MORFOLOGI TUMBUHAN MENURUT PERSPEKTIF Al-QUR’AN
Transcript of MORFOLOGI TUMBUHAN MENURUT PERSPEKTIF Al-QUR’AN
MORFOLOGI TUMBUHAN
MENURUT PERSPEKTIF Al-QUR’AN
(Kajian Terhadap Tafsir Thanthâwî Jawharî)
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama
(M.Ag), di Bidang Ilmu Agama Islam
Oleh:
Hayatul Husni
NIM : 214410592
KONSENTRASI ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADIS
PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM
PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
1438 H / 2017 M
MORFOLOGI TUMBUHAN
MENURUT PERSPEKTIF Al-QUR’AN
(Kajian Terhadap Tafsir Thanthâwî Jawharî)
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama
(M.Ag), di Bidang Ilmu Agama Islam
Oleh:
Hayatul Husni
NIM : 214410592
Pembimbing:
Prof. DR. Artani Hasbi, MA.
DR. KH. Ahmad Fathoni, MA.
KONSENTRASI ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADIS
PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM
PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
1438 H / 2017 M
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Tesis dengan judul “Morfologi Tumbuhan Menurut Perspektif Al-Qur’an
(Kajian Terhadap Tafsir Thanthâwî Jauharî)” oleh Hayatul Husni dengan
NIM 214410592 telah diujikan di sidang munaqasyah Program Pascasarjana
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tanggal 21 Agustus 2017. Tesis
tersebut telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister
Agama (M.Ag) dalam bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Direktur Program Pascasarjana
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)
Jakarta
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA
Sidang Munaqasyah: tanda tangan: tanggal:
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA __________ _______
Ketua Sidang
Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA __________ _______
Sekretaris
DR. Hj. Faizah Ali Syibromalisi,M.A __________ _______
Penguji I
DR. Hj. Nadjematul Faizah, SH., M.Hum. __________ _______
Penguji II
Prof. DR. Artani Hasbi, MA. __________ _______
Pembimbing I
DR. KH. Ahmad Fathoni, MA. __________ _______
Pembimbing II
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hayatul Husni
NIM : 214410592
Tempat/Tanggal Lahir : Gunung Rajo/ 8 April 1987
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis dengan judul “Morfologi
Tumbuhan Menurut Perspektif Al-Qur’an (Kajian Terhadap Tafsir
Thanthâwî Jauharî)” adalah benar-benar hasil karya saya kecuali kutipan-
kutipan yang sudah disebutkan. Apabila di dalamnya terdapat kesalahan dan
kekeliruan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Selain itu,
apabila terdapat plagiasi yang dapat berakibat diberikan sanksi berupa
pencabutan gelar oleh Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, maka saya siap
menanggung resikonya.
Bintaro, 16 Sawal 1438 H
9 Juli 2017 M
Penulis
Hayatul Husni
بسم الله الرحمن الرحيمKATA PENGANTAR
Puji dan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan inayahnya sehingga penulisan tesis dengan
judul “Perspektif Al-Qur’an Tentang Morfologi Tumbuhan (Kajian Terhadap
Tafsir Thanthâwî Jawharî)” dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita jalan apa yang harus ditempuh untuk memperoleh keridhaan-
Nya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini mendapatkan
bantuan dari banyak pihak, untuk itu penulis sampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Huzaemah Tahido Yanggo, MA, selaku Rektor Institut Ilmu Al-
Qur’an (IIQ) Jakarta.
2. Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA, selaku Direktur Pascasarjana
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta beserta jajaran pimpinan.
3. Prof. Dr. Artani Hasbi, MA sebagai pembimbing I dan Dr. KH. Ahmad
Fathoni, MA sebagai pembimbing II yang telah memberikan ilmu dan
arahan dalam penyelesaian tesis ini.
4. Seluruh dosen Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, khususnya para
dosen dalam bidang ulum Al-Qur’an dan ulum Al-Hadits, yang turut
memberikan sumbangsih pemikiran sehingga penelitian ini dapat berjalan
lancar dan diperbaiki dengan sebaik-baiknya.
5. Seluruh civitas akademika dan perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur’an
(IIQ) Jakarta.
6. Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada ibunda tercinta
Zubaidah dan ayahanda Arnis yang telah memberikan banyak dukungan,
baik berupa dukungan waktu, pikiran, dana dan tenaganya sejak penulis
lahir sampai dengan saat ini. Kesabaran, keikhlasan, perhatian kasih
sayang ibunda dan ayahanda tidak pernah habis bahkan bermunajat tanpa
henti untuk mendoakan penulis agar mendapatkan kesuksesan dalam
menyelesaikan studi. Serta kepada kakak dan adik-adik saya yang telah
mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis.
7. Teman-teman dan sahabat seperjuangan di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)
Jakarta.
8. Ketua Yayasan, Principal, Kepala Sekolah SM(p) dan teman-teman
fasilitator Sekolah Alam Bintaro, atas dukungan dan motivasi yang
diberikan semoga kalian semua mendapatkan kemudahan dan kesuksesan
dalam segala urusan.
Penulis berdoa semoga semua pihak yang telah berjasa, baik secara
langsung maupun tidak langsung, diberikan imbalan pahala yang melimpah
baik di dunia maupun di akhirat. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa
penelitian ini belum sempurna ,karena masih terdapat kekurangan dan
kelemahan secara teoritis, metodologi dan analisis. Oleh karena itu, penulis
sangat menghargai saran dan kritikan untuk meningkatkan dan
menyempurnakan penelitian ini.
Bintaro, 16 Sawal 1438 H
9 Juli 2017 M
Penulis
Hayatul Husni
i
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penulisan
ini adalah sebagai berikut:
1. Konsonan
Initial Romanization Initial Romanization
th ط a أ
zh ظ b ب
‘ ع t ت
gh غ ts ث
f ف j ج
q ق h ح
k ك kh خ
l ل d د
m م dz ذ
n ن r ر
w و z ز
h ه s س
‘ ء sy ش
y ي sh ص
dh ض
2. Vokal Tunggal
Fathah : a
Kasrah : i
Dhammah : u
3. Vokal Panjang
â : ا
î : ي
û : و
ii
4. Vokal Rangkap
ai : ي...
au : و...
5. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti oleh alif lâm qamariyah ditraslitesrikan
dengan bunyi aslinya, contoh: al-Makkah
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lâm syamsiyah ditraslitesrikan
sesuai dengan bunyi huruf sesudahnya, contoh : ar-Rajul
6. Syaddah
Ditraslitesrikan dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid
tersebut, contoh : Rabbanâ
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN HASIL KARYA
KATA PENGANTAR
PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
ABSTRAK ............................................................................................... v
vi ...................................................................................................... الملخص
ABSTRACT …………………………………………………………...... vii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Permasalahan ....................................................................................... 14
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 15
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 15
E. Studi Pustaka ...................................................................................... 16
F. Metode Penelitian ............................................................................... 17
G. Sistematika ......................................................................................... 18
BAB II
TUMBUHAN DAN MORFOLOGI TUMBUHAN A. Tumbuhan Menurut Al-Qur’an ........................................................... 20
B. Morfologi Tumbuhan Menurut Al-Qur’an ......................................... 38
C. Morfologi Tumbuhan Menurut Ahli Sains ......................................... 82
BAB III
THANTHÂWÎ JAWHARÎ DAN TAFSIR AL-JAWÂHIR FÎ TAFSÎR
AL-QUR’AN AL-KARÎM
A. Biografi Thanthâwî Jawharî ............................................................... 105
B. Buku Al-Jawâhir Fî Tafsîr Al-Qur’an Al-Karîm ................................ 111
C. Pandangan Para Ulama Tentang Tafsir ‘Ilmi ..................................... 124
BAB IV
PENAFSIRAN THANTHÂWÎ JAWHARÎ TENTANG MORFOLOGI
TUMBUHAN
A. Penafsiran Thanthâwî Jawharî Tentang Morfologi Tumbuhan ........... 133
B. Dimensi Ilmiah Morfologi Tumbuhan Dalam Al-Qur’an ................... 143
C. Analisis ; Penafsiran Thanthâwî Jawharî ........................................... 156
iv
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................... 165
B. Saran ................................................................................................... 166
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
REKAPITULASI AYAT TENTANG MORFOLOGI TUMBUHAN
v
ABSTRAK
Hayatul Husni, NIM. 214410529, Prodi IAT, 2017.
Morfologi Tumbuhan Menurut Perspektif Al-Qur’an (Kajian Terhadap Tafsir
Thanthâwî Jauharî).
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penafsiran Thanthâwî Jauharî dalam
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang Morfologi Tumbuhan
melalui karyanya al Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân al Karîm. Morfologi tumbuhan
disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 39 surah yang tersebar pada 78 ayat.
Thanthâwî Jauharî membahas secara detail tentang morfologi tumbuhan pada QS.
Al-An’am [6] : 99, QS An-Naml [27]: 60 dan QS. Yasin [36]: 80. Penulis
menemukan bahwa penafsiran beliau tentang morfologi tumbuhan yang terdiri dari
akar, batang, daun, bunga dan buah masih sesuai dengan teori sains saat ini namun
belum utuh karena seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta
dilakukannya penelitian secara terus menerus sehingga menghasilkan temuan-
temuan baru.
Tesis ini sependapat dengan beberapa penelitian sebelumnya yang telah
mengkaji tentang tumbuhan secara umum juga ada kaitannya dengan morfologi
tumbuhan; Emil ‘Alî Adam, An-Nabât Fî Al-Qur’ân Al-Karîm, (2006), Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains
(2011), mereka menyimpulkan bahwa tumbuhan memberikan kontribusi yang
sangat besar bagi kehidupan manusia, karena urgensi tumbuhan diantaranya sebagai
salah satu sumber makanan pokok. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-
penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian ini difokuskan pada pembahasan
ayat-ayat tentang morfologi tumbuhan dalam Al-Qur'an yang menggunakan
pendekatan sains dengan menganalisis penafsiran Thanthâwî Jawharî serta
kontribusi tumbuhan bagi kehidupan sekarang dengan banyak mengungkap hal-hal
baru seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jenis penelitian yang digunakan merupakan studi literature (library
research) atau penelitian pustaka, yang semua datanya bersumber dari bahan-bahan
tertulis yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan topik yang dibahas.
Sumber primer dalam penelitian ini adalah kitab Tafsir al Jawâhir fî Tafsîr Al-
Qur’ân al Karîm yang diterbitkan oleh Muassasah Musthafâ al-Bâbî al-Halabî tahun
1344 H/1923 M. Sedangkan referensi-referensi sekunder yang digunakan untuk
mengkaji pembahasan tentang morfologi tumbuhan menurut Al-Qur’an diantaranya;
Tafsîr al Ayât al Kawniyah fî Al-Qur’ân al Karîm karya Zaghlûl an-Najjâr dan
Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains yang ditulis oleh Tim Lajnah
Pentashihah Al-Qur’an. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
tafsir maudhûi (tematik) dibantu dengan menggunakan pendekatan sains, karena
berupaya memahami teks ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung ayat-ayat
kauniyah.
