HERMANTO-FITK

download HERMANTO-FITK

of 96

Transcript of HERMANTO-FITK

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    1/96

    KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

    DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

    YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

    Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh

    HERMANTO

    NIM 208011000042

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

    HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2014

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    2/96

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    3/96

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    4/96

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    5/96

    i

    ABSTRAK

    HERMANTO (NIM: 208011000042). KEPEMIMPINAN ABU BAKAR

    ASH-SHIDDIQ DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG

    TERKANDUNG DI DALAMNYA.

    Kata kunci : Kepemimpinan dan Nilai-nilai Pendidikan Islam

    Kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan

    yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil

    dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin.

    Permasalahan yang diangkat pada penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui

    bagaimanakah kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan nilai-nilai pendidikan

    Islam yang terkandung di dalamnya.

    Abu bakar Ash-Shiddiq merupakan khalifah pertama dalam Khulafa al-

    Rasyidin dan ini merupakan anugrah dan keistimewaan yang diberikan Allah

    kepadanya, yang dilandasi oleh keimanan yang kokoh, telah banyak yang ia

    lakukan. Ia selalu siaga membela Nabi dalam berdakwah, sebagaimana

    pembelaanya terhadap kaum muslimin. Kepentingan Rasulullah SAW lebih

    diutamakan dari pada kepentingan dirinya sendiri. Bahkan dalam segala situasi, ia

    selalu mendampingi perjuangan Nabi SAW. Kesempurnaan akhlaknya tersebut

    memberi nilai-nilai pendidikan yang patut kita teladani yang diantaranya;

    Ketegasan, keberanian, kedermawanan, keadilan, kejujuran, dan kewibawaan.Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (Library Research)

    yaitu suatu jenis penelitian yang mengacu pada khazanah kepustakaan seperti

    buku-buku, artikel dan lain-lain. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan

    metode analisis deskriptif yaitu penulis menganalisis masalah yang akan dibahas

    dengan cara mengumpulkan data-data kepustakaan dengan membaca, meneliti,

    menelaah dan menghimpun dan menganalisa beberapa literature yang ada

    relevansinya dengan topik pembahasan skripsi.

    Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa

    kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq banyak mengandung nilai-nilai

    pendidikan Islam antara lain: Ketegasan, keberanian, kedermawanan, keadilan,

    kejujuran dan kewibawaan.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    6/96

    ii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

    dan limpahan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

    judul Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Nilai-nilai Pendidikan

    Islam yang Terkandung di Dalamnya. Shalawat serta salam semoga tetap

    tercurahkan kepada sang pemimpin umat islam yang telah membawa risalah

    cahaya Islami, yakni baginda Rasulullah SAW.

    Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi

    strata satu (S-1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Banyak sekali rintangan serta hambatan yang penulis rasakan dalam

    penulisan skripsi ini, namun Alhamdulillah berkat pertolongan dan bantuan dari

    berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama kepada

    Ayahanda Muhammad Nasir dan Ibunda Siti Arisah tercinta yang telah

    membiayai kuliah, memberikan doa, curahan kasih sayang, motivasi dan saran

    baik secara moril maupun materil sehingga Alhamdulillah penulis dapat

    menyelesaikan kuliah ini. Selanjutnya penulis perlu menyampaikan ucapan

    terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya terutama kepada:

    1. Ibu Dra. Nurlena Rifai, MA. Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

    dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, dan Ibu Hj. Marhamah Shaleh, Lc.

    MA, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

    Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

    3. Bapak Drs. H. Ghufron Ihsan, MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang

    telah sabar membimbing, memberikan saran, arahan, motivasi dan telah

    meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran di sela-sela kesibukannya dalam

    penyusunan skripsi ini.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    7/96

    iii

    4.

    Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    yang telah memberikan pengetahuan, pemahaman dan pelayanan selama

    melaksanakan studi.

    5.

    Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FITK UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan baik selama studi

    maupun dalam penulisan skripsi.

    6. Orang tua tercinta Muhammad Nasir dan Siti Arisah yang telah membiayai,

    memberikan motivasi, doa serta kasih sayang hingga terselesainya skripsi ini.

    Saya mungkin belum bisa membalas kebaikan semuanya itu, saya hanya bisa

    mengucapkan Syukron katsiron Jazakumullah ahsana jaza. Amiin.

    7. Teman-teman PAI seperjuangan, khususnya kelas B angkatan 2008-2009

    yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala

    perhatian, dukungan serta motivasinya. Semoga Allah meridhoi segala usaha

    dan harapan kita, serta silaturrahmi diantara kita tetap terjalin.

    Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua

    pihak atas seluruh bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis

    dalam menyusun skripsi ini semoga Allah SWT senantiasa memberikan sinar

    terang kepada seluruh hambanya dan semoga aktivitas penulis selalu diberkahi-

    Nya dan diberikan hidayah-Nya.

    Terlepas dari segala kekurangan yang ada, semoga skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi pembaca, serta penulis juga berharap kritik dan saran yang

    bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan selanjutnya.

    Jakarta, April 2014

    Hermanto

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    8/96

    iv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

    ABSTRAKS.................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

    DAFTAR ISI................................................................................................... iv

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

    B. Pembatasan Masalah................................................................. 5

    C. Perumusan Masalah ................................................................. 6

    D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

    E. Metode Penelitian .................................................................... 7

    BAB II RIWAYAT HIDUP ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

    A.Riwayat Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq sebelum masuk

    Islam ........................................................................................ 8

    1.Nama, Nasab, Kuniyah dan Laqab Abu Bakar

    Ash-Shiddiq ........................................................................ 8

    2.Kelahiran, Gambaran dan Ciri Fisik Abu Bakar

    Ash-Shiddiq ......................................................................... 9

    3.Keluarga Abu Bakar Ash-Shiddiq ....................................... 10

    4.

    Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Masyarakat

    Jahiliyah ............................................................................... 10

    B.Riwayat Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq setelah masuk

    Islam ......................................................................................... 13

    1. Keislaman Abu Bakar Ash-Shiddiq ..................................... 13

    2.

    Dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq ........................................ 15

    3. Ujian dan Cobaan yang Dialami Oleh Abu Bakar ............... 16

    4.

    Pembelaan Abu Bakar Ash-Shiddiq kepada Rasulullah ...... 18

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    9/96

    v

    C.

    Riwayat Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika menjadi

    Khalifah ............................................................................................. 20

    1. Proses Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq .................... 20

    2. Masa Kepemimpinan Abu Bakar ........................................ 22

    3. Wafatnya Abu Bakar-Ash-Shiddiq ..................................... 29

    BAB III PENGERTIAN, DASAR DAN TUJUAN NILAI PENDIDIKAN

    ISLAM

    A.

    Pengertian Nilai Pendidikan Islam ........................................... 31

    B.

    Dasar-dasar Nilai Pendidikan Islam ......................................... 34

    C.Tujuan Menggali Nilai-nilai Pendidikan Islam ........................ 40

    BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG TERKANDUNG

    DALAM KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ DAN

    UPAYA IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN

    A.Nilai-nilai Pendidikan Islam ..................................................... 43

    1.

    Ketegasan ............................................................................. 43

    2.

    Keberanian ........................................................................... 45

    3. Kedermawanan .................................................................... 49

    4. Keadilan ............................................................................... 52

    5.

    Kejujuran ............................................................................. 55

    6. Kewibawaan ........................................................................ 56

    B.Implementasi nilai-nilai Pendidikan Islam ............................... 59

    1.

    Ketegasan dalam Mendidik ................................................ 59

    2. Keberanian dalam Mendidik ................................................ 62

    3. Kedermawanan dalam Mendidik ......................................... 65

    4. Keadilan dalam Mendidik .................................................... 67

    5. Kejujuran dalam Mendidik .................................................. 68

    6. Kewibawaan dalam Mendidik ............................................. 72

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    10/96

    vi

    BAB V PENUTUP

    A.Kesimpulan ............................................................................... 75

    B.Saran ......................................................................................... 78

    DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 79

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    11/96

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kepemimpinan muncul bersama-sama adanya peradaban manusia

    yaitu sejak zaman nabi-nabi dan nenek moyang manusia. Sejak itulah terjadi

    kerjasama antar manusia, dan ada unsur kepemimpinan.1

    Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain.

    Keberhasilan seorang pemimpin tergantung kepada kemampuannya untukmempengaruhinya. Dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan sebagai

    kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi

    baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan

    orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang

    hati bersedia mengikuti kehendak pemimpinnya.2

    Kepemimpinan dalam Islam didasari oleh kepercayaan, serta

    menekankan pada ketulusan, integritas dan kepedulian. Kepemimpinan

    dalam Islam berakar pada kepercayaan dan kesediaan untuk berserah diri

    kepada Allah yang Maha Pencipta. Semua kembali kepada menjalankan

    kehendak Tuhan. Kepemimpinan Islam sudah merupakan fitrah bagi setiap

    manusia yang sekaligus memotivasi kepemimpinan yang Islami. Manusia

    diamanati Allah untuk menjadi khalifah Allah (wakil Allah) dimuka bumi,

    1Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

    Persada, 2001), h. 28.2

    Pandji Anoraga, Psikologi Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), Cet.III, h. 2.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    12/96

    2

    yang bertugas merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi

    alam semesta. Konsep amanah yang diberikan kepada manusia sebagai

    khalifah fil ardi menempati posisi sentral dalam kepemimpinan Islam.

    Logislah bila konsep amanah kekhalifahan yang diberikan kepada manusia

    menuntut terjalinnya hubungan interaksi yang sebaik-baiknya antara

    manusia dengan pemberi amanah yaitu dengan mengerjakan semua perintah

    Allah menjauhi laranganNya, dan ikhlas menerima hukum-hukum atau

    ketentuannya.3

    Gulen sebagai sejarahwan mengungkapkan sebagaimana dikutip oleh

    Fuad Nashori menyebutkan bahwa Nabi Muhammad adalah pemimpin yang

    universal sekaligus unik. Beliau telah menjadi model bagi para pemimpin

    Islam dan para pengikutnya sepanjang masa. Pemimpin muslim yang sukses

    selalu berusaha untuk memperoleh pengetahuan praktis dan juga

    kompetensi untuk dapat diterapkan dalam situasi yang tepat. Masyarakat

    biasanya akan mengikuti arahan pemimpin apabila mereka percaya bahwa

    pemimpin tersebut mengetahui apa yang dilakukannya. Di dalam Islam

    calon pemimpin didorong untuk memiliki berbagai karakter yang baik

    seperti: kejujuran, kesabaran, kerendahan hati, keluhuran budi, pemahaman

    diri, kesediaan untuk berkonsultasi atau meminta pendapat orang lain,

    keadilan, kesederhanaan dan bertanggung jawab.4

    Kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin

    dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang

    sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan individu-

    individu yang dipimpin.5

    Nabi Muhammad tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan

    menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau

    wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum

    muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah tidak lama setelah

    beliau wafat, belum lagi jenazahnya dimakamkan sejumlah tokoh Muhajirin

    3Fuad Nashori,Psikologi Kepemimpinan, (Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2009) h. 3.

    4

    Ibid.,h. 5.5Kartini Kartono, op.cit., h. 5.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    13/96

    3

    dan Anshor berkumpul dibalai kota Bani Saidah. Mereka

    memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah

    berjalan cukup lama karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun

    Anshor sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin. Namun dengan

    semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi akhirnya Abu Bakar terpilih.

    Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar disebut Khalifah

    Rasulillah. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah nabi wafat

    untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin dan

    kepala pemerintahan.6

    Pemilihan dan penetapan Abu Bakar sebagai pemimpin dilakukan

    secara demokratis. Pencalonannya dilakukan oleh Umar bin Khatab

    kemudian disetujui oleh semua umat Islam. Cara ini dilakukan karena

    Rasulullah tidak menunjuk pengganti.7

    Berdasarkan pengalaman sejarah, beragam latar belakang yang

    dialami oleh para pemimpin Islam sebelum mereka menduduki kursi

    kepemimpinan. Rasulullah memimpin umat Islam atas perintah Allah

    secara langsung dengan diutusnya beliau menjadi Nabi dan selanjutnya

    beliau memperoleh baiat (janji setia) dari para sahabat. Selanjutnya, para

    shahabat radhiyallahu anhum yang terpilih menjadi pemimpin pertama

    yang menggantikan beliau setelah wafat adalah Abu Bakar Ash-shiddiq.8

    Ada beberapa faktor yang mendasari terpilihnya Abu Bakar sebagai

    pemimpin, yaitu:

    1. Menurut pendapat umum yang ada pada zaman itu, seorang khalifah

    (pemimpin) haruslah berasal dari suku Quraisy; pendapat ini didasarkan

    pada hadits Nabi Muhammad yang berbunyi "al-aimmah min Quraisy"

    (kepemimpinan itu di tangan orang Quraisy).

    6Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

    2008), h. 35.7Didin Saefuddin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007),

    Cet. I, h. 33. 8Fuad Nashori, op. cit., h. 14.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    14/96

    4

    2.

    Sahabat sependapat tentang ketokohan pribadi Abu Bakar sebagai

    pemimpin karena beberapa keutamaan yang dimilikinya, antara lain adalah

    laki-laki dewasa pertama yang memeluk Islam, satu-satunya sahabat yang

    menemani Nabi Muhammad SAW pada saat hijrah dari Makkah ke

    Madinah dan ketika bersembunyi di Gua Tsur, beliau ditunjuk oleh

    Rasulullah untuk mengimami shalat pada saat beliau sedang uzur, dan Abu

    Bakar keturunan bangsawan, cerdas, dan berakhlak mulia.

    3. Beliau sangat dekat dengan Rasulullah SAW, baik dalam bidang agama

    maupun kekeluargaan.9

    Abu Bakar dikenal dengan beberapa julukan di antaranya adalah Ash-

    Shiddiq yang artinya jujur dan membenarkan, karena beliau selalu mengakui

    dan membenarkan Nabi Muhammad dalam segala hal yang beliau

    sampaikan. Selain itu sifat Ash-shiddiq selalu menghiasi setiap ucapan dan

    tingkah lakunya sehari-hari. Kemuliaan dan keutamaan sifat-sifat Abu

    Bakar membuat bangga para ahli ilmu. Mereka tak dapat menentukan, dari

    mana harus memulai membahas sifat-sifat utamanya, karena semua dirinya

    dan segala yang tampak padanya adalah keutamaan.

    Dengan demikian, dapat digambarkan bahwa Abu Bakar memiliki

    salah satu sifat utama yang akan senantiasa diingat ketika seseorang

    menyebutkan namanyaAsh-shiddiq. Itulah sifat yang tidak akan pernah bisa

    dilepaskan dari dirinya. Sifat Ash-shidq (jujur) dan Ash-shiddiq (jujur dan

    membenarkan) telah menjadi bagian dirinya. Jika nama Abu Bakar

    disebutkan, sifat jujur pasti disertakan. Keimanan tak dapat dilepaskan dan

    keduanya melekat pada sosok Abu Bakar.10

    Pernyataan tersebut menunjukan bahwa Abu Bakar merupakan sosok

    yang jujur, dan memiliki keimanan yang kuat yang melekat pada dirinya.

    9Mohd Fachruddin Fuad, Perkembangan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan

    Bintang, 1995), h. 77.10

    Musthafa Murad,Kisah Hidup Abu Bakar Al-Shiddiq, (Jakarta: zaman, 2009), Cet.I, h. 31.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    15/96

    5

    Implikasinya terhadap pendidikan Islam adalah dalam pendidikan

    sangatlah penting adanya sifat kejujuran, dimana kejujuran seorang pendidik

    itu dapat membentuk karakter siswa untuk lebih baik.

    Sebagai pemimpin sekaligus sebagai pendidik umat, kepemimpinan

    Abu Bakar banyak mengandung nilai-nilai pendidikan antara lain kejujuran,

    keberanian, dan lain sebagainya. Hal ini terlihat ketika pidato pertamanya

    setelah diangkat menjadi khalifah berbuyi:

    Aku diangkat menjadi pemimpin kalian, bukan berarti aku orang yang

    terbaik dari kalian. Kalau aku memimpin dengan baik, maka bantulah aku.

    Jika aku salah, maka hendaklah kalian meluruskanku. Kejujuran adalahamanat dan kebohongan adalah khianat. Orang lemah diantara kalian adalah

    orang kuat menurut pandanganku sampai aku menunaikan apa yang menjadi

    haknya. Orang kuat diantara kalian adalah orang lemah menurut

    pandanganku hingga aku menggambil hak darinya.11

    Gaya pidato kepemimpinan yang dilakukan Abu Bakar As-shiddiq

    tersebut, memiliki implikasi terhadap pendidikan Islam, bahwa para

    pendidik yang berfungsi sebagai pemimpin hendaklah bersikap jujur

    terhadap anak didiknya. Maka guru yang jujur adalah salah satu alternatif

    yang sangat baik dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan Islam.

    Pemaparan seperti diataslah yang melatarbelakangi penulis merasa

    tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam lagi tentang sosok

    kepribadian dan karakter kepemimpinan Abu Bakar Ash-shiddiq.

    Dari latar belakang masalah diatas, penulis menuangkan dalam bentuk

    skripsi yang berjudul KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

    DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG TERKANDUNG

    DI DALAMNYA.

    B. Pembatasan Masalah

    Agar pembahasan penelitian ini lebih terarah dan tidak melebar jauh

    dari ruang lingkup penelitian, maka penulis membatasi masalah ini pada

    11

    Syaikh Muhammad Said Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah,(Jakarta: Pustaka AL-Kautsar, 2007), Cet. 3, h. 8.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    16/96

    6

    kepemimpinan Abu Bakar Ash-shiddiq dan nilai-nilai pendidikan Islam

    yang terkandung di dalamnya.

    C. Perumusan Masalah

    Dengan berpijak dari pemaparan latar belakang masalah yang telah

    diuraikan diatas, maka inti yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini

    adalah:

    1. Bagaimanakah kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq?

    2.

    Nilai-nilai pendidikan Islam apa sajakah yang terkandung dalam

    kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq?

    3. Bagaimanakah implementasinya terhadap pendidikan?

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.

    Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan utama dari penelitian penulisan skripsi ini adalah penulis

    ingin menjelaskan kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan nilai-nilai

    pendidikan Islam yang terkandung di dalamnya.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Memperbanyak khazanah pengetahuan di lingkungan lembaga pendidikan

    khususnya dalam pendidikan islam.

    b. Menambah khazanah kepustakaan dalam meneliti dan memahami

    kepemimpinan Abu Bakar dan nilai-nilai pendidikan Islam.

    c. Memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kepemimpinan

    Abu Bakar Ash-shiddiq dan nilai-nilai pendidikan Islam.

    E. Metodelogi Penelitian

    Metode yang digunakan penulis dalam penelitian skripsi ini adalah

    metode deskriptif analisis, yaitu penulis menganalisis masalah yang akan

    dibahas dengan cara mengumpulkan data-data kepustakaan, yaitu membaca,

    meneliti, menelaah, menghimpun dan menganalisa beberapa literature dan

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    17/96

    7

    kepustakaan yang ada relevansinya dengan masalah yang akan dibahas

    dalam penyusunan skripsi ini.

    Sumber data yang penulis gunakan adalah buku-buku yang berkaitan

    dengan topik pembahasan skripsi, buku-buku tersebut antara lain:

    1. Ibrahim al-Quraibi, Tarikh Khulafa, Jakarta: Qhisti Press, 2009.

    2. Husain Muhammad Haikal,Khalifah Rasulullah Abu Bakar Ash-Shiddiq,

    Solo CV. Pustaka Mantiq, 1994.

    3. Ali Muhammad Ash-shalabi,Biografi Abu Bakar As-shiddiq, Jakarta:

    Pustaka Al-kausar, 2013.

    4. Al- Hafizh Ibnu Katsir,Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang

    Agung, Jakarta: Darul Haq, 2011.

    5. Misbah Em Majidy,Abu Bakar The 1st Khalifah, Bandung: PT. Sygma

    Examedia Arkanlema, 2013.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    18/96

    8

    BAB II

    RIWAYAT HIDUP ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

    A. Riwayat Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq Sebelum Masuk

    Islam

    1. Nama, Nasab, Kuniyah dan Laqab Abu Bakar Ash-Shiddiq

    Abu Bakar lahir di Mekkah dua tahun beberapa bulan setelah tahun

    Gajah. Namanya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Kaab

    bin Saad bin Taim bin Murrahbin Kaab bin Luaib bin Ghalib Al-Qurasyi

    At-Taimi. Nasab Abu Bakar Ash-Shiddiq bertemu dengan nasab Nabi

    Muhammad pada kakek keenam yaitu Murrah bin Kaab.1

    Ia memiliki nama Kuniyah Abu Bakar (Bakr), dari kata, Al-Bakr

    yang artinya adalah unta yang muda dan kuat. Bentuk jamaknya adalah,

    Bikar dan abkur. Orang Arab menyebut Bakr, yaitu moyang sebuah

    kabilah yang besar.

    Abu Bakar Ash-Shiddiq memiliki sejumlah nama laqab atau julukanyang kesemuanya menunjukan pengertian luhurnya derajat dan kedudukan

    serta kemuliaan jejak langkah dan nasab. Diantaranya adalah Al-Atiq dan

    Ash-Shiddiq.

    Rasulullah SAW menyifatinya dengan Atiq bin An-nar(orang yang

    terbebas dari api neraka), sehingga dia lebih dikenal dengan nama Atiq.

    1

    Ali Muhammad Ash-Shalabi,Biografi Abu Bakar As-shiddiq, (Jakarta: Pustaka Al-kausar, 2013), h. 22.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    19/96

    9

    Ada yang mengatakan bahwa ia dipanggil dengan Atiq karena kebagusan

    rupanya. Sedangkan gelar Shiddiq, nama julukan ini diberikan oleh

    Rasulullah kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq karena ia selalu membenarkan

    dan mempercayai Rasulullah. Umat bersepakat atas julukan Ash-Shiddiq

    bagi Abu Bakar, karena ia senantiasa langsung membenarkan dan

    mempercayai Rasulullah tanpa pernah ia bersikap agak bimbang serta

    senantiasa berkomitmen pada kebenaran dan kejujuran, tanpa pernah

    melakukan hal-hal yang tidak baik.2

    2. Kelahiran, Gambaran dan Ciri Fisik Abu Bakar Ash-Shiddiq

    Ulama sudah tidak berselisih lagi bahwa Abu Bakar dilahirkan setelah

    tahun gajah. Namun mereka masih berselisih mengenai kapan persisnya

    kelahiran Abu Bakar. Ada sebagian ulama mengatakan, bahwa Abu Bakar

    lahir tiga tahun setelah tahun gajah. Ada pula yang mengatakan, dua tahun

    enam bulan setelah tahun gajah. Dan ada pula yang mengatakan dua tahun

    beberapa bulan setelah tahun gajah, tanpa menyebutkan jumlah bulannya

    secara spesifik.

