Herpes Zoster Oftalmikus
-
Upload
shaher-banun -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
Transcript of Herpes Zoster Oftalmikus
5/13/2018 Herpes Zoster Oftalmikus - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/herpes-zoster-oftalmikus-55a753f04810e 1/5
HERPES ZOSTER OFTALMIKUS
1. DefinisiHerpes zoster merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh Human Herpes Virus 3 (Varisela
Zoster Virus), virus yang sama menyebabkan varisela (chicken pox). Virus ini termasuk dalamfamili Herpes viridae, seperti Herpes Simplex, Epstein Barr Virus, dan Cytomegalovirus.1
Herpes Zoster Oftalmikus (HZO) merupakan hasil reaktivasi dari Varisela Zoster Virus (VZV)
pada Nervus Trigeminal (N.V). Semua cabang dari nervus tersebut bisa terpengaruh, dan cabangfrontal divisi pertama N.V merupakan yang paling umum terlibat. Cabang ini menginervasihampir semua struktur okular dan periokular.2
Blefarokonjungtivitis pada HZO ditandai dengan hiperemis dan konjungtivitis infiltratif disertaidengan erupsi vesikuler yang khas sepanjang penyebaran dermatom N.V cabang oftalmikus.
Konjungtivitis biasanya papiler, tetapi pernah ditemukan folikel, pseudomembran, dan vesikeltemporer, yang kemudian berulserasi. Lesi palpebra mirip lesi kulit di tempat lain, bisa timbul di
tepi palpebra ataupun palpebra secara keseluruhan, dan sering menimbulkan parut.3Lesi kornea pada HZO sering disertai keratouveitis yang bervariasi beratnya, sesuai dengan
status kekebalan pasien. Keratouveitis pada anak umumnya tergolong jinak, pada orang dewasatergolong penyakit berat, dan kadang-kadang berakibat kebutaan.3
2. EtiologiHerpes zoster disebabkan oleh Varisela Zoster Virus (VZV). VZV mempunyai kapsid yang
tersusun dari 162 sub unit protein dan berbentuk simetri isohedral dengan diameter 100 nm.Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm, dan hanya virion yang berselubung yang bersifat
infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organik, deterjen,enzim proteolitik, panas, dan lingkungan dengan pH yang tinggi.4 HZO merupakan reaktivasi
dari VZV di N.V divisi oftalmik (N.V1).5
3. Epidemiologi
HZO khas mempengaruhi 10-20 % populasi. HZO biasanya berpengaruh pada usia tua denganmeningkatnya pertambahan usia. Dari data insiden terjadinya HZO pada populasi Caucasianadalah 131 : 100.000. Populasi American-Afrika mempunyai insiden 50 % dari Caucasian.
Alasan untuk perbedaan ini tidak sepenuhnya dipahami. Kebanyakan kasus HZO disebabkanreaktivasi dari virus laten.6
Lebih dari 90 % dewasa di Amerika terbukti mempunyai serologi yang terinfeksi VZV. Darihasil tahunan, insiden dari herpes zoster bervariasi, dari 1,5 ± 3, 4 kasus per 1000 orang. Faktor
resiko dari perkembangan oleh herpes zoster adalah menyusutnya sel mediated dari sistem imun
5/13/2018 Herpes Zoster Oftalmikus - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/herpes-zoster-oftalmikus-55a753f04810e 2/5
yang berhubungan dengan perkembangan usia. Insiden HZO pada usia 75 tahun ke atas melebihi10 kasus per 1.000 orang per tahun, dan risiko seumur hidup diperkirakan 10-20 %.5
Faktor risiko lain untuk herpes zoster diperoleh dari hambatan respon sel mediated imun, seperti pada pasien dengan obat imunosupresif dan HIV, dan yang lebih spesifik dengan AIDS. Pada
kenyataannya, risiko relatif dari herper zoster sedikitnya 15x lebih besar dengan HIV
dibandingkan tanpa HIV.5HZO terdapat 10-25 % dari semua kasus herpes zoster. Resiko komplikasi oftalmik pada pasienherpes zoster tidak terlihat berhubungan dengan umur, jenis kelamin, atau keganasan dari ruam
kulit.5
4. Faktor predisposisiFaktor predisposisi timbulnya herpes zoster oftalmikus ini adalah:7
a. Kondisi imunocompromise (penurunan imunitas sel T)- Usia tua
- HIV- Kanker
- Kemoterapi b. Faktor reaktivasi
- Trauma lokal- Demam
- Sinar UV- Udara dingin
- Penyakit sistemik - Menstruasi
- Stres dan emosi
5. PatogenesisSeperti herpes virus lainnya, VZV menyebabkan infeksi primer (varisela/ cacar air) dan sebagian
lagi bersifat laten, dan ada kalanya diikuti dengan penyakit yang rekuren di kemudian hari(zoster/ shingles). Infeksi primer VZV menular ketika kontak langsung dengan lesi kulit VZV
atau sekresi pernapasan melalui droplet udara. Infeksi VZV biasanya merupakan infeksi yangself-limited pada anak-anak, dan jarang terjadi dalam waktu yang lama, sedangkan pada orang
dewasa atau imunosupresif bisa berakibat fatal. Pada anak-anak, infeksi VZV ini ditandai denganadanya demam, malaise, dermatitis vesikuler selama 7-10 hari, kecuali pada infeksi primer yang
mengenai mata (berupa vesikel kelopak mata dan konjungtivitis vesikuler). VZV laten mengenaiganglion saraf dan rata-rata 20 % terinfeksi dan bereaktivasi di kemudian hari.8
HZO timbul akibat infeksi N.V1. Kondisi ini akibat reaktivasi VZV yang diperoleh selama masaanak-anak. Varisela zoster adalah virus DNA yang termasuk dalam famili Herpes viridae.
