Herpes Zoster

download Herpes Zoster

of 10

description

kulit

Transcript of Herpes Zoster

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Herpes zoster merupakan penyakit infeksi yang menimbulkan gejala klinis di kulit yang sebenarnya banyak berhubungan dengan sistem saraf dalam pathogenesisnya. Penyakit ini ternyata memiliki kekerabatan yang cukup tinggi dengan penyakit cacar. Cacar atau varicella merupakan infeksi awal terhadap terjadinya herpes zoster di kemudian hari. Hal ini dapat terjadi akibat reaktivasi dari virus yang bersifat laten di dalam ganglion saraf dari penderita.

Varicella zoster virus (VZV) merupakan virus yang mengakibatkan timbulnya kedua penyakit ini. virus ini dapat bersifat laten dan ketika system imun pasien menurun maka virus ini akan kembali aktif dan menimbulkan herpes zoster, dengan kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat memberikan efek yang buruk pada pasien, bahkan depresi akibat penanganan yang tidak tepat.

Sebagai penyakit dengan angka kejadian cukup tinggi yaitu mencapai satu juta kasus di Amerika, dan 50 % nya terjadi pada usia 60 tahun, penyakit ini membutuhkan suatu pemahaman yang cukup baik dalam hal mendiagnosis dan memberikan treatment. 1.2 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dengan ppembuatan paper ini adalah : 1. Menjelaskan mengenai etiologi, pathogenesis, gejala klinis dan penanganan terhadap penyakit herpes zoster.

1.3 Manfaat

Diharapkan dengan paper ini dapat :

1. Membantu para mahasiswa fakultas kedokteran untuk menambah pengetahuan mengenai penyakit infeksi yang sering terjadi di masyarakat, yang tidak secara mendalam disampaikan dalam perkuliahan 2. Memberikan pemahaman yang cukup kepada para mahasiswa fakultas kedokteran mengenai penyakit herpes zoster, sehingga ketika dalam praktek nanti telah memiliki gambaran tetntang penyakit herpes zoster.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi Herpes ZosterHerpes zoster merupakan penyakit infeksi lokal yang memiliki karakteristik rasa sakit yang radikular, pada satu bagian tubuh (tidak melewati sumbu tubuh) dan erupsi vesicular yang terbatas pada area kulit yang diinervasi oleh single dorsal root atau cranial sensory ganglion.12.2 Epidemiologi Herpes Zoster

Sebagai penyakit infeksi, angka kejadian penyakit ini di Amerika mencapai satu juta kasus, dengan 40% - 50% kasusnya terjadi pada usia 60 tahun. Hal ini berhubungan dengan sistem imun yang mengalami penurunan mengkuti proses penuaan.2Pasien yang memiliki kondisi imunitas yang rendah memiliki kemungkiinan 20 - 100 kali lebih tinggi untuk menderita herpes zoster daripada orang yang memiliki kondisi imunitas yang baik.12.3 Etiologi Herpes zosterHerpes zoster merupakan suatu penyakit yang timbul akibat reaktivasi secara endogenous dari varicella-zosteer virus (VZV) yang bertahan secara latent di dalam ganglion saraf dari penderita, dimana sebelumnya penderita telah mengalami infeksi terhadap virus ini dan menimbulkan penyakit varicella atau yang lebih dikenal dengan cacar.32.4 PathogenesisHerpes zoster sebenarnya berawal dari penyakit cacar yang memiliki virus penyebab yang sama dengan herpes zoster, sebagai bentuk manifestasi klinik dari infeksi primer VZV. Ketika cacar terjadi, pada vesikel yang terbentuk, mengandung banyak virus VZV. Lalu virus-virus ini kemudian memasuki bagian akhir dari saraf sensoris yang terdapat pada kulit. Setelah memasuki saraf sensoris, maka virus akan berpindah menuju dorsal root dan cranial sensory ganglia, dimana pada akhirnya VZV akan menetap. Dengan sampainya virus di sensory ganglia dari pasien, maka sensory ganglia pasien akan mengandung DNA dari VZV sebagai bentuk dari infeksi latennya.3Keberadaan VZV pada ganglia saraf pasien secara laten, memiliki potensi yang penuh untuk mengalami reaktivasi. Akan tetapi reaktivasi dari VZV ini terjadi secara sporadis, tidak teratur dan sangat berhubungan dengan menurunnya kondisi imun dari penderita.1Ketika herpes zoster mengalami kekambuhan atau menimbulkan gejala klinis pertama kali, maka proses ini dimulai dengan terjadinya reaktivasi dari VZV pada single sensory dari penderita. Dalam kondisi ini maka VZV akan mengalami multiplikasi dan menyebar dalam ganglion saraf, menginfeksi berbagai neuron dan sel-sel pendukungnya, hal ini akan menimbulkan inflamasi dan nekrosis pada neuron tersebut. Selanjutnya maka virus akan bergerak dari ganglion saraf menuju saraf di kulit, dimana selanjutnya akan menimbulkan karakterisktik dermatomal rash dari herpes zoster.32.5 Gambaran Klinis Herpes zosterDalam gejala klinis yang ditampilkan oleh pasien herpes zoster, dapat dibagi menjadi tiga bagian untuk memudahkan dalam menilai fase yang sedang dijalani oleh pasien tersebut.

