referat hemoptisis grandis

30
HEMOPTISIS KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batuk merupakan suatu ekspirasi yang eksplosif, merupakan mekanisme perlindungan normal untuk membersihkan trakeobronkial dari sekret dan benda asing. Batuk dapat terjadi dengan sengaja atau karena refleks. Batuk dimulai dengan inspirasi dalam diikuti dengan menutupnya glotis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan penutupan glotis yang menyebabkan tekanan intratoraks meningkat. Ketika glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antara saluran napas dan udara luar menghasilkan aliran udara yang cepat melewati trakea. Batuk membantu membuang mukus dan bahan- bahan asing. 1 Saluran pernapasan dimulai dari rongga hidung sampai saluran-saluran kecil alveoli paru. Pada KKS ILMU PARU RUMAH SAKIT HAJI MEDAN 1

description

referat hemoptisis grandis

Transcript of referat hemoptisis grandis

Page 1: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batuk merupakan suatu ekspirasi yang eksplosif, merupakan

mekanisme perlindungan normal untuk membersihkan trakeobronkial dari

sekret dan benda asing. Batuk dapat terjadi dengan sengaja atau karena

refleks. Batuk dimulai dengan inspirasi dalam diikuti dengan menutupnya

glotis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan penutupan glotis yang

menyebabkan tekanan intratoraks meningkat. Ketika glotis terbuka,

perbedaan tekanan yang besar antara saluran napas dan udara luar

menghasilkan aliran udara yang cepat melewati trakea. Batuk membantu

membuang mukus dan bahan-bahan asing.1

Saluran pernapasan dimulai dari rongga hidung sampai saluran-

saluran kecil alveoli paru. Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah.

Umumnya penyebab terjadinya perdarahan sehingga terjadi batuk darah

adalah karena robeknya lapisan saluran pernapasan sehingga pembuluh darah

di bawahnya ikut sobek dan darah mengalir keluar. Adanya cairan darah

kemudian dikeluarkan oleh adanya refleks batuk.1

Batuk darah (hemoptisis) adalah darah atau dahak bercampur darah

yang dibatukkan yang berasal dari saluran pernafasan bagian bawah (mulai

glotis ke arah distal). Batuk darah adalah suatu keadaan menakutkan /

mengerikan

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 1

Page 2: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

yang menyebabkan beban mental bagi penderita dan keluarga penderita

sehingga menyebabakan takut untuk berobat ke dokter. Biasanya penderita

menahan batuk karena takut kehilangan darah yang lebih banyak sehingga

menyebabkan penyumbatan karena bekuan darah. Batuk darah pada dasarnya

akan berhenti sendiri asal tidak ada robekan pembuluh darah, berhenti sedikit-

sedikit pada pengobatan penyakit dasar. Batuk darah merupakan suatu gejala

atau tanda suatu penyakit infeksi. Volume darah yang dibatukkan bervariasi

dan dahak bercampur darah dalam jumlah minimal hingga masif, tergantung

laju perdarahan dan lokasi perdarahan.2

Batuk darah atau hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat

perdarahan pada saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar

melalui saluran napas bawah laring. Batuk darah lebih sering merupakan

tanda atau gejala penyakit dasar sehingga etiologi harus dicari melalui

pemeriksaan yang lebih teliti. Batuk darah masif dapat diklasifikasikan

berdasarkan volume darah yang dikeluarkan pada periode tertentu. Batuk

darah masif memerlukan penanganan segera karena dapat mengganggu

pertukaran gas di paru dan dapat mengganggu kestabilan hemodinamik

penderita sehingga bila tidak ditangani dengan baik dapat mengancam jiwa.2

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan hemoptisis?

2. Apa penyebab terjadinya hemoptisis?

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 2

Page 3: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

3. Bagaimana patogenesis terjadinya hemoptisis?

4. Apa saja gejala klinis dari hemoptisis?

5. Bagaimana cara mendiagnosis hemoptisis?

6. Bagaimana penatalaksanaan pasien hemoptisis?

7. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hemoptisis?

8. Bagaimana prognosis dari pasien hemoptisis?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang

hemoptisis yang meliputi definisi, etiologi, patogenesis, gejala klinis,

diagnosis, cara penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis.

D. Manfaat Penulisan Makalah

1. Menambah wawasan ilmu kedokteran pada umumnya dan hemoptisis

pada khususnya.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan pembelajaran bagi tenaga kesehatan

dalam hal manajemen hemoptisis.

3. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik senior dibagian Ilmu Paru Rumah Sakit Haji Medan.

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 3

Page 4: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Batuk darah adalah ekspektorasi darah atau dahak yang berdarah,

berasal dari saluran nafas di bawah pita suara. Sinonim batuk darah ialah

haemoptoe atau haemoptysis.3

Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit

yang mendasari sehingga etiologinya harus dicari melalui pemeriksaan yang

seksama.4

B. Etiologi

Etiologi hemoptisis adalah sebagai berikut : 6,9

1. Batuk darah idiopatik

Batuk darah idiopatik adalah batuk darah yang tidak diketahui

penyebabnya, dengan insiden 0,5 sampai 58% . dimana perbandingan

antara pria dan wanita adalah 2:1. Biasanya terjadi pada umur 30-50

tahun kebanyakan 40-60 tahun dan berhenti spontan dengan suportif

terapi.

2. Batuk darah sekunder

Batuk darah sekunder adalah batuk darah yang diketahui

penyebabnya.

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 4

Page 5: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

a. Oleh karena keradangan, ditandai vaskularisasi arteri bronkiale

> 4% (norma l1%)

1) TB : batuk sedikit - sedikit, masif perdarahannya dan

bergumpal.

2) Bronkiektasis : bercampur purulen.

3) Abses paru : bercampur purulen.

4) Pneumonia : warna merah bata encer berbuih.

5) Bronkitis : sedikit-sedikit campur darah atau lendir.

b. Neoplasma

1) Karsinoma paru.

2) Adenoma.

c. Lain-lain

1) Trombo emboli paru – infark paru.

2) Mitral stenosis.

3) Kelainan kongenital aliran darah paru meningkat.

ASD

VSD

4) Trauma dada.

C. Patogenesis

Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan

hipervaskularisasi dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 5

Page 6: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

memberikan nutrisi pada jaringan paru, juga bila terjadi kegagalan arteri

pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas.4

Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis yang

merupakan asal dari perdarahan pada hemoptisis masih diragukan. Teori

terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen ini telah

lama dianut, akan tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa

terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan dari

arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada

hemoptisis.4

Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut : 6,7,9

1. Radang mukosa

Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh

darah menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah

cukup untuk menimbulkan batuk darah.

2. Infark paru

Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme

pada pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus dan infeksi oleh

jamur.

3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler

Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar

seperti pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis.

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 6

Page 7: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

4. Kelainan membran alveolokapiler

Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada

Goodpasture’s syndrome.

5. Perdarahan kavitas tuberkulosa

Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal

dengan aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal

dari cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis

disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronkial. Diduga hal

ini terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial

dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat

menimbulkan hemoptisis masif.

6. Invasi tumor ganas

7. Cedera dada

Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami

transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya

batuk darah.

D. Gejala Klinis

Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan

bahwa perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah, dan bukan

berasal dari nasofaring atau gastrointestinal. Dengan perkataan lain bahwa

penderita tersebut benar - benar batuk darah dan bukan muntah darah.3

Hal tersebut akan dijelaskan pada tabel 1 di bawah ini.

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 7

Page 8: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

Tabel 1. Perbedaan Batuk Darah Dengan Muntah Darah 8

No Keadaan Batuk Darah Muntah Darah

1 Prodromal Darah dibatukkan dengan

rasa panas di tenggorokan

Darah dimuntahkan

dengan rasa mual

(Stomach Distress)

2 Onset Darah dibatukkan, dapat

disertai dengan muntah

Darah dimuntahkan, dapat

disertai dengan batuk

3 Tampilan Darah berbuih Darah tidak berbuih

4 Warna Merah segar Merah tua

5 Isi Lekosit, mikroorganisme,

hemosiderin, makrofag

Sisa makanan

6 Ph Alkalis Asam

7 Riwayat

penyakit dahulu

(RPD)

Penyakit paru Peminum alkohol, ulcus

pepticum, kelainan hepar

8 Anemis Kadang tidak dijumpai Sering disertai anemis

9 Tinja Blood test (-) /

Benzidine Test (-)

Blood Test (+) /

Benzidine Test (+)

Kriteria batuk darah: 5,9

1. Batuk darah ringan (<25cc/24 jam).

2. Batuk darah berat (25-250cc/ 24 jam).

3. Batuk darah masif (batuk darah masif adalah batuk yang

mengeluarkan darah sedikitnya 600 ml dalam 24 jam).