    Abu Bakar tumbuh dan berkembang dengan mulia dan baik dalam

    asuhan kedua orang tua yang memiliki kehormatan, kedudukan dan

    kemuliaan di tengah kaumnya. Hal ini menjadi salah satu faktor yang

    menjadikan Abu Bakar tumbuh dan berkembang sebagai sosok yang

    terhormat, mulia dan memiliki kedudukan penting di tengah kaumnya.

    Adapun mengenai gambaran dan ciri-ciri fisik Abu Bakar, maka ia

    dideskripsikan sebagai sosok yang bertubuh kurus dan berkulit putih.

    Aisyah menerangkan ciri fisik Abu Bakar dengan mengatakan, beliau

    berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang, wajahnya selalu

    berkeringat, berkening lebar memiliki urat tangan yang tampak menonjol

    2Ibid., h. 24.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    20/96

    10

    dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai daun pacar maupun daun

    pohon al-katam.3

    3. Keluarga Abu Bakar Ash-Shiddiq

    Bapaknya adalah Utsman bin Amir bin Amr dan memiliki nama

    kuniyah Abu Quhafah. Ia masuk Islam pada Fathu Makkah. Ibunda Abu

    Bakar adalah Salma binti Shakhr bin Amr bin Kaab bin Saad bin Taim.

    Nama kuniahnya adalah Ummu Al-Khair.

    Ia menikahi dengan empat isteri yang memberinya tiga anak laki-laki

    dan tiga anak perempuan. Para isteri Abu Bakar itu adalah; Qutailah binti

    Abd Al-Uzza bin Saad bin Jabir bin Malik, Ummu Ruman binti Amir bin

    Uwaimir, Asma binti Umais bin Mabad bin Al-Harits dan Habibbah binti

    Kharijah. Dalam pernikahannya Abu Bakar memperoleh tiga orang laki-laki

    dan dua orang perempuan yang diantaranya; Abdurrahman bin Abu Bakar

    Ash-Shiddiq, Abdullah bin Abu Bakar Ash-Shiddiq, Muhammad bin Abu

    Bakar Ash-Shiddiq, Asma binti Abu Bakar, Ummu Kultsum binti Abu

    Bakar. Itulah keluarga Abu Bakar yang diberkahi dan dimuliakan oleh Allah

    dengan Islam.4

    4. Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Masyarakat Jahiliyah

    Sejak kecil Abu Bakar hidup seperti layaknya anak-anak lainnya di

    kota Mekah. Tatkala usianya menginjak masa dewasa, kemudian beliau

    berdagang sebagai penjual kain. Sebagai seorang pedagang kain, Abu Bakar

    sangat berhasil dalam usahanya sehingga memperoleh keuntungan yang

    besar. Keberhasilan usaha dagangnya disebabkan oleh kepribadian dan

    akhlaknya yang mulia, sehingga sangat disenangi orang.5

    3Al- Hafizh Ibnu Katsir, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung,

    (Jakarta: Darul Haq, 2011), Cet. VIII, h. 5.4Ali Muhammad Ash-Shalabi, op. cit., h. 28.

    5

    Husain Muhammad Haikal, Khalifah Rasulullah Abu Bakar Ash-Shiddiq, (Solo:CV. Pustaka Mantiq, 1994), Cet. 1, h. 33.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    21/96

    11

    Abu Bakar hidup di Mekah al-Mukkaramah dan tidak pernah

    meninggalkan kota suci itu kecuali untuk urusan dagang. Ia tumbuh sebagai

    pemuda berakhlak mulia dan memiliki kepribadian yang baik. Selain itu

    mempunyai harta yang banyak, mempunyai karisma, kebaikan dan

    keutamaan diantara kaumnya. Abu Bakar memberi sesuatu pada orang yang

    tidak memilikinya serta kedudukannya tidak bisa dianggap remeh. Abu

    Bakar dikenal sebagai seorang yang mulia, jujur, baik, pemurah, baik

    ditengah kaum maupun keluarganya. Semua penduduk Mekkah mengakui

    hal tersebut.

    Imam Nawawi menjelaskan, Abu Bakar adalah pemimpin kaum

    Quraisy di masa Jahiliyah, beliau selalu dilibatkan dalam musyawarah, dan

    dicintai kaumnya. Ketika Islam datang, Abu Bakar meninggalkan segalanya.

    Ia masuk Islam secara sempurna, senantiasa menambah wawasannya,

    menambah kebaikannya sampai beliau meninggal dunia.6

    Pada masa jahiliyah, Abu Bakar termasuk salah satu orang Quraisy

    yang terkemuka, terhormat dan salah satu tokoh terkenal baik. Sebelum

    munculnya Islam, kemuliaan dan kehormatan di kalangan Quraisy berada di

    tangan sepuluh orang dari sepuluh marga. Dan beliau keturunan dari bani

    Taim, Abu Bakar adalah orang yang memegang jabatan yang megurusi al-

    asynaq, yaitu diyat dan denda. Jika ia mengambil alih suatu beban

    tanggungan diyat atau denda, lalu ia meminta bantuan kepada kaum

    Quraisy untuk ikut menanggungnya, maka mereka mempercayainya dan

    meluruskan pengambil alihan tersebut. Namun jika orang lain selain Abu

    Bakar yang mengambil alih, maka mereka tidak mau membantu. Dalam

    masyarakat jahiliyah, Abu Bakar termasuk salah satu orang terkemuka,

    terhormat, terpandang dan terbaik.

    Abu Bakar dikenal dengan sejumlah hal yang diantaranya adalah:

    1. Ilmu pengetahuan tentang nasab

    Abu Bakar termasuk salah satu ahli nasab dan pakar tentang berita

    bangsa Arab. Dalam hal ini, ia memiliki catatan pengalaman dan

    6Ibrahim al-Quraibi, Tarikh Khulafa, (Jakarta: Qhisti Press, 2009), Cet. I h. 110.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    22/96

    12

    kapabilitas yang cukup besar, sehingga menjadikan dirinya master atau

    guru bagi banyak para pakar nasab seperti Uqail bin Abu Thalib dan

    yang lain.

    2.

    Perniagaaan

    Pada masa sebelum Islam, Abu Bakar adalah seorang saudagar.

    Beliau masuk ke Bushra dari negeri Syam untuk berniaga. Ia terbiasa

    melintang menjelajahi negeri-negeri yang ada. Ia memiliki modal

    sebesar empat puluh ribu dirham. Pada masa sebelum Islam Abu Bakar

    adalah sosok yang dikenal sangat dermawan.

    3.

    Familiar, menarik, bersahabat dan disukai banyak orang

    Ibnu Ishaq dalam As-Sirah menuturkan, bahwa mereka sangat

    menyukai Abu Bakar dan senang kepadanya. Mereka mengakui bahwa

    beliau adalah sosok yang memiliki keutamaan yang agung dan akhlak

    yang mulia.

    4. Tidak pernah meminum minuman keras

    Abu Bakar termasuk orang yang paling menjaga kehormatannnya,

    sampai beliau mengharamkan minuman keras atas dirinya sendiri

    sebelum Islam.

    5.

    Tidak menyembah berhala

    Abu Bakar sama sekali tidak pernah menyembah berhala. Beliau

    berkata ditengah-tengah sekumpulan para sahabat, Aku sama sekali

    tidak pernah menyembah berhala, bahkan sampai aku mulai menginjak

    akil baligh.7

    Demikianlah Abu Bakar dengan keutamaan-keutamaan yang ada pada

    dirinya. Beliau dikenal sebagai orang yang rendah hati, pemaaf dan

    dermawan. Beliau juga paling mengerti dengan garis keturunan Arab.

    Kejujuran, kesucian hatinya serta sikap yang luwes terhadap orang lain

    membuat ia sukses dalam berbisnis. Abu Bakar telah mengharamkan khamr

    atas dirinya, beliau tidak pernah meminum minuman haram tersebut setetes

    pun selama hidupnya. Baik pada masa jahiliyah, maupun setelah beliau

    7Ali Muhammad Ash-Shalabi, op. cit., h. 36.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    23/96

    13

    memeluk agama Islam. Abu Bakar juga sama sekali tidak pernah sujud di

    hadapan berhala.

    Betapa mulianya Abu Bakar, sosok yang memiliki nilai-nilai yang

    luhur, akhlak terpuji, watak dan karakter yang mulia dalam masyarakat

    Quraisy sebelum Islam.

    B. Riwayat Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq Setelah Masuk Islam

    1. Keislaman Abu Bakar Ash-Shiddiq

    Keislaman Abu Bakar adalah hasil dari sebuah perjalanan yang

    panjang dalam usaha mencari agama yang benar dan selaras dengan fitrah

    yang lurus dan mampu memenuhi dan hasrat spiritualnya serta sesuai

    dengan akal yang cerdas serta daya fikir yang tajam. Abu Bakar termasuk

    orang yang menjaga diri di masa jahiliyah. Dia tidak pernah bersujud

    kepada berhala dan bahkan berusaha mencari agama yang benar dan sesuai

    dengan fitrah yang suci. Dengan profesinya sebagai pedagang, beliau sering

    melakukan perjalanan jauh ke berbagai wilayah. Dalam perjalananya inilah

    beliau selalu berhubungan dengan penganut berbagai agama demi mencari

    agama yang paling benar sesuai fitrah manusia.8

    Pengetahuan dan wawasan Abu Bakar yang mendalam serta

    hubungannya yang sangat kuat dengan nabi adalah faktor signifikan yang

    memotivasi dirinya untuk langsung memenuhi dan menerima dakwah Islam

    melalui Nabi Muhammad. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran

    yang dibawa oleh nabi Muhammad. Dikarenakan sejak kecil, ia telah

    mengenal keagungan Rasulullah Saw. Beliau dikenal sebagai sosok yang

    ramah, jujur, halus, santun dan penuh kesopanan serta memiliki watak dan

    kepribadian yang baik dan mulia. Ia tidak segan untuk menumbuhkan

    segenap jiwa dan harta bendanya untuk Islam.9

    8

    Ibid., h. 42.9Ibid., h. 42.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    24/96

    14

    Suatu kisah seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud yang

    diceritakan sendiri oleh Abu Bakar, tentang bagaimana Abu Bakar ash-

    shiddiq memeluk agama Islam.

    Aku menemui seorang ahli kitab. Ketika ahli kitab ini melihatku, dia

    berkata Tampaknya kau berasal dari Haram.Aku berkata Ya, aku dari

    Haram.Kemudian ahli kitab itu berkata Tampaknya kau berasal dari suku

    Quraisy? Aku berkata Ya. Kemudian dia berkata Tampaknya kau

    berasal dari Bani Taim? Aku berkata Ya. Orang tua itu terus

    menyambung katanya, Ada satu hal yang hendak aku tanyakan darimu,

    yaitu tentang diri tuan sendiri. Apakah tak keberatan jika aku lihat

    perutmu?Aku menolak dan bertanya Kau harus memberitahuku dulu,

    kenapa aku harus melihatkan perutku? Kemudian dia berkata padaku aku

    membaca di dalam kitab suci, bahwa seorang nabi akan diutus di Haram,

    dan dua orang akan bersama nabi ini dan menolongnya di sepanjang waktu.

    Yang satu adalah anak muda, dan yang kedua adalah orangtua paruh baya.