a. Fase prodormalPada fase ini pasien akan mengeluhkan sakit kepala, rasa sakit, tidak enak badan atau malaise, dan fotophobia akut sebelum rash muncul.2b. Fase akut.

Pada fase ini pasien akan mengeluhkan, rash yang diikuti oleh rasa gatal yang tak tertahankan dan sangat sensitif apabila disentuh, atau allodynia. Pada kondisi tertentu pasien dapat mengeluhkan suatu kondisi allodynia, rasa sakit, gatal dan rasa terbakar, akan tetapi tidak diikuti oleh timbulnya rash, kondisi ini disebut dengan zoster sine herpete. Bentuk rash yang terlihat pada pasien akan diawali dengan bentukan maculopapular, lalu berubah menjadi vesikel yang berisi cairan.2 Fase komplikasi

Pada fase ini paien dapat mengalami suatu kondisi yang disebut postherpetic neuralgia (PHN). Kondisi ini ditandai dengan rasa sakit atau dysesthesia yang tetap bertahan walaupun rash telah hilang dari kulit pasien. Kondisi ini dapat menggangu aktivitas dari pasien atau dalam kondisi lebih buruk dapat menimbulkan depresi.2Daerah - daerah yang sering menjadi tempat terjadinya rash adalah thoracic nerves, dan ophtalmic division dari trigerminal nerve. Pada kondisi rash yang terjadi pada ophtalmic division dari trigerminal nerve, hal ini dikenal dengan sebutan herpes zoster ophtalmicus. Herpes zoster ophtalmicus, melingkupi seluruh daerah mata pada wajah, menyebabkan keratittis, luka dan bahkan kehilangan kemampuan penglihatan.42.6 Diagnosis Herpes zoster Dalam mendiagnosa pasien herpes zoster yang perlu dilakukan adalah memperhatikan gejal-gejala klinis yang khas pada pasien dan melakukan tes-tes labolatory tertentu untuk menunjang diagnosisa. Diagnosis Berdasarkan Gejala KlinisDalam melihat kondisi yang dialami oleh pasien yang dapat diperhatikan adalah sebagai berikut :

Rash yang timbul pada pasien bersifat unilateral, tidak melewati sumbu tubuh, dan terlokalisasi pada single dermatome dari single sensory ganglion. hal ini membantu dalam membedakan kondisi varicella dan herpes zoster, karena pada pasien varicella akan ditemui kondisi rash yang tersebar, tidak terlokalisasi seperti yang ditemui pada herpes zoster.4Apabila menemui pasien dengan gejala rash yang bersifat unilateral, akan tetapi hal ini sering berulang pada tempat yang sama, hal ini akan mengeksklusi kemungkinan kondisi yang dialami pasien mengarah kepada herpes zoster. Hal ini dikarenakan kondisi ini lebih mengarah kepada karakteristik herpes simplex, yang bersifat kambuhan pada tempat yang sama.2Pasien herpes zoster pada umunya datang dengan keluhan rasa sakit pada bagian tertentu sebagai tanda awal pasien tersebut berada pada fase prodormal. Akan tetapi dalam menilai rasa sakit yang dikeluhkan oleh pasien terutama rasa sakit yang terlokalisasi dapat menimbulkan kesalahan pada diagnosis yang tidak mengarah kepada herpes zoster. Rasa sakit yang terlokalisasi dapat mengarahkan diagnosa kepada appendictis, billiary atau renal colic, dan cholecystitis. Kondisi ini dapat diatasi apabila pada daerah sakit yang terlokalisasi tersebut telah timbul rash yang akan memudahkan untuk mendiagnosa bahwa pasien ini mengalami herpes zoster.3Diagnosis Berdasarkan Pemeriksaan Labolatorium

