98266-Rahmadini Husna-fitk Jurnal Snowbal

169

Click here to load reader

description

tttttttttttttttttttttttttttttttt

Transcript of 98266-Rahmadini Husna-fitk Jurnal Snowbal

  • PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

    SNOWBALL THROWING TERHADAP

    HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

    Disusun Oleh:

    Rahmadini Husna

    105017000434

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2010

  • ABSTRAK RAHMADINI HUSNA, Pengaruh Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Oktober 2010.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model Coopertive Learning tipe Snowball Throwing terhadap hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilakukan di MTs. Negeri Legok Tahun Ajaran 2010/2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Two Group Randomized Subject Posttest Only. Subyek penelitian ini adalah 72 siswa yang terdiri dari 36 siswa untuk kelas eksperimen dan 36 siswa untuk kelas kontrol yang diperoleh dengan teknik sampel acak kelas pada siswa kelas VII. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar matematika yang terdiri dari 20 butir soal bentuk pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t, dan berdasarkan perhitungan uji-t menunjukkan thitung 2,37 dan ttabel 1,66 pada taraf signifikansi 5% yang berarti thitung > ttabel (2,37 > 1,66), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

    Kata kunci : Cooperative Learning, Snowball Throwing, Hasil Belajar.

    i

  • ii

    ABSTRACT

    RAHMADINI HUSNA, The Influence of Cooperative Learning type Snowball Throwing on Students Mathematics Learning Outcomes. The paper of Mathematics Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, Oktober 2010. The purpose of this research is to determine the influence of Cooperative Learning type Snowball Throwing on students mathematics learning outcomes. The research was conducted at MTs Negeri Legok for academic year 2010/2011. The method used in this research is quasi experimental method with Subject Two randomized posttest-only group. The subject of this research are 72 students consisting of 36 students for grade 36 students to experimental and control classes obtained by cluster random sampling technique in class VII. Instruments are obtained from the test scores of students mathematics learning outcomes. Tests consisted of 20 questions in mulitiple choice. Data analysis technique used in this research are t-test to test the hypotesis with thitung 2,37 and ttabel 1,66 in taraf signifikansi 5% its mean thitung > ttabel (2, 37 > 1, 66) , then H0 rejected and Ha accepted. So it can be concluded that " The students who taught with cooperative learning type Snowball Throwing have mean score of students mathematics learning outcomes higher than who taught with convensional learning. Therefore cooperative learning model type Snowball Throwing is effected to students mathematics learning outcomes. Keywords: Cooperative Learning, Snowball Throwing, Learning Outcomes.

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat

    dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan

    salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika pada Fakultas

    Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat

    terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak

    sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis

    mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :

    1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan.

    2. Ibu Dra. Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika.

    3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika.

    4. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd, pembimbing I yang selalu memberikan

    bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

    5. Ibu Lia Kurniawati, MPd, pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan

    pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

    6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika.

    7. Ibu Halimatussadiyah, S.Ag, kepala MTs. Negeri Legok yang telah banyak

    membantu penulis selama penelitian berlangsung.

    8. Ibu Fiyanti Malawati, S.Pd, guru pamong tempat penulis mengadakan penelitian.

    9. Ayah dan ibuku tercinta yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan

    kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    10. Suami dan putriku tersayang yang senatiasa memberiku motivasi, dukungan,

    semangat dan pengertiannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    iii

  • iv

    11. Kakak dan adikku tercinta yang senantiasa memberikan doanya kepada penulis

    dalam menyelesaikan skripsi ini.

    12. Teman-teman ku tercinta, mahasiswa dan mahasiswi jurusan pendidikan

    matematika angkatan 2005, semoga kebersamaan kita menjadi kenangan terindah

    untuk menggapai kesuksesan dimasa mendatang.

    13. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi

    serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi

    ini.

    Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik

    yang diberikan kepada penulis.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-

    kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang

    membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat

    bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.

    Jakarta, Oktober 2010

    Penulis

    Rahmadini Husna

  • DAFTAR ISI

    hal LEMBAR PENGESAHAN

    SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

    ABSTRAK ...................................................................................................... i

    ABSTRACT ..................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... v

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

    B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5

    C. Pembatasan Masalah ................................................................... 6

    D. Perumusan Masalah .................................................................... 6

    E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

    F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

    BAB II PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIK DAN PENGAJUAN

    HIPOTESIS ..................................................................................... 8

    A. Deskripsi Teoretik ....................................................................... 8

    1. Pembelajaran Matematika ..................................................... 8

    a. Belajar dan Pembelajaran ................................................ 8

    b. Hasil Belajar Matematika ................................................ 11

    2. Model Cooperative Learning Tipe Snowball Throwing ........ 16

    a. Model Cooperative Learning .......................................... 16

    b. Cooperative Learning Tipe Snowball Throwing ............ 22

    3. Pembelajaran Konvensional .................................................. 25

    4. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................. 26

    v

  • B. Kerangka Berpikir ....................................................................... 27

    C. Pengajuan Hipotesis .................................................................... 29

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 30

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 30

    1. Tempat Penelitian ................................................................ 30

    2. Waktu Penelitian .................................................................. 30

    B. Metode dan Desain Penelitian .................................................... 30

    C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 31

    D. Teknik Pengumpulan Data................................................. ........ 31

    1. Variabel yang Diteliti .......................................................... 31

    2. Data Penelitian ..................................................................... 32

    3. Instrumen Penelitian ............................................................ 32

    a. Uji Validitas .................................................................... 33

    b. Uji Reliabilitas ................................................................ 35

    c. Uji Taraf Kesukaran ........................................................ 36

    d. Uji Daya Beda ................................................................. 37

    E. Teknik Analisa Data ................................................................... 38

    1. Uji Normalitas .................................................................... 38

    2. Uji Homogenitas .................................................................. 39

    3. Pengujian Hipotesis ............................................................. 40

    F. Hipotesis Statistik ......................................................................... 43

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 44

    A. Deskripsi Data ............................................................................. 44

    1. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelompok Eksperimen....... 45

    2. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelompok Kontrol .......... 47

    B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................... 50

    1. Uji Normalitas ..................................................................... 50

    2. Uji Homogenitas .................................................................. 52

    C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ......................................... 52

    1. Pengujian Hipotesis ................................................................ 52

    vi

  • 2. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 53

    D. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 58

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 60

    A. Kesimpulan ................................................................................. 60

    B. Saran ............................................................................................ 61

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 62

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    vii

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok Belajar

    Konvensional .............................................................................. 19

    Tabel 2 Waktu Pelaksanaan Penelitian .................................................... 30

    Tabel 3 Desain Penelitian . ...................................................................... 31

    Tabel 4 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Balajar ........................................ 32

    Tabel 5 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas ............................................. 36

    Tabel 6 Klasfikasi Interpretasi Taraf Kesukaran ..................................... 37

    Tabel 7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelompok

    Eksperimen ................................................................................. 45

    Tabel 8 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelompok

    Kontrol ........................................................................................ 48

    Tabel 9 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Kelompok

    Eksperimen dan Kelompok Kontrol ........................................... 50

    Tabel 10 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ....... 51

    Tabel 11 Hasil Uji Homogenitas ................................................................ 52

    Tabel 12 Hasil Uji Perbedaan Dengan Statistik Uji t ................................ 53

    viii

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Kerangka Berpikir Model Cooperative Learning tipe Snowball

    Throwing ....................................................................................... 28

    Gambar 2 Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi hasil Belajar

    Matematika Kelompok Eksperimen .............................................. 47

    Gambar 3 Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi hasil Belajar

    Matematika Kelompok Eksperimen .............................................. 49

    Gambar 4. Pertanyaan Siswa Dalam Satu Kelompok ...................................... 55

    Gambar 5. Siswa melempar kertas yang digulung seperti bola ....................... 56

    Gambar 6. Siswa sedang melakukan diskusi kelompok .................................. 57

    ix

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Hasil Wawancara Pra Penelitian .............................................. 64

    Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 67

    Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ...... 91

    Lampiran 4. Kertas Kerja Siswa ................................................................... 115

    Lampiran 5. Uji Coba Instrumen Tes ........................................................... 116

    Lampiran 6. Insrumen Tes ........................................................................... 120

    Lampiran 7. Jawaban Instrumen Tes ............................................................ 123

    Lampiran 8. Perhitungan Validitas Item Uji Coba Instrumen ...................... 124

    Lampiran 9. Perhitungan Reliabilitas Item Uji Coba Instrumen .................. 127

