Hifema

30
BAB I PENDAHULUAN Mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seeprti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya reflex memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat dan akan mengakibatkan kebutaan. 1 Trauma mata merupakan penyebab umum kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda, kelompok usisa ini mengalami sebagian cedera mata yang parah. Dewasa muda terutama pria merupakan kelompok yang paling mungkin mengalami trauma tembus mata. Kecelakaan dirumah, kekerasan, ledakan aki, cedera yang berhubungan dengan olahraga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan- keadaan yang paling sering menyebabkan trauma mata. Trauma mata yang berat daoat menyebabkan cedera multiple pada palpebra, bola mata, dan jaringan lunak orbita. 2 1

description

Referat

Transcript of Hifema

Page 1: Hifema

BAB I

PENDAHULUAN

Mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seeprti rongga orbita,

kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya reflex memejam atau

mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat

mengakibatkan kerusakan pada bola mata, dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita.

Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga

mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang

tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat dan akan mengakibatkan

kebutaan.1

Trauma mata merupakan penyebab umum kebutaan unilateral pada anak dan

dewasa muda, kelompok usisa ini mengalami sebagian cedera mata yang parah.

Dewasa muda terutama pria merupakan kelompok yang paling mungkin mengalami

trauma tembus mata. Kecelakaan dirumah, kekerasan, ledakan aki, cedera yang

berhubungan dengan olahraga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-

keadaan yang paling sering menyebabkan trauma mata. Trauma mata yang berat

daoat menyebabkan cedera multiple pada palpebra, bola mata, dan jaringan lunak

orbita.2

Menurut satu studi yang dilakukan di Amerika Serikat, kejadian hifema,

terutama hifema traumatik, diperkirakan sebanyak 12 kasus per 100.000 orang

populasi. Anak-anak dan remaja usia 10-20 tahun memiliki persentase penderita

terbanyak, yaitu sebesar 70%.3 Hifema lebih sering terjadi pada pria dibandingkan

wanita dengan perbandingan 3 : 1.4 Kondisi hifema sendiri dapat memicu berbagai

komplikasi, seperti peningkatan tekanan intraokular yang berujung ke

glaukoma, corneal bloodstaining, sinekia anterior dan posterior, dan atrofi optik.1Bila

penanganan hifema tidak tepat, dapat terjadi komplikasi tersebut dan akhirnya

berujung kepada kebutaan.

1

Page 2: Hifema

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi vaskularisasi bola mata

Orbita terutama memperoleh darah arterial dari arteri ophthalmica, yaitu

cabang besar pertama arteri karotis interna bagian intrakranial. Cabang ini

berjalan di bawah nervus optikus dan bersamanya melewati kanalis optikus

menuju ke orbita. Cabang intraorbital pertama adalah arteri sentralis retina, yang

memasuki nervus optikus sebesar 8-15 mm di belakang bola mata. Cabang-

cabang lain arteri oftalmika adalah arteri lakrimalis, yang memvaskularisasi

glandula lakrimalis dan kelopak mata atas, cabang-cabang muskularis ke berbagai

otot orbita, arteri siliaris posterior longus dan brevis, arteri palpebra medialis ke

kedua kelopak mata, dan arteri supra orbitalis serta supra troklearis.5

Gambar 1. Vaskularisasi pada bola mata

2

Page 3: Hifema

Arteri siliaris posterior brevis memvaskularisasi koroid dan bagian nervus

optikus. Kedua arteri siliaris longus memvaskularisasi badan siliar, beranastomosis

satu dengan yang lain, dan bersama arteri siliaris anterior membentuk sirkulus

arteriosus major iris. Arteri siliaris anterior berasal dari cabang-cabang muskularis

dan menuju ke muskuli rekti. Arteri ini memvaskularisasi sklera, episklera, limbus,

konjungtiva, serta ikut membentuk sirkulus arteriosus major iris.