    Dan untuk orang yang paruh baya, tubuhnya kurus dan punya kulit yang

    sangat putih. Dia punya tanda di atas perutnya, dia juga punya tanda di paha

    kirinya. Aku telah melihat semua tanda yang tersembunyi. Tunjukkan aku

    perutmu. Aku menunjukkan perutku dan melihat ada tanda di atas perutku.

    Dia bersumpah demi Tuhan dari Kabah aku bersumpah demi Tuhan dari

    Kabah bahwa kaulah orangnya yang telah disebutkan dalam kitab suci

    kami. Kemudian dia memberiku nasihat yang baik. Dan setelah

    menyelesaikan pekerjaanku, aku meninggalkan Yaman dan berjalan menuju

    Makkah al- Mukarramah, dan aku menunggu kedatangan nabi terakhir ini.

    Dan ketika dia tahu bahwa nabi terakhir ini tidak lain tidak bukan

    adalah teman masa kecilnya, yaitu Muhammad bin Abdullah. yang telah

    menerima wahyu dari Allah, maka tanpa keraguan sedikit pun, Abu Bakar

    langsung beriman dan mengucapkan kalimat La ilaha ilallah muhammadar

    rasulullah.10

    10

    http://www.lampuislam.blogspot.com/2013/08/besarnya-cinta-abu-bakar-ash-shiddiq-ra.html.Diakses pada 16 Maret 2014.

    http://www.lampuislam.blogspot.com/2013/08/besarnya-cinta-abu-bakar-ash-shiddiq-ra.htmlhttp://www.lampuislam.blogspot.com/2013/08/besarnya-cinta-abu-bakar-ash-shiddiq-ra.htmlhttp://www.lampuislam.blogspot.com/2013/08/besarnya-cinta-abu-bakar-ash-shiddiq-ra.htmlhttp://www.lampuislam.blogspot.com/2013/08/besarnya-cinta-abu-bakar-ash-shiddiq-ra.htmlhttp://www.lampuislam.blogspot.com/2013/08/besarnya-cinta-abu-bakar-ash-shiddiq-ra.html
  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    25/96

    15

    Tak ada yang membantah, Abu Bakar tergolong pembesar Quraisy di

    masa Jahiliyah ditengah kaumnya, Abu Bakar dicintai dan terpandang dan

    punya kedudukan tinggi, karena beliau memiliki akhlak dan etika terpuji,

    menjauhi adat-adat buruk Jahiliyah yang dilakukan kebanyakan orang.

    Karakter yang Abu Bakar miliki mendorongnya untuk langsung menerima

    dakwah baru dari Nabi Muhammad dengan semangat dan penuh kerinduan.

    Ia seakan mendapatkan mutiaranya yang hilang dan selama ini dinantikan.

    Abu Bakar termasuk orang yang pertama kali menyambut dan memeluk

    Islam, membawa panjinya, dan bahu membahu mendakwahkannya bersama

    Nabi Muhammmad. Abu Bakar memiliki peranan yang besar dalam

    keislaman beberapa sahabat yang lain.

    Imam Nawawi menjelaskan, bahwa Allah-lah yang menamakan Abu

    Bakar melalui lisan Nabi Muhammmad, dengan Nama ash-Shiddiq. Alasan

    pemberian nama itu adalah karena Abu Bakar segera membenarkan dan

    terus membenarkan Rasulullah. Abu Bakar tidak pernah menunda-nunda

    atau menangguhkannya dalam kondisi apapun. Dalam sejarah Islam Abu

    Bakar telah menorehkan kisah-kisah cemerlang.11

    2. Dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq

    Sejak hari pertama Abu Bakar sudah bersama-sama dengan

    Muhammad melakukan dakwah demi agama Allah. Keakraban

    masyarakatnya dengan dia, kesenangannya bergaul dan mendengarkan

    pembicaraannya, besar pengaruhnya terhadap muslimin yang mula-mula

    dalam Islam itu. yang mengikuti jejak Abu bakar menerima Islam ialah

    Usman bin Affan, Abdur-Rahman bin auf, Talha bin ubaidillah, Saad bin

    abi waqqas dan zubair bin awam. sesudah mereka yang kemudian menyusul

    masuk Islam atas ajakan Abu Bakar ialah Abu ubaidah bin jarrah dan

    banyak lagi yang lain dari penduduk mekah.

    Abu Bakar membawa para sahabat yang mulia tersebut satu persatu

    secara sendiri-sendiri, lalu masuk Islam dihadapan Rasulullah. Maka mereka

    11Ibrahim al-Quraibi, Tarikh Khulafa, (Jakarta: Qhisti Press, 2009), Cet. I, h. 112.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    26/96

    16

    pun menjadi tiang dan pilar-pilar yang menjadi penyangga pertama dan

    utama untuk dakwah Islam. Mereka adalah tokoh-tokoh yang menjadi bekal

    pertama dan utama dalam menguatkan dan memperkokoh posisi Rasulullah.

    Jejak dan catatan Abu Bakar begitu besar ditengah kaum dan klannya. Abu

    Bakar adalah sosok yang disukai dan dicintai kaumnya, familiar, bersahabat,

    mudah diterima, lembut, ramah, orang Quraisy yang paling pakar tentang

    nasab Quraisy, bahkan ia adalah pakar nasab yang tidak ada duanya pada

    zamannya. Abu Bakar adalah sosok pemimpin dan pemuka yang dihormati,

    dermawan dan gemar membantu. Beliau biasa menyediakan jamuan bagi

    para tamu dalam bentuk yang tidak ada seorangpun yang melakukannya.

    Disamping itu beliau adalah sosok yang memiliki lisan yang fasih.12

    Demikian setianya Abu Bakar kepada Nabi Muhammad dan agama

    Islam, sehingga seluruh kekuatan yang dimilikinya semua dikerahkan untuk

    kepentingan dan kejayaan Islam. Ini tidak hanya ketika ia berada di kota

    Mekah, tetapi juga pada periode Madinah. Jasa beliau sangat banyak dalam

    upaya pengembangan ajaran Islam di kota Madinah, terlebih saat ia terpilih

    sebagai seorang pemimpin Islam yang pertama, yang menggantikan

    kedudukan Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat Islam.

    3. Ujian dan Cobaan yang Dialami Oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq

    Seiring berjalannya waktu Abu Bakar terus memotivasi Rasulullah

    untuk berdakwah secara terbuka hingga akhirnya Rasulullah menyetujui

    gagasan Abu Bakar untuk berdakwah secara terbuka dihadapan kaumnya.

    Rasulullah beserta para sahabatnya kemudian pergi kemasjid haram untuk

    mensyiarkan risalah Islam. Ditempat tersebut Abu Bakar mengatakan

    dihadapan publik, menjelaskan inti ajaran Islam dan mengajak kaumnya

    memeluk agama mulia ini.

    Utbah bin Rabiah salah seorang diantara kerumunan itu sangat geram

    mendengar perkataan Abu Bakar. Ialu menemui putra Abu Quhafah ini yang

    berada persis di samping Rasulullah. Dia mencaci Abu Bakar dan

    12Ali Muhammad Ash-Shalabi, op. cit., h. 47.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    27/96

    17

    Rasulullah, bahkan sempat menarik sorban beliau. Melihat hal tersebut, Abu

    Bakar dengan keras mencegah Utbah. Benturan fisik diantara keduanya pun

    terjadi. Utbah menghantamkan dua sandalnya ke wajah Abu Bakar, wajah

    Abu Bakar dipukul terus terusan hingga wajah Abu Bakar membengkak

    hingga tidak diketahui lagi bentuk hidungnya darah pun mengalir di

    wajahnya mata hitam Abu Bakar mulai terlihat sayu dan ia pun jatuh

    pingsan selang berapa saat datanglah segerombolan kabilah Abu Bakar,

    kabilah Bani Tamim salah satu kabilah yang besar di kalangan kaum

    Quraisy mereka sangat marah, mereka menyangka Abu Bakar takkan

    tertolong lagi dan membawanya terlebih dahulu kerumahnya dirumah Abu

    Bakar, mereka mengatakan pada Ibunya jika dia hidup, maka berilah dia

    makan dan minumkemudian mereka segera berlalu orang-orang dari Bani

    Tamim tadi langsung mencari dan mendatangi Utbah dan memberi

    ancaman. jika Abu Bakar sampai meninggal, kami akan menuntut balas

    atas kematiannya!!ucap mereka disana, Abu Bakar baru saja siuman, dan

    kalimat pertama yang terucap di mulutnya adalah apa yang terjadi pada

    Rasulullah ? mendengar ucapan anaknya yang masih lemas itu sang Ibu

    berkata apakah kamu masih mengingatnya ? dengan pelan Abu Bakar

    menjawab "demi Allah, aku tidak akan makan atau minum apapun hingga

    jiwaku tenang dengan keadaan Rasulullah Abu Bakar memohon pada

    Ibunya yang saat itu belum masuk Islam agar menemui Fatimah binti Al-

    Khattab untuk menanyakan kabar Rasulullah Ibu, pergilah ke tempat

    Ummu Jamil Fatimah binti Al-Khattab dan buatlah diriku tenang dengan

    menanyakan kabar Rasulullah padanya sang Ibu pun memenuhi

    permohonan anaknya ia pergi ke tempat Fatimah binti Al-Khattab. Abu

    Bakar pun bertanya, Bagaimana keadaan Rasulullah?, lalu Fatimah

    menjawab dia baik-baik saja meyakinkan Abu Bakar demi Allah, aku

    tidak akan makan dan minum hingga aku melihat Rasulullah sendiri

    ucapnya sambil mencoba berdiri tunggulah sebentarucap Fatimah melihat

    Abu Bakar yang sedang berusaha berdiri Abu Bakar pun mulai melangkah

    namun ia terlalu lemah sehingga tak bisa berjalan karena kemauannya yang

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    28/96

    18

    keras akhirnya Abu Bakar bersandar pada keduanya hingga sampai di rumah

    Al-Arqam bin Abi Arqam Abu Bakar sendiri yang mengetuk pintu begitu

    pintu terbuka terlihatlah Nabi yang dipertanyakannya itu Nabi merasa iba

    melihat keadaan Abu Bakar, kemudian beliau menuntunnya dan

    memeluknya Melihat Rasulullah yang khawatir dan kasihan padanya, Abu

    Bakar berkata Demi Allah wahai Rasulullah, aku ini tidaklah apa-apa,

    hanya wajahku saja yang terluka lirihnya Rasulullah melihat luka

    diwajahnya. Nabi pun merasa kasihan dan kemudian berdoa untuknya Abu

    Bakar kemudian berkata ya Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar Dia

    memberikan petunjuk kepada Ibuku! Rasulullah pun berdoa ya Allah,

    berikanlah petunjuk kepada Ibu Abu Bakar. 13

    Begitulah perjuangan Abu Bakar setelah menyatakan dirinya masuk

    Islam, Abu Bakar menjadi sahabat Rasulullah yang berperan sangat besar

    dalam penyebaran risalah Islam. Sikapnya yang selalu membela dan

    mendampingi Rasulullah dari berbagai intimidasi dan hinaan kaum

    musyrikin, pengorbanan beliau dalam menginfakkan hartanya di jalan Allah,

    membebaskan budak muslim dari siksaan kaum musyrik, infak beliau dalam

    persiapan jihad di jalan Allah, keberaniannya dalam berbagai pertempuran

    dan peperangan, perjalanan beliau menemani Rasululah dalam hijrahnya

    menuju Madinah, penderitaan yang dialaminya dalam peristiwa tersebut

    tidak pernah menyurutkan semangat kesetiaannya terhadap Nabi

    Muhammad dan agama yang dibawanya. Abu Bakar belajar bahwa Islam

    adalah amal, dakwah dan jihad. Keimanan baginya tak hanya cukup dengan

    sekedar percaya belaka, namun lebih dari itu keimanan takkan pernah

    sempurna sehingga seorang muslim menyerahkan dirinya sepenuhnya

    kepada Allah SWT.