    Lampiran 10. Langkah-Langkah Perhitungan Indeks Kesukaran Tes

    Berbentuk Pilihan Ganda ........................................................ 129

    Lampiran 11. Langkah-Langkah Perhitungan Daya Beda Tes

    Berbentuk Pilihan Ganda ......................................................... 131

    Lampiran 12. Hasil Perhitungan Validitas, Daya Beda dan Tingkat

    Kesukaran Tes Soal Postest ..................................................... 133

    Lampiran 13. Lembar Keterangan Perbaikan Instrumen ................................ 134

    Lampiran 14. Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol . 137

    Lampiran 15. Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Kelompok

    Eksperimen ............................................................................... 139

    Lampiran 16. Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol .. 143

    Lampiran 17. Uji Normalitas Kelas Eksperimen ............................................ 147

    Lampiran 18. Uji Normalitas Kelas Kontrol .................................................. 149

    Lampiran 19. Perhitungan Uji Homogenitas .................................................. 151

    Lampiran 20. Perhitungan Uji Hipotesis Statistik .......................................... 152

    Lampiran 21. Tabel Nilai r Product Moment .............................................. 154

    Lampiran 22. Luas Kurva Di Bawah Normal ................................................. 156

    x

  • xi

    Lampiran 23. Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square)...................... 157 Lampiran 24. Nilai Kritis Distribusi F ............................................................ 159

    Lampiran 25. Nilai Kritis Distribusi t ............................................................. 161

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kegiatan pendidikan merupakan suatu rangkaian peristiwa yang sangat

    kompleks, karena pendidikan adalah suatu proses yang membantu manusia dalam

    mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan

    permasalahan yang ada. Hal ini senada dengan fungsi pendidikan nasional yang

    tertuang dalam Undang-undang Dasar Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3

    yang berbunyi :

    Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak manusia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. 1

    Banyak faktor yang saling menunjang dalam proses pendidikan, antara lain

    adalah sekolah. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang

    didalamnya terdapat proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

    nasional. Proses pembelajaran dan komponen yang ada didalamnya seperti guru,

    peserta didik, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode pembelajaran, dan sarana

    serta prasarana yang tersedia merupakan hal-hal yang dapat menetukan suatu

    keberhasilan proses pendidikan.

    Saat ini salah satu hal yang dapat menunjukkan suatu keberhasilan proses

    pendidikan adalah melalui ujian nasional. Siswa atau peserta didik yang lulus

    dalam ujian nasional maka dinyatakan telah berhasil dalam proses pendidikan,

    sedangkan siswa yang tidak lulus dinyatakan belum berhasil dalam proses

    pendidikan. Salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam ujian nasional adalah

    matematika.

    1Undang-Undang RI No.20 tahun 2003, Tentang Sisdiknas(Jakarta: depdiknas, 2006), h.7.

    1

  • 2

    Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang harus

    dikuasai oleh siswa pada jenjang pendidikan sekolah dasar sampai sekolah

    menengah atas. Hal ini menunjukkan bahwa matematika merupakan mata

    pelajaran yang memiliki kedudukan penting dalam pendidikan, karena matematika

    merupakan bidang studi yang amat berguna dan banyak memberi bantuan dalam

    berbagai disiplin ilmu yang lain. Oleh karena itu maka dapat dikatakan setiap

    orang memerlukan pengetahuan matematika dalam berbagai bentuk sesuai dengan

    kebutuhannya.

    Mengingat pentingnya mata pelajaran matematika, maka pembelajaran

    matematika harus didesain agar menarik minat siswa dan menumbuhkan dorongan

    untuk belajar sehingga mereka terikat dalam proses pembelajaran matematika dan

    memiliki sikap positif terhadap matematika. Berdasarkan kenyataan yang ada,

    mungkin tidaklah mengejutkan kalau banyak siswa sekolah dan orang dewasa

    yang takut dengan matematika dan berusaha menghindarinya. Mereka sering kali

    percaya kalau hanya sedikit orang berbakat yang bisa sukses dalam matematika.

    Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam bidang studi matematika yang

    masih memprihatinkan.Selain itu, hal ini juga dapat dilihat dari data yang

    mendukung opini tersebut, yaitu :

    Dari hasil studi TIMSS tahun 2007 untuk siswa kelas VIII, menempatkan

    siswa Indonesia pada urutan ke-36 dari 49 negara dengan nilai rata-rata untuk

    kemampuan matematika secara umum adalah 397. nilai tersebut masih jauh dari

    standard minimal nilai rata-rata kemampuan matematika yang ditetapkan TIMSS

    yaitu 500. Prestasi siswa Indonesia ini berada dibawah siswa Malaysia dan

    Singapura. Siswa Malaysia memperoleh nilai rata-rata 593.2 Skala matematika

    TIMSS-Benchmark Internasional menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada

    pada peringkat bawah, Malaysia pada peringkat tengah, dan Singapura berada

    pada peringkat atas. Padahal jam pelajaran matematika di Indonesia 136 jam

    2 Ina V.S. Mullis, dkk, TIMSS 2007 International Mathematics Report, dari

    http://timss.bc.edu/TIMSS2007/techreport.html, 6 September 2009, h. 38.

  • 3

    untuk kelas VIII, lebih banyak dibanding Malaysia yang hanya 123 jam dan

    Singapura 124 jam.3

    Rendahnya hasil belajar juga terjadi di MTs. Negeri Legok. Hal ini terlihat

    dari data nilai ulangan harian kelas VII yang rata-rata siswanya masih

    mendapatkan nilai di bawah kkm. Selain itu, hasil wawancara dengan guru bidang

    studi matematika juga menunjukkan masih banyak masalahmasalah yang

    dihadapi siswa dalam pembelajaran matematika. Diantaranya adalah motivasi

    belajar siswa yang rendah, kemampuan dasar mereka juga rendah, dan tidak

    adanya dukungan dari orang tua untuk belajar. 4 Rendahnya motivasi belajar juga

    mengakibatkan siswa tidak aktif dalam bertanya, entah karena takut maupun

    karena mereka tidak tahu apa yang ingin mereka tanyakan.

    Puncak dari proses belajar adalah hasil belajar siswa yaitu dengan adanya

    penilaian. Dalam penilaian hasil belajar, yang memberikan batasan atau ukuran

    terhadap penilaian tersebut adalah guru. Guru merupakan kunci dalam

    pembelajaran, karena guru menyusun desain pembelajaran, melaksanakan

    pembelajaran, dan menilai hasil belajar. 5

    Bagaimana mengoptimalkan hasil belajar matematika siswa adalah tugas

    seorang pendidik. Untuk itulah dalam proses pembelajaran dibutuhkan suatu

    paradigma baru yang diyakini mampu memecahkan masalah tersebut. Paradigma

    baru itu ditandai oleh pembelajaran dengan inovasi-inovasi yang berangkat dari

    hasil refleksi terhadap eksistensi paradigma lama yang mengalami masa suram

    menuju paradigma baru. Beberapa hal yang menandakan pembelajaran paradigma

    lama mengalami masa suram, antara lain guru sebagai pengajar bukan pendidik,

    sekolah terikat dengan jadwal yang ketat, basis belajar hanya berkutat pada fakta,

    isi pelajaran, dan teori semata, hafalan menjadi agenda utama bagi siswa,

    komputer lebih dipandang sebagai objek, penggunaan media statis lebih

    mendominasi, komunikasi terbatas, penilaian lebih bersifat normatif.6 Selain itu,

    3 Ina V.S. Mullis, dkk, TIMSS 2007 International h.195. 4 Fiyanti malawati, Wawancara, Legok, 15 Juni 2010. 5 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.250.

    6 Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, h. 7.

  • 4

    pada saat proses pembelajaran berlangsung juga terlihat kurangnya kerja sama

    antara sesama siswa, misalnya saja siswa yang pandai tidak memiliki kemampuan

    untuk menjelaskan kepada temannya yang belum mengerti akan materi pelajaran

    yang disampaikan.

    Paradigma lama tersebut tampaknya sudah tidak relevan lagi untuk kondisi

    saat ini yang ditandai oleh perubahan di segala aspek. Pada proses pembelajaran

    dengan paradigma lama masih kurangnya variasi model pembelajaran yang

    digunakan sehingga proses pembelajaran jadi monoton. Pembelajaran harus turut

    berubah seiring dengan perubahan aspek yang lainnya sehingga terjadi

    keseimbangan dan kesesuaian.

    Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan sebagai upaya untuk

    meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan menggunakan model

    cooperative learning. Model cooperative learning merupakan kegiatan

    pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama dan saling membantu

    mengkonstruksi konsep, dan memahami materi pelajaran.

    Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam

    membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk

    menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman.

    Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran

    sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi

    yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

    Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai

    tutor bagi teman sebayanya.

    Cooperative learning juga menghasilkan peningkatan kemampuan

    akademik, membentuk hubungan persahabatan, menimba informasi, belajar

    menggunakan sopan-santun, meningkatkan motivasi siswa dan belajar

    mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam

    menghargai pikiran orang lain. Dalam cooperative learning siswa diminta untuk

    bekerjasama menyelesaikan masalah dengan menyatukan pendapat demi

    memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual.

  • 5

    Salah satu teknik pembelajaran dalam model cooperative learning adalah

    snowball throwing. Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti bola

    salju bergulir, dapat diartikan sebagai tipe pembelajaran dengan menggunakan

    bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian

    dilemparkan secara bergiliran di antara sesama siswa.7 Kegiatan melempar bola

    pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa

    tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara, akan tetapi mereka juga

    melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada

    siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri

    karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang

    terdapat dalam bola kertas.

    Pembelajaran Snowball Throwing dinilai cocok diterapkan di Sekolah

    Menengah Pertama khususnya untuk pelajaran matematika, karena sesuai dengan

    inti dari pembelajaran Snowball Throwing yaitu siswa berkreatifitas dalam

    membuat soal matermatika dan menjawab pertanyaan yang diberikan temannya

    dengan sebaik-baiknya. Siswa dapat belajar efektif dengan perasaan senang,

    karena siswa bisa mendiskusikan gagasan atau yang menjadi pemikirannya dalam

    proses pembelajaran. Hal ini sangat baik, karena akan terbentuk persepsi bahwa

    matematika merupakan pelajaran yang sangat menarik, dan tujuan pembelajaran

    akan tercapai sehingga hasil belajar siswa juga akan baik.

    Berawal dari alasan diatas, peneliti ingin melakukan penelitian tentang hal

    itu dengan mengangkat judul : Pengaruh Model Coopertive Learning Tipe

    Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa.

    B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka

    permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut:

    1. Masih rendahnya hasil belajar matematika pada siswa

    2. Kurangnya variasi model pembelajaran dalam proses pembelajaran

    7 http://etd.eprints.ums.ac.id/4921/

  • 6

    3. Proses pembelajaran yang berlangsung masih monoton.

    4. Kurangnya kerja sama antara sesama siswa saat belajar.

    C. Pembatasan Masalah

    Penelitian ini dibatasi pada masalah perbandingan hasil belajar matematika

    siswa yang diajar dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball

    throwing dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

    konvensional di kelas VII, pada materi bilangan bulat.

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka

    permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

    1. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model cooperative

    learning tipe Snowball Throwing dan hasil belajar siswa yang diajar

    menggunakan pembelajaran konvensional pada pelajaran matematika?

    2. Apakah terdapat pengaruh model cooperative learning tipe snowball

    throwing terhadap hasil belajar matematika siswa?

    E. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar

    matematika siswa yang diajar menggunakan model cooperative learning tipe

    snowball throwing lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar

    menggunakan pembelajaran konvensional.

    F. Manfaat Penelitian

    Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaatnya, antara

    lain:

    1. Bagi siswa, dapat membantu dalam memahami pelajaran matematika,

    mengoptimalkan kemampuan berpikir, tanggung jawab, dan kemampuan

    siswa dalam kegiatan pembelajaran.

  • 7

    2. Bagi guru, dapat menjadi masukan dalam hal melaksanakan pembelajaran

    dan menambah wacana tentang model pembelajaran yang efektif sebagai

    upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

    3. Bagi peneliti, dapat memperluas wawasan tentang proses pembelajaran

    dengan model cooperative learning tipe snowball throwing di bidang

    matematika.

  • BAB II

    PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIK DAN PENGAJUAN

    HIPOTESIS

    A. Deskripsi Teoretik

    1. Pembelajaran Matematika

    a. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan komponen paling vital dalam setiap

    penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses belajar

    sesungguhnya tidak pernah ada jenjang pendidikan. Belajar merupakan

    tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, belajar hanya

    dialami oleh siswa itu sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak

    terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh

    sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.

    Berhasil atau gagalnya proses pendidikan amat tergantung pada proses

    belajar dan mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika para siswa

    itu disekolah maupun di lingkungan keluarganya sendiri. Terdapat keragaman

    dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning).

    Whittaker dalam Djamarah merumuskan belajar sebagai proses dimana

    tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.1

    Pengertian tersebut senada dengan pendapat fontana yang menyatakan belajar

    adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil

    dari pengalaman.2 Dengan adanya latihan atau pengalaman maka siswa akan

    terbiasa dan selalu teringat akan proses belajar yang terjadi.

    Crow dalam Sagala mengemukakan bahwa belajar ialah upaya untuk

    memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap.3 Dari

    beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

    1 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2009), h.12. 2 Erman Suherman,dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (IMSTEP,

    Jurusan Pendidikan FMIPA UPI,2001), h.8 3 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.13.

    8

  • 9

    upaya untuk mendapatkan perubahan mulai dari yang tidak tahu menjadi

    tahu, dari yang tidak mampu menjadi mampu dan itu semua diperoleh karena

    latihan yang berulang-ulang dan pengalaman.

    Berbagai eksperimen dilakukan para ahli psikologi tentang proses

    belajar mengajar berhasil mengungkapkan serta menemukan sejumlah prinsip

    atau kaidah yang merupakan dasar-dasar dalam melakukan proses dan

    mengajar atau pembelajaran. Menurut Suprijono, prinsip-prinsip belajar

    meliputi, perubahan perilaku, belajar merupakan proses dan belajar

    merupakan bentuk pengalaman. 4

    Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai hasil

    tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari, kontinu atau

    berkesinambungan dengan perilaku lainnya, fungsional atau bermanfaat

    sebagai bekal hidup, positif atau berakumulasi, aktif atau sebagai usaha yang

    direncanakan dan dilakukan, permanen atau tetap, bertujuan dan terarah,

    mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. Belajar terjadi karena didorong

    kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematik

    yang dinamis, konstruktif, dan organic. Belajar merupakan kesatuan

    fungsional dari berbagai komponen belajar. Pengalaman pada dasarnya

    adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

    Menurut Muhibbin, secara global faktor-faktor yang mempengaruhi

    belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: 5

    1) Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yakni

    keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.

    2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yakni

    kondisi lingkungan di sekitar siswa.

    3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar

    siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

    melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

    4 Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar), h.4. 5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008), h.132.

  • 10

    Dalam kegiatan yang disebut belajar harus ada 4 kondisi yang

    fundamental pada diri orang yang belajar, yaitu adanya:

    a) Suatu dorongan atau kebutuhan untuk belajar/mempelajari sesuatu.

    jari.

    b) Suatu perangsangan atau isyarat tertentu sebagai signal/ tanda materi

    yang akan dipela

    c) Suatu respon utama dari diri orang yang belajar, apakah berupa tindakan

    motorik, pengamatan, pemikiran, penghayatan atau perubahan fisiologis.

    d) Suatu ganjaran pengukuhan sebagai hasil belajar yang dicapai.

    Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dengan peserta

    didik. Interaksi antara guru dengan peserta didik dalam proses pembelajaran

    memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

    efektif. Tanpa adanya interaksi antara guru dengan peserta didik, maka proses

    pembelajaran tidak dapat berjalan secara maksimal.

    Dimyati dan Mudjiono menyatakan pembelajaran adalah kegiatan guru

    secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar

    secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.6 Hal ini

    senada dengan UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah

    proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada

    suatu lingkungan belajar.7 Sebelum memulai proses pembelajaran guru harus

    mempersiapkan model dan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam

    proses pembelajaran.

    Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijelaskan, maka dapat

    dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dan siswa

    yang terprogram dalam desain instruksional dengan menggunakan sumber

    belajar untuk mengembangkan kreatifitas berpikir dan kemampuan

    mengkonstruksi pengetahuan baru siswa sebagai upaya untuk meningkatkan

    penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

    6 Syaiful Sagala, Konsep ..........................................., h.62. 7 Syaiful Sagala, Konsep............................................, h.62.