Drainase vena-vena di orbita terutama melalui vena oftalmika superior dan

inferior, yang juga menampung darah dari vena verticoasae, vena siliaris anterior, dan

vena sentralis retina. Vena oftalmika berhubungan dengan sinus kavernosus melalui

fisura orbitalis superior dan dengan pleksus venosus pterigoideus melalui fisura

orbitalis inferior.5

Gambar 2. Vaskularisasi pada segmen anterior

2.2 Definisi Hifema

Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata

depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma

tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur

dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih. Darah yang terkumpul di bilik

3

Page 4: Hifema

mata depan. Walaupun darah yang terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap

dapat menurunkan penglihatan.2

Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma

tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Bila pasien duduk

hifema akan terlihat terkumpul dibawah bilik mata depan dan hifema dapat

memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.2

2.3 Epidemiologi

Menurut satu studi yang dilakukan di Amerika Serikat, kejadian hifema,

terutama hifema traumatik, diperkirakan sebanyak 12 kasus per 100.000 orang

populasi. Anak-anak dan remaja usia 10-20 tahun memiliki persentase penderita

terbanyak, yaitu sebesar 70%.3 Hifema lebih sering terjadi pada pria dibandingkan

wanita dengan perbandingan 3 : 1.4

2.4 Etiologi

Hifema umumnya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata. Trauma

tumpul tersebut mengenai bagian bola mata yang terekspos ke dunia luar tanpa

perlindungan tulang orbita. Oleh karena itu, benda-benda yang cukup kecil seperti

bola kecil, paintball, batu kerikil, atau peluru airgun merupakan penyebab trauma

tersering yang dapat menimbulkan hifema. Akan tetapi, hal ini tidak menutupi

kemungkinan objek yang lebih besar dibandingkan tulang orbita untuk

mengakibatkan trauma pada mata selama memiliki elastisitas yang cukup untuk

mengenai bagian yang terekspos tadi.4

Sebagian kecil hifema terjadi oleh karena hal selain trauma tumpul

tersebut diatas. Hifema dapat terjadi sebagai komplikasi post-operasi intraokuli.

Selain itu, dapat pula terjadi hifema secara spontan, yang biasanya dapat

disebabkan oleh pecahnya neovaskularisasi pada iris. Hifema spontan karena

neovaskularisasi ini dapat ditemukan pada pasien diabetes mellitus, sikatriks,

uveitis, dan neoplasma okular seperti retinoblastoma. Dapat juga terjadi hifema

karena anomali vaskuler dalam mata lain, seperti yang terjadi pada juvenile

4

Page 5: Hifema

xanthogranuloma. Bahkan, hifema idiopatik pun dapat terjadi tanpa penyebab

jelas, meskipun hal ini sangat jarang.4

2.5 Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi6 :

1. Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang

disebabkan pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma

pada segmen anterior bola mata.

2. Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi mata).

3. Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier, sehingga

pembuluh darah pecah.

4. Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya juvenile

xanthogranuloma).

5. Hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma).

Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 2 yaitu:

1. Hifema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke 2.

2. Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.

Berdasarkan tampilan klinisnya dibagi menjadi beberapa grade (Sheppard) 4,6:

1. Grade I : darah mengisi kurang dari sepertiga COA (58%)

2. Grade II : darah mengisi sepertiga hingga setengah COA (20%)

3. Grade III : darah mengisi hampir total COA (14%)

4. Grade IV : darah memenuhi seluruh COA (8%)

5

Page 6: Hifema

Gambar 3. Klasifikasi Hifema

Umumnya grading inilah yang dijadikan salah satu patokan dalam

menentukan tatalaksana hifema. Pada sekitar 50% kasus, hifema masih berbentuk

cairan sehingga membentuk air fluid level, sementara 40% kasus

membentuk clot dan menempel pada iris. Sisa 10% dari kasus hifema

membentuk clot berwarna gelap dan kontak dengan endotelium.4

Metode lain untuk menentukan grade hifema adalah dengan mengukur

(dalam millimeter) tinggi darah dari limbus inferior (arah jam 6). Metode ini

membantu memonitoring perkembangan penyembuhan ataupun kemungkinan

berulangnya perdarahan.4

2.6 Patofisiologi

Trauma tumpul dapat menyebabkan perdarahan ke dalam bilik mata

anterior dimana perdarahan ini berkumpul dengan batas cairan (hifema). Hal ini

disebabkan oleh rupturnya akar pembuluh darah iris atau iris robek dari insersinya

6

Page 7: Hifema

pada korpus siliaris (dialisis iris) sehingga menyebabkan pupil yang berbentuk

D.7. Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan

limbus, dan perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini dapat meningkatkan

tekanan intraokuler secara akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada

sudut mata. Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah,

antara lain arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari badan siliar, arteri

koroidalis, dan vena-vena badan siliar.