    4. Pembelaan Abu Bakar Ash-Shiddiq kepada Rasulullah.

    Diantara sifat Abu Bakar yang menjadi kelebihan dan tipikalnya

    adalah pemberani. Ia adalah sosok yang tidak takut kepada siapapun dalam

    13Ibid., h. 49.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    29/96

    19

    menegakkan kebenaran. Ia sama sekali tidak akan terganggu oleh celaan

    orang yang mencela dalam usaha membela agama Allah, bekerja untuk

    kepentingan agama-Nya dan dalam membela Rasul-Nya. Keberanian Abu

    Bakar ini tergambar ketika Uqbah Ibn Abi Muith mencekik Nabi

    Muhammad saat berada di dalam kabah. Imam Bukhari meriwayatkan

    hadis Urwah ibnu Zubair yang bertanya kepada Abdullah ibn Amr ibn Ash,

    ceritakan kepadaku tentang kelakuan paling kasar dari orang musyrik

    terhadap nabi Muhammad Saw.14

    Abdullah ibn Amr menjawab, ketika beliau melakukan shalat di dalam

    kabah, tiba-tiba datang Uqbah ibn Abi muith meletakan selendang di leher

    Nabi Muhammad dan menariknya dengan kuat tak berselang lama, Abu

    Bakar datang beliau pun memegang pundak Uqbah untuk menyelamatkan

    nabi Muhammad Saw.

    Abu Bakar berkata kepadanya dengan membaca sebuah ayat dalam

    surat Al-Mumin ayat 28, yang artinya: Akankah kalian membunuh laki-

    laki yang mengatakan Allah adalah Tuhanku dan datang pada kalian dengan

    bukti dari Allah. Lalu mereka pun berpaling dari Rasulullah dan ganti

    mengeroyok Abu Bakar, memukulinya dan menjambak-jambak rambutnya.

    Lalu mereka tidak meninggalkannya melainkan dalam keadaan bajunya

    sobek-sobek semuanya.15

    Abu Bakar telah menyirami hatinya dengan kecintaan kepada Allah

    dan Rasul-Nya melebihi dirinya. Setelah masuk Islam, ia tidak lagi

    mempedulikan apapun selain bagaimana supaya panji tauhid berkibar tinggi

    meskipun seandainya harus di bayar mahal dengan nyawa.

    Abu Bakar adalah orang yang pertama kali disakiti dan mengalami

    penderitaan setelah Rasulullah, orang yang pertama kali membela

    Rasulullah. Dan kisah tersebut menjadi sebuah potret jelas yang

    menggambarkan tabiat konflik antara yang hak dan bathil, antara petunjuk

    dan kesesatan dan antara keimanan dan kekafiran juga menggambarkan

    14

    Ibrahim al-Quraibi, Tarikh Khulafa, (Jakarta: Qhisti Press, 2009), Cet. I, h. 141.15Ali Muhammad Ash-Shalabi, op. cit., h. 58.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    30/96

    20

    penderitaan dan siksaan yang dialami Abu Bakar di jalan Allah. Potret

    tersebut juga memberikan gambaran tentang ciri-ciri yang jelas tentang

    kepribadian Abu Bakar yang tiada duanya.

    C. Riwayat Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq Ketika Menjadi

    Khalifah

    1. Proses Pengangkatan Abu Bakar Menjadi Khalifah

    Setelah kaum Muslimin dan para sahabat menyadari tentang wafatnya

    Rasulullah SAW, maka Abu Bakar dikagetkan lagi dengan adanyaperselisihan faham antara kaum Muhajirin dan Anshar tentang siapa yang

    akan menggantikan Nabi sebagai khalifah kaum Muslimin. Pihak Muhajirin

    menghendaki dari golongan Muhajirin dan pihak Anshar menghendaki dari

    golongannya yang memimpin. Situasi yang memanas ini pun dapat diatasi

    oleh Abu Bakar, dengan cara menampilkan dua orang calon khalifah untuk

    memilihnya yaitu Umar bin Khattab atau Abu Ubaidah bin Jarrah. Namun

    keduanya justru menjabat tangan Abu Bakar dan mengucapkan baiat

    memilih Abu Bakar.

    Setelah Rasulullah wafat pada tahun 632 M, Abu Bakar terpilih

    sebagai khalifah pertama pengganti Nabi Muhammad dalam memimpin

    negara dan umat Islam. Waktu itu daerah kekuasaan hampir mencakup

    seluruh Semenanjung Arabia yang terdiri atas berbagai suku Arab.

    Ada beberapa faktor yang mendasari terpilihnya Abu Bakar sebagai

    khalifah, yaitu:

    1. Menurut pendapat umum yang ada pada zaman itu, seorang khalifah

    (pemimpin) haruslah berasal dari suku Quraisy; pendapat ini didasarkan

    pada hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi al-aimmah min

    Quraisy(kepemimpinan itu di tangan orang Quraisy).

    2.

    Sahabat sependapat tentang ketokohan pribadi Abu Bakar sebagai

    khalifah karena beberapa keutamaan yang dimilikinya, antara lain:

    laki-laki dewasa pertama yang memeluk Islam, ia satu-satunya sahabat

    yang menemani Nabi SAW pada saat hijrah dari Makkah ke Madinah

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    31/96

    21

    dan ketika bersembunyi di Gua Tsur, ia yang ditunjuk oleh Rasulullah

    untuk mengimami shalat pada saat beliau sedang uzur, dan ia keturunan

    bangsawan, cerdas, dan berakhlak mulia.

    3.

    Beliau sangat dekat dengan Rasulullah SAW, baik dalam bidang agama

    maupun kekeluargaan16

    Sebagai khalifah Abu Bakar mengalami dua kali baiat. Pertama di

    Saqifa Bani Saidah yang dikenal dengan Baiat Khassah dan kedua di

    Masjid Nabi (Masjid Nabawi) di Madinah yang dikenal dengan Baiat

    Ammah.

    Seusai acara pembaitan di Masjid Nabawi, Abu Bakar sebagai

    khalifah yang baru terpilih berdiri dan mengucapkan pidato. la memulai

    pidatonya dengan menyatakan sumpah kepada Allah SWT dan menyatakan

    tidak berambisi untuk menduduki jabatan

    khalifah tersebut. Abu Bakar

    selanjutnya mengucapkan:

    Aku diangkat menjadi pemimpin kalian, bukan berarti aku orang yang

    terbaik dari kalian. Kalau aku memimpin dengan baik, maka bantulah aku.

    Jika aku salah, maka hendaklah kalian meluruskanku. Kejujuran adalah

    amanat dan kebohongan adalah khianat. Orang lemah diantara kalian

    adalah orang kuat menurut pandanganku sampai aku menunaikan apa

    16Mohd Fachruddin Fuad, Perkembangan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan

    Bintang, 1995), h. 7717

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    32/96

    22

    yang menjadi haknya. Orang kuat diantara kalian adalah orang lemah

    menurut pandanganku hingga aku mengambil hak darinya. Jika Allah

    menghendaki. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah,melainkan Allah akan menjadikan mereka hina dan dihinakan, tidaklah

    perbuatan kotor menyebar di suatu kaum, melainkan Allah akan

    menyebarkan malapetaka di tengah-tengah mereka. Untuk itu, taatilah aku

    selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika aku melanggar perintah

    Allah dan Rasul-Nya, maka kalian tidak wajib mentaatiku. Sekian dari

    saya dan aku memohon ampunan kepada Allah dan kalian semua. Pidato

    ini mencerminkan sifat dan karakter Abu Bakar dalam memaknai arti

    sebuah kepemimpinan.18

    Kandungan pidato Abu Bakar tersebut adalah cermin nyata sifat

    rendah hati Abu Bakar. Putra Abu Quhafah ini mengakui bahwa dirinya

    bukanlah orang yang terbaik. Dalam pidatonya juga, menunjukkan garis

    besar politik yang dilakukan Abu Bakar didalam pemerintahannya.

    Didalamnya terdapat prinsip kebebasan berpendapat, tuntunan ketaatan

    rakyat, mewujudkan keadilan dan mendorong berjihad fisabilillah.

    Abu Bakar berikrar untuk menegakkan nilai-nilai kejujuran dalam

    segala hal. Beliau memberitakan kepada bawahannya bahwa keberhasilan

    suatu pemimpin dan kemakmuran rakyatnya hanya bisa diwujudkan jika

    seorang pemimpin bersikap jujur dalam menjalankan kepemimpinannya dan

    ini merupakan pilar dasar untuk mewujudkan keberhasilan dan

    kesejahteraan dalam berbangsa dan bernegara adalah menjunjung tinggi

    kejujuran dan rasa keadilan serta menegakkannya diseluruh aspek

    kehidupan.19

    2.

    Masa Kepemimpinan Abu Bakar

    Pada masa kepemimpinan Abu Bakar ini, pemerintah Islam banyak

    mengalami ujian atau cobaan, baik internal maupun eksternal, yang dapat

    mengancam berlangsungnya kelestarian agama Islam. Sejumlah masalah

    seperti ridatatau kemurtadan dan ketidak setiaan, munculnya beberapa kafir

    yang menyatakan dirinya sebagai Nabi, banyaknya orang-orang yang ingkar

    18Syaikh Muhammad Said Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam, (Jakarta: Pustaka Al-

    Kautsar, 2007), Cet. I, h.819Majidy, op. cit., h.143.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    33/96

    23

    membayar zakat serta sejumlah pemberontakan kecil yang merupakan bibit-

    bibit perpecahan. Namun berkat dari kepiawaian sang Khalifah semua

    cobaan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik.

    Kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar,

    sebagaimana pada masa Nabi Muhammad SAW, bersifat sentral; kekuasaan

    legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain

    menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum yang

    telah ditetapkan dalam al-Quran dan as-Sunnah. Meskipun demikian,

    seperti juga Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam, Abu Bakar

    selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah. Abu Bakar

    selalu menyediakan kesempatan bagi kaum muslim untuk berunding dan

    menentukan pilihan, inilah peradaban berpolitik dan bernegara beliau. Ia

    adalah orang yang demokratis, dengan tetap berpedoman pada al-Quran.20

    Kebijakan politik yang dihadirkan oleh Abu Bakar pada masa

    pemerintahannya merupakan sebuah era baru, babak perluasan dakwah

    Islam setelah sepeninggal Rasulullah SAW dan dinilai sebagai sebuah

    kemajuan yang signifikan. Maka penulis membagi kepada tiga hal penting

    yang terjadi pembahasan masa tersebut, diantaranya:

    a. Memerangi Kemunafikan dan Kemurtadan

    Adapun orang murtad pada waktu itu ada dua yaitu pertama, mereka

    yang mengaku nabi dan pengikutnya, termasuk di dalamnya orang yang

    meninggalkan shalat, zakat dan kembali melakukan kebiasaan jahiliyah. Hal

    ini disebabkan adanya anggapan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW

    wafat, maka segala perjanjian dengan Nabi menjadi terputus. Dan mereka

    merasa tidak terikat lagi dengan agama Islam lalu kembali kepada ajaran

    agama sebelumnya. Tentang orang-orang yang mengaku dirinya nabi

    sebenarnya fenomena ini sudah muncul pada masa Nabi, tetapi wafatnya

    Nabi Muhammad mereka anggap sebagai kesempatan untuk tampil terang-

    terangan. Diantara nabi palsu seperti Musailamah Al Kadzab dari Bani

    20

    Khalid, Muh. Khalid. Mengenal Pola Kepemimpinan Umat dari KarakteristikPerihidup Khalifah Rasulullah. (Bandung: Diponegoro, 1985), h.25.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    34/96

    24

    Hanifah, Tulaihah bin Khuwailid dari Bani As'ad Saj'ah Tamimiyah dari

    Bani Yarbu, dan Aswad al-Insi dari Yaman.