  • 11

    b. Hasil Belajar Matematika

    Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah

    mengalami proses belajar mengajar. Menurut Abdurrahman, hasil belajar

    adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.8

    Muhibbin mengemukakan arti hasil belajar adalah segenap aspek psikologis

    yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa.9

    Sudjana mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang

    terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai

    pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan,

    kebiasaan, sikap dan cita-cita.10

    Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa

    hasil belajar adalah hasil akhir setelah siswa mengalami proses belajar,

    dimana terdapat perubahan dalam tingkah laku maupun pola pikir siswa yang

    dapat diamati dan diukur karena hasil belajar menentukan tingkat

    keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Kinsley membagi 3 macam hasil

    belajar yakni: 11

    (a) keterampilan dan kebiasaan

    (b) pengetahuan dan pengertian

    (c) sikap dan cita-cita.

    Merujuk pemikiran Gagne, ada lima kategori hasil belajar yaitu: 12

    (1) Informasi verbal yaitu kemampuan mengungkapkan pengetahuan dalam

    bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan yang tidak memerlukan

    manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

    (2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan melakukan aktivitas kognitif

    bersifat khas untuk mempresentasikan konsep dan lambang.

    Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi,

    8 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT.

    Rineka Cipta, 2009), Cet.II, h. 37. 9 Muhibbin Syah, Psikologi.................................., h.150

    10 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Matematika,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 22

    11 Nana Sudjana, Penilaian Hasil, hal. 22 12 Agus Suprijono, Cooperative ..................................., h.5-6.

  • 12

    kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-

    prinsip keilmuan.

    (3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

    aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan

    konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

    (4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

    jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme

    gerak jasmani.

    (5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

    penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan

    menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai.

    Bloom dan Rathwol mengkategorikan jenis perilaku hasil belajar

    kepada tiga jenis ranah yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: ranah

    kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.13

    Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kerja otak. Dalam ranah

    kognitif itu terdapat enam jenjang/level proses berpikir, mulai dari jenjang

    terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Menurut revisi Bloom,

    keenam level tersebut adalah: 14

    Knowledge Remembering (Pengetahuan) (Mengingat)

    Comprehension Understanding (Pemahaman) (Memahami)

    Application Applying (Aplikasi) (Mengaplikasikan)

    Analysis Analyzing (Analisa) (Menganalisa)

    Synthesis Evaluating (Perpaduan) (Mengevaluasi)

    Evaluating Creating

    13Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2009), h .17 14 Prasetyo Wijaya, Mengetahui Level Soal Matematika Dengan Taksonomi Bloom,

    http://www.doestoe.com/does/4956972/Mengetahui-level-soal-matematika-dengan-taksonomi-bloom

  • 13

    (Evaluasi) (Membuat)

    Keterangan :

    1. Remembering (Mengingat)

    Pada level ini, kerja otak kita hanya mengambil informasi dalam satu

    langkah dan menulisnya secara apa adanya.

    2. Understanding (Memahami)

    Pada level ini, kerja otak kita mengambil informasi dalam satu langkah

    dan menjelaskannya secara gamblang.

    3. Applying (Mengaplikasikan)

    Pada level ini, kerja otak kita mengambil informasi dalam satu langkah

    dan menerapkan informasi itu untuk memecahkan persoalan yang ada.

    4. Analyzing (Menganalisa)

    Pada level ini, kerja otak kita mengambil informasi dalam satu langkah

    dan menerapkan informasi itu untuk memecahkan persoalan yang ada.

    Akan tetapi informasi itu belum bisa memecahkan permasalahan, sehingga

    dibutuhkan informasi lain yang berbeda dari informasi sebelumnya untuk

    memecahkan permasalahan.

    5. Evaluating (Mengevaluasi)

    Pada level ini, kita dihadapkan pada permasalahan yang menuntut suatu

    keputusan. Dimana keputusan ini diambil setelah kita melakukan analisa

    secara menyeluruh.

    6. Creating (Membuat)

    Pada level ini, kita diharuskan untuk menghasilkan sesuatu hal/rumus yang

    baru yang bisa kita gunakan untuk memecahkan persoalan.

    Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

    Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)

    atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar

    tertentu.

    Hasil belajar tiap individu berbeda-beda antara satu dengan yang

    lainnya karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Abdurrahman

  • 14

    menyatakan hasil belajar dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri

    anak dan faktor yang berasal dari lingkungan. 15 Faktor yang datang dalam

    diri siswa antara lain kemampuan yang dimilikinya, minat, perhatian,

    motivasi belajar, konsep diri, sikap, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang

    datang dari luar meliputi orang tua, guru, teman sekolah, dan sebagainya.

    Hasil belajar yang baik dapat diperoleh dengan belajar yang berulang-

    ulang, hal ini seperti pada proses belajar matematika. James dan James

    mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,

    susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang

    lainnya. Reys menyatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola

    dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan

    suatu alat.16

    Berdasarkan beberapa definisi matematika yang telah dijelaskan, maka

    dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai

    konsep-konsep yang memiliki pola dan hubungan antara satu dengan yang

    lainnya serta dapat digunakan sebagai alat untuk berpikir.

    Bruner mengemukakan bahwa belajar matematika adalah belajar

    mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur yang tercakup dalam pokok

    bahasan yang diajarkan, serta keterkaitan antara konsep-konsep dan struktur-

    struktur tersebut.17 Pemahaman terhadap konsep dan struktur suatu materi

    menjadikan materi itu dipahami secara lebih komprehensif, peserta didik

    lebih mudah mengingat materi itu bila yang dipelajari merupakan pola yang

    berstruktur.

    Menurut Cockroft siswa perlu belajar matematika karena : 18

    (1) selalu digunakan dalam semua bidang kehidupan

    (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai

    (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas

    (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara

    15Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi............., h. 42 16 Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran ...., h.18-19. 17 Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran ...., h. 44.

    18 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi.........., h.253

  • 15

    (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis dan ketelitian

    (6) dapat memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang

    ran yang objektif berupa fakta,

    konse

    a siswa yang akan diukur dalam penelitian ini

    adala

    atematika

    yang

    a terlepas dari sifat-sifat matematika

    yang

    adalah berjenjang

    erjenjang, yaitu dimulai dari

    hal yang konkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal yang sederhana

    menantang

    Matematika merupakan bahan pelaja

    p, operasi, dan prinsip yang semuanya adalah abstrak, maka dapat

    dikatakan hasil belajar matematika siswa sebagian besar dinilai oleh guru

    pada ranah kognitifnya, penilaiannya dilakukan dengan tes hasil belajar

    matematika. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

    belajar matematika adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa

    tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat

    didalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara

    konsep-konsep dan struktur-struktur matematika tersebut sesuai tujuan

    pendidikan yang ditetapkan.

    Hasil belajar matematik

    h pada ranah kognitifnya saja yaitu berupa tes formatif pokok bahasan

    bilangan bulat. Materi bilangan bulat berkaitan dengan materi bilangan cacah

    yang telah dipelajari oleh peserta didik pada tingkat sekolah dasar.

    Hasil belajar matematika dipengaruhi oleh pembelajaran m

    diartikan sebagai proses belajar matematika oleh siswa dengan

    bantuan/pendampingan dari guru. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam

    pembelajaran matematika, kegiatan utama dilakukan oleh siswa untuk

    mempelajari bahan ajar matematika dalam rangka menguasai kompetensi

    yang telah ditetapkan guru matematika.

    Pembelajaran matematika tidak bis

    abstrak dan sifat perkembangan intelektual siswa yang kita ajar. Oleh

    karena itulah kita perlu memperhatikan beberapa sifat atau karakteristik

    pembelajaran matematika.19

    a. pembelajaran matematika

    bahan kajian matematika diajarkan secara b

    19 Erman Suherman,dkk., Strategi Pembelajaran..........................., h. 65

  • 16

    ke hal yang kompleks, dari konsep yang mudah menuju konsep yang lebih

    sukar

    pembelajaran matematika mengikuti metode spiral

    dalam setiap m

    b.

    emperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu

    jari siswa sebelumnya.

    c.

    sep matematika melalui contoh-contoh tentang

    ki oleh konsep-

    d.

    erupakan

    benaran suatu

    2. Ma. ative Learning

    tu perencanaan atau

    sebagai pedoman dalam merencanakan

    pem

    memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipela

    Metoda spiral bukanlah mengajarkan konsep hanya dengan pengulangan

    atau perluasan saja tetapi harus ada peningkatan. Spiralnya harus spiral

    naik bukan spiral datar.

    pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif

    pemahaman konsep-kon

    sifat-sifat yang sama yang dimiliki dan yang tidak dimili

    konsep tersebut merupakan tuntutan pembelajaran matematika.

    pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

    kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya m

    kebenaran konsistensi, tidak ada pertentangan antara ke

    konsep dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila

    didasarkan atas pernyataan-pernyataan terdahulu yang telah diterima

    kebenarannya.

    odel Coopertive Learning Tipe Snowball Throwing

    Model Cooper

    Menurut Joyce model pembelajaran adalah sua

    suatu pola yang digunakan

    belajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan

    perangkat-perangkat pembelajaran.20 Model pembelajaran merupakan

    suatu pedoman yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran

    untuk mencapai tujuan belajar.