Gambar 4. Mekanisme Perdarahan akibat Trauma Tumpul Mata

Inflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker

mungkin juga bisa menyebabkan perdarahan pada COA. Trauma tumpul dapat

merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan merobek

pembuluh darah iris dan merusak sudut COA. Tetapi dapat juga terjadi secara

spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat bergerak dalam ruang

COA, mengotori permukaan dalam kornea.1

Perdarahan pada bilik mata depan mengakibatkan teraktivasinya

mekanisme hemostasis dan fibrinolisis. Peningkatan tekanan intraokular, spasme

pembuluh darah, dan pembentukan fibrin merupakan mekanisme pembekuan

darah yang akan menghentikan perdarahan. Bekuan darah ini dapat meluas dari

bilik mata depan ke bilik mata belakang. Bekuan darah ini biasanya berlangsung

hingga 4-7 hari. Setelah itu, fibrinolisis akan terjadi. Setelah terjadi bekuan darah

pada bilik mata depan, maka plasminogen akan diubah menjadi plasmin oleh

aktivator kaskade koagulasi. Plasmin akan memecah fibrin, sehingga bekuan

darah yang sudah terjadi mengalami disolusi. Produk hasil degradasi bekuan

7

Page 8: Hifema

darah, bersama dengan sel darah merah dan debris peradangan, keluar dari bilik

mata depan menuju jalinan trabekular dan aliran uveaskleral.

Perdarahan dapat terjadi segera sesudah trauma yang disebut perdarahan

primer. Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder

biasanya timbul pada hari ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih

hebat daripada yang primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus

dirawat sedikitnya 5 hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi karena

resorpsi daribekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tak

mendapat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali.

Penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel

darah merah melalui sudut COA menuju kanal schlem sedangkan sisanya akan

diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan

adanya enzim fibrinolitik di daerah ini.Sebagian hifema dikeluarkan setelah

terurai dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin

ini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna

kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea, yang hanya dapat

ditolong dengan keratoplasti. Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh

hifema yang penuh disertai glaukoma.8

Adanya darah pada bilik mata depan memiliki beberapa temuan klinis

yang berhubungan. Resesi sudut mata dapat ditemukan setelah trauma tumpul

mata. Hal ini menunjukkan terpisahnya serat longitudinal dan sirkular dari otot

siliar. Resesi sudut mata dapat terjadi pada 85 % pasien hifema dan berkaitan

dengan timbulnya glaukoma sekunder di kemudian hari. Iritis traumatik, dengan

sel-sel radang pada bilik mata depan, dapat ditemukan pada pasien hifema. Pada

keadaan ini, terjadi perubahan pigmen iris walaupun darah sudah dikeluarkan.

Perubahan pada kornea dapat dijumpai mulai dari abrasi endotel kornea hingga

ruptur limbus. Kelainan pupil seperti miosis dan midriasis dapat ditemukan pada

10 % kasus. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah siklodialisis, iridodialisis,

robekan pupil, subluksasi lensa, dan ruptur zonula zinn. Kelainan pada segmen

posterior dapat meliputi perdarahan vitreus, jejas retina (edema, perdarahan, dan

8

Page 9: Hifema

robekan), dan ruptur koroid. Atrofi papil dapat terjadi akibat peninggian tekanan

intraokular.8

2.7 Diagnosis

a. Anamnesis

Pasien hifema umumnya akan datang dengan keluhan perdarahan atau

adanya darah pada bagian tengah mata. Keluhan tersebut dapat disertai dengan

nyeri pada mata, gangguan penglihatan,dan sensitif terhadap cahaya. Pasien akan

mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien

akan sangat menurun.2 Kadang-kadang ditemukan gangguan visus. Ditemukan

adanya tanda-tanda iritasi dari conjunctiva dan pericorneal. Bila terdapat riwayat

trauma, perlu ditanyakan mekanisme kejadian, jenis objek yang mengenai mata,

arah terjadinya benturan, dan penggunaan pelindung mata saat kejadian. Riwayat

penyakit mata perlu ditanyakan, terutama mengenai penyakit yang memengaruhi

tekanan intraokuler. Riwayat tindakan pembedahan atau laser pada mata juga

harus ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan hifema operatif.9

Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang bila

jumlahnya cukup banyak. Bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul di

bagian bawah COA, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang COA.2

Gambar 5. Hifema 1/3 bilik mata depan Gambar 6. Hifema ½ bilik mata depan

9

Page 10: Hifema

b. Pemeriksaan oftalmologi8

a) Pemeriksaan ketajaman penglihatan : Menggunakan kartu mata Snellen;

visus dapat menurun akibat kerusakan kornea, aqueous humor, iris dan

retina.