vi
ملخص البحث
م٩٢١٢, ر ي س ف ت ال و القرآن م و ل , ع ٩١٤٤١٢ه ٢٩ حياة الحسن,
(ىر ى و ى ج او ط ن ط ي س ف ت ل إ )الدراسة القرآن عند النبات مورف ولوجيا
ل إ ة اس ر الد ه ذ ى ت ىدف ت ال ي ر ك ال آن ر لق ا ات آي ي س ف ت ف ىر ى و ى ج او ط ن ط ي س ف ت ة اس ر النبات مورف ولوجيا ن أ .ي ر لك ا آن ر لق ا ي س ف ت ف ر اى و ل ا و ل م ع ل ل خ ن م النبات مورف ولوجيا ل إ ر ي ش ت
ف ر و س ة ث ل ث ف ش ك و . ات الآي ٢٧ى ل ع ر ش ت ن ت و ل و ص ف ٩٢ ل إ ل ص ي ي ر ك ال آن ر ق ال ف ة ر و ك ذ م [ : ٩٦] س ي ة ر و س و ٦٢[ :٩٢] ل م لن ا ة ر و س و ٢٢[ : ٦] ام ع ن ال ة ر و س : النبات مورف ولوجيا ة ش اق ن م
اق ر و ل ا و ان ق ي س ال و ر و ذ ال ن م ن و ك ت ت لت ا ة ي ات ب ن ل ا اي ج و ل و ف ر و م ل ل ه ر ي س ف ت ن أ ة ب ات لك ا ىر ت . و ٧٢ اي وج ول ن ك لت ا و م ل ع ال ر ي و ط ت ن ل ف ك ي ل ن ك ل و ة ي ال الح ة ي م ل ع ال ات ي ر ظ ن ل ل اق ف و ال ز ي ل ة ه اك ف ال و ر و ى ز ال و .ة د ي د ج ج ائ ت ن اج ت ن ل ة ر تم س م ل ا ث و ح ب ال و
ام ع ل ك ش ب ات ات ب ن ل ا ن ع اه ت اس ر ت ت ت ال ة ق اب س ل ا ث و ح ب ال ض ع ب الة س ر ال ه ذ ى ت ق اف و ( ٦٠٠٠٢) ي ر ك ال آن ر ق ال ف ات ب ن ل , ا ام ى ا ل ع يل م : أ النبات مورف ولوجيا ن ع و ل ع ف ت ام اض ي أ اه ي د ل -Tumbuhan Dalam Perspektif Al, آن ر لق ا ف ح ص م ان ح ي ح ص ت ن ف ة ن ل و ي ت س اج م ل ل ة ال س ر
Qur’an dan Sains ,(٩٢١١). ن ل ان س ن ال اة ي ح ف ي ب ك ل ك ش ب م اى س ت ات ات ب لن ا ن أ او ص ل خ و ا د ح أ ات ات ب ن ل ا ة ي ه أ
ص ل ن أ و ى ة ق اب س ال ات اس ر د ال و ة اس ر د ال ه ذ ى ي ب ق ر ف ال . و ة ي س ي ئ لر ا ة ي ائ ذ غ ال ر ا
ج ه ن ب م د خ ت س ي يذ ال ي ر لك ا آن ر لق ا ف النبات مورف ولوجيا ن ع ات ي الآ ة ش اق ن م ىل ع ز ك ر ي ث ح ب ال اذ ى ن م ي ث ك ال ع م ة ي ال الح اة ي الح ف ات ات ب ن ال ة اه س م و ىر ى و ى ج او ط ن ط ي س ف ت ال ل ي ل ت ل ل خ ن م م ل ع ال .اي ج و ل و ن ك ت ال و م ل ع ال ر ي و تط ل ث م ة د ي د ج اء ي ش أ ن ع ف ش ك ال
ات ان ي ب ال اه ل ك و ، ب ت ك م ال ث ح ب ال ل ك ش لى ع ي ف ي ك ث ب و ى م د خ ت س م ل ا ث ح ب ال ع و ن و م ال ن م ة د م ت س م ال .هاي ط غ ي ت ال ع اض و م ال ب ر اش ب م ر ي غ و أ ر اش ب م ل ك ش ب ط ب ر ت ت ل ا ة ب و ت ك م ال اا م أ و ىر ى و ى ج او ط ن ط ل ي ر ك ال آن ر ق ال ي س ف ت ف ر اى و ل ا اب ت ك و ى ث ح ب ل ي ل اس س ال ر د ص م ال و
. ار ج الن ول ل غ ز ل ي ر ك ال آن ر ق ال ف ة ي ن و ك ال ات ي ال ي س ف ت اب ت ا ك ه ن م ث ح ب ل ل ة ي اف ض ال ر اص م ال ات آي ص ن م ه ف ل إ ىع س ي و ن ل ة ي م ل ع ال ة ي ر ظ الن ا ب ي ع و ض و ا م ر ي س ف ت ة ال س الر ه ذ ى ف ث ح ب ال ج ه ن م و .ة ي ن و ك ات آي ىل ع يو ت ي يذ ال آن ر ق ال
vii
ABSTRACT
Hayatul Husni, NIM. 214410529, Prodi IAT, 2017.
The Plant of Morphology in Qur'an Perspective (Study to Thanthâwî Jauharî
Interpretation).
The aims of this study is revewing the interpretation of Thanthâwî
Jauharî in interpreting the verses of the Qur'an which mentions the Plant
Morphology in his book al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur'ân al Karîm. There are
39 chapters spread over 78 verses. Thanthâwî Jauharî revealed three surah in
discussing plant morphology; QS. Al-An'am [6]: 99, QS An-Naml [27]: 60
and QS. Yasin [36]: 80. The author finds that his interpretation of plant
morphology consisting of roots, stems, leaves, flowers and fruit is still in
accordance with current scientific theories but not yet intact because of the
development of science and technology and the continuous research to
produce new findings.
This thesis agree with several previous studies that have investigated
the plant in general is also related to the morphology of plants; Emil ‘Alî
Adam, An-Nabât Fî Al-Qur’ân Al-Karîm, (2006), Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains
(2011), they conclude that plants contribute enormously to human life,
because the urgency of plants such as one of the main food sources. The
difference of this study with previous studies is that this study focused on the
discussion of verses about plant morphology in the Qur'an that uses the
approach of science by analyzing the interpretation of Thanthâwî Jawharî as
well as the contribution of plants to life today with the reveal much new
things as the development of science and technology.
The kind of research which is used in this study is literature (library
research) or literature review, which all the data taken from the written
materials directly/indirectly related to the topic. The prime source of the
research is Tafsir al Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân al Karîm published by
Muassasah Musthafâ al-Bâbî al-Halabî in 1344 H/1923 M. Whereas, the
secondary references which are used in discussing the plant morphology in
Al-Qur’an are: Tafsîr al Ayât al Kawniyah fî Al-Qur’ân al Karîm by Zaghlûl
an Najjâr and Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains written by
Tim Lajnah Pentashihah Al-Qur’an. The method which is used in the
research is tafsir maudhûi (themtic) method supported by using sains
approach, because it tries to understand the quranic verse texts consisted of
qauniyah verse.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyak ayat Al-Qur‟an yang menunjukkan tentang berbagai hakikat
yang mengajak manusia untuk mengkaji dan mengeksplorasinya secara
ilmiah dengan berusaha menafsirkan serta menggali makna yang terkandung
di dalamnya. Karena tidak hanya memuat pesan-pesan ilahiyah tentang
moralitas universal kehidupan dan masalah-masalah spiritualitas saja tetapi
juga menjadi sumber ilmu pengetahuan yang unik sepanjang kehidupan umat
manusia. Sehingga menjadikannya sebagai inspirasi untuk menghasilkan
penemuan baru sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi1.
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):
"Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS.
Ali Imran [3]:190-191)
Menurut Abudin Nata, ayat di atas Allah SWT menjelaskan bahwa
dalam penciptaan langit dan bumi serta keindahan, ketentuan dan
keistimewaan ciptaan-Nya, pergantian siang dan malam seiring berjalannya
waktu, serta pengaruhnya yang tampak pada perubahan fisik dan kecerdasan
yang disebabkan panasnya matahari dan dinginnya malam, serta pegaruhnya
1Ali Akbar, Kontribusi Teori Ilmiah Terhadap Penafsiran, (Jurnal Fakultas
Ushuluddin UIN Suska, Vol.23, no. 1, Juni 2015), h. 30-31
2
pada binatang dan tumbuh-tumbuhan adalah bukti kesempurnaan ilmu dan
kekuasaan-Nya2.
Sedangkan Ibnu Katsîr, menafsirkan bahwa sungguh Allah mencela
orang-orang yang tidak mengambil pelajaran tentang makhluk-makhluk-Nya
yang menunjukkan kepada dzat-Nya, sifat-Nya, syariat-Nya dan tanda-tanda
kekuasaan-Nya. Di sisi lain Allah juga memuji hamba-Nya yang beriman
yang selalu mengingat Allah dalam segala keadaan dan selalu memikirkan
tentang ciptaan-Nya3.
Thanthâwi Jawharî menjelaskan ayat di atas adalah dalil yang jelas
menerangkan kepada kita akan adanya Allah, kemahaesaan, kemahakuasaan
dan kesempurnaan ilmu-Nya. Celakalah bagi orang yang membaca ayat
tersebut tapi tidak memikirkannya. Selalu mengingat Allah dalam segala
keadaan; berdiri, duduk dan berbaring serta memikirkan ciptaan Allah
merupakan ibadah yang paling mulia. Karena ketika seseorang menyaksikan
langit dan bintang-bintang akan menyadarkannya bahwa hanya Allahlah sang
Khaliq yang telah menciptakan semuanya dengan penuh hikmah dan tidak
ada yang sia-sia, bahkan jika kita belum mampu menggali hikmahnya maka
berlindunglah dari siksaan api neraka4.
Upaya penafsiran terhadap Al-Qur‟an sudah tumbuh sejak zaman
Rasulullâh Saw5 dan berkembang sesuai dengan laju perkembangan dan
2 Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Tarbawi, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,2002 ),
h.133 3 Abul Fidâ‟ Ismâ‟il Ibnu „Umar Ibnu Katsîr Al-Quraisy Ad-Dimasyqî, Tafsîr Al-
Qur‟ân al-„Azhîm, (Riyadh : Dar Thayyibah li an-Nasyr wa at-Tauzî‟, 1999), Jilid, 2, cet, 2,
h. 189 4 Thanthâwî Jawharî, al-Jawâhir fî Tafsîr al-Qur‟ân al- Karîm, (Mesir : Musthafâ al
Bâbî al-Halabî, 1350 H), cet. 2, h. 182 5Rasulullâh SAW merupakan mufassir pertama yang menjelaskan tujuan yang
diinginkan Allah dari kitab-Nya yang mencakup syariat tentang hukum-hukum, kewajiban,
hal-hal yang dibolehkan dan sebagainya. Rasul SAW sebagai mubayyin atau pemberi
penjelasan yang menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya tentang arti dan kandungan Al-
Qur‟an khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak dipahami atau samar artinya. Keadaan
ini berlangsung sampai dengan wafatnya Rasul SAW. Ketika Rasul SAW masih hidup para
sahabat menanyakan persoalan-persoalan yang tidak jelas kepada beliau, namun setelah
beliau wafat mereka terpaksa melakukan ijtihad, khususnya mereka yang mempunyai
kemampuan seperti Ali bin Abi Thâlib, Ibnu Abbas, Ubay bin Ka‟ab, dan Ibnu Mas‟ûd.
Kondisi Al-Qur‟ân yang diturunkan dengan bahasa Arab sehingga bangsa Arab pada masa-
masa awal turunnya Al-Qur‟an telah mempunyai kemampuan untuk memahami maksud
dalam ayat-ayat Al-Qur‟an. Mereka tidak perlu menanyakan makna-makna Al-Qur‟an
maupun tafsirnya kepada Nabi SAW. Mereka sudah merasa cukup dengan kemampuan
3
kebutuhan umat islam untuk mengetahui seluruh segi kandungan Al-Qur‟an
serta intensitas perhatian para ulama dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an.
Penafsiran diklasifikasikan melalui tiga tinjauan, berdasarkan sumber,
metode dan corak. Berdasarkan sumbernya tafsir6 dikategorikan menjadi dua
yakni ; at-tafsîr bi al-matsûr7 dan at-tafsîr bi ar-ra‟yi
8, dari segi
metodologinya terbagi menjadi empat yaitu at-tafsîr at-tahlîlî, at-tafsîr al-
ijmâlî, at-tafsîr al-muqâran dan at-tafsîr al-maudhû‟î, dan dari segi corak
bahasa yang mereka miliki. Aspek-aspek sastra Arab telah mereka kenal sebelum mereka
menerima Al-Qur‟an. Lihat : Muhammad Thayyâr, Nail as- Sairin fî Tabaqât al- Mufassirîn,
(Pakistan : Maktabah Yaman, 2000), hal.11; Ali Hasan Al-Aridl. Sejarah dan Metodologi
Tafsir (terj.). (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hal. 124; Abdul Hayy Al-Farmawi,
Metode Tafsir Maudhu‟i dan Penerapannya, (Bandung : Pustaka Setia, 2002),hal. 239 6 Tafsir secara bahasa mengikuti wazan „‟taf‟îl‟‟ yang berasal dari akar kata al- fasr
(fa, sa, ra) yang berarti menjelaskan, menyingkap, dan menampakkan atau menerangkan
makna yang abstrak. Sedangkan secara istilah tafsir adalah ilmu yang membahas tentang tata
cara pengucapan lafaz-lafaz Al-Qur‟an, tentang petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya
baik ketika berdiri sendiri maupun ketika tersusun dan makna-makna yang dimungkinkan
baginya ketika tersusun serta hal-hal lain yang melengkapinya. Lihat : Manna‟ al-Khalil al-
Qatthân, Mabâhits fî „Ulûmil Qur‟ân, (Kairo : Maktabah Wahbah, 2000), cet. 11, h. 316-317 7 Tafsîr bi al- ma‟tsur atau tafsîr bi al- riwâyah adalah penafsiran yang berdasarkan
atas kesohehan kutipan yang diambil sesuai dengan tingkatannya dengan menafsirkan Al-
Qur‟an dengan Al-Qur'an, atau dengan sunnah karena fungsinya sebagai penjelas kitab
Allah, atau dengan apa yang diriwayatkan dari para sahabat karena mereka adalah orang
yang paling memahami kitab Allah, atau dengan perkataan para tabi‟in senior karena mereka
biasanya yang menerima ilmu langsung dari para sahabat. Seluruh kitab tafsir yang disusun
dengan menggunakan sumber manqûl atau riwayat baik Al-Qur‟an, sunnah dan pandangan
para sahabat. Lihat : Manna‟ al-Khalîl al-Qatthân, Mabâhits fî „Ulûmil Qur‟ân, h.337;
Muslim Ali Ja‟far dan Mahya Hilal al Sarhan, Manâhij al-Mufassirin, ( tt : Dar al
Ma‟rifah,1980), cet. 1, h.33; Hafiz Abdurrahman, Ulumul Qur‟an Praktis, (Bogor : IDeA
Pustaka Utama, 2003), cet. 1, h. 185 8 Tafsîr bi al-ra‟y atau tafsîr bi al-dirâyah adalah menafsirkan Al-Qur`an
berdasarkan ijtihad para mufassir itu sendiri, bukan berdasarkan riwayat-riwayat hadis dari
Nabi saw., para sahabat dan tabi'în setelah menguasai dan memahami bahasa Arab dengan
segala seginya, mengerti kata-kata bahasa Arab dengan berbagai maksudnya serta syarat-
syarat yang diperlukan oleh seorang mufassir, seperti menguasai ilmu-ilmu nahwu, sharaf,
balaghah, ushul fiqh, asbab an-nuzul dan yang lainnya. Seluruh kitab tafsir yang disusun
dengan menggunakan sumber kebahasaan atau dirayah. Lihat : Sayyid Muhammad Ali
Iyyâzî, Al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Manhâjuhum, (Teheran : Maktabah Mukmin Quraisy,
1386 H, juz I), hal. 41; Hafiz Abdurrahman, Ulumul Qur‟an Praktis, h. 185; Muhammad
Hamdu Zaglul, At-Tafsîr bi ar-Ra‟y Qawâ‟iduhu wa Dhawâbituhu wa A‟lâmuhu, (Damaskus
: Maktabah al-Farabî, 1420 H/1999 M), cet. 1, h. 107; Muhammad As-Sayyid Jibrîl,
Madkhal Al- Manâhij Al- Mufassirîn, (Kairo : Huqûq li at-Thâbi‟î, 1408 H/1987 M), cet. 1,
h. 106.
