HG 1_Nilai Dan Keyakinan

48
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK III NILAI DAN KEYAKINAN HG 1 Anggota Kelompok : Iis Saraswati 110653073 Ira Rahmawati 1106023070 Mega Selvia Juliana 1106003844 Nailul Dina Afera 1106052022 Yusnita Chandra O. 1106002375 Yustia Istiarni 1106000716 1

Transcript of HG 1_Nilai Dan Keyakinan

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK IIINILAI DAN KEYAKINAN

HG 1Anggota Kelompok :Iis Saraswati110653073

Ira Rahmawati1106023070

Mega Selvia Juliana1106003844

Nailul Dina Afera1106052022

Yusnita Chandra O.1106002375

Yustia Istiarni1106000716

FAKULTAS ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS INDONESIA2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya tim penyusun berhasil menyelesaikan tugas makalah Anak III yang membahas Nilai dan Keyakinan dalam bentuk makalah.Tim penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, hal tersebut dikarenakan kemampuan dan waktu tim penyusun yang terbatas. Namun, berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya pembuatan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada fasilitator mata ajar Keperawatan Anak III ibu Dr. Nani Nurhaeni, MN yang telah memberikan pengajaran dan pemahaman materi kepada kami.Selain itu, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi tim penyusun dan bagi para pembaca lainnya. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.

Depok, Maret 2014

Tim penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................2

Daftar Isi.............................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan...........................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................B. Rumusan Masalah..................................................................................................C. Tujuan Penulisan...................................................................................................D. Metode Penulisan...................................................................................................E. Sistematika Penulisan ...........................................................................................44455

Bab II Tinjauan Pustaka...................................................................................................6

A. Konsep At Risk........................................................................................................B. Tahap Tumbuh Kembang.....................................................................................C. Nilai dan Keyakinan..............................................................................................679

Bab III Analisa dan Aplikasi.............................................................................................15

Bab IV Pembahasan...........................................................................................................24

Bab V Penutup....................................................................................................................31

A. Kesimpulan.............................................................................................................B. Saran.......................................................................................................................3131

Daftar Pustaka....................................................................................................................32

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakang:Nilai dan keyakinan yang ada dalam masyarakat berpengaruh dalam semua aspek kehidupan, termasuk kesehatan. Nilai dan keyakinan yang dianut masyarakat menentukan tindakan masyarakat terkait masalah kesehatan yang mereka hadapi. Sebagai contoh nilai dan keyakinan yang ada di masyarakat Lombok dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayi baru lahir. Masyarakat Lombok memberikan pisang kepada bayi baru lahir untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Mereka lebih mengutamakan pisang daripada ASI. Hal ini tentu tidak sesuai dengan kebutuhan perkembangan bayi. Bayi baru lahir seharusnya hanya diberi ASI hingga usia enam bulan. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk membahas masalah kesehatan apa yang dapat ditimbulkan karena nilai dan keyakinan yang ada dalam masyarakat yang tidak sesuai dengan proses perkembangan pada anak.

B. Rumusan masalah:1. Apa masalah tumbuh kembang yang dialami anak pada kasus?2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah tersebut?3. Apa efek yang ditimbulkan masalah tersebut?4. Bagaimana nilai dan keyakinan mempengaruhi masalah kesehatan?5. Apa prioritas masalah keperawatan pada kasus?6. Bagaimana tindakan keperawatan yang tepat dan peran orang tua dalam masalah tersebut?

C. Tujuan penulisan:1. Mengetahui masalah tumbuh kembang yang dialami anak.2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah tersebut.3. Mengetahui efek yang ditimbulkan masalah tersebut.4. Menjelaskan pengaruh nilai dan keyakinan terhadap masalah kesehatan dan tumbuh kembang anak.5. Mengetahui prioritas masalah keperawatan dan tindakan keperawatan yang tepat.D. Metode penulisan:Metode penyusunan makalah yang digunakan adalah studi pustaka. Pengkajian studi dilakukan melalui studi pustaka dengan menggunakan berbagai literatur dan pencarian data dari internet. Tim penyusun mencari literatur-literatur yang relevan dengan tema makalah ini, baik dari buku maupun dari internet yang berkaitan dengan topik. Literatur tersebut kemudian dianalisis dengan cara berdiskusi dalam group discussion dan dinterpretasikan dengan topik.

E. Sistematika penulisan:Makalah ini terdiri dari lima bab. Makalah ini diawali dengan Bab 1, pendahuluan, yang terdiri dari paragraf yang menjabarkan latar belakang masalah yang akan dibahas, perumusan masalah dan ruang lingkupnya, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Makalah dilanjutkan dengan Bab 2, tinjauan pustaka, yang melingkupi semua materi yang ingin disampaikan dari referensi yang telah didapatkan. Berikutnya Bab 3 yang berisi analisis kasus, Bab 4 berisi pembahasan berisi implikasi aplikasi konsep, dan diakhiri dengan Bab 5 yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Konsep At Risk Risiko (at risk), term risiko muncul mulai dari riwayat kesehatan. Risk didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya penyakit atau cedera yang diakibatkan oleh sekelompok faktor baik dari individu maupun lingkungan atau keduanya (Mc Murray, 2003). Menurut Janes & Lundy (2010), risiko merupakan suatu kondisi kesehatan dari adanya interaksi yang dipengaruhi banyak faktor, diantaranya faktor genetik, gaya hidup, fisik, dan lingkungan sosial dimana mereka tinggal dan bekerja. Efek dari penggabungan faktor-faktor tersebut kemudian mengakibatkan peningkatan atau penurunan risiko. Menurut Ewen & Nies (2001), risiko adalah peluang dari suatu peristiwa yang merugikan, seperti masyarakat yang terpapar asap rokok, stres, polusi suara, atau bahan kimia yang dapat menimbulkan penyakit tertentu. Jadi, risiko merupakan suatu peluang munculnya suatu kondisi yang mengancam masyarakat, disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga dapat mengakibatkan suatu masalah kesehatan. Adapun population at risk adalah sekumpulan individu atau kelompok yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu untuk mengalami penyakit, cedera, atau masalah kesehatan lainnya dibandingkan dengan kelompok yang lainnya (Clemen-Stone, McGuire & Eigsti, 2002). Stanhope dan Lancaster (2002) mendefinisikan population at risk adalah sekumpulan orang yang mempunyai resiko atau kemungkinan untuk timbulnya masalah kesehatan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan, at risk mengarah pada suatu pengertian tentang adanya peluang munculnya suatu kejadian atau masalah kesehatan dalam periode waktu tertentu. Stanhope dan Lancaster (2004) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menentukan atau mempengaruhi terhadap kejadian kesakitan atau keadaan tidak sehat, yang dikenal dengan istilah health risks, antara lain:1. Risiko biologi: Risiko biaologi adalah faktor genetik atau kondisi fisik tertentu yang berpeluang untuk terjadinya risiko kesehatan.