b) Lapangan pandang : Penurunan dapat disebabkan oleh patologi vaskuler

okuler, glaukoma.

c) Pengukuran tonografi : Mengkaji tekanan intra okuler.

d) Slit Lamp Biomicroscopy : Untuk menentukan kedalaman COA dan

iridocorneal contact, aqueous flare, dan synechia posterior.

e) Pemeriksaan oftalmoskopi : Mengkaji struktur internal okuler.

f) Tes provokatif : Digunakan untuk menentukan adanya glaukoma bila TIO

normal atau meningkat ringan.

Pemeriksaan dengan gonioskopi tidak dianjurkan karena

meningkatkan risiko perdarahan ulang. Pemeriksaan pada mata bagian

anterior diharapkan bisa memberikan assesment mengenai grading

hifema.4,10

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan lebih untuk menemukan etiologi

atau menyingkirkan diagnosis banding. Yang akan dinilai meliputi kondisi

mata bagian posterior, adneksamata, dan orbita. Pemeriksaan yang umum

dilakukan berupa ultrasonografi (USG) mata atau CT-scan untuk melihat

adanya tumor intraokuler. Dapat juga dilakukan angiografi pada iris untuk

melihat adanya neovaskularisasi meskipun sangat jarang dilakukan.

Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan, kecuali pemeriksaan darah untuk

melihat adanya sickle cell disease.4,10

2.8 Diagnosa Banding

Beberapa diagnosis banding yang dapat memberikan gambaran seperti

hifema adalah10:

Herpes simpleks keratitis

10

Page 11: Hifema

Manifestasi sickle cell disesase

Komplikasi glaukoma

Xanthogranuloma juvenile

2.9 Penatalaksanaan

Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila perjalanan penyakit tidak

berjalan demikian maka sebaiknya penderita dirujuk.2 Pasien dengan hifema yang

tampak mengisi lebih dari 5% bilik mata depan sebaiknya diistirahatkan. Dilatasi

pupil dapat meningkatkan resiko perdarahan kembali sehingga mungkin ditunda

sampai hifema reda dengan penyerapan spontan.1

Pada dasarnya prinsip dari penatalakasanaan pada hifema ini adalah

dengan :

1. Menghentikan perdarahan.

2. Menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder.

3. Mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan mempercepat

absorbsi.

4. Mengontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang lain.

5. Berusaha mengobati kelainan yang menyertainya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan penderita dengan

traumatik hifema pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu perawatan

dengan cara konservatif/tanpa operasi, dan perawatan yang disertai dengan

tindakan operasi.8

a. Tindakan Konservatif/Non Operatif

1. Non Medikamentosa

Penderita ditidurkan (bed rest) dalam keadaan terlentang dengan posisi

kepala diangkat (diberi alas bantal) dengan elevasi kepala 30º - 45o (posisi semi

fowler). Hal ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta

memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya. Ada banyak pendapat

dari banyak ahli mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama

yang harus dikerjakan bila menemui kasus traumatik hifema. Bahkan beberapa

11

Page 12: Hifema

penelitian menunjukkan bahwa dengan tirah baring kesempurnaan absorbsi dari

hifema dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan

sekunder. Istirahat total ini harus dipertahankan minimal 5 hari mengingat

kemungkinan perdarahan sekunder. Hal ini sering sukar dilakukan, terlebih-lebih

pada anak-anak, sehingga kalau perlu harus diikat tangan dan kakinya ke tempat

tidur dan pengawasan dilakukan dengan sabar.8

2. Medikamentosa

Pemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatik hifema tidaklah

mutlak, tapi cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat

absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul. Untuk maksud di atas

digunakan obat-obatan seperti :

Koagulansia

Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun

parenteral, berguna untuk menekan/menghentikan perdarahan, Misalnya :

Anaroxil, Adona AC, Coagulen, Transamin, vit K dan vit C. Pada hifema yang

baru dan terisi darah segar diberi obat anti fibrinolitik (transamine/ transamic

acid) sehingga bekuan darah tidak terlalu cepat diserap dan pembuluh darah

diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dahulu sampai sembuh. Dengan

demikian diharapkan terjadinya perdarahan sekunder dapat dihindarkan.

