. 1 (Juni 2014). 31 Maisarah dkk., “Keutamaan Amalan Tadabbur al-Qur’an Terhadap Pelajar

Tahfiz”. Jurnal at Turath, Vol. 3, No. 2 (2018). 32 Faturrahman. “al-Quran dan Tafsirnya dalam Perspektif Toshihiko Izutsu”

Tesis S2: Pendidikan Bahasa Arab, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010. 33 Lutfi Hamidi. “Pemikiran Thosihiko Izutsu tentang Semantik al Quran”

Disertasi S3: Ilmu Agama Islam, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009.

Page 27: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

13

Faturrahman dan Lutfi hanya seputar titik tekan pembahasannya saja,

Faturrahman lebih menyorot tentang kedudukan Izutsu sebagai Non-

Muslim yang justru memberikan cara pandang unik tentang Al-Qur’an,

sementara Lutfi lebih banyak mengurai tentang metode serta aplikasi

semantik al-Qur’an Izutsu.

Tesis yang ditulis oleh Pandu Kusdiansyah dengan judul

Pendekatan semantik terhadap lafadz nur dalam Al-Qur’an: Pendekatan

Semantik Toshihiko Izutsu34. Tesis ini menjelaskan bahwa nur

merupakan mashdar dari lafadz naara – yanuuru – nuuran yang

bermakna, cahaya, sinar, gejolak serta tidak adanya kepastian. Makna

relasional dari lafadz nur sangat beragam, diantaranya: petunjuk, nur

yang dilawankan dengan dzulumat (kegelapan), perumpamaan mengenai

orang yang mendapat cahaya dan mendapat kegelapan, petunjuk yang

ada pada kitab-kitab terdahulu dan petunjuk yang ada di dalam kitab Al-

Qur’an, balasan bagi orang yang beriman, Nabi Muhammad SAW.,

makna hakiki sebagai cahaya, dan contoh perilaku orang yang

mendapatkan kegelapan. Medan semantik dari semua lafadz nur bisa

diteliti fahami ketika lafadz nur disandingkan dengan lafadz Allah,

Rasul, amanu, kitab, ṣirat, huda, kharaja, qalb, jannah, qamar, żulumat,

dan kafara. Adapun konsep pandangan dunia Al-Qur’an terhadap lafadz

nur yakni, orang yang mendapatkan cahaya Allah SWT yakni orang yang

beriman dan orang yang mendapatkan kegelapan yakni orang kafir.

Skripsi yang ditulis oleh Muflihun Hidayatulloh yang berjudul

Ikhlas dalam al-Qur’an Prespektif Semantik ToShihiko Izutsu.35 Skripsi

34 Pandu Kusdiansyah, “Pendekatan semantik terhadap lafadz nur dalam

Alquran: Pendekatan Semantik Toshihiko Izutsu”. Tesis S2: Ilmu Alqur’an dan Ilmu

Tafsir, UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2018. 35 Muflihun Hidayatulloh, “Ikhlas dalam al Qur’an Prespektif Semantik

ToShihiko Izutsu”. Skripsi S1: Ilmu Alqur’an dan Ilmu Tafsir, UIN Syarif Hidayatulloh

Jakarta, 2018.

Page 28: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

14

ini menjelaskan bahwa penggunaan ikhlas dalam al-Qur’an bermakna

ketauhidan, keselamatan dan terpilih. Hal Tersebut dibuktikan dengan

pencarian makna dasar, makna relasi serta analisis diakronis dan

sinkronis untuk mendapatkan weltanschauung. Makn dasar ikhlas adalah

murni, sedangkan makna relasinya berkaitan dengan selamat, terpilih,

khusus dan bersih. Atas dasar itulah memebentuk weltanschauung ikhlas

dalam al-Qur’an berorientasi pada makna kemurnian tauhid, keselamatan

dan terpilih. Kemudian weltanschauung ketauhidan adalah konsepsi

tentang ketuhanan, sedangkan selamat dan terpilih kembali pada

konsepsi manusia. Hasil tulisan ini juga menjawab relevansi penggunaan

ikhlas dalam al-Qur’an tidak ada yang berkaitan dengan musibah sama

sekali.

Skripsi36 yang ditulis oleh Siti Fatimah Fajrin dengan judul

Konsep Al-Nar dalam al-Qur’an (Analisis Semantik Toshihiko Izutsu).

Hasil temuan dalam tulisan ini adalah Pertama, bahwa makna dasar kata

al-nar adalah cahaya, Kedua, pemahaman terhadap konsep al-nar

memiliki makna yang statis dan mengalami perubahan jika dilihat dari

segi aspek historisitas makna yaitu kata al-nar digambrkan dengan segala

macam aspek yang berkonotasi negative yakni api dan neraka, serta kata

al-nar dalam prespektif mufassir dan tokoh ilmuwan lainnya mengsrtikan

kata tersebut sebagai suatu tempat pembalasan di akhirat serta diaartikan

sebagai segala sesuatu perbuatan buruk (fisik maupun sifat) yang ada

dalam diri manusia selama hidup di dunia.

Skripsi37 yang ditulis oleh Saiful Fajar dengan judul Konsep

36 Siti Fatimah Fajrin, “Konsep Al-Nar dalam al Qur’an (Analisis Semantik

Toshihiko Izutsu)”. Skripsi S1: Ilmu Alqur’an dan Tafsir, UIN Sunan

Kalijaga,Yogyakarta, 2017. 37 Saiful Fajar, “Konsep Syaitan dalam al Qur’an (Kajian Semantik ToShihiko

Izutsu)”. Skripsi S1: Ilmu Alqur’an dan Ilmu Tafsir, UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta,

2018.

Page 29: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

15

Syaitan dalam al-Qur’an (Kajian Semantik ToShihiko Izutsu). Skripsi ini

menjelaskan bahwa Kata syaiṭān memiliki makna dasar jauh. Secara

sintagmatik, kata syaiṭān senantiasa melingkupi tiga makna, yaitu: yang

merusak iman dan aqidah manusia, yang merusak diri manusia, dan yang

menjadi prajurit Nabi Sulaiman As. Secara paradigmatik kata syaiṭān

menjalin hubungan sinonimitas dengan kata al-ins, dan al-jinn.

Sedangkan hubungan antonimitas kata syaiṭān adalah dengan rabb dan

raḥman yaitu Tuhan sendiri. Kata ini pada masa pra Qur’anik dipahami

sebagai makhluk seperti jin. Sedangkan di masa Qur’anik, kata ini

dikonsepsikan sebagai sifat keburukan yang juga dimiliki manusia.

karena al-Qur’an sendiri menyebutnya dengan syayāṭīn alins wa al-jinn.

Dengan demikian, secara semantik, kata syaiṭān bermakna sebagai suatu

keburukan yang hidup dalam diri jin dan manusia yang mengarahkan

keduanya untuk menjauhi Allah Swt.

Skripsi 38 yang ditulis oleh Wahyu Kurniawan dengan judul,

Makan Khalifah dalam al-Qur’an : Tinjauan Semantik al-Qur’an

Toshihiko Izutsu. Skripsi ini menjelaskan bahwa kata Khalīfah dalam Al

Quran tidak mempunyai makna sebagai sebuah sistem politik akan tetapi

lebih kepada pengganti Allah dalam hal menjaga dan melestarikan bumi

(Khalīfah fi al Ardh) dan sebagai pengganti pemimpin sebelumnya.

Artikel yang ditulis oleh Ismatillah yang berujudul Makna Wali

dan Auliya dalam Al-Qur’an (Suatu Kajian dengan Pendekatan Semantik

Toshihiko Izutsu).39 Jurnal ini menjelaskan bahwa kata wali dan auliya

memiliki makna dasar dekat, dan memiliki makna relasional yang banyak

38 Wahyu Kurniawan, “Makna Khalifah dalam al Qur’an : Tinjauan Semantik

al Qur’an Toshihiko Izutsu”, Skripsi S1: Ilmu Alqur’an dan Ilmu Tafsir, IAIN Salatiga,

2017. 39 Ismatilah, Ahmad Faqih Hasyim & M. Maimun, “Wali dan Auliya dalam Al-

Quran (Suatu Kajian dengan Pendekatan Semantik Toshihiko Izutsu)”, dalam Jurnal

Diya al-Afkar, Vol. 4, No. 02 Desember 2016.

Page 30: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

16

tergantung konteks di mana kata tersebut digunakan, diantaranya yaitu

penolong, pelindung, teman setia, anak, pemimpin, penguasa, kekasih,

saudara seagama, ahli waris, orang yang bertakwa, yang semuanya tidak

lepas dari makna dasarnya yaitu dekat.

Dari beberapa karya tersebut yang secara spesifik mengulas

tentang ma’na Tadabbur dalam prespektif semantik Toshihiko Izutsu

masih belum ada. Sehingga penulis anggap kajian ini cukup penting

untuk dibahas.

G. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori semantik

Thosihiko Izutsu. Toshihiko Izutsu lahir di Tokyo tahun 4 Mei 1914 dan

meninggal di Kakamura 7 Januari 1993.40 Toshihiko Izutsu merupakan

intelektual yang jenius, terutama dalam bidang bahasa. Toshihiko Izutsu

menguasai beberapa bahasa dunia, seperti Arab, Yunani, Inggris, dan

sebagainya. Kemampuan ini menunjukkan Toshihiko Izutsu memiliki

kapasitas yang kuat dalam menjelaskan persoalan bahasa.

Penyelidikannya terhadap kebudayaan dunia dapat dijelaskan secara

spesifik dalam mencari substansi berbagai sistem keagamaan maupun

filsafat melalui bahasa. Di antaranya filsafat Yunani kuno, filsafat Barat

abad pertengahan, mistisisme Islam, Yahudi, India, Konfusianis, Taoisme,

maupun filsafat Zen.41

Semantik menurut Toshihiko Izutsu adalah kajian analitik terhadap

istilah- istilah kunci suatu bahasa dengan suatu pandangan yang akhirnya

sampai pada pengertian konseptual weltanschauung atau pandangan dunia

40 Fatturahman, “Konsep Semantik Al-Qur‟an Perspektif Toshihiko Izutzu”,

Tesis Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Sekolah Pascasarjana

UIN, 2013), 52. 41 Fatturahman, “Konsep Semantik”, 53.

Page 31: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

17

masyarakat yang menggunakan bahasa itu, tidak hanya sebagai alat bicara

dan berpikir, tetapi yang lebih penting lagi, pengonsepan dan penafsiran

dunia yang melingkupinya.42

Dalam semantik, Toshihiko Izutsu menekankan pentingnya makna

dasar kata atau term itu sendiri, terutama dalam memahami al-Qur’an.

Hal ini mengarahkan kata kunci sebagai langkah pemaknaan diakronis

terhadap term-term pada al-Qur’an. Toshihiko Izutsu memberikan tiga

alasan mengenai pentingnya kata kunci dalam analisis semantiknya.

Pertama terdapat keterkaitan antara term yang dipahami dengan kata

kunci yang menjadi kunci pemaknaan yang komprehensif. Kedua kata

kunci menunjuk pada makna yang baru atau keistimewaan makna atas

term yang digunakannya. Ketiga semantik historis memiliki kelebihan

dibanding semantik statis dalam memahami kosakata dalam al-Qur’an.43

H. Metodologi Penelitian

Penelitian membutuhkan suatu metode44 agar mencapai hasil yang

objektif, sistematis dan ilmiah. Metode merupakan sarana yang amat

penting untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah

penelitian. Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan

beberapa kerangka metode penelitian sebagaimana berikut:

1. Sumber Data

Secara umum, sumber data dibagi menjadi dua, yaitu sumber data

42 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 2. 43 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 32. 44 Adapun metode yang dimaksud disini adalah metode penelitian, hal ini

mengacu pada pengertian metode penelitian yaitu ilmu yang mempelajari metode-

metode penelitian, lihat, Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:

Reka Sarasih, 1996), 15.

Page 32: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

18

primer dan sumber data sekunder. Dalam penelitian ini, penulis

mengambil sumber primernya dari ayat-ayat Tadabbur serta dengan

berbagai derivasiannya yang terdapat dalam al-Qur’an dan buku karya

Toshihiko Izutsu berjudul God and Man in the Koran untuk menggali

pemikiran semantik al-Qur’an Izutsu. Adapun sumber data sekunder

dalam penelitian ini adalah beberapa kitab Tafsir untuk menggali makna

Tadabbur dalam al- Qur’an. Selain itu juga mengambil dari karya- karya

ilmiah lainnya, jurnal, skripsi, tesis, dan disertasi yang berkaitan dengan

tema Tadabbur, Semantik, dan Thosihiko Izutsu.

2. Tehnik Pengumpulan Data

Berdasarkan sumber data yang berupa buku dan karya ilmiah

tertulis, maka teknik pengumulan data dalam penelitian ini ialah tergolong

dalam penelitian kepustakaan atau Library Reseach. Data dicari dan

dikumpulkan melalui cara online dan offline. Cara online ditempuh

dengan mengakses website books.google.co.id, scholar.google.co.id,

portalgaruda.org, onesearch.id, dan Digital Library beberapa Universitas.

Sedangkan cara offline, penulis melakukannya dengan menelusuri buku-

buku terkait.

3. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analis isi45

dan semantik, dengan tahapan sebagai berikut :

a. Mendeskripsikan makna dasar kata Tadabbur yang terdapat

dalam berbagai kamus dan sumber lainnya, seperti puisi-puisi

45Analisis Isi adalah tehnik penelitian khusus untuk melaksanakan analisis

tekstual. Analisis Isi termasuk mereduksi teks menjadi unit-unit dan membuat skema

pengodean dalam unit-unit tersebut. Lihat terjemahan Maria Natalia, Pengantar Teori

Komunikasi Analisis dan Aplikasi, (Jakarta, Salemba Humanika, 2008). 86.

Page 33: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

19

Arab klasik.

b. Melihat makna Tadabbur berdasarkan pendekatan sintagmatik,

yaitu menguraikan relasi makna Tadabbur berdasarkan kata-

kata yang menyertainya. Mencari hubungan asosiasi kata

Tadabbur secara paradigmatik dengan melihat hubungan makna

yang mendekati (similiarity) makna kata Tadabbur.

c. Menyusun jaringan asosiasi medan semantik Tadabbur.

d. Menelusuri semantik historis Tadabbur.

e. Mencari Weltanschaung Tadabbur dalam al-Qur’an.

4. Tehnik Penulisan

Penulisan penelitian ini akan merujuk pada pedoman penulisan

skripsi yang telah ditetapkan oleh Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah tahun 2017. Semua transliterasi Arab-Latin akan merujuk

pada penulisan transliterasi Arab-Latin yang ditetapkan oleh Menteri

Agama dan Menteri P dan K nomor 158 tahun 1987.

Terkait dengan transliterasi Arab-Latin, ada beberapa kata yang

penulisannya tidak mengikuti transliterasi, yaitu kata-kata serapan, seperti:

Allah, Islam, rida, ikhlas, syukur, dan lain-lain. Kata-kata serapan tersebut

ditulis dengan mengikuti tata penulisan dalam bahasa Indonesia yang

sudah dibakukan. Selanjutnya, penulisan kata “al-Qur’an dan hadits”

dalam penelitian ini, merujuk pada ketetapan yang telah ditentukan oleh

lembaga penelitian Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah tahun

2017.

I. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis agar memperoleh

hasil yang terarah, skripsi ini diuraikan ke dalam beberapa bab dengan

Page 34: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

20

sub-subnya sebagaimana berikut :

BAB I yakni menjelaskan tentang pendahuluan yang mana bagian

ini menjelaskan latar belakang permasalahan kemudian diteruskan dengan

rumusan masalah sebagai bingkai penentu arah penelitian dengan

ditunjang oleh tujuan serta manfaat penelitian. Kemudian ada tinjauan

pustaka sebagai penjelasan tentang penelitian terdahulu yang relevan,

disertai dengan metode penelitian untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Penulis mengakhiri bab ini dengan sistematika penulisan. Bab

pendahuluan disusun dengan tujuan untuk memerkenalkan pokok-pokok

penelitian ini.

Bagian selanjutnya adalah BAB II. Bab ini menjelaskan tentang

definisi semantik dan sejarah perkembanganya. Kemudian bagaimana

pengalaman semantik bersentuhan dengan al-Qur’an. Pada bagian akhir

dijelaskan metodologi semantik al-Qur’an Toshihiko Izutsu. Tujuannya

dari bab kedua ini untuk menjelaskan gambaran umum semantik al-Qur’an

Toshihiko Izutsu

Bagian berikutnya adalah BAB III. Bab ini membahas tentang

pengertian Tadabbur dan penafsiran ayat tentang Tadabbur. Posisi bab

ketiga adalah lanjutan dari bab kedua. Setelah memahami bagaimana

gerak metodologi semantik al-Qur’an Toshihiko Izutsu, kemudian

dihantarkan untuk memahami makna Tadabbur dalam al-Quran dari

beberapa kitab tafsir. Pengertian Tadabbur dalam karya tafsir perlu

disampaikan sebelum mencari makna kata Tadabbur menggunakan

pendekatan semantik Izutsu, hal ini bertujuan untuk mempermudah

mengetahui makna dasar dan makna relasional Tadabbur.

Bagian selanjutnya adalah BAB IV. Bab ini membahas tentang

tehnik semantik Toshihiko Izutsu dan penerapannya pada kata Tadabbur.

Bab ini merupakan pokok penelitian dalam skripsi ini. Di akhir bab ini,

Page 35: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

21

penulis mencantumkan uraian tentang penggunaan praktis kata Tadabbur

di kalangan masyarakat serta relevansinya dengan pandangan al-Qur’an.

Tujuannya, agar penelitian ini menemukan kegunaannya dan tidak hanya

menjadi wacana yang kosong.

Bagian terakhir adalah BAB V. bab ini menjelaskan kesimpulan

dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban atas batasan dan rumusan

yang telah dibuat. Adapun saran berisi tentang saran kepada peneliti

selanjutnya yang akan meneliti baik Tadabbur maupun semantik

Toshihiko Izutsu.

Page 36: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

22

Page 37: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

23

BAB II

GAMBARAN UMUM SIMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU

Bab ini menjelaskan tentang definisi semantik dan sejarah

perkembanganya. Kemudian menjelaskan bagaimana pengalaman

semantik bersentuhan dengan al-Qur’an. Pada bagian akhir dijelaskan

metodologi semantik al-Qur’an Toshihiko Izutsu. Tujuannya dari bab

kedua ini untuk menjelaskan gambaran umum dan gerak metodologi

semantik al-Qur’an Toshihiko Izutsu

A. Definisi Semantik

Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa inggris

semantics. Secara etimologi, Semantik berasal dari bahasa Yunani sema

(kata benda) yang berarti "tanda" atau "lambang” atau semaino (kata

kerja) yang berarti "menandai" atau "melambangkan”.1 Dalam sumber

lain, Suhardi mengutip pendapat Tarigan menyatakan bahwa kata

Semantik berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata Semantickos. Seman

mengandung makna tanda, sementara tickos mengandung makna ilmu.

Dengan demikian, semantik dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang

tanda. Secara lebih luas kata Semantikos dapat diartikan penting atau

berarti.2

Adapun definisi semantik yang lebih lengkap dan lebih mengarah

kepada pembahasan semantik dapat dilihat dalam pengertian yang

dikemukakan oleh Griffiths yaitu bahwa semantik adalah kajian terhadap

perangkat makna: pengetahuan yang tersandikan dalam kosakata bahasa

dan bagaimana kata tersebut digunakan dalam membentuk makna yang

1 M. Matsna, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer (Jakarta:

Prenamedia Group, 2016), 2. 2 Suhardi, Dasar-Dasar Ilmu Semantik (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2015), 17.

Page 38: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

24

lebih luas hingga pada tingkatan kalimat.3 Definisi yang agak berbeda

dapat disimpulkan dari apa yang terdapat dalam Encyclopedia of

Linguistics yakni Semantik adalah kajian terhadap makna tanda dan

representasi, baik secara mental maupun secara linguistik. Tujuan akhir

dari semantik adalah membangun teori yang bersifat umum tentang

makna.4 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semantik

adalah ilmu tentang makna kata, pengetahuan mengenai seluk-beluk dan

pergeseran arti kata-kata.5 Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa semantik merupakan cabang ilmu lingustik yang

mengkaji makna bahasa dan perubahan-perubahannya.

Kajian semantik lebih menitikberatkan pada bidang makna dengan

berpangkal dari acuan dan simbol. Selain menelaah makna, semantik juga

menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna,

hubungan makna yang satu dengan yang lain dan pengaruhnya terhadap

manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, semantik mencakup makna-

makna kata, perkembangannya, dan perubahannya. Jadi semantik adalah

makna, membicarakan makna, bagaimana asal mula makna, bagaimana

perkembangannya, dan mengapa terjadi perubahan makna dalam bahasa.6

Terdapat beberapa istilah yang bersinggungan langsung dengan

semantik yakni semiotik dan semiologi. Untuk melihat lebih jelas

hubungan antara istilah-istilah tersebut, perlu kiranya meninjau terlebih

dahulu definisi semiotik dan semiologi. Sebenarnya semiotik dan

semiologi merupakan dua istilah bagi disiplin ilmu yang mengkaji tentang

tanda. Menurut Umberto Eco, semiotik adalah ilmu yang berkaitan dengan

3 Makyin Subuki, Semantik : Pengantar Memahami Makna Bahasa (Jakarta:

Transpustaka, 2011), 4. 4 Makyin Subuki, Semantik : Pengantar Memahami Makna Bahasa, 5. 5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 850. 6 M. Matsna, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer, 3.

Page 39: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

25

segala sesuatu yang dapat dijadikan tanda, yaitu segala sesuatu yang

secara signifikan dapat menggantikan sesuatu yang lain.7 Sementara

Roland Barthes menjelaskan bahwa semiologi adalah ilmu yang

mengeksplorasi makna terkait dengan signifikasi sosial-politisnya. Lebih

dari analisis kata-kata linguistik, semiologi juga menganalisis berbagai

objek kultural (pakaian, program televisi, makanan, dan sebagainya)

sebagai tanda-tanda yang menyembunyikan "mitos-mitos" kultural yang

berada di belakangnya. Akan tetapi, istilah yang lazim digunakan hingga

saat ini adalah semiotik. Perbedaan ini menandai perbedaan tradisi asal

kajian dan model pandangan terhadap tanda. Istilah semiotik (semiotics)

pada mulanya diperkenalkan oleh Charles Sanders Peirce di Benua

Amerika sedangkan semiologi (semiology) diperkenalkan oleh Ferdinand

de Saussure di Benua Eropa.8

Semantik dan Semiotik adalah dua istilah yang memiliki

persamaan dan perbedaan. Persamaan kedua bidang ilmu bahasa tersebut

adalah sama-sama menjadikan makna sebagai objek kajiannya. Sementara

perbedaannya, semantik lebih fokus mengkaji tentang makna kata,

sedangkan semiotik lebih fokus melakukan kajiannya pada makna yang

berkaitan dengan simbol, tanda, atau lambang.9 Lebih jauh lagi, Parera

mengatakan bahwa semiotik bukan hanya berhubungan dengan simbol

bahasa, melainkan juga berhubungan dengan simbol-simbol non-bahasa

dalam komunikasi antar manusia. Dapat dikatakan bahwa semiotika

adalah ilmu simbol komunikasi yang bermakna.10

Selain istilah semantik, semiotik, semiologi, dalam sejarah

linguistik ada pula yang menggunakan istilah lain seperti semasiologi,

7 Makyin Subuki, Semantik : Pengantar Memahami Makna Bahasa, 34. 8 Roland Barthes, Elemen-Elemen Semiologi terj. M Ardiansyah (Yogyakarta:

Basabasi, 2017), 3. 9 Suhardi, Dasar-Dasar Ilmu Semantik, 42. 10 Jos Daniel Parera, Teori Simantik, Terj. (Jakarta : Erlangga, 2004.), 41.

Page 40: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

26

sememik dan semik untuk merujuk pada bidang studi yang mempelajari

makna dari suatu tanda atau lambang. Namun, istilah semantik lebih

umum digunakan dalam studi ilmu bahasa karena istilah-istilah yang

lainnya itu mempunyai cakupan objek yang lebih luas, yakni mencakup

makna tanda atau lambang pada umumnya. Termasuk tanda-tanda lalu

lintas, kode Morse, tanda-tanda dalam ilmu matematika dan lain-lain.

Sedangkan cakupan semantik hanyalah makna atau arti yang berkenaan

dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.11

Terlihat dari perbedaan antara semantik dan istilah-istilah lain di

atas bahwa makna adalah objek yang menjadi ruang lingkup kajian

semantik. Untuk lebih memperjelas ruang lingkup semantik, Parera

menjelaskan bahwa semua ujaran dalam bahasa yang bermakna dan

hubungan-hubungan makna yang dikandung oleh ujaran itu adalah obyek

kajian ruang lingkup semantik.12 Dengan kata lain, ruang lingkup

semantik adalah pencirian hakikat makna dan hubungannya. Subuki

memberi kesimpulan tentang batasan makna dalam semantik bahwa

makna yang dikaji dalam semantik terbatas pada makna kalimat, makna

komponen pembentuk kalimat dan bagaimana makna kalimat ini dibentuk

melalui makna komponen pembentuknya dan hubungan antar-komponen

tersebut.13 Lebih luas dari kalimat, Djadjasudarma mengatakan ruang

lingkup semantik dapat menjangkau semua tataran bahasa, fonologi,

morfologi, sintaksis, dan wacana, bahkan teks.14

Semantik merupakan bidang yang sangat luas, karena melibatkan

unsur-unsur struktur dan fungsi bahasa yang berkaitan erat dengan

11 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 1995), 3. 12 Jos Daniel Parera, Teori Simantik, 51 13 Makyin Subuki, Semantik : Pengantar Memahami Makna Bahasa, 6. 14 T. Fatimah Djadjasudarma, Semantik I Pengantar ke Arah Ilmu Makna

(Bandung : PT Refika, 1999), 4.

Page 41: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

27

psikologi, filsafat dan antropologi serta sosiologi. Antropologi

berkepentingan di bidang semantik antara lain, karena analisis makna di

dalam bahasa dapat menyajikan klasifikasi budaya pemakai bahasa secara

praktis. Filsafat berhubungan erat dengan semantik karena persoalan

makna tertentu yang dapat dijelaskan secara filosofis misalnya makna

ungkapan dan peribahasa. Psikologi berhubungan erat dengan semantik,

karena psikologi memanfaatkan gejala kejiwaan yang ditampilkan

manusia secara verbal atau nonverbal. Sosiologi memiliki kepentingan

dengan semantik, karena ungkapan atau ekspresi tertentu dapat menandai

kelompok sosial atau identitas sosial tertentu.15 Bahkan Izutsu mengatakan

selain sebagai studi makna, semantik tidak terkecuali menjadi sebuah

filsafat tipe baru yang secara keseluruhan didasarkan pada konsepsi baru

tentang ada dan eksistensi, lalu berkembang dengan banyak perbedaan dan

cabang berbeda-beda yang lebih luas dari ilmu tradisional.16

Para ahli Lingustik telah memunculkan beragam teori tentang

makna (semantik), akan tetapi sejauh ini belum ditemukan teori semantik

yang lengkap atau menyeluruh. Masing-masing ahli mendefinisikan

menurut pemahamannya masing-masing pula. Hal tersebut sebagaimana

yang dikemukakan Lyon bahwa belum ada teori semantik yang

memuaskan dan menyeluruh. 17 Dengan kata lain, Izutsu mengungkapkan

bahwa belum ditemukan kesatuan bentuk ilmu semantik yang rapi dan

teratur; semua teori yang dimiliki oleh para ahli terdahulu adalah sejumlah

teori tentang makna yang beragam. Artinya, setiap orang yang berbicara

tentang semantik tentu saja cenderung menganggap dirinya paling berhak

mendefinisikan dan memahami kata-kata tersebut sebagaimana

15 T. Fatimah Djadjasudarma, Semantik I Pengantar ke Arah Ilmu Makna, 3. 16 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, Terj. Agus Fahri Husein, dkk.

(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1997.), 2. 17 Suhardi, Dasar-Dasar Ilmu Semantik, 20.

Page 42: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

28

disukainya.18 Oleh sebab itu untuk mengetahui berbagai macam teori yang

dikemukakan oleh para ahli, pada sub bab selanjutnya akan dijelaskan

sejarah dan perkembangan semantik.

B. Sejarah Perkembangan Semantik

Pada bagian ini penulis akan memaparkan tentang sejarah dan

perkembangan ilmu semantik. Penjelasan ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana para ahli mempunyai pendapat yang berbeda-beda tentang

semantik.

. Istilah semantik sebenarnya merupakan istilah baru pada kurun

abad 19 M, akan tetapi jika berbicara benih (asal-usul) semantik, justru

telah ada sejak zaman filsuf Yunani klasik. Aristoteles (384 - 322 SM)

seorang sarjana bangsa Yunani sudah menggunakan istilah makna, yaitu

ketika dia mendefinisikan mengenai kata. Menurut Aristoteles kata adalah

satuan terkecil yang mengandung makna. Kemudian ia menjelaskan juga

bahwa kata itu memiliki dua macam makna, yaitu (1) makna yang hadir

dari kata itu sendiri secara otonom, dan (2) makna yang hadir sebagai

akibat terjadinya proses gramatika. Makna yang pertama barangkali bisa

dibandingkan sekarang dengan yang disebut makna leksikal, sedangkan

makna yang ke dua barangkali bisa dibandingkan dengan yang disebut

makna gramatikal.19

Sarjana Yunani lainnya, yaitu Plato (429 - 347 SM), yang juga

menjadi guru Aristoteles, dalam Cratylus ia menyatakan bahwa bunyi-

bunyi bahasa secara implisit juga mengandung makna-makna tertentu.

Sayangnya, pada masa itu studi bahasa mengenai tataran bunyi, tataran

gramatika, dan tataran makna belum ada. Studi bahasa masih lebih banyak

18 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 2. 19 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, 13.

Page 43: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

29

berkaitan dengan studi filsafat. Pada masa itu memang ada perbedaan

pendapat antara Plato dan Aristoteles. Plato percaya adanya hubungan

berarti antara kata (bunyi-bunyi bahasa) yang kita pakai dengan barang-

barang yang dinamainya. Sedangkan Aristoteles berpendapat bahwa

hubungan antara bentuk dan arti kata adalah soal perjanjian di antara

pemakai bahasa. Pendapat Aristoteles inilah yang populer dianut

sekarang.20

Kegiatan para ilmuan di masa klasik dalam mengkaji makna

sebenarnya belum bisa dikatakan sebagai kajian semantik sebagai yang

berdiri sendiri yaitu cabang dari linguistik, seperti apa yang kita pahami

sekarang. Akan tetapi, kajian mereka itu merupakan embrio dari kelahiran

semantik.

Cikal bakal semantik sebagai disiplin ilmu dalam linguistik baru

dimulai pada tahun 1825 M. Seorang pakar lingusitik berkebangsaan

jerman yang bernama C. Reisig (1792 – 1829 M) mengemukakan

pendapatnya tentang kata bahasa yang dibagi atas tiga bagian yakni

etimologi, sintaksis, dan semasiologi. Etimologi merupakan studi tentang

asal usul kata, perubahan bentuk kata dan perubahan makna; sintaksis

merupakan studi tentang susunan kalimat dan semasiologi adalah studi

tentang makna, sebuah bidang yang berhubungan dengan istilah semantik

yang kita kenal saat ini.21

Baru di akhir abad ke-19, istilah "semantik" di Barat, sebagai ilmu

yang berdiri sendiri, dimunculkan dan dikembangkan oleh ilmuwan

Perancis, Michael Breal (1883 - 1915 M), melalui karyanya Les Lois

Intellectuelles du Langage dan Essai de Semantique (1897 M). Meskipun

saat itu Breal menganggap semantik sebagai ilmu baru, ia masih menyebut

20 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, 13. 21 Makyin Subuki, Semantik : Pengantar Memahami Makna Bahasa, 6.

Page 44: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

30

semantik sebagai ilmu yang murni-historis, dalam arti masih berkaitan erat

dengan unsur-unsur di luar bahasa, seperti latar belakang perubahan

makna, hubungan perubahan makna dengan logika, psikologi, budaya, dan

sebagainya. Oleh karena itu, Breal dianggap sebagai orang pertama yang

mengkaji makna secara ilmiah, modern, dan spesifik. Dalam kajiannya

tersebut Breal meneliti makna kata yang terdapat dalam bahasa-bahasa

klasik yang terhimpun dalam rumpun bahasa India-Eropa seperti bahasa

Yunani, Latin, dan Sansekerta.22

Kajian semantik menjadi lebih terarah dan sistematis setelah

tampilnya Ferdinand de Saussure dari Swiss (1857 – 1915 M) dengan

karyanya, Course de Linguistique Generale (1916 M). Ia dijuluki sebagai

Bapak linguistik modern. Salah satu hal yang paling berpengaruh dari de

Saussure adalah pandangannya mengenai tanda. Ia berpendapat bahwa

tanda merupakan sebuah kesatuan antara dua entitas mental yang terdiri

atas signifiant (signifier atau penanda), yaitu image acoustique atau citra

bunyi, dan signifie (signified atau petanda), yang disebutnya sebagai

konsep. Hal lain dari de Saussure yang berpengaruh besar terhadap kajian

linguistik adalah pendapatnya bahwa penelitian sinkronik merupakan

dasar bagi penelitian diakronik. Dengan demikian, penelitian terhadap

bahasa dibatasi pada satu lapisan waktu tertentu saja, sehingga bahasa

dapat dilihat sebagai sebuah sistem yang tetap dan dapat dibebaskan dari

unsur ekstralingual, termasuk waktu. Akibatnya, penelitian bahasa,

termasuk semantik, lebih banyak bersifat deskriptif-sinkronik dari pada

historis-diakronis.23 Pandangan inilah yang kemudian mempengaruhi

berbagai bidang penelitian, terutama di Eropa. Hal lain yang menarik dari

Kajian de Saussure tentang tanda adalah selain didasarkan pada analisis

22 M. Matsna, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer, 8. 23 Makyin Subuki, Semantik : Pengantar Memahami Makna Bahasa, 6.

Page 45: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

31

struktur bahasa juga berdasarkan analisis sosial, psikologis, dan

pemikiran.24

Setelah de Saussure, banyak bermunculan pemikir-pemikir barat

yang fokus mengkaji tentang bahasa seperti Edward Sapir (1884 – 1939

M) salah seorang tokoh Strukturalisme yang menulis buku berjudul

Language : Introduction to the Study of Speech (1921 M) walaupun tidak

pernah menyebut-nyebut istilah makna maupun semantik, tetapi dia

membicarakan juga tentang konsep atau ide. Dia menyatakan bahwa

bahwa bahasa, budaya, dan kepribadian adalah satu kesatuan utuh. Bahasa

adalah sarana apresiasi perilaku dan pengalaman manusia, karena

pengalaman dapat diinterpretasikan oleh adat kebiasaan bahasa. Dengan

demikian, maka bahasa – menurut Edward Sapir – merupakan alat untuk

mengungkapkan ide atau gagasan. Hipotesis ini kemudian diperkuat oleh

Hans Georg Gadamer (1900-1960 M.) yang menyatakan bahwa bahasa

adalah produk kekuatan mental manusia, dan setiap bahasa dengan

kekuatan linguistiknya merupakan wadah akal-budi manusia.25

Dua sarjana dari Ingris C.K. Ogden (1889 – 1957 M) dan LA.

Richards (1893 – 1979 ) menerbitkan buku berjudul The Meaning of

Meaning (1923 M). Karya ini menandakan satu titik balik historis dalam

sejarah semantik. Sudah banyak tulisan tentang semantik hanya berkisar

pada tataran kata, Juga terdapat tulisan tentang semantik yang hanya

memperhatikan aspek psikologi penggunaan bahasa. Dua penulis ini,

Ogden dan Richards, telah membawa satu pembaruan: disamping

menghubungkan kata dan pikiran ke benda dan objek, mereka membuat

pembagian bahasa menjadi dua jenis yakni bahasa simbolik dan bahasa

emotif. Setiap kata yang menyatakan perasaan dan sikap adalah

24 M. Matsna, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer, 8. 25 Fathurrahman, Al-Qur’an dan Tafsirnya Dalam Prespektif Thoshihiko Izutsu

(Tesis Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta, 2010), 85.

Page 46: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

32

bahasa emotif seperti ‘baik, kebebasan kemerdekaan, kesetiaan prinsip,

kepercayaan, rajin, penting’. Bahasa emotif mempunyai kegunaan dalam

proses komunikasi untuk membangkitkan sikap yang diharapkan dari

orang lain atau untuk mendorong orang lain bertindak. Akan tetapi bahasa

emotif tidak mempunyai tempat dalam ilmu baru simbolisme. Sedangkan

contoh dari bahasa simbolik adalah bahasa ilmu. Dalam bahasa ilmu, kata-

kata merujuk secara khusus, terbatas, dan tepat kepada kata

benda/fakta/data tanpa kemasukan sikap penulis. Seorang penulis tulisan

ilmiah tidak akan mengatakan "Hari ini panas". la akan menyatakan "Suhu

sekarang 33 derajat Celcius". Bahasa ilmu adalah bahasa simbolik

terbaik.26

Berikutnya muncul seorang filolog Swedia, yakni Gustaf Stern

(1882 – 1948) dengan karyanya Meaning and Change of Meaning, with

Special Refe rence to The English Language (1931). Stern, dalam kajian

itu, sudah melakukan studi makna secara empiris dengan bertolak dari satu

bahasa, yakni bahasa Inggris.27

Ada juga ilmuwan yang dianggap cukup memberikan corak, warna

dan arah baru dalam kajian bahasa, yaitu Leonard Bloomfield (1877 -

1949 M). dalam bukunya Language (1933) menjelaskan bahwa seseorang

dapat mendefinisikan arti kata secara tepat apabila arti tersebut

berhubungan dengan hal-hal umum yang diketahui secara ilmiah, tetapi ia

akan kesulitan mendefinisikan arti kata-kata seperti cinta dan benci, malah

seringkali dijumpai arti kata di dalam bahasa tidak cocok dengan

penggolongan ilmiah. Misalnya ikan paus dan ikan lumba-lumba yang

secara ilmiah termasuk golongan mamalia, tetapi di dalam bahasa di sebut

ikan. Di sinilah letaknya kelemahan pelajaran bahasa : arti lebih sering

26 Jos Daniel Parera, Teori Simantik, 28. 27 M. Matsna, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer, 10.

Page 47: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

33

didefinisikan seberapa dapat saja. Dalam kamus malah sering terjadi

sirkumlokusi: Yakni penjelasan arti kata dilakukan secara berputar-putar.