2. Risiko sosial:Risiko sosial adalah kondisi yang dapat meningkatkan risiko kesehatan seperti faktor kehidupan yang tidak teratur atau tinggal di lingkungan yang dapat berkontribusi untuk terjadinya masalah kesehatan.3. Risiko ekonomi: Risiko ekonomi ditentukan oleh adanya ketidakseimbangan antara pendapatan dengan pengeluaran. Krisis ekonomi yang berkepanjangan dapat berpengaruh terhadap kebutuhan perumahan, pakaian, makanan, pendidikan, dan kesehatan.4. Risiko gaya hidup:Risiko gaya hidup adalah kebiasaan atau gaya hidup yang dapat menimbulkan risiko kesehatan, termasuk didalamnya nilai dan keyakinan terhadap kesehatan, pengaturan pola tidur, rencana aktifitas keluarga dan persepsi terhadap kesehatan.5. Risiko kejadian hidup:Risiko kejadian hidup adalah kejadian dalam kehidupan yang dapat berisiko terjadinya masalah kesehatan, seperti pindah tempat tinggal.

B. Tahap Tumbuh KembangUsia 1 bulan hingga 1 tahun disebut sebagai masa bayi. Pada masa ini terjadi perkembangan motorik, kognitif, dan sosial yang cepat. Pada usia bayi hingga 6 bulan, berat badan bayi mengalami pertambahan per minggu sebesar 140 200 gram. Pada akhir 4 7 bulan pertama, berat badan lahir akan menjadi dua kali lipat, sedangkan tinggi badan bayi, mengalami penambahan setiap bulan sekitar 2,5 cm.Menurut Freud (dalam Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik) , selama masa bayi, sumber utama mencari kesenangan berpusat pada aktivitas oral seperti mengisap, menggigit, mengunyah, dan berbicara. Anak boleh memilih salah satu dari yang disebutkan ini, dan metode pemuasan kebutuhan oral yang dipilih dapat memberikan beberapa indikasi kepribadian yang sedang mereka bentuk.Tahap perkembangan psikososial yang dikembangkan oleh Erikson (dalam Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik), pada tahap usia hingga 1 tahun, merupakan tahap percaya vs tidak percaya. Hal pertama dan yang paling penting bagi perkembangan kepribadian yang sehat adalah rasa percaya. Dasar pembentukan rasa percaya ini mendominasi tahun pertama kehidupan dan menggambarkan semua pengalaman kepuasan anak pada usia ini. Berkaitan dengan tahap oral Freud, saat ini merupakan saat untuk mendapatkan dan mengambil apa pun melalui semua indra. Hal ini hanya terjadi dalam kaitannya dengan sesuatu atau seseorang. Oleh karena itu, asuhan yang konsisten dan penuh kasih oleh orang yang berperan sebagai ibu merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan rasa percaya. Rasa tidak percaya terjadi jika pengalaman yang mengingatkan tidak terpenuhinya rasa percaya atau jika kebutuhan dasar tidak dipenuhi secara konsisten atau adekuat. Meskipun pecahan-pecahan rasa tidak percaya terjadi di seluruh kepribadian, namun rasa percaya dasar terhadap orang tua membentuk rasa percaya terhadap dunia, orang lain, dan diri sendiri. Hasilnya adalah kepercayaan dan optimisme. Menurut Piaget (dalam Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik), yang merupakan ahli dalam bidang perkembangan kognitif, anak sejak lahir hingga usia 2 tahun berada dalam tahap sensorimotor. Anak-anak mengalami perkembangan aktivitas refleks dan perilaku berulang sederhana ke perilaku imitatif. Mereka membentuk rasa sebab dan akibat pada saat mereka mengarahkan perilaku terhadap suatu objek. Penyelesaian masalah biasanya bersifat uji coba. Mereka menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi, eksperimentasi, dan menyukai hal-hal baru serta mulai membentuk rasa diri karena mereka mampu membedakan diri mereka dengan lingkungannya. Mereka menyadari bahwa sebuah objek memiliki sifat permanen, yaitu bahwa setiap objek tetap ada walaupun tidak terlihat. Di akhir periode sensorimotor anak-anak mulai menggunakan bahasa dan cara berpikir representasional.Pada tahap perkembangan, sistem gastrointestinal mengalami sedikit pematangan pada usia 2-3 bulan ketika bayi telah memiliki komposisi dan jumlah saliva lebih seperti orang dewasa. Proses mengisap dan menelan sebelum lahir sudah dimulai. Refleks gumoh dan batuk sudah terbentuk ketika bayi lahir. Kemampuan menelan dan mencerna makanan masih terbatas, mengingat hubungan esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna. Kapasitas lambung pada bayi baru lahir belom matur adalah sekitar 90 ml dengan waktu pengosongan lebih cepat, sehingga bayi memerlukan pemberian makan sedikit tapi sering. Lambung bayi berusia satu hari tidak dapat meregang untuk menampung lebih banyak makanan. Oleh karena dindingnya masih kaku, susu yang berlebih sering dikeluarkan. Kapasitas lambung meningkat mencapai 210-360 mL pada usia 1 tahun dan waktu pengosongan lebih lambat. Sekresi asam lambung rendah dan pepsinogen rata-rata mencapai kadar orang dewasa pada usia 3 bulan. Kebutuhan nutrisi pada bayi dimulai dalam tahap 6 bulan pertama. ASI adalah diet lengkap untuk bayi yang paling diinginkan selama 6 bulan pertama (American Academy of Pediatrics 1998 dalam Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik). Bayi normal yang mendapat ASI dari ibu berstatus nutrisi baik tidak memerlukan suplement vitamin dan mineral tertentu, kecuali zat besi pada usia 4-6 bulan (ketika cadangan zat besi janin telah dipecah). Alternatif yang dapat diterima untuk pengganti ASI adalah susu formula yang diperkaya zat besi. Seperti ASI, susu ini menyediakan semua kebutuhan nutrisi yang diperlukan bayi selama 6 bulan pertama. Tambahan makanan padat sebelum bayi berusia 4 sampai 6 bulan tidak direkomendasikan, meskipun ibu mungkin menerima nasihat yang membingungkan dari wanita lain (mis. ibu mereka) yang merawat anak di era pemberian makanan padat sejak dini. Selama bulan-bulan pertama, makanan padat tidak sesuai dengan kemampuan saluran gastrointestinal dan kebutuhan nutrisi bayi. Pemberian makanan padat kepada bayi muda akan memanjakan mereka pada antigen makanan yang dapat mengakibatkan alergi makanan yang mengandung protein. Sesuai tahap perkembangan, bayi belum siap untuk makanan padat. Refleks ekstrusi (protusi) sangat kuat dan menyebabkan makanan terdorong keluar mulut.Dalam Buku Ajar Keperawatan Pediatrik menyebutkan pemilihan dan persiapan makanan padat diberikan sangat bervariasi namun harus memenuhi alasan pemberian makanan padat, seperti penambahan nutrisi yang tidak terkandung dalam susu formula atau ASI, misal sereal bayi yang mengandung zat besi. Sereal bayi (diperkaya zat besi) dicampur dengan susu formula sampai susu murni diberikan. Apabila bayi mendapat ASI, sereal dicampur dengan ASI yang telah diperas dengan air. Alternatif lain adalah mempersiapkan sendiri makanan bayi dirumah, yang prosesnya sederhana dan tidak mahal. Buah-buahan dan sayuran dapat dikukus dalam sedikit air dan dihancurkan dengan blender atau prosesor makanan. Banyak diantaranya seperti pisang masak, dapat langsung dihancurkan dengan garpu. Namun, penambahan makanan ini hanya direkomendasikan untuk usia bayi lebih dari 4 bulan, lebih baik lagi usia bayi diatas 6 bulan.