    Kedua, yaitu mereka yang ingkar zakat, mereka membedakan antara

    shalat dan zakat, tidak mau mengakui kewajiban zakat dan

    mengeluarkannya. Mereka berpandangan bahwa zakat itu diberikan kepada

    Nabi Muhammad. Oleh sebab itu setelah Nabi meninggal, hukum tentang

    zakat tidak berlaku lagi.21

    Dengan realita bahwa terdapat banyak pro-kontra dalam kekhalifahan

    Abu Bakar pasca sepeninggal Nabi, maka tidaklah aneh jika dalam

    pemerintahannya Abu Bakar lebih banyak terpakai untuk menstabilkan

    politik dalam negeri, dengan adanya kemunculan nabi palsu ataupun

    kelompok-kelompok yang murtad sepeninggal Nabi. Untuk menstabilkan

    politik dalam negeri di Madinah Abu Bakar mengirim 11 panglima untuk

    melakukan tugas tersebut, adapun panglima yang dimaksud adalah Khalid

    bin Walid, Amr bin Ash, Ikrimah bin Abu Jahal, Syurahbil bin Hasanah,

    Thuraifah bin Hajir, Amr bin Al-Ash, Khalid bin Said bin Al-Ash, Al-Ala

    bin Al-Hadhar, Hudzaifah bin Muhshin Al-Ghalfai, Urfajah bin Hartsimah

    dan Muhajir bin Abu Umayyah.

    Pembagian pasukan ini sesuai dengan perencanaan yang strategis dan

    memiliki makna penting, Meskipun kaum murtad berjumlah besar, tapi

    pemurtadan mereka dapat diatasi tidak lebih dari masa tiga bulan saja hal ini

    disebabkan karena: pertama, kaum murtad masih terpisah-pisah, semua

    berada di negeri masing-masing, mereka tidak mampu untuk

    menggalangkan persatuan karena tempat mereka yang berjauhan dan waktu

    yang tidak memungkinkan untuk mereka menggalang persatuan. Kedua

    kaum murtad tidak mengetahui bahaya kaum muslimin bagi mereka, dimana

    kekuatan kaum muslimin mampu untuk memusnahkan seluruh kaum murtad

    dalam beberapa bulan saja.22

    21Wahyu Ilaihi, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media

    Group, 2007), Cet. I, h. 84.22Ali Muhammad Ash-Shalabi, op. cit., h. 369.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    35/96

    25

    Langkah berani khalifah Abu Bakar dalam memerangi kaum murtad

    salah satunya yaitu melanjutkan rencana Rasulullah SAW untuk mengirim

    pasukan Usamah yaitu pasukan umat Islam yang dipimpin Usamah bin Zaid

    yang diperintahkan Rasulullah sebelum wafat untuk memerangi tentara

    Romawi. Pada mulanya keinginan Abu Bakar ditentang oleh para sahabat

    dengan alasan suasana dalam negeri sangat memprihatinkan akibat berbagai

    kerusuhan yang timbul. Akan tetapi setelah ia meyakinkan mereka bahwa itu

    adalah rencana Rasulullah SAW, akhirnya pengiriman pasukan itu pun

    disetujui.

    Langkah politik yang ditempuh Abu Bakar itu ternyata sangat

    strategis dan membawa dampak yang positif. Pengiriman pasukan pada saat

    negara dalam keadaan kacau menimbulkan interpretasi di pihak lawan

    bahwa kekuasaan Islam cukup tangguh sehingga para pemberontak menjadi

    gentar. Di samping itu, bahwa langkah yang ditempuh Abu Bakar tersebut

    juga merupakan taktik untuk mengalihkan perhatian umat Islam dalam

    perselisihan yang bersifat intern. Dan atas pertolongan Allah SWT Pasukan

    Usamah berhasil menunaikan tugasnya dengan gemilang. Pasukan Usamah

    mampu memukul mundur pasukan Romawi. Dengan keberhasilan pasukan

    Usamah ini memberikan efek yang sangat bagus bagi kondisi politik dalam

    Negeri dan luar Negeri daulah khilafah, diantaranya yaitu:

    1. Menebar kehebatan Daulah Islamiyah di mata umat-umat lain.

    Sampainya berita-berita kemenangan yang dicapai umat Islam dalam

    memerangi kelompok orang-orang murtad kepada Persia dan Romawi

    saat itu, maka kedua Negara ini melihat bahwa bangunan umat baru ini

    (Islam) menentang fenomena yang muncul dan umat Islam telah berhasil

    mengatasi ujian-ujian dan meredam gejolak yang terjadi di dalam

    wilayahnya. Bagi Khalifah Abu Bakar, ini merupakan langkah untuk

    menyebar kehebatan Daulah Islamiyah. Dan ini merupakan sebuah

    potret gemilang jihad Islam.

    2. Menyiapkan Jazirah Arab sebagai landasan ekspansi Islam.

    Kepemimpinan pusat di Madinah dan medan perang adalah diatur oleh

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    36/96

    26

    pemimpin-pemimpin yang saling memahami, bekerja sama, saling

    mencintai meskipun dipisahkan oleh jarak yang jauh. Akan tetapi,

    keseimbangan yang indah antara peranan masing-masing pimpinan pusat

    dan pemimpin medan perang adalah sangat jelas dan terang. 23

    3. Perjalanan dakwah tidak terikat dengan siapapun dan kewajiban

    mengikuti perintah Nabi Muhammad. Dalam kisah pengiriman pasukan

    Usamah oleh khalifah Abu Bakar, kita bisa menemukan bahwa Khalifah

    Abu Bakar menjelaskan dengan ucapan dan tindakan bahwa perjalanan

    dakwah tidak akan terhenti meski dengan kematian pemimpin makhluk

    dan imam para nabi dan Rasul Muhammad SAW. Khalifah Abu Bakar

    membuktikan keberlanjutan perjalanan misi dakwah tersebut dengan

    segera merealisasikan pemberangkatan misi militer pasukan Usamah.

    4.

    Terjadinya perbedaan pendapat dan sudut pandang seputar perealisasian

    misi militer pasukan Usamah namun tidak sampai mendorong mereka

    kepada sikap saling benci, pertengkaran, saling menjauhi dan saling

    memusuhi atau sampai mengakibatkan terjadinya konflik kekerasan di

    antara mereka. Tidak ada satu orangpun yang tetap keras pada

    pendapatnya ketika pendapatnya itu jelas telah terbukti keliru dan batil.24

    5.

    Menghilangkan pemaksaan kepada umat-umat di wilayah yang dikuasai

    Islam. Diantara simbol politik luar negeri yang dibangun oleh Khalifah

    Abu Bakar adalah menghilangkan penindasan dari penduduk yang

    wilayahnya dikuasai oleh Islam. Khalifah tidak memaksa seseorang dari

    umat atau bangsa lain untuk mengikuti agamanya dengan kekerasan.25

    Dari penjelasan yang terurai diatas, dapat disimpulkan bahwasannya

    Khalifah Abu Bakar adalah seorang pemimpin yang tegas, adil dan

    bijaksana. Langkah politik yang dijalaninya merupakan langkah strategis

    dan membawa dampak positif bagi pemerintahan Islam sehingga para

    pemberontak menjadi gentar, disamping itu juga dapat mengalihkan

    perhatian umat Islam dari perselisihan yang bersifat intern.

    23Ibid., h. 494.

    24

    Ibid.,h. 319.25Ibid.,h. 626.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    37/96

    27

    b. Penghimpunan al-Quran

    Umar bin Khatab kawatir akan gugurnya para sahabat penghafal al

    Quran yang masih hidup, maka ia lalu datang kepada Abu Bakar

    memusyawarahkan hal ini. Dalam buku-buku tafsir dan hadist percakapan

    yang terjadi antara Abu Bakar, Umar dan Zaid bin Tsabit mengenai

    pengumpulan al-Quran di terangkan sebagai berikut:26

    Umar berkata kepada Abu Bakar: Dalam peperangan Yamamah para

    sahabat yang hafal al-Quran telah banyak yang gugur. Saya kawatir akan

    gugurnya para sahabat yang lain dalam peperangan selanjutnya, sehingga

    banyak ayat-ayat al-Quran itu perlu di kumpulkan. Abu Bakar menjawab:

    Mengapa aku harus melakukan sesuatu yang tidak di lakukan oleh

    Rasulullah?"

    Umar menegaskan: Demi Allah! Ini adalah perbuatan yang baik.

    Dan ia berulang kali memberikan alasan-alasan kebaikan mengumpulkan al-

    Quran ini, sehingga Allah membukakan hati Abu Bakar untuk menerima

    pendapat Umar itu.

    Saat itulah khalifah mengutus Zaid bin Tsabit agar segera

    mengumpulkan semua ayat-ayat suci al-Quran. Kemudian Abu Bakar

    memanggil Zaid bin Tsabit dan berkata kepadanya:

    Engkau adalah seorang yang cerdas yang ku percayai sepenuhnya.

    Dan engkau adalah seorang penulis wahyu yang selalu di suruh oleh

    Rasulullah. Oleh karena itu, maka kumpulkanlah ayat-ayat al Quran itu.

    Zaid menjawab: Demi Allah! Ini adalah pekerjaan yang berat bagiku.

    Seandainya aku di perintahkan untuk memindahkan sebuah bukit, maka hal

    itu tidaklah lebih berat bagiku dari pada mengumpulkan al-Quran yang

    engkau perintahkan itu.

    Dalam usaha mengumpulkan ayat-ayat al-Quran itu Zaid bin Tsabit

    bekerja amat teliti. Ia mengumpulkan al-Quran dari daun, pelepah kurma,

    tulang dan juga dari hafalan-hafalan para sahabat. Sekalipun beliau hafal al-

    Quran seluruhnya, tetapi untuk kepentingan pengumpulan al-Quran yang

    26Ibid., h. 472.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    38/96

    28

    sangat penting bagi umat Islam itu masih memandang perlu mencocokkan

    hafalan atau catatan sahabat-sahabat yang lain dengan di saksikan oleh dua

    orang saksi.

    Dengan demikian al-Quran seluruhnya telah di tulis oleh Zaid bin

    Tsabit dalam lembaran-lembaran, dan di ikatnya dengan benar. Tersusun

    menurut urutan ayat-ayatnya sebagaimana yang telah di tetapkan oleh

    Rasulullah. Kemudian di serahkan kepada Abu Bakar. Setelah sepeninggal

    Abu Bakar mushaf disimpan oleh Umar bin Khatab hingga dia wafat, dan

    kemudian berada ditangan Hafshah binti Umar.27

    c. Awal Perluasan Wilayah Islam

    Perluasan wilayah yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu

    Bakar merupakan pencapaian yang sukses dalam hal perluasan Daulah Islam

    setelah apa yang dilakukan Rasulullah SAW, dan hal ini terlihat ketika

    menaklukan wilayah-wilayah lain di masa permulaan khulafaurasyidin.