Ada beberapa pemeriksaan labolatorium yang biasa dilakukan untuk menunjang diagnosis herpes zoster, seperti pemeriksaan Tzanck smear dan pemeriksaan immunoflourescence untuk antibodi.1. Tzanck smear

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat karakteristik vesikel yang dimiliki oleh pasien memiliki kecocokan dengan karakteristik yang dimiliki oleh penyakit herpes zoster. Pada herpes zoster akan ditemukan gambaran vesikel yang mengandung multinucleated giant cells dan sel epitel yang mengandung intranuclear inclusion bodies. Hal ini membedakan vesikel yang diakibatkan oleh herpes zoster dengan erupsi vesikel lainnya kecuali herpes simplex.12. Immunoflourescence untuk Antibodi terhadap VZV

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antibodi yang sesuai dengan antigen yang diinduksi oleh adanya VZV.12.7 Diagnosis Banding Herpes zosterSebagai suatu penyyakit infeksi, herpes zoster memiliki beberapa diagnosis banding yang memiliki sekumpulan gejala yang memiliki kesesuaian dengan gejala-gejala yang dimiliki oleh herpes zoster. Beberapa diantaranya adalah herpes simplex, impetigo, dan smallpox,5 yang memiliki gejala sebagai berikut :

1. Herpes Simplex

Merupakan suatu penyakit infeksi yang ditandai dengan adanya inflamasi pada kulit atau membran mukosa yang diakibatkan oleh herpesvirus, yang memiliki gejala sebagai berikut :

Terjadi peningkatan temperature hingga 400 C Lesi vesikular pada daerah mucosa, lidah, bibir dan pada nantinya akan pecah dan meninggalkan bekas

Malaise

Demam

Sakit kepala

Sakit tenggorokan6Walaupun memiliki beberapa gejala yang sama, akan tetapi herpes simplex memiliki lesi yang berbeda karakteristik dengan lesi pada herpes zoster (unilateral), dan apabila kambuh maka biasanya akan terjadi pada tempat yang sama.

2. ImpetigoMerupakan infeksi kulit yang bersifat pyogenic (menghasilkan pus), yang biasanya sering terjadi ppada anak-anak. Beberapa gejalanya adalah sebagai berikut : Pasien impetigo memiliki sejarah sebelumnya menderita varicella, scabies, dan herpes simplex

Terdapat lesi di kulit, yang terasa terbakar, gatal, dan biasanya terjadi pada daerah wajah dan ekstremitas.

Lesi kulit tersebut apabila pecah, akan mengeluarkan serumdan berwarna coklat muda, seperti kerak madu

Lesi pada kulit dapat tersebar maupun bergerombol dan tidak unilateral

Apabila kambuh terjadi pada daerah yang sama7Walaupun terdapat beberapa gejala yang sesuai karakteristik lesi yang tersebar, memiliki tampilan klinis yang berbeda, dan tidak disertai rasa sakit, membedakan penyakit ini dari herpes zoster.

3. Smallpox

Merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh variola virus. Penyakit ini memiliki gejala sebagai berikut : Demam

Malaise

Sakit kepala

Terdapat rash yang dimulai di wajah lalu menyebar ke seluruh tubuh dalam 24 jam.