C. Nilai dan keyakinan:1. Pengertian nilai:a. Nilai adalah keyakinan yang mendasari seseorang melakukan tindakan dan tindakan itu kemudian menjadi menjadi suatu standar atas tindakan yang selanjutnya, pengembangan dan mempertahankan sikap terhadap objek-objek, penilaian moral pada diri sendiri dan orang lain serta pembandingan diri dengan orang lain (Potter & Perry, 2005).b. Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga, kebenaran, dan keinginan mengenai ide-ide, objek, atau perilaku khusus (Znowski (1974) dalam Ismani (2001)).

2. Pengertian keyakinan:a. Keyakinan adalah hal-hal yang diyakini seseorang dan dianggap benar, mengenai diri sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya, yang mempengaruhi perasaan dan perilakunya sehari-hari (Martono, 2006).b. Keyakinan adalah suatu hal yang diyakini seseorang dan tertanam dalam pikiran yang nantinya akan menentukan tindakan mereka (Djalimin, 2010).

3. Faktor yang mempengaruhi nilai dan keyakinan (Potter & Perry, 2005).a. Faktor internal:1) Pendidikan atau tingkat pengetahuan:Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit, latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan sendirinya.2) Tahap perkembangan:Status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia, dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. 3) Persepsi tentang fungsi:Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya. Individu yang sudah berhasil sembuh dari penyakit akut yang parah mungkin akan mengubah keyakinan mereka terhadap kesehatan dan cara mereka melaksanakannya.4) Emosi: Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. 5) Spiritual atau agama:Untuk memenuhi kebutuhan rohaninya, manusia melaksanakan nilai spiritual dalam kehidupannya. Agama sebagai keyakinan dapat menjadi bagian dan inti dari sistem-sistem nilai yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan, menjadi pendorong dan penggerak serta pengontrol bagi tindakan-tindakan para anggota masayarakat tersebut tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran-ajaran agamanya. Pengaruh ajaran agama itu sangat kuat terhadap sistem-sistem nilai dari kebudayaan masyarakat bersangkutan, maka sistem-sistem nilai dari kebudayaan tersebut terwujud sebagai simbol-simbol suci yang maknanya bersumber pada ajaran-ajaran agama yang menjadi acuannya.

b. Faktor Eksternal (Potter & Perry, 2005):1) Keluarga.Manusia sebagai mahluk individu dan juga sebagai mahluk sosial membutuhkan adanya ikatan antara individu dengan individu dan antara individu dengan masyarakat. Dalam hubungan keterikatan ini, manusia membangun sebuah keluarga yang menjalin perbedaan karakter dan kepribadian menjadi satu kesepakatan bersama. Keluarga disebut sebagai institusi sosial yang di dalamnya terdapat banyak nilai norma yang mengatur kehidupan bersama. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat, menjadi media yang sangat signifikan dalam membudayakan nilai-nilai akhlak dan budi pekerti yang terpuji. 2) Masyarakat:Masyarakat merupakan suatu komunitas yang lebih luas dari sebuah keluarga. Dalam kehidupan masyarakat terdapat banyak nilai yang diyakini kebenarannya kemudian dijadikan falsafah hidup dipakai sebagai sumber dalam berperilaku.