Kriteria yang paling banyak dipakai untuk hemoptisis masif: 5,8

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 8

Page 9: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

1. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam dan

dalam pengamatannya perdarahan tidak berhenti.

2. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam

dan tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari

10 g%, sedangkan batuk darahnya masih terus berlangsung.

3. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam

dan tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g

%, tetapi selama pengamatan 48 jam yang disertai dengan perawatan

konservatif batuk darah tersebut tidak berhenti.

E. Diagnosis

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan gambaran radiologis. Untuk menegakkan diagnosis, seperti halnya

pada penyakit lain perlu dilakukan urutan- urutan dari anamnesis yang teliti

hingga pemeriksaan fisik maupun penunjang sehingga penanganannya dapat

disesuaikan.6,9

1. Anamnesis

Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam hal batuk darah adalah: 6,9

a. Jumlah dan warna darah yang dibatukkan.

b. Lamanya perdarahan.

c. Batuk yang diderita bersifat produktif atau tidak.

d.

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 9

Page 10: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

d. Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan.

e. Ada merasakan nyeri dada, nyeri substernal atau nyeri pleuritik.

f. Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu.

2. Pemeriksaan fisik 6,9

Untuk mengetahui perkiraan penyebab.

a. Panas merupakan tanda adanya peradangan.

b. Auskultasi :

1) Kemungkinan menonjolkan lokasi.

2) Ronchi menetap, whezing lokal, kemungkinan

penyumbatan oleh : Ca, bekuan darah.

c. Friction Rub : emboli paru atau infark paru

d. Clubbing : bronkiektasis, neoplasma

3. Pemeriksaan penunjang

Foto toraks dalam posisi PA dan lateral hendaklah dibuat pada

setiap penderita hemoptisis masif. Gambaran opasitas dapat

menunjukkan tempat perdarahannya.2

Pemeriksaan bronkografi untuk mengetahui adanya

bronkiektasis, sebab sebagian penderita bronkiektasis sukar terlihat

pada pemeriksaan X-foto toraks.3

Pemeriksaan dahak baik secara bakteriologi maupun sitologi

(bahan dapat diambil dari dahak dengan pemeriksaan bronkoskopi

atau dahak langsung).3

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 10

Page 11: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

4. Pemeriksaan bronkoskopi

Bronkoskopi dilakukan untuk menentukan sumber perdarahan

dan sekaligus untuk penghisapan darah yang keluar, supaya tidak

terjadi penyumbatan. Sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan

berhenti, karena dengan demikian sumber perdarahan dapat

diketahui.2,3

Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah : 2

a. Bila radiologik tidak didapatkan kelainan

b. Batuk darah yang berulang

c. Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik

Tindakan bronkoskopi merupakan sarana untuk menentukan

diagnosis, lokasi perdarahan, maupun persiapan operasi, namun waktu

yang tepat untuk melakukannya merupakan pendapat yang masih

kontroversial, mengingat bahwa selama masa perdarahan,

bronkoskopi akan menimbulkan batuk yang lebih impulsif, sehingga

dapat memperhebat perdarahan disamping memperburuk fungsi

pernapasan. Lavase dengan bronkoskop fiberoptik dapat menilai

bronkoskopi merupakan hal yang mutlak untuk menentukan lokasi

perdarahan.2

Dalam mencari sumber perdarahan pada lobus superior,

bronkoskop serat optik jauh lebih unggul, sedangkan bronkoskop

metal sangat bermanfaat dalam membersihkan jalan napas dari bekuan

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 11

Page 12: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

darah serta mengambil benda asing, disamping itu dapat melakukan

penamponan dengan balon khusus di tempat terjadinya perdarahan.2

F. Penatalaksanaan

Tujuan pokok terapi ialah: 8

1. Mencegah asfiksia.

2. Menghentikan perdarahan.

3. Mengobati penyebab utama perdarahan.

Langkah-langkah: 5,8

1. Pemantauan menunjang fungsi vital

a. Pemantauan dan tatalaksana hipotensi, anemia dan kolaps

kardiovaskuler.

b. Pemberian oksigen, cairan plasma expander dan darah

dipertimbangkan sejak awal.

c. Pasien dibimbing untuk batuk yang benar.

2. Mencegah obstruksi saluran napas

a. Kepala pasien diarahkan ke bawah untuk cegah aspirasi.

b. Kadang memerlukan pengisapan darah, intubasi atau bahkan

bronkoskopi.

3. Menghentikan perdarahan

a. Pemasangan kateter balon oklusi forgarty untuk tamponade

perdarahan.

