Presus Mata Gayuh Hifema
-
Upload
nurrina-shofa -
Category
Documents
-
view
86 -
download
9
Transcript of Presus Mata Gayuh Hifema
PRESENTASI KASUS
TRAUMATIC HIFEMA EC TRAUMA TUMPUL
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Saras Husada Purworejo
Pembimbing:
dr. Titiek Harsini, Sp. M
Disusun Oleh:
Gayuh Rindang Ayumi
20070310016
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
1
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
TRAUMATIC HIFEMA EC TRAUMA TUMPUL
Disusun Oleh:
Gayuh Rindang Ayumi
20070310016
Telah disetujui dan dipresentasikan pada Januari 2013
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
dr. Titiek Harsini, Sp. M.
2
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : ESB
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Pekerjaan : Penari kuda lumping
Alamat : Purwosari Rt.01 Rw.01 Purwodadi Purworejo
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mata kiri dirasakan perih, sakit, pandangan kabur, berair, panas dan sampai
terasa pusing, pegal, post satu hari yang lalu mata kiri terkena pecut saat menari kuda
lumping.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata kiri dirasakan perih, sakit, pandangan
kabur, berair, panas, pusing, dan pegal.
1 hari yang lalu pasien mengaku mata kiri terkena pecut saat menari kuda
lumping. Sudah berobat ke dokter umum, tapi belum ada perbaikan. Pasien kemudian
berobat ke poli mata RSUD Saras Husada Purworejo.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa (-)
Riwayat trauma pada mata (-)
Riwayat pengobatan penyakit lain (-)
Riwayat Alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan sama disangkal
Riwayat DM dan HT disangkal
Riwayat Alergi disangkal
3
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal Pemeriksaan : 2 Januari 2013
Keadan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
A. Pemeriksaan Subjektif
No. Pemeriksaaan OD OS
1. Visus 5/5 1/300
2. Pinhole - -
3. Persepsi Sinar Tidak dilakukan Baik
4. Persepsi Warna Tidak dilakukan Baik
B. Pemeriksaan objektif
No. Pemeriksaaan OD OS
1. Palpebra
Pasangan
Gerakan
Udem
Sikatrik
Simetris
Bebas
(-)
(-)
Simetris
Bebas
(+)
(-)
2. Bola mata
Pasangan
Gerakan
Simetris
Segala arah
(normal)
Simetris
Segala arah
(normal)
3. Konjungtiva
Hiperemis
Oedem
Inj. Konjungtiva
Inj. Siliaris
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
4. Sklera
Warna Jernih Hiperemis
5. Kornea
4
Kejernihan
Sikatrik
Infiltrat
Arcus senilis
Hifema
Edema
Jernih
Tidak ada
(-)
(-)
(-)
(-)
Keruh
Tidak ada
(-)
(-)
(+)
(+)
6. COA Dalam Sulit Dinilai
7. Iris / Pupil
Bentuk
Kedudukan
Reflek direk
Reflek indirek
Bulat
Sentral
(+)
(+)
Bulat
Sentral
(+)
(+)
8. Lensa
Kejernihan
Letak
Jernih
Sentral
Keruh
Sentral
9. Tekanan Intra Okular
(palpasi)
N N+
V. DIAGNOSIS BANDING
Traumatic Hifema
Hifema akibat inflamasi
VI. DIAGNOSIS KERJA
OS Traumatic Hifema ec Trauma Tumpul
VII. TERAPI
Glaukon 1 dd gtt OS
Methilprednisolon tab 2-0-0
Cendoxytrol ed 4 dd gtt OS
Cendotropin ed 4 dd gtt OS
Edukasi:
5
- Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari
tangan.
- Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak
dengan alergen di udara terbuka.
- Istirahat cukup dan head elevation.