    20 Trianto, Model Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

    Prestasi Pustaka, 2007), hal. 5

  • 17

    Model pembelajaran mempunyai empat ciri, yaitu: 21

    1) encipta atau

    2) l tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan

    3) rlukan agar model tersebut dapat

    4) lingkungan belajar yan diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat

    Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya

    meng

    ran kooperatif

    merup

    a n kooperatif

    adala

    rasional teoritik logis yang disusun oleh para p

    pengembangnya

    andasan pemikiran

    pembelajaran yang akan dicapai)

    tingkah laku mengajar yang dipe

    dilaksanakan dengan berhasil

    tercapai

    erjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

    sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Model cooperative

    learning ditandai oleh struktur tugas, tujuan, dan dan reward yang kooperatif.

    Siswa dalam situasi cooperative learning didorong dan/atau dituntut untuk

    mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama, dan mereka harus

    mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas itu.

    Slavin dalam Isjoni mengemukakan bahwa pembelaja

    akan suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja

    dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif

    sehingga dapat membuat siswa lebih bergairah dalam belajar. 22

    Sedangkan Johnson mengemukakan bahwa pembelaj ra

    h model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam mencapai

    tujuan bersama. 23 Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang

    menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok dengan pemanfaatan

    kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota

    lainnya dalam kelompok itu.

    21 Trianto, Model- Model Pembelajaran.., hal. 6 22 Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.15. 23 Isjoni, Cooperative ............................................................, h.15-16.

  • 18

    Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif dalam pendidikan

    adalah falsafah homo homini socius, yang menekankan bahwa manusia

    adalah makhluk social. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting

    artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama tidak akan ada keluarga,

    organisasi atau sekolah.

    Pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar akan

    memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Langkah-

    langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut. 24

    a). Menyampaikan tujuan dan memberikan motivasi kepada siswa.

    b). Menyajikan informasi.

    c). Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

    d). Membimbing kelompok belajar dan bekerja.

    e). Evaluasi.

    f). Memberikan penghargaan kapada kelompok-kelompok belajar.

    Unsur- unsur yang ada dalam pembelajaran kooperatif : 25

    1. Mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar

    sesama sebagai latihan hidup bermasyarakat.

    2. Saling ketergantungan positif antar individu (tiap individu punya

    kontribusi dalam mencapai tujuan) dalam satu kelompok.

    3. Siswa mempunyai tanggung jawab secara individu.

    4. Temu muka dalam proses pembelajaran.

    5. Komunikasi antar anggota kelompok.

    6. Evaluasi proses pembelajaran kelompok.

    Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif tersebut diberitahukan

    kepada siswa dengan harapan agar siswa dapat bekerja sama dengan baik

    dalam kelompoknya, sehingga menunjukkan sikap baik dalam proses belajar

    24 Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009),

    h. 52. 25 Yatim Riyanto, Paradigma................, h.269-270.

  • 19

    mengajar yang pada akhirnya kemampuan akademik atau hasil belajar siswa

    menjadi baik, sesuai dengan teori perkembangan yang mengasumsikan bahwa

    interaksi antar siswa di sekitar tugas-tugas yang sesuai, meningkatkan

    penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit.

    Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 26

    1. Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

    2. Siswa dalam kelompok sehidup semati.

    3. Siswa melihat semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

    4. Siswa membagi tugas dan dan tanggung jawab yang sama.

    5. Akan dievaluasi untuk semua.

    6. Berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama.

    7. Diminta untuk mempertanggungjawabkan individual materi yang

    ditangani.

    Ada beberapa perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan

    kelompok belajar konvensional, yaitu:27

    Tabel 1

    Pebedaan Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok

    Belajar Konvensional

    Kelompok belajar kooperatif

    Kelompok belajar konvensional

    Adanya saling ketergantungan positif,

    saling membangun, dan saling

    memberikan motivasi sehingga ada

    interaksi positif

    Guru sering membiarkan adanya

    siswa yang mendominasi kelompok

    atau menggantungkan diri pada

    kelompok

    Adanya akuntabilitas individual yang

    mengukur penguasaan materi

    pelajaran tiap anggota kelompok, dan

    kelompok diberi umpan balik tentang

    hasil belajar para anggotanya sehingga

    Akuntabilitas individual sering

    diabaikan sehingga tugas-tugas

    sering di borong oleh salah seorang

    anggota kelompok sedangkan

    anggota kelompok lainnya hanya

    26 Yatim Riyanto, Paradigma................, h. 270. 27 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrukvistik (Konsep,

    Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya), (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h.43-44

  • 20

    dapat saling mengetahui siapa yang

    memerlukan bantuan dan siapa yang

    dapat memberikan bantuan

    mendompleng keberhasilan

    pemborong

    Kelompok belajar heterogen, baik

    dalam kemampuan akademik, jenis

    kelamin, ras, etnik, dan sebagainya

    sehingga dapat saling mengetahui

    siapa yang memerlukan bantuan dan

    siapa yang memberikan bantuan

    Kelompok belajar biasanya homogeny

    Pimpinan kelompok dipilih secara

    demokratis atau bergilir untuk

    memberikan pengalaman memimpin

    bagi para anggota kelompok

    Pemimpin kelompok sering

    ditentukan oleh guru atau kelompok

    dibiarkan untuk memilih

    pemimpinnya dengan cara masing-

    masing

    Keterampilan social yang diperlukan

    dalam kerja gotongroyong seperti

    kepemimpinan, mempercayai orang

    lain, dan mengelola konflik secara

    langsung diajarkan

    Keterampilan sosial sering tidak

    secara langsung diajarkan

    Pada saat belajar kooperatif sedang

    berlangsung guru terus melakukan

    pemantauan melalui observasi dan

    melakukan intervensi jika terjadi

    masalah dalam kerja sama antar

    anggota kelompok

    Pemantauan melalui observasi dan

    intervensi sering tidak dilakukan

    oleh guru pada saat belajar

    kelompok sedang berlangsung

    Guru memperhatikan secara proses

    kelompok yang terjadi dalam

    kelompok-kelompok belajar

    Guru sering idak memperhatikan

    proses kelompok yang terjadi

    dalam kelompok-kelompok belajar

    Penekanan tidak hanya pada

    penyelesaian tugas tetapi juga

    hubungan interpersonal (hubungan

    antar pribadi yang saling menghargai)

    Penekanan sering hanya pada

    penyelesaian tugas

  • 21

    Model Cooperative Lerning akan berjalan dengan baik pada kelas yang

    kemampuan siswanya merata, namun sebenarnya kelas dengan kemampuan

    siswa yang bervariasi lebih membutuhkan model ini. Secara umum,

    kelompok heterogen disukai oleh para guru yang telah menggunakan model

    pembelajaran cooperative learning. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan,

    antara lain kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling

    mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung, kelompok ini meningkatkan

    relasi dan interaksi antar ras, agama, etnik, dan gender, dan kelompok

    heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang

    yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk

    setiap tiga orang. 28

    Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk

    mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum

    Ibrahim, et al. (2000), yaitu : 29

    a. Hasil belajar akademik

    Dalam coopertive learning selain memiliki beragam tujuan sosial, juga

    dapat memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting

    lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam

    membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang

    model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan koopertif telah

    dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan

    norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

    b. Penerimaan terhadap individu

    Model cooperative learning juga bertujuan agar siswa dapat bergaul

    secara luas dengan orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial,

    kemampuan, dan ketidakmampuannya.