3) Teknologi:Teknologi yang berkembang pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Masa sekarang tampaknya sulit memisahkan kehidupan manusia dengan teknologi, bahkan sudah merupakan kebutuhan manusia. Teknologi telah menguasai seluruh sector kehidupan manusia. Manusia semakin harus beradapatasi dengan dunia teknologi dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik. 4) BudayaBudaya adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, aturan-aturan dan norma-norma yang melingkupi suatu kelompok masyarakat akan mempengaruhi sikap dan tindakan individu dalam masyarakat tersebut. a) Keperawatan transkultural:Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan di antara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusa (Leininger & McFarland, 2002). Tujuan dari keperawatan trakslutural adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan pemahaman keperawatan transkultural untuk meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan.

b) Konsep keperawatan transkultural (Potter & Perry, 2005).(1) Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota komunitas setempat. Menurut konsep budaya Leininger (2002), karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut: budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis, (2) budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturukan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan, (3) budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.(2) Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.(3) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi.(4) Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik di antara budaya-budaya yang dimiliki orang lain.(5) Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. (6) Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia.(7) Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya.(8) Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun visual untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.(9) Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kehidupan manusia.(10) Cultural culture berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan, dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.(11) Cultural imposition berkenaan dengan kecendrungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai di atas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari yang lain.

c) Prinsip keperawatan transkultural (Potter & Perry, 2005):(1) Culture care preservation/ maintenance, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.(2) Culture care accommodation/ negotiation, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau memerhatikan fenomena budaya yang ada, yang merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi, atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau klien.(3) Culture care repatterning/ restructuring, yaitu prinsip merekontruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih baik.