VII. PROGNOSIS
Ad visam :dubia ad bonam
Ad sanam :dubia ad bonam
Ad vitam :dubia ad bonam
Ad kosmetikam :dubia ad bonam
6
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu
daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul (gaya-gaya kontusif)
yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus
(cairan mata) yang jernih. Darah yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan
mata telanjang. Darah di dalam aqueous dapat membentuk suatu lapisan. Glaukoma akut
terjadi bila anyaman trabekular tersumbat oleh fibrin dan sel atau bila pembentukan bekuan
darah menimbulkan blokade pupil. Walaupun darah yang terdapat di bilik mata depan sedikit,
tetap dapat menurunkan penglihatan.
Gambar 1. Hifema
Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bawah bilik mata depan dan
hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Penglihatan pasien akan sangat
menurun. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis. Pasien akan mengeluh sakit
disertai dengan epifora dan blefarospasme.
II. Anatomi bilik mata depan
Bagian dalam bola mata terdiri dari 2 rongga, yaitu anterior dan posterior. Rongga
anterior teletak di depan lensa, selanjutnya dibagi lagi ke dalam dua ruang, ruang anterior
(antara kornea dan iris) dan ruang posterior (antara iris dan lensa). Rongga anterior berisi
cairan bening yang dinamakan humor aqueous yang diproduksi dalam badan ciliary, mengalir
ke dalam ruang posterior melewati pupil masuk ke ruang anterior dan dikeluarkan melalui
saluran schelm yang menghubungkan iris dan kornea (sudut ruang anterior).
7
Gambar 2.Anatomi Mata
Gambar 3.Bilik Mata Depan
Gambar 4.Aliran Dari Aqueous Humor
8
III. Epidemiologi
Angka kejadian dari hifema traumatic diperkirakan 12 kejadian per 100.000 populasi,
dengan pria terkena tiga sampai lima kali lebih sering daripada wanita. Lebih dari 70 persen
dari hifema traumatic terdapat pada anak-anak dengan angka kejadian tertinggi antara umur
10 sampai 20 tahun.
IV. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi:
Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang disebabkan
pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen
anterior bola mata.
Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi mata).
Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier, sehingga pembuluh
darah pecah.
Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya juvenile
xanthogranuloma).
Hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma).
Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 2 yaitu:
Hifema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke 2.
Hifema sekunder, biasanya timbul setelah 5-7 hari sesudah trauma. Perdarahan
lebih hebat dari yang primer. Oleh karena itu seorang dengan hifema harus
dirawat sedikitnya 5 hari. Perdarahan ulang terjadi pada 16 - 20% kasus dalam 2
sampai 3 hari. Perdarahan sekunder ini terjadi oleh karena resorbsi dari bekuan
darah yang terjadi terlalu cepat, sehingga pembuluh darah tidak dapat waktu
cukup untuk regenerasi kembali.
Hifema dibagi menjadi beberapa grade menurut Sheppard berdasarkan tampilan
klinisnya:
Grade I: darah mengisi kurang dari sepertiga COA (58%)
Grade II: darah mengisi sepertiga hingga setengah COA (20%)
Grade III: darah mengisi hampir total COA (14%)
Grade IV: darah memenuhi seluruh COA (8%)
Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila sangat hebat akan
mempengaruhi visus karena adanya peningkatan tekanan intra okuler.4
9
Gambar 5. Hifema pada 1/3 bilik mata depan
Gambar 6. Hifema pada ½ bilik mata depan
V. Penyebab
Hifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola, batu,
peluru senapan angin, dll. Selain itu, hifema juga dapat terjadi karena kesalahan prosedur
operasi mata. Keadaan lain yang dapat menyebabkan hifema namun jarang terjadi adalah
adanya tumor mata (contohnya retinoblastoma), dan kelainan pembuluh darah (contohnya
juvenile xanthogranuloma).
Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh
kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan jaringan iris,
korpus siliaris dan koroid. Jaringan tersebut mengandung banyak pembuluh darah, sehingga
akan menimbulkan perdarahan. Perdarahan di dalam bola mata yang berada di kamera
anterior akan tampak dari luar. Timbunan darah ini karena gaya berat akan berada di bagian
terendah.