Selama infeksi, virus varisela berreplikasi secara efisien dalam sel ganglion. Bagaimanapun, jumlah VZV yang laten per sel terlalu sedikit untuk menentukan tipe sel apa yang terkena.
Imunitas spesifik sel mediated VZV bertindak untuk membatasi penyebaran virus dalamganglion dan ke kulit.6
Kerusakan jaringan yang terlihat pada wajah disebabkan oleh infeksi yang menghasilkaninflamasi kronik dan iskemik pembuluh darah pada cabang N. V. Hal ini terjadi sebagai respon
5/13/2018 Herpes Zoster Oftalmikus - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/herpes-zoster-oftalmikus-55a753f04810e 3/5
langsung terhadap invasi virus pada berbagai jaringan. Walaupun sulit dimengerti, penyebarandermatom pada N. V dan daerah torak paling banyak terkena.6
Tanda-tanda dan gejala HZO terjadi ketika N.V1 diserang virus, dan akhirnya akanmengakibatkan ruam, vesikel pada ujung hidung (dikenal sebagai tanda Hutchinson), yang
merupakan indikasi untuk resiko lebih tinggi terkena gannguan penglihatan. Dalam suatu studi,
76 % pasien dengan tanda Hutchinson mempunyai gangguan penglihatan.6
6. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis HZO ini, antara lain:7a. Prodormal (didahului ruam sampai beberapa hari)
- Nyeri lateral sampai mengenai mata- Demam
- Malaise- Sakit kepala
- Kuduk terasa kakuGejala-gejala di atas terjadi pada 5 % penderita, terutama pada anak-anak, dan timbul 1-2 hari
sebelum terjadi erupsi. b. Dermatitis
c. Nyeri matad. Lakrimasi
e. Perubahan visualf. Mata merah unilateral
Gejala-gejala mata yang dapat dilihat yaitu:- Kelopak mata
HZO sering mengenai kelopak mata. Hal ini ditandai dengan adanya pembengkakan kelopak mata, dan akhirnya timbul radang kelopak, yang disebut blefaritis, dan bisa timbul ptosis.
Kebanyakan pasien akan memiliki lesi vesikuler pada kelopak mata, ptosis, disertai edema dan
inflamasi. Lesi pada palpebra mirip lesi kulit di tempat lain.9- KonjungtivaKonjungtivitis adalah salah satu komplikasi terbanyak pada HZO. Pada konjungtiva sering
terdapat injeksi konjungtiva dan edema, dan kadang disertai timbulnya petechie. Ini biasanyaterjadi 1 minggu. Infeksi sekunder akibat S. aureus bisa berkembang di kemudian hari.9
- SkleraSkleritis atau episkleritis mungkin berupa nodul atau difus yang biasa menetap selama beberapa
bulan.9- Kornea
Komplikasi kornea kira-kira 65 % dari kasus HZO. Lesi pada kornea sering disertai dengankeratouveitis yang bervariasi beratnya sesuai dengan kekebalan tubuh pasien. Komplikasi pada
kornea bisa berakibat kehilangan penglihatan secara signifikan. Gejalanya adalah nyeri,fotosensitif, dan gangguan visus. Hal ini terjadi jika terdapat erupsi kulit di daerah yang disarafi
cabang-cabang N. nasosiliaris.3Berbeda dengan keratitis pada HSV yang bersifat rekuren dan biasanya hanya mengenai epitel,
keratitis HZV mengenai stroma dan uvea anterior pada awalnya, lesi epitelnya keruh dan amorf,kecuali kadang-kadang ada pseudodendrit linear yang mirip dendrit pada HSV. Kehilangan
sensasi pada kornea selalu merupakan ciri mencolok dan sering berlangsung berbulan-bulansetelah lesi kornea tampak sudah sembuh.3
5/13/2018 Herpes Zoster Oftalmikus - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/herpes-zoster-oftalmikus-55a753f04810e 4/5
Keratitis epithelial : gejala awal, berupa punctat epitel. Multipel, lesi vocal dengan fluoresen ataurose Bengal. Lesi ini mengandung virus keratitis stroma. Ini merupakan reaksi imun selama
serangan akut dan memungkinkan perpindahan virus dari ganglion. Keratitis stroma kronik bisamenyerang vaskularisasi, keratopati, penipisan kornea dan astigmatisme.9
- Traktus uvea
Sering menyebabkan peningkatan TIO. Tanpa perawatan yang baik penyakit ini bisamenyebabkan glaukoma dan katarak.9- Retina
Retinitis pada HZO digambarkan sebagai retinitis nekrotik dengan perdarahan dan eksudat,oklusi pembuluh darah posterior, dan neuritis optik. Lesi ini dimulai dari bagian retina perifer.9
7. KomplikasiHampir semua pasien akan pulih sempurna dalam beberapa minggu, meskipun ada beberapa