Misalnya, kata kucing diartikan sebagai 'binatang rupanya sebagai

harimau kecil'; sedangkan harimau diartikan sebagai 'binatang buas,

rupanya sebagai kucing besar. Kalau kucing adalah harimau kecil, dan

harimau adalah kucing besar, maka apa itu kucing dan apa itu harimau

tetap belum jelas.28

Tokoh lain yang berjasa dalam perkembangan linguistik khususnya

semantik adalah Noam Chomsky (1928 – 2018 M), seorang tokoh aliran

tata bahasa transformasi. Dalam bukunya Aspect of the Theory of Syntax

(1965) dia menyebutkan bahwa makna merupakan unsur pokok dalam

analisis bahasa dan semantik merupakan salah satu komponen dari tata

bahasa. Dua komponen lain adalah sintaksis dan fonologi: dan arti kalimat

sangat ditentukan oleh komponen semantik.29

Pada paruh ke dua abad ke 20 kajian semantik memang mengalami

perkembangan yang signifikan. Istilah semantik pun menjadi bermacam-

macam, akan tetapi orang lebih banyak menggunakan istilah semantik,

seperti halnya Palmer (1976), Lyons (1977), dan Leech (1974). Selain

para tokoh di atas, masih ada Max Muller dengan dua bukunya The

Science of Language (1862) dan The Science of Thought (1887) Demikian

juga, Adolf Noreen (1854-1925) dengan bukunya lughatuna yang

mengkaji makna secara khusus dalam bab-bab bukunya dengan

menggunakan istilah semiology. 30

Fokus pengembanganya semantik pun telah meluas, disamping

pada umumnya untuk menelaah makna kata, kalimat dan teks bahasa, dari

jepang muncul sarjana yang melakukan analisis semantik terhadap

28 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, 15. 29 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, 16. 30 M. Matsna, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer, 10.

Page 48: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

34

beberapa konsep dalam kitab suci al-Qur’an. Ia adalah Toshihiko Izutsu

(1914 – 1993 M) yang menawarkan metode baru dalam semantik yang ia

sebut sebagai ‘Semantik al-Qur’an’. Gagasan semantik al-Qur’an

terdokumentasikan dalam bukunya yang berjudul The Structure of Ethical

Terms in the Koran (1959). Dalam buku ini, Izutsu menganalisa konsep

kepercayaan dalam teologi Islam. Tulisannya ini menjadi pantauan

sekaligus kajian cendekiawan muslim kaitannya dengan teks al-Qur’an.

Penggunaan semantik sebagai sudut pandang kajian Izutsu dalam

membaca teks dilakukannya secara serius. Hal ini dapat ditemukan dalam

berbagai karya yang ditulisnya, di antaranya: Language and Magic:

Studies in the Magical Function of Speech (1956), God and Man in the

Koran: Semantics of the Quranic weltanschaung (1964), Ethico-Religius

Concepts in the Koran dan The Concep of Belief in Islamic Theology

(1966). Lewat karya-karyanya, izutsu menunjukkan bahwa sejak awal ia

konsisten menggunakan metode analisis semantik terhadap bahan-bahan

yang disediakan oleh kosakata al-Qur’an.

Pada sub bab selanjutnya akan dibahasa lebih spesifik hubungan

antara semantik al-Qur’an dan khazanah ilmu tafsir.

C. Tafsir dan Semantik al-Qur’an

Istilah tafsir dan semantik memang muncul dari lingkungan tradisi

keilmuan yang berbeda. Lebih dahulu tafsir, ia muncul dari dunia timur

yang sarat akan nuansa kajian teosentrisnya, sedangkan belakangan,

semantik muncul dari dunia barat yang konsen dalam kajian dengan

nuansa antroposentrisnya. Akan tetapi jika kita ambil point semantik

sebagai diskursus yang fokus mengkaji makna teks bahasa sebagai cabang

ilmu linguistik, maka gagasan tersebut sama sekali bukan merupakam

teori baru, sebab dalam perjalanan perkembangan tafsir, sarjana muslim

Page 49: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

35

klasik banyak yang telah menulis kitab tafsir dengan menggunakan

pendekatan linguistik, terutama analisa makna.

Meminjam istilah Nur Kholis Setiawan terdapat kesadaran

semantik yang telah lebih dulu ada pada penafsiran sarjana muslim klasik

dalam jagad penafsiran al-Qur'an. Dimulai sejak sarjana yang bernama

Muqātil ibn Sulaimān (w. 150 H/767 M) dengan karyanya yang berjudul

al-Asybāh wa al-Nażair fi al-Qur'an al-Karīm dan Tafsir Muqātil ibn

Sulaimān. Muqātil ibn Sulaimān menegaskan bahwa setiap kata dalam al-

Qur'an, di samping memiliki arti yang definitif, juga memiliki beberapa

alternatif makna lainnya. Salah satu contohnya adalah kata mawt, yang

memiliki arti dasar "mati." Menurut Muqātil dalam konteks pembicaraan

ayat, kata tersebut bisa memiliki empat arti alternatif, yaitu i) tetes yang

belum dihidupkan, ii) manusia yang salah beriman, iii) tanah gersang dan

tandus, serta iv) ruh yang hilang. Dalam konteks ayat 39 pada surat az-

Zumār, "sesungguhnya kamu akan mati, juga mereka," kata tersebut

berarti mati yang tidak bisa dihidupkan kembali. Dari contoh tersebut

berkenaan dengan kemungkinan makna yang dimiliki oleh kosa kata

dalam al-Qur'an, Muqātil menyatakan bahwa seseorang belum bisa

dikatakan menguasai al-Qur'an sebelum ia menyadari dan mengenal

berbagai dimensi yang dimiliki al-Qur'an tersebut".31 Hal ini merupakan

contoh perbincangan tentang denotasi dan konotasi dalam bahasa menurut

kaca mata semantik modern.

Salah satu hal yang disepakati dalam disiplin kajian semantik

adalah pembeda antara makna dasar dan makna relasiaonal. Muqātil telah

mencontohkan pengaplikasianya dengan kata mā’a, yang dalam konteks

pembicaraan al-Qur'an memiliki beberapa alternatif makna. Menurutnya,

31 M. Nur Kholis Setiawan, al-Qur'an Kitab Sastra Terbesar (Yogyakarta: elsaq

press, 2006), 169-170

Page 50: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

36

kata ini memiliki tiga kemungkinan arti. Pertama, bisa berarti hujan,

seperti dalam Surat al-Hijr (15):22; "Kami turunkan hujan dari langit lalu

Kami beri minum kamu dengan air itu"32. Kedua, kata tersebut bisa berarti

air sperma, seperti dalam surat al-Furqan (25):54, "Dia-lah yang

menciptakan manusia dari air."33 Sedangkan kemungkinan arti yang

ketiga adalah "pijakan yang amat fundamental dalam kehidupan orang

beriman." Hal ini seperti yang tertera dalam surat an-Nahl (16):65 "Allah

menurun kan dari langit air dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi

sesudah matinya. Sesungguhnya, pada yang demikian itu, benar-benar

terdapat tanda-tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang mengambil

pelajaran."34 Dalam ayat-ayat tersebut di atas, kata "air", oleh Muqāti,

dipahami sebagai metafora/amtsal.35

Sarjana selain Muqātil yang melakukan hal senada adalah Harun

ibn Mūsa (w. 170 H/786 M) dalam bukunya al-Wujūh wa al-Nażā'ir fi al-

Qur'an al-Karīm. Kata wajh, dalam karya ini, dimaksudkan sebagai

makna yang dikembangkan dari sebuah kosa kata. Di samping kosa kata,

sebagai faktor penentu makna adalah konteks linguistik serta struktur atau

sintaksis. Dua kajian tentang berbilangnya arti kosa kata al-Qur'an ini,

secara historis, dalam diskursus keIslaman, kembali kepada paruh kedua

abad ke dua Hijriah, tatkala ilmu keIslaman terbagi dalam tiga spesialisasi

besar yakni, i) hadits, ii) tafsir, dan ii) bahasa. Sedangkan karya-karya

tentang al-Wujūh wa al-Nażā'ir termasuk dalam kategori dua dan tiga,

yakni tafsir dan bahasa.36

Kajian tafsir lingustik kemudian lebih disempurnakan lagi oleh

يني 32 نزا ن نزاكموهو م نزاأ ن تمل هبي نزاءيم نزاءف أ سق ي ح ل و اقيح ف أ ن ز لن نزامين السم لن نزاالر يي و أ رس ق دييرا 33 هراو ك نزان ر بك نزاءيب ش راف ج ع ل هن س بنزاو صي مين الم الذييخ ل ق و هو ي ةليق ومي سم عون 34 ل ذ ليك ب عد م وتي نزاإينفي مين السم نزاءيم نزاءف أ حي نزابيهيال رض أ ن ز ل و الل35 M. Nur Kholis Setiawan, al-Qur'an Kitab Sastra Terbesar, 171. 36 M. Nur Kholis Setiawan, al-Qur'an Kitab Sastra Terbesar, 172.

Page 51: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

37

generasi setelah Muqātil, seperti al-Jāhiz (w. 255 H/868 M), Ibn Qutaibah

(w. 276 H/898 M), juga oleh Abd al-Qāhir al-Jurjāni (w. 471 H/1079 M).

Perlakuan al-Jāhiz terhadap kosa kata al-Qur'an juga menunjukkan

kesadaran semantik. Berbagai karya telah ia tulis seperti al-Bayān wa al-

Tabyīn, al-Hayawān, Rasāil al-Jāhiz, al-Bukhala, al-Utsmāniyyah. Dalam

Rasāil, al-Jahiz mendiskusikan beberapa ayat al-Qur'an yang, olehnya,

dijadikan sebagai contoh atau representasi "nuansa makna" yang berbilang

dari kosa kata.37 Kemudian Ibn Qutaibah, pakar teoretik bahasa dan teolog

Sunni, melalui karyanya yang berjudul Ta'wīl Musykīl al-Qur'an

mendiskusikan sebagian dari aspek di bawah rubrik peralihan makna dari

zahir kosa kata (mukhālafatu zhāhir al-lafzh ma'nāhu). Rubrik ini tidak

saja mengulas kosa kata, tetapi juga sintaksis, di mana konteks, sekali lagi,

memegang peran yang amat penting. Penjelasan dan uraian Ibn Qutaibah

tentang pelbagai model dan bentuk konteks yang menjadi peralihan dan

pengembangan makna tidaklah begitu eksplisit. Analisisnya kerapkali

menyinggung peralihan dan perluasan makna sebuah bagian kalimat

seperti istifhām, yang mulanya berarti pertanyaan kemudian beralih

menjadi penetapan, atau amar yang tadinya merupakan perintah atau

kewajiban kemudian beralih menjadi saran atau bahkan kebolehan yang

dalam diskursus kajian ilmu bahasa Arab kontemporer, masuk dalam

bagian dari disiplin ma'ānā dan bayān.38

Pada periode selanjutnya muncul sarjana yang memumpuni dalam

kajian tafsir lingurstik, di antaranya al-Farrā‘ dengan karya tafsirnya

Ma‘ānī al-Qur′ān, Abū ‘Ubaydah, al-Sijistanī, dan al-Zamakhsharī. Pada

tahap selanjutnya, dikembangkan lagi oleh Amīn al-Khūlī yang akhirnya

teori-teorinya diaplikasikan oleh ‘Ā′isah bint al-Shāṭi‘ dalam tafsirnya al-

37 M. Nur Kholis Setiawan, al-Qur'an Kitab Sastra Terbesar, 173. 38 M. Nur Kholis Setiawan, al-Qur'an Kitab Sastra Terbesar, 174.

Page 52: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

38

Bayān li al Qur′ān al-Karīm. Gagasan Amīn al-Khūlī ini juga

dikembangkan lagi oleh Toshihiko Izutsu yang dikenal dengan teori

semantik al-Qur’an.39

Era kontemporer saat ini, semantik al-Qur’an berkembang pesat

berkat sumbangsi Toshihiko Izutsu yang tertuang dalam karya-karyanya.

Karya-karya Izutsu ini di kategorikan oleh Fazlu Rahman pada kelompok

ketiga dalam pengkategorisasiannya, yaitu karya-karya yang bertujuan

untuk menjelaskan keseluruhan atau aspek-aspek tertentu saja dalam al-

Qur’an.40 Kategori ketiga ini hampir semua karyanya hanya membahas

aspek tertentu saja dalam al-Qur’an dan itu pun tidak bersumber dari al-

Qur’an sendiri, namun karya-karya Izutsu berbeda dengan karya-karya

barat lain yang menurut Fazlu Rahman bias kepentingan. Keberhasilan

Izutsu menghasilkan karya-karya terkait penafsiran al-Qur’an merupakan

pendekatan “baru” yang bisa digunakan oleh para sarjana Barat dan para

sarjana Islam dalam membaca al-Qur’an. Hal ini menempatkan karya-

karya Izutsu tersebut sebagai salah satu karya monumental yang

berkontribusi bagi pengembangan bahasa (linguistic function) serta

pembangunan dan pengembangan kultur budaya (cultural function).41

39 Saiful Fajar, Konsep Syaiṭān Dalam Al-Qur’an (Skripsi Ilmu Al-Qur’an dan

Ilmu Tafsir UIN Jakarta, 2018), 26. 40 Secara garis besarnya Fazlur Rahman membagi karya sarjana barat yang

mengkaji al-Qur’an dalam ke dalam tiga buah kategori: (1) karya-karya yang berusaha

mencari pengaruh Yahudi-Kristen di dalam al-Qur'an; (2) karya-karya yang mencoba

untuk membuat rangkaian kronologis dari ayat-ayat al-Qur'an; dan (3) karya-karya yang

bertujuan untuk menjelaskan keseluruhan atau aspek-aspek yang tertentu saja di dalam

ajaran al-Qur'an. Seharusnya karya-karya yang termasuk ke dalam kategori ketiga inilah

yang patut memperoleh perhatian yang paling luas. Lihat Fazlur Rahman, Major Themes

of the Qur'an, terj. Anas Mahyuddin (Bandung: PUSTAKA, 1983), x. 41 Saiful Fajar, Konsep Syaiṭān Dalam Al-Qur’an, 27.

Page 53: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

39

D. Metode Semantik al-Qur’an Toshihiko Izutsu

1. Gambaran Umum

Semantik menurut Izutsu adalah kajian analitik terhadap istilah-

istilah kunci suatu bahasa dengan suatu pandangan yang akhirnya sampai

pada pengertian konseptual Weltanschauung atau pandangan dunia

masyarakat yang menggunakan bahasa itu, tidak hanya sebagai alat bicara

dan berpikir, tetapi yang lebih penting lagi pengkonsepan dan penafsiran

dunia yang melingkupinya. Semantik, dalam pengertian itu, adalah

semacam Weltanschauungs-lehre, kajian tentang sifat dan struktur

pandangan dunia sebuah bangsa saat sekarang atau pada periode

sejarahnya yang signifikan, dengan menggunakan alat analisis

metodologis terhadap konsep-konsep pokok yang telah dihasilkan untuk

dirinya sendiri dan telah mengkristal ke dalam kata-kata kunci bahasa

itu.42

Izutsu secara konsisten dalam beberapa buku karyanya

menerapkan semantik untuk al-Qur’an yang kemudian ia menyebutnya

sebagai Semantik al-Qur’an. Term Al-Qur’an dalam frasa Semantik al-

Qur’an harus dipahami hanya dalam pengertian Weltanschauung al-

Qur’an atau pandangan dunia Qur'ani, yaitu visi Qur'ani tentang alam

semesta. Semantik al-Qur’an akan mempermasalahkan persoalan-

persoalan bagaimana dunia wujud distrukturkan, apa unsur pokok dunia,

dan bagaimana semua itu terkait satu sama lain menurut pandangan kitab

suci tersebut. Tujuannya adalah memunculkan tipe ontologi hidup yang

dinamik dari al-Qur’an dengan penelaahan analitis dan metodologis

terhadap konsep-konsep pokok yaitu konsep-konsep yang tampaknya

memainkan peran menentukan dalam pembentukan visi Qurani terhadap

42 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 3.

Page 54: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

40

alam semesta.43

2. Langkah-Langkah Metode

Ada beberapa istilah penting yang perlu dipahami sebelum

menerapkan semantik terhadap teks al-Qur’an, yaitu kata kunci, kata fokus

dan medan simantik. Kata kunci adalah Kata-kata yang memainkan

peranan yang sangat menentukan dalam penyusunan struktur konseptual

dasar pandangan dunia Al-Qur’an, seperti kata Allah, islām, īmān, kāfir,

nabi, rasūl.44 Kata kunci merupakan pola umum kosakata yang mewakili

kata-kata yang menjadi anggotanya yang dalam kedudukannya memiliki

hubungan rangkap dan beragam antara satu sama lainnya, dan juga tidak

benar-benar bebas antara satu dengan yang lainnya; mereka saling

berhubungan dengan cara yang sangat rumit dan dengan arah yang

beragam. Sehingga secara keseluruhan tampak sebagai suatu sistem unsur

yang saling tergantung dan sangat teratur.45

Medan semantik adalah Wilayah atau kawasan yang dibentuk oleh

beragam hubungan diantara kata-kata kunci.46 Hubungan diantara kata-

kata kunci dalam medan semantik bersifat tumpang-tindih, hal inilah yang

menjadikan medan semantik menjadi begitu beragam dan rumit. Sehingga

diperlukan pembatas yang menjadi pusat konseptual kosa kata yang terdiri

dari sejumlah kata kunci tertentu. Inilah yang disebut dengan kata fokus.

Jadi kata fokus adalah kata kunci penting yang secara khusus

menunjukkan dan membatasi bidang konseptual yang relatif independen

dan berbeda pada masing-masing medan semantik. Kata fokus merupakan

konsep yang sangat fleksibel, jika suatu kata tertentu bertindak sebagai

kata fokus dalam medan semantik tertentu, itu tidak mencegah kata yang

43 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 3. 44 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 18. 45 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 19. 46 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 20.

Page 55: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

41

sama bertindak sebagai kata kunci biasa dalam suatu medan atau medan-

medan lainnya. 47

Adapun langkah-langkah penerapan metode semantik al-Qur’an

Izutsu adalah sebagai berikut :

i. Menentukan makna dasar.

Makna dasar adalah sesuatu yang melekat pada kata itu sendiri,

yang lalu terbawa dimana pun kata itu diletakkan. 48 Dalam

menelusuri makna dasar dapat dilakukan menggunakan kamus-

kamus yang memumpuni.

ii. Menentukan makna relasional.

Makna relasional adalah sesuatu yang konotatif yang diberikan dan

ditambahkan pada makna yang sudah ada dengan meletakkan kata

itu pada posisi khusus dalam bidang khusus, berada pada relasi

yang berbeda dengan semua kata-kata penting lainnya dalam

sistem tersebut.49

Untuk menemukan makna relasional dapat menggunakan dua

model analisis, yaitu analisis sintagmatik dan paradigmatik.

Analisis sintagmatik adalah analisis yang berusaha menentukan

makna suatu kata dengan cara memperhatikan kata-kata yang ada

di depan dan belakang kata yang sedang dibahas dalam satu bagian

tertentu. Kata-kata tersebut memiliki hubungan keterkaitan satu

sama lain dalam membentuk makna sebuah kata. Analisis

paradigmatik adalah analisis yang mengompromikan kata atau

konsep tertentu dengan kata atau konsep lain yang mirip

(sinonimitas) atau sebaliknya bertentangan (antonimitas). Analisis

paradigmatis merupakan salah satu cara untuk mencari hubungan

47 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 22. 48 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 12. 49 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 12.

Page 56: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

42

makna antara satu konsep dengan konsep lain (integrasi antar

konsep), serta mengetahui posisi konsep yang memiliki makna

yang lebih luas dan posisi konsep yang memiliki makna yang lebih

sempit sehingga menghasilkan pemahaman yang komprehensif

sesuai pandangan dunia al-Qur’an.50

iii. Menyusun jaringan asosiasi medan semantik.

iv. Analisis semantik historis.

Izutsu menggunakan analisis yang berhubungan dengan

kesejarahan kosa kata dalam al-Qur’an yang disebut dengan

semantik historis, yakni analisa sinkronik dan diakronik. Tujuanya

adalah untuk melihat bagaimana kata-kata berubah maknanya

karena perjalanan sejarah. Analisa sinkronik adalah sudut pandang

masa di mana kata tersebut lahir dan berkembang untuk

memperoleh suatu sistem kata yang statis. Dengan sudut pandang

ini, akan terlihat unsur-unsur lama yang terlepas dalam sebuah

bahasa, kemudian muncul unsur-unsur baru yang menemukan

tempatnya sendiri dalam sistem bahasa tersebut. Sedangkan analisa

diakronik adalah pandangan terhadap bahasa yang pada prinsipnya

menitikberatkan pada unsur waktu. Dengan demikian, secara

diakronik, kosakata membentuk sekumpulan kata yang masing-

masing tumbuh dan berubah secara bebas dengan caranya sendiri

yang khas. Kemungkinan dalam suatu masa sebuah kosakata

mengandung makna yang penting dalam kehidupan masyarakat

dan pada masa yang lain mungkin kata itu mengalami distorsi

makna karena adanya kata-kata baru yang muncul. Tidak menutup

kemungkinan juga, sebuah kata bisa bertahan dalam jangka waktu

50 Saiful Fajar, Konsep Syaiṭān Dalam Al-Qur’an, 29.

Page 57: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

43

lama pada masyarakat yang menggunakannya.51

Untuk menyederhanakan persoalan analisa semantik historis diatas,

Izutsu membagi periode penggunaan kosa kata menjadi 3 periode,

yakni : (1) Pra Qur’anik, sebelum turunnya Al-Qur’an, atau

jahiliyyah, (2) Qur’anik, masa turunnya Al-Qur’an dan (3) Pasca

Qur’anik, setelah turunnya Al-Qur’an.52 Yang menjadi patokan

pencarian kosakata pra-Qur’anik adalah (1) kosa kata badwi murni

masa nomaden, (2) kosa kata kelompok pedagang, (3) kosa kata

Yahudi-Kristen. Ketiga poin tersebut merupakan unsur-unsur

penting kosakata Arab pra-Islam.53 Pada masa Qur’anik, kosakata

al-Qur’an sangat luar biasa, bahkan tiada taranya sebagai bahasa

wahyu ilahi, maka wajarlah semua sistem pasca-al-Qur’an sangat

terpengaruh oleh kosa kata al-Qur’an tersebut. Pada periode pasca-

al-Qur’an, Islam banyak menghasilkan banyak sistem pemikiran

yang berbeda khususnya pada masa Abbasiyah, yakni teologi,

hukum, teori politik, filsafat, tasawuf. Masing-masing produk

kultural Islam ini mengembangkan sistem konseptualnya sendiri,

kosakatanya sendiri yang mencakup sejumlah subsistem. Dengan

demikian, kita sepenuhnya berhak untuk membicarakan kosakata

teologi Islam, kosakata hukum Islam, kosakata tasawuf, dan lain-

lain menurut teknis yang berbeda-beda.54

v. Mencari Weltanschauung.

Weltanschauung merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai yakni

menemukan sistem konseptual total atau keseluruhan konsep

terorganisir yang disimbolkan dengan kosakata masyarakat

51 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 32-33. 52 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 35. 53 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 35. 54 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 42.

Page 58: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

44

pengguna bahasa.55 Jadi secara sederhana dapat diistilahkan dalam

aspek linguistiknnya disebut dengan kosakata, dan dalam aspek

konseptualnya adalah suatu Weltanschauung, dan dalam hal ini

difokuskan pada masalah Weltanschauung al-Qur’an. Sehingga

tujuan akhir seorang semantisis yang mengkaji al-Qur’an adalah

mengatur sifat dan mekanisme kerja keseluruhan sistem konsep al-

Qur’an yang secara esensial berbeda dengan semua sistem konsep

non-al-Qur’an.56

3. Contoh Aplikasi Metode

Mengenai kata fokus, kata kunci dan medan semantik, Izutsu

mencontohkan pembahasan kata kufr. Menurut Izutsu konsep kufr menjadi

kata fokus yang menguasai seluruh medan semantik yang tersusun dari

kata-kata kunci yang masing-masing mewakili segi esensial pemikiran al-

Qur’an dengan caranya sendiri dengan sudut pandang yang khusus. Medan

semantik kata kufr adalah kata lain yang memiliki hubungan dengan kata

kufr. Kosakata lain yang mengitarinya dalam diagram yang menunjukkan

keterkaitan adalah kata-kata kunci yang menandai aspek-aspek khusus dan

parsial dari konsep kufr itu sendiri atau kata kunci yang mewakili konsep-

konsep yang erat kaitannya dengan kata kufr dalam konteks al-Qur’an.

Berikut adalah contoh diagram yang menunjukkan relasi kata kufr.

55 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 27. 56 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 29.

Page 59: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

45

Diagram 2.1 : Medan Semantik Kata Kufr

Pada persoalan makna dasar dan makna relasional, Izutsu

memberikan contoh kata kitāb, makna dasarnya, baik yang ditemukan

dalam al-Qur’an maupun di luar al-Qur’an adalah sama. Kandungan unsur

semantik tetap ada pada kata kitāb dimana pun ia diletakkkan dan

bagaimanapun ia digunakan. Dalam konteks al-Qur’an, kata kitāb

menerima makna yang luar biasa pentingnya sebagai isyarat konsep

religius yang sangat khusus yang dilingkupi oleh cahaya kesucian. Ini

dilihat dari kenyataan bahwa dalam konteks ini kata itu berdiri dalam

hubungan yang sangat dekat dengan wahyu Ilahi, atau konsep-konsep

yang cukup beragam yang merujuk langsung pada wahyu, seperti tanzīl

"menurunkan" (firman Tuhan), nabi "Nabi", ahl "masyarakat" (dalam

kombinasi khusus ahl al-kitāb yakni masyarakat berkitab yang berarti

masyarakat yang memiliki kitab wahyu seperti Kristen dan Yahudi, dsb.).

Ini berarti bahwa kata sederhana kitab dengan makna dasar sederhana "

kitāb ", ketika diperkenalkan ke dalam sistem khusus dan diberikan posisi

Allah

′Isyān Kufr

Syirk

Takzīb

Fisq

Dalāl

Zulm

Istikbār

Page 60: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

46

tertentu yang jelas, memerlukan banyak unsur semantik baru yang muncul

dari situasi khusus ini, dan juga muncul dari hubungan yang beragam yang

dibuat untuk menunjang konsep-konsep pokok lain dari sistem tersebut.

Dan, sebagaimana sering terjadi, unsur-unsur baru itu cenderung

mempengaruhi dan sering secara esensial memodifikasi struktur makna

asli dari kata itu.57

Selanjutnya, dalam bukunya Izutsu banyak mencontohkan

persoalan semantik historis, seperti kata taqwa, di dalam al-Qur’an kata ini

merupakan kata yang sangat penting sebagai salah satu istilah kunci al-

Qur’an yang paling khas, namun kata ini pada masa jahiliah tidak

digunakan dalam pengertian religius. Taqwa dalam periode pra quranik

bermakna membela diri dengan menggunakan sesuatu, sebagaimana yang

terlacak dalam dalam syair pra Islam58 :

تينزاج يح ضيقأ س نزال ق و ميح ليم ائير و نميفيليبي و يدي#ع قيتأ

"la berkata (kepada dirinya sendiri): Aku akan memuaskan nafsuku

(yakni aku akan membunuh orang yang telah membunuh

saudaraku), kemudian aku akan membela diriku (attaqi) terhadap

musuh (yang sudah barang tentu akan membalas) dengan seribu

kuda beserta kendalinya untuk mendukung maksudku".

Pada periode qur’anik kata taqwa masuk dalam sistem konseptual

al-Qur’an dengan membawa serta makna dasar, namun kata ini

ditempatkan dalam semantik khusus yang tersusun dari sekelompok

konsep yang berkaitan dengan “kepercayaan” yang khas “monoteisme”

Islam. Kata tersebut mendapatkan makna religius yang sangat penting

yaitu “takut kepada hukuman Allah pada hari kiamat”, namun struktur

formalnya sendiri tidak berubah. Di sini yang dapat mencelakakan bukan

57 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 11. 58 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 264.

Page 61: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

47

lagi bahaya fisik, tapi bahaya eskalatologis, yakni siksaan pedih dari Allah

yang timpakan kepada orang-orang yang menolak untuk beriman dan

berserah diri. Dalam konteks ini, ittiqa berarti seseorang yang menjaga

dirinya sendiri dari bahaya yang akan dihadapi, yakni siksaan Ilahi dengan

cara menempatkan dirinya dalam perlindungan berupa iman dan

kepatuhan yang sungguh-sungguh. Penafsiran ini diperkuat oleh

pandangan yang berasal dari penyusun Tafsir al-Jalalayn. Dalam tafsir

tersebut kata kerja ittaqa berarti. "Bahwa Anda menjaga diri sendiri dari

iqab (siksaan Allâh) dengan menempatkan antara siksaan itu dan diri

Anda sendiri turs (perisai) berupa ibadah".59

Taqwa dalam pengertian qur’anik ini merupakan konsep

eskatologis, yang maknanya adalah "takut kepada siksaan Ilahi di

Akhirat". Struktur dasar ini tampak pada surat al-Baqarah ayat 24 :

"Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan

batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir".

Secara psikologis, ini merupakan bentuk khusus dari rasa

takut (khawf), Suatu ketakutan eskatologis, seperti terlihat pada surat Hud

ayat 103:

"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat"

Dalam hal ini, surat al-Zumar ayat 16 berikut ini sangat penting

karena ia menunjukkan hubungan semantik mendalam yang ada di antara

psikologi takut dan taqwa.

"Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah

merekapun lapisan-lapisan dari api). Demikianlah Allah

mempertakuti --(yukaifu, bentuk kausatif dari khawf)-- hamba-

hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertaqwalah (ittaqu) kepada-Ku

hai hamba-hamba-Ku"

Namun, pada periode pasca quranik, karena dimakan waktu, warna

eskatologis yang kuat ini menjadi semakin lemah sampai akhirnya makna

59 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 266.

Page 62: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

48

taqwa mencapai tahap tidak lagi memiliki hubungan nyata dengan citra

Hari Pengadilan dan kengeriannya, lalu berubah menjadi hampir sama

dengan ketaatan. Pada tahap ini, taqwa hanya terkait sedikit atau sama

sekali tidak ada kaitannya dengan konsep "takut" (khawf). Itulah

sebabnya, di dalam Al-Qur’an kata muttaqi --bentuk partisipan dari ittaqa-

- seringkali digunakan dengan pengertian orang beriman yang taat yang

menjadi lawan dari kafir.60

60 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 267.

Page 63: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

49

BAB III

DESKRIPSI AYAT TENTANG TADABBUR

Bab ini membahas tentang pengertian Tadabbur dan penafsiran

ayat tentang Tadabbur. Posisi bab ketiga adalah lanjutan dari bab kedua.

Setelah memahami bagaimana gerak metodologi semantik al-Qur’an

Toshihiko Izutsu, kemudian dihantarkan untuk memahami makna

Tadabbur dalam al-Quran dari beberapa kitab tafsir. Pengertian Tadabbur

dalam karya tafsir perlu disampaikan sebelum mencari makna kata

Tadabbur menggunakan pendekatan semantik Izutsu, hal ini bertujuan

untuk mempermudah mengetahui makna dasar dan makna relasional

Tadabbur.

A. Pengertian Tadabbur

Dalam mencari arti etimologi kosa kata bahasa arab selalu merujuk

pada bentuk wazan yang paling dasar yakni wazan fa’ala. Maka Tadabbur

asalnya adalah dabara, terbentuk dari gabungan tiga huruf asal yakni da -

ba - ra (دبر) memiliki pengeritan رالشيء bermakna “akhir sesuatu”.1 أ خي

Sedangkan menurut Ibnu Manḍur dalam kitabnya Lisān al-Arab

kata Tadabbur sendiri memiliki arti ع نزاقيب تيهي في ,”melihat akhir sesuatu“ , ن ظ ر

maksudnya adalah mengetahui ujung dan kesudahanya termasuk

mengetahui dampak dan konsekuensi sesuatu. Pendapat ini sesuai dengan

yang dikatakan oleh Muhammad bin Ya'quub dalam Kamus Muhīḍ dan

Muhammad Murtaḍy dalam Taj al-‘Arūz.2 Lebih lanjut Ibn Mandhur

mengutip ungkapan Ibn Jarir yang mana ungkapan ini adalah contoh

1 Ibn Manḍur, Lisān al-Arab, Jilid IV (Beirut: Dār Shādir), 268. 2 Ibn Manḍur, Lisān al-Arab, 273. Lihat juga Muhammad bin Ya'qūb al-Fayrūz

Abady, Qamus al-Muhīṭ (Lebanon : Dār Alfikr, 1995), 352., Muhibbuddin abī Fayḍ as-

Sayyid Muhammad Murtaḍy al-Husayny, Taj al-Arūs min Jawāhir al-Qāmus, jilid 6

(lebanon: Dār al-Fikr, 1994), 389.

Page 64: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

50

penggunaan kata taddabur dalam sebuah bait indah:

ب ر ا ت د إل ي عريفون ال مر يب كم#و ل يصي ح ت ت ت قون الشر و ل

"Jangan pernah kamu mendekati kejelekan jika begitu ia akan

menimpamu, dan jangan pernah mengetahui sesuatu sebelum kamu

mengerti dampaknya".3

Dalam bahasa Indonesia kata Tadabbur merupakan kata serapan

yang telah dibakukan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tadabbur

memiliki arti “merenungkan”. Seperti dalam konteks kalimat “di samping

membaca al-Quran, anda juga harus mentadaburkan makna-maknanya”.4

Kata Tadabbur dalam kajian Ilmu Sharaf5 merupakan bentuk

ṣigāt6 isim masdar yang mengikuti wazan tafa’ala. Bentuk wazan tafa’ala

termasuk fi'il ṡulātsi mazīd model kedua pada bab kedua dalam kajian

sharaf yang memiliki beberapa pengamalan, salah satunya adalah takalluf7

yakni berdaya upaya dalam pekerjaan untuk menghasilkan, maksudnya

adalah melakukan sesuatu dengan susah payah, sehingga mendapatkan

hasil setelah adanya mujahadah (usaha keras). Dapat disimpulkan bahwa

Tadabbur adalah mengerahkan usaha untuk melihat, memahami,

merenungi sesuatu, bahkan sampai pada akhir atau sisi terjauh.

B. Identifikasi Tadabbur dalam Ayat al-Qur’an

Sebagaimana yang dijelaskan pada bab sebelumnya, Tadabbur

terbentuk dari tiga huruf asal da - ba - ra. Secara keseluruhan kata yang

3 Ibn Manḍur, Lisān al-Arab, 273 4 https://kbbi.web.id/tadabur, diakses pada 01 Agustus 2019. 5 Ilmu sharaf adalah ilmu morfologi yakni bidang ilmu linguistik yang mengkaji

tentang pembentukan kata atau morfem-morfem dalam suatu bahasa. 6 ṣigāt adalah bentuk kalimat yang di tinjau dari ma’nanya. Baik itu dari segi

makna yang berkaitan dengan waktu, kedudukannya, dsb. Contoh ṣigāt : seperti fi’il māḍi

yang menjelaskan makna lampau, fi’il muḍāri’ menjelaskan makna sedang atau akan,

żaraf makān dan żaraf zamān yang menunjukkan makna tempat dan masa. 7 Terdapat 7 pengamalan Dari wazan tafa’ala, lihat Ma’shum bin Ali, al-

Amṡilatu at-Tashrifiyah (Maktabah as-Syaikh Salim bin Sa’ad, 1965), 14.

Page 65: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

51

berasal dari 3 huruf asal da - ba - ra disebutkan sebanyak 44 kali dalam al-

Qur’an pada berbagai ayat dan surat dengan derivasi yang berbeda-beda.

Adapun derivasi tersebut antara lain8 :

a. ب ير .disebutkan sebanyak 4 kali يد

b. ب رون .disebutkan sebanyak 2 kali ي ت د

c. ب روا .disebutkan sebanyak 2 kali ي د

d. أ دب ر disebutkan sebanyak 4 kali.

e. ب ير اتي .disebutkan sebanyak 1 kali المد

f. مدبيرا disebutkan sebanyak 2 kali.

g. مدبيريين disebutkan sebanyak 6 kali.

h. ر .disebutkan sebanyak 1 kali إيدب

i. د ابير disebutkan sebanyak 4 kali.

j. دبر disebutkan sebanyak 5 kali.

k. ر .disebutkan sebanyak 13 kali أ دب

Adapun perincian ayat-ayat dari pembagian di atas bisa dilihat

pada tabel dibawah ini, sekaligus penulis sebutkan juga tempat turun pada

masing-masing ayat.

Tabel 3.1 : Ayat-ayat Tentang Tadabbur.

No Kata Surat-Ayat Turun

ب ير 1 يد Yunūs (10): 3 Makiyyah

2 Yunūs (10): 31 Makiyyah

3 al-Ra’d (13): 2 Madaniyyah

8 Muḥammad Fuād ‘Abd al-Bāqī, Al-Muʻjam al-Mufahrās Il al-fāẓ al-Qur′ān al-

Karīm (Mesir: Dār al-Hadist, 1364 H), 252-253.

Page 66: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

52

4 as-Sajdah (32): 5 Makiyyah

ب رون 5 al-Nisā’(4): 82 Madaniyyah ي ت د

6 Muhammad (47): 24 Madaniyyah

ب روا 7 al-Mu’minūn (23): 68 Makiyyah ي د

8 Ṣad (38): 29 Makiyyah

al-Ma’ārij (70): 17 Makiyyah أ دب ر 9

10 al-Mudaṣṣir (74): 23 Makiyyah

11 al-Mudaṣṣir (74): 33 Makiyyah

12 al-Nāzi’āt (79): 22 Makiyyah

ب ير اتي 13 al-Nāzi’āt (79): 5 Makiyyah المد

al-Naml (27): 10 Makiyyah مدبيرا 14

15 al-Qoṣaṣ (28): 31 Makiyyah

al-Taubah (9): 25 Madaniyyah مدبيريين 16

17 al-Anbiyā’ (21): 57 Makiyyah

18 al-Naml (27): 80 Makiyyah

19 al-Rum (30): 52 Makiyyah

20 al-Ṣaffāt (37): 90 Makiyyah

21 Gāfir (40): 33 Makiyyah

ر 22 al-Ṭūr (52): 49 Makiyyah إيدب

al-An’ām (6): 45 Makiyyah د ابير 23

24 al-A’rāf (7): 72 Makiyyah

25 al-Anfāl (8): 7 Madaniyyah

26 al-Hijr (15): 66 Makiyyah

Yūsuf (12): 25 Makiyyah دبر 27

28 Yūsuf (12): 27 Makiyyah

29 Yūsuf (12): 28 Makiyyah

30 al-Qamar (54): 45 Madaniyyah

Page 67: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

53

دب ر ه 31 al-Anfāl (8): 16 Madaniyyah

ر 32 Ali Imrān (3):111 Madaniyyah أ دب

33 al-Anfāl (8): 15 Madaniyyah

34 al-Ahzab (33): 15 Madaniyyah

35 al-Fatḥ (48): 22 Madaniyyah

36 Qaf (50): 40 Makiyyah

37 al-Hasyr (59): 12 Madaniyyah

ريكم 38 al-Maidah (5): 21 Madaniyyah أ دب

نزا 39 ريه al-Nisā’ (4) 47 Madaniyyah أ دب

ر هم 40 al-Anfāl (8): 50 Madaniyyah أ دب

41 al-Hijr (15): 65 Makiyyah

42 al-Isra’ (17): 46 Makiyyah

43 Muhammad (47): 25 Madaniyyah

44 Muhammad (47): 27 Madaniyyah

Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa secara tempat turun,

ayat-ayat yang menyinggung tentang derivasi kata Tadabbur lebih

dominan pada periode Mekkah dari pada periode Madinah. Terdapat 27

ayat pada periode Makiyyah dan 17 ayat periode Madaniyyah. Sedangkan

ayat yang secara jelas menyebutkan kata Tadabbur yakni yang berasal dari

bentuk wazan tafa’ala terdapat 4 ayat yang mana dua ayat yang pertama

adalah Makiyyah dan dua ayat yang kedua adalah Madaniyyah.