BAB IIIANALISA DAN APLIKASI

Seorang bayi baru lahir berusia 1 hari dilahirkan di rumah. Bayi tampak rewel dan sering menangis karena lapar. Ibu mengatakan ASI belum diberikan kepada bayi tersebut karena ASI belum ada. Kemudian ibu memberikan pisang kepada bayi sehingga bayi tampak lebih tenang dan tidur dengan nyenyak. Pemberian pisang sebanyak 3 kali sehari hingga bayi berusia 1 bulan. Berdasarkan konsep at risk, dalam kasus ini terdapat faktor-faktor timbulnya risiko yang bisa mempengaruhi kesehatan, diantaranya yaitu risiko biologi, risiko sosial dan risiko gaya hidup. Dimana risiko biologi ini terjadi akibat kondisi bayi yang baru berusia 1 hari dengan proses pertumbuhan dan perkembangan organ yang masih belum sempurna, khususnya organ pencernaan. Jadi, apabila dengan kondisi tersebut bayi telah diberikan makanan (pisang) yang belum seharusnya diberikan maka akan muncul risiko terjadinya penyakit pada bayi tersebut seperti diare, muntah, dan penyakit lainnya, sedangkan jika dilihat dari faktor risiko sosial dan gaya hidup, dalam kasus diatas dikatakan bahwa ibu melahirkan bayi tersebut di rumah. Tempat dan penolong persalinan ini sangat menentukan mutu perawatan kesehatan bayi. Seorang ibu yang memiliki bayi sangat memerlukan pengetahuan yang berkaitan dengan keadaan ibu dalam hal ini produksi serta pentingnya pemberian ASI dan juga keadaan bayi yaitu berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik bayi. Ibu yang melahirkan di rumah biasanya cenderung akan mengikuti kepercayaan dan pengalaman keluarga orang tuanya ataupun orang yang menolong persalinannya seperti dukun. Di beberapa wilayah terdapat kepercayaan bahwa seorang bayi yang baru lahir akan diberikan makanan pengganti seperti pisang sebelum diberikan ASI. Kondisi-kondisi seperti inilah yang bisa menimbulkan risiko gangguan kesehatan pada bayi.Berdasarkan konsep tumbuh kembang, pemberian makanan pada bayi usia di bawah 6 bulan tidak direkomendasikan. The American Academy of Pediatrics merekomendasikan pemberian makanan tambahan selain ASI dimulai pada usia 4-6 bulan. Beberapa dokter menyarankan untuk menunggu memberi makanan padat sampai usianya cukup untuk menelan atau mencerna dengan benar serta untuk mengurangi kemungkinan bayi akan mengalami alergi makanan. Alergi mungkin terjadi ketika kita memperkenalkan makanan tertentu sejak usia dini. Beberapa perkembangan yang dapat dijadikan patokan dalam pemberian makanan padat pada bayi usia di bawah 6 bulan, seperti apakah bayi tersebut sudah bisa mengontrol kepalanya dengan baik, sudah bisa membuka mulutnya ketika disodorkan sendok dan bagaimana dengan perkembangan berat badannya karena pemberian makanan padat harus disesuaikan juga dengan perkembangan yang terjadi pada bayi tesebut.Pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut (referensi):1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi.Seorang anak/ bayi belum memerlukan makanan tambahan saat ini. Makanan tersebut dapat menggantikan ASI, jika makanan diberikan maka anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibu pun memproduksinya lebih sedikit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Selain itu makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan bayi, makanan ini memang membuat lambung penuh tetapi memberikan nutrient sedikit (Arisman, 2004).2. Resiko infeksi meningkat.Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit sehingga risiko infeksi meningkat. Selain itu, makanan tambahan yang tidak sebersih ASI juga meningkatkan risiko infeksi (Boedihardjo, 1994).update referensi3. Gangguan menyusui Pengenalan makanan selain ASI pada bayi berusia kurang dari enam bulan akan menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, yang merupakan suatu resiko untuk terjadinya penurunan produksi ASI. Makanan yang telah diberikan tidak akan berperan sebagai makanan pelengkap terhadap ASI, tetapi sebagai pengganti sebagai ASI (Boedihardjo, 1994). update referensi4. Risiko aspirasi.Sistem tubuh yang belum matur pada bayi usia kurang dari enam bulan, termasuk juga pada refleks menelan. Pemberian makanan tambahan pada usia ini sangat berisiko aspirasi pada bayi yang disebabkan resiko menelan pada bayi masih kurang.Berdasarkan konsep nilai dan keyakinan anak pada bayi baru lahir berada pada tahap 0 (Undifferentiated) ketika anak tidak memiliki konsep benar atau salah, tidak memiliki keyakinan, dan tidak ada keyakinan yang membimbing perilaku mereka. Meski demikian, awal keimanan terbentuk dari pengembangan rasa percaya dasar melalui hubungannya dengan pemberian asuhan primer. Jadi, apapun yang dilakukan orang tuanya anak hanya mampu untuk menerima.Konsep nilai dan keyakinan pada orang tua merupakan keyakinan bahwa hal yang dilakukan tepat dan benar karena tidak ada masalah atau gangguan dari tindakan yang dilakukan. Nilai dan keyakinan orang tua klien pada kasus dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.1. Faktor internal:a. Tingkat pengetahuan: Tingkat pengetahuan mempengaruhi nilai dan keyakinan pada ibu X. Hal tersebut didukung dari pernyataan bahwa ibu X melahirkan bayi di rumah yang kemungkinan besar ia tidak mendapat pengetahuan dari tenaga kesehatan (khususnya perawat) tentang pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Oleh karena itulah, ibu X tidak mengetahui tentang manfaat pemberian ASI Ekslusif pada bayi selama 6 bulan pertama, cara menyusui bayi yang benar dan dampak pemberian makanan pendukung ASI pada bayi berusia kurang dari 6 bulan. Oleh karena itu, ibu x memberikan pisang kepada bayinya karena ia mengatakan ASI belum ada. Padahal, ASI diproduksi sejak trimester kedua atau minggu ke 16 kehamilan oleh hormon prolaktin. Hormon prolaktin memastikan ASI tersedia saat bayi dilahirkan sampai selesai menyusui (2 tahun atau lebih). Proses ASI keluar dimulai saat bayi menyusu, rangsangan sensorik akan dikirim ke otak, lalu direspon otak dengan mengeluarkan hormon prolaktin yang akan kembali menuju payudara melalui aliran darah serta merangsang sel-sel pembuat ASI untuk memproduksi ASI. Jadi, makin sering bayi menghisap, makin banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise, maka makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh sel kelanjar, sehingga produksi ASI semakin banyak, dan begitupun sebaliknya. Namun, karena ibu x tidak tahu bagaimana cara menyusui yang benar, maka bayi pun tidak menghisap dengan baik sehingga ASI pun tidak keluar yang mengakibatkan bayi mendapatkan makanan pisang selama 3 kali sehari. Untuk mengatasi kurangnya pengetahuan tentang ASI, maka sebagai tenaga kesehatan, perawat dapat menjalankan perannya sebagai edukator untuk memberi pendidikan kesehatan yang dapat diberikan perawat kepada orang tua yaitu menjelaskan manfaat pemberian ASI dan teknik menyusui yang benar.ASI memiliki banyak manfaat bagi bayi dan ibu. ASI bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Menurut Yuliarti (2010), kolostrum dalam ASI sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi terhadap serangan penyakit karena mengandung immunoglobulin A, laktoterin, dan sel darah putih. Kolostrum juga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Selain itu, berfungsi untuk mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan. Taurin berperan penting untuk proses pematangan sel otak. Laktosa bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan bakteri merugikan, merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang menghasilkan asam organik, dan mensintesa beberapa jenis protein (Siregar, 2004). Asam lemak ikatan panjang dalam ASI merupakan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit terdapat pada susu sapi (Roesli, 2005). Beberapa hal penting lainnya tentang ASI yaitu mudah dicerna, protein ASI mudah diserap tubuh, tidak menimbulkan alergi, dan mengurangi risiko terjadinya kematian bayi secara tiba-tiba (Damayanti, 2009) dan (Yuliarti, 2010).Menyusui juga memberikan keuntungan bagi ibu. Menurut Yuliarti (2010) menyusui dapat mencegah terjadinya pendarahan setelah persalinan, mengurangi anemia, menunda terjadinya kehamilan berikutnya, dan mempercepat kontraksi rahim sehingga lebih cepat kembali normal. Menyusui juga menurunkan risiko terjadinya kanker payudara dan kanker ovarium di kemudian hari. Dari sudut psikologis, menyusui dapat membantu ibu dan bayi dalam membentuk tali kasih.Pengetahuan mengenai teknik menyusui yang benar sangat diperlukan ibu untuk mencapai keberhasilan menyusui. Menurut Soetjiningsih (1997) update referensi, langkah-langkah menyusui yang benar, yaitu: (1) keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui, kemudian oleskan pada puting dan di sekitar kalang payudara, (2) bayi diletakkan menghadap perut atau payudara ibu, (3) payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya saja, (4) beri rangsangan pada bayi agar membuka mulut (rooting reflex) dengan menyentuh pipi bayi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi, dan (5) setelah bayi membuka mulut, dengan cepat puting susu serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi.Banyaknya manfaat ASI bagi ibu dan bayi merupakan alasan utama untuk memotivasi pemberian ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan pertama usia bayi. Selain itu, teknik menyusui yang benar juga mencegah stres yang disebabkan karena gagal dalam proses menyusui. Oleh karena itu, para ibu harus dibangkitkan kemauan dan kesediannya untuk menyusui anaknya, terutama sebelum melahirkan. Selain itu, untuk meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif perawat dapat menyarankan diet nutrisi pada ibu menyusui, kebutuhan istirahat yang cukup, menjaga ketenangan pikiran dan mendorong dukungan keluarga. Oleh karena itu, para ibu harus dibangkitkan kemauan dan kesediannya untuk menyusui anaknya, terutama sebelum melahirkan (Siregar, 2004).