Timbul lesi yang memiliki bentuk awal sebagai titik merah di wajah, lalu menyebar ke lengan dan kaki. Lesi ini lalu berubah menjadi vesikel dan pustul dalam 1 2 hari.8Karakteristik lesi yang berbeda pada smallpox, membantu dalam membedakan penyakit yang dikeluhkan pasien sebagai herpes zoster atau smallpox.2.8 Manajemen Herpes zosterManajemen dalam penangan terhadap herpes zoster lebih mengarah kepada terapi farmakoterapi. Dalam melaksanakannya maka pilihan pertama yang digunakan adalah antiviral agent, dalam hal ini yang memiliki peranan sebagai analog terhadap nukleosid, yang dapat menghambat pembelahan dari virus.9 Obat-obatan yang tergolong antiviral dan analog dengan nukleosid diantaranya acyclovir,valacyclovir, dan famciclovir. Obat-obatan ini apabila dikonsumsi, akan bekerja untuk menghambat penyebaran virus, mempercepat proses penyembuhan pada rash, dan mengurangi rasa sakit yang akut.4 Hasil yang memuaskan dapat dicapai apabila pasien mengkonsumsi obat ini, 72 jam setelah gejala pertama muncul.4,91. Acyclovir

Acyclovir bekerja dengan cara berfungsi sebagai kompetitif inhibitor terhadap viral DNA polymerase. Dalam penggunaannya obat ini dapat membantu dalam hal memperpendek durasi dari penyebaran virus, menghentikan pembentukan lesi baru, dan menurunkan keparahan dari rasa sakit yang akut. Ketika dikonsumsi obat ini memiliki bioavailabilitas 10 30 %, sehingga membutuhkan perhitungan yang tepat dalam pemberian dosisnya, apabila melihat nilai bioavaibilitasnya.9 Dosis yang diberikan untuk obat ini dalam penggunaan secara oral sebesar 800 mg, lima kali sehari selama satu minggu.4 Efek samping dalam penggunaan obat ini adalah malaise.92. Valacyclovir

Valcyclovir merupakan L-valyl ester dari acyclovir. Obat ini secara cepat dirubah menjadi acyclovir setelah dikonsumsi secara oral dan memberikan bioavailabilitas tiga sampai lima kali lebih baik daripada acyclovir.Dosis pemberiannya adalah 1 gram, tiga kali sehari diberikan selama satu minggu secara oral. 93. Famciclovir

Famciclovir merupakan diacetyl, 6-deoxy ester dari penciclovir. Obat ini bekerja untuk mempercepat penyembuhan terhadapa lesi dari herpes zoster dan menghambat penyebaran virus. Dosis yang direkomendasikan adalah 500 mg tiga kali sehari yang diberikan selama satu minggu. Bioavaibilitas obat ini mencapai 77% jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan acyclovir yang bioavaibilitasnya hanya mencapai 10 30%.9BAB III

PENUTUP

3.1 SimpulanHerpes zoster merupakan penyakit yang diakibatkan oleh virus varicella zoster virus (VZV). Virus ini dapat mengakibatkan dua penyakit yang memiliki hubungan dalam terjadinya herpes zoster yaitu varicella atau cacar dan herpes zoster, sebagai bentuk reaktivasi dari VZV setelah terjadinya cacar pada penderita.Akibat kemampuan virus yang dapat bertahan secara latent pada ganglion saraf dari penderita maka, kekambuhan dari penyakit ini dapat terjadi dan hal ini sangat berhubungan dengan kondisi imunitas dari penderita.

Dalam mendiagnosis penyakit ini maka kemampuan untu mengamati gejala klinis dan bantuan dari hasil labolatorium memiliki peranan yang sangat penting. Gejala klinis yang khas yang dimiliki oleh herpes zoster sangat membantu dalam mendiagnosis dengan tepat. Dengan diagnosis yang tepat ini, maka pemberian obat pada waktu yang tepat dan cepat akan dapat terpenuhi dan dapat mencegah pasien untuk jatuh kepada kondis komplikasi yang dapat berakibat buruk. Obat-obatan yang diberikan dalam mentreatmen pasien dengan herpes zoster, bekerja untuk menghambat penyebaran virus, mempercepat proses penyembuhan pada rash, dan mengurangi rasa sakit yang akut.3.2 SaranPenangan terhadap herpes zoster agar dapat memberikan hasil yang memuaskan akan sangat bergantung terhadap kemampuan untuk mendiagnosis penyakit ini secara dini, sesuai gejala klinis yang timbul. Maka dari itu penggalian informasi dari pasien mengenai riwayat pasien terhadap penyakit dan keluhannya, serta pengamatan yang cermat terhadap gejala klinis menjadi suatu kebutuhan yang penting untuk mampu dipenuhi oleh seorang dokter di tengah-tengah masyarkat.10