C. Klasifikasi Ayat-Ayat tentang Tadabbur

Pada sub bab ini penulis akan mengelompokkan ayat-ayat yang

menyebutkan kata Tadabbur beserta derivasinya dari temuan identifikasi

Page 68: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

54

pada sub bab sebelumnya. Pengelompokan ayat-ayat ini penulis bagi

berdasarkan beberapa makna yang memiliki kemiripan. Hal ini bertujuan

untuk menyederhanakan pola keseluruhan ayat sehingga memudahkan

untuk memahaminya.

Menurut Husain Ibn Muhammad al-Damigany dalam karyanya

yang berjudul Qamus al-Qur’an, menyebutkan bahwa kata bahasa arab

yang terdiri dari tiga huruf asal yaitu da - ba - ra di dalam al-Qur’an

menunjukkan setidaknya enam macam makna, yakni9 :

,yakni belakang الظهور .1

,yakni agama yang sesat أدينالبنزاطلة .2

,yakni akhir sesuatu عقيبالشيء .3

,yakni pergi ذهب .4

وآخر غنزابر .5 yakni yang tersisa,

.yakni memikirkan atau merenungkan التفكر .6

Dari pendapat di atas, penulis mencoba menyederhanakan lagi

pengelompokan maknanya menjadi 4 macam kelompok yakni Pertama

bermakna belakang/akhir, kedua bermakna seluruh/akar-akar, ketiga

bermakna mengatur dan keempat bermakna memikirkan/merenung.

Kemudian masing-masing dari empat kelompok makna tersebut akan

penulis analisa ayat-ayatnya dengan menemukan beberapa aspek

kesamaan di dalamnya, seperti lafad yang bersanding dengan derivasi

tersebut atau kandungan penjelasan pada ayat-ayat yang menyinggung

9 Husain Ibn Muhammad, Qamus al-Qur'an (Beirut: Dār al-Ilmi al-Malayin,

1983), 171-172.

Page 69: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

55

derivasi tesebut.10 Berikut penjelasan kelompok-kelompok makna

tersebut :

1. Bermakna Belakang/Akhir

Makna belakang merupakan makna yang paling banyak ditemui

dari keseluruhan ayat-ayat yang menyebutkan derivasi kata Tadabbur.

Ditemukan sebanyak 5 bentuk derivasi yakni ر , دبر ر ,أ دب , إيدب أ دب ر , مدبير

a. Lafad دبر

b. Lafad دبر merupakan bentuk paling dasar dari derivasi Tadabbur.

Mempunyai makna belakang/akhir, disebutkan sebanyak lima kali yakni

pada QS.Yūsuf (12): 25, 27, 28, QS. al-Qamar (54): 45 dan QS. al-Anfāl

(8): 16. Ayat-ayat yang menyebutkan lafad دبر pada surat Yūsuf

menjelaskan tentang baju gamis nabi Yūsuf yang koyak pada bagian

belakang.

c. Kemudian pada surat al-Anfāl (8): 16 lafad دبر bersanding dengan

lafad ي و ل yang mempunyai arti berpaling atau mundur ke belakang

sebagaimana juga yang terdapat pada surat al-Qamar (54): 45,

ب ر ي هز مال معو ي و لون الد س

“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke

belakang.” (QS. al-Qamar (54): 45)

Pada ayat sebelumnya (ayat 44) menjelaskan tentang kesombongan

orang musyrik yang melecehkan orang muslim dengan menganggap

merekalah yang paling kuat dan pasti akan menang dari orang muslim

dalam situasi apapun. Kemudian Allah membantahnya dengan

10 Hal ini penulis lakukan untuk mempermudah proses analisa sintagmatik dan

paradigmatik dalam pencarian makna relasional kata tadabbur pada bab IV.

Page 70: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

56

diturunkanya ayat ini bahwa orang musyrik akan kalah dan mundur

pontang panting ke belakang.

d. Lafad ر أ دب

Derivasi selanjutnya yakni lafad ر yang disebutkan sebanyak 13 أ دب

kali. Dari 13 penyebutan terdapat beberapa ayat yang bersanding dengan

lafad yang sama. Pertama 6 ayat yang penyebutanya bersanding dengan

lafad ي و ل yang memiliki arti berpaling/mundur ke belakang. Kemudian

terdapat 3 ayat yang bersanding dengan lafad ر د yang memiliki arti

berbalik ke belakang. Selanjutnya terdapat 2 ayat yang bersanding dengan

lafad ي ضريب yang memiliki arti memukul bagian belakang/punggung.

Terakhir terdapat 2 ayat yang tidak mempunyai kesamaan lafad yang

bersanding yakni pertama pada QS. Qaf (50): 40,

السجوديو مين ر ف س ب يحهو أ دب الليلي

“Dan bertasbihlah kepada-Nya pada malam hari dan setiap selesai

shalat.”

yang kedua pada QS. al-Hijr (15): 65,

نكم ي لت فيتمي ر همو ل و اتبيعأ دب بيقيطعمين الليلي يثت ؤم رون أ ح ف أ سريبي هليك دو امضواح

“Maka pergilah kamu pada akhir malam beserta keluargamu, dan

ikutilah mereka dari belakang. Jangan ada di antara kamu yang

menoleh ke belakang dan teruskanlah perjalanan ke tempat yang

diperintahkan kepadamu.”

Lafad رأ د ب yang bersanding dengan lafad ي و ل terdapat pada QS. Ali

Imrān (3):111, QS. al-Fatḥ (48): 22, QS. al-Hasyr (59): 12, QS. al-Ahzab

(33): 15, QS. al-Isra’ (17): 46 dan QS. al-Anfāl (8): 15. Pada 3 ayat yang

pertama memiliki kesamaan kandungan yang menjelaskan bahwa Allah

telah menjamin keamanan orang muslim dari segala gangguan orang kafir

Page 71: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

57

dan munafik. Apabila mereka memerangi orang muslim niscaya mereka

akan kalah lalu mundur ke belakang dan kemudian mereka tidak akan

mendapat pertolongan dari Allah. Berikut contoh ayatnya,

ي نص رون ل ر و إيني ق نزاتيلوكمي و لوكمال دب أ ذى ل ني ضروكمإيل

“Mereka tidak akan membahayakan kamu, kecuali gangguan-

gangguan kecil saja, dan jika mereka memerangi kamu, niscaya

mereka mundur ke belakang (kalah). Selanjutnya mereka tidak

mendapat pertolongan.”

Kemudian pada QS. al-Anfāl (8): 15 Allah memerintah kepada

orang mukmin untuk tidak mundur ke belakang (menyerah) saat

menghadapi serangan dari orang kafir.

ر ت و لوهمال دب ك ف روا حفنزاف ل نزاالذيين آم نواإيذ ال قييتمالذيين أ ي ه ي

“Wahai orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-

orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah kamu

berbalik membelakangi mereka (mundur).”

Hanya orang munafik yang mundur ke belakang saat menghadapi

serangan dari orang kafir sebagaimana yang dijelaskan pada QS. al-Ahzab

(33): 15,11

نزانوا ك و ك نزان ع هدالليم سئوو ل ق د ر ال دب ي و لون مينق بلل لع نزاه دواالل

“Dan sungguh, mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah,

tidak akan berbalik ke belakang (mundur). Dan perjanjian dengan

Allah akan diminta pertanggungjawabannya.”

Pada QS. al-Isra’ (17): 46 dijelaskan alasan mengapa orang kafir

berpaling dari kebenaran al-Qur’an.

ر آذ انييمو ق راو إيذ اذ ك رت ق لوبييمأ كينةأ ني فق هوهو في هو لواو ج ع لن نزاع ل ى و حد القرآني في ريبك أ دب من فوراع ل ى هي

11 Quraish Shihab menjelaskan bahwa konteks turunya ayat tersebut merujuk

pada pengingkaran Bani Haritsah dan Bani Salimah yang mengingkari janji untuk ikut

dalam perang Uhud. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jilid 10 (Ciputat:

Lentera Hati, 2009), 432., Lihat juga Ibnu Kaṡir, Lubab al-Tafsīr, Terj. M. Abdul

Ghoffar, dkk. Jilid 6 (Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2004), 456.

Page 72: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

58

“Dan Kami jadikan hati mereka tertutup dan telinga mereka

tersumbat, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila

engkau menyebut Tuhanmu saja dalam Al-Qur'an, mereka

berpaling ke belakang melarikan diri.”

Quraish Shihab memberikan keterangan pada maksud berpalingya

orang kafir yakni mereka enggan menerima kebenaran al-Quran sebab

pada diri mereka terdapat keburukan hati serta sikap dengki dan ingin

mempertahankan keistimewaan yang mereka nikmati. Untuk mendengar

saja mereka enggan apalagi menarik manfaat dari al-Qur’an.

Sesungguhnya telinga mereka telah tersumbat oleh hawa nafsu. Padahal

masyarakat Arab waktu itu tidak pandai membaca sehingga alat/indra

untuk menangkap pesan-pesan adalah pendengaran.12

Lafad ر -terdapat pada QS. al ر د yang bersanding dengan lafad أ دب

Maidah (5): 21, QS. al-Nisā’ (4) 47 dan QS. Muhammad (47): 25.

Memiliki arti berbalik ke belakang. Pada QS. al-Nisā’ (4) 47 dijelaskan

bahwa Ahli Kitab adalah pelaku yang diancam oleh Allah agar tidak

menolak kebenaran dari al-Qur’an,

أ نوابي نزان زلن نزامص د يقنزاليم نزام ع كممينق بلي آمي نزاالذيين أوتواالكيت نزاب أ ي ه ريه ي أ دب وجوهنزاف ن رده نزاع ل ى نزاأ ونن طميس

الس نزال ع ننزاأ صح نزاب ك م أ مرالليم فعولن لع ن هم و ك نزان بتي

“Wahai orang-orang yang telah diberi Kitab! Berimanlah kamu

kepada apa yang telah Kami turunkan (Al-Qur'an) yang

membenarkan Kitab yang ada pada kamu, sebelum Kami

mengubah wajah-wajah(mu), lalu Kami putar ke belakang atau

Kami laknat mereka sebagaimana Kami melaknat orang-orang

(yang berbuat maksiat) pada hari Sabat (Sabtu). Dan ketetapan

Allah pasti berlaku.” (QS. al-Nisā’ (4) 47)

ayat di atas dengan tegas menjelaskan ancaman Allah pada Ahli

Kitab yang enggan menerima kebenaran dari al-Qur’an yakni wajah

12 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jilid 7 (Ciputat: Lentera Hati, 2009),

112.

Page 73: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

59

mereka akan diputar sehingga menjadi berbalik ke belakang dan mereka

akan mendapat laknat dari Allah. Dalam memahami makna wajah,

Quraish Shihab Menukil dari Fakhruddin ar-Razi yang menjelaskan bahwa

kata wajah dapat diartikan secara majazi yakni sebagai pemuka agama

yang tadinya memiliki kekuasaan dan kehormatan, kemudian oleh Allah

diputar ke belakang menjadi tak terhormat lagi hina.13 Selanjutnya Ibnu

Kaṣir menjelaskan bahwa makna ancaman ini merupakan perumpamaan

bagi mereka yang menolak kebenaran, mengamalkan kebatilan, serta

berpaling dari jalan yang benar menuju jalan yang sesat. Mereka bagaikan

berjalan ke belakang.14

Jika pada ayat sebelumnya menjelaskan ancaman orang yang

menolak kebenaran al-Qur’an maka pada surat Muhammad (47): 25

menjelaskan sebab orang berpaling dari al-Qur’an dan berbalik ke

belakang kepada kekafiran. Sebab tersebut adalah godaan dari setan.

مالد ىالشيط نزانس ممينب عديم نزات ب ل ريهي أ دب مإينالذيين ارت دواع ل ى ل مو أ مل ى ل ول

“Sesungguhnya orang-orang yang berbalik (kepada kekafiran)

setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, setanlah yang merayu

mereka dan memanjangkan angan-angan mereka.”

Lafad ر .terdapat pada QS ي ضريب yang bersanding dengan lafad أ دب

Muhammad (47): 27 dan QS. al-Anfāl (8): 50 memiliki arti memukul

bagian belakang/punggung. Kedua ayat ini menjelaskan siksaan yang

dilakukan oleh para Malaikat saat mencabut nyawa orang kafir yakni

dengan memukul wajah dan punggung mereka. Sebagaimana yang

terdapat pada surat al-Anfāl (8): 50,

ر همو أ دب ةي ضريبون وجوه ئيك ك ف رواالم ل الذيين إيذي ت و ف ال رييقيو ل وت ر ى همو ذوقواع ذ اب

13 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jilid 2 (Ciputat: Lentera Hati, 2009),

562. 14 Ibnu Kaṡir, Lubab al-Tafsīr, Terj. M. Abdul Ghoffar, dkk. Jilid 2 (Bogor:

Pustaka Imam Syafi’I, 2004), 327.

Page 74: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

60

“Dan sekiranya kamu melihat ketika para malaikat mencabut

nyawa orang-orang yang kafir sambil memukul wajah dan punggung

mereka (dan berkata), “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar.”

e. lafad ر إيدب

Derivasi selanjutnya yang menunjukan arti belakang adalah lafad

ر ,disebutkan pada satu tempat yakni pada QS. al-Ṭūr(52): 49 إيدب

النجوميو مين ر ف س ب يحهو إيدب الليلي

“dan pada sebagian malam bertasbihlah kepada-Nya dan (juga)

pada waktu terbenamnya bintang-bintang (pada waktu fajar).”

Terbenamnya bintang pada ayat di atas maksudnya adalah di akhir

malam atau waktu sahur yakni sebelum fajar muncul saat bintang-bintang

mulai terbenam.15

f. Lafad أ دب ر

Lafad أ دب ر menunjukan arti membelakangi atau berpaling menuju ke

belakang. disebutkan pada 4 tempat, yang mana 3 tempat menjelaskan

tentang sikap orang kafir, orang munafik dan fir’aun yang dengan

kesombonganya berpaling dari kebenaran yang telah disampaikan oleh

Allah dan Rasulnya yakni pada QS. al-Ma’ārij (70): 17, QS. al-Mudaṣṣir

(74): 23, 33 dan QS. al-Nāzi’āt (79): 22. Sedangkan 1 tempat lagi pada

QS. al-Mudaṣṣir (74): 33 yang menjelaskan tentang berlalunya malam.

g. lafad مدبير

Pada bagian ini terdapat dua bentuk, pertama bentuk mufrad yakni

lafad مدبير dan kedua bentuk jama’ mudzakar salim yakni lafad مدبيريين. Kedua

15 Mahmud Muhammad at-Thanāhi, min Asrāri al-Lughah fi al-Kitab wa al-

Sunnah, Jilid 1 (Makkah: Dār al-Fath, 2008), 605.

Page 75: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

61

bentuk ini menunjukan arti orang yang lari ke belakang.

Lafad مدبير disebutkan pada 2 tempat yakni pada QS. al-Naml (27):

10 dan QS. al-Qoṣaṣ (28): 31 yang mana keduanya ayat ini menjelaskan

tentang cerita ketika nabi Musa menghadapi penyihir firaun, Allah

menyuruh nabi Musa untuk melemparkan tongkatnya. Kemudian tongkat

itu berubah menjadi ular sehingga membuat penyihir fir’aun lari ke

belakang tanpa menoleh.

Selanjutnya lafad مدبيريين disebutkan pada 6 tempat yakni pada QS. al-

Taubah (9): 25, QS. al-Anbiyā’ (21): 57, QS. al-Naml (27): 80, QS. al-

Rum (30): 52, QS. al-Ṣaffāt (37): 90, QS. Gfir (40): 33. Seluruh ayat ini

bersanding dengan lafad ولى yang menunjukan arti berpaling. Ayat-ayat

tersebut menjelaskan pelaku yang menjadi subjek keberpalingan adalah

orang kafir dan orang yang dibutakan dan tulikan oleh Allah. Tetapi hanya

pada surat al-Taubah (9): 25 yang menjadi pelaku keberpalingan adalah

orang mukmin.

ث ر ت ك ب تكم ثيري ةو ي وم حن إيذأ عج ك م و اطين في ئنزاو ض نزاق تع ل يل ق دن ص ر كمالل ي كمكمف ل مت غنيع نكمش

تممدبيريين و لي ال رضبي نزار حب ت

“Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak

medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu

yang besar itu membanggakan kamu, tetapi sama sekali tidak

berguna bagimu, dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu,

kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang.”

(QS. al-Taubah (9): 25)

Pada ayat di atas menceritakan tentang perang hunain yang mana

kemudian sebab yang membuat orang mukmin mundur lari ke belakang

dari perang adalah kesombongan. Sebagian orang mukmin saat perang

hunain membanggakan jumlah pasukan mereka karena lebih banyak dari

pada orang musyrik. Orang mukmin menjadi lupa akan tuntunan Allah

Page 76: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

62

bahwa segala kemenangan semata-mata bersumber dari Allah

sebagaimana saat perang badr. Kemudian Allah memberikan pelajaran

kepada orang mukmin dengan membuat mereka terdesak oleh serangan

orang musyrik pada awal pertempuran. Sehingga membuat orang mukmin

lari ke belakang bercerai-berai meninggalkan Rasululloh.16

Berikut ringkasan penjelasan derivasi Tadabbur yang bermakna

belakang/akhir.

Tabel 3.2 : Derivasi Tadabbur yang Bermakna Belakang/Akhir

Surat/ayat Relasi Lafad Kandungan

دبر Yūsuf (12): 25 Bersanding dengan

lafad من قد

Kisah baju gamis nabi Yūsuf

yang koyak pada bagian

belakang Yūsuf (12): 27

Yūsuf (12): 28

al-Qamar (54):

45

Bersanding dengan

lafad ي ول memiliki

arti berpaling atau

mundur ke belakang

Larangan mundur saat perang

bagi orang mukmin

al-Anfāl (8): 16 Kekalahan orang kafir

أد برAli Imrān

(3):111

Bersanding dengan

lafad ي ول memiliki

arti berpaling atau

mundur ke belakang

Jaminan Allah atas keamanan

orang muslim dari segala

gangguan orang kafir dan

munafik. Jika mereka

memerangi orang muslim

niscaya mereka akan kalah lalu

mundur ke belakang dan

kemudian mereka tidak akan

mendapat pertolongan dari

Allah.

al-Fatḥ (48): 22

al-Hasyr (59):

12

al-Anfāl (8): 15 Perintah Allah kepada orang

mukmin untuk tidak mundur

ke belakang (menyerah) saat

menghadapi serangan dari

orang kafir.

al-Ahzab (33):

15

Hanya orang munafik yang

mundur ke belakang saat

menghadapi serangan dari

16 Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jilid 5 (Ciputat: Lentera Hati,

2009), 60.

Page 77: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

63

orang kafir

al-Isra’ (17): 46 alasan orang kafir berpaling

dari kebenaran al-Qur’an

al-Maidah (5):

21

Bersanding dengan

lafad ر د memiliki

arti berbalik ke

belakang.

Seruan pada Bani Israil agar

tidak berbalik ke belakang

setelah masuk tanah palestina

al-Nisā’ (4) 47 Ahli Kitab adalah pelaku yang

diancam oleh Allah agar tidak

menolak kebenaran dari al-

Qur’an

Muhammad

(47): 25

Godaan setan adalah sebab

orang berpaling dari al-Qur’an

dan berbalik ke belakang

kepada kekafiran

Muhammad

(47): 27

Bersanding dengan

lafad ي ضريب memiliki

arti memukul bagian

belakang/punggung

siksaan yang dilakukan oleh

para Malaikat saat mencabut

nyawa orang kafir yakni

dengan memukul wajah dan

punggung mereka

al-Anfāl (8): 50

Qaf (50): 40 Akhir shalat

al-Hijr (15): 65 Kisah kaum Tsamud

إد برal-Ṭūr(52): 49 Akhir malam

أد ب رal-Ma’ārij (70):

17

Bersanding dengan

lafad ت و لsikap orang kafir, orang

munafik dan fir’aun yang

dengan kesombonganya

berpaling dari kebenaran al-Mudaṣṣir

(74): 23

Bersanding dengan

lafad است كب ر al-Nāzi’āt (79):

22

Bersanding dengan

lafad ي سع ى al-Mudaṣṣir

(74): 33

berlalunya malam

برا مد

al-Naml (27):

10

Bersanding dengan

lafad و لKisah nabi Musa menghadapi

penyihir firaun, Allah

menyuruh nabi Musa untuk

melemparkan tongkatnya.

Kemudian tongkat itu berubah

menjadi ular sehingga

membuat penyihir fir’aun lari

ke belakang tanpa menoleh.

al-Qoṣaṣ (28):

31

برين مد

Page 78: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

64

al-Anbiyā’ (21):

57

Bersanding dengan

lafad و لKisah nabi Ibrahim melakukan

tipu daya pada berhala

kaumnya.

al-Naml (27):

80

Orang yang berpaling ke

belakang (dari kebenaran)

seperti orang mati dan tuli. al-Rum (30): 52

al-Ṣaffāt (37):

90

Orang kafir yang berpaling dari

kebenaran.

Gfir (40): 33

al-Taubah (9):

25

Kisah mundurnya orang

mukmin di awal perang Hunain

sebab kesombongan mereka.

2. Bermakna Seluruh/Akar-akar

Hanya terdapat satu derivasi yang menunjukan arti seluruh/akar-

akar yakni lafad د ابير yang terdapat pada 4 tempat yaitu pada QS. al-

An’ām (6): 45, QS. al-A’rāf (7): 72, QS. al-Anfāl (8): 7 dan QS. al-Hijr

(15): 66. Pada semua ayat ini memiliki kesamaan yakni bersanding dengan

lafad قطع yang berarti dimusnahkan seluruhnya. Adapun yang menjadi

subjek pemusnahan adalah Allah. Kemudian yang menjadi objek

pemusnahan masing-masing ayat berbeda-beda yakni orang dzalim, orang

yang mendustakan ayat-ayat Allah, orang kafir dan kaum nabi Luth yang

membangkang.

Berikut ringkasan penjelasan derivasi Tadabbur yang bermakna

seluruh/akar-akar

Tabel 3.3 : Derivasi Tadabbur yang Bermakna Seluruh/Akar-Akar

Surat/ayat Relasi Kandungan

دابر al-An’ām (6): 45 Bersanding

dengan lafad

yang berarti قطيع

dimusnahkan

seluruhnya

Allah memusnahkan orang dzalim

al-A’rāf (7): 72 Allah memusnahkan orang yang

mendustakan ayat Allah

al-Anfāl (8): 7 Allah memusnahkan orang kafir

al-Hijr (15): 66 Allah memusnahkan kaum nabi

Luth yang membangkang

Page 79: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

65

3. Bermakna Mengatur

Terdapat dua derivasi yang menunjukan kata mengatur, yakni ب ير يد

dengan bentuk Fi’il Mudhāri’ dan ب ير dengan bentuk isim fā’il, yang المد

mana keduanya berasal dari satu wazan yang sama yaitu tafa’ala.

Lafad ب ير :disebutkan pada 4 tempat yakni pada QS. Yunūs (10) يد

3, QS. Yunūs (10): 31, QS. al-Ra’d (13): 2, QS. As-Sajdah (32): 5. Semua

ayat ini menjelaskan bahwa Allah-lah yang mengatur segala urusan baik di

langit dan di bumi. Sebagai contoh penulis mengambil surat al-Ra’d (13):

2,

و ع ل ىالع رشي است و ى نزا دت ر ون ه بيغ رييع م الذيير ف ع السم نزاو اتي رييلي ج الل كل و الق م ر الشمس لس ر ل ع لكمبيليق نزاءير تي لالي ي ف ص ي ب يرال مر ب يكمتوقينون مس مىيد

“Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang

kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia

menundukkan matahari dan bulan; masing-masing beredar

menurut waktu yang telah ditentukan. Dia mengatur urusan, dan

menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), agar kamu yakin akan

pertemuan dengan Tuhanmu.”

Imam Zamakhsyari dan Abu Su’ud dalam kitab tafsinya memaknai

lafad ‘amr¸ yakni objek perkara yang diatur oleh Alloh mencakup seluruh

urusan mahluk, urusan alam malakut dan urusan ketuhanan. Abu Su’ud

menambahkan pengaturan Allah di sini berdasarkan asas kemanfaatan dan

kemaslahatan.17 Sehingga segala sesuatu yang diatur oleh Alloh tidak ada

yang sia-sia.

Beberapa ayat yang menyebutkan lafadz ب ير pada bagian akhir يد

ayat terdapat penekanan yang berbeda-beda. Pada akhir surat al-Ra’d (13):

17 Muhammad bin Umar az-Zamakhsyari, Tafsir al-Kasyaf (Beirut: Dār al-

Ma’rifah, 2009) 533., Abi Su’ud, Irsyadu al-Aqli as-Salīm, Jilid 5 (Beirut: Dār Ihya’ at-

Turats al-‘Arabi) 2.

Page 80: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

66

2 Allah menekankan bahwa dari keagungaNya mengatur segala urusan

yang ada di bumi dan di langit bertujuan agar manusia yakin akan

kedatatangan hari akhir, yakni hari dipertemukanya manusia dengan

Allah. Selanjutnya pada akhir surat Yunūs (10): 3, setelah menunjukan

bahwa Allah lah yang menciptakan langit dan bumi, kemudian Allah

memerintah manusia agar senantiasa mengambil pelajaran. Terakhir pada

surat Yunūs (10): 31, di bagian akhir ayat Allah memperingatkan agar

manusia bertakwa kepada-Nya. Beberapa penekanan tersebut yakni

keyakinan pada hari Qiyamat, senantiasa mengambil pelajaran dan taqwa

merupakan implikasi bagi manusia setelah mengetahui bahwa Allah Maha

mengatur segala sesuatu.

Derivasi selanjutnya yang menyebutkan kata mengatur adalah

lafad ب ير ,yang terdapat pada surat al-Nāzi’āt (79): 5 المد

أ مرا ب ير اتي ف نزالمد “dan (malaikat) yang mengatur urusan (dunia).”

Ibu Su’ud dalam kitab tafsirnya menjelaskan subjek pengatur pada

ayat ini adalah malaikat yang telah dibagi oleh Allah pada kelompok

tertentu seperti untuk mencabut ruh dari jasad manusia.18 Qurais Shihab

memberikan komentar dalam urusan mengatur alam semesta, Allah

mempunyai malaikat yang ditugaskan sebagai perantara yang membawa

sebab-sebab dari wujudnya sesuatu sebelum sebab sebab material yang

biasa diketahui, dengan demikian malaikat adalah perantara Allah dengan

sesuatu yang lain. Hakikat ini terbaca dengan jelas dalam ayat-ayat al-

Qur'an. Dalam hal kematian, misalnya, peranan mereka sangat jelas.19

Meskipun dijelaskan malaikat sebagai perantara pengatur segala

18 Abi Su’ud, Irsyadu al-Aqli as-Salīm, Jilid 9 (Beirut: Dār Ihya’ at-Turats al-

‘Arabi) 95. 19 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jilid 15 (Ciputat: Lentera Hati, 2009),

41.

Page 81: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

67

urusan, hal ini sama sekali tidak bertentangan dengan kuasa Allah yang

mutlak dan satu-satunya dalam mengatur serta menetapkan segala urusan.

Ini dapat diumpamakan sebagaimana saat kita memotong roti

menggunakan pisau. Dapat dikatakan bahwa yang memotong adalah

pisau. Sebenarnya sebab di balik pisau itu adalah tangan yang memegang

pisau. Selanjutnya pisau bergerak karena bergeraknya tangan.

Bergeraknya tangan karena sesuai perintah otak untuk memotong. Tetapi,

pergerakan manusia dan perintah otak itu diarahkan oleh malaikat, lalu

malaikat diarahkan oleh Allah.

Berikut ringkasan penjelasan derivasi Tadabbur yang bermakna

mengatur.

Tabel 3.4 : Derivasi Tadabbur yang Bermakna Mengatur

Ayat Relasi Kandungan

يدب رYunūs (10): 3 Subjeknya الل,

objeknya ال مر, akhir

ayat ت ذ كرون

Pada kekuasaan Allah mengatur

segala sesuatu agar manusia

senantiasa mengambil pelajaran

Yunūs (10): 31 Subjeknya الل, objeknya ال مر, akhir

ayat ت ت قون

Pada kekuasaan Allah mengatur

segala sesuatu agar manusia

bertakwa

al-Ra’d (13): 2 Subjeknya الل, objeknya ال مر, akhir

ayat توقينون

Pada kekuasaan Allah mengatur

segala sesuatu agar manusia

yakin akan kedatatangan hari

akhir

As-Sajdah

(32): 5 Subjeknya الل, objeknya ال مر, akhir

ayat ت عدون

Pada kekuasaan Allah mengatur

segala sesuatu agar manusia

mengerti lemahnya perhitungan

mereka

مدب راتal-Nāzi’āt

(79): 5

Subjeknya

Malaikat, objeknya

,ال مر

Malaikat yang mengatur urusan

4. Bermakna Memikirkan/Merenung

Page 82: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

68

Terdapat dua bentuk derivasi yang secara khusus merujuk pada

makna memikirkan/merenung. Dua bentuk tersebut adalah ب ر ب ر dan ي ت د . ي د

Masing-masing dari keduanya disebutkan pada 2 tempat. Lafad ب ر ي ت د

disebutkan pada surat Al-Nisā’ (4): 82 dan surat Muhammad (47): 24,

sedangkan lafad ب ر disebutkan pada surat al-Mu’minūn (23): 68 dan ي د

surat Ṣad (38): 29.

Untuk bentuk lafad ب ر dalam kitab tafsir Jalalain dijelaskan ي د

bahwa bentuk asalnya adalah ب ر yang huruf ta’-nya diidghomkan pada ي ت د

huruf dal.20 Penjelasan tersebut sesuai dengan yang terdapat pada kitab

tafsir al-Bahrul al-Muhith, pada lafad ب ر ب ر asalnya ي د -yang huruf ya ي ت د

nya yang dihilangkan dan huruf dal ditasydid.21 Jadi dapat disimpulkan

bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan antara bentuk lafad ب ر ب ر dan ي ت د , ي د

artinya kedua lafad tersebut adalah sama.

Selain kesamaan bentuk lafad, terdapat kesamaan pula pada

kandungan semua ayat yang menyebutkan lafad ب ر ب ر dan ي ت د yakni ي د

menjelaskan tentang seruan Allah pada manusia untuk melakukan

pentadabburan (perenungan/memikirkan). Namun terdapat perbedaan

pada penyebutan objek yang menjadi sasaran pentadabburan.

Pada surat al-Mu’minūn (23): 68 yang menjadi objek

pentadabburan adalah lafad الق ول kemudian pada surat Ṣad (38): 29 objek

pentadabburan adalah lafad تيهي Kedua ayat ini turun pada periode . آي

makkah.

20 Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuṭi, Tafsir al-Jalalain (Dār Ibnu

Kaṡir), 346. 21 Abu Hayyan, al-Bahrul al-Muhith, Jilid 7 (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah,

2010), 279.

Page 83: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

69

Ayat selanjutnya pada surat al-Nisā’ (4): 82 dan surat Muhammad

(47): 24 yang keduanya turun pada periode Madinah, yang menjadi objek

penTadabburan adalah lafad القرآن .

Berikut ringkasan penjelasan derivasi Tadabbur yang bermakna

memikirkan/merenung.

Tabel 3.5 : Derivasi Tadabbur yang Bermakna Memikirkan/Merenung

Ayat Relasi Kandungan

ب روا يد al-Mu’minūn

(23): 68 Objeknya الق ول Seruan Allah pada manusia untuk

melakukan penTadabburan

(perenungan/memikirkan) Ṣad (38): 29 Objeknya تيهي آي

ي تدب رون

Al-Nisā’ (4):

82 Objeknya القرآن Seruan Allah pada manusia untuk

melakukan penTadabburan

(perenungan/memikirkan) Muhammad

(47): 24

Derivasi ب ر ب ر dan ي ت د merupakan bentuk derivasi yang menjadi ي د

kunci dari pembahasan tentang Tadabbur dalam al-Qur’an. Untuk

penjelasan detail mengenai penafsiranya akan diulas pada sub bab

selanjutnya.

D. Tadabbur dalam Kitab Tafsir

Pada sub bab ini penulis akan menyuguhkan beberapa penafsiran

para ulama’ terkait ayat-ayat yang secara jelas menyebutkan kata

Tadabbur dalam al-Qur’an yakni pada surat al-Mu’minūn (23): 68, surat

Ṣad (38): 29, Al-Nisā’ (4): 82 dan surat Muhammad (47): 24. Penulis

akan menyebutkan penafsiran para ulama’ dalam kitab mereka yang

mewakili pada dua periode yaitu periode klasik-pertengahan (Abad 3-9

Page 84: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

70

H/9-15 M)22 dan periode modern-kontemporer (Abad 12-14 H/18-21 M)23.

Hal ini bertujuan untuk menemukan seberapa variatif makna Tadabbur

yang dihasilkan oleh ijtihad penafsiran para ulama’ pada rentang waktu

tertentu.24

Terlebih dahulu penulis akan mengurutkan ayat-ayat yang

menyebutkan kata Tadabbur berdasarkan tempat turunnya (Makkiyah dan

Madaniyah). Adapun urutan sesuai dengan tempat turunya adalah surat

Ṣad (38): 29, al-Mu’minūn (23): 68, Al-Nisā’ (4): 82 dan Muhammad

(47): 2425. Kemudian penulis akan menyebutkan asbāb al-nuzūl26 masing-

masing ayat (jika ditemukan) untuk mengetahui kondisi sosio-historis saat

ayat diturunkan. Berikut ini adalah penafsirannya :

1. Surat Ṣad (38): 29

أولوال لب نزابي تيهيو ليي ت ذ كر ب رواآي مب نزار كليي د كيت نزابأ ن ز لن نزاهإيل يك “Kitab (al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah

agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang

berakal sehat mendapat pelajaran.”

Ayat ini merupakan ayat yang turun pada periode Makkiyah. Tema

kandungan ayat ini merupakan rangkain dari ayat 27 sampai 29 yang

menjelaskan tentang kepastian hari kebangkitan dan keadilan di hari

kiamat.27 Penulis tidak menemukan informasi tentang asbāb al-nuzūl pada

ayat ini. Objek atau sasaran ayat ini adalah orang muslim periode Makkah.

22 Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an (Yogyakarta : Idea

Press, 2016), 89. 23 Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an,145. 24 Penyuguhan penafsiran para ulama’ ini juga akan membantu mempermudah

analisa makna pasca qur’anik pada bab IV. 25 Untuk lebih jelasnya lihat Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’an

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2013), 65-69. 26 asbāb al-nuzūl adalah pengetahuan tentang sebab-sebab diturukannya ayat.

Lihat lihat Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm ak-Qur’an, 77. 27 Riqza Ahmad, al-Qur’an & Ulum al-Qur’an MindMap (Kudus: PT. Buya

Barakah, 2019), 53.

Page 85: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

71

Menurut Muqātil bin Sulaimān (702-767 M) maksud dari آي ب روا تيهيليي د

yakni agar mereka (orang-orang muslim) mendengarkan ayat-ayat al-

Qur’an. Kemudia objek dari ليي ت ذ كر adalah kandungan nasihat-nasihat di

dalam al-Qur’an, sedangkan maksud dari ال لب نزابي adalah ahli hati dan أولو

logika.28

Abī Ja’far bin Jarīr at-Ṭabarī (839-923 M) menjelaskan bahwa ayat

ini merupakan seruan untuk orang muslim agar mengahayati hujah Allah

dan apa yang disyariatkan oleh Allah sehingga mereka bisa mengambil

nasehat dan pengetahuan darinya. Kemudian at-Ṭabarī menyebutkan

perbedaan qiraah : pada umumnya dibaca بروا dengan Ya’, yang ليي د

mengimplikasikan makna seseorang dari qaum yang nabi Muhammad

diutus pada mereka supaya mereka mau menghayati al-Qur’an. Sedangkan

Abu Ja’far dan Āṣim membaca : آيته بروا dengan Ta’, yang ليت د

mengimplikasikan makna eangkau (Muhammad) agar mengahayati al-

Qur’an dan mereka mengikutimu.29

Mengenai bentuk asal dari ب روا -Muhammad bin Umar al , ليي د

Zamakhsyarī (1075-1144 M) menjelaskan bahwa asalnya adalah ب روا ي ت د

sedangkan bentuk ب روا berfungsi untuk mengkhitobi seseorang.30 ي د

Pendapat ini juga sama sebagimana yang disampaikan Abdullah bin Umar

al-Baiḍāwī (w. 1286 M) dalam kitab tafsirnya, akan tetapi al-Baiḍāwī

memberi penjelasan bahwa bentuk ب روا adalah untuk mengkhitobi nabi ي د

28 Muqātil bin Sulaimān, Tafsīr Muqātil bin Sulaimān, jilid 3 (Beirut: Mu’asisah

at-Tārīkh al-‘Arabī, 2002), 643; pada ayat ini dalam mendefinisikan tadabbur Muqātil

menggunakan redaksi يسمع (yasma’u), teks lengkapnya dapat dilihat pada lampiran III. 29 Abī Ja’far bin Jarīr at-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta’wīl ‘ay al-Qur’an, jilid

20 (Jizah: Dār Hijr, 2001), 79. 30 Muhammad bin Umar al-Zamakhsyarī, al-Kasyāf, jilid 5 (Riyad: Maktabah al-

‘Abīkān, 1998), 262.

Page 86: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

72

Muhammad dan Ulama’ dari umatnya.31

Selanjutnya al-Zamakhsyarī menjelaskan اليت adalah تدبر

mencurahkan pemikiran dan meneliti pada ayat-ayat al-Qur’an sehingga

dapat mengantarkan kepada pemahaman takwil yang benar dan makna-

makna yang baik dari dzahirnya ayat, sebab sesorang yang hanya puas

dengan dzahirnya ayat maka tidak bisa membuka manfaat yang banyak.32

Hal senada tentang pentingnya memahami apa yang terkandung dibalik

dzahirnya ayat juga disampaikan al-Baiḍāwī dalam kitab tafsirnya.33

Sebagai pakar bahasa yang telah menulis karya tafsir dengan corak

balāgī34, Abu Hayyān (1256-1344 M) memberikan penjelasan mengenai

perbedaan bacaan dari redaksi تيهي آي ب روا ب روا Jumhur dan ‘Ali membaca . ليي د ليي د

dengan ditasydid huruf dal-nya, bentuk asalnya adalah ب روالي ي ت د , sedangkan

Abu Ja’far dan ‘Āṣim membaca ب روا dengan dua huruf ta’ dan huruf dal ليت ت د

tanpa ditasydid, kemudian salah satu dari dua huruf ta’ dibuang (tidak

disebutkan apakah ta’ muḍāra’ah atau ta’ setelahnya) sehingga asalnya

dibaca ب روالي ي ت د . Selanjutnya Abu Hayyān menjelaskan tentang arti

penyebutan التدبر yakni memikirkan tentang ayat-ayat al-Qu’an dan juga

menelitinya dengan penuh pertimbangan terhadap segala

akibat/konsekuensi yang muncul. Kemudian arti penyebutan التذكر adalah

31 Abdullah bin Umar al-Baiḍāwī, Tafsīr al-Baiḍāwī, jilid 5 (Beirut: Dār Iḥya’

al-Turāt al-‘Arabī, 1998), 28., Lihat juga Abu Su’ūd, Tafsir Abu Su’ūd, jilid 7 (Beirut:

Dār Iḥya’ al-Turāt al-‘Arābī), 224., Muhammad al-ṭāhir ibnu ‘Āsyūr, Tafsīr al-Taḥrīr wa

al-Tanwīr, jilid 23 (Tunisia: Dār al-Tūnisiyah, 1984), 252. 32 Muhammad bin Umar al-Zamakhsyarī, al-Kasyāf, 262; pada ayat ini dalam

mendefinisikan tadabbur al-Zamakhsyarī menggunakan redaksi ملالتفكر والتأ (tafakkaru

dan ta’amalu), teks lengkapnya dapat dilihat pada lampiran III. 33 Abdullah bin Umar al-Baiḍāwī, Tafsīr al-Baiḍāwī, 28.; al-Baiḍāwī dalam

mendefinisikan tadabbur pada ayat ini menggunakan redaksi التفكر (tafakkaru), teks

lengkapnya dapat dilihat pada lampiran III. 34 Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir (Depok: Lingkar Studi al-

Qur’an, 2013), 115.