b. Persepsi tentang fungsi:Persepsi tentang fungsi yakni cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya. Pada kasus, ibu x memiliki keyakinan bahwa dengan memberikan pisang 3x sehari maka bayi akan mendapat nutrisi yang cukup seperti ASI. Terlebih lagi, ketika bayi diberikan pisang oleh ibu x lalu bayi tersebut tampak lebih tenang dan tidur yang nyenyak sehingga ibu tidak merasa ada masalah dengan hal tersebut. Padahal keyakinan ibu x tersebut tidak benar. Pisang memang mengandung kalium, magnesium, dan tryptophan yang tergabung menjadi satu untuk membuat otot tubuh lebih rileks sehingga bayi dapat tidur nyenyak dan kandungan melatonin dan serotonin yang membuat bayi lebih tenang. Namun pada kenyataannya, sistem organ pada neonatus belum berkembang dengan sempurna khususnya pada sistem gastrointestinal. Sistem gastrointestinal mengalami sedikit pematangan pada usia 2-3 bulan ketika bayi telah memiliki komposisi dan jumlah saliva lebih seperti orang dewasa. Proses mengisap dan menelan sebelum lahir sudah dimulai. Kemampuan menelan dan mencerna makanan masih terbatas, mengingat hubungan esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna. Kapasitas lambung pada bayi baru lahir belum matur adalah sekitar 90 ml dengan waktu pengosongan lebih cepat, sehingga bayi memerlukan pemberian makan sedikit tapi sering. Lambung bayi berusia satu hari tidak dapat meregang untuk menampung lebih banyak makanan terlebih lagi pisang yang merupakan makanan padat yang belum siap dicerna oleh usus bayi neonatus. Akibatnya terjadi karena biasanya bayi siap untuk makan makanan padat pada usia 6-9 bulan. Tubuh bayi belum memiliki protein pencernaan yang lengkap. Asam lambung dan pepsin dibuang pada saat kelahiran dan baru dalam 4 sampai 6 bulan terakhir jumlahnya meningkat mendekati jumlah untuk orang dewasa. Amilase, enzim yang diproduksi oleh pankreas belum mencapai jumlah yang cukup untuk mencernakan makanan kasar sampai usia sekitar 6 bulan. Dan enzim pencernaan karbohidrat seperti maltase, isomaltase, dan sukrase belum mencapai level orang dewasa sebelum usia 7 bulan. Bayi juga memiliki jumlah lipase dalam jumlah yang sedikit, sehingga pencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa sebelum usia 6-9 bulan. Bila makanan padat sudah mulai diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan dengan munculnya beberapa risiko gangguan kesehatan pada bayi tersebut yakni risiko diare, muntah, dan invaginitis.

2. Faktor eksternal:a. Keluarga.Keluarga juga dapat mempengaruhi nilai dan keyakinan ibu x terhadap kasus di atas. Seperti yang diketahui bahwa keluarga adalah orang terdekat bagi ibu x, maka secara tidak langsung keluarga adalah orang kepercayaan ibu x. Ibu x yang kebingungan karena melihat bayinya tampak rewel dan sering menangis karena lapar sedangkan menurut ibu x, ASI dirinya tidak keluar. Akibat kondisi yang dirasakannya, ibu x mungkin bertanya kepada keluarga tentang penyelesaian masalah ini dan keluarganya menyarankan untuk memberi pisang pada anak berdasarkan pengalaman budaya keluarga. Informasi yang didapat dari keluarga tersebut lambat laun mempengaruhi persepsi ibu x tentang nilai sebuah pisang yang pada akhirnya ia memiliki keyakinan bahwa informasi keluarga adalah benar sehingga ia pun memberikan pisang kepada bayinya.b. Budaya:Budaya memiliki peranan penting dalam mempengaruhi nilai keyakinan seseorang karena budaya mengandung keyakinan-keyakinan, aturan-aturan dan norma-norma yang melingkupi suatu kelompok masyarakat yang akan mempengaruhi sikap dan tindakan individu dalam masyarakat tersebut. Seperti yang diketahui bahwa Indonesia terdiri dari beribu-ribu macam budaya yang tidaklah sama. Salah satu contohnya adalah budaya Bali dimana Ibu memberikan susu bubuk sebelum diberikan ASI. Contoh lain adalah budaya masyarakat di desa Latompe, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, yang hidup dengan mitos bahwa tangisan bayi adalah indikasi lapar. Karenanya, setiap bayi menangis, orang tua akan memberikan makanan berupa pisang kerik (pisang yang dikerik) meski baru barusia 1 atau 2 hari. Hal demikian mungkin juga terjadi pada ibu x dimana ibu x berasal dari suatu daerah yang kental dengan adat dan budayanya dimana ibu x percaya jika bayi menangis dan rewel, maka bayi neonatus boleh untuk makan makanan selain ASI yakni pisang.

Gambar WOC

BAB IVPEMBAHASAN

KASUS

Seorang bayi baru lahir berusia 1 hari dilahirkan di rumah.Bayi tampak rewel dan sering menangis karena lapar.Ibu mengatakan ASI belum diberikan kepada bayi tersebut karena ASI belum ada.Kemudian ibu memberikan pisang kepada bayi sehingga bayi tampak lebih tenang dan tidur dengan nyenyak. Pemberian pisang sebanyak 3 kali sehari hingga bayi berusia 1 bulan.

ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian:1. Identitas Klien:a. Nama: b. Usia : c. Jenis Kelamin:d. Riwayat Kelahiran:e. Alamat:2. Pengkajian bayi:a. Pengkajian nutrisi:1) Ukur TB, BB, lingkar kepala, kulit, rambut, kepala, leher, mata, hidung, bibir, lidah, gusi.2) Kaji kebiasaan makan.3) Kaji apakah bayi mempunyai diet khusus.4) 24 hours recall.5) Apakah pengaruh budaya atau etnis yang mempengaruhi pola makan dan diet si bayi.6) Apakah Ibu mempunyai masalah.7) Apakah bayi mempunyai masalah dengan pemberian makan (letargi, daya isap buruk, regurgitasi, kolik, iritabilitas, ruam, diare).8) Apakah Ibu mempunyai masalah dalam pemberian ASI.9) Tanyakan pola eliminasi dan pola tidur bayi.10) Kebiasaan diet ibu.b. Pengkajian perkembangan:1) Review kembali catatan medik masalah kesehatan yang berkaitan dengan gangguan pada perkembangan anak.2) Kaji pengetahuan keluarga akan penyakit/ masalah yag berkaitan dengan gangguan tumbang anak.3) Tentukan perkembangan anak sesuai umurnya (dengan DDST singkatan apa?).4) Kaji kemampuan fungsional anak yang meliputi kemampuannya dalam makan, mandi, berpakaian, berjalan, memecahkan masalah, dan berkomunikasi.5) Kaji persepsi orang tua kan tingkat perkembangan anak dan pengharapan mereka terhadap anaknya.6) Kaji tentang hubungan orang tua denagan anak.7) Kaji sumber-sumber yang mendukung seperti tingkat perekonomian keluarga dan lain-lain yang dapat mendukung perkembangan anak..c. Pengkajian abdomen:1) Inspeksi: periksa kontur abdomen ketika bayi sedang berdiri atau terlentang, periksa warna dan keadaan kulit abdomen, perhatikan adanya jaringan perut dan ekimosis, periksa abdomen terhadap gerakan dengan berdiri menggunakan mata setinggi abdomen, periksa umbilicus terhadap warna, bau, rabas, inflamasi, dan herniasi.2) Auskultasi: auskultasi terhadap bising usus dengan menekan bel dan diafragma stetoskop dengan rapat diatas abdomen (ke empat kuadran), hitung bising usus.3) Perkusi: lakukan perkusi secara sistematik pada semua area abdomen.4) Palpasi: lakukan palpasi di area abdomen, kaji terhadap nyeri tekan, lesi superfisial, tonus otot, turgor, hiperestesia kutaneus, kaji lebih jauh terhadap iritasi peritoneal dengan melakukan uji otot psoas (memfleksikan kaki kanan pada pinggul dan lutut).d. Pengkajian feses:1) Lunak atau cair (menunjukan pemberian ASI).2) Kuning terang, seperti pasta, lunak atau hijau pasta.3) Cair atau hijau berair, hitam.4) Abu-abu dan berwarna tanah liat (atresia intestinal).5) Adanya makanan yg tidak dapat dicerna secara sempurna.6) Bau feses.7) Konsistensi feses.

3. Pengkajian keluarga:a. Struktur internal:1) Gunakan genogram untuk membuat diagram struktur keluarga.2) Komposisi keluarga dengan melihat setiap orang yang ada di rumah tangga.3) Urutan tingkatan dengan melihat susunan anak-anak sesuai umur dan jenis kelamin.b. Struktur eksternal:1) Kaji lingkungan dengan memperhatikan rumah, tetangga, komunitas, kelengkapan dan keamanan rumah, sekolah, rekreasi dan transportasi.2) Pengkajian keluarga besar dengan memperhatikan asal usul keuarga dan saudara angkat.3) Komunikasi dengan memperhatikan komunikasi emosional, verbal, dan komunikasi sirkular antar anggota keluarga.c. Riwayat proteksi anak.

4. Pengkajian nilai dan keyakinan:a. Faktor sosial dan keterikatan keluarga, perawat mengkaji nama lengkap, nama panggilan, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, hubungan klien dengan kepala keluarga. b. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup, yang perlu dikaji: kebiasaan pemberian asi, presepsi pemberian asi, presepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, kebiasaan membersihkan diri.c. Faktor ekonomi, pekerjaan klien, siapa yang menanggung hidup kliend. Faktor pendidikan, tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuanya untuk belajar secara aktif mandiri.

5. Pengkajian laktasi (menggunakan teknik wawancara, diskusi, dan observasi):a. Pengkajian bayi:1) Kesiapan bayi dalam pemberian makan (usia, keadaan bayi saat lahir, kematangan, tingkat energi, kemampuan menghisap).2) Kebutuhan nutrisi.3) Keberhasilan program menyusui.b. Pengkajian orang tua:1) Kemampuan fisik dan kesiapan psikologis untuk memberi makan bayi.2) Pengetahuan tentang menyusui.3) Pengetahuan tentang kebutuhan dan kapabilitas nutrisi bayi.4) Pengetahuan dan keterampilan cara pemberian makan.5) Pengetahuan tentang diet yang aman dan cukup selama menyusui.

B. Diagnosa :Data Objektif:Data Subjektif:

1. Dilahirkan di rumah.2. Bayi tampak rewel dan sering menangis.3. Pemberian pisang sebanyak 3 kali sehari hingga bayi berusia 1 bulan.4. Bayi tampak lebih tenang dan tidur dengan nyenyak setelah pemberian pisang,Ibu mengatakan ASI belum diberikan karena ASI belum ada.

Diagnosis 1 : Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.Diagnosis 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi dasar menyusui.