Pemberiannya 4x250 mg dan hanya kira-kira 5 hari jangan melewati satu minggu

oleh karena dapat timbulkan gangguan transportasi cairan COA dan terjadinya

glaukoma juga imbibisio kornea. Selama pemberiannya pantau tekanan intra

okuler mata

Midriatika Miotika

Untuk mengurangi rasa sakit dan risiko terjadinya sinekia posterior.

Pemberian sikloplegik dapat menstabilkan blood-aqueous barrier, meningkatkan

kenyamanan pasien, dan memfasilitasi evaluasi segmen posterior. Tetapi ternyata

atropin topikal tidak memiliki efek menguntungkan dalam mengurangi kejadian

perdarahan ulang, resorpsi darah, atau perbaikan visus. Pemberian midriatika

dianjurkan bila didapatkan komplikasi iridiocyclitis.

12

Page 13: Hifema

Ocular Hypotensive Drug

Semua para ahli menganjurkan pemberian acetazolamide (Diamox) secara

oral sebanyak 3x sehari bilamana ditemukan adanya kenaikan tekanan

intraokuler. Bahkan Gombos dan Yasuna menganjurkan juga pemakaian

intravena urea, manitol dan gliserin untuk menurunkan tekanan intraokuler,

walaupun ditegaskan bahwa cara ini tidak rutin. Pada hifema yang penuh dengan

kenaikan tekanan intra okular, berilah diamox, glyserin, nilai selama 24 jam. Bila

tekanan intra okular tetap tinggi atau turun, tetapi tetap diatas normal, lakukan

parasentesa yaitu pengeluaran drah melalui sayatan di kornea Bila tekanan intra

okular turun sampai normal, diamox terus diberikan dan dievaluasi setiap hari.

Bila tetap normal tekanan intra okularnya dan darahnya masih ada sampai hari ke

5-9 lakukan juga parasentesa.

Kortikosteroid dan Antibiotika

Pemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan mengurangi komplikasi

iritis dan perdarahan sekunder dibanding dengan antibiotika.8

b. Tindakan Operatif

Perawatan cara ini akan dikerjakan bilamana ditemukan glaukoma

sekunder, tanda imbibisi kornea atau hemosiderosis cornea. Dan tidak ada

pengurangan dari tingginya hifema dengan perawatan non-operasi selama 3 - 5

hari. Untuk mencegah atrofi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila tekanan

bola mata maksimal > 50 mmHg selama 5 hari atau tekanan bola mata maksimal

> 35 mmHg selama 7 hari. Untuk mencegah imbibisi kornea dilakukan

pembedahan bila tekanan bola mata rata-rata > 25 mmHg selama 6 hari atau bila

ditemukan tanda-tanda imbibisi kornea.

Tindakan operatif dilakukan untuk mencegah terjadinya sinekia anterior

perifer bila hifema total bertahan selama 5 hari atau hifema difus bertahan selama

9 hari. Intervensi bedah biasanya diindikasikan pada atau setelah 4 hari. Dari

keseluruhan indikasinya adalah sebagai berikut :

1. Empat hari setelah onset hifema total

2. Microscopic corneal bloodstaining (setiap waktu)

13

Page 14: Hifema

3. Total dengan Tekanan Intra Okular 50 mmHg atau lebih selama 4 hari (untuk

mencegah atrofi optic)

4. Hifema total atau hifema yang mengisi lebih dari ¾ COA selama 6 hari dengan

tekanan 25 mmHg (untuk mencegah corneal bloodstaining)

5. Hifema mengisi lebih dari ½ COA yang menetap lebih dari 8-9 hari (untuk

mencegah peripheral anterior synechiae)

6. Pada pasien dengan sickle cell disease dengan hifema berapapun ukurannya

dengan tekanan Intra ocular lebih dari 35 mmHg lebih dari 24 jam. Jika

Tekanan Inta Ocular menetap tinggi 50 mmHg atau lebih selama 4 hari,

pembedahan tidak boleh ditunda. Suatu studi mencatat atrofi optic pada 50

persen pasien dengan total hifema ketika pembedahan terlambat. Corneal

bloodstaining terjadi pada 43% pasien. Pasien dengan sickle cell

hemoglobinopathi diperlukan operasi jika tekanan intra ocular tidak terkontrol

dalam 24 jam.8

Tindakan operasi yang dikerjakan adalah :

