Hemoptisis Pada Penderita Tb
description
Transcript of Hemoptisis Pada Penderita Tb
PENANGANAN HEMOPTISIS PADA TB PARU
PENDAHULUAN
Batuk merupakan salah satu upaya fisiologik pertahanan tubuh (dalam
hal ini saluran nafas) yang alamiah yaitu suatu refleks perlindungan tubuh
untuk membuang sekresi trakeobronkial yang berlebihan ataupun benda asing
yang masuk ke saluran pernafasan. Resptor batuk terdapat diantara sel-sel
berambut getar dari faring sampai bronkiolus, hidung, sinus dan paranasalis.
Rangsangan yang dapat mencetuskan batuk antara lain, udara dingin, debu,
peradangan mukosa saluran nafas, tumor, dan lendir pada saluran nafas.1
Batuk menjadi tidak fisiologik lagi bila berlanjut berkepanjangan dan
sudah dirasakan sebagai suatu gangguan. Pada penderita TB gejala utama yang
muncul adalah batuk berkepanjangan lebih dari 3 bulan disertai lendir dan
kadang juga disertai darah (hemoptisis). Hemoptitis adalah ekspektorasi darah
atau mucus yang bercampur dengan darah. Darah pada hemoptisis harus berasal
dari saluran pernafasan bagian bawah, jika darah berasal dari saluran
pernafasan atas atau saluran pencernaan maka ini tidak digolongkan sebagai
hemoptisis. Hemoptisis bagi pasien selalu menakutkan, begitu pula bagi dokter
untuk mengingatkan agar terus waspada bahwa suatu ketika akan menjadi
kegawatan.1,2
Di Indonesia, urutan penyebab hemoptisis tersering adalah tuberculosis
paru, hal ini disebabkan oleh karena banyaknya penderita TB di Indonesia,
kemudian disusul oleh keganasan paru (karsinoma bronkogenik), bronkiektasis,
abses paru, pneumonia bakterial, bronchitis kronik, dan infestasi jamur.2
DEFINISI
Hemoptisis merupakan keadaan batuk dengan pengeluaran sputum
berbercak darah atau pengeluaran darah yang tampak jelas berasal dari traktus
respiratorius.2,3
Ada beberapa kriteria untuk menyatakan hemoptisis masif diantaranya
adalah : 3,4
1. Bila penderita mengalami batuk darah lebih dari 600 ml per 24 jam dan
dalam pengamatan batuk tidak berhenti.
2. Bila penderita batuk darah kurang dari 600 ml per 24 jam dan pada
pemeriksaan laboraturium menunjukkan kadar Hb kurang dari 10 g%,
sedangkan batuk darah masih berlangsung terus.
3. Penderita dengan batuk darah kurang dari 600 ml per 24 jam, tetapi lebih
dari 250 ml per 24 jam, kadar Hb lebih dari 10 g% dan pada pengamatan
selama 48 jam dengan pengobatan konservatif perdarahan tidak berhenti
sama sekali.
ETIOLOGI
Penting membedakan bahwa darah berasal dari traktus respiratorius
bukan dari traktus gastrointestinal. Darah yang berasal dari gastrointestinal
berwarna hitam kemerahan dan pH-nya asam, sebaliknya pada hemoptisis darah
berwarna merah terang dan pH-nya alkali.6
Saluran nafas terutama diperdarahi oleh system arteri-vena pulmonalis
dan system arteri bronkialis yang erasal dari aorta. Dari kedua sistem
perdarahan ini perdarahan pada sistem arteri bronkialis lebih sering terjadi.
Pada tuberculosis, hemoptisis dapat disebabkan oleh kavitas aktif atau oleh
proses inflamasi tuberkulosis di jaringan paru. Apabila tuberkulosis menjadi
fibrosis dan perkejuan, dapat menyebabkan aneurisma arteri pulmonalis dan
bronkiektasis yang akan menyebabkan hemoptisis pula. 5,6
PATOMEKANISME
Batuk darah merupakan tanda telah terjadinya ekskavasi dan ulserasi
dari pembuluh darah pada dinding kavitas, oleh karena itu proses tuberkulosis
harus cukup lanjut untuk dapat menimbulkan batuk dengan ekspektorasi. Setiap
proses yang terjadi pada paru-paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari
cabang-cabang arteri bronkialis yang berperan untuk memberikan nutrisi pada
jaringan paru. Hemoptisis pada tuberkulosis paru dapat disebabkan oleh karena
robeknya pembuluh darah pada dinding kavitas (aneurisma rassmussen) yang
disebabkan karena tekanan pada pembuluh darah oleh kavitas yang ditimbulkan
oleh infeksi tuberkulosis.4,7
DIAGNOSA
Diagnosa dapat ditegakan dengan melakukan pemeriksaan yang teliti,
80% diagnose pada anamnesis pasien tuberculosis kemungkinan besar sudah
dapat ditegakkan. Pertanyaan mengenai batuk sudah berapa lama, dahak
bersifat mukopurulen atau purulen, adakah riwayat kontak dengan penderita
yang sama dan sebagainya.3
Perlu dipastikan apakah penderita benar-benar mengalami batuk darah
bukan epsistaksis atau muntah darah. Muntah darah akibat varises esophagus
atau ulkus peptikum dapat menyerupai batuk darah. Untuk membedakan antara
batuk darah dengan muntah darah dapat digunakan petunjuk berikut : 3
Keadaan Hemoptisis Hematemesis
1. Prodroma
2. Onset
3. Penampilan darah
4. Warna darah
Rasa tidak enak di
tenggorokan,
Ingin batuk.