4
yang sering disebut para ulama yaitu tafsir hukum (at-tafsîr al-fiqh), tafsir
sastra dan budaya (at-tafsîr al-adab al-ijtimâ‟î), tafsir sufistik (at-tafsîr al-
isyârî), tafsir filsafat (at-tafsîr al-falsifî), dan tafsir ilmiah (at-tafsîr al-„llmî)9.
Ketika gelombang helenisme10
masuk ke dunia Islam melalui
penerjemahan buku-buku ilmiah pada masa dinasti Abbasiyah, khususnya
pada masa pemerintahan khalifah al-Ma‟mûn (wafat tahun 855 M),
muncullah kecendrungan menafsirkan Al-Qur‟an dengan teori-teori ilmu
pengetahuan yang kemuadian dikenal dengan at-tafsîr al-„ilmî11
. Sehingga
9 Penafsiran bercorak bahasa dan sastra muncul karena kelemahan orang arab dalam
memahami sastra, banyaknya orang asing yang masuk islam, sehingga dirasakan perlu untuk
menjelaskan kepada mereka tentang keistimewaan dan kedalaman arti kandungan Al-
Qur‟an. Penafsiran bercorak filsafat dan teologi muncul karena penerjemahan buku-buku
filsafat asing oleh para ilmuan muslim sehingga perlu menafsirkannya untuk menguatkan
atau menolak yang bertentangan. Penafsiran bercorak ilmiah muncul karena kemajuan ilmu
dan teknologi. Penafsiran bercorak fikih muncul akibat perkembangan ilmu fikih dan
terbentuknya berbagai mazhab fikih maka masing-masing golongan berusaha membuktikan
kebenaran pendapatnya berdasarkan penafsiran-penafsiran mereka terhadap ayat-ayat fikih.
Penafsiran bercorak tasawuf muncul karena lahirnya gerakan sifistik yang melahirkan tafsir
sufi. Penafsiran yang bercorak social kemasyarakatan muncul karena masalah-maslah yang
terjadi pada masyarakat dan ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut. Lihat :
Muhammad Husein az-Zahabî, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Jilid. 1, (Kairo : Maktabah
Wahbah, 2000), h. 107-108; Alimin Mesra, dkk, Ulumul Qur‟an, (Jakarta : PSW UIN
Jakarta, 2005), h. 218-219. 10
Gelombang Hellenisme lahir sekitar abad ke-8 H, yang menjadi cikal bakal masa
keemasan umat Islam pada abad ke-12 yang ditandai dengan penerjemahan karya-karya
intelektual asing (filsafat Yunani) secara besar-besaran agar bisa dipelajari umat Islam tanpa
batas. Kegiatan penterjemahan ini, sebagian besar dari karangan Aristoteles, Plato serta
karangan neoplatonisme, sebagian besar dari karangan Galen, kedokteran, dan juga
karangan-karangan ilmu pengetahuan Yunani lainnya. Lihat : Anis Bachtir, Gerakan
Hellenisme, ( Jurnal Tribakti, Volume 20, No. 2, Juli 2009), h. 109-110. 11
Tafsîr „Ilmî dikenal dengan tafsir saintifik adalah dengan menetapkan istilah-
istilah ilmiah ke dalam ungkapan-ungkapan Al-Qur‟ân dan berusaha mengeluarkan berbagai
ilmu dan ide atau pendapat filsafat dari ungkapan teks Al-Qur‟an. Kita akan terjatuh pada
dilema menerima makna baru atau tafsir „Ilmî sebagai bagian dari makna lafal Al-Qur‟an
kecuali jika lafal itu menodai nilai kebalaghahan Al-Qur‟an. Al-Qur‟an tidak memerlukan
keagungan ilmu seperti yang mereka paksakan terhadap ayat-ayat Al-Qur‟ân ini yang
dikhawatirkan dapat mengeluarkan Al-Qur‟an dari tujuannya yang bersifat sosiohumanis
dalam memperbaiki kehidupan manusia, melatih jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah. Tafsîr „Ilmî merupakan suatu ijtihad atau usaha keras seorang mufassir dalam
mengungkapkan hubungan ayat-ayat kauniyah dalam Al-Qur‟an dengan penemuan-
penemuan sains modern, yang bertujuan untuk memperlihatkan kemukjizatan Al-Qur‟an.
Tafsir „Ilmî juga dimaksud dengan penafsiran Al-Qur‟an yang pembahasannya menggunakan
pendekatan istilah-istilah (term-term) Ilmiah dalam mengungkapkan Al-Qur‟an, dan
seberapa dapat berusaha melahirkan berbagai cabang ilmu pengetahuan yang berbeda dan
melibatkan pemikiran-pemikiran filsafat. Tafsir „Ilmî sebagai penafsiran ayat-ayat
5
melahirkan pola baru dalam tafsir modern dimana sebagian mufassir
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan kontemporer disamping upaya
menyingkap dasar-dasar kehidupan sosial, prinsip-prinsip tasyri‟ dan teori-
teori ilmu pengetahuan dari kandungan Al-Qur‟an12
.
Tokoh tafsir bercorak ilmiah diantaranya adalah Abu Hâmid al-
Ghazâlî (450-505 H/1058-1111 M), Fakhr ar-Râzî (544-606 H/ 1148-1210
M)13
, Ibn Abû al-Fadhl al-Mursî (570-655 H/1174-1259 M), Badruddîn
Muẖammad bin „Abdullah az-Zarkâsyi (w. 765 H/1369 M), Jalâl ad-Dîn as-
Suyûthî (w.911 H/ 1505 M), Muhammad „Abduh (1265-1323 H/1849-1905
M), Thanthâwî Jawharî (1287-1358 H/ 1869-1940 M), „Abdu ar-Rahmân al-
Kawâkibî (w. 1320 H/1902 M)14
.
Tafsir „ilmî merupakan sebuah keniscayaan sejarah dan bagian dari
upaya mendialogkan Al-Qur‟an dengan aktualitas, dengan konteks, dan
sebagai respon terhadap perkembangan zaman yang senantiasa bergerak. Di
dalamnya terdapat kaidah-kaidah yang menyeluruh dan prinsip-prinsip umum
tentang hukum alam, fenomena-fenomena alam yang bisa dilihat dari waktu
ke waktu dan hal-hal lain yang berhasil diungkap oleh ilmu pengetahuan
kawniyyah yang terdapat di dalam Al-Qur‟an dengan mengaitkannya dengan ilmu
pengetahuan modern yang timbul saat sekarang. Dan ada juga sebagian ulama mengartikan
Tafsir „Ilmî‟ sebagai sebuah penafsiran terhadap ayat-ayat kawniyyah yang sesuai dengan
tuntutan dasar-dasar bahasa, ilmu pengetahuan dan hasil-hasil penelitian alam. Tafsir „Ilmî
adalah penafsiran Al-Qur‟an dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Perintah untuk
menggali pengetahuan berkenaan dengan tanda-tanda Allah pada alam semesta memang
banyak dijumpai di dalam Al-Qur‟an. Inilah alasan yang mendorong para mufasir corak ini
untuk menulis tafsirnya.Lihat : Muhammad Husain Adz-Zahabi, Tafsîr wa al-Mufassirûn,
h.474; Muhammad Nor Ichwan. Tafsir „Ilmî Memahami Al-Qur‟an Melalui Pendekatan
Sains Modern. (Yogyakarta: Menara Kudus, 2004) h. 127; Muhammad Amin Suma, Studi
Ilmu-ilmu Al-Qur‟an 2. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001) h. 135; Sayyid Agil Husin al-
Munawwar. Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Jakarta: Ciputat Press, 2002)
h.72; Quraisy Shihab, dkk. Sejarah dan Ulum Al-Qur‟an.(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999) h.
183 12
Manna al-Qathân, Mabâhits fî „Ulûm Al-Qur‟ân, (Kairo : Maktabah Wahbah,
2000), h. 360 13
Fakhr ar-Râzî merupakan ulama yang sangat terkenal dan besar pengaruhnya
terhadap munculnya tafsir yang bercorak „Ilmî. Beliau menguasai berbagai disiplin keilmuan
baik di bidang ilmu-ilmu sosial maupun bidang ilmu-ilmu alam (eksakta) ar-Râzî juga
seorang sastrawan, penyair, ahli fiqh, ahli tafsir, ahli hikmah, ahli ilmu kalam, dan seorang
dokter medis. Lihat : Muhammad al-Hilawi, Mereka Bertanya Tentang Islam, (Jakarta :
Gema Insani,1998), hal. 17 14
Muhammad Husein az-Zahabî, at- Tafsir wa al-Mufassirûn, juz I, h..352; „Abd al-
Majid „Abd as-Salâm al-Muhtasib, Ittijâh at-Tafsîr Fî al-„Ashr al-Hadîts, (Beirut : Dâr al-
Fikr, 1973), h. 246
6
modern dan kita menduga itu semua sebagai sesuatu yang baru. Padahal
bukanlah sesuatu yang baru menurut Al-Qur‟an15
.
Thanthâwî Jawharî (1287-1357 H/ 1870-1940 M)16
dikenal sebagai
penulis kitab tafsir bercorak ilmiah dengan judul al-Jawâhir fî Tafsîr Al-
Qur‟ân al-Karîm, memiliki kecendrungan dan ketertarikan yang sangat besar
terhadap keajaiban-keajaiban alam dan keajaiban berbagai makhluk. Beliau
mengatakan di dalam Al-Qur‟an terdapat ayat-ayat ilmu pengetahuan. Beliau
menganjurkan umat Islam agar memikirkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang
berkaitan dengan alam (al-„Ilmu al-Kawniyah/Natural Sciences) dan
mengamalkannya (eksperimen)17
.
Menurut Manna‟ Khalîl al-Qaththân dalam bukunya Mabâhits fi
Ulûm Al-Qur‟an, bahwa Thanthâwî Jawharî dalam menuliskan tafsirnya lebih
cenderung mengungkapkan fenomena-fenomena keajaiban alam baik yang
terjadi di bumi maupun di langit yang disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur‟an.