    28 Anita Lie, Cooperative Learning( mempraktikkan cooperative learning di ruang-ruang

    kelas), (Jakarta : PT. Grasindo, 2009), h.43. 29 Isjoni, Cooperative .................., h.27-28.

  • 22

    c. Pengembangan keterampilan sosial

    Tujuan penting ketiga cooperative leaning adalah mengajarkan kepada

    siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-

    ketrampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak

    muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

    Kelebihan model Cooperative Learning menurut Jarolimek & Parker

    (1993) adalah sebagai berikut : 30

    1) adanya saling ketergantungan yang positif antara siswa

    2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu

    3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas

    4) tercipta suasana kelas yang menyenangkan sehinggan membuat siswa

    merasa rileks

    5) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan

    guru

    6) siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman

    emosi yang menyenangkan.

    b. Cooperative Learning Tipe Snowball Throwing

    Salah satu tipe yang ada pada cooperative learning adalah Cooperative

    Learning Tipe Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti bola

    salju bergulir yang dapat diartikan sebagai pembelajaran dengan

    menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola

    kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara sesama siswa. 31

    Dilihat dari pendekatan yang digunakan, tipe Snowball Throwing ini

    memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan keterampilan proses.

    Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi

    dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau

    30 Isjoni, Cooperative ................., h.24. 31http://etd.eprints.ums.ac.id/4921/

  • 23

    berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu

    menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian,

    tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya

    mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola

    kertas.

    Tipe pembelajaran Snowball Throwing merupakan suatu cara penyajian

    pelajaran dengan cara siswa berkreatifitas membuat soal matematika dan

    menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh temannya dengan sebaik-

    baiknya.32 Dengan demikian, siswa dituntut untuk membaca materi yang

    akan dipelajari sebelum proses pembelajaran.

    Secara rinci langkah-langkah penggunaan tipe pembelajaran Snowball

    Throwing ini dapat diuraikan sebagai berikut.33

    a). Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan

    b). Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil ketua dari setiap

    kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

    c). Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-

    masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru

    kepada temannya

    d). Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,

    untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang

    sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

    e). Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa

    ke siswa yang lain

    f). Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan

    kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas

    berbentuk bola tersebut secara bergantian.

    32http://etd.eprints.ums.ac.id/4921/ 33 Yatim Riyanto, Paradigma Baru .............., h.280.

  • 24

    g). Evaluasi

    h). Penutup

    Penggunaan model Cooperative Learning Tipe Snowball Throwing

    dalam pembelajaran matematika dapat memberikan dampak positif bagi

    siswa, karena model Cooperative Learning Tipe Snowball Throwing

    memiliki beberapa kelebihan, antara lain : 34

    1. Melatih kesiapan siswa dalam proses pembelajaran

    2. Siswa saling memberikan pengetahuan.

    Penerapan Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing

    dinilai cocok dalam pembelajaran matematika khususnya pokok bahasan

    bilangan bulat sesuai indikator dalam KTSP, yaitu menyelesaikan operasi

    perkalian dan pembagian bilangan bulat. Hal ini dikarenakan dalam proses

    pembelajaran Snowball Throwing siswa dilatih untuk selalu siap dalam

    membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang diperoleh dari siswa

    lain. Semakin banyak siswa menjawab pertanyaan sama dengan siswa

    mengerjakan latihan secara berulang-ulang.

    Penggunaan model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing pada

    pembelajaran bilangan bulat dimulai dengan pembentukan kelompok.

    Kemudian masing-masing ketua kelompok maju ke depan kelas untuk

    mendapatkan informasi materi yang akan dipelajari, misalnya operasi

    perkalian dan pembagian bilangan bulat. Tahap berikutnya adalah setiap

    siswa mendapatkan satu lembar kertas kerja dan membuat pertanyaan yang

    bersangkutan dengan opersi perkalian dan pembagian bilangan bulat.

    Selanjutnya adalah melempar kertas kerja yang sudah berisi pertanyaan dan

    digulung seperti bola kepada siswa lain yang berbeda kelompok. Setiap siswa

    mempunyai tanggung jawab untuk menjawab pertanyaan yang diperoleh dari

    siswa lain dan melakukan diskusi dengan kelompoknya untuk membahas

    setiap pertanyaan dalam satu kelompok.

    34 http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/19/snowball-throwing/

  • 25

    Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan presentasi dari beberapa

    kelompok, karena waktu yang ada tidak memungkinkan setiap kelompok

    untuk melakukan presentasi. Pemilihan kelompok yang maju presentasi

    berdasarkan pada pertanyaan yang lebih bervariasi dari kelompok lainnya.

    Kemudian guru membimbing siswa dalam evaluasi dan membuat kesimpulan.

    3. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional adalah sebuah pembelajaran yang biasa

    digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran

    konvensional, guru memiliki peranan yang sangat penting. Guru dituntut

    untuk menjelaskan materi dari awal hingga akhir pelajaran untuk menjamin

    bahwa semua siswa mengerti akan materi tersebut.

    Pembelajaran konvensional menyebabkan siswa menjadi pasif dalam

    proses pembelajaran, karena pembelajaran yang berlangsung lebih berpusat

    pada guru dan komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah. Hal ini

    menyebabkan kurangnya interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa.

    Siswa lebih banyak mendengarkan, mencatat, dan akhirnya menghafal

    penjelasan yang diberikan oleh guru. Dalam proses pembelajaran siswa hanya

    sekali-kali bertanya mengenai hal-hal yang disampaikan oleh guru dan

    biasanya hal tersebut dilakukan oleh siswa yang sama. Sehingga proses

    pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang efektif.

    Ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:

    1. Pembelajaran lebih berpusat pada guru

    2. Siswa biasanya lebih pasif dalam proses pembelajaran

    3. Siswa merupakan objek pembelajaran

    4. Siswa belajar dengan menghafal

    5. Bahan ajar biasanya dalam bentuk ceramah, tugas tulis dan media lain

    menurut pertimbangan guru

    6. Komunikasi antara guru dengan siswa adalah komunikasi satu arah

  • 26

    4. Hasil Penelitian yang Relevan

    Salah satu penelitian yang menggunakan Model Cooperative Learning

    Tipe Snowball Throwing adalah Silfia Maulida dalam penelitiannya yang

    berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika

    Melalui Kolaborasi Model Quantum Teaching dan Model Kooperatif Tipe

    Snowball Throwing pada kelas X-1 SMA Negeri 7 Yogyakarta Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Quantum Teaching yang

    dikolaborasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing

    yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa meliputi

    tahap tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan.

    Peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa tampak dari hasil rubric

    penilaian komunikasi matematika dari kategori Sedang dengan persentase

    64,08% pada siklus I menjadi kategori Tinggi dengan persentase 77,11% pada

    siklus II. Hal ini didukung dengan hasil tes kemampuan komunikasi matematika

    siswa yang meningkat dari pre tes dengan persentase 42,71% dalam kategori

    Rendah menjadi 60,73% dalam kategori Sedang pada post tes siklus I dan

    pada post tes siklus II menjadi 65,11% dalam kategori Tinggi. 35

    Penelitian lain yang menggunakan Model Cooperative Learning Tipe

    Snowball Throwing adalah Ari Daryani dalam penelitiannya yang berjudul

    Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Model Pembelajaran

    Snowball Throwing. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas

    (PTK) pada kelas VII G SMP Negeri 1 Godong. Hasil penelitian ini

    menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep pada sub pokok

    persegi panjang dan persegi. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan: 1)

    dengan model pembelajaran Snow Ball Throwing dapat meningkatkan

    pemahaman konsep matematika hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa yang

    mengerjakan soal ke depan kelas sebelum putaran mencapai 15% dan di akhir

    putaran mencapai 72,5%, Mengajukan ide/gagasan sebelum putaran mencapai

    35Silfia Maulida, Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui Kolaborasi Model Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 7 Yogyakarta

  • 27

    12,5% dan diakhir putaran mencapai 65%, keaktifan bertanya sebelum

    putaran 7,5% dan di akhir putaran mencapai 67,5%. 2) hasil belajar

    matematika siswa meningkat dengan menggunakan model pembelajaran

    Snow Ball Throwing, disini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dengan nilai

    60 sebelum putaran 10% dan diakhir putaran mencapai 70%, hasil belajar

    dengan nilai < 60 sebelum putaran mencapai 90% dan diakhir putaran

    mencapai 30%.36

    Melihat dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

    diambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan model Cooperative

    Learning tipe Snowball Throwing menggunakan sangat efektif untuk

    digunakan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, peneliti merasa

    tertarik untuk melakukan penelitian yang menggunakan model Cooperative

    Learning Tipe Snowball Throwing.

    d. Kerangka Berpikir

    Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

    teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

    dan memajukan daya pikir manusia. Namun, penelitian tentang matematika

    seringkali dianggap sebagai terbatas, individualistik atau kompetitif. Satu

    pekerjaan atau perjuangan yang semata-mata ditujukan untuk memahami

    materi atau memecahkan masalah yang ditugaskan. Mungkin tidaklah

    mengejutkan kalau banyak siswa sekolah dan orang dewasa yang takut

    dengan matematika dan berusaha menghindarinya. Oleh karena itu,

    diperlukan suatu pembaharuan dalam proses pembelajaran matematika. Pada

    proses pembelajaran dengan paradigma lama masih kurang variasi model

    pembelajaran yang digunakan sehingga proses pembelajaran jadi monoton.

