Hemoptisis Pada Penderita Tb

11
PENANGANAN HEMOPTISIS PADA TB PARU PENDAHULUAN Batuk merupakan salah satu upaya fisiologik pertahanan tubuh (dalam hal ini saluran nafas) yang alamiah yaitu suatu refleks perlindungan tubuh untuk membuang sekresi trakeobronkial yang berlebihan ataupun benda asing yang masuk ke saluran pernafasan. Resptor batuk terdapat diantara sel-sel berambut getar dari faring sampai bronkiolus, hidung, sinus dan paranasalis. Rangsangan yang dapat mencetuskan batuk antara lain, udara dingin, debu, peradangan mukosa saluran nafas, tumor, dan lendir pada saluran nafas. 1 Batuk menjadi tidak fisiologik lagi bila berlanjut berkepanjangan dan sudah dirasakan sebagai suatu gangguan. Pada penderita TB gejala utama yang muncul adalah batuk berkepanjangan lebih dari 3 bulan disertai lendir dan kadang juga disertai darah (hemoptisis). Hemoptitis adalah ekspektorasi darah atau mucus yang bercampur dengan darah. Darah pada hemoptisis harus berasal dari saluran pernafasan bagian bawah, jika darah berasal dari saluran

description

TB REFARAT

Transcript of Hemoptisis Pada Penderita Tb

Page 1: Hemoptisis Pada Penderita Tb

PENANGANAN HEMOPTISIS PADA TB PARU

PENDAHULUAN

Batuk merupakan salah satu upaya fisiologik pertahanan tubuh (dalam

hal ini saluran nafas) yang alamiah yaitu suatu refleks perlindungan tubuh

untuk membuang sekresi trakeobronkial yang berlebihan ataupun benda asing

yang masuk ke saluran pernafasan. Resptor batuk terdapat diantara sel-sel

berambut getar dari faring sampai bronkiolus, hidung, sinus dan paranasalis.

Rangsangan yang dapat mencetuskan batuk antara lain, udara dingin, debu,

peradangan mukosa saluran nafas, tumor, dan lendir pada saluran nafas.1

Batuk menjadi tidak fisiologik lagi bila berlanjut berkepanjangan dan

sudah dirasakan sebagai suatu gangguan. Pada penderita TB gejala utama yang

muncul adalah batuk berkepanjangan lebih dari 3 bulan disertai lendir dan

kadang juga disertai darah (hemoptisis). Hemoptitis adalah ekspektorasi darah

atau mucus yang bercampur dengan darah. Darah pada hemoptisis harus berasal

dari saluran pernafasan bagian bawah, jika darah berasal dari saluran

pernafasan atas atau saluran pencernaan maka ini tidak digolongkan sebagai

hemoptisis. Hemoptisis bagi pasien selalu menakutkan, begitu pula bagi dokter

untuk mengingatkan agar terus waspada bahwa suatu ketika akan menjadi

kegawatan.1,2

Di Indonesia, urutan penyebab hemoptisis tersering adalah tuberculosis

paru, hal ini disebabkan oleh karena banyaknya penderita TB di Indonesia,

kemudian disusul oleh keganasan paru (karsinoma bronkogenik), bronkiektasis,

abses paru, pneumonia bakterial, bronchitis kronik, dan infestasi jamur.2

Page 2: Hemoptisis Pada Penderita Tb

DEFINISI

Hemoptisis merupakan keadaan batuk dengan pengeluaran sputum

berbercak darah atau pengeluaran darah yang tampak jelas berasal dari traktus

respiratorius.2,3

Ada beberapa kriteria untuk menyatakan hemoptisis masif diantaranya

adalah : 3,4

1. Bila penderita mengalami batuk darah lebih dari 600 ml per 24 jam dan

dalam pengamatan batuk tidak berhenti.

2. Bila penderita batuk darah kurang dari 600 ml per 24 jam dan pada

pemeriksaan laboraturium menunjukkan kadar Hb kurang dari 10 g%,

sedangkan batuk darah masih berlangsung terus.