Beliau mengatakan bahwa terdapat 750 ayat yang membahas tentang
berbagai ilmu pengetahuan sedangkan ayat yang membahas tentang fiqih
hanya 150 ayat. Beliau sangat menyayangkan minimnya perhatian para
intektual muslim dalam menggali ayat-ayat yang menyebutkan tentang
15
Ali Hasan al „Aridl. Sejarah dan Metodologi Tafsir. (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 1994), h. 63 16
Thanthâwî Jawharî lahir di desa Kifr „Iwadillah Hîjâzî kota di Provinsi
administratif Mesir sebelah timur pada tahun 1287H/1870M. Ia adalah seorang pemikir
cendekiawan Mesir, bahkan ada yang menyebutnya sebagai seorang filosof Islam, diwaktu
kecilnya ia berguru di Al-Ghâr sambil membantu orang tuanya sebagai petani, dari sana ia
meneruskan pelajarannya ke Al-Azhar di Kairo, lalu Thanthâwî pindah ke Dâr al-„ulûm dan
menamatkannya pada tahun1311H/1893M, Thanthâwî sangat tertarik dengan cara
Muhammad „Abduh memberikan kuliah di Al-Azhar terutama dalam mata kuliah Tafsir,
oleh karna itu Thanthâwî tertarik dengan ilmu fisika, dia memandang ilmu fisika dapat
menjadi suatu studi untuk menangani kesalahpahaman orang yang menuduh bahwa Islam
menentang ilmu dan teknologi modern, daya tarik inilah yang mendorong beliau menyusun
pembahasan-pembahasan yang dapat mengkompromikan pikiran Islam dengan memajukan
studi ilmu fisika. Karya-karyanya adalah: Jawâhir al-„Ulum, An-Nizhâmu wa al-Islâm, At-
Tâju al-Murasha, Nizhâm al-„Ālam wa al-Umâm, Aina al-Insân, Ashlu al „Ālam, Al-Hikmah
wa al-Hukamâ, Bahjah al-„Ulûm fî al-falasifah al-„Arabiyah wa mawâzinatuhâ bi al-„ulûm
al-„ashriyah, dari kitab karangannya ada diantaranya yang sudah diterjemahkan dalam
bahasa Eropa, karyanya yang paling terkenal adalah Al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân. Lihat :
Muhammad Husein az- Zahabî, al Tafsîr wa al-Mufassirûn, jilid. 2, h. 370 ; „Alî Iyyâzî, Al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Minhâjuhum, juz 2, h. 256
17 Thanthâwî Jawharî, al-Jawâhir fî Tafsîr al-Qur‟ân al- Karîm, h. 2
7
hewan, tumbuh-tumbuhan, langit dan bumi yang tidak kalah pentingnya
dengan pembahasan tentang hukum18
.
Atiyah Ulfah Suriani, mengatakan bahwa Thanthâwî Jawharî dalam
menulis tafsir sainsnya berpijak atas dasar pemikiran bahwa Al-Qur‟an
mencakup seluruh ilmu pengetahuan, karena menurutnya Al-Qur‟an telah
menyampaikan isyarat pada segala persolannya dan memberi petunjuk
tentang keilmiahannya yang sesuai dan berlaku dengan ilmu pengetahuan
sekarang. Beliau menjadikan berbagai potensi keilmuan yang telah dan akan
dibentuk dalam dan dari Al-Qur‟an dapat dikembangkan secara luas19
.
Menurut Zaglûl an-Najjâr (1351 H/1933 M)20
Thanthâwî Jawharî
sudah membahas kemukjizatan Al-Qur‟an, termasuk fakta-fakta ilmiah di
dalamnya. Apa yang dijelaskan oleh Thanthâwî itu dipahami pada zaman itu.
Beliau juga tidak memiliki latar belakang keilmuan yang spesifik dengan
pembahasan yang dijelaskan. Sehingga terkesan belum utuh. Itulah,
tantangan kita dewasa ini untuk melanjutkan karya-karya ulama terdahulu
dengan pendekatan kekinian21
.
18
Manna‟ Khalîl al-Qaththân, Mabâhits fi Ulûm Al-Qur‟an, (Kairo : Maktabah
Wahbah, 2000), h. 360 19
Atiyah Ulfah Suriani, Studi Tafsir „Ilmî Thanthâwî Jawharî, (Jakarta : Tesis IIQ,
2012), h. 273 20
Zaghlû an-Najjâr yang bernama lengkap Zaghlû Raghîb Muhammad an-Najjâr
adalah seorang pakar geologi asal Mesir yang lahir pada tanggal 17 November 1933 di
salah satu desa di Provinsi al-Gharbiyyah (Thantââ). Beliau lahir dari keluarga muslim yang
taat. Kakeknya adalah seorang imam tetap di masjid kampungnya. Ayahnya adalah seorang
penghafal Al-Qur'an. Ia sendiri telah mengkhatamkan hafalan Al-Qur'annya sebelum genap
berusia 9 tahun. Pada usia 9 tahun bersama ayahnya, Zaghlû kecil hijrah ke Kairo dan masuk
sekolah dasar. Ia belajar di Fakultas Sains Jurusan Geologi, Cairo University dan lulus pada
tahun 1955 dengan yudicium 'Summa Cum Laude'. Sebagai lulusan terbaik ia diberikan
"Baraka Award" untuk kategori bidang geologi. Ia kemudian meraih gelar Ph.D bidang
geologi dari Walles University of England pada tahun 1963. Di tahun 1972 ia dikukuhkan
sebagai guru besar, professor geologi. Karir akademiknya tak berhenti di situ, pada tahun
2000-2001 ia dipilih sebagai Rektor Markfield Institute of Higher Education England dan
sejak tahun 2001 menjadi Ketua Komisi Kemukjizatan Sains Al- Qur'an dan as-Sunnah di
"Supreme Council of Islamic Affairs" Mesir. Zaghlû berkeyakinan penuh bahwa Al-Qur'an
adalah kitab mukjizat dari aspek bahasa dan sastranya, akidah-ibadah-akhlaq (tasyri'),
informasi kesejarahannya, dan tak kalah pentingnya adalah dari sudut aspek isyarat
ilmiahnya. Lihat : Admin, Tafsir Saintifik Isyarat-isyarat Ilmiah dalam Al-Qur'an, (Artikel
yang ditulis Rabu, 28 Mei 2008). 21
Zaglû an-Najjâr, Republika, Islam Digest (Wawancara Ahad, 3 Oktober 2010), h.
1
8
Penyebutan tumbuhan22
terdapat dalam 112 ayat yang tersebar pada
47 surah. Terdapat 16 jenis tumbuhan yang secara tegas disebutkan dalam
Al-Qur‟an23
. Sedangkan menurut Sayyed Abdul Sattar al-Miliji ayat-ayat
yang berbicara tentang tumbuhan dari berbagai aspeknya berjumlah 11524
.
Al-Qur‟an menyebutkan tumbuhan sebagai perumpamaan dan
menggambarkan bentuk fisik (morfologi tumbuhan25
) serta manfaatnya bagi
kehidupan manusia26
.
Morfologi tumbuhan adalah studi mengenai bentuk dan
perkembangan penampilan eksternal tubuhnya dan berbagai organnya.
Morfologi tumbuhan masuk dalam ruang lingkup kajian botani. Sebelum
botani bersifat ilmiah sekitar pertengahan abad ke-17; koleksi, penggunaan
dan budidaya tumbuhan sudah berlangsung selama berabad-abad. Awal mula
pertanian sejajar dengan penemuan api sebagai suatu langkah dasar dalam
perkembangan peradaban. Pada tingkatan pra-ilmiahnya ilmu tentang
tumbuhan banyak yang bersifat diskriptif tentang bentuk dan manfaat
tumbuhan sebagai obat-obatan dan bahan makanan. Menjelang akhir abad ke-
18 baru ada metode-metode yang bersifat percobaan dalam menelaah proses-
22
Tumbuhan merupakan organisme multiseluler yang bersifat autotroph. Tumbuhan
berperan penting dalam rantai makanan sebagai produsen. Ilmu yang mempelajari dunia
tumbuhan disebut ilmu botani. Ilmu botani mencakup beberapa kajian seperti bentuk
tumbuhan yang tampak dari luar (morfologi), struktur penyusun tumbuhan dari dalam
(anatomi), kekerabatan tumbuhan (taksonomi), fungsi fatal organ-organ tumbuhan (fisiologi),
tumbuhan dan lingkungannya (ekologi). Lihat : Dewi Rosanti, Morfologi Tumbuhan, (Jakarta
: Erlangga, 2013), h.1 23
Jamâl ad-Dîn Husein Mahran, An-Nabatât fî Al-Qur‟ân al Karîm, (Kairo :
Kementrian Wakaf Mesir, 2000), h. 7 dalam Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an,
Pelestarian Lingkungan Hidup (Tafsir Al-Qur‟an Tematik), (Jakarta : Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur‟an, 2009), h. 179 24
Sayyed Abdul Sattar al-Miliji, Ilmu An-Nabât fî Al-Qur‟ân al-Karîm, (Kairo : al
Hay‟ah al- Mishriyyah al-Ammah li al-Kitâb, 2005), Dalam Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur‟ân, Pelestarian Lingkungan Hidup (Tafsir Al-Qur‟an Tematik), h. 179 25
Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan dan betuk-
bentuk bagian luar organ-organ tumbuhan. Morfologi tumbuhan mencakup bagian-bagian
yang merupakan struktur pokok yang dapat diamati yaitu : akar, daun, batang, bunga, buah,
serta struktur lain yang terbentuk dari proses metamorphosis tumbuhan. Lihat : Yayan
Sutrian, Pengantar Anatomi Tumbuhan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta : 2011), h.10 ; Dewi
Rosanti, Morfologi Tumbuhan, h.1 26
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur‟an
dan Sains, ( Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2011), cet.I, h. 9
9
proses dan kegiatan tumbuhan. Dalam abad ke-20 banyak kemajuan yang
dicapai dengan temuan-temuan baru27
.
Ilmu tumbuhan pada saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat
pesat, hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan
cabang-cabang ilmu tumbuhan saja sekarang sudah menjadi ilmu yang berdiri
sendiri. Dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang berdiri sendiri adalah
morfologi tumbuhan. Morfologi tumbuhan yang mempelajari bentuk dan
susunan tumbuhanpun sudah demikian pesat perkembangannya hingga
dipisahkan menjadi morfologi luar atau morfologi tumbuhan dan morfologi
dalam atau anatomi tumbuhan. Morfologi tumbuhan tidak hanya
menguraikan bentuk dan susunan tubuh tumbuhan saja tetapi juga bertugas
untuk menentukan apakah fungsi masing-masing bagian itu dalam tubuh
tumbuhan serta mengetahui dari mana asal bentuk dan susunan tubuh
tersebut28
.
Kehidupan di bumi ini dimulai dari air di lautan, samudera dan di
daratan, berdasarkan fosil tumbuhan tertua yang ditemukan sekitar 450 juta
tahun yang lalu. Kemudian diikuti oleh makhluk-makhluk lain seperti hewan
dan manusia yang diperkirakan sekitar 200 ribu tahun yang lalu. Kehadiran
tumbuhan jauh sebelum hewan dan menusia karena ia memiliki peran yang
sangat besar dalam melapisi atmosfer bumi dengan oksigen sehingga layak
untuk dihuni29
Dalam sejarah bumi yang pertama-tama harus dikembangkan adalah
tumbuhan karena tumbuhan hijau sajalah yang mampu menyediakan
makanan, bahan mutlak yang sangat diperlukan bagi semua makhluk hidup.
Selain itu, tumbuhan juga melengkapi keperluan hidup manusia dengan obat-
obatan, minuman dan perlengkapan pangan. Tumbuhan juga sebagai sumber
asal batu arang dan minyak bumi, bahan tekstil, kayu dan produk-produk
industri. Dalam kegiatannya membuat zat makanan; menyerap karbon,
oksigen dan nitrogen dari dalam tanah dan udara, tumbuhan memberikan
udara segar berupa oksigen yang dapat dihirup oleh manusia dan hewan. Juga
sangat berguna bagi manusia dalam mengatur penguapan air hujan oleh
tanah, system perakaran tumbuhan membentuk suatu jaringan yang sangat
rumit yang menahan tanah pada tempatnya dan menjaganya tetap berpori-
27
Siti Sutarmi Tjitrosomo, Botani Umum 1; Tumbuhan, Sifat dan Gunanya,
(Bandung : Angkasa, t.th), cet.5, h. 6 28
Gembong Tjitrosoepomo, Morfologi Tumbuhan, (Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, 2011), cet. 12, h. 1-2 29
Zaghlûl an Najjâr, An Nabât fî Al-Qur‟ân, (Kairo : Maktabah al Suruq, 2006),
h.155
10
pori yang dapat mencegah hanyutnya air berlebih sesudah hujan lebat dengan
menyerapnya ke dalam tanah sehingga ketersediaan air tetap terjaga30
.
Keberadaan tumbuhan sangat diperlukan demi keberlangsungan
makhluk hidup sebagai bahan makanan dan minuman, sumber oksigen dan
obat-obatan. Tumbuhan dan air dibahas secara bersama karena satu dengan
yang lainnya tidak bisa dipisahkan. Tumbuhan hanya ditemukan di bumi
yang mempunyai cadangan air dan tumbuhan menjadi dasar terjadinya
kehidupan dibumi31
.
Kelompok bahan makanan yang amat penting adalah karbohidrat
(gula/pati), lemak dan protein. Karbohidrat diperoleh dari tumbuhan secara
langsung; lemak dan protein disarikan dari tumbuhan dan hewan yang
memakan tumbuhan. Sebagian gula didapat dari jagung, gandum, kentang,
talas, sagu, padi dan ketela pohon. Madu walaupun dibuat oleh lebah pada
hakikatnya adalah gula alamiah yang terkumpul dari bunga32
.