    Dan perluasan wilayah ini sesungguhnya bukan disandarkan pada

    ketamakan melainkan, melindungi dakwah, menjamin keamanan dan

    sebagai sarana menyebar pesan besar yang diemban kaum muslimin, yaitu

    pesan pembebasan umat manusia dan mengarahkan mereka kepada keadilan

    dan kebenaran

    Adapun usaha yang ditempuh untuk perluasan dan pengembangan

    wilayah Islam Abu Bakar melakukan perluasan wilayah ke luar Jazirah

    Arab. Daerah yang dituju adalah Irak dan Suriah yang berbatasan langsung

    dengan wilayah kekuasaan Islam. Kedua daerah itu menurut Abu Bakar

    harus ditaklukkan dengan tujuan untuk memantapkan keamanan wilayah

    Islam dari serbuan dua adikuasa, yaitu Persia dan Bizantium. Untuk

    ekspansi ke Irak dipimpin oleh Khalid bin Walid, sedangkan ke Suriah

    dipimpin tiga panglima yaitu : Amr bin Ash, Yazid bin Abu Sufyan dan

    Surahbil bin Hasanah.

    27Ibid.,h. 473.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    39/96

    29

    Memperluas wilayah penyebaran agama Islam ke Hiroh (dijadikan

    pusat pertahanan dan ibu kota di luar Arab), Anbar dan Persia, Daumatul

    Jandal, Yarmuk, Syam (pernah dikuasai tentara Romawi), dan Syria. Abu

    Bakar menugaskan empat panglima perangnya untuk menguasai Syria dari

    Romawi Timur yang dipimpin oleh Kaisar Heraklius. Mereka adalah Yazid

    bin Abu Sufyan yang ditugaskan di Damaskus, Abu Ubaidah bin Jarrah

    ditugaskan di Horns, Amr bin Ash ditugaskan di Palestina, dan Surahbil bin

    Hasanah di Yordan.28

    Masa kekhalifahan Abu Bakar merupakan masa peralihan yang sulit.

    Dalam masa yang rumit ini, Abu Bakar harus menghadapi berbagai

    kesulitan berat yang pada awalnya menimbulkan ketakutan di kalangan

    kaum muslimin. Karena keimanan yang mantap dan pemberian taufiq dari

    Allah SWT. Umat Islam di bawah kepemimpinan Abu Bakar dapat

    mengatasi kesulitan besar yang dihadapi.

    Dipandang dari hitungan waktu memang masa pemerintahan Abu

    Bakar sangat singkat, tetapi apa yang dicapai Abu Bakar jauh melampaui

    masa yang tersedia. Masa-masa pemerintahan Abu Bakar sarat dengan amal,

    jihad dan meninggalkan untuk kita jasa yang sangat bermanfaat.

    3. Wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq

    Abu Bakar Ash-Shiddiq meninggalkan dunia ini setelah melakukan

    jihad besar guna menyebarkan agama Allah di seluruh penjuru dunia.

    Peradaban manusia akan mengenang sosok khalifah ini yang telah

    membawa panji dakwah Rasulullah setelah wafatnya, menjaga apa yang

    ditanamkan Rasulullah, memelihara benih-benih keadilan dan kebebasan

    serta menyiraminya dengan darah para syuhada yang paling suci. Lalu

    membuahkan hasil yang melimpah yang mampu mewujudkan kemajuan

    besar sepanjang sejarah dalam bidang ilmu, kebudayaan,dan pemikiran.29

    28Husein Tuanaya,dkk, Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 3A, (Jawa Timur: Wahana

    dinamika karya, 2004), 15.29Ali Muhammad Ash-Shalabi, op. cit., h. 689.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    40/96

    30

    Abu Bakar wafat pada hari Senin di malam hari, yaitu tepatnya

    delapan hari sebelum berakhirnya bulan Jumadil Akhir 13 Hijriyah.

    Sebelum meninggal, Abu Bakar sakit selama lima belas hari. Sewaktu

    beliau sakit, Abu Bakar mewasiatkan agar tampuk pemerintahan kelak

    diberikan kepada `Umar bin Khathab.

    Abu Bakar memimpin sebagai khalifah selama dua tahun tiga bulan.

    Beliau wafat pada umur 63 tahun. Di antara wasiat Abu Bakar kepada

    `Aisyah, Aku tidak meninggalkan harta untuk kalian kecuali hewan yang

    sedang hamil, serta budak yang selalu membantu kita membuat pedang

    kaum muslimin. Oleh karena itu, jika aku wafat, tolong berikan seluruhnya

    kepada `Umar. Ketika Aisyah menunaikan wasiat ayahnya itu kepada

    Umar, maka Umar berkata, Semoga Allah merahmati Abu Bakar.

    Sesungguhnya dia telah membuat kesulitan (untuk mengikutinya) bagi

    orang-orang yang menjadi khalifah setelahnya.

    Beliau dimakamkan berdampingan dengan makam Rasulullah yang

    terletak di dalam kamar Aisyah. Beliau pun di shalatkan oleh kaum

    muslimin yang dipimpin oleh Umar bin Khatab.30

    30Ibid., h. 689.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    41/96

    31

    BAB III

    PENGERTIAN, DASAR DAN TUJUAN NILAI PENDIDIKAN

    ISLAM

    A. Pengertian Nilai Pendidikan Islam

    Nilai atau value (bahasa inggris) atau valere (bahasa latin) berarti

    berguna, mampu, berdaya, berlaku dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal

    yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai dan

    dapat menjadi objek kepentingan.1

    Menurut Steeman nilai adalah yang memberi makna pada hidup.

    Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang mewarnai dan menjiwai

    tindakan seseorang.2

    Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar

    pilihannya. Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi

    manusia sebagai acuan tingkah laku.3

    Bagi manusia nilai dijadikan landasan, alasan atau motivasi dalammenetapkan perbuatannya. Dalam realita, nilai-nilai itu dijabarkan dalam

    bentuk kaidah atau norma atau ukuran sehingga merupakan suatu perintah,

    1Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak ; Peran Moral Intelektual, Emosional,

    dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

    2008), Cet. II, h. 29.2

    Ibid., h. 29.3Abuddin Nata,Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. I, h. 9.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    42/96

    32

    anjuran, himbauan, kebenaran, kebaikan, keindahan, dan nilai kegunaan

    merupakan nilai-nilai yang diperintahkan, dianjurkan atau diharuskan.4

    Pengertian pendidikan menurut bahasa sebagaimana dikutip oleh

    Abuddin Nata, kata pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat

    awalan pen dan akhiran an. Kata tersebut sebagaimana dijelaskan dalam

    Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah perbuatan (hal, cara dan

    sebagainya) mendidik.5

    Pendidikan adalah proses membimbing dan mengarahkan

    pertumbuhan dan perkembangan anak didik agar menjadi manusia dewasa

    sesuai dengan tujuan pendidikan Islam.6

    Oemar Muhammad al-Syaibani sebagaimana dikutip A. Fatah Yasin

    mengatakan bahwa pendidikan Islam merupakan usaha untuk mengubah

    tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan

    kemasyarakatan dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses

    pendidikan, dan perbuatan itu dilandasi oleh nilai-nilai Islam.7

    M. Kamal Hasan, sebagaimana dikutip Samsul Nizar, mendefinisikan

    pendidikan Islam adalah suatu proses yang komperhensif dari

    perkembangan keperibadian manusia secara keseluruhan, yang meliputi

    intelektual, spiritual, emosi dan fisik. Sehingga seorang muslim disiapkan

    dengan baik untuk melaksanakan tujuan kehadirannya disisi Tuhan di muka

    bumi ini.8

    Menurut M. Arifin, pendidikan Islam adalah suatu sistem

    kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan

    4Sjarkawi, op. cit. h. 31.

    5Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), (Jakarta: Gaya Media

    pratama, 2005), Cet. I, h. 4.6Nur Uhbiyati,Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1991), h. 18.7A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UIN Malang

    Press, 2008), Cet. I, h. 110.8

    Samsul Nizar, M.A., Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam,(Jakarta: Cahaya Media Pratama, 2001), Cet. I, h. 93.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    43/96

    33

    oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi aspek

    kehidupan manusia, baik duniawi maupun akhirat.9

    Adapun menurut hasil rumusan pendidikan Islam seIndonesia tahun

    1960, memberikan pengertian pendidikan Islam: Sebagai bimbingan

    terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan

    hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi

    berlakunya semua ajaran Islam. Istilah membimbing, mengarahkan,

    mengasuh, mengajarkan, atau melatih mengandung pengertian usaha

    mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat

    menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan taqwa dan akhlak serta

    menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan

    berbudi luhur sesuai ajaran Islam.10

    Penjelasan mengenai pengertian pendidikan Islam sebagaimana

    dipaparkan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa, pendidikan Islam dapat

    diartikan sebagai sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan

    manusia-manusia yang seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada Allah

    SWT serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai hamba Allah dimuka

    bumi ini, yang berdasarkan ajaran al-Quran dan as-Sunnah, maka tujuan

    dalam konteks ini berarti terciptanya insan-insan kamil setelah proses

    pendidikan berakhir.

    Menurut undang-undang tentang sistem pendidikan nasional

    dinyatakan bahwa: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

    secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

    spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia serta

    keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.11

    9M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan

    pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 4, h. 8.10

    Muzayyin Arifin,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. V,

    h. 15.11

    Mundzir Suparta, Perubahan Orientasi Pondok Pesantren Salafiyah TerhadapPerilaku Keagamaan Masyarakat, (Jakarta: Asta Buana Sejahtera, 2009), Cet. I, h. 284.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    44/96

    34

    Adapun nilai-nilai dalam Islam mengandung dua katagori dilihat dari

    segi normatif, yaitu baik dan buruk serta benar dan salah.12

    Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islam yang

    mendukung dalam pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi sesuatu

    rangkaian atau sistem didalamnya. Nilai tersebut menjadi dasar

    pengembangan jiwa seseorang sehingga bisa memberi hasil yang baik

    baginya dan masyarakat luas. Dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan

    keimanan, ibadah dan akhlak mulia, diharapkan setiap orang kehidupannnya

    menjadi terarah baik di dunia maupun di akhirat.

    Dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan Islam adalah sifat atau hal-

    hal yang melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar

    kehidupan manusia untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi

    kepada Allah SWT.