3. Penderita dengan batuk darah kurang dari 600 ml per 24 jam, tetapi lebih

dari 250 ml per 24 jam, kadar Hb lebih dari 10 g% dan pada pengamatan

selama 48 jam dengan pengobatan konservatif perdarahan tidak berhenti

sama sekali.

ETIOLOGI

Penting membedakan bahwa darah berasal dari traktus respiratorius

bukan dari traktus gastrointestinal. Darah yang berasal dari gastrointestinal

berwarna hitam kemerahan dan pH-nya asam, sebaliknya pada hemoptisis darah

berwarna merah terang dan pH-nya alkali.6

Saluran nafas terutama diperdarahi oleh system arteri-vena pulmonalis

dan system arteri bronkialis yang erasal dari aorta. Dari kedua sistem

perdarahan ini perdarahan pada sistem arteri bronkialis lebih sering terjadi.

Pada tuberculosis, hemoptisis dapat disebabkan oleh kavitas aktif atau oleh

proses inflamasi tuberkulosis di jaringan paru. Apabila tuberkulosis menjadi

fibrosis dan perkejuan, dapat menyebabkan aneurisma arteri pulmonalis dan

bronkiektasis yang akan menyebabkan hemoptisis pula. 5,6

Page 3: Hemoptisis Pada Penderita Tb

PATOMEKANISME

Batuk darah merupakan tanda telah terjadinya ekskavasi dan ulserasi

dari pembuluh darah pada dinding kavitas, oleh karena itu proses tuberkulosis

harus cukup lanjut untuk dapat menimbulkan batuk dengan ekspektorasi. Setiap

proses yang terjadi pada paru-paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari

cabang-cabang arteri bronkialis yang berperan untuk memberikan nutrisi pada

jaringan paru. Hemoptisis pada tuberkulosis paru dapat disebabkan oleh karena

robeknya pembuluh darah pada dinding kavitas (aneurisma rassmussen) yang

disebabkan karena tekanan pada pembuluh darah oleh kavitas yang ditimbulkan

oleh infeksi tuberkulosis.4,7

DIAGNOSA

Diagnosa dapat ditegakan dengan melakukan pemeriksaan yang teliti,

80% diagnose pada anamnesis pasien tuberculosis kemungkinan besar sudah

dapat ditegakkan. Pertanyaan mengenai batuk sudah berapa lama, dahak

bersifat mukopurulen atau purulen, adakah riwayat kontak dengan penderita

yang sama dan sebagainya.3

Perlu dipastikan apakah penderita benar-benar mengalami batuk darah

bukan epsistaksis atau muntah darah. Muntah darah akibat varises esophagus

atau ulkus peptikum dapat menyerupai batuk darah. Untuk membedakan antara

batuk darah dengan muntah darah dapat digunakan petunjuk berikut : 3

Keadaan Hemoptisis Hematemesis

1. Prodroma

2. Onset

3. Penampilan darah

4. Warna darah

Rasa tidak enak di

tenggorokan,

Ingin batuk.

Darah dibatukkan,

Berbuih

Merah segar.

Mual, stomach

distress

Darah dimuntahkan,

Dapat disertai batuk.

Tidak berbuih

Merah tua

Page 4: Hemoptisis Pada Penderita Tb

5. Isi

6. Reaksi

7. RPS

8. Anemi

9. Tinja

Leukosit,

mikroorganisme,

makrofag, hemosiderin.

Alkalis (pH tinggi).

Menderita kelainan

paru.

Kadang-kadang.

Warna tinja normal

Sisa makanan

Asam (pH rendah).

Gangguan

lambung/hepar.

Selalu.