Darah dibatukkan,
Berbuih
Merah segar.
Mual, stomach
distress
Darah dimuntahkan,
Dapat disertai batuk.
Tidak berbuih
Merah tua
5. Isi
6. Reaksi
7. RPS
8. Anemi
9. Tinja
Leukosit,
mikroorganisme,
makrofag, hemosiderin.
Alkalis (pH tinggi).
Menderita kelainan
paru.
Kadang-kadang.
Warna tinja normal
Sisa makanan
Asam (pH rendah).
Gangguan
lambung/hepar.
Selalu.
Bisa berwarna hitam
PENATALAKSANAAN
Biasanya hemoptisis terjadi dengan jumlah darah yang sedikit dan
berhenti spontan tanpa terapi khusus. Setelah mengenali lokasi perdarahan dan
menegakkan diagnose etiologinya, kelainan yang mendasari gejala tersebut
harus diatasi.8
Tujuan pokok terapi adalah :
1. Mencegah tersumbatnya saluran nafas oleh darah yang beku
2. Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi
3. Menghentikan perdarahan
Jika hemoptisis tersebut cukup berat tindakan utama dalam terapi tersebut
mencakup tindakan untuk menenangkan perasaan pasien, dengan tirah baring
total, menyingkirkan prosedur diagnostik yang tidak diperlukan sampai gejala
hemoptisis tersebut mereda, menekan gejala batuk bila gejala ini dapat
memperberat hemoptisis. Tidak disarankan pemberian antitusif bila darah yang
keluar banyak, kecuali bila batuk yang berlebihan dan darah yang keluar sedikit
dapat diberi antitusif. Terapi konservatif lain yang dapat diberikan adalah
pemberian obat hemostasis seperti Vit.K, pemberian oksigen, cairan, dan
antibiotik.4,5,8
Kontrol saluran nafas harus dilakukan dengan memasang endotracheal
tube pada pasien hemoptosis massif untuk menghindari kemungkinan asfiksia.
Hemoptisis masif merupakan keadaan klinis yang menghawatirkan karena
asfiksia yang terjadi akibat aspirasi darah merupakan ancaman utama bagi
keselamatan pasien, pada pasien tuberkulosis dengan pembentukan kavitas,
resiko mortalitas jauh lebih besar dibandingkan pada pasien yang menderita
bronkiektasis atau bronchitis sebagai hemoptisis masif tersebut.8
KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptisis dan
dapat menyebabkan kematian, yaitu ditentukan oleh 3 faktor : 4
1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran
pernafasan
2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptoe dapat
menimbulkan renjatan hopovolemik.
3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke
dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.
KESIMPULAN
Hemoptisis merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk
darah atau sputum yang bercampur dengan darah yang berasal dari traktus
respiratorius. Pada penderita Tuberkulosis, hemoptisis disebabkan oleh
pecahnya aneurisma dari rassmussen karena infeksi kronis kuman
Mycobacterium Tuberculosis pada paru-paru.
Penatalaksanaan awal sangatlah berarti, tujuan pokok terapi adalah
untuk mencegah tersumbatnya saluran nafas oleh karena bekuan darah dan
mengentikan perdarahan. Pada hemoptisis dengan jumlah darah yang sedikit
biasanya akan berhenti sendiri, terapi konservatif dapat segera diberika pada
pasien ini.
Komplikasi yang paling sering terjadi dari hemoptisis adalah terjadinya
asfiksia, renjatan hipovolemik dan bahaya aspirasi. Prognosisnya tergantung
oleh tingkatan hemoptisis dan beratnya infeksi tuberculosis pada paru serta
seberap cepat penanganan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lubis, M, H. Batuk Kronik dan Berulang. 2005. Available from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2031/1/anak-helmi.pdf
2. Djojodibroto, D. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta. EGC: 2007.
3. Soeroso, L. H. Sugito, H. Parhusip, R. S. Sumarl. Usman. Gawat Darurat
Penyakit Paru. Hemoptisif masif. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK USU.
Medan: 1992. Available from :
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/28_HemoptisisMasif.pdf/28_Hemopti
sisMasif.pdf
4. Idmgarut. Hemoptoe. RSU DR. Slamet-FK Yarsi. 2009. Available from :
http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/01/hemoptoe/
5. Aditiawarman. Batuk dan Batuk Darah. Available from :
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/65269272?
extension=pdf&ft=1323244964<=1323248574&uahk=w+xu+HFHyReoZ
Gjctm6A1rYFitk
6. Rasmin, M. Editorial Hemoptisis. Departemen Pulmonologi & Ilmu
Kedokteran Respirasi FKUI. Available from :
http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/HEMOPTISIS%20editorial.pdf
7. Alsagaff, H. Mukty, A. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press; 2005
8. Isselbacher, J. K. Braunwald, E. et al. Harrison’s Principle of Internal
Medicine. Vol 1. EGC.