C. Intervensi:Diagnosis 1 : Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

DiagnosisIntervensi

Subjektif: 1. Persepsi suplai ASI yang tidak adekuat.2. Ketidakpuasan prosesmenyusui.Objektif: 1. Ketidakadekuatan suplai ASI.2. Menggeliat dan menangis di payudara ibu.3. Rewel dan menangis dalam waktu satu jam setelah menyusui.4. Ketidakmampuan bayi untuk menempel pada payudara ibu dengan benar.5. Pengosongan masing-masing payudara setiap kali menyusui yang tidak sempurna.6. Kesempatan untuk mengisap pada payudara yang tidak mencukupi.7. Tidak tampak tanda pelepasan oksitosin.8. Mengisap pada payudara tidak kontinu.9. Menunjukkan tanda ketidakadekuatan asupan bayi.10. Menolak untuk latch on.11. Tidak berespon terhadap tindakan kenyamanan.1. Kaji pengetahuan dan pengalaman ibu dalam pemberian ASI.2. Kaji kemampuan bayi untuk latch on dan mengisap secara efektif.3. Kaji pada periode awal prenatal untuk adanya faktor risiko ketidakefektifan pemberian ASI (misal: usia di bawah 20 tahun, status sosioekonomi yang rendah).4. Pantau berat badan dan pola eliminasi bayi.5. Konseling laktasi:a. Evaluasi pola mengisap/ menelan bayi.b. Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui.c. Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusu dari bayi.d. Pantau ketrampilan ibu dalam menempelkan bayi ke putting.e. Pantau integritas kulit putting.f. Evaluasi pemahaman tentang sumbatan kelenjar susu dan mastitisIntervensi untuk keluarga:1. Instruksikan ibu dalam teknik menyusui yang menigkatkan ketrampilan dalam menyusi bayinya. Pertimbangan teknik relaksasi, posisi yang nyaman, peransangan refleks rooting, penetapan status terjaga bayi sebelum upaya pemberian ASI, menyerdawakan bayi, stimulasi pada bayi untuk terus untuk terus menyusu dan menyusi menggunakan kedua payudara secara bergantian.2. Instruksikan ibu untuk menggunakan kedua payudaranya setiap kali menyusu, dimulai dengan satu sisi payudara secara bergantian.3. Instruksikan kepada ibu tentang alat pompa payudara dan teknik untuk mempertahankan suplai ASI selama penundaan atau penghentian refleks menghisap bayi.4. Instruksikan ibu, tentang kebutuhan untuk istirahat yang adekuat dan asupan cairan.5. Konseling laktasi:a. Sediakan informasi tentang keuntungan pemberian ASI dan kerugian bila tidak diberikan ASI.b. Diskusikan metode alternatif pemberian makan bayi.c. Perbaiki salah konsepsi, salah informasi, dan ketidakakuratan tentang pemberian ASI.d. Demonstrasikan latihan mengisap jika perlu.e. Rekomendasikan peraawatan payudara jika perlu.

Diagnosis 2 :ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi dasar menyusui.Diagnosis Intervensi

Data Subjektif: melaporkan kurangnya makanan (ASI).

Data Objektif: kurang informasi mengenai pemberian ASI.

1. Kaji pengetahuan mengenai pemberian ASI pada bayi.2. Pemberian edukasi mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.3. Diskusikan makanan penganti ASI yang baik bagi bayi.4. Bantuan pemberian ASI: Mempersiapkan ibu baru untuk menyusui bayinya.

Diagnosis 3: Risiko Aspirasi gak pake b.d??Intervensi :1. Manajemen muntah : mencegah dan mengatasi muntah.2. Kewaspadaan aspirasi : mencegah atau meminimalkan faktor risiko pada pasien yang beresiko terhadap aspirasi.

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanMasa bayi baru lahir sampai usia enam bulan merupakan tahapan tumbuh kembang yang sangat penting dimana terjadi perkembangan motorik, kognitif, dan sosial yang cepat. Selama tahap ini diperlukan nutrisi yang baik, yaitu ASI. ASI merupakan nutrisi yang paling lengkap kandungannya dan paling aman untuk dikonsumsi bayi baru lahir sampai usia enam bulan. Hal ini dikarenakan pada masa ini perkembangan dalam tubuh bayi masih belum sempurna. Seperti pada sistem pencernaan bayi baru lahir, belum memiliki enzim pencernaan yang lengkap sehingga belum mampu mencerna makanan selain ASI. Namun di Indonesia terdapat suatu budaya yang menganut nilai dan keyakinan dimana mereka memberi pisang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Nilai dan keyakinan dalam budaya ini tentu tidak sejalan dengan prinsip kesehatan. Nilai dan keyakinan budaya seperti ini perlu untukdirekontruksi atau diubah desainnya untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih baik.

B. Saran Peran perawat sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan nilai dan keyakinan yang ada di masyarakat. Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan mengenai tahap perkembangan bayi baru lahir, pentingnya ASI bagi bayi, dan merekonstruksi nilai dan keyakinan budaya tersebut. Pendidikan kesehatan diberikan kepada ibu, keluarga, dan juga masyarakat yang menganut nilai dan keyakinan tersebut. Tentunya untuk melakukan pendidikan kesehatan tersebut diperlukan kerjasama kemitraan yang melibatkan stakeholder setempat.

DAFTAR PUSTAKAArisman. (2004). Diit makanan bagi bayi. Jakarta: Puspa Swara.Clemen-Stone & Mc Guire & Eigsty. (2002). Comprehensive community health nursing, family, aggregat & community practice. St Louis Missouri: Mosby Co.Damayanti, D. (2009). Asyiknya minum ASI. Jakarta: Gramedia.Djalimin, J. (2010). The secrets of change for success. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.Hockenberry, M., & Wilson, D. (2007). Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik [Terj]. Edisi ke-6. Vol 1. St. Louis: Mosby Elsevier.Ismani, Nila. (2001). Etika keperawatan. Jakarta: Widya Medika.Leininger, M & McFarland.M.R. (2002). Transcultural nursing: concepts, theories, research and practice, 3rd Ed. USA: Mc-Graw Hill Companies.Lundy, K.S & Janes, S. (2009). Community health nursing: caring for the publics health. 2nd Ed. Sudbury: Jones and Bartlett.Martono, L.H. (2006). 16 modul latihan pemulihan pecandu narkoba berbasis masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka.Mc Murray. (2003). Community health and wellness, a socioecological approach. Australia: Mosby Co.Nies & Mc.Ewen. (2007). Community health nursing: promoting the health of populations 4th ed. St.Louis, oMissouri: Elsevier.Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC.Roesli, Utami. (2005). Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.Siregar, M. A. (2004). Pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. USU digital library.Soetjiningsih. (1997). ASI: Petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta: EGC. Cari yg lebih updateStanhope, M., & Lancaster, J. (2002). Foundation of community health nursing: communityoriented practice. St. Louis: Mosby, Inc.Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community public health nursing. St. Louis: Mosby, Inc.Wilkinson, Judith M. (2012). Buku saku diagnosis keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: Medical Publisher.Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI: makanan terbaik untuk kesehatan, kecerdasan, dan kelincahan si kecil. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

16