    B. Dasar-dasar Nilai Pendidikan Islam

    Yang dimaksud dengan dasar pendidikan adalah pandangan hidup

    yang mendasari seluruh aktifitas pendidikan. Karena dasar menyangkut

    masalah ideal dan fundamental, maka diperlukan landasan pandangan hidup

    yang kokoh dan komperhensif, serta tidak mudah berubah. Hal ini karena

    telah diyakini memiliki kebenaran yang telah teruji oleh sejarah. Kalau

    nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang dijadikan dasar pendidikan bersifat

    relatif dan temporal maka pendidikan akan mudah terombang ambing oleh

    kepentingan dan tuntutan yang bersifat teknis dan pragmatis.13

    Adapun dasar-dasar nilai pendidikan Islam antara lain:

    a. al-Quran

    Secara etimologi al-Quran berasal dari kata Qaraa, yaqrau,

    Qiraatan atau Quranan, yang berarti mengumpulkan (al-Jamu) dan

    menghimpun (al-dhammu) huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian ke

    12Muzayyin Arifin,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. V,

    h. 12. 13Abuddin Nata,Filsafat Pendidikan Islam, op. cit., h. 59.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    45/96

    35

    bagian yang lain secara teratur. Muhammad Salim Muhsin mendefinisikan

    al-Quran dengan: Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

    SAW yang tertulis dalam mushaf-mushaf dan diriwayatkan kepada kita

    dengan jalan yang mutawatir dan membacanya dinilai ibadah serta sebagai

    penentang (bagi yang tidak percaya) walaupun surat terpendek. Sedang

    Muhammad Abduh mendefinisikannya dengan: Kalam mulia yang

    diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW, ajarannya

    mencangkup keseluruhan ilmu pengetahuan.14

    Definisi tentang al-Quran yang lebih konferhensif, antara lain

    dikemukakan oleh Abdul Wahab Khalaf sebagaimana yang telah dikutip

    oleh Abuddin Nata sebagai berikut: al-Quran adalah firman Allah yang

    diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad bin Abdullah melalui Ruhul

    Amin (malaikat Jibril) dengan lafal-lafalnya yang berbahasa Arab dan

    maknanya yang benar, agar menjadi hujjah (dalil yang kuat) bagi Rasul,

    bahwa ia memang benar-benar seorang Rasul, menjadi undang-undang bagi

    manusia, mereka dapat mengambil petunjuk dengan menjadi sarana

    pendekatan diri kepada Allah dengan membacanya.15

    Dapat penulis pahami bahwa al-Quran adalah kalam Allah yang

    diturunkan kepada Nabi Muhammad dalam bahasa Arab yang terang untuk

    menjelaskan jalan hidup yang bermaslahat bagi umat manusia di dunia dan

    di akhirat.

    Al-Quran dijadikan sebagai sumber pendidikan Islam yang pertama

    dan utama karena memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Allah.

    Kemudian Allah menciptakan manusia dan Dia pula yang mendidik

    manusia yang mana isi pendidikan itu telah termaktub dalam wahyunya.

    Tidak satupun persoalan, termasuk persoalan pendidikan yang luput dari

    jangkauan al-Quran.16

    14Abdul Mujib, et.al., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media

    Group, 2008), Ed. Ke-1, Cet. II, h. 32.15

    Abudin Nata, Studi Islam Komperhensif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

    2011), Cet. I, h. 28.16

    Abdul Mujib, et al, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2008), Cet. II, h. 32.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    46/96

    36

    Adapun Ayat yang menjelaskan tentang pendidikan yaitu,

    sebagaimana firman Allah antara lain:

    1. QS. Al-Anam ayat 38

    Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-

    burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga)

    seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab,kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.(QS. Al-Anam: 38).

    2.

    QS. An-Nahl ayat 89

    Dan ingatlah suatu hari ketika Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat

    seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu

    (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia dan Kami turunkan

    kepadamu Al kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan

    petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah

    diri. (QS. An-Nahl: 89).

    3. Al-Alaq ayat 1-5

    1.

    Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

    2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

    3.

    Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

    4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

    5.

    Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    47/96

    37

    Ayat di atas memberikan isyarat bahwa nilai pendidikan Islam diambil

    dan digali dari sumber otentik Islam, yaitu al-Quran.

    b. as-Sunnah

    Dasar yang kedua setelah al-Quran adalah as-Sunnah. Pengertian as-

    Sunnah menurut para ulama hadis adalah segala sesuatu dari Nabi

    Muhammad dalam kapasitas beliau sebagai imam yang memberi petunjuk

    dan penuntun yang memberikan nasehat, yang diberitakan oleh Allah

    sebagai teladan dan figur bagi kita. Sehingga mereka mengambil segala

    sesuatu yang berkenaan dengan nabi baik berupa tingkah laku, pembawaan,

    sabda perbuatan beliau, baik membawa konsekuensi hukum syara atau

    tidak.17 Telah kita ketahui bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw salah

    satunya untuk memperbaiki moral atau akhlak manusia, sebagaimana

    sabdanya :

    Sesungguhnya aku diutus tiada lain adalah untuk menyempurnakan

    akhlak. (HR. Muslim)

    as-Sunnah menurut pengertian bahasa berarti tradisi yang biasa

    dilakukan atau jalan yang dilalui (at-thariqah al-maslukah) baik yang

    terpuji maupun yang tidak. as-Sunnah adalah segala sesuatu yang

    dinukilkan kepada Nabi Muhammad SAW berikut berupa perkataan,

    perbuatan, taqrirnya ataupun selain dari itu. Termasuk perkataan, perbuatan

    dan ketetapannnya adalah sifat-sifat atau keadaan dan cita-cita Nabi

    Muhammad.18

    M. Athiyah al-Abrasyi mengatakan sebagaimana yang dikutip oleh

    Nur uhbiyati, dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad mengatakan bahwa

    beliau adalah juru didik. Riwayat tersebut ialah pada suatu hari nabi keluar

    dari rumahnya dan beliau menyaksikan adanya dua pertemuan, dalam

    17Muhammad Ajjaj al-Khathib, Pokok-pokok Ilmu Hadis, Terj. Dari Ushul Hadis

    oleh Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998), Cet. III, h.

    2. 18Mujib, op. cit, h. 38.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    48/96

    38

    pertemuan pertama orang-orang yang berdoa kepada Allah SWT

    mendekatkan diri kepadanya, dalam pertemuan kedua orang memberikan

    pelajaran.

    Setelah itu beliau duduk pada pertemuan kedua ini. Praktek ini

    membuktikan kepada kita suatu contoh terbaik betapa nabi mendorong

    orang belajar dan menyebarkan ilmu secara luas dan suatu pujian atas

    keutamaan juru didik.19

    Cerita ini menandakan sebuah bukti bahwa as-sunnah merupakan

    salah satu dasar pokok pendidikan Islam yang harus menjadi rujukan setiap

    manusia yang beriman.

    c. Ijtihad

    Ijtihad adalah mengeluarkan (menggali) hukum-hukum yang tidak

    terdapat nash al-Quran dan sunnah yang jelas tentangnya.20 Menurut

    Zakiyah Daradjat, ijtihad ialah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan

    menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syariat islam untuk

    menetapkan atau menentukan suatu syariat islam dalam hal-hal yang

    ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Quran dan as-Sunnah. Ijtihad

    dalam hal ini dapat meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek

    pendidikan, tapi tetap berpedoman pada al-Quran dan sunnah.21

    Ijtihad adalah usaha yang dilakukan oleh para ulama (mujtahid) untuk

    menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syariat Islam terhadap hal-hal

    yang ternyata belum ditegaskan hukumnya dalam al-Quran dan sunnah. Hal

    ini sejalan dengan pendapat Zakiah Daradjat bahwa landasan pendidikan

    Islam itu terdiri dari al-Quran dan sunnah Nabi yang dapat dikembangkan

    dengan ijtihad.

    Ijtihad dalam hal ini dapat meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk

    aspek pendidikan. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah

    19Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet. III, h.

    21.20

    Abu Abdillah,Argumen Alusunnah wal jamaah, (Jakarta: Pustaka taawun, 2011),

    Cet. II, h. 1.21Zakiyah Daradjat, dkk, op. cit., h. 21.

  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    49/96

    39

    yang diatur oleh para mujtahid, tidak boleh bertentangan dengan al-Quran

    dan sunnah. Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari al-Quran

    dan sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan

    Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung

    dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu.

    Teori-teori baru dari hasil pendidikan harus dikaitkan dengan ajaran Islam

    yang sesuai dengan kebutuhan hidup.

    Ijtihad di bidang pendidikan semakin dibutuhkan, sebab ajaran yang

    terdapat dalam al-Quran dan sunnah hanya sebatas pokok-pokok dan

    prinsip-prinsip. Bila diperinci, maka perincian itu sekedar contoh dalam

    menerapkan yang prinsip itu karena sejak diturunkan sampai Nabi

    Muhammad SAW wafat, ajaran Islam telah tumbuh dan berkembang

    melalui ijtihad yang seirama dengan tuntutan perkembangan jaman.

    Dalam hal ini pemikiran para filsafat, pemimpin dan intelektual

    muslim yang berijtihad dalam bidang pendidikan menjadi referensi

    (sumber) pengembangan pendidikan Islam. Hasil pemikiran itu baik dalam

    bidang filsafat, ilmu pengetahuan, fikih Islam, sosial budaya, pendidikan

    dan sebagainya menyatu sehingga membentuk suatu pemikiran dan

    konsepsi komprehensif yang saling menunjang khususnya bagi pendidikan

    Islam. Dalam usaha modernisasi pendidikan Islam, pemikiran kalangan

    intelektual pembaharu yang dapat dijadikan referensi bagi pengembangan

    pendidikan Islam.22

    Ada pun salah satu contoh ijtihad Imam Ahmad bin Hanbal yaitu Ibnu

    Qayyim al-Jauziyah menjelaskan bahwa pendapat-pendapat Ahmad bin

    Hanbal di bangun atas lima dasar, yaitu sebagai berikut:

    1. Al-Nushush dari al-Quran dan al-Sunnah. Apabila telah ada ketentuan

    dari keduanya, ia berpendapat sesuai dengan makna tersurat (manthuq),

    sementara makna tersiratnya (mafhum)ia abaikan.

    22

    http://www.tuanguru.com/2011/11/ijtihad-dalam-pendidikan.html. Diakses pada20 Maret 2014.

    http://www.tuanguru.com/2011/11/ijtihad-dalam-pendidikan.htmlhttp://www.tuanguru.com/2011/11/ijtihad-dalam-pendidikan.htmlhttp://www.tuanguru.com/2011/11/ijtihad-dalam-pendidikan.html
  • 7/25/2019 HERMANTO-FITK

    50/96

    40

    2.

    Apabila tidak ditemukan dalam al-Quran dan al-Sunnah, ia menukil

    fatwa sahabat dan memilih pendapat sahabat yang disepakati sahabat

    lainnya.

    3.

    Apabila fatwa sahabat berbeda-beda, ia memilih salah satu pendapat

    yang lebih dekat kepada al-Quran dan Sunnah.

    4. Menggunakan hadits mursal dan dhaif, apabila tidak ada atsar, qaul

    sahabat, atau ijmayang menyalahinya.

    5. Apabila hadits mursal dan dhaif sebagaimana disyaratkan di atas tidak

    didapatkan, ia menganalogikan (mengqiyaskan). Dalam pandangannya

    qiyas adalah dalil yang dipakai dalam keadaan terpaksa.

    6. Langkah terakhir adalah menggunakan Sadz al-dzarai.23

    Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ijtihad adalah

    mencurahkan segala kemampuan akal pikiran dalam menetapkan suatu

    permasalahan hukum yang belum ditemukan kepastian hukumnya dalam

    nash al-Quran dan as-Sunnah. Ijtihad ini dilakukan oleh para ulama yang

    telah memenuhi persyaratan untuk melakukan ijtihad. Dengan adanya

    ijtihad maka segala permasalahan kehidupan umat Islam termasuk masalah

    pendidikan menjadi lebih terarah dan dapat diterapkan sebagai suatu

    landasan hukum dalam menjalani kehidupan.

    C. Tujuan Menggali Nilai-nilai Pendidikan Islam

    Persoalan pendidikan adalah persoalan yang menyangkut hidup dan

    kehidupan manusia yang senantiasa terus berproses dalam perkembangan

    kehidupannya. Diantara persoalan pendidikan yang cukup penting dan

    mendasar adalah