Tumbuhan merupakan satu-satunya organisme di alam ini yang
mampu menghasilkan makanan sendiri melalui proses fotosintesis dengan
mengubah energi yang diperoleh dari matahari menjadi zat-zat makanan33
.
Juga dapat memproduksi oksigen karena sel pada tumbuhan dapat
menggunakan secara langsung energi matahari, mengubah energi matahari
menjadi energi kimia lalu menyimpannya dalam bentuk nutrient dengan cara
30
Siti Sutarmi Tjitrosomo, Botani Umum 1, (Bandung : Angkasa, t.th), cet.5, h. 2 31
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur‟an
dan Sains, (Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, 2011), h.18 32
Siti Sutarmi Tjitrosomo, Botani Umum 1; Tumbuhan, Sifat dan Gunanya,
(Bandung : Angkasa, t.th), cet.5, h. 19 33
John Baines, Pangan Bagi Kehidupan, ter. Alfawzia Nurrahmi, ( Solo : Tiga
Serangkai, 2009), cet.1, h.5
11
khusus, proses ini dinamakan dengan fotosintesis.34
Proses fotosintesis
memerlukan air, karbondioksida, sinar matahari dan klorofil35
.
Diantara ayat Al-Qur‟an yang membahas tentang morfologi
tumbuhan adalah surah Al-An‟âm [6] ayat 99.
Artinya : “Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka
Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau.
Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak;
dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai,
dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan
delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di
waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi orang-orang yang beriman” (QS. Al-An‟âm [6]: 99).
Thanthâwî Jawharî menjelaskan bahwa Allah SWT yang telah
menurunkan air hujan dari langit kemudian menumbuhkan segala jenis sifat
34
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan
beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan
energy cahaya. Hamper semua makhluk hidup bergantung pada energy yang dihasilkan
dalam fotosintesis. Fotosintesis juga menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di
atmosfer bumi. Organisme yang menghsilkan energy melalui fotosintesis disebut fototrof.
Fotosintesis merupakan salah satu asimilasi kerbon karena dalam fotosintesis karbon bebas
dari CO2 diikat menjadi gula sebagai molekul penyimpan energy . Cara lain yang
ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis yang
dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang. Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan
pigmen yang disebut klorofil, memberi warna hijau pada tumbuhan. Lihat: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Pelestarian Lingkungan Hidup (Tafsir Al-Qur‟ân Tematik),
h.196. 35
Ari Wahyu Aryandi, Dunia Tumbuhan, (Bandung : Sarana Panca Karya Nusa,
2009), h. 38
12
tumbuhan yang berbeda-beda dengan air tersebut, padahal disirami oleh satu
jenis air dan hidup pada udara yang sama namun berbeda-beda rasanya. Lalu
Allah mengeluarkankan dari tumbuhan tersebut sesuatu yang hijau (klorofil),
kemudian ditumbuhkan dari yang hijau tersebut tangkai-tangkai yang
menghasilkan bulir dan butir, seperti tangkai pada gandum atau padi, dan dari
mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dari kebun-kebun
anggur (mengisyaratkan kebun seluruh jenis tumbuhan), zaitun dan delima
yang serupa tapi tidak sama (serupa bentuk daunnya tapi berbeda rasa
buahnya). Kemudian Allah memerintahkan kita untuk memperhatikan segala
jenis tumbuhan ketika sudah berbuah, bagaimana perbedaan bunga, warna,
waktu perputaran musimnya, perbedaan segala macam tumbuhan dengan
bentuk bunga yang bermacam-macam, bahwa dalam satu bunga terdapat dua
jenis kelamin jantan dan betina. Ini adalah pembahasan yang sangat penting
tentang pembagian bentuk tubuh tumbuhan yang pada zaman sekarang
disebut morfologi tumbuhan36
.
Menurut Quraish Shihab, ayat ini menjelaskan tentang kekuasaan
Allah yang telah menurunkan hujan kemudian menumbuhkan beranekaragam
tumbuhan. Dia yang memberikan warna hijau pada tumbuhan sehingga
menghijau, tangkai kurma, buah zaitun dan delima yang serupa dan tidak
serupa, yang menunjukkan ciri morfologi masing-masing tumbuhan tersebut.
Ciri morfologi itulah tumbuhan dapat dikelompokkan ke dalam kelompoknya
masing-masing. Maha besar Allah atas segala kekuasaan yang diciptakannya,
dan disitulah menuntut orang-orang yang beriman untuk berfikir37
.
Al-Baidhâwî menjelaskan bahwa terdapat perbedaan morfologi antara
kurma dengan anggur, begitu juga dengan zaitun dan delima, memiliki
beberapa perbedaan namun juga ada kesamaan. Semua ini Allah SWT
perlihatkan kepada kita akan kekuasaan-Nya agar dipelajari, diamati sehingga
dapat dimanfaatkan sebaik mungkin serta merupakan bukti kekuasaan Allah
SWT bagi orang-orang yang meyakininya38
.
Menurut Ahmad Musthâfâ Al-Marâghî, khusus zaitun dan delima
yang memiliki kemiripan sebagian sifatnya dan berbeda sebagian yang lain,
seperti mirip bentuk daun dan buahnya tapi berbeda pada rasa dan warna
buahnya. Ini menunjukkan kekuasaan sang pencipta dan hikmah dibalik
36
Thanthâwî Jawharî, al- Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân Al - Karîm, (Msir : Musthafâ
al Bâbî al-Halabî, 1350 H), cet. 2, jilid. 4, h. 81 37
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur‟an), (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 215-218 38
Abu Sa‟îd Abdullah bin „Umar bin Muhammad Asy-Suirâzî Al-Baidhâwî, Tafsîr
Al-Baidhâwî, (Beirut : Dâr Ar-Rasyîd, 2000 ), jilid. 1, h. 508
13
semuanya agar kita memperhatikan, memikirkan dan mengkajinya lebih
dalam sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang
mengimaninya39
.
Menurut Muhammad Rasyîd Ridhâ, ayat ini tentang sekumpulan
tumbuhan yang dapat tumbuh berasal dari biji yang berproses tumbuh
menjadi satu batang yang sempurna, dari daun lalu keluar tangkai dari
tangkai inilah keluar biji-biji yang bersusun-susun. Begitu juga dengan pohon
kurma disebutkan memiliki tangkai yang menjulai setelah tumbuh besar
menjadi pohon yang menghijau, sama halnya dengan anggur mengalami
proses dan sama-sama memiliki kemualian. Dikhususkan pada zaitun dan
delima yang memiliki kesamaan dan perbedaan, sama pada bentuk daun dan
buahnya tapi berbeda pada warna dan rasanya. Hal ini menjadi motivasi bagi
kita untuk mengeksplor dan mengkaji tentang buah-buahan ini40
.
Abu Hayyân al-Andalûsî, juga menjelaskan bahwa kurma, anggur,
zaitun dan delima, dikategorikan termasuk ke dalam jenis tumbuh-tumbuhan
hijau, disebutkan secara khusus tentang tandan kurma yang tangkainya
menjulai supaya memudahkan untuk memetik buahnya. Sedangkan antara
zaitun dan delima dengan redaksi keduanya mirip tapi tidak sama, menurut
Qatâdah yang mirip adalah daunnya dan yang berbeda adalah bentuk
buahnya. Sedangkan menurut Ibnu Juraij yang mirip bentuknya dan yang
berbeda rasanya. Kemudian kita diperintahkan untuk memikirkan, mendalami
dan mempelajari tentang tumbuhan jika sudah berbuah sebagai bukti bagi
orang-orang beriman akan kekuasaan Allah SWT41
.
Ayat ini menyuruh kita untuk memperhatikan dan mengkaji lebih
dalam lagi tentang morfologi tumbuhan, diantaranya tentang zaitun dan
delima disebutkan “mutasyâbih wa ghaira mutasyâbih” ditafsirkan oleh para
ulama bahwa antara zaitun dan delima memiliki persamaan dan perbedaan.
Para ulama tafsir diatas memahami antara zaitun dan delima mirip dari
bentuk daun namun berbeda dari bentuk dan rasa buahnya begitu juga
menurut Thanthâwî Jawharî.
Bagi ilmuan muslim modern, pemaparan tentang morfologi tumbuhan
merupakan inspirasi untuk membuktikan kebenaran informasi tersebut
ditinjau dari ilmu pengetahuan modern. Ayat-ayat tentang morfologi
tumbuhan tidak hanya disebut dalam konteks menjelaskan berbagai nikmat
39
Ahmad Musthâfâ Al-Marâghî, Tafsîr Al-Marâghî, (Mesir : Syirkah Maktabah Wa
Mathba‟ah Al-Musthâfâ Al-Bâbî Al-Halabî, 1946), cet. 1, Jilid. 7, h. 202-203 40
Muhammad Rasyîd Ridhâ, Tafsîr Al-Manâr, (Kairo : Huqûq Ath-Thab‟ wa at-
Tarjamah Mafûdzah Liwaratsatihi, 1947 M), cet.2, ur‟l-Qh. 641-643 41
Abu Hayyân al-Andalûsî, Tafsîr Bahr Al-Muhîth, (Beirut : Dâr Al-Kutub Al-
„Ilmiyyah, 1993), Jilid. 4, h. 194-195
14
Allah yang harus disyukuri tetapi juga dikaitkan dengan persoalan kekinian
dengan banyaknya penemuan baru diantaranya pada bidang sains.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis menjadikan
permasalahan tersebut menjadi sebuah kajian penelitian tesis dengan judul
penelitian “MORFOLOGI TUMBUHAN MENURUT PERSPEKTIF AL-
QUR’AN (Kajian Terhadap Tafsir Thanthâwî Jauharî 1287-1359 H/
1870-1940 M)”
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Fungsi dari morfologi tumbuhan adalah untuk menggambarkan
bagaimana wujud dan bentuk tumbuhan dengan deskripsi. Pendeskripsian
mengenai wujud dan suatu bentuk tumbuhan menggunakan istilah atau
terminology berupa kata-kata tertentu untuk mengungkapkan makna tertentu.
Morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan tubuh
tumbuhan saja tetapi juga menentukan fungsi dari masing-masing bagian
dalam kehidupan tumbuhan serta dari mana asal susunan tubuh terbentuk.
Dari penjelasan pada latar belakang, permasalahan yang dapat diidentifikasi
dari tema Morfologi Tumbuhan Menurut Perspektif Al-Qur‟an (Kajian
Terhadap Tafsir Saintifik al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân Al-Karîm Karya
Thanthâwî Jauharî adalah :
a. Perspektif Al-Quran tentang bentuk dan susunan tubuh tumbuhan
yang terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah.
b. fungsi dari masing-masing bagian dalam kehidupan tumbuhan dan
asal susunan tubuh tumbuhan terbentuk
c. Pentingnya tumbuhan bagi alam semesta; manusia, hewan dan
alam itu sendiri.
d. Peranan tumbuhan dalam kehidupan dalam upaya pelestarian
alam; penahan air agar tetap tersedia di bumi, pencegah banjir dan
tanah longsor.
e. Peranan tumbuhan bagi manusia dan hewan; penghasil oksigen,
pembersih udara, pelindung dari sinar matahari, sumber bahan
pangan, pakaian, papan, obat-obatan, bahan baku industry dan
penambah nilai estetika.
f. Penafsiran para ulama tafsir tentang ayat Al-Qur‟an yang
membahas bentuk dan susunan tubuh tumbuhan.
g. Penafsiran Thanthâwî Jauharî tentang ayat Al-Qur‟an yang
membahas bentuk dan susunan tubuh tumbuhan; (QS. Al-An‟am
[6] ayat 99, QS. An-Naml [27] ayat 60 dan QS. Yasin [36] ayat
80.
15
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang akan
dikaji pada penelitian ini dibatasi menjadi 3 poin yaitu;
a. Perspektif Al-Quran tentang bentuk dan susunan tubuh tumbuhan
yang terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah.
b. Penafsiran para ulama tafsir tentang ayat Al-Qur‟an yang membahas
bentuk dan susunan tubuh tumbuhan.
c. Penafsiran Thanthâwî Jauharî tentang ayat Al-Qur‟an yang membahas
bentuk dan susunan tubuh tumbuhan; (QS. Al-An‟am [6] ayat 99, QS.
An-Naml [27] ayat 60 dan QS. Yasin [36] ayat 80.
3. Rumusan Masalah
Beranjak dari pembatasan masalah tersebut, maka permasalahan
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana perspektif Al-Qur‟an tentang bentuk dan susunan tubuh
tumbuhan yang terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah.?
b. Bagaimana para mufassir menjelaskan ayat Al-Qur‟an yang
membahas bentuk dan susunan tubuh tumbuhan ?
c. Bagaimana Thanthâwî Jauharî dalam menjelaskan tentang ayat Al-
Qur‟an yang membahas bentuk dan susunan tubuh tumbuhan; (QS.