Bisa berwarna hitam

PENATALAKSANAAN

Biasanya hemoptisis terjadi dengan jumlah darah yang sedikit dan

berhenti spontan tanpa terapi khusus. Setelah mengenali lokasi perdarahan dan

menegakkan diagnose etiologinya, kelainan yang mendasari gejala tersebut

harus diatasi.8

Tujuan pokok terapi adalah :

1. Mencegah tersumbatnya saluran nafas oleh darah yang beku

2. Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi

3. Menghentikan perdarahan

Jika hemoptisis tersebut cukup berat tindakan utama dalam terapi tersebut

mencakup tindakan untuk menenangkan perasaan pasien, dengan tirah baring

total, menyingkirkan prosedur diagnostik yang tidak diperlukan sampai gejala

hemoptisis tersebut mereda, menekan gejala batuk bila gejala ini dapat

memperberat hemoptisis. Tidak disarankan pemberian antitusif bila darah yang

keluar banyak, kecuali bila batuk yang berlebihan dan darah yang keluar sedikit

dapat diberi antitusif. Terapi konservatif lain yang dapat diberikan adalah

pemberian obat hemostasis seperti Vit.K, pemberian oksigen, cairan, dan

antibiotik.4,5,8

Page 5: Hemoptisis Pada Penderita Tb

Kontrol saluran nafas harus dilakukan dengan memasang endotracheal

tube pada pasien hemoptosis massif untuk menghindari kemungkinan asfiksia.

Hemoptisis masif merupakan keadaan klinis yang menghawatirkan karena

asfiksia yang terjadi akibat aspirasi darah merupakan ancaman utama bagi

keselamatan pasien, pada pasien tuberkulosis dengan pembentukan kavitas,

resiko mortalitas jauh lebih besar dibandingkan pada pasien yang menderita

bronkiektasis atau bronchitis sebagai hemoptisis masif tersebut.8

KOMPLIKASI

Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptisis dan

dapat menyebabkan kematian, yaitu ditentukan oleh 3 faktor : 4

1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran

pernafasan

2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptoe dapat

menimbulkan renjatan hopovolemik.

3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke

dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.

KESIMPULAN

Hemoptisis merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk

darah atau sputum yang bercampur dengan darah yang berasal dari traktus

respiratorius. Pada penderita Tuberkulosis, hemoptisis disebabkan oleh

pecahnya aneurisma dari rassmussen karena infeksi kronis kuman

Mycobacterium Tuberculosis pada paru-paru.

Penatalaksanaan awal sangatlah berarti, tujuan pokok terapi adalah

untuk mencegah tersumbatnya saluran nafas oleh karena bekuan darah dan

mengentikan perdarahan. Pada hemoptisis dengan jumlah darah yang sedikit

biasanya akan berhenti sendiri, terapi konservatif dapat segera diberika pada

pasien ini.

Page 6: Hemoptisis Pada Penderita Tb

Komplikasi yang paling sering terjadi dari hemoptisis adalah terjadinya

asfiksia, renjatan hipovolemik dan bahaya aspirasi. Prognosisnya tergantung

oleh tingkatan hemoptisis dan beratnya infeksi tuberculosis pada paru serta

seberap cepat penanganan dilakukan.

Page 7: Hemoptisis Pada Penderita Tb

DAFTAR PUSTAKA

1. Lubis, M, H. Batuk Kronik dan Berulang. 2005. Available from

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2031/1/anak-helmi.pdf

2. Djojodibroto, D. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta. EGC: 2007.

3. Soeroso, L. H. Sugito, H. Parhusip, R. S. Sumarl. Usman. Gawat Darurat

Penyakit Paru. Hemoptisif masif. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK USU.

Medan: 1992. Available from :

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/28_HemoptisisMasif.pdf/28_Hemopti

sisMasif.pdf

4. Idmgarut. Hemoptoe. RSU DR. Slamet-FK Yarsi. 2009. Available from :

http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/01/hemoptoe/

5. Aditiawarman. Batuk dan Batuk Darah. Available from :

http://www.scribd.com/document_downloads/direct/65269272?

extension=pdf&ft=1323244964&lt=1323248574&uahk=w+xu+HFHyReoZ

Gjctm6A1rYFitk

6. Rasmin, M. Editorial Hemoptisis. Departemen Pulmonologi & Ilmu

Kedokteran Respirasi FKUI. Available from :

http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/HEMOPTISIS%20editorial.pdf

7. Alsagaff, H. Mukty, A. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:

Airlangga University Press; 2005

8. Isselbacher, J. K. Braunwald, E. et al. Harrison’s Principle of Internal

Medicine. Vol 1. EGC.