Page 87: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

73

ditujukan kepada orang yang berakal sebab akal merupakan sarana untuk

menunjukan pada kebenaran.35

Burhān al-Dīn al-Baqā’ī (w. 1480 M) menjelaskan maksud ayat ini

adalah seruan kepada orang muslim supaya mereka memperhatikan

akibat/konsekuensi dari setiap ayat dan juga memperhatikan pada makna-

makna batinnya, yang mana makna batin tersebut hanya bisa dirasakan

melalui penelitian yang mendalam pada dzahir ayat36. Abu Su’ūd (w.

1579) memberi penjelasan yang sama bahwa ayat ini diturunkan agar

orang muslim memikirkan ayat-ayat al-Qur’an terutama ayat-ayat yang

menjelaskan tentang rahasia penciptaan alam semesta dan rahasia

pensyariatan sehingga mereka mengetahui apa yang ada di balik dzahir

ayat seperti makna yang layak dan ta’wil yang tepat.37

Wahbah bin Musṭafā al-Zuḥaili (1932-2015 M) menjelaskan

maksud dari ليدبروا adalah agar orang muslim memikirkan dan

memperhatikan makna-makna ayat al-Qur’an. Kemudian beliau

menembahkan keterangan, Sesungguhnya jalan kebahagiaan yang abadi

ialah mengikuti al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk

dan rahmat bagi orang mukmin. Merupakan sebuah keberuntungan bagi

yang mengikuti al-Qur’an. Sesungguhnya Allah menurunkan al-Qur’an

pada manusia untuk ditadabburi dan difikirkan makna-maknanya,

bukanya hanya dibaca saja tanpa ditadabburi.38

35 Abī Hayyān, al-Baḥr al-Muḥīṭ, jilid 7 (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah,

1993), 379. 36 Burhān al-dīn al-Baqā’ī, Nażmu al-Durar fī Tanāsubi al-Ayāt wa as-Suwar,

Jilid 16 (Kairo: Dār al-Kitāb al-Islāmī), 376.: al-Baqā’ī dalam mendefinisikan tadabbur

pada ayat ini menggunakan redaksi نظر (nażara), teks lengkapnya dapat dilihat pada

lampiran III. 37 Abu Su’ūd, Tafsir Abu Su’ūd, jilid 1 (Beirut: Dār Iḥya’ al-Turāt al-‘Arābī),

207. 38 Wahbah al-Zuḥailī, al-Tafsīr al-Munīr, jilid 12 (Damaskus: Dār al-Fikr,

2009), 210.

Page 88: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

74

2. Surat al-Mu’minūn (23): 68

ء همال ولي آب نزاء همم نزال ي تي أ مج ب رواالق ول أ ف ل مي د

“Maka tidakkah mereka menghayati firman (Allah), atau adakah

telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada

nenek moyang mereka terdahulu?”

Ayat ini turun pada periode Makkiyah. Pada rangkaian dari ayat 63

sampai ayat 77 menjelaskan tema tentang sifat-sifat orang kafir dan

perilakunya serta ancaman bagi mereka.39 Mengenai asbāb al-nuzūl pada

ayat ini penulis belum menemukan informasi tentangnya. Objek atau

sasaran ayat ini adalah kaum kafir/musyrik periode Makkah.

Menurut Muqātil bin Sulaimān (702-767 M) maksud dari ب رو ي د اأ ف ل م

-adalah apakah mereka yakni orang musyrik tidak mendengarkan al الق ول

Qur’an.40 Abī Ja’far bin Jarīr at-Ṭabarī (839-923 M) memberi keterangan

pada ayat ini bahwa Apakah orang-orang musyrik itu tidak menghayati

firman Allah sehingga mereka mengetahui penjelasanya dan memahami

hujah/otoritas Allah kepada mereka.41

Selanjutnya Muhammad bin Umar al-Zamakhsyarī (1075-1144 M)

menjelaskan maksud redaksi القول adalah al-Qur’an. Makna ayat ini adalah

tidakkah mereka menghayati al-Qur'an supaya mereka mengetahui

sesungguhnya al-Qur’an adalah kebenaran yang nyata lalu mereka

membenarkan al-Qur’an dan Nabi SAW., tetapi (telah datang kepada

mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka)

39 Riqza Ahmad, al-Qur’an & Ulum al-Qur’an MindMap (Kudus: PT. Buya

Barakah, 2019), 33. 40 Muqātil bin Sulaimān, Tafsīr Muqātil bin Sulaimān, jilid 3, 161; pada ayat ini

dalam mendefinisikan tadabbur Muqātil menggunakan redaksi يسمع (yasma’u), teks

lengkapnya dapat dilihat pada lampiran III. 41 Abī Ja’far bin Jarīr at-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta’wīl ‘ay al-Qur’an, jilid

17, 86.

Page 89: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

75

sehingga mereka ingkar dan mengenyampingkan al-Qur’an.42 Abdullah

bin Umar al-Baiḍāwī (w. 1286 M) juga memaknai القول dengan al-Qur’an,

beliau menambahkan bahwa tujuan dari teguran Allah kepada kaum

musyrik untuk menghayati al-Qur’an adalah agar mereka mengetahui

melalui kemu’jizatan lafadnya dan kejelasan maknanya bahwa al-Qur’an

itu merupakan kebenaran dari Allah.43 Penjelasan ini juga senada dengan

keterangan dari Abu Hayyān (1256-1344 M).44

Burhān al-dīn al-Baqā’ī (w. 1480 M) menjelaskan ayat ini

ditujukan pada prang musyrik agar mereka memperhatikan kesudahan dan

akibat dari segala sesuatu, meskipun perhatian mereka tidak sampai

maksimal. Perhatian ini diperlukan supaya mereka mengetahui

sesungguhnya ungkapan itu patut diterima dan ungkapan itu merupakan

ungkapan yang ingdah. Pada ayat ini menggunakan redaksi القول

(ungkapan) sebagai objek dari pentadabburan boleh jadi itu adalah isyarat

bagi sesesorang yang tidak mau menerimanya ia bukanlah termasuk orang

yang faham, justru ia adalah bagaikan hewan ternak.45

Selanjutnya, Muhammad al-ṭāhir ibnu ‘Āsyūr (1879-1973 M)

memberi keterangan apabila orang musyrik menghayati al-Qur’an maka

mereka akan mengetahui bahwa al-Qur’an merupakan suatu kebenaran

yang nampak dari kemukjizatanya dan keindahanya. Namun mereka terus

keras kepala sebab mereka enggan menghayati al-Qur’an. Hal demikian

merupakan salah satu penyakit yang merusak mereka sehingga mereka

terjebak dalam kekufuran.46

42 Muhammad bin Umar al-Zamakhsyarī, al-Kasyāf, jilid 4, 239. 43 Abdullah bin Umar al-Baiḍāwī, Tafsīr al-Baiḍāwī, jilid 4, 91. 44 Abī Hayyān, al-Baḥr al-Muḥīṭ, jilid 6, 381.; 45 Burhān al-dīn al-Baqā’ī, Nażmu al-Durar fī Tanāsubi al-Ayāt wa as-Suwar,

Jilid 13, 164. 46 Muhammad al-ṭāhir ibnu ‘Āsyūr, Tafsīr al-Taḥrīr wa al-Tanwīr, jilid 18, 87.

Page 90: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

76

3. Al-Nisā’ (4): 82

ف ك نزان مينعينديغ رييالليل و ج دوافييهياختيل ب رون القرآن و ل و ي ت د ثيريانزاأ ف ل ك

“Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur'an?

Sekiranya (Al-Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka

menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.”

Ayat ini merupakan ayat yang turun pada periode Madinah. Tema

kandungan ayat ini merupakan rangkain dari ayat 71 sampai 84 yang

menjelaskan tentang norma-norma jihad dan posisi orang munafik dalam

jihad.47 Objek atau sasaran ayat ini adalah orang munafik. Mengenai

asbāb al-nuzūl pada ayat ini Penulis menemukan informasi dari riwayat

dari Muqātil yang terdapat dalam kitab Tafsir al-Munīr. Muqātil

mengatakan: “sesungguhnya nabi bersabda, “barang siapa cinta padaku

maka sungguh ia juga cinta pada Allah, dan barang siapa taat padaku

maka sungguh ia juga taat pada Allah”, kemudian orang munafik berkata

“adakah yang mendengarkan ucapan laki-laki ini? Sungguh ia melarang

kami menyembah selain Allah, ia menghendaki kami menjadikanya

sebagai tuhan sebagaimana kaum nasrani menjadikan isa tuhan”. Maka

kemudian turunlah ayat ini.48

Muqātil bin Sulaimān (702-767 M) menjelaskan maksud dari أ ف ل

ب رون -adalah apakah mereka (orang munafik) tidak mendengarkan al ي ت د

Qur’an.49

Abī Ja’far bin Jarīr at-Ṭabarī (839-923 M) menjelaskan makna dari

firman Allah أفليتدبرونالقرآن( ) ialah apakah orang munafik tidak merenungi

47 Riqza Ahmad, al-Qur’an & Ulum al-Qur’an MindMap, 8. 48 Wahbah al-Zuḥailī, al-Tafsīr al-Munīr, jilid 3, 177. 49 Muqātil bin Sulaimān, Tafsīr Muqātil bin Sulaimān, jilid 1, 392.; pada ayat

ini dalam mendefinisikan tadabbur Muqātil menggunakan redaksi يسمع (yasma’u), teks

lengkapnya dapat dilihat pada lampiran III.

Page 91: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

77

terhadap apa yang nabi Muhammad sampaikan, yakni kitab Allah. Jika

saja mereka merenunginya maka mereka akan mengerti otoritas Allah atas

mereka yakni untuk taat kepada nabi Muhammad dan mengikuti

perintahnya. Sesungguhnya al-Qur’an yang Allah turunkan kepada mereka

mengandung kesempurnaan makna, keselarasan hukum, saling

menguatkan kebenaran, saling menguji satu kepada yang lain. Maka

sesungguhnya jika semua itu bukan dari sisi Allah maka hukum-hukum

tersebut akan rusak, makna-makna akan saling bertentangan, dan akan

saling memaparkan kerusakan satu sama lain. Kemudian at-Ṭabarī

menuqil riwayat dari Yahya bin Abī ṭhālib, dia berkata: Yazid bercerita

padaku, dia berkata : Juwaibir mengabarkanku dari ḍaḥāka, ia mengatakan

yakni Tadabbur adalah memperhatikan dibaliknya.50 )أفليتدبرونالقرآن( :

Muhammad bin Umar al-Zamakhsyarī (1075-1144 M)

memberikan penjelasan mengenai pengertian Tadabbur dalam ayat ini.

Menurutnya المر adalah meneliti dan mempertimbangkan apa yang تدبر

terdapat di balik sesuatu dan mempertimbangkan konsekuensi dan

kesudahan yang muncul darinya. Dalam perkembangannya kemudian

lafad Tadabbur digunakan dalam istilah أتمل (Ta’ammul) yakni penelitian.

Makna dari Tadabbur al-Quran adalah meneliti makna-maknanya dan

melihat sesuatu (yang terkandung) di dalamnya.51 Abu Su’ūd (w. 1579 )

50 Abī Ja’far bin Jarīr at-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta’wīl ‘ay al-Qur’an, jilid

7, 252.; pada ayat ini dalam mendefinisikan tadabbur at-Ṭabarī menggunakan redaksi نظر

(nażara) yang dinukil dari riwayat Yahya bin Abī ṭhālib. Teks lengkapnya dapat dilihat

pada lampiran III. 51 Muhammad bin Umar al-Zamakhsyarī, al-Kasyāf, jilid 2, 115.; al-

Zamakhsyarī dalam mendefinisikan tadabbur pada ayat ini menggunakan redaksi dan نظر

(nażara) kemudian difungsikan untuk istilah تأمل (ta’ammul) yang mana penjelasan ini

sama dengan yang disampaikan Abī Hayyān, al-Syaukānī dan al-Marāgī. Lihat Abī

Hayyān, al-Baḥr al-Muḥīṭ, jilid 3, 315., Muḥammad bin Alī al-Syaukānī, Fathu al-Qadīr

(Beirut: Dār al-Ma’rifah), 314., Aḥmad bin Musṭafā al-Marāgī, Tafsīr al-Marāgī, jilid 5

(Mesir: Maktabah wa Maṭba’ah Miṣr, 1942), 102. Teks lengkapnya dapat dilihat pada

lampiran III.

Page 92: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

78

memberikan definisi yang berbeda bahwa Tadabbur artinya adalah

meneliti dan mempertimbangkan apa yang terdapat dibalik sesuatu dan

konsekuensi apa yang muncul darinya. Kemudian pada perkembanganya

lafad Tadabbur itu digunakan dalam setiap تفکر (tafakkur) dan نظر

(nażara).52

Muḥammad ibn Umar Fakhr al-Dīn al-Rāzī (1149-1210 M)

menjelaskan kandungan ayat ini yakni menceritakan tentang macam-

macam tipu daya dan kelicikan orang munafik, itu semua karena mereka

tidak meyakini bahwa al-Qur’an adalah risalah yang benar. Mereka

meyakini bahwa al-Qur’an itu mengada-ada dan kebohongan belaka.

Maka teguran Allah jelas kepada mereka untuk mempertimbangkan dan

memikirkan petunjuk tentang kebenaran atas kenabian Muhammad.

Kemudian al-Rāzī memberikan definisi tentang Tadabbur yakni روالتدب ريالتدب

adalah istilah untuk mempertimbangkan konsekuensi dan akhir sesuatu.

Sebagaimana ungkapan: “sampai dimana mereka menghayati batang

sesuatu telah berakhir kemunculanya”, dan ungkapan yang fasih : “jika

aku berhadapan dengan urusan yang dibelakangku, artinya jika aku

mengetahui sesuatu aku mengetahui pula akibat-akibatnya”.53

Abd al-raḥman bin Muḥammad al- Ṡaālabī (1384-1471 M)

memberikan komentar tentang pengertian Tadabbur yakni memperhatikan

konsekuensi sesuatu dan penjelasan/kesudahan sesuatu. Definisi ini

tercakup dalam firman Allah القرآن يتدبرون ()أفل , ini merupakn perintah

memperhatikan dan mengambil petunjuk kemudian memahami Allah

dengan hujah yang tepat, yakni jika ini berasal dari ucapan manusia maka

52 Abu Su’ūd, Tafsir Abu Su’ūd, jilid 1 (Beirut: Dār Iḥya’ al-Turāt al-‘Arābī),

207. 53 Muḥammad ibn Umar Fakhr al-Dīn al-Rāzī, Mafātih al-Gaīb, jilid 10 (Beirut:

Dār al-Fikr, 1981), 202.; al-Rāzī dalam mendefinisikan tadabbur pada ayat ini

menggunakan redaksi نظر (nażara). Teks lengkapnya dapat dilihat pada lampiran III.

Page 93: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

79

di dalamnya akan ditemukan kontradiksi dan pertentangan yang tidak

mungkin dikumpulkan. Akan tetapi al-Qur’an merupakan kalam dari yang

Maha Luas dan Maha Suci.54

Selanjutnya, Muhammad al-ṭāhir ibnu ‘Āsyūr (1879-1973 M)

memberikan penjelasan yang cukup panjang mengenai Tadabbur. Beliau

berpendapat kata التدبر merupakan bentukan dari lafadz الدبر, yaitu belakang.

Ahli bahasa menarik dari kata بر secara hakiki. Mereka (belakang) الد

mengatakan :تدب ر ketika memperhatikan di balik suatu hal, yakni di balik

ketidakadaannya, atau akibat darinya. تدب ر termasuk fi'il yang musytaq

(berasal) dari isim jamid (isim yang tidak terbentuk dari kata lain). التدبر

mutaadi (membutuhkan pada objek) kepada apa yang ditadabburi,

dikatakan " المر تدب ر " yakni memperhatikan sesuatu. Kemudian beliau

menjelaskan القرآن mengandung dua makna, yang pertama يتدبرون

mengandung makna meneliti petunjuk ayat secara rinci yang menuntun

umat muslim untuk mencapai maksud tersebut, dengan kata lain

mentadabburinya secara rinci. Yang kedua mentadabburi al-Qur'an dari

segi bahasanya bahwa ia benar datang dari Allah dan yang menbawanya

adalah seorang yang jujur. Dalam konteks ayat ini makna Tadabbur yang

pertama lebih unggul, yaitu jika merenungi dan mentadabburi petunjuk

al-Qur'an maka mereka akan mendapat kebaikan besar. Kedua makna

tersebut sesuai dengan kondisi mereka, namun makna awal lebih sesuai

dengan konteks ayat tersebut.55

54 Abd al-raḥman bin Muḥammad al-Ṡa’ālabī, Tafsīr al-Ṡa’ālabī, jilid 2 (Beirut:

Dār ‘Iḥyā’ al-Turāṣal-‘Arabī, 1998), 268.; al- Ṡa’ālabī dalam mendefinisikan tadabbur

pada ayat ini menggunakan redaksi نظر (nażara). Teks lengkapnya dapat dilihat pada

lampiran III. 55 Muhammad al-ṭāhir ibnu ‘Āsyūr, Tafsīr al-Taḥrīr wa al-Tanwīr, jilid 5, 137.

Page 94: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

80

4. Surat Muhammad (47): 24

ق لوبأ ق ف نزال ب رون القرآن أ مع ل ى ي ت د نزاأ ف ل “Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur'an ataukah hati

mereka sudah terkunci?”

Ayat ini merupakan ayat yang turun pada periode Madinah. Tema

kandungan ayat ini merupakan rangkain dari ayat 20 sampai 34 yang

menjelaskan tentang prilaku orang munafik dan akibatnya serta cobaan

bagi para mujahidin.56 Penulis tidak menemukan informasi tentang asbāb

al-nuzūl pada ayat ini. Objek atau sasaran ayat ini adalah orang munafik.

Sebagaimana dengan ayat-ayat sebelumnya Muqātil bin Sulaimān

(702-767 M) menjelaskan lafad القرآن ب رون ي ت د dengan penjelasan apakah أ ف ل

orang munafik itu tidak mendengarkan al-Qur’an.57

Abī Ja’far bin Jarīr at-Ṭabarī (839-923 M) memberikan penjelasan

apakah orang-orang munafik itu tidak menghayati nasihat-nasihat Allah di

dalam al-Qur’an yang telah diturunkan kepada nabi SAW. dan

memikirkan hujah-hujah dalam al-Qur’an yang telah dijelaskan pada

mereka saat al-Qur’an diturunkan. Sehingga mereka mengetahui kesalahan

mereka. Kemudian at-Ṭabarī mengutip riwayat dari Basyar, ia berkata:

telah bercerita Yazid, ia berkata: telah bercerita Sa’īd, dari Qatādah:

(tidakkah mereka menghayati al-Qur'an ataukah hati mereka sudah

terkunci?) demi Allah, di dalam al-Qur’an mereka akan mendapatkan

ancaman berbuat maksiat kepada Allah, jika saja mereka memperhatikan

dan memahaminya, tetapi sayangnya mereka justru mengambil yang

samar, sehingga mereka malah binasa.58

56 Riqza Ahmad, al-Qur’an & Ulum al-Qur’an MindMap, 65. 57 Muqātil bin Sulaimān, Tafsīr Muqātil bin Sulaimān, jilid 4, 49.; pada ayat ini

dalam mendefinisikan tadabbur Muqātil menggunakan redaksi يسمع (yasma’u). Teks

lengkapnya dapat dilihat pada lampiran III. 58 Abī Ja’far bin Jarīr at-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta’wīl ‘ay al-Qur’an, jilid

Page 95: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

81

Muhammad bin Umar al-Zamakhsyarī (1075-1144 M)

menjelaskan maksud dari القرآن أ ف ل ب رون ي ت د yakni apakah mereka enggan

menghayati al-Qur’an untuk menelaah nasehat-nasehat, peringatan-

peringatan dan ancaman maksiat yang terkandung di dalamnya sehingga

orang munafik tidak berani lagi bermaksiat. kemudian maksud dari ع أ م ل ى

أ ق ف نزال نزا yang (am) أم yakni lafad (?ataukah hati mereka sudah terkunci) ق لوب

bermakna بل (bal) dan adanya hamzah taqrir sebagai catatan bahwa hati

mereka tertutup sehingga dzikir tidak bisa menjangkau hati mereka.59

Selanjutnya Aḥmad bin Musṭafā al-Marāgī (1883-1952 M)

memberikan keterangan tentang maksud dari القرآن ب رون ي ت د yakni menelaah أ ف ل

apa yang ada di dalam al-Qur’an seperti nasihat-nasihat dan peringatan-

peringatan sehingga mereka dapat berpindah dari tempat kebinasaan. al-

Marāgī menambahkan keteranganya, apakah orang munafik itu tidak

menghayati nasihat-nasihat yang telah Allah sampaikan dalam kitabNya.

Apa mereka tidak memikirkan hujah-hujah yang jelas dari turunya al-

Qur’an sehingga mereka mengetahui kesalahan mereka, ataukah Allah

telah benar-benar mengunci hati mereka sehingga mereka tidak mengerti

pelajaran dan nasihat-nasihat yang terkandung di dalam kitab Allah?.60

Wahbah bin Musṭafā al-Zuḥaili (1932-2015 M) memberikan

penjelasan maksud dari Tadabbur pada ayat ini yakni memahami dan

menelaahnya untuk melihat apa yang terkandung didalamya seperti

21, 215.; mengenai riwayat dari Qatādah lihat juga pada Muhammad bin Umar al-

Zamakhsyarī, al-Kasyāf, jilid 5, 226., Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī, ad-Dur al-Manṣūr fi al-

Tafsīr bi al-Ma’ṣūr, jilid 13 (Kairo: Markaz li Buhūṣ wa al-Dirasāt al-‘Arabiyah, 2003),

447. 59 Muhammad bin Umar al-Zamakhsyarī, al-Kasyāf, jilid 5 (Riyad: Maktabah al-

‘Abīkān, 1998), 262.; mengenai implikasi tadabbur agar orang munafik tidak lagi

bermaksiat lihat juga pada Abī Hayyān, al-Baḥr al-Muḥīṭ, jilid 8, 82., Abdullah bin Umar

al-Baiḍāwī, Tafsīr al-Baiḍāwī, jilid 5, 123. 60 Aḥmad bin Musṭafā al-Marāgī, Tafsīr al-Marāgī, jilid 26, 69.

Page 96: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

82

nasihat-nasihat dan peringatan-peringatan, sehingga orang munafik itu

tidak menerobos kemaksiatan dan melestarikan kebiasaan-kebiasaan

(buruk).61

E. Hadist-Hadist Terkait Tadabbur

Sejauh penelusuran penulis dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li

‘Alfāżi al-Hadiṣ al-Nabawī,62 setidaknya penulis menemukan 2 hadist

yang secara spesifik menyebutkan kata Tadabbur. Berikut redaksi

hadistnya :

Hadist pada kitab Musnad al-Imām Ahmad bin Hanbal, yang

menjelaskan kata Tadabbur dalam makna pengamatan.63

دبنع بديا ث ن نزام م ع نيالح د إيسح نزاق ث ن نزاإيسر ائييلع نأ بي لليبنيالزب رييح د ع نيابنيع بنزاسق نزال ص ل تدب ر تتمييميي ي ة ر سولي

إيبط يهي ع ل يهيو س لم ف ر أ ي تهم و ييف ر أ يتب ي نزاض الليص لىالل

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin az-

Zubair telah menceritakan kepada kami Isrāīl dari Abu Isḥāq dari

at-Tamīmī dari Ibnu Abbās, ia berkata; "Aku mengamati shalat

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu aku melihat beliau

merenggangkan (tubuh dan tangan) hingga aku melihat putih

ketiak beliau."

Hadist pada kitab al-Muwaṭṭa’ yang menjelaskan tempo Zaid bin

ṣābit dalam membaca al-Qur’an yang tidak buru-buru mengkhatamkannya

guna agar bisa mentadabburinya.64

بني دبني ي و م م كنتأ ن بنيس عييدأ نهق نزال ع نم نزاليكع ني ي ث ني وح د نزاليس يف د ع نزام مدر جلف ق نزال بنزان ج ح

أ نهأ ت ى أ بي الرجلأ خب ر ني ف ق نزال مينأ بييك لذييس يعت بي ني بن ث أ خبي قير اء ةيالقر يد ت ر ىفي ك يف ل ه بعبيتف ق نزال س في آني

61 Wahbah al-Zuḥailī, al-Tafsīr al-Munīr, jilid 13, 446. 62 Wensik, al-Mu’jam al-Mufahras li ‘Alfāżi al-Hadiṣ al-Nabawī, jilid 2

(Leiden: Maktabah Barīl, 1936), 109. 63 Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imām Ahmad bin Hanbal (Riyad: Dār al-

Salām, 2013), 169. 64 Mālik bin Anas, al-Muwaṭṭa’ (Beirut: Dār al-Turāṣ al-‘Arabī, 1985), 201.

Page 97: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

83

ف ق نزال ذ اك لي إيل و س لني نيصفأ وع شرأ ح ب يدح س نو ل نأ ق ر أ هفي يدليك يف ق نزال ق نزال أ سأ لك ع ل يهيو أتدب رهإين ي أ قيف

Telah menceritakan kepadaku dari Mālik dari Yahyā bin Saīd

bahwa dia berkata, "Aku dan Muhammad bin Yahyā bin Habbān

sedang duduk-duduk. Muhammad kemudian memanggil seorang

laki-laki seraya berkata, "Kabarkanlah kepadaku apa yang telah

kamu dengar dari bapakmu." Laki-laki itu lalu berkata, "Bapakku

mengabarkan kepadaku, bahwa ia pernah mendatangi Zaid bin

ṣābit dan berkata kepadanya, "Menurutmu bagaimana tentang

menghatamkan bacaan Al-Qur'an dalam tujuh hari?" Zaid

menjawab, "Baik, tetapi menghatamkannya dalam setengah bulan

atau sepuluh hari lebih aku sukai. Tanyakan kepadaku kenapa hal

itu." Bapakku berkata, "Aku bertanya kepada anda?" Zaid berkata,

"Agar aku dapat mengambil pelajaran dan mengetahuinya."

Dari semua penjelasan dalam bab ini, dapat dijelaskan secara

singkat bahwa kata Tadabbur merupakan bentuk ṣigāt isim masdar yang

mengikuti wazan ل ع ف ت ي – ل ع ف ت )Tafa’ala-Yatafa’alu(. Bentuk wazan

Tafa’ala-Yatafa’alu termasuk dalam bab fi'il ṡulāṡi mazīd model kedua

Berkaitan dengan itu, tidak banyak ayat al-Qur’an yang membahas tentang

Tadabbur. Dari sekian banyak ayat al-Qur’an, hanya ada empat ayat yang

menjelaskan tentang Tadabbur, yaitu surat Al-Nisā’ (4): 82, surat

Muhammad (47): 24, surat al-Mu’minūn (23): 68 dan surat Ṣad (38): 29.

Berkaitan dengan hal di atas, dalam empat ayat yang membahas

kata Tadabbur ditafsirkan oleh para mufassir dengan makna yang berbeda.

Diantara maknanya yaitu: mendengarkan, memikirkan, memahami,

menelaah dan meneliti ayat-ayat al-Qur’an untuk mengambil hikmah,

pelajaran, nasehat-nasehat dan lain sebagainya.

Terlepas dari penafsiran tentang Tadabbur, terdapat hadits Nabi

yang di dalamnya menjelaskan kata Tadabbur yaitu hadist yang

diriwayatkan oleh imam Malik yang menunjukan arti pengamatan pada

kata Tadabbur dan hadist riwayat imam Aḥmad bin Ḥanbal yang

menunjukan penggunaan Tadabbur dalam membaca al-Qur’an yaitu untuk

Page 98: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

84

mengambil pelajaran dan hikmah di dalam al-Qur’an.

Page 99: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

85

BAB IV

ANALISIS TADABBUR PRESPEKTIF SEMANTIK IZUTSU

Bab ini akan menganalisis makna Tadabbur dengan menggunakan

metode semantik Toshiko Izutsu. Analisis yang dilakukan ialah

menentukan makna dasar Tadabbur, menentukan makna relasional

Tadabbur, mengkaji makna Tadabbur dari melalui analisis semantik

historis, dan terakhir menentukan weltanschauung dari kata Tadabbur.

A. Makna Dasar Tadabbur

Langkah awal dalam gerak metodologi semantik Izutsu adalah

menelusuri makna dasar. Menurut Izutsu Makna dasar atau disebut juga

makna leksikal adalah sesuatu yang melekat pada kata itu sendiri, yang

lalu terbawa dimana pun kata itu diletakkan.1 Untuk mendapatkan makna

dasar, dapat diketahui dengan mencari makna tersebut dalam kamus-

kamus.

Kata Tadabbur, dalam kitab Lisān al-Arab dijelaskan terbentuk

dari tiga huruf dasar yakni da - ba - ra. Bentuk asal dari Tadabbur

memiliki dua versi, yang pertama دب ر dengan didhommah huruf ba’nya,

kemudian دب ر dengan disukun huruf ba’nya. keduanya memiliki pengertian

bermakna akhir sesuatu atau lawan dari depan yakni belakang.2 آخر الشيئ

Penjelasan dua versi bentuk ini juga sama dengan yang terdapat dalam

kitab al-Mufradāt fi Garībi al-Qur’an, yang bermakna القبل لف خي الشئ دب ر

1 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, Terj. Agus Fahri Husein, dkk.

(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1997.), 12. 2 Ibn Mandhur, Lisān al-Arab, Jilid IV (Beirut: Dār Shaadir), 268. Makna الشيئ

lihat juga dalam Abi Husain Ahmad bin Faris, Mu’jam Maqāyīs al-Lughoh, Jilid 2 آخر

(Beirut: Dār al-Fikr, 1979), 324.

Page 100: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

86

yakni belakang sesuatu lawan dari depan,3 seperti yang termaktub dalam

surat al-Anfāl ayat 16.

ء فيئ ةف ق دب ي يزاإيل مت ح ر يفنزاليقيت نزالأ ومت ح ريو م ني و ل ييمي وم ئيذدب ر هإيل الم صي نمو بيئس و م أو اهج ه بيغ ض بمين اللي

Dan barangsiapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk

(siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan

yang lain, maka sungguh, orang itu kembali dengan membawa

kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahanam,

seburuk-buruk tempat kembali.

Mundur dalam ayat di atas maksudnya adalah berpaling menempati

posisi di belakang untuk melarikan diri saat berperang.4

Adapun bentuk jama’ dari دب ر adalah أدبر dengan difathah

hamzahnya.5 Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Qaf ayat 40.

السجودي ر ف س ب يحهو أ دب و مين الليليDan bertasbihlah kepada-Nya pada malam hari dan setiap selesai

shalat. Maksudnya adalah di akhir setelah melakukan shalat.6

Dalam kitab Lisān al-Arab disebutkan terdapat versi yang berbeda

pada bentuk jama’ lafad دب ر, yakni ر dengan dikasrah hamzahnya,7 إيدب

sebagaimana yang terdapat dalam surat Ath-Thūr ayat 49

النجومي ر ف س ب يحهو إيدب و مين الليلي“dan pada sebagian malam bertasbihlah kepada-Nya dan (juga)

pada waktu terbenamnya bintang-bintang.”

Terbenamnya bintang pada ayat di atas maksudnya adalah di akhir

malam atau waktu sahur yakni sebelum fajar muncul saat bintang-bintang

3 ar-Rāgib al-Aṣfahani, al-Mufradāt fi Garībi al-qur’an (Beirut: Dār al-

Ma’rifat) 164. Lihat juga dalam Abu Nashr al-Jauhari, as-Shihah Taaj al-Lughoh

(Beirut: Dār al-Ilmu Lilmalaayiin, 1987), 253. 4 Mahmud Muhammad at-Thanāhi, min Asrāri al-Lughah fi al-Kitab wa al-

Sunnah, Jilid 1 (Makkah: Dār al-Fath, 2008) 605 5 ar-Ragib al-Aṣfahani, al-Mufradāt fi Garībi al-qur’an, 164. 6 Mahmud Muhammad at-Thanāhi, min Asrāri al-Lughah fi al-Kitab wa al-

Sunnah, 605. 7 Ibn Mandhur, Lisan al-Arab, Vol. IV, 268.

Page 101: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

87

mulai terbenam.8

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis berkesimpulan bahwa kata

Tadabbur memiliki makna dasar akhir sesuatu atau belakang sesuatu.

Sebagai makna dasar, makna ini akan selalu terbawa di manapun kata

Tadabbur di tempatkan dalam sebuah struktur kalimat, baik di dalam al-

Qur’an maupun di luar al-Qur’an. Sebab kata dasar merupakan inti

konseptual kata.

B. Makna Relasi Tadabbur

Setelah menentukan makna dasar, selanjutnya adalah menentukan

makna relasional kata Tadabbur. Makna relasional adalah sesuatu yang

konotatif yang diberikan dan ditambahkan pada makna yang sudah ada

dengan meletakkan kata itu pada posisi khusus dalam bidang khusus.

Makna Relasional berada pada relasi yang berbeda dengan semua kata-

kata penting lainnya dalam sistem tersebut. Dengan kata lain, makna baru

yang diberikan pada sebuah kata bergantung pada kalimat di mana kata

tersebut digunakan. Untuk menemukan makna relasional Izutsu

menggunakan dua model analisis, yaitu analisis sintagmatik dan

paradigmatik.9

1. Analisis Sintagmatik

Analisis sintagmatik adalah analisis yang berusaha menentukan

makna suatu kata dengan cara memperhatikan kata-kata yang ada di depan

dan belakang kata yang sedang dibahas dalam satu bagian tertentu. Kata-

kata tersebut memiliki hubungan keterkaitan satu sama lain dalam

8 Mahmud Muhammad at-Thanaahi, min Asraari al-Lughah fi al-Kitab wa al-

Sunnah, 605. 9 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 12.

Page 102: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

88

membentuk makna sebuah kata.10 Oleh karenanya analisis ini sangat

penting dan dibutuhkan, sebab sebuah kata pasti tidak bisa terlepas dari

pengaruh kata-kata yang ada di sekelilingnya.

Dalam analisa ini penulis mencoba mengurai hubungan

sintagmatik pada 4 ayat yang secara jelas menyebutkan seruan untuk

Tadabbur. Penulis menyajikan ayat per ayat dikarenakan pada masing-

masing ayat kata Tadabbur mempunyai perbedaan keterkaitan makna

dengan kata atau frasa sebelum dan sesudahnya.

Penulis akan membagi keterkaitan ini berdasarkan hubungan

subjek, predikat, objek dan keterangan. Di samping untuk mempermudah

proses analisa sintagmatik, usaha ini memudahkan pula untuk mencari

hubungan asosiasi kata Tadabbur secara paradigmatik.

1. Surat al-Nisā’ (4) ayat 82

Pada ayat ini objek yang menjadi sasaran seruan Tadabbur adalah

al-Qur'an. Kemudian yang menjadi subjek dari seruan Tadabbur adalah

kata ganti mereka (ḍamīr jama’ goibah) yang secara implisit melihat

penjelasan ayat sebelumnya (ayat 81) menunjukan pada orang munafik.

Dijelaskan pada ayat 81 bahwa sikap orang munafik saat di depan nabi

Muhammad mereka patuh, sebaliknya ketika di belakang nabi mereka

mengatur siasat lain. Selanjutnya pada akhir ayat 82 disebutkan kata

Ikhtilāf (إختالف) yang menjelaskan keterangan argumentasi dari Allah

kepada orang munafik atas seruan Tadabbur yakni bahwasanya apabila al-

Qur'an bukan dari Allah niscaya akan ditemui banyak pertentangan di

dalamnya. Bentuk pertentangan ini pada ayat selanjutnya (ayat 83)

dijelaskan yakni berupa kabar atau informasi yang datang pada nabi

Muhammad dan umat muslim.

10 Saiful Fajar, Konsep Syaiṭān Dalam Al-Qur’an (Skripsi Ilmu Al-Qur’an dan

Ilmu Tafsir UIN Jakarta, 2018), 29.

Page 103: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

89

Menyimpulkan dari penjelasan di atas hubungan sintagmatik kata

Tadabbur pada Surat al-Nisā’ (4) ayat 82 berkaitan dengan kata al-Qur'an,

orang munafik dan Ikhtilāf (إختالف) . Implikasi makna yang timbul adalah

seruan Tadabbur kepada orang munafik bertujuan untuk menyanggah keraguan

dan dugaan orang munafik bahwa nabi bukanlah seorang Rasul yang membawa

informasi langsung dari Allah.

2. Surat al-Mu’minūn (23): 68

Objek yang menjadi seruan Tadabbur pada ayat ini adalah kata al-

qoula (القول). Selanjutnya yang menjadi subjek dari seruan Tadabbur

adalah kata ganti mereka (ḍamīr jama’ goibah) yang secara implisit

melihat penjelasan ayat sebelumnya menunjukan pada orang musyrik.

Kemudian pada akhir ayat disebutkan kata abā’ahum (اباءهم) yang

menjelaskan keterangan argumentasi dari Allah alasan yang mendasari

mereka enggan melakukan Tadabbur yakni bahwa apakah telah datang

pada nenek moyang mereka apa yang belum datang sebelumnya. Pada

ayat selanjutnya (ayat 69) dijelaskan yang dimaksud apa yang datang

adalah kabar tentang kerasulan nabi Muhammad.

Dapat disimpulkan dari keterangan diatas hubungan sintagmatik

Tadabbur pada Surat al-Mu’minūn (23): 68 berkaitan dengan kata al-qoula

(اباءهم) musyrik dan abā’ahum ,(القول) . Implikasi makna dari keterkaitan ini

adalah seruan Tadabbur kepada orang musyrik bertujuan untuk meyakinkan

mereka akan reasulan nabi Muhammad.