yang mengalami komplikasi. Hal ini tidak berhubungan dengan umur dan luasnya ruam, tetapi bergantung pada daya tahan tubuh penderita. Ini akan terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun
setelah serangan awal.10- Komplikasi mata terjadi pada 50 % kasus. Nyeri terjadi pada 93% dari pasien tersebut, 31%
nya masih ada sampai 6 bulan berikutnya. Pengaruh itu semua, terjadi anterior uveitis pada 92%dan keratitis 52%. Pada 6 bulan, 28% mengenai mata dengan uveitis kronik, keratitis, dan ulkus
neuropatik.10- Komplikasi mata yang jarang, termasuk optik neuritis, retinitis, dan kelumpuhan nervus kranial
okuler. Ancaman ganguan penglihatan oleh keratitis neuropatik, perforasi, glaukoma sekunder, posterior skleritis, optik neuritis, dan nekrosis retina akut.10
- Komplikasi jangka panjang, bisa berhubungan dengan lemahnya sensasi dari kornea dan fungsimotor palpebra. Ini beresiko pada ulkus neuropati dan keratopati. Resiko jangka panjang ini juga
terjadi pada pasien yang memiliki riwayat HZO, 6-14% rekuren.10- Infeksi permanen zoster oftalmik bisa termasuk inflamasi okuler kronik dan kehilangan
penglihatan.10
8. Diferensial Diagnosis6a. Kondisi yang memperlihatkan penampakan luar yang sama
- Herpes simplek - Ulkus blefaritis
b. Kondisi yang menyebabkan penyebaran nyeri- Tic Douloureux
- Migrain- Pseudotumor orbita
- Selulitis orbita- Nyeri akibat sakit gigi
c. Kondisi yang menyebabkan inflamasi stromal kornea- Epstein-Barr Virus
- Mumps- Sipilis
9. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis laboratorium terdiri dari beberapa pemeriksaan, yaitu:11a. Pemeriksaaan langsung secara mikroskopik
5/13/2018 Herpes Zoster Oftalmikus - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/herpes-zoster-oftalmikus-55a753f04810e 5/5
Kerokan palpebra diwarnai dengan Giemsa, untuk melihat adanya sel-sel raksasa berinti banyak (Tzanck) yang khas dengan badan inklusi intranukleus asidofil
b. Pemeriksaaan serologik c. Isolasi dan identifikasi virus
10. PenatalaksanaanSebagian besar kasus herpes zoster dapat didiagnosis dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Caraterbaru dalam mendiagnosis herpes zoster adalah dengan tes DFA (Direct Immunofluorence with
Fluorescein-tagged Antibody) dan PCR (jika ada), terbukti lebih efektif dan spesifik dalammembedakan infeksi akibat VZV dengan HSV. Tes bisa dilanjutkan dengan kultur virus.2
Pasien dengan herpes zoster oftalmikus dapat diterapi dengan Acyclovir ( 5 x 800 mg sehari)selama 7-10 hari. Penelitian menunjukkan pemakaian Acyclovir, terutama dalam 3 hari setelah
gejala muncul, dapat mengurangi nyeri pada herpes zoster oftalmikus. Onset Acyclovir dalam 72 jam pertama menunjukkan mampu mempercepat penyembuhan lesi kulit, menekan jumlah virus,
dan mengurangi kemungkinan terjadinya dendritis, stromal keratitis, serta uveitis anterior.1,5,10Terapi lain dengan menggunakan Valacyclovir yang memiliki bioavaibilitas yang lebih tinggi,
menunjukkan efektivitas yang sama terhadap herpes zoster oftalmikus pada dosis 3 x 1000 mgsehari. Pemakaian Valacyclovir dalam 7 hari menunjukkan mampu mencegah komplikasi herpes
zoster oftalmikus, seperti konjungtivitis, keratitis, dan nyeri. Pada pasien imunocompromisedapat digunakan Valacyclovir intravena. Untuk mengurangi nyeri akut pada pasien herpes zoster
oftalmikus dapat digunakan analgetik oral.1,5,10Untuk mengobati berbagai komplikasi yang ditimbulkan oleh herpes zoster oftalmikus
disesuaikan dengan gejala yang ditimbulkan. Pada blefarokonjungtivitis, untuk blefaritis dankonjungtivitisnya, diterapi secara paliatif, yaitu dengan kompres dingin dan topikal lubrikasi,
serta pada indikasi infeksi sekunder oleh bakteri (biasanya S. aureus). Pada keratitis, jika hanyamengenai epitel bisa didebridemant, jika mengenai stromal dapat digunakan topikal steroid, pada
neurotropik keratitis diterapi dengan lubrikasi topikal, serta dapat digunakan antibiotik jika
terdapat infeksi sekunder bakteri.1,2,9,10