10
Gambar 7. Ilustrasi Hifema
VI. Patofisiologi
Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pembuluh
darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata
depan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatu trauma yang mengenai mata
akan menimbulkan kekuatan hidraulis yang dapat menyebabkan hifema dan iridodialisis,
serta merobek lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi ovoid dan non reaktif. Tenaga
yang timbul dari suatu trauma diperkirakan akan terus ke dalam isi bola mata melalui sumbu
anterior posterior sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bola mata
ke lateral sesuai dengan garis ekuator.
Hifema yang terjadi dalam beberapa hari akan berhenti, oleh karena adanya proses
homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserap sehingga akan menjadi jernih
kembali. Darah pada hifema dikeluarkan dari bilik mata depan dalam bentuk sel darah merah
melalui kanalis Schlemm dan permukaan depan iris. Penyerapan melalui permukaan depan
iris ini dipercepat dengan adanya kegiatan enzim fibrinolitik yang berlebihan di daerah ini.
Sebagian hifema dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan
hemosiderin pada COA, hemosiderin dapat masuk ke lapisan kornea, menyebabkan kornea
menjadi berwarna kuning, dan disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea. Zat besi didalam
bola mata dapat menimbulkan sederosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan
ptisis bulbi dan kebutaan.Sedangkan pada neovaskularisasi pada bekas luka operasi, ruptura
bisa terjadi secara spontan karena rapuhnya dinding pembuluh darah.
VII. Gejala Klinis
Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan epifora. Penglihatan pasien
kabur dan akan sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata
11
telanjang bila jumlahnya cukup banyak. Bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul di
bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
Selain itu, dapat terjadi peningkatan tekanan intra ocular, sebuah keadaan yang harus
diperhatikan untuk menghindari terjadinya glaucoma. Pada hifema karena trauma, jika
ditemukan penurunan tajam penglihatan segera maka harus dipikirkan kerusakan seperti
luksasi lensa, ablasio retina, oedem macula.
Gambar 8.Hifema
Akibat langsung terjadinya hifema adalah penurunan visus karena darah
mengganggu media refraksi, kadang – kadang terlihat iridoplegia & iridodialisis.
Darah yang mengisi kamera okuli ini secara langsung dapat mengakibatkan tekanan
intraokuler meningkat akibat bertambahnya isi kamera anterior oleh darah. Kenaikan
tekanan intraokuler ini disebut glaukoma sekunder. Glaukoma sekunder juga dapat
terjadi akibat massa darah yang menyumbat jaringan trabekulum yang berfungsi
membuang humor aqueous yang berada di kamera anterior. Selain itu akibat darah
yang lama berada di kamera anterior akan mengakibatkan pewarnaan darah pada
dinding kornea dan kerusakan jaringan kornea.Terdapat pula tanda dan gejala yang
relative jarang: penglihatan ganda, blefarospasme, edema palpebra, midriasis,
anisokor pupil dan sukar melihat dekat.
12
Gambar 9. Hifema 1/3 bilik mata depan
Gambar 10. Hifema kurang dari 1/3 bilik mata depan
Gambar 11. Trauma tumpul menyebabkan hifema
VIII. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan ketajaman penglihatan: menggunakan kartu mata Snellen; visus da-
pat menurun akibat kerusakan kornea, aqueous humor, iris dan retina.
b. Lapangan pandang: penurunan dapat disebabkan oleh patologi vaskuler okuler,
glaukoma.
13
c. Pengukuran tonografi: mengkaji tekanan intra okuler. (normal 12-25 mmHg)
d. Slit Lamp Biomicroscopy: untuk menentukan kedalaman COA dan iridocorneal
contact, aqueous flare, dan synechia posterior.
e. Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, papiledema, retina
hemoragi.
f. Tes provokatif: digunakan untuk menentukan adanya glaukoma bila TIO normal
atau meningkat ringan.