3. Surat Ṣad (38): 29

Pada ayat ini objek yang menjadi sasaran seruan Tadabbur adalah

Ayāt (اياته). Kemudian yang menjadi subjek dari seruan Tadabbur adalah

kata ganti mereka (ḍamīr jama’ goibah) yang secara implisit melihat

Page 104: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

90

penjelasan ayat sebelumnya menunjukan pada orang mukmin. Selanjutnya

pada bagian akhir ayat ini disebutkan keterangan yang berkaitan dengan

kata Tażakkur (تذكر) dan kata Ūlūl Albāb (اولو االلباب) . Kata Tażakkur &

Ūlūl Albāb merupakan dua kata yang memiliki jaringan sistem khusus,

sebab terdapat tiga ayat yang menyebutkan dua kata ini dengan keadaan

selalu bersanding yakni pada surat al-Ra’d (13): 19, Ṣad (38): 29 dan az-

Zumār (39): 9.11

Tażakkur memiliki arti mengambil pelajar sedangkan Ūlūl Albāb

menurut Eko Zulfikar12adalah seseorang yang memiliki empat kualitas

yang selalu melekat dan sulit untuk terlepas pada dirinya yakni :

spiritualitas, moralitas, intelektualitas, dan profesionalitas.

Menyimpulkan dari penjelasan di atas hubungan sintagmatik kata

Tadabbur pada Surat Ṣad (38): 29 berkaitan dengan kata ayāt (اياته),

mukmin, Tażakkara Ūlūl Albāb )تذكر اولو االلباب(. Implikasi makna yang

ditimbulkan adalah Posisi anjuran Ūlūl Albāb dalam bertażakkur adalah

setelah ia melakukan pentadabburan terhadap al-Qur’an. Dapat dikatakan

Tadabbur merupakan langkah awal bagi Ūlūl Albāb untuk mengambil

pelajaran dari al-Qur’an.

4. Surat Muhammad (47): 24

Objek yang menjadi seruan Tadabbur pada ayat ini adalah kata al-

Qur’an. Selanjutnya yang menjadi subjek dari seruan Tadabbur adalah

kata ganti mereka (ḍamīr jama’ goibah) yang secara implisit melihat

penjelasan ayat sebelumnya menunjukan pada orang munafik. Kemudian

disebutkan kata qulūb ‘afqāluhā (قلوب أقفالها) pada akhir ayat yang

11 Muhammad Fuād Abdu al-Bāqī, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Faẓ al-Qur’ān,

(Mesir, Dār al-Kutub al-Miṣriyah, 1947), 272. 12 Eko Zulfikar, “Makna Ūlūl Albābdalam al-Qur’an : Analisis Semantik

Toshihiko Izutsu”. Jurnal Theologia, vol. 29, no. 1 (2018).

Page 105: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

91

menjelaskan keterangan argumentasi dari Allah alasan yang mendasari

orang munafik enggan melakukan Tadabbur bahwa apakah hati mereka

sudah terkunci. Pada ayat selanjutnya (ayat 25) dijelaskan penyebab

terkuncinya hati mereka adalah godaan setan dan panjangnya angan-

angan. Dan pada ayat sebelumnya (ayat 23) dijelaskan keburukan sifat

orang munafik yakni berpaling dari tuntunan agama, melakukan perusakan

di bumi dan memutus silaturahim.

Dapat disimpulkan dari keterangan diatas hubungan sintagmatik

Tadabbur pada Surat Muhammad (47): 24 berkaitan dengan kata al-Qur'an,

munafik dan qulūb ‘afqāluhā (قلوب أقفالها). Implikasi makna yang dapat

disimpulkan adalah seruan Tadabbur pada orang munafik bertujuan untuk

memberi pelajaran bagi mereka dan mengecam sifat-sifat buruk dari mereka.

2. Analisis Paradigmatik

Analisis paradigmatik adalah analisis yang mengompromikan kata

atau konsep tertentu dengan kata atau konsep lain yang mirip

(sinonimitas) atau sebaliknya bertentangan (antonimitas). Analisis

paradigmatis merupakan salah satu cara untuk mencari hubungan makna

antara satu konsep dengan konsep lain (integrasi antar konsep), serta

mengetahui posisi konsep yang memiliki makna yang lebih luas dan

posisi konsep yang memiliki makna yang lebih sempit sehingga

menghasilkan pemahaman yang komprehensif sesuai pandangan dunia al-

Qur’an.13

Terlebih dahulu penulis akan merangkum hasil analisa sintagmatik

pada sub bab sebelumnya. Penulis akan menyajikan rangkuman tersebut

dalam bentuk tabel di bawah ini agar memudahkan untuk mencari

13 Saiful Fajar, Konsep Syaiṭān Dalam Al-Qur’an (Skripsi Ilmu Al-Qur’an dan

Ilmu Tafsir UIN Jakarta, 2018), 29.

Page 106: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

92

hubungan asosiasi kata Tadabbur.

S I N T A G M A T I K

P A

R A

D I

G M

A T

I K

Surat & Ayat Subjek Predikat Objek Keterangan

al-Nisā’ (4) ayat 82

Munafik Tadabbur al-Qur'an Ikhtilāf ()إختالف

al-Mu’minūn (23): 68

Musyrik Tadabbur al-qoula (القول)

abā’ahum )اباءهم(

Ṣad (38): 29 Mukmin Tadabbur ayāt (اياته) Tażakkara Ūlūl Albāb تذكر اولو االلباب()

Muhammad (47): 24

Munafik Tadabbur al-Qur’an qulūb ‘afqāluhā ( قلوب (أقفالها

Tabel 4.1 : Rangkuman Analisa Sintagmatik dan Paradigmatik

Perlu diingat bahwa analisa paradigmatik hanya membandingkan

konsep-konsep dalam satu kelas yang sama. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui jaringan asosiasi Tadabbur pada seluruh ayat secara

komprehensif.

Dapat dilihat dari tabel diatas, pada tataran predikat posisi

Tadabbur pada semua ayat adalah sebagai predikat. Artinya penekanan

Tadabbur menjadi aktifitas yang diperintahkan oleh Allah terkesan kuat.

Hal ini berbeda dengan tataran subjek, objek dan keterangan, terdapat

banyak perbedaan.

Pada tataran subjek terdapat tiga bentuk kata yakni mukmin,

musyrik dan munafik. Kemudian pada tataran objek juga terdapat tiga

bentuk kata yakni ayāt (اياته), al-qoula (القول) dan al-Qur’an. terakhir pada

tataran keterangan berupa kata Ikhtilāf ()إختالف , abā’ahum )اباءهم(,

Tażakkara Ūlūl Albāb )تذكر اولو االلباب( , qulūb ‘afqāluhā (قلوب أقفالها).

Melihat beragam bentuk kata yang menjadi subjek dari Tadabbur

dapat disimpulkan bahwa Tadabbur bersifat inklusif. Tadabbur dapat

diaplikasikan oleh berbagai kalangan meski dengan latar belakang

keimanan yang berbeda.

Adapun pada tiga kata yang menjadi objek Tadabbur meski

berbeda, namun tetap dalam satu bangunan konsep. Kata pertama yakni

Page 107: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

93

al-qoula (القول) adalah bangunan besarnya. Kata ini dapat diartikan

sebagai wahyu yang disampaikan pada nabi Muhammad, bisa berupa al-

Qur’an atau Hadist. Kata yang kedua yakni al-Qur’an yang mendapat dua

kali penyebutan. Kata yang ketiga yakni ayāt (اياته) yang dapat diartikan

sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah atau (potongan ayat) dalam al-

Qur’an. Jadi objek dari Tadabbur tidak jauh dari konsep wahyu.

Keterangan yang menjadi relasi dari seruan Tadabbur jika ditarik

titik kesamaanya semuanya seolah bertemu pada titik penguatan tauhid.

Mulai dari argumentasi menolak adanya pertentangan informasi di dalam

al-Qur’an, keengganan menerima berita kerasulan nabi Muhammad yang

telah datang pada pendahulunya, mengunci hati untuk menerima berita

dari nabi Muhammad dan anjuran untuk melakukan Tażakkur.

Berdasarkan penjelasan di atas, berikut ini diagram medan

semantik dari kata Tadabbur.

Diagram 4.1 : Medan Semantik Tadabbur

Allah

Musyrik Tadabbur

Munafik

Mukmin

al-Qur'an

ayāt

al-qoula

Tażakkur

Page 108: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

94

C. Analisis Semantik Historis Tadabbur

Gerak metodologi selanjutnya yakni, analisa sinkronik dan

diakronik yang disebut juga dengan semantik historis yakni analisa yang

berhubungan dengan kesejarahan kosa kata dalam al-Qur’an. Tujuanya

adalah untuk melihat bagaimana kata-kata berubah maknanya karena

perjalanan sejarah. Analisa sinkronik adalah sudut pandang masa di mana

kata tersebut lahir dan berkembang untuk memperoleh suatu sistem kata

yang statis. Dengan sudut pandang ini, akan terlihat unsur-unsur lama

yang terlepas dalam sebuah bahasa, kemudian muncul unsur-unsur baru

yang menemukan tempatnya sendiri dalam sistem bahasa tersebut.

Sedangkan analisa diakronik adalah pandangan terhadap bahasa yang pada

prinsipnya menitikberatkan pada unsur waktu. Dengan demikian, secara

diakronik, kosakata membentuk sekumpulan kata yang masing-masing

tumbuh dan berubah secara bebas dengan caranya sendiri yang khas.

Kemungkinan dalam suatu masa sebuah kosakata mengandung makna

yang penting dalam kehidupan masyarakat dan pada masa yang lain

mungkin kata itu mengalami distorsi makna karena adanya kata-kata baru

yang muncul. Tidak menutup kemungkinan juga, sebuah kata bisa

bertahan dalam jangka waktu lama pada masyarakat yang

menggunakannya.14

Untuk menyederhanakan persoalan analisa semantik historis

diatas, Izutsu membagi periode penggunaan kosa kata menjadi 3 periode,

yakni : (1) Pra Qur’anik, sebelum turunnya Al-Qur’an, atau jahiliyyah, (2)

Qur’anik, masa turunnya Al-Qur’an dan (3) Pasca Qur’anik, setelah

turunnya Al-Qur’an.15

14 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 32-33. 15 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 35.

Page 109: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

95

1. Pra Qur’anik Tadabbur

Sebagaimana sudah dijelaskan pada bab II, bahwa pencarian

kosakata pra-Qur’anik dapat dilacak melaluih (1) kosa kata badwi murni

masa nomaden, (2) kosa kata kelompok pedagang, (3) kosa kata Yahudi-

Kristen. Ketiga poin tersebut merupakan unsur-unsur penting kosakata

Arab pra-Islam.16 Oleh karena itu, salah satu media relevan untuk

memahami arti kosa kata pada masa pra Qur’anik adalah syi’ir-syi’ir

jāhili, yaitu syair-syair yang berkembang sebelum datangnya Islam, sebab

syair merupakan produk budaya terbesar bagi Bangsa Arab.17

Ṯāha Husain memberikan penjelasan dalam kitabnya yang berjudul

al-ādab al-Jāhili bahwa jika ingin mengetahui syair-syair jahili yang sahih,

sempurna, maka cukuplah membaca syair-syair yang dikemukakan oleh

tiga penyair, yaitu : Zuhair, al-Nābigah dan al-Huṯai’ah.18

Namun, selain menyebutkan nama ketiga penyair tersebut, Husain

juga menyebutkan nama-nama penyair lain, seperti : Imri al-Qais, Lubaid

Turfah, ‘Amr Ibn Kultsum, ‘Antarah, al-Harts Ibn Hallazah, alqamah, dan

al-A’sya.19

Dalam upaya mengetahui makna kata Tadabbur pada masa pra

Qur’anik, penulis mencarinya dari bebrapa kitab Diwan yang

menghimpun syair-syair yang ditulis oleh mereka. Penulis menemukan

beberapa syair yang mengandung kata Tadabbur beserta beberapa

derivasinya, seperti kata مدبير (mudbir), يدبير (yudbiru), ر Berikut .(adbār) أ دب

16 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 35. 17 Lukita Fahriana, Pemaknaan Qalb Salim Dengan Metode Analisis Semantik

(Skripsi Ilmu al-Qur’an dan tafsir Fakultas Uśuluddin UIN Jakarta, 2019), 86. 18 Tepatnya, berikut ini ungkapan Ṯaha Husein :

هريو الننزابغةوالطئةلتقنعبذلكفمنزايصحلننزامنالشعرالنزاهليكنزاملاخللقمتقنالبننزاءفيهاثرالتفكريوالرويةوحسبكانتنظرفشعر

Lihat : Ṯaha Husain, al-Ādab al-Jāhili (Kairo : Faruq, 1993), 352. 19 Ṯaha Husain, al-Ādab al-Jāhili, 93.

Page 110: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

96

penjelasanya,

Diwān Labīd bin Rabi’ah al-‘Amirī (545 – 661 M)

بري و ل وانن#و أعينزاعلىلقم نزان حكمالتد و أ خل فن قسنزال يت ني

“Kami menyeleweng pada Qussan andai aku telah melampaui

Luqman atas apa yang telah luqman harapkan”.20

Labīd bin Rabi’ah al-‘Amirī merupakan penyair yang lahir lebih

dahulu dari pada Nabi Muhammad. Dalam kitabnya disebutkan ia lahir

pada tahun 545 M, sedangkan nabi Muhammad lahir pada tahun 570 M21.

Hal ini menunjukan bahwa syair Labīd bin Rabi’ah al-‘Amirī relevan

untuk dijadikan rujukan mengetahui makna pra Qur’anik.

Terdapat penjelaskan dalam kitab Diwān Labīd tentang maksud

dari redaksi بري التد ويتمننزاه pada syair diatas yakni bermakna حكم يطلبه yang منزا

artinya “sesuatu yang diinginkan dan diharapkan”. Menurut hemat penulis

makna ini mereprentasikan aktifitas hati yang berhubungan dengan hasrat.

Sehingga Tadabbur pada masa jahiliyah keluar dari makna dasarnya yang

berupa belakang atau akhir.

Kemudian selain bentuk kata Tadabbur, penulis juga menemukan

beberapa syair yang menggunakan bentuk derivasi lain dari kata

Tadabbur, seperti:

Bentuk derivasi مدبير pada Syaraḥ Diwān Antarah bin Syadād (lahir

sekitar tahun 530 M).

#و ليتمن ه زيمنزاه زيي ة مدبير ي ومنزاأنني يع بل !ه لب ل يغتي

“Hai abal! apakah telah disampaikan padamu suatu hari bahwa

dirimu berpaling dengan keadaan yang melelahkan seperti lelahnya

20 Labīd bin Rabi’ah al-‘Amirī , Diwān Labīd bin Rabi’ah al-‘Amirī (Beirut: Dār

ṣādir, t.th), 71. 21 Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus,

2013), 10.

Page 111: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

97

orang yang lari ke belakang”.22

Makna مدبر pada syair ini masih terikat dengan makna dasar dari

Tadabbur yakni belakang. Namun makna مدبير digunakan untuk

menunjukan pelaku atau subjek yang bergerak atau lari kebelakang.

Bentuk derivasi ر pada Diwān A’syā Hamdān wa يدبير dan أ دب

Akhbārah (30 – 83 H).

نزا ره و أ ق ب لتاخل يلم هزوم ة#عيث نزاراتض ر يبأ دب

“Kuda perang maju, debu bertebaran di belakangnya”23

Pada syair ini kata ر juga secara jelas menunjukan arti belakang أ دب

yang sesuai dengan makna dasar dari Tadabbur.

م نزايدبير ي زن نك س ف نعلىم نزام ض ى#و ل أت ف ل

“Jangan menyesali hal yang terlewat, jangan susah dengan hal

yang terlewat”24

Kata يدبير menunjukan makna terlewat. Menurut penulis makna

terlewat ini masih terkait dengan makna dasar dari Tadabbur, sebab

sesuatu yang terlewat pasti ia berada di posisi belakang atau akhir.

Mengenai penjelasan dari syair-syair di atas, penulis

menyimpulkan bahwa penggunaan kata Tadabbur pada pada masa pra

Qur’anik atau masa jahiliyah berhubungan dengan keinginan dan harapan,

sehingga kata Tadabbur jauh terlepas dengan makna dasarnya. Namun

beberapa derivasi dari kata Tadabbur pada syair-syair di atas masih

menunjukkan makna yang berkaitan dengan kata dasarnya.

22 Al-Khoṭīb al-Tabrīzī, Syaraḥ Diwān ‘Antarah (Beirut: Dār al-Kitāb al-‘Arabī,

1992), 81. 23 A’syā Hamdān, Diwān A’syā Hamdān wa Akhbārah, 124 24 A’syā Hamdān, Diwān A’syā Hamdān wa Akhbārah (Riyad: Dār al-‘Ulūm,

1983), 118.

Page 112: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

98

2. Qur’anik Tadabbur

Pada periode Qur’anik kata Tadabbur masuk ke dalam sistem

bahasa al-Qur’an yang membangun konsep tersendiri tentang Tadabbur.

Untuk memahami makna kata pada periode Qur’anik, bisa ditelusuri

dengan cara melihat konteks sosio historis masyarakat Arab Makkah dan

Madinah pada saat al-Qur’an diturunkan.25

Periode Qur’anik terbagi ke ke dalam dua periode, yaitu : Pertama

periode Makkah (610 - 622 M), yaitu masa ketika ayat-ayat diturunkan

pada Nabi Muhammad saat bermukim di Makkah selama 12 tahun 5 bulan

13 hari, persisnya sejak 17 Ramadhan tahun41 dari kelahiran Nabi sampai

permulaan Rabi,ul Awal tahun 54 dari kelahiran Nabi. Kedua periode

Madinah (622 - 632 M) yaitu masa ayat-ayat turun setelah Nabi hijrah ke

Madinah, yakni selama 9 tahun 9 bulan 9 hari, persisnya dari permulaan

rbi’ul Awal tahun54 dari kelahiran Nabi sampai 9 Dzulhijjah tahun 63 dari

kelahiran Nabi atau tahun 10 Hijriyah.26

Perlu diketahui bahwa konteks sosial masyarakat Makkah pra

Islam adalah Jahiliyah, yaitu masyarakat yang tidak mempunyai otoritas

hukum, nabi, kitab suci, dan terkenal dengan masyarakat yang cinta

terhadap penyembahan berhala.27 Oleh sebab itu tema kandungan ayat-

ayat Makkiyah tidak jauh menyesuaikan dengan kondisi mereka, yakni,

tentang masalah akidah, Mengajak untuk beriman pada Allah dan

beribadah hanya kepadaNya, Mengajak untuk beriman pada hari akhir dan

persiapan diri untuk menghadapinya, Penggambaran masalah keindahan

ciptaan Allah di alam semesta dan seruan untuk memperhatikan tanda-

tanda keagungan Allah pada ciptaan, Kisah-kisah para nabi dan umat

25 Lukita Fahriana, Pemaknaan Qalb Salim Dengan Metode Analisis Semantik,

91. 26 Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’an, 20. 27 Lukita Fahriana, Pemaknaan Qalb Salim Dengan Metode Analisis Semantik,

92.

Page 113: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

99

terdahulu, dan tentang prinsip-prinsip dasar syariat secara global serta

tentang etika dan keutamaan perilaku yang baik seperti sabra, jujur,

pemaaf, adil, larangan membeunuh dan dzalim.28

Sedangkan ayat yang turun apada periode Madinah pada

umumnya berbicara tentang masalah kemasyarakatan.29 Sebab konteks

umat Islam pada periode Madinah telah mengalami peningkatan

kemapanan. Selain itu ayat pada periode Madinah juga berbicara tentang

penekanan dalam maslah jihad untuk menghadapi kepongahan orang-

orang kafir, serta menjelaskan detail masalah yang berhubungan

dengannaya seperti perjanjian, harta rampasan, tawanan,; menjelaskan

tentang masalah orang munafik dan ruang lingkupnya,; tentang perdebatan

dengan ahli kitab dan mengajukan bukti-bukti atas kesesatan mereka,;

tentang penjelasan secara detail terkait masalah hukum, etika dan

keharmonisan segala sisi kehidupan.30

Pada konteks empat ayat yang menyebutkan kata Tadabbur dalam

al-Qur’an tersebar dalam empat surat. Adapun urutan sesuai dengan

tempat turunya adalah surat Ṣad (38): 29, al-Mu’minūn (23): 68, Al-Nisā’

(4): 82 dan Muhammad (47): 2431. Berikut ini tabel terkait ayat Tadabbur

berdasarkan kategorisasi turunnya.

Tabel 4.2 : Ayat Makki Dan Madani Tadabbur.

No Lafaz Surat Kategori

ب ر 1 Ṣad (38): 29 Makiyah ي د

ب ر 2 al-Mu’minūn (23): 68 Makiyah ي د

ب ر 3 Al-Nisā’ (4): 82 Madaniyah ي ت د

ب ر 4 Muhammad (47): 24 Madaniyah ي ت د

28 Riqza Ahmad, al-Qur’an & Ulum al-Qur’an MindMap (Kudus: PT. Buya

Barakah, 2019), 113. 29 Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’an, 74. 30 Riqza Ahmad, al-Qur’an & Ulum al-Qur’an MindMap, 115. 31 Untuk lebih jelasnya lihat Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’an

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2013), 65-69.

Page 114: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

100

Berdasarkan tabel di atas jumlah antara ayat yang turun di Makkah

dan Madinah adalah sama. Pada surat Ṣad (38): 29 tema kandungan ayat

ini merupakan rangkain dari ayat 27 sampai 29 yang menjelaskan tentang

peneguhan iman orang mukmim. Sebab orang kafir beranggapan bahwa

tidak ada hikmah pada segala penciptaan Allah. Untuk itu dalam rangka

menguatkan dan meneguhkan keimanan, pada ayat 29 secara jelas Allah

menyerukan untuk mentadabburi al-Qur’an dengan tujuan agar orang

yang mempunyai akal dapat mengambil pelajaran dari al-Qur’an.32

Pada surat al-Mu’minūn (23): 68 merupakan rangkaian dari ayat

66 sampai ayat 70 yang menjelaskan tema tentang sifat-sifat orang kafir

dan perilakunya serta ancaman bagi mereka.33 Objek atau sasaran ayat ini

32 Berikut redaksi ayat 27-29 pada surat Shad ;

72نار خلقنا السماء واألرض وما بينهما باطال ذلك ظن الذين كفروا فويل للذين كفروا من الوما

الحات كالمفسدين في األرض أم نجعل المتقين كالف ار أم نجعل الذين آمنوا وعملوا الص 72ج

72كتاب أنزلناه إليك مبارك ليدبروا آياته وليتذكر أولو األلباب

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya

tanpa hikma Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah

orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (27) ; Patutkah Kami

menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan

orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap

orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat? (28) ; Ini

adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka

memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang

mempunyai pikiran. (29) 33 Riqza Ahmad, al-Qur’an & Ulum al-Qur’an MindMap (Kudus: PT. Buya

Barakah, 2019), 33. Berikut redaksi ayat 66-70 pada surat al-Mu’min ;

66قد كانت آياتي تتلى عليكم فكنتم على أعقابكم تنكصون

62تهجرون مستكبرين به سامرا

لين 62أفلم يدبروا القول أم جاءهم ما لم يأت آباءهم األو

62أم لم يعرفوا رسولهم فهم له منكرون

27أم يقولون به جنة بل جاءهم بالحق وأكثرهم للحق كارهون

Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian,

maka kamu selalu berpaling ke belakang, (66) ; dengan menyombongkan diri terhadap Al

Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu

bercakap-cakap di malam hari. (67) ; Maka apakah mereka tidak memperhatikan

perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang

kepada nenek moyang mereka dahulu? (68) ; Ataukah mereka tidak mengenal rasul

mereka, karena itu mereka memungkirinya? (69) ; Atau (apakah patut) mereka berkata:

"Padanya (Muhammad) ada penyakit gila." Sebenarnya dia telah membawa kebenaran

kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran. (70)

Page 115: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

101

adalah orang kafir Makkah yang dengan kesombonganya menolak al-

Qur’an. Sehingga Allah menegur mereka dengan kesan marah agar

mereka mau mentadabburi al-Qur’an. Kemudian Allah mengajukan dalil

atau argumen bahwa keenggan mereka untuk mentadabburi al-Qur’an

bukan karena belum datang risalah kenabian yang belum dikenal leluhur

mereka. Juga bukan karena mereka tidak mengenal Rasulullah padahal

Rasulullah sudah masyhur dengan sebutan al-Amin pada masa itu.

Keengganan mereka mentadabburi al-Quran adalah sebab memang

mereka benci.

Selanjutnya pada surat Al-Nisā’ (4): 82, tema kandungan ayat ini

merupakan rangkain dari ayat 81 sampai 83 yang menjelaskan tentang

sifat orang munafik yang meragukan Kerasulan Muhammad. Di hadapan

Nabi mereka mengaku taat, namun ketika tidak di sisi Nabi mereka

mengatur siasat yang mereka rahasiakan pada Nabi. Keraguan mereka

nampak pada ayat 83, seolah mereka menduga bahwa nabi hanyalah

seorang pemimpin bukan seorang rasul yang mendapat wahyu (al-Qur’an)

langsung dari Allah. Hal ini diperkuat dengan ayat 82 dengan teguran

Allah pada mereka untuk mentadabburi al-Qur’an dengan mengajukan

dalil bahwa jika al-Qur’an bukan dari Allah niscaya banyak ditemukan

pertentangan di dalamnya.34

34 Berikut redaksi ayat 81-82 pada surat al-Nisā’ ;

يكتب ما أعرض عنهم يبيتون ف ويقولون طاعة فإذا برزوا من عندك بيت طائفة منهم غير الذي تقول والل

وكيال وكفى بالل 28وتوكل على الل

لوجدوا فيه اختالفا كثيرا أفال يتدبرون القرآن ولو كا 27ن من عند غير الل

سول وإلى أولي األمر م نهم لعلمه الذين وإذا جاءهم أمر من األمن أو الخوف أذاعوا به ولو ردوه إلى الر

يطان إال قليال يستنبطونه منهم ولو عليكم ورحمته التبعتم الش 28ال فضل الل

Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: "(Kewajiban kami hanyalah)

taat". Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur

siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi.

Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari

mereka dan tawakallah kepada Alla Cukuplah Allah menjadi Pelindung. (81) ; Maka

apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari

sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (82) ;

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau pun ketakutan,

mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil

Page 116: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

102

Terakhir pada surat Muhammad (47): 24 Tema kandungan ayat ini

tentang seruan Allah pada orang munafik agar mereka mentadabburi al-

Qur’an dan mengecam orang yang berbalik pada kekafiran.35

Dengan demikian, Tadabbur pada periode ayat Makkiyah objek

sasaranya ditujukan pada orang mukmin kemudian orang musyrik.

Adapun untuk orang mukmin agara mereka mengambil pelajaran untuk

menguatkan keimanan mereka. Kepada orang musyrik seruan Tadabbur

lebih diarahkan agar mereka menerima kebenaran al-Quran. Penjelasan ini

selaras dengan konteks masyarakat jahiliyah di Makkah yang memang

butuh pada penguatan tauhid.

Tadabbur pada periode ayat Madaniyah objek sasaranya adalah

kepada orang munafik. Sebab mereka secara diam-diam menolak

kerasulan Muhammad dan menganggap informasi yang dibawa Nabi

Muhammad bukanlah berasal dari Allah. Oleh karena itu Allah menegur

mereka agar mentadabburi al-Qur’an. Dua ayat yang menyebutkan kata

Tadabbur untuk orang munafik ini mengisyaratkan akan pentingnya

mewaspadai sifat-sifat dari kemunafikan.

Selain melalui analisis yang mengategorikan ayat Makkiyah dan

Madaniyah, upaya untuk mengetahui makna dan penggunaan kata

Tadabbur pada masa Qur’anik juga dapat diketahui melalui hadis-hadis

Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan

dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia

dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut setan, kecuali sebahagian kecil

saja (di antaramu). (83)

35 Berikut redaksi ayat 24-25 pada surat Muhammad ;

72أفال يتدبرون القرآن أم على قلوب أقفالها

ل لهم وأملى لهم إن الذين ارتدوا على أدبارهم من ب يطان سو 72عد ما تبين لهم الهدى الش

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ataukah hati mereka

terkunci? (24) ; Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran)

sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, setan telah menjadikan mereka mudah (berbuat

dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. (25)

Page 117: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

103

Nabi SAW.

Penulis menemukan Hadist yang menyebutkan kata Tadabbur pada

kitab al-Muwaṭṭa’. Berikut redaksi hadistnya, 36

بني دبني ي و م م كنتأ ن بنيس عييدأ نهق نزال ع نم نزاليكع ني ي ث ني نزاليس يف د ع نزام مدوح د بنزان ج ح ر جلف ق نزال

بن ث أ نهأ ت ى يد أ بي الرجلأ خب ر ني ف ق نزال مينأ بييك لذييس يعت بي ني قير اء ةيالقرأ خبي ت ر ىفي ك يف ل ه بعبيتف ق نزال س في آني

نيصفأ وع شر يدح س نو ل نأ ق ر أ هفي ف ف ق نزال ق نزال ذ اك لي إيل و س لني ب ر هو أ أ ح ب يدليك يأ ت د ق نزال أ سأ لك ع ل يهيإين ي قيف

Telah menceritakan kepadaku dari Mālik dari Yahyā bin Saīd

bahwa dia berkata, "Aku dan Muhammad bin Yahyā bin Habbān

sedang duduk-duduk. Muhammad kemudian memanggil seorang

laki-laki seraya berkata, "Kabarkanlah kepadaku apa yang telah

kamu dengar dari bapakmu." Laki-laki itu lalu berkata, " Bapakku

mengabarkan kepadaku, bahwa ia pernah mendatangi Zaid bin

ṣābit dan berkata kepadanya, "Menurutmu bagaimana tentang

menghatamkan bacaan Al-Qur'an dalam tujuh hari?" Zaid

menjawab, "Baik, tetapi menghatamkannya dalam setengah bulan

atau sepuluh hari lebih aku sukai. Tanyakan kepadaku kenapa hal

itu." Bapakku berkata, "Aku bertanya kepada anda?" Zaid berkata,

"Agar aku dapat mengambil pelajaran dan mengetahuinya."

Dalam hadits terdebut menjelaskan sikap Zain bin Ṣābit dalam

membaca al-Qur’an yaitu tidak tergesa-gesa mengkhatamkannya. Hal ini

dikarnakan agar Zaid dapat mentadabburi al-Qur’an untuk mengambil

pelajaran di dalamnya.

Melalui penjelasan di atas mengenai analisa Makkiyah dan

Madaniyah ayat Tadabbur serta penyebutan hadist terkait Tadabbur, dapat

penulis simpulkan bahwa penggunaan kata Tadabbur pada masa Qur’anik

adalah sebagai instrument khusus untuk bersentuhan dengan al-Qur’an.

Kemudian tujuan bertadabbur dalam al-Qur’an adalah sebagai jalan untuk

menguatkan iman dan mengambil pelajaran di dalam al-Qur’an.

36 Mālik bin Anas, al-Muwaṭṭa’ (Beirut: Dār al-Turāṣ al-‘Arabī, 1985), 201.

Page 118: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

104

3. Pasca Qur’anik Tadabbur

Sisetem periode pasca Qur’anik dimulai setelah al-Qur’an

membentuk konsepnya secara utuh, dan konsep ini lebih mengacu pada

penelaahan secara mendalam terhadap konsep yang telah dibentuk oleh al-

Qur’an. Pada periode pasca Qur’anik, Islam banyak menghasilkan banyak

sistem pemikiran yang berbeda khususnya pada masa Abbasiyah, yakni

teologi, hukum, teori politik, filsafat, tasawuf. Masing-masing produk

kultural Islam ini mengembangkan sistem konseptualnya sendiri,

kosakatanya sendiri yang mencakup sejumlah subsistem.37 Periode pasca

Qur’anik dapat dibagi menjadi periode klasik-pertengahan (Abad 1-9 H/6-

15 M)38 dan periode modern-kontemporer (Abad 12-14 H/18-21 M).39

a. Periode Klasik-Pertengahan (Abad 1-9 H/6-15 M)

Menurut Muqātil bin Sulaimān (702-767 M) dalam kitabnya

memaknai Tadabbur dengan ن وعم سي ل ف أ (Apakah mereka tidak

Mendengarkan al-Qur’an?). Muqātil secara konsisten dalam empat ayat

yang memaknai Tadabbur dengan menggunakan redaksi ي سم ع (yasma’u)40.

Kemudian, Abī Ja’far bin Jarīr at-Ṭabarī (839-923 M) mengutip

pendapat dari ḍaḥāka bahwa Tadabbur adalah هييفير ظ الن yakni

memperhatikan di dalamya.41

37 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 42. 38 Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an (Yogyakarta : Idea

Press, 2016), 89. 39 Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an,145. 40 Muqātil bin Sulaimān, Tafsīr Muqātil bin Sulaimān, jilid 3 (Beirut: Mu’asisah

at-Tārīkh al-‘Arabī, 2002), 643, 161.; jilid 4, 49.; jilid 1,392. 41 Abī Ja’far bin Jarīr at-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta’wīl ‘ay al-Qur’an, jilid 7

(Jizah: Dār Hijr, 2001), 252. mengenai riwayat dari Qatādah lihat juga pada Muhammad

bin Umar al-Zamakhsyarī, al-Kasyāf, jilid 5, 226., Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī, ad-Dur al-

Manṣūr fi al-Tafsīr bi al-Ma’ṣūr, jilid 13 (Kairo: Markaz li Buhūṣ wa al-Dirasāt al-

‘Arabiyah, 2003), 447.

Page 119: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

105

Menurut Naṣir bin Muḥammad bin Aḥmad al-Samarqandī (w.

1003 ) Tadabbur adalah ن وركف ت ي ليآنيرقالظياعيو م في بي ب يع ي ، نزاوا ( memikirkan nasehat-

nasehat al-Qur’an agar mereka mendapat pelajaran).42 Pada redaksi lain

Tadabbur adalah نميهييفينزال ع ت للايل ز ن نزاا م يفين وركف ت ي ،و هييفين ورب ت ع ي و آن رالقن وعم س)أفليتدبرونالقران(ي

للاتعنزالن ميهنواأ مل عي ت،ح هيبينزائيج ع ةير ث ك ،و ديعيو و دعيو ((apakah mereka tidak mentadabburi

al-Qur’an) yakni mendengar al-Qur’an dan mengambil pelajaran darinya,

dan memikirkan janji dan ancaman yang Allah turunkan dan juga

banyaknya keajaiban-keajaiban al-Qur’an sehingga mereka mengetahui

bahwa al-Quran memang dari Allah).43

Menurut Muhammad bin Umar al-Zamakhsyarī (1075-1144 M)

Tadabbur adalah ظرالن و هلمأت هييل إيلو يؤ نزاي م و هيريب دإيفي نزاهه ت ن مو هيتيب نزاقيع في ل م عت اس، ليمأت ل يكفي ن عم ؛في

فيم رصبت هيينزانيع م لم:أت آنيرقالريبد ت هيينزا (meneliti dan mempertimbangkan pada aspek di

baliknya dan pada sesuatu yang menjelaskan konsekuensi dan

kesudahannya, kemudian lafad Tadabbur digunakan dalam setiap

penelitian. makna dari Tadabbur al-Quran adalah meneliti makna-

maknanya dan melihat sesuatu (yang terkandung) di dalamnya.)44

Menurut Abd al-Ḥaq bin Gālib Ibn Aṭiyah al-Andalusī (1088-1147

M) Tadabbur adalah رظالن نزاءيي شال تيل يويأت و ريومالنزابيق عأ في (mempertimbangkan

konsekuensi sesuatu dan kesudahan-kesudahan sesuatu).45

Menurut Muḥammad ibn Umar Fakhr al-Dīn al-Rāzī (1149-1210

M) Tadabbur adalah ريظالن نع ةنزار ب عي ج عواأ رب د ت مل إي:هلوق هنمينزا،و ه ريب دا و ريومالبياقيو ع في دق ريومأنزا

نزالق ي نزا،و ه ريودصتلو تفر ع ول ي،أ تر ب د ت نزااسيم ريمأ نميتل ب قت سايو:ل ميل ك الحييصيف في تفر نزاع م يريمأريدص في.هيتيب نزاقيع نمي (istilah untuk mempertimbangkan konsekuensi dan akhir sesuatu.

Sebagaimana ungkapan : sampai dimana mereka menghayati batang

42 Naṣir bin Muḥammad bin Aḥmad al-Samarqandī, Tafsīr al-Samarqandī jilid 1

(Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1993), 371. 43 Naṣir bin Muḥammad bin Aḥmad al-Samarqandī, Tafsīr al-Samarqandī jilid 3

(Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1993), 245. 44 Muhammad bin Umar al-Zamakhsyarī, al-Kasyāf, jilid 2 (Riyad: Maktabah al-

‘Abīkān, 1998), 115. 45 Menurut Abd al-Ḥaq bin Gālib Ibn Aṭiyah al-Andalusī, al-Muḥaddaru al-

Wajīz fi Tafsīr al-Kitāb al-‘Azīz, jilid 2 (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2001), 83.

Page 120: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

106

sesuatu telah berakhir kemunculanya, dan ungkapan yang fasih : jika aku

berhadapan dengan urusan yang dibelakangku, artinya jika aku

mengetahui sesuatu aku mengetahui pula akibat-akibatnya).46

Menurut Abdullāh bin ‘Umar al-Baiḍāwī (w. 1286 M) Tadabbur

adalah ريالشيءي أ دب ي ت ص فحون هو م نزا ,47(mempertimbangkan kesudahan sesuatu) الن ظرفي ل تح رياجيو ز الو ظياعيو م الن ميهييفي ع رسي الل وا ينزاصيع م ى (menelaah al-Qur’an dan nasihat-

nasihat serta peringatan-peringatan di dalamnya sehingga mereka tidak

berani pada maksiat).48 Pada redaksi lain Tadabbur adalah نزاف ي عريف وام نزا روافيي ه ليي ت ف ك

ع م الو ةيح يحيالصتيل يويأالتن نزاميه رنزاهيظ رب دي .ةيط بينت سمالنزاني (agar mereka memikirkan sesuatu di

balik dzahir ayat yakni dari ta’wil yang benar dan makna yang

terkandung).49

Menurut Abu Hayyān (1256-1344 M) dalam kitab tafsirnya yang

bercorak balāgī50 Tadabbur adalah ، ع نزاقيب تيهي في إيل يهي ي ؤ ول و م نزا ريهي إيدب في و النظ ري ال مري أت ملل م عت اس ذ بيي ،س يري ثيك النزالم الرب الد،و لمأت ل يكفي

ك لي ريب دل ليو نزابيق عل ىليق ب ي هنلي (meneliti sesuatu

dan mempertimbangkan apa dibaliknya dan apa yang menjadi

konsekuensinya. Kemudian istilah ini digunakan untuk setuap penelitian.

adalah harta yang banyak, dinamakan demikian sebab ia bertahan الدبر

sampai ujung dan akhir)51. الع ص نزاةي و عييدي ، ري و الز و اجي و اعيظي الم مين فييهي و م نزا ي ت ص فحون ه أ ي

(menelaah al-Qur’an dan nasihat-nasihat serta peringatan-peringatan di

dalamnya dan juga ancaman kemaksiatan).52

46 Muḥammad ibn Umar Fakhr al-Dīn al-Rāzī, Mafātih al-Gaīb, jilid 10 (Beirut:

Dār al-Fikr, 1981), 202. 47 Abdullah bin Umar al-Baiḍāwī, Tafsīr al-Baiḍāwī, jilid 2 (Beirut: Dār Iḥya’

al-Turāt al-‘Arabī, 1998), 86. 48 Abdullah bin Umar al-Baiḍāwī, Tafsīr al-Baiḍāwī, jilid 5 (Beirut: Dār Iḥya’

al-Turāt al-‘Arabī, 1998), 123. 49 Abdullah bin Umar al-Baiḍāwī, Tafsīr al-Baiḍāwī, jilid 5 (Beirut: Dār Iḥya’

al-Turāt al-‘Arabī, 1998), 28. 50 Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir (Depok: Lingkar Studi al-

Qur’an, 2013), 115. 51 Abī Hayyān, al-Baḥr al-Muḥīṭ, jilid 3 (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah,

1993), 315. 52 Abī Hayyān, al-Baḥr al-Muḥīṭ, jilid 8 (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah,

1993), 82.