Al-An‟am [6] ayat 99, QS. An-Naml [27] ayat 60 dan QS. Yasin [36]
ayat 80 ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah;
a. Untuk menjelaskan perspektif Al-Qur‟an tentang bentuk dan susunan
tubuh tumbuhan yang terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah.
b. Untuk mengungkapkan penafsiran para ulama tentang ayat Al-Qur‟an
yang membahas bentuk dan susunan tubuh tumbuhan.
c. Untuk menjelaskan penafsiran Thanthâwî Jauharî tentang ayat Al-
Qur‟an yang membahas bentuk dan susunan tubuh tumbuhan; (QS.
Al-An‟am [6] ayat 99, QS. An-Naml [27] ayat 60 dan QS. Yasin [36]
ayat 80.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah;
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam mengkaji penafsiran Thanthâwî Jauharî tentang
ayat Al-Qur‟an yang membahas bentuk dan susunan tubuh
16
tumbuhan dengan harapan nantinya dapat dikembangkan dan
dijadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut.
b. Secara praktis; pemahaman makna ayat yang dibantu dengan
penjelasan-penjelasan temuan ilmiah yang menonjolkan sisi
pemahaman logika rasional dan kontekstual atas ayat-ayat Al-
Qur‟an akan melahirkan sebuah penafsiran yang kreatif dan
dinamis, yang mana Al-Qur‟an merupakan petunjuk yang mampu
menuntun dan menjawab tantangan masyarakat sepanjang masa.
D. Studi Pustaka
Sejumlah tulisan yang ditemukan tentang tumbuhan dan Thanthâwî
Jawharî diantaranya :
1. Emil „Alî Adam, An-Nabât Fî Al-Qur‟ân Al-Karîm, Tesis, Jâmi‟ah Al-
Khurthûm, Sudan, 2006. Kajian tentang tumbuhan secara detail; definisi
tumbuhan, ayat-ayat yang menyebutkan tentang tumbuhan, ayat-ayat
yang menyebutkan tentang nama-nama tumbuhan dalam Al-Qur‟an, dan
penjelasan dari para mufassir terkait ayat-ayat tersebut dan penemuan
ilmiahnya. Dalam bahasan ini, tumbuhan dari segala sisinya yang
diungkapkan dalam Al-Qur‟an lalu dijelaskan oleh berbagai sudut
pandang para penafsir dari ahli tafsir dan ahli ilmu lengkap dengan
gambar. Tesis ini membahas segala hal tentang tumbuhan menurut Al-
Qur‟an dan sains, namun tidak membahas morfologi tumbuhan dan
penafsiran Thanthâwî Jawharî secara khusus.
2. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Pelestarian Lingkungan Hidup.
Buku yang diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2009.
Kajian tentang eksistensi tetumbuhan dan pepohonan. Tetumbuhan dan
pepohonan dalam Al-Qur‟an, tumbuhan dan misi dakwah Al-Qur‟an,
pepohonan dan keseimbangan alam, fungsi dan manfaat tetumbuhan dan
pepohonan sebagai sumber makanan, obat-obatan, penghasil oksigen,
dan peresap air. Mengungkapkan dan mengupas tentang ayat Al-Qur‟an
dalam menyebutkan tumbuhan beserta peranannya bagi manusia, hewan
dan lingkungan. Bahasan dalam buku ini masih memaparkan tentang
tumbuhan secara umum dalam perspektif Al-Qur‟an dan sains.
3. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-
Qur‟an dan Sains. Diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur‟an, 2011. Membahas tentang tumbuhan dalam bahasan Al-Qur‟an,
proses dan perikehidupan pada tumbuhan, perkembangan pertanian dan
peradaban manusia dan bioetika terhadap tumbuhan. Mengungkapkan
tentang tahapan-tahapan dalam kehidupan tumbuhan dari sudut pandang
Al-Qur‟an dan sains. Penyusunan tafsir ini secara kolektif antara para
17
pakar Al-Qur‟an dan sains, bahwa kajian ini tidak dalam rangka
menjastifikasi kebenaran temuan ilmiah dengan ayat-ayat Al-Qur‟an, juga
tidak memaksakan penarsiran ayat-ayat Al-Qur‟an sehingga
berkesesuaian dengan temuan ilmu pengetahuan. Kajian dalam buku ini
juga memberikan gambaran tentang tumbuhan dan peri kehidupan
tumbuhan menurut Al-Qur‟an dan Sains.
4. Atiyah Ulfah Suriani, Studi Tafsir „Ilmî Thanthâwî Jawharî. Tesis,
Institut Ilmu Quran (IIQ) Jakarta, 2012. Menjelaskan tentang metode
penfsiran Thanthâwî Jawharî, membahasa tentang penafsiran Thanthâwî
Jawharî terkait kejadian alam semsta, khamar, dan tentang social
kamsyarakatan serta mengkritik mengenai hasil pemikiran Thanthâwî
Jawharî terhadap metode ilmiah yang digunakannya. Hasil penelitiannya
adalah Thanthâwî Jauharî yang menulis Tafsir „Ilmî Thanthâwî Jawharî
dengan menggunakan pendekatan saintifik; bahwa al-Jawâhir fî Tafsîr
Al-Qur‟ân Al-Karîm adalah tafsir buku bercorak ilmiah. Dengan
menjadikan pendekatan ilmiah sebagai basis metodologisnya. Tesis ini
menyoroti khusus tentang metode penulisan tafsir Thanthâwî Jawharî
yang memberikan gambaran secara teoritis dalam mengkaji penafsiran
Thanthâwî Jawharî.
5. Saipolbarin Bin Ramli, Istilah Tumbuh-Tumbuhan Dalam Al-Qur‟an Al-
Karim ; Kajian Leksikografi dan Analisis Wacana Bahasa Arab,
(Disertasi, Universiti Malaya, 2015). Membahas tentang istilah-istilah
yang berkaitan dengan tumbuhan menurut perspektif Al-Qur‟an
berdasarkan kajian Leksikografi dan Analisis Wacana Bahasa Arab.
Dalam bahasan ini ditemukan bahwa studi tentang tumbuhan tidak hanya
berhubungan dengan ilmu pertanian, obat-obatan dan geografi saja tetapi
juga sangat erat kaitannya dengan leksikografi yang menampilkan
keindahan gaya bahasa Al-Qur‟an. Persamaan penelitian penulis dengan
kajian dalam tesis ini adalah tentang peyebutan nama-nama tumbuhan
dalam Al-Qur‟an namun berbeda pada fokus pembahasan tentang
tumbuhan dalam Al-Qur‟an dari sudut pandang bahasa.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif42
. Hal
ini dikarenakan dalam penelitian ini terdapat berbagai karakteristik penelitian
42
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilakan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan. Lihat Lexi L. Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 1997), Cet. VIII,h. 6.
18
kualitatif, diantaranya ; data berupa dokumen yang bersifat alamiah (natural
setting), pengambilan sampel ditetapkan secara purposif, peneliti sebagai
instrumen kunci dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan data, analisis
data secara induktif, dan makna merupakan hal yang esensial43
.
Selain itu, penelitian ini juga menggunakan rancangan analisis isi
(content analysis). Analisis isi ini dugunakan berdasarkan pada ; sumber data
pada penelitian ini adalah dokumen, masalah yang dianalisis adalah isi buku
al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-Karîm dan tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan penafsiran Thanthâwi Jawharî tentang morfologi
tumbuhan lalu menganalisisnya dan membuat kesimpulan44
.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu sumber
data primer45
dan sekunder46
. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
kitab Al-Qur‟an dan buku Tafsir al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân al Karîm
yang diterbitkan oleh Muassasah Musthafâ al-Bâbî al-Halabî tahun 1344
H/1923 M.
Sedang sumber data sekunder antara lain diambil dari buku-buku
tafsir yang ditulis oleh beberapa ulama tafsir seperti buku yang berjudul
Tafsîr al-Ayât al-Kawniyah fî Al-Qur‟ân al-Karîm karya Zaghlûl an-Najjâr,
Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur‟ân dan Sains yang ditulis oleh Tim
Lajnah Pentashihah Al-Qur‟ân, dan Tafsir Salman : Tafsir ilmiah Juz Amma
yang ditulis oleh Syarif Hidayat dan tim.
3. Sistematika Penulisan
Tesis ini ditulis lima bab, satu bab pendahuluan, tiga bab
pembahasan penelitian, dan satu bab penutup.
Bab I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka
terdahulu yang relevan dan metodologi penelitian mencakup jenis penelitian,
43
Robert C. Bogdan & Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education: An
Introduction to Theory and Methode, (London: Allyn and Bacon, Inc, 1982), h. 10. 44
Inferensi adalah menarik atau mengambil kesimpulan. Lihat Darmiyati Zuchdi,
Panduan Penelitian Analisis Konten, (Yogyakarta: Lemlit IKIP Yogyakarta, 1993), h. 15. 45
Data primer adalah data yang langsung dari subjek penelitian. Lihat ; Saifuddin
Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), cet. 1, h. 91 46
Data sekunder adalah data yang erat kaitannya dengan data primer dan dapat
digunakan untuk membantu menganalisis dan memahami data primer. Lihat ; Saifuddin
Azwar, Metodologi Penelitian, h. 92
19
sumber data dan sistematika penulisan. Bab ini merupakan landasan
metodologis dalam penelitian tesis ini, maka hanya mendeskripsikan hal-hal
yang bersifat teoritis metodologis bagi langkah-langkah penelitian, baik
ketika penggaian data maupun analisis data penelitian.
Bab II : Tumbuhan dan Morfologi Tumbuhan ; Tumbuhan Menurut
Al-Qur‟an, Morfologi Tumbuhan Menurut Al-Qur‟an yang terdiri dari akar,
batang, daun, bunga dan buah, dan Morfologi Tumbuhan Menurut Ahli
Sains.
Bab III : Biografi Thanthâwî Jawharî, latar belakang pendidikan dan
karir akademiknya, serta karya-karya beliau. Buku Tafsir al-Jawâhir fî Tafsîr
Al-Qur‟ân al-Karîm latar belakang penulisan tafsir, metode dan corak
penafsiran. Pendapat para ulama tentang Thanthâwî Jawharî dan Tafsir al-
Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân al Karîm dalam diskursus pemikiran tafsir
kontemporer.
Bab IV : Analisis; Penafsiran Thanthâwî Jawharî tentang Morfologi
Tumbuhan; penafsiran Thanthâwi dalam tafsir al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân
al-Karîm tentang morfologi tumbuhan, dimensi ilmiah morfologi tumbuhan
dalam Al-Qur‟an membahas kurma, anggur, zaitun, delima dan tin, dan
Analisis; Penafsiran Thanthâwî Jawharî tentang Morfologi Tumbuhan.
Bab V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran. Bab terakhir ini
merupakan penegasan teori atau temuan yang dihasilkan dari penelitian ini.
165
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis penulis mendapatkan kesimpulan dari tiga
perumusan masalah adalah sebagai berikut;
a. Bentuk dan susunan tubuh tumbuhan (morfologi tumbuhan) terdiri
dari akar, batang, daun, bunga dan buah telah disebutkan dalam Al-
Qur’an sebanyak 39 surah yang tersebar pada 78 ayat. Ayat Al-
Qur’an yang membahas tentang morfologi tumbuhan secara detail
adalah ; QS. Al-An’am [6] ayat 99 dengan menyebutkan pohon
kurma, anggur dan zaitun yang disebutkan secara khusus karena
posisi dan peranan yang sangat besar bagi manusia dan makhluk
consumer lainnya, QS An-Naml [27] ayat 60 tentang kemukjizatan
tumbuhan dan taman-taman yang indah serta QS Yasin [36] ayat 80
tentang klorofil.
b. Para ahli tafsir dalam menafsirkan ayat tentang bentuk dan susunan
tubuh tumbuhan “mutasyâbih wa ghaira mutasyâbih” yang serupa
tapi tidak sama baru dijelaskan secara ringkas dan belum detail.