IX. Tatalaksana
Prinsip pengobatan :
1. Menghentikan pendarahan atau mencegah pendarahan berulang
2. Mengeluarkan darah dari bilik mata depan
3. Mengendalikan tekanan bola mata
4. Mencegah imbibisi kornea
5. Mengatasi uveitis
6. Mendeteksi dini penyulit yang mungkin terjadi setelah hifema
Pasien dengan hifema yang tampak mengisi lebih dari 5% bilik mata depan sebaiknya
diistirahatkan. Pemberian steroid tetes harus segera dimulai. Aspirin dan antiinflamasi
nonsteroid harus dihindari. Dilatasi pupil dapat meningkatkan risiko perdarahan kembali
sehingga mungkin ditunda sampai hifema reda dengan penyerapan spontan. Oleh karena itu,
pemeriksaan dini untuk mencari kerusakan segmen posterior mungkin memerlukan
pemeriksaan ultrasonografi. Mata sebaiknya diperiksa secara berkala untuk mencari adanya
perdarahan sekunder, glaukoma, atau bercak darah di kornea akibat pigmen besi. Perdarahan
ulang terjadi pada 16-20% kasus dalam 2-3 hari. Komplikasi ini memiliki risiko tinggi
menimbulkan glaukoma dan pewarnaan kornea.
Beberapa penelitian mengisyaratkan bahwa penggunaan asam aminokaproat oral (100
mg/kg setiap 4 jam sampai maksimum 30 g/hari selama 5 hari) untuk menstabilkan
pembentukan bekuan darah sehingga menurunkan risiko perdarahan ulang. Tatalaksana
glaukoma meliputi terapi topikal dengan penyekat-β (mis, timolol 0,25% 2 kali sehari),
analog prostaglandin (mis, latanoprost 0,005% malam hari), dorzolamide 2% dua atau tiga
kali sehari, atau apraclonidine 0,5% tiga kali sehari.
Terapi oral dengan acetazolamide 250 mg per oral empat kali sehari, dan obat
hiperosmotik (manitol, gliserol, dan sorbitol) dapat pula digunakan bila terapi topikal tidak
efektif. Bedah drainase glaukoma mungkin diperlukan pada kasus-kasus yang sangat berat.
14
Hifema harus dievakuasi secara bedah bila tekanan intraokular tetap tinggi (>35
mmHg selama 7 hari atau 50 mmHg selama 5 hari) untuk menghindari kerusakan nervus
optikus dan pewarnaan kornea, tetapi terdapat risiko terjadinya perdarahan kembali. Jika
pasien mengidap hemoglobulinopati, besar kemungkinan terjadi atrofi optik glaukomatosa
dan pengeluaran bekuan darah secara bedah harus dipertimbangkan lebih dari awal.
Instrumen-instrumen vitrektomi digunakan untuk mengeluarkan bekuan di sentral dan
membilas (levage) bilik mata depan.
Dimasukkan alat irigasi dan probe mekanis di sebelah anterior limbus melalui bagian
kornea yang jernih untuk menghindari kerusakan iris dan lensa. Jangan mencoba
mengeluarkan bekuan yang terdapat di sudut bilik mata depan atau di jaringan iris. Di sini,
dilakukan iridektomi perifer. Cara lain untuk membersihkan bilik mata depan adalah dengan
evakuasi viskoelastik. Dibuat sebuah insisi kecil di limbus untuk menyuntikkan bahan
viskoelastik, dan sebuah insisi yang lebih besar berjarak 180 derajat (dari insisi pertama)
untuk memungkinkan hifema di dorong keluar.
Glaukoma onset lambat dapat timbul setelah beberapa bulan atau tahun, terutama bila
terdapat penyempitan sudut bilik mata depan lebih dari satu kuadran. Pada sejumlah kasus
yang jarang, bercak darah di kornea menghilang secara perlahan-lahan dalam jangka waktu
hingga satu tahun.
Bedah pada hifema
Parasentesis
Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan darah atau
nanah dari bilik mata depan, dengan teknik sebagai berikut: dibuat insisi kornea 2 mm dari
limbus ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya bila dilakukan
penekanan pada bibir luka maka koagulum dari bilik mata depan keluar. Bila darah tidak
keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam fisiologik.