1. Parasentesis

Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan

cairan/darah dari bilik depan bola mata dengan teknik sebagai berikut : dibuat

insisi kornea 2 mm dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan

iris. Biasanya bila dilakukan penekanan pada bibir luka maka koagulum dari

bilik mata depan akan keluar. Bila darah tidak keluar seluruhnya maka bilik

mata depan dibilas dengan garam fisiologis. Biasanya luka insisi kornea pada

parasentesis tidak perlu dijahit.2 Parasentese dilakukan bila TIO tidak turun

dengan diamox atau jika darah masih tetap terdapat dalam COA pada hari 5-9.

2. Melakukan irigasi di bilik depan bola mata dengan larutan fisiologik.

3. Dengan cara seperti melakukan ekstraksi katarak dengan membuka korneo

scleranya sebesar 1200.8

14

Page 15: Hifema

2.10 Komplikasi

a. Perdarahan sekunder

Komplikasi ini sering terjadi pada hari ke 3 sampai ke 6, sedangkan

insidensinya sangat bervariasi, antara 10 - 40%. Perdarahan sekunder ini

timbul karena iritasi pada iris akibat traumanya, atau merupakan lanjutan

dari perdarahan primernya. Perdarahan sekunder biasanya lebih hebat

daripada yang primer. Terjadi pada 1/3 pasien, biasanya antara 2-5 hari

setelah trauma inisial dan selalu bervariasi sebelum 7 hari post-trauma.8

b. Glaukoma sekunder

Timbulnya glaukoma sekunder pada hifema traumatik disebabkan

oleh tersumbatnya trabecular meshwork oleh butir butir / gumpalan darah.

Adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik mata oleh

karena unsur-unsur darah menutupi sudut COA dan trabekula sehingga

terjadinya glaukoma. Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi

badan siliar berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan

pengaliran cairan mata.8

c. Hemosiderosis kornea

Pada penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA

dalam bentuk sel darah merah melalui sudut COA menuju kanal Schlemm

sedangkan sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada

iris dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik di daerah ini. Sebagian

hifema dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat

penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea,

menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan disebut hemosiderosis

atau imbibisio kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti.

Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh

disertai glaukoma. Hemosiderosis ini akan timbul bila ada

perdarahan/perdarahan sekunder disertai kenaikan tekanan intraokuler.

Gangguan visus karena hemosiderosis tidak selalu permanen, tetapi kadang-

kadang dapat kembali jernih dalam waktu yang lama (2 tahun). Insidensinya

15

Page 16: Hifema

± 10%.3 Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi

yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan.8

d. Sinekia Posterior

Sinekia posterior bisa timbul pada pasien traumatik

hifema.Komplikasi ini akibat dari iritis atau iridocyclitis. Komplikasi ini

jarang pada pasien yang mendapat terapi medikamentosa dan lebih sering

terjadi pada pada pasien dengan evakuasi bedah pada hifema. Peripheral

anterior synechiae anterior synechiae terjadi pada pasien dengan hifema

pada COA dalam waktu yang lama, biasanya 9 hari atau lebih. Patogenesis

dari sinekia anterior perifer berhubungan dengan iritis yang lama akibat

trauma atau dari darah pada COA. Bekuan darah pada sudut COA kemudian

bisa menyebabkan trabecular meshwork fibrosis yang menyebabkan sudut

bilik mata tertutup.8

e. Atrofi optik

Atrofi optik disebabkan oleh peningkatan tekanan intra okular.8

Atrofi optik nonglaukomatosa yang terjadi pada pasien hifema dapat

disebabkan oleh trauma inisial ataupun periode transien dari peningkatan

TIO.4

f. Uveitis

Penyulit yang harus diperhatikan adalah glaukoma, imbibisio

kornea, uveitis. Selain dari iris, darah pada hifema juga datang dari badan

siliar yang mungkin juga masuk ke dalam badan kaca (corpus vitreum)