Page 121: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

107

Menurut Abd al-Raḥman bin Muḥammad al-Ṡaālabī (1384-1471

M) tadabuur adalah رظالن نزاءيي شال تيل يويأت و ريومالنزابيق عأ في (memperhatikan

konsekuensi sesuatu dan penjelasan/kesudahan sesuatu).53

Menurut Burhān al-dīn al-Baqā’ī (w. 1480 M) Tadabbur adalah

ت ذ إي-ء يالشترب د ت تركف ا هيريمأ ريخ آ و هيتيب نزاقيع في (aku mentadabburi sesuatu yaitu ketika

aku memikirkan konsekuensi dan akhir sesuatu).54

Berdasarkan penafsiran di atas, dapat diketahui bahwa para

mufassir pada masa klasik-pertengahan memaknai Tadabbur secara umum

menggunakan beberapa redaksi yakni عم سي (mendengarkan), هييفيرظ الن

(mempertimbangkan sesuatu), ركف ت ي (memikirkan), ل مأت (meneliti) dan حفص ت ي

(menelaah). Kemudian sebagian besar dari mereka memberikan definisi

Tadabbur yang menunjukkan perhatian serius terhadap objek yang

dijadikan Tadabbur. Perhatian itu sampai dengan apa yang ada dibalik

sesuatu yang ditadabburi, konsekuensi atau akibat yang timbul darinya

dan ujung atau kesudahan darinya.

Adapun jika Tadabbur dikaitkan dengan al-Qur’an maka

pemaknaan oleh mufassir masa klasik-pertengahan adalah Tadabbur

digunakan sebagai instrumen untuk mengambil kandungan dari al-Qur’an,

diantaranya seperti nasehat-nasehat, peringatan-peringatan, dan ancaman

terhadap kemaksiatan.

b. Periode Modern-Kontemporer (Abad 12-14 H/18-21 M)

Menurut Muḥammad bin Alī al-Syaukānī (w. 1834 M) Tadabbur

adalah تركف :ت ء يالشترب د ت نزالق ي ل مأت ،و هيتيب نزاقيع في ل م عت اس، هرمأ نزانس نالير ب يد ين:ا رييبيد الت ،و لمت ل يكفيت م ل إيرظني هننزا ك هتب نزاقيع هييل إيري صينزا (Dikatakan aku mentadabburi sesuatu : yakni aku

53 Abd al-raḥman bin Muḥammad al-Ṡa’ālabī, Tafsīr al-Ṡa’ālabī, jilid 2 (Beirut:

Dār ‘Iḥyā’ al-Turāṣal-‘Arabī, 1998), 268. 54 Burhān al-dīn al-Baqā’ī, Nażmu al-Durar fī Tanāsubi al-Ayāt wa as-Suwar,

Jilid 5 (Kairo: Dār al-Kitāb al-Islāmī), 340.

Page 122: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

108

memikirkan konsekuensi sesuatu, dan menelitinya. Kemudian istilah تدبر

digunakan untuk تمل (meneliti). التدبري : manusia menghayati sesuatu sampai

mempertimbangkan pada konsekuensinya).55

Menurut Musṭafā al-Marāgī (1883-1952 M) Tadabbur adalah لصألمأ الترييبيدالت ه بياقيو ع و ريومالريب دأ في ل م عت اسنزا، رظن نزان ك اءو س لمأت ل يكفي هقيابيو س و،أ هيائيز جأ و ءييالشةيق ي قيح افي

ريكف الت و رظ النو همل ك اليرب د ت ،و هينزابيق عأ و هقاح ول وه،أ نزابيب سأ و لم عي نميةب نزاقيع نزا،و ه ي ل يإيميري تيالهيدينزاصيق م و هيتينزاي غ في.هفنزاليي نم و هيبي (asal Tadabbur yakni meneliti dibalik sesuatu dan akibat-

akibatnya, kemudian istilah ini dipakai untuk setiap penelitian begitu juga

memperhatikan hakikat sesuatu dan bagian-bagiannya atau pendahulunya

dan sebab-sebabnya atau kelanjutannya dan konsekuensinya. Kemudian

ميل ك الرب د ت yakni memperhatikan dan memikirkan tujuan dan arah

maksudnya, serta konsekuensi antar orang yang melakukanya dan orang

yang meninggalkanya).56 Pada redaksi lain Tadabbur adalah القرآن :أ ي ب رون ت د

فيم ن وحفص ت ي ع عل قي تح رياجيو ز الو ظياعيو م الن ميهيينزا عيوق والنيوا افي.نزاتيق بيول (Tadabbur al-Qur’an :

yakni menelaah apa yang ada di dalam al-Qur’an dari nasihat-nasihat dan

peringatan-peringatan sehingga mereka berpindah dari tempat

kebinasaan).57

Menurut Muhammad al-ṭāhir ibnu ‘Āsyūr (1879-1973 M)

Tadabbur adalah بن ميقتشمرب د الت و ر ظ ان ذ إير ب د وا:ت نزالق ،ف لعفيريبالدن واميقت ش،ايريهيالظ،أ ريالد ريبدفي،أ ريمال وأ هيبينزائيغ يفي هييفيلمي أ ت مالل ىإيد يع ت ي رب د الت .و نزاةينزام ال نزاءيس ال ن ميتق ت شايتيالنزاليع ف ال ن ميو ه،ف هيتيب نزاقيع في

ي هيسيفن بي ت نزالق ، .ريمال رب د : " musytaq dari lafadz التدبر) بر الد ", yaitu 'belakang'.

Mereka menarik dari kata dubur (belakang) secara hakiki. Mereka

mengatakan :تدب ر ketika memperhatikan di balik suatu hal, yakni di balik

ketidak adaannya, atau akibat darinya. تدب ر termasuk fi'il yg musytaq

(berasal) dari isim jamid (isim yg tidak terbentuk dari kata lain). التدبر

55 Muḥammad bin Alī al-Syaukānī, Fatḥul al-Qādīr (Beirut: Dār al-Ma’rifah,

2007), 314. 56 Aḥmad bin Musṭafā al-Marāgī, Tafsīr al-Marāgī, jilid 5 (Mesir: Maktabah wa

Maṭba’ah Miṣr, 1942), 102. 57 Aḥmad bin Musṭafā al-Marāgī, Tafsīr al-Marāgī, jilid 26, 69.

Page 123: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

109

mutaadi (butuhkan pada objek) kepada apa yg ditadabburi, dikatakan "

Pada redaksi lain Tadabbur adalah 58.("تدبر األمر د ل ل تي الع قلييفي نزالالنظري والتدبر:إيعم

ريظالنن ميهنأ هلصأ .و هل تب ص نزان ىم ل ع ليئيل الد .ءد يب ذيىءد يبي ليمأ ت ملليهنميره ظي نزال م يفيي،أ ريمال ريبدفي التدبر) : pendayagunaan akal untuk memperhatikan petunjuk atas bukti yang

sukar. Asal التدبر adalah memperhatikan dibalik sesuatu hal).59

Menurut Wahbah bin Musṭafā al-Zuḥaili (1932-2015 M) Tadabbur

adalah ان ميهيينزافيم ن ورظني و ن آ رقالن ولمأ ت ي ع ل .ه ي ا ف م ب ر ص ب الت و هيينزانيع م لم:أت آنيرقالريبد ت ن عم ،ف ةيع ي ديب النزاني

(meneliti al-Qur’an dan memperhatikan makna-makna jauh didalamnya.

Makna تدبرالقرآن : meneliti makna-makna dan memperhatikan kandunga al-

Qur’an). 60 Pada redaksi lain Tadabbur adalah مون هو ي ت ص فحون هليي روا (ي ت ف ه القرا ن ب رون )ي ت د

عق ي يو نزاصيع م واالمحيت قي ل ت،ح رياجيو الزو ظياعيو م الن ميهيينزافيم .نزاتيق وبيمالوافي , ((mereka mentadabburi

al-Qur’an) yakni memahami dan menelaahnya untuk melihat apa yang

terkandung didalamya seperti nasihat-nasihat dan peringatan-peringatan,

sehingga mereka tidak menerobos kemaksiatan dan terjerumus pada

tempat kebinasan). 61

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa para mufassir pada

masa modern-kontemporer memaknai Tadabbur secara umum

menggunakan beberapa redaksi yang sama dengan mufassir masa klasik-

pertengahan. Redaksi tersebut adalah هييفيرظالن (mempertimbangkan sesuatu),

ركف ت ي (memikirkan), لمأت (meneliti) dan حفص ت ي (menelaah). Adapun redaksi

yang tidak dipakai oleh mufassir modern-kontemporer dari mufassir

klasik-pertengahan adalah redaksi عم سي (mendengarkan).

Mufassir modern-kontemporer masih memakai definisi Tadabbur

yang gunakan oleh mufassir klasik-pertengahan, yaitu bahwa Tadabbur

menunjukkan makna adanya perhatian serius terhadap objek yang

58 Muhammad al-ṭāhir ibnu ‘Āsyūr, Tafsīr al-Taḥrīr wa al-Tanwīr, jilid 5

(Tunisia: Dār al-Tūnisiyah, 1984), 137. 59 Muhammad al-ṭāhir ibnu ‘Āsyūr, Tafsīr al-Taḥrīr wa al-Tanwīr, jilid 18, 87. 60 Wahbah al-Zuḥailī, al-Tafsīr al-Munīr, jilid 3 (Damaskus: Dār al-Fikr, 2009),

117. 61 Wahbah al-Zuḥailī, al-Tafsīr al-Munīr, jilid 13, 446.

Page 124: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

110

dijadikan Tadabbur. Perhatian itu sampai dengan apa yang ada dibalik

sesuatu yang ditadabburi, lalu konsekuensi atau akibat yang timbul

darinya, serta ujung atau kesudahan darinya. Musṭafā al-Marāgī (1883-

1952 M) menambahkan aspek yang dituju oleh Tadabbur adalah sampai

dengan memperhatikan hakikat sesuatu yang ditadabburi dan juga bagian-

bagiannya kemudian memperhatikan pendahulunya dan sebab-sebab

adanya.

Sama halnya dengan mufassir klasik-pertengahan, mufassir

modern-kontemporer memaknai Tadabbur yang dikaitkan dengan al-

Qur’an adalah sebagai instrumen untuk mengambil kandungan dari al-

Qur’an, diantaranya seperti nasehat-nasehat, peringatan-peringatan, dan

ancaman terhadap kemaksiatan. Musṭafā al-Marāgī (1883-1952 M) dan

Wahbah bin Musṭafā al-Zuḥaili (1932-2015 M) menambahkan tujuan

mentadabburi al-Qur’an adalah agar manusia tidak mudah menerobos

kemaksiatan dan agar tidak terjerumus pada kebinasaan.

Melihat perkembangan makna Tadabbur pada periode pasca-

Qur’anik, dapat diketahui bahwa warna etik terkesan bertambah kuat

dalam konsepsi Tadabbur. Sebagian besar penafsir berpendapat bahwa

tujuan Tadabbur diantaranya adalah agar mencegah diri melakukan

kemaksiatan. Hasan al-Bashri juga berpendapat tentang warna etik dari

Tadabbur. Ia mengatakan,

"Sungguh, Al-Quran ini telah dibaca oleh budak-budak sahaya dan

anak kecil yang tak mengerti apa pun penafsirannya. Ketahuilah

bahwa mentadabburi ayatnya tak lain adalah dengan

mengikuti segala petunjuknya. Tadabbur tak hanya menghafal

huruf-hurufnya atau memelihara dari tindakan menyianyiakan

batasannya sehingga ada seorang berkata bahwa “sungguh aku

telah membaca seluruh al-Qur'an dan tak ada satu huruf pun yang

luput”. Sungguh, demi Allah, orang itu telah menggugurkan

seluruh al-Qur'an karena al-Qur'an tidak berbekas dan tidak terlihat

pengaruhnya pada akhlak dan amalnya!"62

62 Abī Bakr ‘Abd ar-Razāq al-ṣon’ānī, al-Muṣannaf li Imam al-ḥafiḍ Abī Bakr

Page 125: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

111

D. Welthanscauung Tadabbur

Setelah menemukan makna dasar dan makna relasi Tadabbur serta

melakukan analisis sinkronik dan diakronik, tahap selanjutnya adalah

mencari Weltanschauung Tadabbur.

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab II bahwa

Weltanschauung merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dari kerja

metode simantik ini yakni menemukan sistem konseptual total atau

keseluruhan konsep terorganisir yang disimbolkan dengan kosakata

masyarakat pengguna bahasa.63 Jadi secara sederhana dapat diistilahkan

dalam aspek linguistiknnya disebut dengan kosakata, dan dalam aspek

konseptualnya adalah suatu Weltanschauung. Kemudian Tujuan akhir

seorang semantisis yang mengkaji al-Qur’an adalah mengatur sifat dan

mekanisme kerja keseluruhan sistem konsep al-Qur’an yang secara

esensial yang berbeda dengan semua sistem konsep non-al-Qur’an.64

Weltanschauung Tadabbur dalam al-Qur’an membentuk sistem

kosa kata yang berhubungan erat dengan al-Qur’an. Tadabbur merupakan

kata yang dipakai secara khusus untuk seruan mendekati al-Qur’an.

Adapun seruan ini ditujukan kepada berbagai kalangan mulai dari orang

muslim, orang kafir sampai orang munafik. Hal ini menunjukan bahwa

Tadabbur al-Qur’an terbuka untuk siapa saja. Kemudian al-Qur’an

menjelaskan arah yang hendak dituju oleh Tadabbur adalah untuk

mengajak pada keimanan bagi orang musyrik dan munafik serta untuk

mengambil pelajaran di dalam al-Qur’an bagi orang muslim atau Ulul

Albāb. Makna orientasi Tadabbur dalam dunia al-Qur’an terkesan lebih

mengarah untuk penguatan tauhid.

‘Abd ar-Razāq, Jilid 3 (Beirut: Dār al-Tāṣīl, 2015), 273.

63 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 27. 64 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 29.

Page 126: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

112

Pada konsepsi jahiliyah kata Tadabbur bergeser dari makna

dasarnya yaitu akhir/belakang sesuatu. Kata Tadabbur pada masa jahiliyah

menunjukkan makna yang mereprentasikan aktifitas hati yang

berhubungan dengan hasrat perihal keinginan dan harapan. Akan tetapi

derivasi lain dari kata Tadabbur masih sering dijumpai dalam syiir

jahiliyah yang mana kata dasarnya masih terbawa, seperti kata مدبير

(mudbir), يدبير (yudbiru), ر .(adbār) أ دب

Makna dasar Tadabbur terbawa kuat pada periode pasca Qur’anik.

Para mufassir memberikan konsepsi Tadabbur yang difungsikan

sebagaimana kata يسمع (mendengarkan), فيه mempertimbangkan) النظر

sesuatu), يتفكر (memikirkan), أتمل (meneliti) dan يتصفح (menelaah). Konsepsi

tersebut berkembang sampai dengan perhatian terhadap apa yang ada

dibalik sesuatu yang ditadabburi, lalu konsekuensi atau akibat yang timbul

darinya, serta ujung atau kesudahan darinya. Kemudian para mufasir

memberikan pemaknaan Tadabbur yang dikaitkan dengan al-Qur’an yaitu

sebagai instrumen khusus untuk mengambil kandungan dari al-Qur’an,

diantaranya seperti nasehat-nasehat, peringatan-peringatan, dan ancaman

terhadap kemaksiatan. Bahkan Musṭafā al-Marāgī dan Wahbah bin

Musṭafā al-Zuḥaili menambahkan tujuan mentadabburi al-Qur’an adalah

agar manusia tidak mudah menerobos kemaksiatan dan agar tidak

terjerumus pada kebinasaan.

Tidak ditemukan pergeseran makna yang signifikan antara

konsepsi Tadabbur periode Qur’anik dan pasca Qur’anik. Namun pada

periode pasca Qur’anik kata Tadabbur mengalami penarikan makna yang

lebih luas dan variatif. penarikan makna tersebut tidak sampai keluar dari

Weltanschauung Tadabbur dalam al-Qur’an, justru malah menguatkanya,

yaitu Tadabbur sebagai sarana untuk mendekati al-Qur’an bagi siapapun

Page 127: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

113

dan dari kalangan manapun, dengan tujuan untuk menguatkan iman dan

mendapatkan pelajaran atau hikmah di dalam al-Qur’an. Warna etik

terkesan bertambah kuat dalam konsepsi Tadabbur pasca Qur’anik.

E. Relevansi Makna Tadabbur Prespektif Semantik Izutsu Dalam

Konteks Terkini

Analisis semantik bukan hanya analisis sederhana mengenai

struktur bentuk kata maupun studi makna asli yang melekat pada bentuk

sebuah kata atau analisis etimologi. Analisis etimologi hanya dapat

memberikan petunjuk bagi kita untuk mencapai makna ‘dasar’ kata.

Etimologi dalam banyak kasus tetap merupakan terkaan belaka dan sangat

sering merupakan misteri yang tak terpecahkan. Analisis semantik dalan

konsepsi Izutsu bermaksud mencapai lebih dari itu. Jika diklasifikasi ia

diakui sebagai ilmu budaya.65 Kenapa semantik disebut ilmu budaya

karena semantik mengungkap makna yang terkandung dalam al-Quran

sehingga mengetahui maksud dari suatu kata dengan melihat kandungan

ayat, yang mana sebagaian ayat menjelaskan tentang kebudayaan

masyarakat pada masa Rasulullah sehingga dapat diambil pelajaran dari

setiap kejadian untuk kemudian diaplikasikannya dalam kehidupan sehari-

sehari.

Tadabbur dalam prespektif semantik Izutsu menghasilkan

kesimpulan Weltanschauung dalam al-Qur’an yang dikonsepsikan sebagai

sarana untuk mendekati al-Qur’an bagi semua kalangan, baik dari

kalangan muslim, kalangan kafir maupun munafik, dengan tujuan untuk

menguatkan iman, mengambil pelajaran dan hikmah dalam al-Qur’an.

Artinya, menurut hemat penulis, tujuan akhir yang harus dicapai bagi

seseorang yang bertadabbur adalah membuahkan kebaikan atau bisa

65 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 17.

Page 128: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

114

menjadikan diri lebih baik.

Temuan penulis tentang Weltanschauung Tadabbur sekaligus

mengkonfirmasi kesesuaian atau ketepatan dalam kaitanya dengan apa

yang dikatakan oleh Emha Ainun Najib tentang uregensi mentadabburi al-

Qur’an disamping menafsiri al-Qur’an.66 Beliau berpendapat bahwa tafsir

hanya berlaku untuk kalangan tertentu sedangkan Tadabbur berlaku untuk

semua kalangan, baik ia bisa membaca al-Qur’an dengan fasih atau tidak.

Adapun relevansi pemaknaan Tadabbur ini dapat

diimplementasikan pada konteks umat muslim di Indonesia. Problem

jauhnya jarak tempat dan waktu dari turunya al-Qur’an, diakui atau tidak,

membuat sebagian besar umat muslim Indonesia mengalami kesulitan

memahami kandungan al-Qur’an yang mempunyai bahasa dengan tingkat

gramatikal yang tinggi, sehingga untuk mempermudah mendapat

pemahaman al-Qur’an mereka cenderung menggandalkan terjemahan saja

dan mengikuti pendapat beberapa penceramah tentang tafsir al-Qur’an.

Hal ini dalam konsep Tadabbur sah-sah saja, sebab Tadabbur terbuka

untuk siapapun, bahkan dalam al-Qur’an sendiri menyebutkan, orang

musyrik dan munafik menjadi sasaran yang diserukan oleh Allah untuk

Tadabbur. Cara kerja Tadabbur tidak seperti tafsir yang mempunyai

persyaratan ketat meliputi integritas moral dan otoritas keilmuan, kerja

Tadabbur hanya mempermasalahkan orientasi dalam memahami al-

Qur’an yakni hanya untuk menuju perubahan diri menjadi lebih baik.

Menurut hemat penulis, hal yang mendasari adanya perbedaan

syarat dalam tafsir dan Tadabbur adalah cakupan sasaran atau objek dari

hasil antara tafsir dan tadabbur. Ketatnya persayaratan tafsir disebabkan

karena hasil dari tafsir untuk konsumsi publik, sedangkan dalam Tadabbur

66 https://youtu.be/CVPVMFL50MA, lihat pada menit ke 2, diakses pada Rabu,

25 September 2019.

Page 129: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

115

tidak ditemui persyaratan yang ketat sebab hasil dari Tadabbur hanya

untuk konsumsi pribadi. Hal ini yang menjadikan tafsir terkesan eksklusif

dalam pengaplikasiannya yaitu hanya untuk kalangan tertentu. Berbeda

dengan tadabbur yang jauh lebih inklusif, dapat diaplikasikan oleh

siapapun. Namun meski tadabbur dapat diaplikasikan oleh siapapun,

tadabbur memiliki batas khusus. Batas tersebut bisa dikatakan sebagai

batas etik yaitu sebagai alat untuk mengambil hikmah dalam al-Qur’an,

untuk meperbaiki diri dan untuk mencegah diri terjerumus dalam tindak

maksiat.

Kemudian relevansi Tadabbur dalam konteks khazanah penafsiran

al-Qur'an, Tadabbur dapat menjadi solusi peredam dalam keteganggan

perdebatan tafsir yang tak mengenal titik henti. Ketegangang perdebatan

tersebut tak jarang pula menyebabkan berbagai macam konflik akibat

fanatisme berlebihan. Dari masa klasik-pertengahan banyak

sekali dijumpai perbedaan pendapat dalam penafsiran. Masing-masing

kemudian menformalkan penafsirannya hingga menjelma menjadi

kelompok-kelompok yang bersitegang, seperti Syi’ah, Khawarij,

Mu’tazilah, Maturidiyah, Qodariyah, Jabariyah, Hanafiyah, Malikiyah,

Syafi’iyah, dan lain sebagainya.

Dewasa ini pada masa modern-kontemporer perdebatan mengenai

tafsir al-Qur’an mencapai titik persoalan mengenai beberapa hal pokok

seperti, tentang tujuan tafsir, antara mengarah untuk memahami kehendak

tuhan atau memang benar-benar untuk kemanfaatan manusia. Lalu gerak

penafsiran, antara bermula dari teks menuju realitas atau sebaliknya dari

realitas menuju teks. Selanjutnya, Metode penafsiran, antara deduktif-

normatif-tekstualis atau induktif-kritis-kontekstual serta tentang

eksklusifitas dan inklusifitas tafsir. Berbagai macam perdebatan tersebut

(dari klasik hingga kontemporer) tak jarang menimbulkan konflik-konflik

Page 130: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

116

yang berkepanjangan. Padahal tujuan dari al-Quran sendiri adalah sebagai

petunjuk bagi manusia untuk menjalani kehidupan sebaik mungkin. Dan di

sinilah letak urgensi peran Tadabbur, dengan tendensi etiknya yang kuat

dapat dijadikan solusi untuk mencegah, setidaknya meminimalisir,

konflik-konflik yang terjadi akibat ketegangan perdebatan tafsir, baik dari

kalangan atas yakni para mufassirnya maupun mereka dari kalangan

bawah yakni para pengikut kelompok atau orang awam. Lebih tepatnya

untuk memukul sikap fanatisme berlebih dan memeunculkan sikap

toleransi atas ragam perbedaan pendapat. Bukankah memang perbedaan

merupakan Sunnatullah.

Page 131: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

117

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian mengenai makna Tadabbur dalam al-Qur’an prespektif

Semantik Izutsu menghasilkan Weltanschauung Tadabbur dalam al-

Qur’an membentuk sistem kosa kata yang berhubungan erat dengan al-

Qur’an. Tadabbur merupakan kata yang dipakai secara khusus untuk

seruan mendekati al-Qur’an. Adapun seruan ini ditujukan kepada berbagai

kalangan mulai dari orang muslim, orang kafir sampai orang munafik. Hal

ini menunjukan bahwa Tadabbur al-Qur’an terbuka untuk siapa saja.

Kemudian al-Qur’an menjelaskan arah yang hendak dituju oleh Tadabbur

adalah untuk mengajak pada keimanan bagi orang musyrik dan munafik

serta untuk mengambil pelajaran di dalam al-Qur’an bagi orang muslim

atau Ulul Albāb. Makna orientasi Tadabbur dalam dunia al-Qur’an

terkesan lebih mengarah untuk penguatan tauhid.

Berdasarkan perbandingan kajian historis tentang makna

Tadabbur, Pada konsepsi jahiliyah kata Tadabbur menunjukkan makna

yang merepresentasikan aktifitas hati yang berhubungan dengan hasrat

perihal keinginan dan harapan. Makna ini terkesan jauh bergeser dari pada

makna Weltanschauung Tadabbur dalam al-Qur’an.

Kemudian pada masa pasca Qur’anik yakni masa berseminya

dunia penafsiran kata Tadabbur mengalami penarikan makna yang lebih

luas dan variatif. penarikan makna tersebut tidak sampai keluar dari

Weltanschauung Tadabbur dalam al-Qur’an, justru malah menguatkannya.

Para mufassir memberikan konsepsi Tadabbur yang difungsikan

Page 132: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

118

sebagaimana kata يسمع (mendengarkan), فيه mempertimbangkan) النظر

sesuatu), يتفكر (memikirkan), أتمل (meneliti) dan يتصفح (menelaah). Konsepsi

tersebut berkembang sampai dengan perhatian terhadap apa yang ada

dibalik sesuatu yang ditadabburi, lalu konsekuensi atau akibat yang timbul

darinya, serta ujung atau kesudahan darinya. Adapun pemaknaan para

mufasir pada kata Tadabbur yang dikaitkan dengan al-Qur’an yaitu

sebagai instrumen khusus untuk mengambil kandungan dari al-Qur’an,

diantaranya seperti nasehat-nasehat, peringatan-peringatan, dan ancaman

terhadap kemaksiatan, agar tidak terjerumus pada kebinasaan. Warna etik

terkesan kuat dalam konsepsi Tadabbur pasca Qur’anik.

Untuk mendapatkan Weltanschauung terdapat makna dasar dan

makna relasi. Adapun makna dasar kata Tadabbur adalah akhir sesuatu

atau belakang sesuatu. Sementara itu makna relasional kata Tadabbur

melalui analisis sintagmatik berkaitan dengan beberapa sistem kata yaitu

pertama kata Allah sebagai kata fokus tertinggi pada sistem dunia al-

Qur’an. Kedua kata Al-Qur’an, semua ayat yang menyebutkan kata

Tadabbur menempatkan kata al-Qur’an sebagai objek dari Tadabbur.

Ketiga kata Tażakkur & Ūlūl Albāb¸ Tadabbur merupakan langkah awal

bagi Ūlūl Albāb untuk mengambil pelajaran dari al-Qur’an. Keempat kata

Musyrik & Munafik, Al-Qur’an secara jelas menegur orang musyrik dan

munafik karena keengganan mereka untuk melakukan Tadabbur terhadap

al-Qur’an. kemudian makna relasional kata Tadabbur berdasarkan analisis

paradigmatik berkaitan dengan kata Tafsir, Ta’wil, Tafakkur, Tażakkur.

Penggunaan kata Tadabbur, tafsir dan ta’wil khusus untuk al-Qur’an

sedangkan kata tafakkur dan Tażakkur lebih luas dari pada al-Qur’an.

Page 133: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

119

B. Kritik dan Saran

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih minim dan

jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya di dalam skripsi ini tentu

terdapat kesalahan-kesalahan dan kekurangan. Sehingga menurut penulis,

penelitian ini dapat dilanjutkan dengan kajian yang lebih kohesif dan

representatif. Di antara beberapa hal yang dapat dikaji dalam hal ini

adalah:

Pertama, pengkajian secara mendetail mengenai konsep Tadabbur

dalam periode pra Qur’anik yang tidak hanya terfokus pada sebagian kecil

syiir saja. Mengingat literatur penulis pada penelitian ini sangat terbatas

dalam yang hal itu karena keterbatasan literatur penulis dalam

memahaminya.

Kedua, pengkajian konsep Tadabbur dengan menggunakan metode

yang lain, seperti Semiotika, Hermeunetika dan lain sebagainya. Namun

bisa juga pengkajian terhadap konsep lain dengan pendekatan semantik,

mengingat bahwa suatu kajian kosakata dalam al-Qur’an dengan

pendekatan semantik amat sangat membantu dalam proses memahami

makna sebuah bahasa yang erat kaitannya akan budaya, pesan moral dan

peradaban.

Page 134: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

120

Page 135: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

121

DAFTAR PUSTAKA

Abī Hayyān, al-Baḥr al-Muḥīṭ, Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1993.

al-‘Amirī, Labīd bin Rabi’ah. Diwān Labīd bin Rabi’ah al-‘Amirī, Beirut:

Dār ṣādir, t.t.

Abdu al-Bāqī, Muhammad Fuād. al-Mu’jam al-Mufahras li al-Faḍ al-

Qur’ān, Mesir, Dār al-Kutub al-Miṣriyah, 1947.

Abi Su’ud, Irsyadu al-Aqli as-Salīm, Beirut: Dār Ihya’ at-Turats al-‘Arabi.

Abu Hayyan, al-Bahrul al-Muhith, Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah,

2010.

Ahmad, Riqza. al-Qur’an & Ulum al-Qur’an MindMap, Kudus: PT. Buya

Barakah, 2019.

al-Andalusī, Abd al-Ḥaq bin Gālib Ibn Aṭiyah. al-Muḥaddaru al-Wajīz fi

Tafsīr al-Kitāb al-‘Azīz, Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2001.

al-Aṣfahani, ar-Rāgib. al-Mufradāt fi Garībi al-qur’an, Beirut: Dār al-

Ma’rifat.

al-Zamakhsyari, Muhammad bin Umar. Tafsir al-Kasyaf, Beirut: Dār al-

Ma’rifat, 2009

al-Baiḍāwī, Abdullah bin Umar. Tafsīr al-Baiḍāwī, Beirut: Dār Iḥya’ al-

Turāt al-‘Arabī, 1998.

Barthes, Roland. Elemen-Elemen Semiologi terj. M. Ardiansyah,

Yogyakarta: Basabasi, 2017.

al-Baqā’ī, Burhān al-dīn. Nażmu al-Durar fī Tanāsubi al-Ayāt wa as-

Suwar, Kairo: Dār al-Kitāb al-Islāmī.

Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Rineka

Cipta, 1995.

Djadjasudarma, T. Fatimah. Semantik I Pengantar ke Arah Ilmu Makna

(Bandung : PT Refika, 1999.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Fahriana, Lukita. Pemaknaan Qalb Salim Dengan Metode Analisis

Semantik, Skripsi Ilmu al-Qur’an dan tafsir Fakultas Uśuluddin

UIN Jakarta, 2019.

Fajar, Saiful. “Konsep Syaitan dalam al Qur’an (Kajian Semantik

Toshihiko Izutsu)”. Skripsi S1: Ilmu Alqur’an dan Ilmu Tafsir,

UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta, 2018.

Fajrin, Siti Fatimah. “Konsep Al-Nar dalam al Qur’an (Analisis Semantik

Toshihiko Izutsu)”. Skripsi S1: Ilmu Alqur’an dan Tafsir, UIN

Sunan Kalijaga,Yogyakarta, 2017.

Faturrahman. “al-Quran dan Tafsirnya dalam Perspektif Toshihiko

Izutsu” Tesis S2: Pendidikan Bahasa Arab, UIN Syarif

Page 136: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

122

Hidayatullah, Jakarta, 2010.

al-Fayrūz Abady, Muhammad bin Ya'qūb Qamus al-Muhīṭ, Lebanon : Dār

Alfikr, 1995.

Habanakah al-Maidani, Abdurrahman. “Qowā’īdu at-Tadabburi al-

Amtsal li Kitābillah”, Dar al Qolam: Damaskus, 1980

Hakim, Ahmad Husnul. Kaidah-kaidah penafsiran, Depok: Lingkar Studi

al-Qur’an, 2017.

_______. Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir, Depok: Lingkar Studi al-Qur’an,

2013

Hamdān, A’syā. Diwān A’syā Hamdān wa Akhbārah, Riyad: Dār al-

‘Ulūm, 1983.

Hamidi, Lutfi. “Pemikiran Thosihiko Izutsu tentang Semantik al Quran”

Disertasi S3: Ilmu Agama Islam, UIN Sunan Kalijaga,

Yogyakarta, 2009.

Hidayatulloh, Muflihun. “Ikhlas dalam al Qur’an Prespektif Semantik

ToShihiko Izutsu”. Skripsi S1: Ilmu Alqur’an dan Ilmu Tafsir,

UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta, 2018.

Husain Ibn Muhammad, Qamus al-Qur'an, Beirut: Dār al-Ilmi al-Malayin,

1983.

Husain, ṯaha. al-ādab al-Jāhili, Kairo : Faruq, 1993.

al-Husayny, Muhibbuddin abī Fayḍ as-Sayyid Muhammad Murtaḍy Taj

al-Arūs min Jawāhir al-Qāmus, lebanon: Dār al-Fikr, 1994.

Ibn Anas, Mālik. al-Muwaṭṭa’, Beirut: Dār al-Turāṣ al-‘Arabī, 1985.

Ibn ‘Āsyūr, Muhammad al-ṭāhir. Tafsīr al-Taḥrīr wa al-Tanwīr, Tunisia:

Dār al-Tūnisiyah, 1984.

Ibn Faris, Abi Husain Ahmad. Mu’jam Maqāyīs al-Lughoh, Beirut: Dār al-

Fikr, 1979.

Ibn Hanbal, Ahmad. Musnad al-Imām Ahmad bin Hanbal, Riyad: Dār al-

Salām, 2013.

Ibnu Kaṡir, Lubab at-Tafsir, Terj. M. Abdul Ghoffar, dkk., Bogor: Pustaka

Imam Syafi’I, 2004.

Ibn Mandhur, Lisān al-Ara, Beirut: Dār Shādir, t.t.

Ismatilah, Ahmad Faqih Hasyim & M. Maimun, “Wali dan Auliya dalam

Al-Quran (Suatu Kajian dengan Pendekatan Semantik Toshihiko

Izutsu)”, dalam Jurnal Diya al-Afkar, Vol. 4, No. 02 Desember

2016.

Ibn Sulaimān, Muqātil. Tafsīr Muqātil bin Sulaimān, Beirut: Mu’asisah at-

Tārīkh al-‘Arabī, 2002.

Izzan, Ahmad. Metodologi Ilmu Tafsir, Bandung, Tafakkur, t.th..

Izutsu, Toshihiko. Relasi Tuhan dan Manusia, Pendekatan Semantik

Terhadap Al-Qur’an, Terj. Agus Fahri Husein, Supriyanto

Abdullah & Amirudin, Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1997.

Page 137: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

123

_______. Konsep-Konsep Etika Religius dalam al Quran, Yogyakarta,

Tiara Wacana Yogya, 1993.

Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuṭi, Tafsir al-Jalalain, Dār

Ibnu Kaṡir, t.t.

al-Jauhari, Abu Nashr. as-Shihah Tāj al-Lughoh, Beirut: Dār al-Ilmu

Lilmalaayiin, 1987.

Karnianto, Sigit. “Kemampuan Berpikir Positif Mutadabbirin al Qur’an”.

Skripsi S1 : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2013

Kurniawan, Wahyu. “Makan Khalifah dalam al Qur’an : Tinjauan

Semantik al Qur’an Toshihiko Izutsu”, Skripsi S1: Ilmu Alqur’an

dan Ilmu Tafsir, IAIN Salatiga, 2017.

Kusdiansyah, Pandu. “Pendekatan semantik terhadap lafadz nur dalam

Alquran: Pendekatan Semantik Toshihiko Izutsu”. Tesis S2: Ilmu

Alqur’an dan Ilmu Tafsir, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

2018.

Mahmud, Mohammad Natsir. Orientalisme; al-Qur’an di Mata Barat

(Sebuah Studi Evaluatif), Semarang, Dina Utama, 1997.

Maisarah dkk., “Keutamaan Amalan Tadabbur al-Qur’an Terhadap

Pelajar Tahfiz”. Jurnal at Turath Vol. 3 No. 2, 2018.

Ma’shum bin Ali, al-Amṡilatu at-Tashrifiyah, Maktabah as-Syaikh Salim

bin Sa’ad, 1965.

Mansur, Imam. Telaah Kritis Syarat Mufassir Abad 21, Jurnal QOF, Vol.

2, nomor 2, juli, 2018.

al-Marāgī, Aḥmad bin Musṭafā. Tafsīr al-Marāgī, Mesir: Maktabah wa

Maṭba’ah Miṣr, 1942.

Matsna, Muhammad. Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer,

Jakarta: Prenamedia Group, 2016.

Muhajir, Noeng. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Reka Sarasih,

1996.

Mustaqim, Abdul. Epistemologi Tafsir Kontemporer, Yogyakarta: LKis

Printing Cemerlang, 2012.

_______. Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an, Yogyakarta : Idea Press,

2016.

Natalia, Maria. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi,

Jakarta, Salemba Humanika, 2008.

Parera, Jos Daniel. Teori Simantik, Terj., Jakarta : Erlangga, 2004.

Rahman, Fazlur. Major Themes of the Qur'an, terj. Anas Mahyuddin,

Bandung: PUSTAKA, 1983..

al-Rāzī, Muḥammad ibn Umar Fakhr al-Dīn. Mafātih al-Gaīb, Beirut: Dār

al-Fikr, 1981

Rosy, Fathor. “Kitab Tadabbur al-Qur’an Karya Bahtiar Nasir Dalam

Page 138: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

124

Prespektif Epistimologi”. Tesis S2 : Pasca Sarjana UIN Sunan

Ampel, Surabaya, 2017.

Rumiani dkk., “Terapi Tadabbur al Qur’an Untuk Mengurangi

Kecemasan Menghadapi Persalinan Pertama”. Jurnal Intervensi

Psikologi Vol. 7 No. 2, Desember 2015.

al-Ṡa’ālabī, Abd al-raḥman bin Muḥammad. Tafsīr al-Ṡa’ālabī, Beirut:

Dār ‘Iḥyā’ al-Turāṣal-‘Arabī, 1998.

al-Samarqandī, Naṣir bin Muḥammad bin Aḥmad. Tafsīr al-Samarqandī,

Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1993.

al-Ṣan’ānī, Abī Bakr ‘Abd ar-Razāq. al-Muṣannaf li Imam al-ḥafiḍ Abī

Bakr ‘Abd ar-Razāq, Beirut: Dār al-Tāṣīl, 2015.

Setiawan, Muhammad Nur Kholis. al-Qur'an Kitab Sastra Terbesar,

Yogyakarta: elsaq press, 2006.

Shihab, Muhammad Quraish. Tafsir al-Misbah, Ciputat: Lentera Hati,

2009

_______. dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus,

2013.

_______. dkk., Ensiklopedi Al-Qur'an: Kajian Kosakata, Jakarta: Lentera

Hati, 2007.

Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Semantik, Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2015.