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 12

Page 13: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

b. Teknik lain dengan embolisasi arteri bronkialis dan

pembedahan.

Sasaran-sasaran terapi yang utama adalah memberikan support

kardiopulmaner dan mengendalikan perdarahan sambil mencegah asfiksia

yang merupakan penyebab utama kematian pada para pasien dengan

hemoptisis masif.5,8

Masalah utama dalam hemoptisis adalah terjadinya pembekuan dalam

saluran napas yang menyebabkan asfiksia. Bila terjadi afsiksi, tingkat

kegawatan hemoptisis paling tinggi dan menyebabkan kegagalan organ yang

multipel. Hemoptosis dalam jumlah kecil dengan refleks batuk yang buruk

dapat menyebabkan kematian. Dalam jumlah banyak dapat menimbukan

renjatan hipovolemik.5,8

Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah :

1. Terapi konservatif

Dasar-dasar pengobatan yang diberikan sebagai berikut : 6,8,9

a. Mencegah penyumbatan saluran nafas

Penderita yang masih mempunyai refleks batuk baik dapat

diletakkan dalam posisi duduk, atau setengah duduk dan disuruh

membatukkan darah yang terasa menyumbat saluran nafas.

Dapat dibantu dengan pengisapan darah dari jalan nafas dengan

alat pengisap. Jangan sekali-kali disuruh menahan batuk.

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 13

Page 14: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

Penderita yang tidak mempunyai refleks batuk yang baik,

diletakkan dalam posisi tidur miring kesebelah dari mana diduga

asal perdarahan, dan sedikit trendelenburg untuk mencegah

aspirasi darah ke paru yang sehat. Kalau masih dapat penderita

disuruh batuk bila terasa ada darah di saluran nafas yang

menyumbat, sambil dilakukan pengisapan darah dengan alat

pengisap. Kalau perlu dapat dipasang tube endotrakeal.

Batuk-batuk yang terlalu banyak dapat mengakibatkan

perdarahan sukar berhenti. Untuk mengurangi batuk dapat

diberikan Codein 10 - 20 mg. Penderita batuk darah masif

biasanya gelisah dan ketakutan, sehingga kadang-kadang

berusaha menahan batuk. Untuk menenangkan penderita dapat

diberikan sedatif ringan (Valium) supaya penderita lebih

kooperatif.

b. Memperbaiki keadaan umum penderita

Bila perlu dapat dilakukan :

1) Pemberian oksigen.

2) Pemberian cairan untuk hidrasi.

3) Tranfusi darah.

4) Memperbaiki keseimbangan asam dan basa.

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 14

Page 15: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

c. Menghentikan perdarahan

Pada umumnya hemoptisis akan berhenti secara spontan.

Di dalam kepustakaan dikatakan hemoptisis rata-rata berhenti

dalam 7 hari. Pemberian kantongan es diatas dada, hemostatiks,

vasopresin (Pitrissin)., ascorbic acid dikatakan khasiatnya

belum jelas. Apabila ada kelainan didalam faktor-faktor

pembekuan darah, lebih baik memberikan faktor tersebut

dengan infus.

Di beberapa rumah sakit masih memberikan Hemostatika

(Adona Decynone) intravena 3 - 4 x 100 mg/hari atau per oral.

Walaupun khasiatnya belum jelas, paling sedikit dapat memberi

ketenangan bagi pasien dan dokter yang merawat.

d. Mengobati penyakit yang mendasarinya (underlying disease)

Pada penderita tuberkulosis, disamping pengobatan

tersebut diatas selalu diberikan secara bersama tuberkulostatika.

Kalau perlu diberikan juga antibiotika yang sesuai.

2. Terapi pembedahan

Pembedahan merupakan terapi definitif pada penderita batuk

darah masif yang sumber perdarahannya telah diketahui dengan pasti,

fungsi paru adekuat, tidak ada kontraindikasi bedah.4

Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan

pilihan. Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan: 4

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 15

Page 16: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

a. Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan

pasien.

b. Pengalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka

kematian pada perdarahan yang masif menurun dari 70%

menjadi 18% dengan tindakan operasi.

c. Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya

hemoptisis yang berulang dapat dicegah.

G. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptosis, yaitu

ditentukan oleh tiga faktor : 4,6,9

1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam

saluran pernapasan.

2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptosis dapat

menimbulkan renjatan hipovolemik.

3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa

makanan ke dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.