Thanthâwi Jawharî dan Abu Hayyân al-Andalûsî menafsirkan bahwa
antara zaitun dan delima memiliki bentuk daun daun yang sama
namun berbeda dari bentuk buah dan rasanya. Agak sedikit berbeda
dengan Muhammad Rasyîd Ridhâ dan Ahmad Musthâfâ Al-Marâghî
yang mengatakan bahwa zaitun dan delima sama dari bentuk daun
dan buahnya tapi berbeda dari warna buah dan rasanya. Penjelasan
tentang persamaan dan perbedaan antara delima dan zaitun serta
beberapa penemuan baru terkait kurma dan anggur secara detail baru
terungkap setelah dilakukan penelitian akhir-akhir ini.
c. Thanthâwî Jawharî dalam menafsirkan surah Al-An’am [6] ayat 99;
telah menjelaskan tentang perintah Allah SWT untuk memperhatikan
buah-buahan jika sudah berbuah, dimulai dari pembahasan tentang
bunga yang memiliki kelamin jantan yang disebut putik dan kelamin
betina disebut putik, dan proses penyerbukan dengan jatuhnya putik
diatas serbuk sari atas pertolongan serangga atau angin yang
dirancang khusus oleh Allah SWT. Surah An-Naml [27] ayat 60; telah
menjelaskan tentang bentuk, jenis dan fungsi akar yang bukan hanya
sebagai pengokoh berdirinya pohon tapi juga dapat menyerap air dan
mineral dari dalam tanah serta dapat menyimpan cadangan makanan,
batang dan daun juga tidak kalah pentingnya; batang yang kokoh
berfungsi menyalurkan makanan ke daun untuk dimasak sehingga
166
dapat menghasilkan energy bagi tumbuhan bahkan juga bermanfaat
bagi manusia. Surah Yasin [36] ayat 80 membahas tentang klorofil
yang berfungsi menyerap karbondioksida dari udara dan cahaya
matahari sehingga dapat memasak makanan bagi tumbuhan tersebut
serta memberikan oksigen dan udara segar bagi manusia.
Saran
Penelitian tentang morfologi tumbuhan menurut perspektif Al-Qur’an
ini baru terungkap sedikit jika dibandingkan dengan pembahasan Al-Qur’an
tentang morfologi tumbuhan yang sangat banyak dan perlu pembahasan lebih
lanjut. Tantangan dan motivasi bagi para mufassir sains zaman sekarang
untuk menggali dan bereksplorasi. Kemajuan teknologi juga mempengaruhi
perkembangan ilmu pengetahuan dan sains sehingga melahirkan banyak
peluang untuk menggali rahasia-rahasia yang masih tersembunyi.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdurrahman, Hafiz, Ulumul Quran Praktis, Bogor : IDeA Pustaka Utama,
2003
Abdullah, Abdul Muis, Morfosintaksis, Jakarta, Rineka Cipta, 2005
Ahmad, Yusuf Al-Hajjaj terj. Putri Aria Miranda, Panduan Pengobatan
Islami, Solo : Aqwam Media Profetika, 2016.
Ali Iyyâzî, Sayyid Muhammad, Al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Manhâjuhum,
Teheran : Maktabah Mukmin Quraisy, 1386 H
Amrullah, Haji Abdul Malik Abdul Karim (Hamka), Tafsir al Azhar,
Singapura : Pustaka Nasional Singapura, 2003
Âsyûr, Muhammah Ath-Thâhir Ibn, At-Tahrîr wa At-Tanwîl, Tunis ; Jamî‟
Huqûq Ath-Thab‟î Mahfûzhah li Ad-Dâr At-Tûnisiyyah Li An-Nasr,
1984.
Arieyani, Vanda Nur, Rahasia Ramuan Sehat dari Al-Qur’an, Jakarta :
Zaytuna Ufuk Abadi, 2015.
Aryandi, Ari Wahyu, Dunia Tumbuhan, Bandung : Sarana Panca Karya
Nusa, 2009
Al-Andalûsî, Abu Hayyân, Tafsîr Bahr Al-Muhîth, Beirut : Dâr Al-Kutub Al-
„Ilmiyyah, 1993.
Al-Aridl, Ali Hasan, Sejarah dan Metodologi Tafsir (terj.).Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1994
Al-„Akk, Khalid Abdurrahmân, Ushûl at-Tafsîr wa Qawâ’îduhu, Beirut : Dâr
An-Nafâis, 1986.
Al-Bagdâdî, Al-Alûsî, Rûh al-Ma’ânî fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-‘Azhîm wa As-
Sima’ Al-Matsânî, Beirut : Dâr Ihyâ‟ At-Turâts Al-„Arabî, t.th.
Al-Baidhâwî, Abu Sa‟îd Abdullah bin „Umar bin Muhammad Asy-Suirâzî,
Tafsîr Al-Baidhâwî, Beirut : Dâr Ar-Rasyîd, 2000
Al-Bustânî, Fuad Ifram, Munjid al-Thullâb, Beirut: Dâr al-Masyrîq, 1986
Al-Farâhîdî, Abû „Abdu Ar-Rahmân, Kitâbul ‘Ain, t.tp : Maktabah Al-Hilâl,
t.t
Al-Farmawî, Abdul Hayy, Metode Tafsir Maudhu’i dan Penerapannya (terj),
Bandung : Pustaka Setia, 2002.
___________________, Muqaddimah fî al-Tafsîr al-Mawdhû’î, Kairo: Al-
Hadhârah al-„Ârabiyah, 1977.
Al-Ghazâlî, Ihyâ ‘Ulûmuddin, Kairo: Muassasah al-Halbî, 1370.
Al-Hilawi, Muhammad, Mereka Bertanya Tentang Islam, Jakarta : Gema
Insani,1998
Al-Khawarizmî, Abu al-Qâsim Jâr Allah Mahmûd ibn „Umar Az-
Zamakhsyarî, Tafsîr Al-Kasysyâf ‘An Haqâiq At-Tanzîl wa ‘Uyûn Al-
Aqâwil fî Wujûh At-Ta’wîl, Beirut : Dâr Al-Ma‟rifah, 1998.
Al-Marâghî, Ahmad Musthâfâ, Tafsîr Al-Marâghî, Mesir : Syirkah Maktabah
Wa Mathba‟ah Al-Musthâfâ Al-Bâbî Al-Halabî, 1946.
Al-Muhallî, Jalâluddîn dan Jalâluddîn As-Suyûthî, Tafsîr Al-Jalâlain Al-
Muyassar, Beirut : Maktabah Lubnân Nâsyirûn, 2003.
Al-Muhtasib, „Abd al-Majîd „Abd as-Salâm, Ittijah at-Tafsîr Fî al-‘Ashr al-
hadîts, Beirut : Dâr al-Fikr, 1973
Al-Munawwar, Sayyid Agil Husin, Al-Qur’an Membangun Tradisi
Kesalehan Hakiki, Jakarta: Ciputat Press, 2002
Al-Qâsimî, Muhammad Jamâl Ad-Dîn, Mahâsin At-Ta’wîl, Halb : Dâr Ihyâ
Al-Kutub Al-„Arabiyyah, 1957.
Al-Qatthân, Mannâ al-Khalîl, Mabâhits fî ‘ulûmil Qurân, Kairo : Maktabah
Wahbah, 2000
An-Najjâr, Zaglûl, Tafsîr Al-Ayât Al-Kauniyah fî Al-Qur’ân Al-Karîm, (Kairo
: Maktabah Asy-Syurûq Ad-Daulah, 2007.
___________________, An-Nabât fî Al-Qur’ân, Kairo : Maktabah al Suruq,
2006
An-Najjar, Jamal Mustafa Abdul Hamid, Tabaqât wa Ittijahât at-Tafsîriyah,
Cairo, t.p, t.th.
An-Naqâsy, Raja‟, Tafsîr li Al-Qur’ân bi al-Kharâith wa as-Suwar, dalam
Majallah al-Mushawwir, 3 November 1972 M
Ar-Râzî, Fakhr, Tafsîr al-Kabîr Mafâtih al-Ghayb, Juz 13, Beirut : Dâr al-
Fikr, 1981
As-Sa‟âdî, „Abdurrahmân ibn Nâshir, Taisîr Al-Karîm Ar-Rahmân Fî Tafsîr
Al-Kalâm Al-Manân, Riyadh : Maktabah Al-„Abikan, 2002.
As-Sa‟adî, „Abdul Hakîm „Abdul Lathîf, al-Bî’ah fî al-Fikri al-Insânî wa al-
Wâqi’ al-Imânî, Kairo : Dâr al-Mishriyyah al-Linyah, 1994
Ash-Shâbûnî, Muhammad „Alî, Shafwah At-Tafâsir, Beirut : Dâr Al-Qur‟ân
Al-Karîm, 1980.
As-Suyûthî, Al-Hafîzh al-Imâm Jalâluddîn, Al-Itqân, Kairo: Dâr At-Turâth,
1431 H/ 2010 M.
As-Shouwy, Ahmad, dkk, Mukjizat Al-Qur’an dan as-Sunnah tentang
IPTEK. Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
Asy-Syahrastanî, Muhammad ibn „Abd al-Karim Ahmad, Al-Milal wa Al-
Nihal, Terj. Syuaidi Asy’ari, Bandung: Pustaka Mizan , 2004.
Asy-Syâthibî, Al-Muwâfaqât fî al-Ushûl asy-Syâri’ât, Kairo: As-Sarq al-
Adnâ fî al-Mask, t.tp.
Asy-Syinqithî, Muhammad Amîn, Tafsîr Adhwâ’ul Bayân fî Idhâh Al-Qur’an
bi Al Qur’an, terj. Fathurazi, Jakarta : Pustaka Azzam, 2006.
Ath-Thabarî, Abu Ja‟far Muhammad bin Jarîr, Tafsîr Ath-Thabarî Jâmi’ul
Bayân ‘An Ta’wîl Ayy Al-Qur’ân, Kairo : Huqûq Ath-Thab‟
Mahfûzhah, 2001.
Az-Zahabî, Muhammad Husein, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Jilid. 1, Kairo :
Maktabah Wahbah, 2000
Az-Zarkasyî, al-Burhân fî ‘Ulûm Al-Qur’ân, Mesir: Isa al-Babi al-Halabi,
1972.
Az-Zarqânî, „Abd. „Azhîm, Manâhil al-‘Irfân fî ‘Ulûm Al-Qur’ân, Mesir: Isa
al-Bâbi al-Halabi, t.th.
Baidan, Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2005.
Baines, John, Pangan Bagi Kehidupan, ter. Alfawzia Nurrahmi, Solo : Tiga
Serangkai, 2009
Bresnick, Stephen, High-Yield Biology, terj. Herlina J. Handoko dabn
Beatricia I. Santoso, Jakarta : Hipokrates, 2012.
Bogdan, Robert C dan Biklen, Sari Knopp, Qualitative Research for
Education: An Introduction to Theory and Methode, London: Allyn
and Bacon, Inc, 1982
Bucaille, M., The Bible, the Qur’an and Science, Indianapolis: North
American Trust Publication, 1979.
___________________, What is the Origin of Man: The Answers of Science
and the Holy Scriptures, Paris: Seghers, 1983.
Campbell, Neil A., et all, Biology, terj. Wasmen Manalu, Jakarta : Erlangga,
2003 .
Citrosupomo, Gembong, Morfologi Tumbuhan, Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press, 2007.
Daldjoeni, Pengantar Geografi Untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah,
Bandung, Alumni,1982.
Dasumiati, eds, Biologi Dasar, Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008.
Fried, George H, dan George G. Hademenos, Schaum’s Outlines of Theory
and Problems of Biology, terj. Damaring Tyas, Jakarta : Erlangga,
2005.
Gardner, Franklin P., et all, Fisiologi Tanaman Budidaya, Terj. Herawati
Susilo, Jakarta : UI Press, 2008.
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta : Pustaka Panjmas, 1999
Harry, N. R, Usaha tani bunga potong, Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian1994.
Hassan, Fuad dan Koentjaraningrat, Beberapa Asas Metodologi Ilmiah,
dalam Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta: Gramadeia, 1977.
Hidayat, Syarif, eds, Tafsir Salman : Tafsir „Ilmîyah Juz Amma, Bandung :
Mizan Utama, 2014
Ibnu Katsir, Abul Fidâ‟ Ismâ‟îl ibnu „Umar, Tafsîr Al-Qur’ân al-‘Azhîm,
Riyadh : Dar Thayyibah li an-Nasyr wa at-Tauzî‟, 1999
Ichwan, Muhammad Nor, Tafsir Ilmi Memahami Al-Qur’an Melalui
Pendekatan Sains Modern,Yogyakarta: Menara Kudus, 2004
Imani, Allamah Kamal Faqih, Tafsir Nurul Qur’an, Jakarta : al-Huda, 2005
Izzan, Ahmad, Metodologi Ilmu Tafsir, Bandung: Tafakur, 2009.
___________________, Ulumul Quran Telaah Tekstualitas dan
Kontekstualitas, Al-Qurâ, Bandung : Tafakkur, 2013
Jâdû, „Abdul „Azîz , Asy-Syekh Thanthâwî Jawharî, Dirâsah wa Nushûs,
Kairo : Dâr al-Ma‟ârif, t.t.
Ja‟far, Muslim Ali dan As-Sarhân, Mahya Hilal, Manâhij al-Mufassirîn, tt :
Dâr al-Ma‟rifah,1980
Jawharî, Thanthâwî, al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân al-Karîm, Mesir :
Musthafâ al-Bâbî al-Halbî, 1350 H
Jibrîl, Muhammad As-Sayyid, Madkhal Al-Manâhij Al-Mufassirîn, Kairo :
Huqûq Li at-Thab‟I, 1408 H/1987 M.