sehingga pada funduskopi gambaran fundus tak tampak dan ketajaman

penglihatan menurunnya lebih banyak. Hifema dapat sedikit, dapat pula

banyak. Bila sedikit ketajaman penglihatan mungkin masih baik dan

tekanan intraokular masih normal. Perdarahan yang mengisi setengah COA

dapat menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intra okular

sehingga mata terasa sakit oleh karena glaukoma. Jika hifemanya mengisi

seluruh COA, rasa sakit bertambah karena tekanan intra okular lebih

meninggi dan penglihatan lebih menurun lagi.8

16

Page 17: Hifema

2.11 Prognosis

Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang tertimbun pada

kamera okuli anterior. Biasanya hifema dengan darah yang sedikit dan  tanpa

disertai glaukoma, prognosisnya baik (bonam) karena darah akan diserap

kembali dan hilang sempurna dalam beberapa hari. Sedangkan hifema yang

telah mengalami glaukoma, prognosisnya bergantung pada seberapa besar

glaukoma tersebut menimbulkan defek pada ketajaman penglihatan. Bila tajam

penglihatan telah mencapai 1/60 atau lebih rendah maka prognosis penderita

adalah buruk (malam) karena dapat menyebabkan kebutaan.8

2.12 Pencegahan

Trauma kecelakaan pada mata dapat dicegah dengan menggunakan

peralatan pelindung mata. Walaupun trauma akibat pembedahan jarang terjadi,

pencegahan dengan menggunakan acetazolamid intravena dan manitol perlu

dilakukan apabila terdapat peningkatan TIO atau pasien dengan anestesia

umum. Hal ini diharapkan bisa mencegah hifema intra dan post-operatif. Untuk

menghindari kemungkinan perdarahan ulang, perlu diberikan pengobatan

antifibrinolitik dan steroid sistemik pada kasus-kasus tertentu.4,10

17

Page 18: Hifema

BAB III

KESIMPULAN

Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan,

yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang

merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus

(cairan mata) yang jernih.

Hifema umumnya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata. Hifema juga

dapat terjadi sebagai komplikasi post-operasi intraokuli. Selain itu, dapat pula terjadi

hifema secara spontan. Berdasarkan tampilan klinisnya dibagi menjadi 4 grade.

Untuk menegakkan diagnosis ditemukan adanya nyeri pada mata, gangguan

penglihatan, dan sensitif terhadap cahaya. Pasien akan mengeluh sakit, disertai

dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun.

Kadang-kadang ditemukan gangguan visus. Perlu ditanyakan riwayat trauma dan

riwayat penyakit mata sebelumnya, serta riwayat pembedahan mata. Dilakukakan

pemeriksaan oftalmologi serta penunjang yang diperlukan.

Penatalaksanaan hifema dapat dengan Non operatif dan dengan operatif.

Prinsip pada penatalaksanaan hifema ini adalah untuk menghentikan perdarahan,

menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder, mengeliminasi darah dari bilik

depan bola mata dengan mempercepat absorbs, mengontrol glaukoma sekunder dan

menghindari komplikasi yang lain. Prognosis pada hifema umumnya tergantung pada

banyaknya darah yang tertimbun pada kamera okuli anterior.

18

Page 19: Hifema

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Ofthalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : Buku Kedokteran

2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata Edisi 4. 2011. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.268-269.

3. Anonim. Traumatic hyphema. Diakses dari http://www.uptodate.com/contents/traumatic-hyphema-epidemiology-anatomy-and-pathophysiology pada tanggal 2 Januari 2016 pukul 18.00.

4. Sheppard JD. Hyphema. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1190165-overview pada tanggal 2 Januari 2016 pukul 18.30

5. Moore Keith L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates. Hal : 377-379

6. Readbox Medical Plus. Hifema. Diakses dari http://redbooxmedicalplus.wordpress.com/2013/06/20/hifema/ pada tanggal 3 Januari 2016 pukul 21.00

7. James, Bruce. Dkk. 2007. Lecture Notes Ofthalmologi Edisi Kesembilan : Trauma. Jakarta : Erlangga. Hal :180.

8. Anonim. Hyphem. Diakses dari https://www.academia.edu/14169014/76223821-hifema-referat pada tanggal 4 januari 2016 pukul 15.00

9. Sidarta Ilyas. 2002. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran Edisi ke 2. Jakarta : Sagung Seto. Hal : 263.

10. Irak-Dersu I. Hyphema glaucoma. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1206635-overview pada tanggal 4 Januari 2016 pukul 16.10.

19