Penyulit hemoptisis yang biasanya didapatkan : 4,9

1. Bahaya utama batuk darah ialah terjadi penyumbatan trakea dan

saluran napas, sehingga timbul sufokasi yang sering fatal. Penderita

tidak tampak anemis tetapi sianosis, hal ini sering terjadi pada batuk

darah masif (600-1000 cc/24 jam).

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 16

Page 17: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

2. Pneumonia aspirasi merupakan salah satu penyulit yang terjadi karena

darah terhisap ke bagian paru yang sehat.

3. Karena saluran nafas tersumbat, maka paru bagian distal akan kolaps

dan terjadi atelektasis.

4. Bila perdarahan banyak, terjadi hipovolemia. Anemia timbul bila

perdarahan terjadi dalam waktu lama.

H. Prognosis

Pada hemoptosis idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita

mengalami hemoptosis yang rekuren. Sedangkan pada hemoptisis sekunder

ada beberapa faktor yang menentukan prognosis : 4,6,9

1. Tingkatan hemoptisis: hemoptisis yang terjadi pertama kali

mempunyai prognosis yang lebih baik.

2. Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptisis.

3. Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan

untuk menghisap darah yang beku di bronkus dapat menyelamatkan

penderita.

a. Hemoptisis < 200ml / 24 jam prognosa baik

b. Profuse massive > 600cc/24 jam prognosa jelek 85% meninggal

1) Dengan bilateral far advance dan faal paru kurang baik

2) Adanya kelainan jantung

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 17

Page 18: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

BAB III

KESIMPULAN

1. Hemoptisis merupakan salah satu gejala pada penyakit paru saluran

pernapasan dan atau kardiovaskuler yang disebabkan oleh berbagai macam

etiologi.

2. Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa

perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah, dan bukan berasal

dari nasofaring atau gastrointestinal.

3. Pada umumnya hemoptosis ringan tidak diperlukan perawatan khusus dan

biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis

yang masif.

4. Tujuan pokok terapi hemoptisis ialah mencegah asfiksia, menghentikan

perdarahan dan mengobati penyebab utama perdarahan

5. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar

sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti.

6. Pada prinsipnya penanganan hemoptisis ditujukan untuk memperbaiki

kondisi kardiopulmoner dan mencegah semua keadaan yang dapat

menyebabkan kematian. Penanganan tersebut dilakukan secara konservatif

maupun dengan operasi, tergantung indikasi serta berat ringannya hemoptisis

yang terjadi.

7. Prognosis dari hemoptisis ditentukan oleh tingkatan hemoptisis, macam

penyakit dasar dan cepatnya tindakan yang dilakukan.

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 18

Page 19: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

DAFTAR PUSTAKA

1. Wihastuti R, Maria, Situmeang T, Yunus F. 1999. Profil penderita batuk

darah yang berobat ke bagian paru RSUP Persahabatan Jakarta. Journal

Respir Indo 19 : 54-9

2. Nugroho, A. 2002. Hemoptisis masif. Kesehatan Milik Semua : Pusat

Informasi Penyakit dan Kesehatan. Penyakit Paru dan Saluran Pernafasan.

www.infopenyakit.com

3. Alsagaff, Hood. 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :

Airlangga University Press. pp. 301-5

4. Arief, Nirwan. 2009. Kegawatdaruratan Paru. Jakarta: Departemen

Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UI.

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/27bdd48b1f564a5010f814f09f2

373c0d805736c.pdf. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2012.

5. Eddy, JB. Clinical assessment and management of massive hemoptysis. Crit

Care Med 2000; 28(5):1642-7

6. Pitoyo CW. Hemoptisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II,

edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia;2006. hal.220-1

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 19

Page 20: referat hemoptisis grandis

HEMOPTISIS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI

7. Osaki S, Nakanishi Y, Wataya H, Takayama K, Inoue K, Takaki Y, etal.

2000. Prognosis of bronchial artery embolization in the management of

hemoptysis. Respiration 67:412-6

8. Amirullah, R. 2004. Gambaran dan Penatalaksanaan Batuk Darah di Biro

Pulmonologi RSMTH. Cermin Dunia Kedokteran No.33 : 30-32

9. PAPDI. 2006. Hemoptisis. Dalam: Rani Aziz, Sugondo Sidartawan, Nasir

Anna U.Z., Wijaya Ika Prasetya, Nafrialdi, Mansyur Arif. Panduan pelayanan

medik. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

KKS ILMU PARURUMAH SAKIT HAJI MEDAN 20