Subuki, Makyin. Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa,

Jakarta: Transpustaka, 2011.

al-Suyūṭī, Jalāl al-Dīn. ad-Dur al-Manṣūr fi al-Tafsīr bi al-Ma’ṣūr, Kairo:

Markaz li Buhūṣ wa al-Dirasāt al-‘Arabiyah, 2003.

al-Syaukānī, Muḥammad bin Alī. Fatḥul al-Qādīr, Beirut: Dār al-

Ma’rifah, 2007.

al-Ṭabarī, Abī Ja’far bin Jarīr. Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta’wīl ‘ay al-Qur’an,

Jizah: Dār Hijr, 2001.

al-Tabrīzī, Al-Khoṭīb. Syaraḥ Diwān ‘Antarah (Beirut: Dār al-Kitāb al-

‘Arabī, 1992), h. 81.

Tamim, Daris. “Kerangka Kerja Bimbingan Dengan Pendekatan

Tadabbur al Qur’an Untuk Pengembangan Karakter Sabar

Remaja”. Disertasi S3: Progam Studi Bimbingan dan Konseling,

UPI, Bandung, 2017.

Team kodifikasi Purna Siswa 2005 (KOPRAL), Kontelstualisasi Turāṣ,

Kediri: Pustaka De-Aly, 2009.

at-Thanāhi, Mahmud Muhammad. Min Asrāri al-Lughah fi al-Kitab wa

as-Sunnah, Makkah: Dār al-Fatḥ, 2008.

Yusron, Mumammad. dkk, Studi Kitab Tafsir Kontemporer, Yogyakarta:

Teras, 2006.

aż-żahabi, Muhammad Husain. Tafsīr wa al-Mufassirūn, Kuwait, Dār al-

Nawādir, 2010.

Page 139: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

125

Zakirah, Nurul. “Definisi Qawaid al-Tadabbur : Satu Analisis

Perbandingan deangn Qawaid al-Tafsir”. Jurnal Quranica Vol. 6

No. 1, Juni 2014.

al-Zuḥailī, Wahbah. al-Tafsīr al-Munīr, Damaskus: Dār al-Fikr, 2009.

https://initu.id/amp/biografi-singkat-emha-ainun-nadjib-cak-nun-jamaah-

maiyahan/ diakses pada Rabu, 25 September 2019.

https://youtu.be/CVPVMFL50MA, diakses pada Rabu, 25 September

2019.

https://youtu.be/CVPVMFL50MA, diakses pada Rabu, 25 September

2019.

Page 140: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

126

Page 141: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

127

Lampirann I

AYAT-AYAT YANG MENYEBUTKAN TADABBUR DAN DERIVASINYA

Kata Surat/ayat Turun Teks ayat Terjemah

Yunūs (10): 3 Makiyah يدبر الذييخ ل ق السم نزاو اتي و ال رض إينر بكمالل م تةيأ ي سي فيم نزامينش في ب يرال مر يد ع ل ىالع رشي مينب عديإيذاست و ى نيهييعإيل

ر ت ذ ك ر بكمف نزاعبدوهأ ف ل ليكمالل ون ذ

Sesungguhnya Tuhan kamu Dialah Allah yang menciptakan

langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam

di atas ‘Arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan.

Tidak ada yang dapat memberi syafaat kecuali setelah ada izin-

Nya. Itulah Allah, Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Apakah

kamu tidak mengambil pelajaran?

Yunūs (10): 31 Makiyah لي أ مني نزاءيو ال رضي قكممين السم كالسمع و ال بص نزار قلم ني ري ي و يريجالم ي يتي مين الم ب يو م نيريجال ي و م نيد مين ال ي ي رت

ف ي قولون الل ف س ت ت قال مر ون قلأ ف ل

Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki

kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa

(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah

yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan

mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang

mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab,

“Allah.” Maka katakanlah, “Mengapa kamu tidak bertakwa

(kepada-Nya)?”

al-Ra’d (13): 2 Madaniyah دت ر و بيغ رييع م الذيير ف ع السم نزاو اتي ع ل ىن ه نزاالل است و ى رييلي كل و الق م ر الشمس و س ر ب يرالع رشي ج لمس مىيد

ل ع لكمبيليق نزاءير ب يك تي لالي ي ف ص ي متوقينون ال مر

Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang

kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia

menundukkan matahari dan bulan; masing-masing beredar

menurut waktu yang telah ditentukan. Dia mengatur urusan

(makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-

Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu.

As-Sajdah

(32): 5

Makiyah ي ع ال رضي مين السم نزاءيإيل ب يرال مر ك نزان يد ي وم رجإيل يهيفيس ن ةمينزات عدون ارهأ لف ميقد

Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian

(urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya

Page 142: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

128

(lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.

:Al-Nisā’ (4) يتدبرون

82

Madaniyah و ل و القرآن ب رون ي ت د هيرييالليل و ج دوافييك نزان مينعينديغ أ ف ل ك ثيريا فنزا اختيل

Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur'an?

Sekiranya (Al-Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka

menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.

Muhammad

(47): 24

Madaniyah ق لوبأ ق ف القرآن أ مع ل ى ب رون ي ت د نزال نزاأ ف ل Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur'an ataukah hati

mereka sudah terkunci?

al-Mu’minūn يدبروا

(23): 68

Makiyah أ مج نزاء همم نزا ب رواالق ول آأ ف ل مي د ء همال ولي ل ي تي ب Maka tidakkah mereka menghayati firman (Allah), atau adakah

telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang

kepada nenek moyang mereka terdahulu?

Ṣad (38): 29 Makiyah مب نزار ك ب رواآي كيت نزابأ ن ز لن نزاهإيل يك أولوال ليي د لب نزابيتيهيو ليي ت ذ كر Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh

berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-

orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.

al-Ma’ārij أدبر

(70): 17

Makiyah و ت و ل Yang memanggil orang yang membelakangi dan yang ت دعوم نأ دب ر

berpaling (dari agama),

al-Mudaṣṣir

(74): 23

Makiyah و است كب ر أ دب ر kemudian berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan

diri,

al-Mudaṣṣir

(74): 33

Makiyah إيذأ دب ر ,dan demi malam ketika telah berlalu و الليلي

al-Nāzi’āt

(79): 22

Makiyah ي سع ى أ دب ر Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa).

al-Nāzi’āt مدبرات

(79): 5

Makiyah أ مرا ب ير اتي .dan (malaikat) yang mengatur urusan (dunia) ف نزالمد

:al-Naml (27) مدبرا

10

Makiyah ك أ ن ه نزاج نزان نزار آه نزات هت ز ف ل م ع ص نزاك مدبيراو ل ي ع و أ لقي ق يبو لالمرس ي نزافل د ي ل ت فإين ي ل موس ى لون ي

Dan lemparkanlah tongkatmu!” Maka ketika (tongkat itu

menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti

seekor ular yang gesit, larilah dia berbalik ke belakang tanpa

menoleh. ”Wahai Musa! Jangan takut! Sesungguhnya di

Page 143: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

129

hadapan-Ku, para rasul tidak perlu takut,

al-Qoṣaṣ (28):

31

Makiyah ك أ ن ه نزاج نزار آه نزات هت ز ف ل م ع ص نزاك مدبيراو ل و أ نأ لقي نزان و ل

مين إينك ت ف أ قبيلو ل موس ى الميني ي ع ق يبي Dan lemparkanlah tongkatmu.” Maka ketika dia (Musa)

melihatnya bergerak-gerak seakan-akan seekor ular yang

(gesit), dia lari berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Allah

berfirman), “Wahai Musa! Kemarilah dan jangan takut.

Sesungguhnya engkau termasuk orang yang aman.

:al-Taubah (9) مدبرين

25

Madaniyah ك ثيري ةو ي و م و اطين في ب تكمل ق دن ص ر كمالل إيذأ عج م حن ئنزاو ض نزاق تع ي ث ر تكمف ل مت غنيع نكمش ب تل يكمال رضبي نزار حك

تممدبيريين و لي

Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak

medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu

yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang

banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan bumi yang

luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke

belakang dan lari tunggang-langgang.

al-Anbiyā’

(21): 57

Makiyah مدبيريين و ت لليل كييد نأ صن نزام كمب عد أ نت و لوا Dan demi Allah, sungguh, aku akan melakukan tipu daya

terhadap berhala-berhalamu setelah kamu pergi

meninggalkannya.

al-Naml (27):

80

Makiyah تسميعالصمال و ل وت ى تسميعالم ل ن دع نزاء إيذ او لوامدبيرييإينك Sungguh, engkau tidak dapat menjadikan orang yang mati

dapat mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang yang tuli

dapat mendengar seruan, apabila mereka telah berpaling ke

belakang.

al-Rum (30):

52

Makiyah تسميعالصم و ل وت ى تسميعالم ل ين الدع نزاء إيذ او لوامدبيريف إينك Maka sungguh, engkau tidak akan sanggup menjadikan orang-

orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-

orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka

berpaling ke belakang.

al-Ṣaffāt (37):

90

Makiyah ف ت و لواع نهمدبيريين Lalu mereka berpaling dari dia dan pergi meninggalkannya.

Gfir (40): 33 Makiyah اللي وم ت و لون مدبيريين م نزال كممين الليمينع مو م نيضليلي نزاصي (yaitu) pada hari (ketika) kamu berpaling ke belakang (lari),

Page 144: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

130

نزال همينه نزاد tidak ada seorang pun yang mampu menyelamatkan kamu dari ف م

(azab) Allah. Dan barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah,

niscaya tidak ada sesuatu pun yang mampu memberi

petunjuk.”

النجومي al-Ṭūr(52): 49 Makiyah إدبار ر ف س ب يحهو إيدب dan pada sebagian malam bertasbihlah kepada-Nya dan (juga) و مين الليلي

pada waktu terbenamnya bintang-bintang (pada waktu fajar).

:al-An’ām (6) دابر

45

Makiyah الذيين ظ ل مواو ال مدلليي الع نزال مي ف قطيع د ابيرالق ومي ر ب ي Maka orang-orang yang zhalim itu dimusnahkan sampai ke

akar-akarnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.

al-A’rāf (7):

72

Makiyah ن نزاهو الذيين م ع هبير ح ةميننزاو ق ط ع يف أ ن ي بوا ك ذ الذيين تين نزان نزاد ابير ي ك نزانوامؤميني و م نزا

Maka Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang

bersamanya dengan rahmat Kami dan Kami musnahkan

sampai ke akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-

ayat Kami. Mereka bukanlah orang-orang beriman.

al-Anfāl (8): 7 Madaniyah أ ن ه نزال إيحد ىالطنزائيف ت ي و إيذي عيدكمالل ذ كمو ت و دون أ نغ ي ر اتيا أ نييق نزاتيهيو ي قط الشوك ةيت كونل كمو يرييدالل بيك ليم ل ق ع د ابير

الك نزافيريين

Dan (ingatlah) ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa

salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah

untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak

mempunyai kekuatan senjatalah untukmu. Tetapi Allah hendak

membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan

memusnahkan orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya,

al-Hijr (15):

66

Makiyah لي ن نزاإيل يهيذ ءيم و ق ض ي ؤل ه أ ند ابير ال مر قطوعمصبيحي ك Dan telah Kami tetapkan kepadanya (Luth) keputusan itu,

bahwa akhirnya mereka akan ditumpas habis pada waktu

subuh.

و ق دتق مييص همين Yūsuf (12): 25 Makiyah دبر أ لف ي نزاس ي يد ه نزال د ىدبرو و است ب ق نزاالب نزاب سوءاإي ق نزال تم نزاج ز اءم نأ ر اد بي هليك أ نيسج ن أ والب نزابي ل

ع ذ ابأ لييم

Dan keduanya berlomba menuju pintu dan perempuan itu

menarik baju gamisnya (Yūsuf) dari belakang hingga koyak

dan keduanya mendapati suami perempuan itu di depan pintu.

Dia (perempuan itu) berkata, “Apakah balasan terhadap orang

yang bermaksud buruk terhadap istrimu, selain dipenjarakan

atau (dihukum) dengan siksa yang pedih?”

Page 145: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

131

Yūsuf (12): 27 Makiyah ك نزان ب تو هو و إين مين الصنزاديقي ق مييصهقدميندبرف ك ذ Dan jika baju gamisnya koyak di bagian belakang, maka

perempuan itulah yang dusta, dan dia (Yūsuf) termasuk orang

yang benar.”

Yūsuf (12): 28 Makiyah ق مييص هقدمين نزار أ ى إينهمينف ل م ك يد كندبرق نزال ك يديكنإين ع ظييم

Maka ketika dia (suami perempuan itu) melihat baju gamisnya

(Yūsuf) koyak di bagian belakang, dia berkata, “Sesungguhnya

ini adalah tipu dayamu. Tipu dayamu benar-benar hebat.”

al-Qamar (54):

45

Madaniyah ب ر الد ي هز مال معو ي و لون Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur س

ke belakang.

:al-Anfāl (8) دبره

16

Madaniyah مت ح ر يفنزالي فيقيت نزالأ ومت ح ي يزاو م ني و ل ييمي وم ئيذدب ر هإيل ئ ةف ق دإيل

ء بيغ ض بمين الليو م أو اهج ه نمو بيئس ريب الم صي Dan barangsiapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok

untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan

pasukan yang lain, maka sungguh, orang itu kembali dengan

membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka

Jahanam, seburuk-buruk tempat kembali.

Ali Imrān األدبار

(3):111

Madaniyah أ ذىو إيني ق نزاتيلوكمي و ل ي نل ني ضروكمإيل ل ر ص رون وكمال دب Mereka tidak akan membahayakan kamu, kecuali gangguan-

gangguan kecil saja, dan jika mereka memerangi kamu,

niscaya mereka mundur berbalik ke belakang (kalah).

Selanjutnya mereka tidak mendapat pertolongan.

al-Anfāl (8):

15

Madaniyah أ ي ه نزا ك ف ي ت و لوهالذيين آم نواإيذ ال قييتمالذيين مروا حفنزاف ل ر ال دب

Wahai orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan

orang-orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah

kamu berbalik membelakangi mereka (mundur).

al-Ahzab (33):

15

Madaniyah ي و لون مينق بلل ك نزانواع نزاه دواالل و ك نزان ع هدالليو ل ق د ر ال دب م سئول

Dan sungguh, mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah,

tidak akan berbalik ke belakang (mundur). Dan perjanjian

dengan Allah akan diminta pertanggungjawabannya.

al-Fatḥ (48):

22

Madaniyah ر ك ف روال و لواال دب دون و ليينزاو ل و ل وق نزات ل كمالذيين ي ريال ن صي Dan sekiranya orang-orang yang kafir itu memerangi kamu

pastilah mereka akan berbalik melarikan diri (kalah) dan

mereka tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong.

Page 146: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

132

Qaf (50): 40 Makiyah السجودي ر ف س ب يحهو أ دب Dan bertasbihlah kepada-Nya pada malam hari dan setiap و مين الليلي

selesai shalat.

al-Hasyr (59):

12

Madaniyah ي رجون م ع همو ل ئينقوتيل ي نصرون همو ل ئيل ئينأخريجوال نوال ي نص رون ل ر ن ص روهمل ي و لنال دب

Sungguh, jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tidak

akan keluar bersama mereka, dan jika mereka di-perangi;

mereka (juga) tidak akan menolongnya; dan kalau pun mereka

menolongnya pastilah mereka akan berpaling lari ke belakang,

kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan.

:al-Maidah (5) أدباركم

21

Madaniyah ك ت ب المق دس ة التي ادخلواال رض ق ومي ت رت دي ل كمو ل واالل

ريين ريكمف ت ن ق ليبواخ نزاسي أ دب ع ل ىWahai kaumku! Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah

ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke

belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi

orang yang rugi.

al-Nisā’ (4) أدبارها

47

Madaniyah آمينوابي نزان زل أ ي ه نزاالذيين أوتواالكيت نزاب نزام ع كمميي نن نزامص د يقنزاليم أ ن ريق بلي أ دب وجوهنزاف ن رده نزاع ل ى نزال ع ن طميس ك م ننزاه نزاأ ون لع ن هم

و ك نزان أ مرالليم فعول السبتي أ صح نزاب

Wahai orang-orang yang telah diberi Kitab! Berimanlah kamu

kepada apa yang telah Kami turunkan (Al-Qur'an) yang

membenarkan Kitab yang ada pada kamu, sebelum Kami

mengubah wajah-wajah(mu), lalu Kami putar ke belakang atau

Kami laknat mereka sebagaimana Kami melaknat orang-orang

(yang berbuat maksiat) pada hari Sabat (Sabtu). Dan ketetapan

Allah pasti berlaku.

هم أدبار al-Anfāl (8):

50

Madaniyah ئي ك ف رواالم ل الذيين إيذي ت و ف ةي ضريبون وجوه همو ل وت ر ى ك ال رييقي ر همو ذوقواع ذ اب و أ دب

Dan sekiranya kamu melihat ketika para malaikat mencabut

nyawa orang-orang yang kafir sambil memukul wajah dan

punggung mereka (dan berkata), “Rasakanlah olehmu siksa

neraka yang membakar.”

al-Hijr (15):

65

Makiyah و اتبيعأ بيقيطعمين الليلي ي لت فيتمينف أ سريبي هليك ر همو ل كمدب ت ؤم رون أ ح دو امضواح يث

Maka pergilah kamu pada akhir malam beserta keluargamu,

dan ikutilah mereka dari belakang. Jangan ada di antara kamu

yang menoleh ke belakang dan teruskanlah perjalanan ke

tempat yang diperintahkan kepadamu.”

Page 147: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

133

al-Isra’ (17):

46

Makiyah ق لوبييمأ كينةأ ني فق هوهو آذ انييمو ق راو إيذ او ج ع لن نزاع ل ى فيأ و حد هو لواع ل ى القرآني في ر بك ريهيمن فوراذ ك رت دب

Dan Kami jadikan hati mereka tertutup dan telinga mereka

tersumbat, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan

apabila engkau menyebut Tuhanmu saja dalam Al-Qur'an,

mereka berpaling ke belakang melarikan diri (karena benci).

Muhammad

(47): 25

Madaniyah ريهيممينب عديم نزات أ دب مالإينالذيين ارت دواع ل ى د ىب ل م ل مو أ مل ى ل الشيط نزانس ول

Sesungguhnya orang-orang yang berbalik (kepada kekafiran)

setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, setanlah yang merayu

mereka dan memanjangkan angan-angan mereka.

Muhammad

(47): 27

Madaniyah ةي ضريبون ف ك يف ئيك ر همإيذ ات و ف ت همالم ل وجوه همو أ دب Maka bagaimana (nasib mereka) apa-bila malaikat (maut)

mencabut nyawa mereka, memukul wajah dan punggung

mereka?

Page 148: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

134

Lampiran II

MAKNA TADABBUR MENURUT MUFASSIR

Nama Wafat Penafsiran

Muqātil bin Sulaimān 702-767

M

يسمون)أفليتدبرون(يعنیأفل (apakah mereka tidak menghayati) yakni apakah mereka tidak mendengar

Abu Ja’far bin Jarir at-

Thabari

839-923

M

،عنالضحنزاكقوله:)أفليتدبرونالقرآن(قنزال:يتدبرون .فيهالنظرحدثنیييیبنأبطنزالب،قنزال:ثننزايزيد،قنزال:أخبنجو يبي Telah menceritakan padaku Yahya bin Abī ṭhālib, dia berkata: Yazid bercerita padaku, dia berkata :

Juwaibir mengabarkanku dari ḍaḥāka, ia mengatakan : (أفليتدبرونالقرآن ) yakni Tadabbur adalah

memperhatikan dibaliknya.

Naṣir bin Muḥammad bin

Aḥmad al-Samarqandī 1003 M

فمعنزانالقرآن،يتفكرونفمواعظالقرآن،ليعبوابنزا،ويقنزال:أفليتفكرونأفليتدبرونالقرآنيعنأفل Apakah mereka tidak menghayati al-Qur'an yakni apakah mereka tidak memikirkan nasehat-nasehat al-

Qur’an agar mereka mendapat pelajaran. Ada pendapat : apakah mereka tidak memikirkan makna-makna

al-Quran

يعلمواأنهمنللاتعنزال.ه،حتفيمنزاانزلللاتعنزالفيهمنوعدووعيد،وكثرةعجنزائبويتفكرونفيه،ويعتربونالقرآنيسمعون)أفليتدبرونالقران(يعنأفل (Apakah mereka tidak menghayati al-Qur'an) yakni apakah mereka tidak mendengar al-Qur’an dan

mengambil pelajaran darinya, dan memikirkan janji dan ancaman yang Allah turunkan dan juga

banyaknya keajaiban-keajaiban al-Qur’an sehingga mereka mengetahui bahwa al-Quran memang dari

Allah.

Muhammad bin Umar az-

Zamakhsyari,

1075-

1144 M

منزافيه،بصرتمعنزانيهأتملفإدبرهومنزايؤولإليهفعنزاقبتهومنتهنزاه،استعملفكلأتمل؛فمعنتدبرالقرآن:النظروأتملهتدبرالمر: meneliti dan mempertimbangkan pada aspek di baliknya dan pada sesuatu yang menjelaskan : تدبرالمر

konsekuensi dan kesudahannya, kemudian lafad Tadabbur digunakan dalam setiap penelitian. makna dari

Tadabbur al-Quran adalah meneliti makna-maknanya dan melihat sesuatu (yang terkandung) di dalamnya.

ومنزافيهمنالواعظوالزواجرووعيدالعصنزاةويتصفحونه)أفليتدبرونالقرآن(

Page 149: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

135

(Apakah mereka tidak menghayati al-Qur'an) merekan menelaah nasehat-nasehat, peringatan-peringatan

dan ancaman maksiat sehingga mereka tidak berani lagi bermaksiat.,

الذييؤديإلمعرفةمنزايدبرظنزاهرهنزامنالتأويلتالصحيحةوالعنزان.التأملفيهنزا،والتفكروتدبراليت: adalah mencurahkan pemikiran padanya dan meneliti sesuatu yang dapat mengantarkan kepada وتدبراليت

pengetahuan takwil yang benar dan makna-makna yang baik dari dzahirnya ayat

Abd al-Ḥaq bin Gālib Ibn

Aṭiyah al-Andalusī

1088-

1147 M

فأعقنزابالموروأتويلتالشينزاءالنظروالتدبر: .mempertimbangkan konsekuensi sesuatu dan kesudahan-kesudahan sesuatu : التدبر

Muḥammad ibn Umar Fakhr

al-Dīn al-Rāzī,

1149-

1210 M

واستقبلتمنأمريمنزافعواقبالموروادبرهنزا،ومنهقوله:إلمتدبرواأعجنزاأمورقدولتصدورهنزا،ويقنزالففصيحالكلم:لالنظرالتدبريوالتدبرعبنزارةعن استدبرت،أيلوعرفتفصدرأمريمنزاعرفتمنعنزاقبته.

: istilah untuk mempertimbangkan konsekuensi dan akhir sesuatu. Sebagaimana ungkapan : التدبريوالتدبر

sampai dimana mereka menghayati batang sesuatu telah berakhir kemunculanya, dan ungkapan yang fasih :

jika aku berhadapan dengan urusan yang dibelakangku, artinya jika aku mengetahui sesuatu aku

mengetahui pula akibat-akibatnya.

Abdullah bin Umar al-

Baiḍāwī 1286 M

فأدبرالشيء.النظرفمعنزانيهويتبصرونمنزافيه،وأصلالتدبريتأملون)افليدبرونالقرآن( (apakah mereka tidak menghayati al-Qur’an) meneliti makna-maknanya dan melihat apa yang ada di

dalamnya, asal التدبر adalah mempertimbangkan kesudahan sesuatu.

ومنزافيهمنالواعظوالزواجرحتلسرواعلىالعنزاصي.يتصفحونه)أفليتدبرونالقرآن( (apakah mereka tidak menghayati al-Qur’an) menelaah al-Qur’an dan nasihat-nasihat serta peringatan-

peringatan di dalamnya sehingga mereka tidak berani pada mkasiat.

فيهنزافيعرفوامنزايدبرظنزاهرهنزامنالتأويلتالصحيحةوالعنزانالستنبطة.ليتفكروا)ليدبرواآيته( (agar mereka menghayati tanda-tanda-Nya) agar mereka memikirkan sesuatu di balik dzahir ayat yakni

dari ta’wil yang benar dan makna yang mustanbit.

Abi Hayyan al-Andalusi 1256- لعقنزابوللدبرفإدبرهومنزايؤولإليهفعنزاقبته،استعملفكلأتمل،والدبرالنزالالكثري،سيبذلكلنهيبقىلالنظرالمروأتملالتدبر:

Page 150: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

136

1344 M التدبر : meneliti sesuatu dan mempertimbangkan apa dibaliknya dan apa yang menjadi konsekuensinya.

Kemudian istilah ini digunakan untuk setuap penelitian. الدبر adalah harta yang banyak, dinamakan demikian

sebab ia bertahan sampai ujung dan akhir.

ومنزافيهمنالواعظوالزواجر،وعيدالعصنزاةيتصفحونه)أفليتدبرون(أي (apakah mereka tidak menghayati) yakni menelaah al-Qur’an dan nasihat-nasihat serta peringatan-

peringatan di dalamnya dan juga ancaman kemaksiatan.

Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī 1445-

1505 M

فيهالنظرأخرجابنجرير،وابنالنذر،وابنأبحنزامت،عنالضحنزاك:)أفليتدبرونالقرآن(.قنزال:يتدبرون Dikeluarkan oleh ibn Jarīr dan Ibn munżir dan ibn Abī ḥātim, dari ḍaḥāka : )أفليتدبرونالقرآن( yakni

mempertimbangkannya

Abd al-raḥman bin

Muḥammad al- Ṡaālabī

1384-

1471 M

فأعقنزابالموروأتويلتالشينزاءالنظروالتدبرهو adalah memperhatikan konsekuensi sesuatu dan penjelasan/kesudahan sesuatu التدبر

فأدبرهوعواقبهنظرت؛يقنزال:تدبرتالمر:إذافيعتربونيتفكرونقنزالالروي:قولهتعنزال:)أفليتدبرونالقرآن(معننزاه:أفل al-Harawī mengatakan makna firman Allah )أفليتدبرونالقرآن( yakni apakah mereka tidak memikirkan lalu

mengambil pelajaran. Dikatakan تدبرتالمر yakni ketika aku memperhatikan dibalik sesuatu dan

konsekuensi sesuatu

Burhanuddin al-Baqo’i 1480 M

فعنزاقبتهوآخرأمرهتفكرتإذا-،يقنزال:تدبرتالشيءيتأملون)أفليتدبرون(أي ketika aku memikirkan konsekuensi dan akhir تدبرتالشي : yakni mereka meneliti, dikatakan )أفليتدبرون(

sesuatu.

Muḥammad bin Alī al-

Syaukānī 1834 M

كنزانهتفكرتيقنزالتدبرتالشيء: نزاقبتهإلمنزاتصريإليهعينظرفعنزاقبته،وأتمل،استعملفكلتمل،والتدبري:انيدبرالنسنزانأمره Dikatakan تدبرتالشيء : yakni aku memikirkan konsekuensi sesuatu, dan menelitinya, kemudian istilah تدبر

digunakan untuk تامل (meneliti).

.manusia menghayati sesuatu sampai mempertimbangkan pada konsekuensinya : التدبري

Page 151: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

137

Aḥmad bin Musṭafā al-

Marāgī

1883-

1952 M

كنزاننظرافحقيقةالشيءوأجزائه،أالتأمل)أفليتدبرونالقرآن(أصلالتدبري وسوابقهوأسبنزابه،أولواحقهفأدبرالموروعواقبهنزا،استعملفكلأتملسواءيإليهنزا،وعنزاقبةمنيعملبهومنينزالفه.وأعقنزابه،وتدبرالكلمهوالنظروالتفكرفغنزايتهومقنزاصدهالتيرم

(أفليتدبرونالقرآن) asalnya adalah التدبري yakni meneliti dibalik sesuatu dan akibat-akibatnya, kemudian istilah ini

dipakain untuk setiap penelitian begitu juga memperhatikan hakikat sesuatu dan bagian-bagiannya atau

pendahulunya dan sebab-sebabnya atau kelanjutannya dan konsekuensinya.

yakni memperhatikan dan memikirkan tujuan dan arah maksudnya, serta konsekuensi antar orang تدبرالكلم

yang melakukanya dan orang yang meninggalkanya.

منزافيهمنالواعظوالزواجرحتيقلعواعنالوقوعفالوبقنزات.يتصفحونتدبرونالقرآن:أي yakni menelaah apa yang ada di dalam al-Qur’an dari nasihat-nasihat dan peringatan-peringatan : تدبرونالقرآن

sehingga mereka berpindah dari tempat kebinasaan.

Muhammad Al-Tahir Ibn

'Ashur

1879-

1973 M

بر،أيالظهر،اشتقوامنالدبرفعل،فقنزالوا:تدب رإذا لفعنزالالتاشتقتمنالسنزاءدبرالمر،أيفغنزائبهأوفعنزاقبته،فهومنافنظروالتدبرمشتقمنالد النزامنزاة.والتدبريتعدىإلالتأم لفيهبنفسه،يقنزال:تدب رالمر.

" musytaq dari lafadz التدبر الدبر ", yaitu 'belakang'. Mereka menarik dari kata dubur (belakang) secara hakiki.

Mereka mengatakan :تدب ر ketika memperhatikan di balik suatu hal, yakni di balik ketidak adaannya, atau

akibat darinya. تدب ر termasuk fi'il yg musytaq (berasal) dari isim jamid (isim yg tidak terbentuk dari kata

lain). التدبر mutaadi (butuhkan pada objek) kepada apa yg ditadabburi, dikatakan " تدب رالمر ".

ذيبدء.وقدتقدمفالعقليفدللتالدلئلعلىمنزانصبتله.وأصلهأنهمنالنظرفدبرالمر،أيفيمنزاليظهرمنهللمتأملبدىءالنظروالتدبر:إعمنزال سورةالنسنزاء.

adalah التدبر pendayagunaan akal untuk memperhatikan petunjuk atas bukti yang sukar. Asal : التدبر

memperhatikan dibalik sesuatu hal. Penjelasanya telah dijelaskan pada surat al-Nisā’ .

Wahbah bin Musṭafā al- 1932- بنزافيه.والتبصرمعنزانيهأتمل)أفليتدبرونالقران(يتأملونالقرآنوينظرونمنزافيهمنالعنزانالبديعة،فمعنتدبرالقرآن:

Page 152: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

138

Zuḥaili 2015 M (أفليتدبرونالقران) yakni meneliti al-Qur’an dan memperhatikan makna-makna jauh didalamnya. Arti تدبر القرآن :

meneliti makna-makna dan memperhatikan kandunga al-Qur’an

(يتفهمونهويتصفحونهلريوامنزافيهمنالواعظوالزواجر،حتليقتحمواالعنزاصيويقعوافالوبقنزات.القران)يتدبرون (القرانيتدبرون) yakni memahami dan menelaahnya untuk melihat apa yang terkandung didalamya seperti

nasihat-nasihat dan peringatan-peringatan, sehingga mereka tidak menerobos kemaksiatan dan melestarikan

kebiasaan-kebiasaan (buruk).

فمعنزاناليت.)ليتدبروا(ليتدبرواأيليتفكرواوينظروا (ليتدبروا) yakni agar mereka memikirkan dan memperhatikan makna-makna ayat.

Page 153: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

139

Lampiran III

PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG TADABBUR

al-Nisā’ 82 Muhammad 24 Al-Mukminun 68 Ṣad 29

Muqātil bin Sulaimān (702-767 M)

يعلمونأنه)القرآن(فيسمعون)أفليتدبرون(يعنیأفلك نزان مينعينديغ رييالليل و ج دوافيي) ك ثيرياو ل و فنزا (هياختيل

(apakah mereka tidak menghayati)

yakni mendengar (al-Qur’an)

sehingga mereka mengetahui

(Sekiranya al-Qur'an bukan dari

Allah, pastilah mereka menemukan

banyak hal yang bertentangan di

dalamnya).

قرآن)أفليتدبرونالقران(يقولانليسمعونال (apakah mereka tidak menghayati

al-Qur’an) yakni tidak mendengar

al-Qur’an.

)أفلميدبرواالقول(يعنأفلميستمعواالقرآن(tidakkah mereka menghayati

ungkapan) yakni apak mereka tidak

mendengar al-Qur’an.

ليتدكر(بنزا)ليدبرواءايته(يعنليسمعواآيتالقرآن)والعقلفيهمنالواعظ)أولواللبب(يعنأهلاللب

(agar mereka menghayati tanda-

tanda-Nya) yakni untuk mendengar

ayat-ayat al-Qur’an (agar

mengambil pelajaran) dari nasihat-

nasihat (orang-orang yang berkal)

yakni ahli hati dan akal.

Abu Ja’far bin Jarir at-Thabari (839-923 M)

ليتدبرونقنزالأبوجعفر:يعنبقولهجلثننزاؤه:)أفللميممد،تقوالقرآن(أفليتدبرالبي يتونغريالذي

كوات يبنزاعكتنزابللا،فيعلمواحجةللاعليهمفطنزاعته،أمرك،وأنالذىأتيتهمبهمنالتنزيلمنعندربضهبعضنزالت يسنزاقمعنزانيه،وائتلفأحكنزامه،وأتييدبع،فإنذلكلوبلتصديق،وشهنزادةبعضهلبعضبلتحقيق

تنزاقضكنزانمنعندغريللالختلفتأحكنزامه،وتن معنزانيه،وأبنبعضهعنفسنزادبعض.

يعظهمبنزافأفليتدب رهؤلءالننزافقونمواعظ للاالتالقرآنالذيأنزلهعلىنبيهعليهالصل ةوالسلم،آيي

تنزيله،فيعلمواويتفكرونفحججهالتبي نهنزالمفمنزاهمعليهمقيمون؟ بنزاخطأ

د،عننزايزيد،قنزال:ثننزاسعيحدثننزابشر،قنزال:ثنبأفقنزالنزا(قتنزادةقوله:)أفليدبرونالقرآنأمعلىقلواجراعنمعصية للا،لو.إذنوللادونفالقرآن

شنزابهفهلكواتدب رهالقومفعقلوه،ولكنهمأخذوابلت

تنزيل للاقولتعنزالذكره:أفلمي تدب رهؤلءالشركون وكلمه،فيعلموامنزا

تجبنزاعليهمفيه؟حبججللاالتاحفيهمنالعب،وي عرتيفوا Firman Allah menyebutkan : Apakah

orang-orang musyrik itu tidak

menghayati apa yang Allah turunkan

dan firman-Nya sehingga mereka

mengetahui penjelasanya dan

mengerti hujah Allah kepada

mereka?

منشرائعه،فيهنزا،ومنزاشرعفيهيدبرواحج ج للايالت فيتعظواويعملوابه.

قراءة:)واختلفتالقرأةفقراءةذلك؛فقرأتهعنزامةالهذاال بروا(بلينزاء،يعنی:ليت دب ر قرآنمنأرسلننزاكليي د

)إليهمنقومكيممد.وقرأهأبوجعفروعنزاصم:برواآيته(بلتنزاء،بعن: رهأنتيممدلت ت دبليت د

وأتبنزاعك.Mengahayati hujah Allah dan apa

yang disyariatkan oleh Allah

Page 154: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

140

نزال:أخبنحدثنیييیبنأبطنزالب،قنزال:ثننزايزيد،ق،عنالضحنزاكقوله:)أفليتدبرونال قرآن(قنزالجو يبي

:يتدبرونالنظرفيه.Abu Jafar ra. Berkata:

Makna dari firman Allah أفال (

ialah apakah para يتدبرون القرآن (

mubayytun tidak merenungi apa

yang engkau ucapkan wahai

Muhammad, yakni kitab Allah.

Maka mereka akan mengerti

Otoritas Allah atas mereka dalam

taat kepadamu dan mengikuti

perintah mu. Sesungguhnya perihal

yang telah ku turunkan kepada

mereka itu dari Tuhan mereka

dengan kesempurnaan makna,

keselarasan hukum, saling

menguatkan dengan kebenaran,

saling menguji satu kepada yang

lain. Maka sesungguhnya jika

semua itu bukan dari sisi Allah

maka hukum-hukum tersebut akan

rusak, makna-makna akan saling

bertentangan, dan akan saling

memaparkan kerusakan satu sama

lain.

عندذلك.Apakah orang-orang munafik itu

tidak menghayati nasihat-nasihat

Allah di dalam al-Qur’an yang

telah diturunkan kepada nabi

SAW., dan memikirkan hujah-

hujah dalam al-Qur’an yang telah

dijelaskan pada mereka saat al-

Qur’an diturunkan, sehingga

mereka mengetahui kesalahan

mereka itu kekal.Basyar telah

menceritakan pada kami, ia

berkata : telah bercerita Yazid, ia

berkata : telah bercerita Sa’īd, dari

pendapat Qatādah : (tidakkah

mereka menghayati al-Qur'an

ataukah hati mereka sudah

terkunci?) demi Allah, di dalam

al-Qur’an mereka akan

mendapatkan ancaman berbuat

maksiat kepada Allah, jika saja

mereka memperhatikan dan

memahaminya, tetapi sayangnya

mereka justru mengambil yang

samar, sehingga mereka malah

binasa.

sehingga mereka mendapat nasehat

dan mengetahuinya.

Terdapat perbedaan qiraah : pada

umumnya dibaca ) ليدبروا ( dengan

Ya’, yakni maknanya seseorang dari

qaum yang engkau (Muhammad)

diutus pada mereka supaya

menghayati al-Qur’an. Sedangkan

Abu Ja’far dan āṣim membaca :

dengan Ta’, yakni ) لتدبروا آياته(

maknanya eangkau (Muhammad)

agar mengahayati al-Qur’an dan

mereka mengikutimu.

Page 155: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

141

Telah menceritakan padaku Yahya

bin Abī ṭhālib, dia berkata: Yazid

bercerita padaku, dia berkata :

Juwaibir mengabarkanku dari

ḍaḥāka, ia mengatakan : ن ) أفال يتدبرو

yakni Tadabbur adalah القرآن (

memperhatikan dibaliknya.

Naṣir bin Muḥammad bin Aḥmad al-Samarqandī (w. 1003 M)

مواعظالقرآن،أفليتدبرونالقرآنيعنأفليتفكرونفالقرآن،ليعبوابنزا،ويقنزال:أفليتفكرونفمعنزان

فيعلمونأنهمنعندللاتعنزالApakah mereka tidak menghayati

al-Qur'an yakni apakah mereka

tidak memikirkan nasehat-nasehat

al-Qur’an agar mereka mendapat

pelajaran. Ada pendapat : apakah

mereka tidak memikirkan makna-

makna al-Quran sehingga mereka

mengetahui bahwa al-Quran

memang dari Allah.

لقرآننا)أفليتدبرونالقران(يعنأفليسمعوتعنزالفيهمنويعتبونفيه،ويتفكرونفيمنزاانزلللا

منللاوعدووعيد،وكثرةعجنزائبه،حتيعلمواأنه تعنزال.

(Apakah mereka tidak menghayati

al-Qur'an) yakni apakah mereka

tidak mendengar al-Qur’an dan

mengambil pelajaran darinya, dan

memikirkan janji dan ancaman

yang Allah turunkan dan juga

banyaknya keajaiban-keajaiban

al-Qur’an sehingga mereka

mengetahui bahwa al-Quran

memang dari Allah.