    Pembelajaran harus turut berubah seiring dengan perubahan aspek yang

    lainnya sehingga terjadi keseimbangan dan kesesuaian.

    36 Ari Daryani, Peningkatan pemahaman konsep matematika melalui model

    pembelajaran snowball throwing, http://etd.eprints.ums.ac.id/4921/

  • 28

    Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan untuk

    meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan menggunakan model

    cooperative learning. Cooperative learning juga menghasilkan peningkatan

    kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk

    hubungan persahabatan, menimba informasi, belajar menggunakan sopan-

    santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sifat terrhadap sekolah

    dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa

    dalam menghargai pokok pikiran orang lain.

    Tipe dari model cooperative learning salah satunya adalah tipe

    snowball throwing. Tipe pembelajaran Snowball Throwing merupakan suatu

    cara penyajian pelajaran dengan cara siswa berkreatifitas membuat soal

    matematika dan menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh temannya dengan

    sebaik-baiknya.

    Penerapan tipe Snowball Throwing ini dalam pembelajaran matematika

    khususnya pokok bahasan bilangan bulat melibatkan siswa untuk dapat

    berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan kemampuan siswa

    dalam memahami konsep dapat terarah lebih baik. Sehingga hasil belajar

    siswa juga akan lebih baik. Secara grafis, penulis menggambarkan kerangka

    berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut :

    Materi Pembelajaran Guru

    Model Cooperative Learning Tipe Snowball Throwing Bilangan Bulat

    Hasil belajar matematika siswa meningkat

    Gambar 1

    Kerangka Berpikir Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing

  • 29

    e. Pengajuan Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa

    yang diajar dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball

    throwing lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan

    menggunakan pembelajaran konvensional.

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada MTs. Negeri Legok yang beralamat

    di Jl H Abdurrahman No 85 A Pagedangan, Tangerang.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011

    pada bulan Agustus sampai dengan bulan September 2010. Waktu

    pelaksanaan penelitian akan terlihat pada tabel dibwah ini :

    Tabel 2

    Waktu Pelaksanaan Penelitian

    Waktu Kegiatan

    15 Juni 2010 Permohonan izin observasi dan

    wawancara dengan guru bidang study

    21 Juli 2010 Permohonan izin penelitian

    2 Agustus 2010 1 September

    2010 Penelitian

    4 Agustus 2010 Uji validitas instrument

    22 September 2010 Pemberian postes

    B. Metode dan Desain Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

    eksperimen (penelitian semu), yaitu metode eksperimen yang tidak

    memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan penuh terhadap variabel dan

    kondisi eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas dengan perlakuan model

    30

  • 31

    Cooperative Learning tipe snowball throwing dan kelas kontrol dengan

    pembelajaran konvensional. Desain penelitian yang digunakan adalah

    Randomized Subject Posttest Only Control Group Design dengan rincian

    sebagai berikut :1

    Tabel 3

    Desain Penelitian

    Kelas Perlakuan Post Test

    Eksperimen

    Kontrol

    Keterangan :

    : Perlakuan dengan Model Cooperative Learning Tipe Snowball

    Throwing

    : Tes akhir yang sama pada kedua kelas

    C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

    Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs. Negeri

    Legok . Sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah siswa kelas

    VII MTs. Negeri Legok. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel

    acak kelas. Setelah dilakukan sampling terhadap enam kelas yang ada

    diperoleh sampel adalah kelas VII 4 sebagai kelas kontrol dengan jumlah

    siswa sebanyak 36 orang dan kelas VII 6 sebagai kelas eksperimen dengan

    jumlah siswa sebanyak 36 orang.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    1. Variabel yang Diteliti

    a. Variabel bebas : Pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing

    b. Variabel Terikat : Hasil belajar matematika pada pokok bahasan

    bilangan bulat.

    1 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 185

  • 32

    2. Data Penelitian

    Data penelitian diambil dari hasil belajar matematika pada kelas

    eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh dari skor tes formatif pada

    pokok bahasan bilangan bulat dimana tes yang dikerjakan oleh kedua kelas

    tersebut sama, yang dilakukan pada akhir pokok bahasan materi bilangan

    bulat.

    3. Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes berbentuk

    pilihan ganda sebanyak 20 buah soal untuk mengukur hasil belajar

    matematika siswa. Dimana 10 soal merupakan hasil dari uji validitas dan

    10 soal dari perbaikan instrumen dengan pembimbing dengan kisi-kisi

    instrumen sebagai berikut:

    Tabel 4

    KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

    Kompetensi Dasar : 1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat 1.2 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan

    bulat dalam pemecahan masalah

    Indikator Kemampuan Nomor soal C1 C2 C3 Membedakan bilangan bulat positif dan

    bilangan bulat negative

    1

    Menyatakan hubungan antara dua bilangan

    bulat

    2

    Menyelesaikan operasi tambah,kurang, kali,

    bagi, pangkat dan akar kuadrat bilangan bulat

    termasuk operasi campuran

    3, 4, 7, 20

    18, 19 5, 14, 16

  • 33

    Menentukan dan menjelaskan sifat-sifat operasi

    hitung pada bilangan bulat

    6

    Menentukan KPK danFPB dengan

    memfaktorkan

    8, 9

    Menggunakan KPK dan FPB untuk

    menyelesaikan masalah

    10

    Menaksir hasil perkalian, pembagian dan

    melakukan pembulatan bilangan bulat

    11, 12

    Menghitung akar kuadrat suatu bilangan 17 Menggunakan sifat-sifat penjumlahan,

    pengurangan, perkalian, pembagian, dan

    perpangkatan bilangan bulat untuk

    menyelesaikan masalah

    13, 15

    Jumlah 20

    Keterangan: C1 = Mengingat C2 = Memahami C3 = Mengaplikasikan

    Instrumen terlebih dahulu diuji cobakan sebelum digunakan sehingga

    didapatkan instrumen yang baik. Uji coba ini dimaksudkan untuk

    memperoleh validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda

    instrumen.

    a. Uji Validitas Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

    yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang

    diteliti secara tepat.

    Pada instrumen tes hasil belajar matematika, validitas yang

    digunakan adalah validitas item, yaitu mengkur yang dimiliki oleh

  • 34

    sebutir item dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir

    item tersebut.

    Pengujian validitas item untuk tes berbentuk pilihan ganda dalam

    penelitian ini menggunakan rumus korelasi point biserial, yaitu:2

    =

    Keterangan:

    = Koefisien korelasi point biserial yang melambangkan kekuatan

    korelasi antara variabel I dengan variabel II, yang dalam hal ini

    dianggap sebagai koefisien validitas item.

    = Skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir

    item yang bersangkutan telah dijawab dengan betul.

    = Skor rata-rata dari skor total.

    SDt = Deviasi standar dari skor total.

    P = Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang

    sedang diuji validitas itemnya.

    q = Proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item yang

    sedang diuji validitas itemnya.

    Setelah diperoleh harga , selanjutnya dilakukan pengujian

    validitas dengan membandingkan harga dan product moment,

    s terlebih dahulu menetapkan degrees of freedomnya atau derajat

    kebebasannya, dengan rumus dk = n 2. Dengan diperolehnya dk, maka

    dapat dicari harga product moment pada taraf signifikansi 5 %.

    Kriteria pengujiannya adalah jika , maka soal tersebut valid

    dan jika maka soal tersebut tidak valid. Dari hasil uji

    validitas 30 soal yang diujicobakan terdapat 10 soal yang valid (pada

    lampiran 8) dan 10 soal yang yang telah diperbaiki.