Iridosiklitis
Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga menimbulkan
iridosiklitis atau radang uvea anterior.Pada mata akan terlihat mata merah, akibat adanya
darah dalam bilik mata depan akan terdapat suar dan pupil yang mengecil dengan tajam
penglihatan menurun. Pada uveitis anterior diberikan tetes midriatik dan steroid topikal. Bila
terlihat tanda radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik.Sebaiknya pada mata ini
diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa fundus dengan midriatika.
15
X. Pencegahan
Hifema dapat terjadi bila terdapat trauma pada mata. Gunakan kacamata pelindung
saat bekerja di tempat terbuka atau saat berolahraga.
XI. Komplikasi
Kadang-kadang sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat terjadi
perdarahan atau hifema baru yang disebut hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih
hebat karena perdarahan lebih sukar hilang. Dapat juga terjadi uveitis
kebutaan
Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu
resistensi sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata atau karena
adanya penyumbatan oleh darah pada sudut kamera okuli anterior.
Selain itu dapat terjadi imhibisi kornea, yaitu masuknya darah yang terurai ke dalam lamel-
lamel kornea, sehingga kornea menjadi berwarna kuning tengguli dan visus sangat
menurun.Sebagian hifema dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat hemosiderin
yang berlebihan dalam bilik mata depan maka dapat terjadi penimbunan pigmen ini di dalam
lapisan-lapisan kornea yang berwarna kecoklat-coklatan. Penanganannya dengan tindakan
pembedahan yaitu keratoplastik. Hifema pada anak sebaiknya dipikirkan kemungkinan
leukimia dan retinoblastoma.
XII. Prognosis
Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang tertimbun pada kamera okuli
anterior. Biasanya hifema dengan darah yang sedikit dan tanpa disertai glaukoma,
prognosisnya baik (bonam) karena darah akan diserap kembali dan hilang sempurna dalam
beberapa hari. Sedangkan hifema yang telah mengalami glaukoma, prognosisnya bergantung
pada seberapa besar glaukoma tersebut menimbulkan defek pada ketajaman penglihatan. Bila
tajam penglihatan telah mencapai 1/60 atau lebih rendah maka prognosis penderita adalah
buruk(malam)karenadapatmenyebabkankebutaan.
16
KESIMPULAN
1. Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan,
yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul
(gaya-gaya kontusif) yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan
bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih.
2. Angka kejadian dari hifema traumatic diperkirakan 12 kejadian per 100.000
populasi, dengan pria terkena tiga sampai lima kali lebih sering daripada
wanita.
3. Klasifikasi hifema dapat dikelompokkan berdasarkan penyebab, waktu ter-
jadinya. Juga terdapat derajat (grade) berdasarkan tampilan klinis.
4. Hifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul, kesalahan prosedur operasi
mata, tumor mata (contohnya retinoblastoma), dan kelainan pembuluh darah
(contohnya juvenile xanthogranuloma).
5. Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pem-
buluh darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan
dalam bilik mata depan.
6. Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan epifora, penglihatan
pasien kabur dan akan sangat menurun.
7. Prinsip pengobatan : menghentikan pendarahan atau mencegah pendarahan
berulang, mengeluarkan darah dari bilik mata depan, mengendalikan tekanan
bola mata, mencegah imbibisi kornea, mengatasi uveitis, mendeteksi dini
penyulit yang mungkin terjadi setelah hifema.
8. Komplikasi dari hifema adalah uveitis, glaukoma sekunder, imhibisi, kebu-
taan.
9. Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang tertimbun pada kamera
okuli anterior.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum. Edisi tujuh belas. Jakarta: EGC. 2009.
2. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. 2008. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
3. James, Bruce. Kelopak Mata. Dalam: Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta:Penerbit
Erlangga, 2005
4. Ilyas,Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Balai Penerbitan FKUI.
Jakarta. 2011
18