Kholil, Moenawar, Al-Qur’an dari Masa ke Masa, Solo: Ramadhani,
1985.Kusumaningrat, Renggono, Botani Umum 1 : Kerangka
Tumbuhan dan Modifikasinya, Bandung : Angkasa, tt.
Kelompok Kerja Yayasan Studi Biologi, Biologi Umum 2, Jakarta :
Gramedia, 1980.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Tafsir ‘Ilmî Tumbuhan Dalam
Perspektif Al-Qur’an dan Sains, Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur‟an, 2011
___________________, Pelestarian Lingkungan Hidup, Tafsir Al-Qur’an
Tematik, Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2009
Lobeek, A.K, Geomorphology An Introduction to Study of Kind Scapes, Mc.
Graw Hill Book Company, New York, 2000.
Mesra, Alimin, eds, Ulumul Quran, Jakarta : PSW UIN Jakarta, 2005.
Moleong, Lexi L, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya,
1997
Mustaqim, Abdul dan Sahiron Syamsuddin, Studi Al-Qur’an Kontemporer,
Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 2002.
Nawawi, Rif‟at Syauqi, Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh; Kajian
Masalah Aqidah dan Ibadah, Jakarta: Paramadina, 2002
Pasya, Ahmad Fuad, Dimensi Sains Al-Qur’an, terj. Muhammad Arifin, Solo:
Tiga Serangkai, 2004.
Permana, Agus D, eds, Biologi Untuk SMA Ringkasan Materi Olimpiade
Biologi Internasional, t.tp : TOBI Tim Olimpiade Biologi Indonesia,
2014
Qutub, Sayyid, Tafsîr Fî Zhilâl Al-Qur’ân, Beirut : Dâr al-Masyrûq, 2004
Redhâ, Muhammad Rasyîd, Tafsîr al-Manâr, Beirut : Dâr Al-Masrûq : 1935
H
___________________, Tafsîr A1-Qur’ân al-Hakîm, Beirut: Dâr al-Ma‟rifah,
tt.
Riyadi, Hendar, Tafsir Emansipatoris : Arah Baru Studi Tafsir Al-Qur’an,
Bandung : Pustaka Setia, 2005
Rosanti, Dewi, Morfologi Tumbuhan, Jakarta : Erlangga, 2013
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992
___________________, Tafsir Al-Misbah, Ciputat : Lentera Hati, 2000.
Siregar, Mukhlidah Hanun, Cara Sehat Dengan Resep-Resep Ajaib Herbal
Islami, Yogyakarta : Buku Biru, 2012
Suma, Muhammad Amin, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an 2, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2001
Sutrian, Yayan, Pengantar Anatomi Tumbuhan, Jakarta : PT. Rineka Cipta :
2011
Shihab, Quraisy, eds, Sejarah dan Ulum Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus,
1999
Tjitrosomo, Siti Sutarmi, (eds), Botani Umum 2, Bandung : Angkasa, t.th.
Taymiyah, Ibnu, Muqaddimât fî Ushûl al-Tafsîr. Kuwait: Dâr Al-Qur‟ân al-
Karîm, 1391 H/1971 M.
Thayyâr, Muhammad, Nail as-Sairin fi Tabaqât al-Mufassirîn, Pakistan :
Maktabah Yaman, 2000
Yusuf, Yunan, Tafsir Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak, Tangerang : Lentera
Hati, 2013.
Zaglûl, Muhammad Hamdu, At-Tafsîr bil Ra’y Qawâ’iduhu wa Dhawâbituhu
wa A’lamuhu, Damaskus : Maktabah al-Farabî, 1420 H/1999 M
Zaid, Nasr Hamid Abu.. al-Ittijâh al-‘Aqlî fî at-Tafsîr; Dirâsah fî Qadliyah
al-Majâz fî Al-Qur’ân ‘inda al-Mu’tazilah. Beirut: al-Markaz ats-
Tsaqafî al-„Arabî, 1996.
B. Kamus dan Ensiklopedi
Ad-Dâmaghânî, Husain Bin Muhammad, Qâmûs Al-Qur’ân Aw Ishlâh Al-
Wujûh Wa An-Nazhâir fî Al-Qur’ân Al-Karîm, Beirut : Dâr Al-„Ilmi
Li Al-Malâyîn, 1983.
Al-Mishrî, „Allamah Abî Al-Fadhîl Jamâl Ad-Dîn Ibn Mukrim Ibn Manzûr
Al-Afrîqî , Lisân Al-‘Arab, Beirut : Dâr Shâdir, t.th
Bâqî, Muhammad Fuâd „Abdul, Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Al-Fâz Al-
Qur’ân Al-Karîm, Kairo : Dâr Al-Kutub Al-Mishriyah, 1364 H.
Bisri, Adib dan Munawir AF, Al-Bisri Kamus Arab-Indonesia, Surabaya:
Pustaka Progressif, 1999).
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia, (Jakarta: Direktorat
Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Proyek Peningkatan
Prasarana dan Saran Perguruan Tinggi Agama /IAIN, 1992/1993.
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, t.th.
Madkûr, Ibrâhîm, et all, Mu’jam Al-Fâdz Al-Qur’ân Al-Karîm, (Kairo :
Majmâ‟ Al-Lughah Al-Ârabiyah, 1988
Munawwir, Ahmad Warso, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia,
Yogyakarta : Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan PP ”al-
Munawwir” Krapyak, 1984.
Palar, Heryando, Kamus Biologi, Jakarta, Rineka Cipta, 2009.
Poerdawarminta, W.J.S, , Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN
Balai Pustaka, 1976
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Wehr, Hans and J.Milton Cowan, A Dictionary of Modern Written Arabic,
London: Macdonald and Evans Ltd, 1974.
C. Disertasi, Tesis dan Jurnal
Âdam, Amel „Alî, An-Nabât fî Al-Qur’ân Al-Karîm, Tesis : Jâmi‟ah
Khurthûm, 2006.
Akbar, Ali, Kontribusi Teori ‘Ilmîah Terhadap Penafsiran, Jurnal Fakultas
Ushuluddin UIN Suska, Vol.23, no. 1, Juni 2015.
Bachtir, Anis, Gerakan Hellenisme, Jurnal Tribakti, Volume 20, No. 2, Juli
2009
Khasanah,Nur “Kandungan Buah-Buahan dalam Al-Quran”, dalam Jurnal
Phenomenon,Syafi‟I, Abdul Manan, Perspektif Al-Qur’an Tentang
Ilmu Pengetahuan, Media Akademika, Vol. 27, No. 1, Januari 2012
Matondang, Husnel Anwar dan Sabriandi Erdian, Al-Qur‟an Dan Sains
(Suatu Sudut Pandang terhadap Legalitas Penafsiran Sains atas Al-
Qur‟an), dalam Jurnal Polingua, Scientific Journal of Linguistic,
Literature and Education, Vol.2, No.1, 2013, h. 22
Ramli, Saipolbarin Bin, Istilah Tumbuh-Tumbuhan Dalam Al-Qur’an Al-
Karîm ; Kajian Leksikografi dan Analisis Wacana Bahasa Arab,
Disertasi, Universiti Malaya, 2015.
Sardar, Zainuddin, “Between Two Masters: The Qur’an or Science?”,
Inquiry, Vol. 2, No. 8, Agustus 1985.
Sendra,Eny dkk, “Pengaruh Konsumsi Kurma (Phoenix Dactylifera)
Terhadap Kenaikan Kadar Hemaglobin Pada Ibu Hamil Trisemester II
Di Wilayah PUSKESMAS Kediri”, dalam Jurnal Ilmu Kesehatan,
2016.
Sudjijo, “Sekilas Tanaman Delima dan Manfaatnya”, dalam Jurnal Iptek
Hortikultura, 2014
Suriani, Atiyah Ulfah, Studi Tafsir ‘Ilmî Thanthâwî Jawharî, Jakarta : Tesis
IIQ, 2012.
D. Artikel, Koran dan Majalah
Admin, Tafsir Saintifik Isyarat-isyarat Ilmiah dalam Al-Qur'an, Artikel yang
ditulis Rabu, 28 Mei 2008.
An-Najjâr, Zaglûl, Republika, Islam Digest, Wawancara Ahad, 3 Oktober
2010
Misykah, Muntadayât, Asy-Syaikh Thanthâwî Jawharî, ( Misykat al Kutub
wal Buhûts al-„Ilmî, 13 Rabi‟ul Awwal 1424 H,.htmlgsc.tab=0)
Tyasmaharani, Aisyah, Morfologi Tumbuhan, http//googleweblight.com
diakses pada tanggal 4 april 2017.
Rianawati, Ida, “Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan”,
http//[email protected] diakses tanggal 28 Maret 2017
http://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-anggur/,
diakses tanggal 2 Januari 2018
http://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-morfologi-zaitun/, diakses
tanggal 2 Januari 2018
http://www.sampulpertanian.com/2017/01/buah-tin-ficus-carica-l.html,
diakses tanggal 2 Januari 2018
http://www.tinohtin.com/2015/05/sifat-pertumbuhan-dan-morfologi-
pokok.html, diakses tanggal 2 Januari 2018
REKAPITULASI AYAT YANG MENYEBUTKAN MORFOLOGI
TUMBUHAN
No Morfologi
Tumbuhan
Kata Arti Surah/Ayat
1. Akar أصل Akar Q.S. Ibrahim [14] : 24, Q.S. Ash-
Shoffat [37] : 64 dan Q.S. Al-
Hasyr : [59] : 5
2. Batang شجر Batang Q.S. Al-Baqarah [2] : 35, Q.S.
An-Nisa [4] : 65, Q.S. Al-A’raf
[7] :19,20,22, Q.S. Ibrahim [14] :
24,26, Q.S. An-Nahl [16] : 10,68,
Q.S. Al-Isra’ [17] : 60, Q.S. Taha
[20] : 120, Q.S. Al-Hajj [22] : 18,
Q.S. Al-Mu’minun [23] : 20, Q.S.
An-Nur [24] : 35, Q.S. An-Naml
[27] : 60, Q.S. Al-Qashash [28] :
30, Q.S. Luqman [31] : 27, Q.S.
Yasin [36] : 80, Q.S. Ash-Shoffat
[37] : 62,64,146, Q.S. Ad-Dukhan
[44] : 43, Q.S. Al-Fath [48] : 18,
Q.S. Ar-Rahman [55] : 6, Q.S.
Al-Waqi’ah [56] : 52,72.
Tangkai (Q.S. Al-Baqarah [2] : 261.
,Ranting Ar-Raẖmân [55] : 48 أفنان
,Batang Q.S. Al-Qamar [54] : 20 أعجاز
عذ ج Batang Q.S. Maryam [19] : 23, 25, Q.S.
Taha [20] : 71,
ق Batang
Q.S. Al-Fath [48] : 29,
ع Pucuk Q.S. Ibrahim [14] : 24,
Tangkai Q.S. Al-An’am [6] : 99,
Ranting Q.S. Al-Hasyr [59] : 5
3. Daun Daun Q.S. Al-An’am [6] : 59, Q.S. Al-
A’raf [7] : 22, Q.S. Al-Kahf [18] :
19, Q.S Thaha [20] : 121,
4 Bunga Kelopak Q.S. Fushilat [41] : 47, Q.S. Ar-
Rahman [55] : 11,
Mayang Q.S. Al-An-‘Am [6] : 99, Q.S.
Asy-Syu’ara’ [26] : 148, Q.S.
Ash-Shoffat [37] : 65, Q.S. Qaf
[50] : 10.
5 Buah ثمر Buah Q.S. Al-Baqarah [2] : 22,25,126,
155, 266, Q.S. Al-An’am [6] : 99,
141, Q.S. Al-A’raf [7] : 57, 130,
Q.S. Ar-Ra’d [13] : 3, Q.S.
Ibrahim [14] : 32,37, Q.S. An-
Nahl [16] : 11,67,69, Q.S. Al
Kahfi [18] : 34,42, Q.S. Al-
Qashash [28] : 57, Q.S. Fathir
[35] : 27, Q.S. Yasin [36] : 35,
Q.S. Fushilat [41] : 47,
Muhammad [47] : 15.
.Buah Q.S. Al-Mu’minun [23] : 19, Q.S فكه
Yasin [36] : 57, Q.S. Ash-Shoffat
[37] : 42, Q.S Shad [38] : 51, Q.S.
Az-Zukhruf [43] : 73, Q.S. Ad-
Dukhan [44] : 55, Q.S. Ath-Thur
[52] : 22, Q.S. Ar-Rahman [55] :
11,52,68, Q.S. Al-Waqi’ah [56] :
20, 32, Q.S. Al-Mursalat [77] :
42, Q.S. Abasa [80] : 31.
Kulit
biji
Q.S. Ar-Rahman [55] : 12,
Kurma
matang
Q.S. Maryam [19] : 25,
ف Buah Q.S. Al-Insan [75] : 14,
Butir
Biji
QS. Al-An’âm [6] : 95.,
Bersusun-
susun
Q.S. Al-Waqi’ah [56] : 29