    2 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),

    hal. 78-79

  • 35

    b. Uji reliabilitas Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut

    konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur. Pengujian

    reliabilitas untuk tes berbentuk pilihan ganda dalam penelitian ini

    menggunakan rumus KR-20, yaitu:3

    = 22

    11 )1( SpqS

    nnr

    Keterangan:

    11r = Koefisien reliabilitas tes.

    n = Banyaknya butir item.

    1 = Bilangan konstan.

    = Varian total. 2ts

    pi = Proporsi testee yang menjawab dengan betul butir item yang

    bersangkutan.

    qi = Proporsi testee yang jawabannya salah, atau qi = 1 - pi .

    iiqp = Jumlah dari hasil perkalian antara pi dengan qi . Klasifikasi interpretasi reliabilitas yang digunakan adalah sebagai

    berikut:4

    3M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka

    Setia, 2005), cet. II, hal. 131-132 4 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka

    Setia, 2005), cet. II , h. 132

  • 36

    Tabel 5

    Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas

    Nilai Korelasi Interpretasi

    11r 0,20 0,20 < 11r 0,40 0,40 < 11r 0,70 0,70 < 11r 0,90 0,90

  • 37

    Kl si T ran

    Tabel 6

    asifikasi Interpreta araf Kesuka

    Nilai Dp Interpretasi

    P = 0,00

    0,00 < P 0,30

    0,30 < P 0,70

    0,7 00

    P = 1,00

    Sangat sukar

    Sangat mudah

    0 < P 1,

    Sukar

    Sedang

    Mudah

    d.

    umus yang digunakan untuk

    enemukan indeks diskriminan adalah: 6

    D =

    Daya Pembeda

    Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

    membedakan kemampuan siswa. Angka yang menunjukkan besarnya

    daya pembeda disebut indeks diskriminan. Indeks diskriminan ini

    dikenak dengan tanda negative yang berarti bahwa suatu soal itu terbalik

    dalam mengukur kemampuan siswa. R

    m

    -

    = -

    BA = banyak golongan atas yang menjawab benar untuk setiap butir

    BB = banyak golongan bawah yang menjawab benar untuk setiap butir

    Keterangan:

    D = daya pembeda

    PA = proporsi kelas atas yang menjawab benar

    PB = proporsi kelas bawah yang menjawab benar

    soal.

    soal.

    6 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar., hal. 213

  • 38

    JA = jumlah siswa kelas atas

    JB = jumlah siswa kelas bawah

    t jelek

    0,70 < DP 1,00 = sangat baik

    E. Tek

    statistik, uji statistik yang

    digu

    memeriksa

    agai prasyarat dapat dilakukan analisis data.

    1. Uji

    ). Adapun prosedur

    ai berikut:8

    a.

    al dari populasi yang tidak berdistribusi normal

    Klasifikasi daya pembeda:7

    DP = 0, 00 = sanga

    0,00 < DP 0,20 = jelek

    0,20 < DP 0,40 = cukup

    0,40 < DP 0,70 = baik

    nik Analisis Data

    Dalam penelitian ini menggunakan uji

    nakan adalah uji-t untuk menguji hipotesis.

    Namun sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t, maka perlu

    dilakukan uji prasyarat analisis terlebih dahulu. Uji prasyarat yang perlu

    dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas untuk

    keabsahan sampel seb

    Normalitas

    Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data pada dua

    kelompok sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi

    normal atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas

    menggunakan uji kai kuadrat (chi square

    pengujiannya adalah sebag

    Menentukan hipotesis

    H0 : Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

    H1 : Data sampel beras

    b. Menentukan rata-rata.

    c. Menentukan standar deviasi.

    7 Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian...........hal. 135

    8 Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar, h. 149 150.

  • 39

    d. Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi.

    1)

    nya subjek

    rb sar skor terkecil

    3) Panjang kelas (P) =

    Rumus banyak kelas: (aturan Struges)

    K = 1 + 3,3 log (n), dengan n adalah banyak

    2) Rentang (R) = skor te e

    KR

    e. Cari dengan rumus: hitung2( ) =

    iE

    Cari tabel2 dengan derajat kebebasan (dk) = banyak ke

    iihitung

    EO 22

    f. las (K) 3 dan

    % atau taraf signifikansi = 5%.

    g. ria pen ian:

    Jika > , maka H0 ditolak

    2. Uji Homogenitas

    an uji Fisher (F).

    nya adalah sebagai berikut:9

    a. ntukan hi tesis

    b. Cari Fhitung dengan rumus:

    taraf kepercayaan 95

    Krite guj

    Jika , maka H0 diterimahitung2 tabel2hitung

    2 tabel2

    Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua

    kelompok sampel mempunyai varians yang sama (homogen) atau tidak.

    Dalam penelitian ini, pengujian homogenitas menggunak

    Adapun prosedur pengujian

    Mene po

    H0 : 222

    1 =H1 : 22

    21

    terkecilVariansF

    terbesarVarians=

    )

    d. itung Ftabel dengan rumus:

    c. Tetapkan taraf signifikansi (H

    9 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), Cet. III, h. 249.

  • 40

    ( )1,12

    tabel21

    FF

    =nn

    e.

    ut:

    pok sampel mempunyai varians yang berbeda.

    3. Pen

    an uji-t pada taraf

    signifikan alpha = 0,05 dengan rumus sebagai berikut:

    a) ji t untuk varian yang homogen

    Tentukan kriteria pengujian H0, yaitu:

    Jika Fhitung Ftabel, maka H0 diterima

    Jika F > F , maka H ditolak hitung tabel 0 Adapun pasangan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berik

    H0 : Kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama.

    H1 : Kedua kelom

    gujian Hipotesis

    Setelah dilakukan uji prasyarat analisis, kemudian untuk mengetahui

    pengaruh model cooperative learning tipe snowball throwing terhadap

    hasil belajar matematika siswa digunakn uji-t. Melakuk

    u

    21

    21

    11nn

    S

    XXt

    gab +=

    dk =

    221 + nn

    b) ji t untuk varian yang tidak homogen

    t =

    u

    2

    22

    1

    21

    21

    nS

    nS

    XX

    +

  • 41

    dk =

    11 2

    2

    2

    22

    2

    1

    21

    2

    2

    22

    1

    21

    +

    +

    n

    nS

    n

    nS

    nS

    nS

    Keterangan :

    t : harga uji statistik

    1X : rata-rata hasil belajar matematika kelompok

    Eksperimen

    2X : rata-rata hasil belajar matematika kelompok

    Kontrol

    S : varian gabungan gab

    1n : jumlah sampel kelas eksperimen

    2n : jumlah sampel kelas kontrol 21S : varian data pada kelompok eksperimen

    : varian data pada kelompok kontrol 22S

    Kriteria pengujian:

    Tolak Ho jika thitung > t tabel

    Terima Ho jika thitung < t tabel

    Jika dalam perhitungan uji normalitas diperoleh bahwa kelompok

    eksperimen dan atau kelompok kontrol tidak berasal dari populasi yang

    berdistribusi normal maka untuk menguji hipotesis menggunakan uji non

    parametrik. Adapun jenis uji non parametrik yang digunakan pada

    penelitian ini adalah Uji Mann-Whitney (Uji U) untuk sampel besar

    dengan taraf signifikasi = 0,05. Adapun langkah-langkah dalam tes U

    Mann-Whitney adalah sebagai berikut:

  • 42

    a. Tentukan harga-harga n1 dan n2. n1 untuk jumlah siswa yang lebih

    sedikit, dan n2 untuk jumlah siswa yang lebih banyak.

    b. Berilah ranking bersama skor-skor kedua kelompok itu.

    c. Tentukan harga U dengan rumus:

    111

    211 R2)1n(n

    nnU + dan +=

    222

    212 R2)1n(n

    nnU ++=

    Dimana:

    n1 = jumlah sampel kelas eksperimen

    n2 = jumlah sampel kelas kontrol

    U1 = jumlah peringkat kelas eksperimen

    U2 = jumlah peringkat kelas kontrol

    R1 = jumlah rangking pada sampel kelas eksperimen

    R2 = jumlah rangking pada sampel kelas kontrol

    d. Metode untuk menetapkan signifikansi harga U observasi dengan

    rumus:

    12)1nn()n()(n

    2nn-U

    Z

    -UZ

    2121

    21

    U

    U

    ++=

    =

    e. Jika harga observasi U mempunyai kemungkinan yang sama besar