ءفالدال)أفلميدبرواالقول(وأصلهيتدبروافأدغمالتنزا يعنأفلميتفكروافالقرآن

(tidakkah mereka menghayati

ungkapan) asalnya adalah lafad يتدبروا

lalu Ta’ diidghomkan pada Dal yakni

bermakna apakah mereka tidak

memikirkan al-Qur’an

،قرأعنزاصمف)وليدبرواآيته(أيلكييتفكروافآيتهتفيفإحدىالروايت )لتدبروا(بلتنزاءمعالنصبو

تنزائ تتدبروا،فحذفتإحدىالالدال،وهوبعنی:لبلينزاءوتركتالخرىخفيفة،وقراءةالعنزامة)ليدبروا(نزاءفوتشديدالدال،وهوبعنیليتدبروا،أدغمتالت

الدالوشددت.(agar mereka menghayati tanda-

tanda-Nya) yakni supaya mereka

memikirkan ayat-ayat-Nya. Salah

satu riwayat Āṣim membaca

. لتتدبروا bermakna ) لتدبروا (

umumnya dibaca )ليدبروا( bermakna

. ليتدبروا

Muhammad bin Umar az-Zamakhsyari (1075-1144 M)

يهفتدبرالمر:أتملهوالنظرفإدبرهومنزايؤولإلمعنتدبرعنزاقبتهومنتهنزاه،استعملفكلأتمل؛ف

يهمنالواعظ)أفليتدبرونالقرآن(ويتصفحونهومنزاف والزواجرووعيدالعصنزاة،

اأنهالقه؛ليعلمو)القول(:القرآن،يقول:أفلميتدبروليتالب فيصدقوابهوبنجنزاءبه،بل)جنزاءهممنزا

تدبريتدبرواعلىالصل،ولتدبرواعلىاخلطنزاب.ومعرفةمنزالتفكرفيهنزا،والتأملالذييؤديإلاليت:ا

Page 156: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

142

معنزانيهتبصرمنزافيه،القرآن:أتمل meneliti dan : تدبر األمر

mempertimbangkan pada aspek di

baliknya dan pada sesuatu yang

menjelaskan konsekuensi dan

kesudahannya, kemudian lafad

Tadabbur digunakan dalam setiap

penelitian. maknai dari Tadabbur

al-Quran adalah meneliti makna-

maknanya dan melihat sesuatu

(yang terkandung) di dalamnya.

لیقلوبحتلسرواعلىالعنزاصي،قنزال:)أمعسجيلعليهمبنللتأفقنزالنزا(وأمبعنبلومهزةالتقرير،

نزادة:إذاقلوبممقفلةليتوصلإليهنزاذكر.وعنقتاجراعنمعصيةللال وتدبروه،وللادوافالقرآن

ولكنهمأخذوابلتشنزابهفهلكوا.(Apakah mereka tidak menghayati

al-Qur'an) menelaah nasehat-

nasehat, peringatan-peringatan

dan ancaman maksiat sehingga

mereka tidak berani lagi

bermaksiat., kemudian firman

(ataukah hati mereka sudah

terkunci?) lafad أم bermakna بل

dan hamzah taqrir sebagai catatan

bahwa hati mereka tertutup, dzikir

tidak bisa menjangkau hati

mereka. Dari Qatādah : demi

Allah, di dalam al-Qur’an mereka

akan mendapatkan ancaman

berbuat maksiat kepada Allah,

jika saja mereka memperhatikan

dan memahaminya, tetapi

sayangnya mereka justru

mengambil yang samar, sehingga

mereka malah binasa.

ابءهم(؛فلذلكأنكروهواستبدعوه : adalah al-Qur’an, dikatakan ) القول (

tidakkah mereka menghayati al-

Qur'an supaya mereka mengetahui

sesungguhnya al-Qur’an adalah

kebenaran yang jelas lalu mereka

membenarkan al-Qur’an dan Nabi

SAW., tetapi (telah datang kepada

mereka apa yang tidak pernah datang

kepada nenek moyang mereka)

sehingga mereka ingkar dan

mengenyampingkan al-Qu’an.

سنة؛يدبرظنزاهرهنزامنالتأويلتالصحيحةوالعنزانالريطنزائل،لنمناقتنعبظنزاهرالتلو،ليلمنهبكث

كمثلمنلهلقحةدرورليلبهنزا،و مهرةنثوروكنزانمثله ليستولدهنزا.

lafad يتدبروا adalah asalnya,

sedangkan lafad ولتدبروا untuk lawan

bicara. وتدبر اآليات adalah

mencurahkan pemikiran padanya

dan meneliti sesuatu yang dapat

mengantarkan kepada pengetahuan

tentang takwil yang benar dan

makna-makna yang baik dari

dzahirnya ayat, sebab sesorang

yang puas dengan dzahirnya ayat

maka tidak bisa membuka manfaat

yang banyak, perumpamaanya

ibarat orang yang punya sapi perah

tapi ia tidak memerah susunya ,dan

ibarat gadis yang sudah dimahari

(nikahi) tapi tidak untuk

mendapatkan keturunan.

Page 157: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

143

Abd al-Ḥaq bin Gālib Ibn Aṭiyah al-Andalusī (1088-1147 M)

نبغريبرهنزانالعنهؤلءالننزافقونالطنزاعنونعليكالرافعوظرونفصدرنبوتك،أليرجعونإلالنصفة.وينظهرلمبراهينهموضعالجةويتدبرونکلمللاتعنزال؟فت

ور،وتلوحأدلته،والتدبر:النظرفأعقنزابالم وأتويلتالشينزاء

Mereka orang-orang munafik yang

renta, kepadamu mereka

meninggikan tanpa membawa bukti

kenabianmu. ingatlah mereka

kembali pada nisfah. apakah

mereka melihat posisi hujah,

apakah mereka menghayati kalam

Allah?

mempertimbangkan : التدبر

konsekuensi sesuatu dan

kesudahan-kesudahan sesuatu.

تدبرالقرآن:)أفليتدبرونالقرآن(توقيفوتوبيخ،وعيمبلتبي والدی.

(Apakah mereka tidak menghayati

al-Qur'an) yakni anjuran dan

teguran,

menjamin dengan : تدبر القرآن

penjelas dan petunjuk.

،والضمريبشدالدالوالبنزاء«د بر والي»وقرأمجهورالننزاس: لنزاطبة.علىا«لتدبروا»للعنزال.وقرأحفصعنعنزاصم:

ال،اصلهبتفيفالد«لتدبروا»وقرأأبوبگرعنه:سبنزابتتدبروا،وظنزاهرهذهاليةيعطيأنالتدبرمنأدبرلإنزالالقرآن،فنزالرتتيلإذاأفضلمنالذ،إذالت

يل،وبقياليةب .يكونإلمعالرتت Jumhur membaca «وا «ليدبر dengan

ditasydid dal dan ba’. Hafs dari

Āṣim membaca «لتدبروا» untuk

mengkhitobi. Abu Bakar membaca

«لتدبروا» dengan meringankan dal,

asalnya تتدبروا

Muḥammad ibn Umar Fakhr al-Dīn al-Rāzī (1149-1210 M)

رهموكيدهماعلمأنهتعنزاللنزاحکیعنالننزافق أنواعمکكنزانوايعتقدونكونهم قنزا،وكنزانكلذلكلجلأنممنزا

ونأنهمفرتفادعنزاءالرسنزالةصنزادقنزافيه،بلكنزانوايعتقدويتفكروامترص،فلجرمأمرهمللاتعنزالبنينظروا

)أفلأنليتأملوافدايللثبوتهوهوالرادمنقوله كنزانيتدبرونالقرآن(فب أنالقولالذيهوالقرآن

بنزايننزامعروفنزالموقدمكنوامنالتأملفيهمنحيثكنزانمطوللكلمالعربفالفصنزاحة،ومبأعنالتننزاقضف

Page 158: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

144

فالدلئلالدالةعلىصحةنبوته.موروادبرهنزاالتدبرعبنزارةعنالنظرفعواقبالالتدبريو

رهنزا،،ومنهقوله:إلمتدبرواأعجنزاأمورقدولتصدومنزاويقنزالففصيحالكلم:لواستقبلتمنأمريمناستدبرت،أيلوعرفتفصدرأمريمنزاعرفت

عنزاقبته.Ketauhilah sesungguhnya ketika

menceritakan tentang macam-

macam tipu daya dan kelicikan

orang munafik, itu semua karena

mereka tidak meyakini bahwa al-

Qur’an adalah risalah yang benar,

tetapi mereka meyakini bahwa al-

Qur’an itu mengada-ada dan

bohong, maka tidak diragukan

perintah Allah pada mereka untuk

mempertimbangkan dan

memikirkan petunjuk tentang

kebenaran ats kenabian

Muhammad.

istilah untuk : التدبير والتدبر

mempertimbangkan konsekuensi

dan akhir sesuatu. Sebagaimana

ungkapan : sampai dimana mereka

menghayati batang sesuatu telah

عصنزانعمره،ومنحيثينبهعلىمنزايلزمهممنمعرفةالاالبنزاطلوبرجعواومعرفةالوحدانيةفلمليتدبرونفيهليرتكو

إلالق.Enggan meneliti dalil-dalil

ketetapannya adalah maksud dari

redaksi ) أفال يتدبرون القرآن (

menjelaskan bahwa al-Qur’an telah

diketahui oleh mereka. Namun

mereka mencukupkan dari

pengetahuan yang mereka ketahui

dari kalam arab, dan membebaskan

diri dari pertentangan yang

menghabiskan umur, dan dari

pentingnya memantapkan diri untuk

mengetahui sang pencipta dan

keesaanya.

Page 159: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

145

berakhir kemunculanya, dan

ungkapan yang fasih : jika aku

berhadapan dengan urusan yang

dibelakangku, artinya jika aku

mengetahui sesuatu aku mengetahui

pula akibat-akibatnya.

Abdullah bin Umar al-Baiḍāwī (w. 1286 M)

تبصرونمنزا(يتأملونفمعنزانيهوي)افليدبرونالقرآن فيه،وأصلالتدبرالنظرفأدبرالشيء.

(apakah mereka tidak menghayati

al-Qur’an) meneliti makna-

maknanya dan melihat apa yang

ada di dalamnya, asal التدبر adalah

mempertimbangkan kesudahan

sesuatu.

همنالواعظتصفحونهومنزافي)أفليتدبرونالقرآن(ي والزواجرحتلسرواعلىالعنزاصي.

(apakah mereka tidak menghayati

al-Qur’an) menelaah al-Qur’an

dan nasihat-nasihat serta

peringatan-peringatan di

dalamnya sehingga mereka tidak

berani pada mkasiat.

نربمرآنليعلمواأنهالقم)أفلميدبرواالقول(أيالق إبعجنزالفظهووضوحمدلوله.

(tidakkah mereka menghayati

ungkapan) yakni al-Qur’an agar

mereka mengetahui bahwa al-Qur’an

itu kebenaran dari tuhan mereka

dengan kemu’jizatan lafadnya dan

kejelasan maknanya.

نزايدبرظنزاهرهنزامنروافيهنزافيعرفوام)ليدبرواآيته(ليتفكىءالتأويلتالصحيحةوالعنزانالستنبطة.وقر

منزاءأيأنتوعل«لتدبروا»علىالصلو«ليتدبروا» أمتك.

(agar mereka menghayati tanda-

tanda-Nya) agar mereka

memikirkan sesuatu di balik dzahir

ayat yakni dari ta’wil yang benar

dan makna yang mustanbit.

Asalnya dibaca «ليتدبروا» , dibaca

«لتدبروا» yakni objek perintahnya

adalah Nabi dan Ulama’

Abi Hayyan al-Andalusi (1256-1344 M)

ليهفالتدبر:أتملالمروالنظرفإدبرهومنزايؤولإالكثري،نزالعنزاقبته،استعملفكلأتمل،والدبرال سيبذلكلنهيبقىللعقنزابوللدبر

meneliti sesuatu dan : التدبر

الواعظ)أفليتدبرون(أييتصفحونهومنزافيهمنوتوقيفيوالزواجر،وعيدالعصنزاةوهواستفهنزامتوبيي

علىمنزاربم(apakah mereka tidak

ق،و)ذكرتعنزالتوبيهمعلىإعراضهمعناتبنزاعالروافيهنزاالقول(القرآنالذيأتیبهممدأي:أفلميتفكنمعنزارضتهجنزاءبهعنللا،فيعلمواأنهالعجزالذيليكتدبرهوأنمفيصدقوابهوبنجنزاءبه،وبهمووقفهمعلى

:ليتدبروا.)ليدبرواآيته(بينزاءالغيبةوشدالدالوأصلهحذفتوقرأعلى هذاالصل.والصللتتدروابتنزاءينف

؟أمإحدامهنزاعلىاخللفالذيفيهنزااهيتءالضنزارعةكيالتنزاءالتتليهنزا؟.واللمف)ليدبروا .وأسند(لم

Page 160: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

146

mempertimbangkan kesudahanya

dan apa yang menjadi

konsekuensinya. Kemudian istilah

ini digunakan untuk setuap

penelitian. الدبر adalah harta yang

banyak, dinamakan demikian sebab

ia bertahan sampai ujung dan akhir.

menghayati) yakni menelaah al-

Qur’an dan nasihat-nasihat serta

peringatan-peringatan di

dalamnya dan juga ancaman

kemaksiatan.

نزابرتمونظرهمالفنزاسد.مك Allah menegur berpalingnya mereka

dari mengikuti kebenaran, ) القول (

yakni al-Qur’an : tidakkah mereka

memikirkan ayat-ayat yang datang

dari Allah, sehingga mereka

mengetahui bahwa al-Qur’an adalah

mu’jizat yang tidak mungkin ada

yang melawanya lalu mereka

membenarkan al-Qur’an dan Nabi

SAW.

التأملالذيالتدبرفالميع،وهوالتفكرفاليت،ووأسنديقضيبصنزاحبهإلالنظرفعواقبالشينزاء.هديهإلالتذكرإلأولالعقول،لنذاالعقلفيهمنزاييتذكرواالقوهوعقله،فليتنزاجإلإلمنزايذكرهف

الصوصبلدحمذوف.اته () ليدبروا آي asalnya adalah ليتدبروا

Penyandaran التدبر adalah

memikirkan ayat-ayat, meneliti

yang mengharuskan seseorang

mempertimbangkan konsekuensi

sesuatu. Penyandaran التذكر adalah

kepada orang yang berakal sebab

akal menunjukan pada kebenaran

Ibn Katsir (1301-1372 M)

Page 161: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

147

معنيقولتعنزالیآمراعبنزادهبتدبرالقرآن،ونهينزالهالبليغة،العراضعنه،وعنتفهممعنزانيهاحملكمةوألفنزاظتضنزادولومبالمأنهلاختلففيهولاضطراب،ول

تعنزارض.Allah berfirman, memerintahkan

pada mereka untuk merenungi al-

Qur’an, serta melarang mereka

berpaling darinya, dan dari

memahami makna-makna yang

muhkam (jelas) serta lafad-lafadnya

yang mencapai makna yang

dimaksud. Dan Allah mengabarkan

pula kepada mereka bahwa di

dalam al-Qur’an itu tidak ada hal

yang bertentangan, kerancuan dan

kontradiksi.

همللقرآنيقولتعنزالمنكراعلىالشرك فعدمتفهم العظيم،وتدبرهملهوإعراضهمعنه.

فالقرآنقنزالقتنزاده:)أفلميدبرواالقول(إذاوللادونكنهمأخذوااجراعنمعصيةللالوتدبرهالقوموعقلوه،ول

بنزاتشنزابه،فهلكواعندذلك.Allah berfirman seraya mengingkari

orang-orang musyrik karena

ketidakfahaman mereka terhadap al-

Qur’an yang agung, serta tidak

memperhatikanya. Qatadah

mengatakan ) أفلم يدبروا القول ( demi

Allah, di dalam al-Qur’an mereka

akan mendapatkan ancaman berbuat

maksiat kepada Allah, jika saja

mereka memperhatikan dan

memahaminya, tetapi sayangnya

mereka justru mengambil yang

samar, sehingga mereka malah

binasa.

Page 162: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

148

Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī (1445-1505 M)

نأخرجابنجرير،وابنالنذر،وابنأبحنزامت،عرونالنظرالقرآن(.قنزال:يتدبالضحنزاك:)أفليتدبرون

فيهDikeluarkan oleh ibn Jarīr dan Ibn

munżir dan ibn Abī ḥātim, dari

ḍaḥāka :

yakni ) أفال يتدبرون القرآن(

mempertimbangkannya

أفلوأخرجعبدبنحيد،وابنجرير،عنقتنزادة:)اج نرعيدبرونالقرآن(.قنزال:إذنوللافالقرآن

معصيةللا.وابتشنزابهقنزال:ليتدبرهالقومويعقلوه،ولكنهمأخذ

فهلكواعندذلكDikeluarkan oleh ‘Abid ibn

Hamid dan ibn Jarīr, dari Qatādah

ia mengatakan : ) أفلم يدبروا القول (

demi Allah, di dalam al-Qur’an

mereka akan mendapatkan

ancaman berbuat maksiat kepada

Allah, jika saja mereka

memperhatikan dan

memahaminya, tetapi sayangnya

mereka justru mengambil yang

samar, sehingga mereka malah

binasa.

رواالقول(.أخرجابنأبحنزامتعنقتنزادةفقوله)أفلميدباجراعنمع يةللاصقنزال:إذنوللاكنزانوادونفالقرآن

،لوتذبرهالقوموعقلوه.Dikeluarkan oleh ibn abī ḥātim, dari

Qatadah, ia mengatakan

demi Allah, di dalam ) أفلم يدبروا القول (

al-Qur’an mereka akan mendapatkan

ancaman berbuat maksiat kepada

Allah, jika saja mereka

memperhatikan dan memahaminya

Abd al-raḥman bin Muḥammad al- Ṡaālabī (1384-1471 M)

شينزاء،والتدبرهوالنظرفأعقنزابالموروأتويلتالكلهيقتضيهقولهسبحنزانه:)أفليتدب رونالقرآن(،هذا

قعالجة،وهذاأمربلنظروالستدلل،عرفتعنزالیبوكنزانمنكلمالبشر،لدخلهمنزافالبشرم نأي:لو

.الية(وقولهعزمنقنزائل:)أفليتدبرونالقرآن..عيمبلت ب والدى:توقيفوتوبيخ،وتدبرالقرآن

لتأم له.لقرآن(قنزالالروي:قولهتعنزال:)أفليتدبرونا

Page 163: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

149

عه؛يكنمجالقضور،وظهرفيهالتننزاقضوالتننزافالذيلإذهوإذذلكموجودفكلمالبشر،والقرآنمنزهعنه؛

كلماحمليطبكلشيءسبحنزانه. adalah memperhatikan التدبر

konsekuensi sesuatu dan

penjelasan/kesudahan sesuatu.

Definisi ini tercakup dalam firman

Allah )أفال يتدبرون القرآن(, ini

merupakn perintah memperhatikan

dan mengambil petunjuk kemudian

memahami Allah dengan hujah

yang tepat, yakni jika ini berasal

dari ucapan manusia maka di

dalamnya akan ditemukan

kontradiksi dan pertentangan yang

tidak mungkin dikumpulkan. Akan

tetapi al-Qur’an merupakan kalam

dari yang Maha Luas dan Maha

Suci.

دبرتالمر:معننزاه:أفليتفكرونفيعتبون؛يقنزال:تتفأدبرهوعواقبهإذانظر

Firman Allah : )أفال يتدبرون القرآن(

yakni anjuran dan teguran,

adalah pemegang bukti تدبر القرآن

dan petunjuk bagi yang meneliti.

al-Harawī mengatakan makna

firman Allah )أفال يتدبرون القرآن(

yakni apakah mereka tidak

memikirkan lalu mengambil

pelajaran. Dikatakan تدبرت األمر

yakni ketika aku memperhatikan

kesudahan dan konsekuensi

sesuatu.

Burhanuddin al-Baqo’i (w. 1480 M)

-لشيء)أفليتدبرون(أييتأملون،يقنزال:تدبرتاعنزاقبتهوآخرأمرهإذاتفكرتف

,yakni mereka meneliti )أفال يتدبرون(

dikatakan : تدبرت الشي ketika aku

memikirkan konsekuensi dan akhir

قلوب)أفليتدبرون(أىكلمنلهأهليةالتدبر/ببنمنفتحةمنشرحةليهتدواإلخري،)القران(

النزامعلكلالكتنزابهدونأنفسهمفأنيتفكروافأدبرخريالفنزارقب كلملبستفكرمنينظرف

افأدبرهو)أفلميدبرواالقول(أيالتلوعليهمبنينظروإلهإلدغنزام،عواقبهولوليبلغوافنظرهمالغنزايةبنزاأشنزار

ليعلمواأنهموجبالقبنزالوالوصنزال،ةإلأنوالوصفبحسنالقنزال،ولعلهعببلقولإشنزار

علةالنزالنزال،لعلمهبالتدبربجلیالفكر،منح العواقبحبيثأنهمنشدةإتعنزابه)ايته(أيلينظروافلبنزاطنةالتكلآيةومنزاتؤدىإليهوتوصلإليهمنالعنزانا

أشعربنزاطولالتأملفالظنزاهر.

Page 164: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

150

sesuatu. علىالمورومنزاذايلزممنعواقبهنزاليعلواانهلعونفالصلحفالرضوصلةالرحنزاموالخلصلل

كلطنزاعةوالباءةمنكلمعصية لزوم yakni setiap orang )أفال يتدبرون(

yang ahli menghayati / dengan

hati yang terbuka dan lapang agar

mereka mendapatkan kebaikan, (

dengan mereka berupaya القران (

untuk memikirkan pada al-kitab

yang mencakup segala kebaikan

dan yang menjadi pemisah antara

tiap orang yang putus asa

memikirkan seseorang yang

memperhatikan kesudahan

sesuatu dan konseskuensinya

supaya mereka mengetahui

sesungguhnya tidak ada

pertolongan pada perbaikan di

bumi, menyambung persudaraan,

ikhlas pada Allah di setiap taat

dan bebas dari setiap maksiat.

هوفلمنليتقبلهليسبهلالفهمشيءمنالقولب عدادالبهنزائم.

yakni ditujukan pada )أفلم يدبروا القول(

mereka agar mereka memperhatikan

kesudahan dan konsekuensi sesuatu

meskipun perhatian mereka tidak

sampai maksimal, supaya mereka

mengetahui sesungguhnya ucapan itu

sesuai dengan kedatangan dan

kepergian, dan sebagai gambaran

dari indahnya ungkapan, maka boleh

jadi redaksi القول itu adalah isyarat

bagi sesesorang yang tidak mau

menerimanya, ia bukan termasuk

orang yang faham justru ia adalah

bagian hewan ternak.

dengan sebab pemikiran ketika التدبر

penurunan, untuk mengetahui

alasan penurunan dengan sekiranya

dari kesungguhan mengikuti. ) ايته (

yakni supaya memperhatikan

konsekuensi setiap ayat dan apa

yang mendatangkan dan

menyampaikan pada makna-makna

batin yang bisa dirasakan dengan

penelitian yang mendalam pada

dzahir ayat.

Muḥammad bin Alī al-Syaukānī (1834 M)

تالشيء:يعرضونعنالقرآن،فليتدبرونهيقنزالتدبرلتمل،تفكرتفعنزاقبته،وأتمل،استعملفك

كنزانهينظرإلم نزاتصريإليهوالتدبري:انيدبرالنسنزانأمره

ملعليهمنالعن:أفليتفهمونه،فيعلمونبنزااشتيمنلهفهمالواعظالزاجرة،والباه القنزاطعةالتتكف،والعملوعقل،وتزجرهعنالكفربهلل،والشراكبه

الدال،وهو)ليتبوا(أصلهليتدبروا،فأدغمتالتنزاءف بحنزانهإمننزازلننزاه.وفاليةدليلعلىأنللاسمتعلقبن

ردالتلوةأنزلالقرآنللتدبر،والتفكرفمعنزانيه،لجمل

Page 165: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

151

عنزاقبتهMereka berpaling dari al-Qur’an,

lalu mereka enggan menghayatinya.

Dikatakan تدبرت الشيء : yakni aku

memikirkan konsekuensi sesuatu,

kemudian istilah تدبر digunakan

untuk تامل (meneliti).

manusia menghayati sesuatu : التدبير

sampai mempertimbangkan pada

konsekuensinya.

بعنزاصيه.Maknanya adalah apakah mereka

tidak memahami al-Qur’an, lalu

mereka mengerti tentang apa yang

tercakup disana seperti ucapan2

tercela, dan argumen2 cacat, yang

cukup bagi pribadi waras dan

yang dapat memperingatkan

tentang kufur kepada Allah,

menyekutukan Nya, dan amal

perbuatan maksiat

بدونتدبر ’Ta ,ليتدبروا asalnya adalah )ليتبروا(

diidghomkan pada Dal, ini

berhubungan dengan penurunan al-

Qur’an. Ayat ini sebagai dalil

bahwa Allah menurunkan al-Qur’an

agar dihayati dan difikirkan

maknanya, tidak semata dibaca saja

tanpa dihayati.

Aḥmad bin Musṭafā al-Marāgī (1883-1952 M)

أدبر)أفليتدبرونالقرآن(أصلالتدبريالتأملفك نزاننظراالموروعواقبهنزا،استعملفكلأتملسواء

ه،أوالشيءوأجزائه،أوسوابقهوأسبنزابفحقيقةكرفلواحقهوأعقنزابه،وتدبرالكلمهوالنظروالتفعملبهوغنزايتهومقنزاصدهالتيرميإليهنزا،وعنزاقبةمني

منينزالفه. asalnya adalah ) أفال يتدبرون القرآن (

yakni meneliti dibalik sesuatu التدبير

dan akibat-akibatnya, kemudian

istilah ini dipakain untuk setiap

penelitian begitu juga

memperhatikan hakikat sesuatu dan

واعظتدبرونالقرآن:أييتصفحونمنزافيهمنال.والزواجرحتيقلعواعنالوقوعفالوبقنزات

توعظبنزافقونمواعظللاالأيأفليتدبرهؤلءالننزاهبينهنزافتنزيلفآیكتنزابه،ويتفكرونفحججهالت

لللافيعلمواخطأمنزاهمعليهمقيمون،أمهمقدأقفمنالعبعلىقلوبمفليعقلونمنزاأنزلفكتنزابه

والواعظ؟ yakni menelaah apa : تدبرون القرآن

yang ada di dalam al-Qur’an dari

nasihat-nasihat dan peringatan-

peringatan sehingga mereka

berpindah dari tempat kebinasaan.

يعلموامنزاخصدبرواالقرآنف)أفلميدبرواالقول(أيإنمليتلوقتبهمنفصنزاحةوبلغة،وقدكنزانلديهمفسحةمنا

موأنهمبأمنمتكنهممنالتدبرفيهومعرفةأنهالقمنربمنزافيهمنإل-التننزاقضوسنزائرالعيوبالتتعرتيالكلم

لحججدامغة،وبراه سنزاطعة،إلمنزافيهمنفضنزائمق،إلمنزافيهمنتشريعإنهالداب،وسنزاميالخل

كنزانواسنزادةالبشر،واتبعهمالسودوالح كنزاناتبعوه كمنزا ر، لناتبعهمنالسنزابق الول منالؤمن

yakni sesungguhnya )أفلم يدبروا القول(

mereka enggan menghayati al-

Qur’an sehingga mereka mengetahui

fashaha dan balaghah yang khusus

Page 166: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

152

bagian-bagiannya atau

pendahulunya dan sebab-sebabnya

atau kelanjutannya dan

konsekuensinya.

متدبر الكال yakni memperhatikan dan

memikirkan tujuan dan arah

maksudnya, serta konsekuensi antar

orang yang melakukanya dan orang

yang meninggalkanya.

Maksudnya apakah orang

munafik itu tidak menghayati

nasihat-nasihat yang telah Allah

sampaikan dalam kitabNya, dan

apa mereka tidak memikirkan

hujah-hujah yang jelas dari

turunya al-Qur’an sehingga

mereka mengetahui kesalahan

mereka, ataukah Allah telah

benar-benar mengunci hati

mereka sehingga mereka tidak

mengerti pelajaran dan nasihat-

nasihat yang terkandung di dalam

kitab Allah?

dari al-Qur’an, padahal bagi mereka

terdapat cukup waktu yang

memungkinkan mereka untuk

menghayati al-Qur’an dan

mengetahui bahwa al-Qur’an itu

kebenaran dari tuhan mereka dan

sungguh al-Qur’an itu terbebas dari

kontradiksi dan segala cacat redaksi,

Muhammad Al-Tahir Ibn 'Ashur (1879-1973 M)

الدبروالتدبرمشتقمنالدبر،أيالظهر،اشتقوامنفغنزائبهفعل،فقنزالوا:تدب رإذانظرفدبرالمر،أيمنالسنزاءأوفعنزاقبته،فهومنالفعنزالالتاشتقتسه،يقنزال:بنفالنزامنزاة.والتدبريتعدىإلالتأم لفيه

تدب رالمر.أحدمهنزاأنفمعنيتدبرونالقرآن،وذلكيتملمعني أرشدإليهنزايتأملوادللةتفنزاصيلآيتهعلىالقنزاثدالتتأملوادللةالسلم ،أيتدبرتفنزاصيله؛وثنيهمنزاأني

لذيجنزاءمجلةالقرآنبلغتهعلىأنهمنعندللا،وأنا

لىمنزاوالتدبر:إعمنزالالنظرالعقليفدللتالدلئلع يفيمنزالنصبتله.وأصلهأنهمنالنظرفدبرالمر،أسورةيظهرمنهللمتأملبدىءذيبدء.وقدتقدمف

النسنزاء.قبدللةعن:أنملوتدبرواقولالقرآنلعلمواأنهالوال

كنزاناستمرارعننزادهمإل هوبصحةأغراضه،فمنزا لنمإعجنزاالكفر.ليدبرواالقول.وهذاأحدالعللالتغمرتبمف

pendayagunaan akal untuk : التدبر

memperhatikan petunjuk atas bukti

قربيتدبروا،فقلبتالتنزاءدالل«يدبروا»أصلجعفربومرجيهمنزاليتأتىالدغنزاملتفيفه.وقرأأ

نزا:لتتدبروابتنزاءاخلطنزابوتفيفالدالوأصله«لتدبروا»ومنمعهفحذفتإحدىالتنزاءيناختصنزاراواخلطنزابللنيب

منالسلم .كنزانيعلمهوهوصنزادق والتذكر:استحضنزارالذهنمنزابستحضنزارمنزاهومنسيوبستحضنزارمنزاالشأنأنل

نللننزاسآيغفلعنهوهومنزايهم العلمبه،فجعلالقرطنزاقةفإنمليتدبروامعنزانيهويكشفواعنغوامضهبقدرال

Page 167: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

153

رهننزاينزاقهذهاليتيرجححلالتدببهصنزادق.وسقرآنعلىالعنالول،أيلوأتملواوتدبرواهديال

مالتهيلصللمخريعظيم،ولنزابقواعلىفتنتهني سببإضمنزارالكفرمعإظهنزارهمالسلم.وكلالع

نزاحكيصنزاحلحبنزالم،إلأنالعنالولأشدارتبنزاطنزاب.عنهممناحوالم

" musytaq dari lafadz التدبر الدبر ",

yaitu 'belakang'. Mereka menarik

dari kata dubur (belakang) secara

hakiki. Mereka mengatakan تدبر :

ketika memperhatikan di balik

suatu hal, yakni di balik ketidak

adaannya, atau akibat darinya. تدبر

termasuk fi'il yg musytaq (berasal)

dari isim jamid (isim yg tidak

terbentuk dari kata lain). التدبر

mutaadi (butuhkan pada objek)

kepada apa yg ditadabburi,

dikatakan " تدبر األمر ".

mengandung dua يتدبرون القرآن

makna, yang pertama mengandung

makna meneliti petunjuk ayat

secara rinci yang menuntun umat

muslim untuk mencapai maksud

tsb., dengan kata lain

yang sukar. Asal دبرالت adalah

memperhatikan dibalik sesuatu hal.

Penjelasanya telah dijelaskan pada

surat al-Nisā’ .

Maksud ayat : apabila mereka

menghayati al-Qur’an maka mereka

akan mengetahui bahwa al-Qur’an

merupakan suatu kebenaran, nampak

dari petunjuk kemukjizatanya dan

keindahanya, namun mereka terus

keras kepala sebab mereka enggan

menghayati al-Qur’an. Hal demikian

merupakan salah satu penyakit yang

merusak mereka dalam kekufuran.

نزايةمنعلىتعنزاقبطبقنزاتالعلمنزاءبهليصلونإلنليتذكروامنزامكنونهولتذكرهماليةبنظريهنزاومنزايقنزاربنزا،و

هوموعظةلموموقظمنغفلتم ’huruf Ta, يتدبروا asalnya يدبروا

diganti Dal karena berdekatan

mahrajnya kemudian diiqgomkan

untuk meringankan. Abu Ja’far

membaca لتدبروا yang asalnya التتدبرو

, dibuang salah satu huruf Ta’nya

untuk meringkas dan mengkhitobi

pada Nabi SAW, dan orang muslim

yang bersama Nabi.

Page 168: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

154

mentadabburinya secara rinci.

Yang kedua mentadabburi al-

Qur'an dari segi bahasanya bahwa

ia benar datang dari Allah dan yg

menbawanya adalah seorang yg

jujur. Dalam konteks ayat di atas

makna Tadabbur yg pertama lebih

unggul, yaitu jika merenungi dan

mentadabburi petunjuk al qur'an

maka mereka akan mendapat

kebaikan besar. Kedua makna

tersebut sesuai dengan kondisi

mereka, namun makna awal lebih

sesuai dengan konteks ayat tsb.

Muhammad al-Amin bin Muhammad al-Mukhtar bin Abdul Qadir al-Jakni asy-Syinqithi (1905-1973 M) نالعظيم،معلومأنكلمنليشتغلبتدبرآيتالقرآ

بنزا؛أيتصفحهنزاوتفهمهنزا،وإدراكمعنزانيهنزا،والعملنكنزارفإنهمعرضعنهنزا،غريمدبرلنزا،فيستحقال

نزاهفهمنزااليت،إنكنزانللاأعطوالتوبيخالذكورف يقدربهعلىالتدبر.

telah diketahui bahwa setiap

orang yang tidak disibukkan

dengan mentadabburi ayat al-

Qur’an yang mulia, yakni

نيتضمنحضهمعلىتدبرهذاالقولالذيهوالقرآق،وأنالعظيم؛لنمإنتدبروهتدبراصنزادقنزاعلمواأنهح

م.اتبنزاعهواجبوتصديقمنجنزاءبه ل Mengandung himbauan pada mereka

untuk mentadabburi ungkapan ini

yakni al-Qur’an yang mulia, sebab

sesungguhnya mereka bila

mendadabburi al-Qur’an dengan

benar maka mereka akan mengetahui

bahwa al-Qur’an adalah kebenaran,

Page 169: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

155

melakukan penelaahan dan

memahaminya, lalu mengetahui

makna-maknanya serta

mengamalkanya, sesungguh ia

telah berpaling dari al-Qur’an

tanpa menghayatinya maka layak

ia melakukan pengingkaran

sebagaimana pada ayat ini.

wajib mengikutinya serta wajib

membenarkan yang membawanya

(Nabi)

Wahbah bin Musṭafā al-Zuḥaili (1932-2015 M)

نمنزافيهمن)أفليتدبرونالقران(يتأملونالقرآنوينظرونزانيهوالتبصرالعنزانالبديعة،فمعنتدبرالقرآن:أتملمع

بنزافيه.من»سببالنزول:رویمقنزاتلأنالنيبكنزانيقول:فقنزال«أحبنفقدأحبللا،ومنأطنزاعنفقدأطنزاعللاقدقنزارفالننزافقون:ألتسمعونإلمنزايقولهذاالرجل؟لذهرب الشرك،وقدنىأننعبدغريللا،ويريدأننت

ةكمنزااتذتالنصنزارىعيسي،فأنزلللاهذهالي -yakni meneliti al )أفال يتدبرون القران(

Qur’an dan memperhatikan makna-

makna jauh didalamnya. Arti تدبر

meneliti makna-makna dan : القرآن

memperhatikan kandunga al-

Qur’an

Sebab turun : diriwayatkan dari

ريوامنزافيهمنمونهويتصفحونهل(يتفهالقران)يتدبرونقعوافالواعظوالزواجر،حتليقتحمواالعنزاصيوي

الوبقنزات.(القران)يتدبرون yakni memahami

dan menelaahnya untuk melihat

apa yang terkandung didalamya

seperti nasihat-nasihat dan

peringatan-peringatan, sehingga

mereka tidak menerobos

kemaksiatan dan melestarikan

kebiasaan-kebiasaan (buruk).

االقرآن)أفلميدبرواالقول(أيأفليتفهمالشركونهذفصنزاحةالعظيم؟معأنمخصوابه،وهومعروفلمبينزانو

وبلغةومضمونسنزامينزا،ولينزلعلىرسولأكملولعليهميقنزابلوانعمةللاأشرفمنه،فكنزاناللئقبؤلءأن

تضنزاهنزا.بقبولنزا،والقينزامبشكرهنزاوتفهمهنزا،والعملبق yakni apakah orang )أفلم يدبروا القول(

musyrik enggan memahami al-

Qur’an yang mulia ini? Seraya

mereka perhatian padanya. al-Qur’an

dikenal oleh mereka pada

kejelasanya, kefasihanya,

balaghahnya dan kandunganya yang

mulia, dan tidak mengurangi

kesempurnaan dan kemuliyaan rasul,

maka patut bagi mereka menerima

nikmat Allah dan mensyukurinya

معنزاناليت.)ليتدبروا(ليتدبرواأيليتفكرواوينظرواف زلهللاإنطريقالسعنزادةالبديةهواتبنزاعالقرآنالذيأنلهتعنزالهدىورحةللمومن والنجنزاةلنتبعه،وقدأنز

لتلوةبدونتدبرللننزاسللتدبروالتفكرفمعنزانيه،لجملردا ،وليتعظأهلالعقولالراجحةبهوببينزانه.

yakni agar mereka )ليتدبروا(

memikirkan dan memperhatikan

makna-makna ayat.

Sesungguhnya jalan kebahagiaan

yang abadi ialah mengikuti al-

Qur’an yang diturunkan oleh Allah

sebagai ppetunjuk dan rahmat bagi

orang mukmin, dan keberuntungan

bagi yang mengikuti al-Qur’an.

Sesungguhnya Allah menurunkan

al-Qur’an pada manusia untuk

Page 170: TADABBUR DALAM AL-QUR’AN (PERSPEKTIF SEMANTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...v ABSTRAK . KHOIRUR RIFQI ROBIANSYAH. Tadabbur Dalam Al-Qur’an (Perspektif

156

Muqātil sesungguhnya nabi

bersabda “barang siapa cinta

padaku maka sungguh ia juga cinta

pada Allah, dan barang siapa taat

padaku maka sungguh ia juga taat

pada Allah”, kemudian orang

munafik berkata “adakah yang

mendengarkan ucapan laki-laki ini?

Sungguh ia melarang kami

menyembah selain Allah, ia

menghendaki kami menjadikanya

sebagai tuhan sebagaimana kaum

nasrani menjadikan isa tuhan ”.

Maka kemudian turunlah ayat ini.

serta memahaminya lalu

mengamalkan yang seharusnya.

ditadabburi dan difikirkan makna-

maknanya, bukanya hanya dibaca

tanpa ditadabburi.