HAP & VAP ( Dr. Sukaenah )
-
Upload
dedy-hartantyo -
Category
Documents
-
view
267 -
download
5
description
Transcript of HAP & VAP ( Dr. Sukaenah )
Dr. Sukaenah, Sp.PPerdalin Jaya
a. Pendahuluanb. Definisic. Tujuan pelatihand. Sumber penularan infeksi silang
HAP ,VAP dan Faktor resiko penderitae. Diagnosaf. Patogenesisg. Pencegahan
POKOK BAHASAN
Hospital Aquired Pneumonia ( HAP ) menempati urutan ke-2 dari infeksi nosokomial di RS.
Angka kematian HAP ± 20 – 50 % dari seluruh angka kematian infeksi nosokomial di RS. ( 1,2 )
PENDAHULUAN
Infeksi saluran nafas bawah merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah pasca operasi. Angka kematian pneumonia pasca operasi menempati urutan ketiga dari infeksi nosokomial di RS.
Kematian terjadi sampai 6 hari pasca operasi karena HAP.
Angka kematian infeksi nosokomial di ICU (Ventilator Aquired Pneumonia / VAP) paling tinggi, resiko kematian 8x lebih besar dari HAP. ( 1,2,3 )
Penyebab masuknya bakteri ke dalam saluran nafas bawah:
1. Faktor dari luar / eksogen– Instrumentasi jalan nafas– Inhalasi melalui aerosol yang
terkontaminasi
2. Faktor dari dalam / endogen– Aspirasi dari kolonisasi flora oroparing
dan traktus digestivus.– Hematogen
(1,2,3,4,5,6)
Pneumonia Nosokomial ( HAP ) adalah infeksi saluran nafas bawah, mengenai
parenkim paru dan terjadi > 48 jam hari
rawat dan tidak dalam masa inkubasi.
( 1,2,3,4,5,6,7,8,9 )
DEFINISI
Gagal nafas. Penampakan progressif gambaran foto thorak,
multi lobus, kavitasi dari infiltrat paru. Terjadi sepsis derajat berat dengan hipotensi
dan disertai atau tidak disfungsi organ. Syok ( tekanan darah sistolik < 90mmhg
tekanan darah diastolik < 60mmhg) Mendapat vasopressor > 4 jam Urine output < 20ml/jam atau jumlah urine
output < 80ml dalam 4 jam. Gagal ginjal akut.
Ciri-ciri dari HAP derajat berat
1. Meningkatkan pemahaman dasar – dasar diagnosis dan pelbagai masalah dalam usaha pencegahan HAP dan VAP.
2. Mampu mengidentifikasi ,memahami faktor resiko , mekanisme / patogenesa. HAP dan VAP.
3. Mampu melakukan langkah – langkah upaya pencegahan HAP dan VAP.
TUJUAN PELATIHAN
Pada keadaan normal aspirasi sekret cairan dari oroparing ± 45% selama tidur.
Sekret cairan oroparing meningkat frekuensi dan jumlahnya pada keadaan sbb :
o Penurunan kesadaran / coma.o Penurunan reflek menelano Asam lambung.o Penurunan mobilitas lambung dan
usus.o Penurunan pengosongan lambung.
Kolonisasi Oroparing dengan bakteri aerob batang gram negatif, terutama pada keadaan :o Komao Hipotensio Leukopeniao Penyakit paru (PPoK)o NGT / ETTo Pemakaian antibiotik
Di ICU Kolonisasi bakteri aerob gram negatif di oroparing
meningkatjumlahnya dan lebih bersifat patogen.
Lambung merupakan reservoir organisme penyebab HAP dan VAP.
Keadaan PH lambung yang meningkat merupakan penyebab peningkatan jumlah mikroorganisme / bakteri terutama pada keadaan : o Usia lanjuto Achlorhydriao Ileuso Penyakit traktus grasto-intestiral bagian atas.
Yang menggunakan selang NGT
Kolonisasi Oroparing
Kolonisasi Lambung
• VAP ( Ventilator Associated Pneumonia )
Pneumonia didapat bila lebih dari 48 jam setelah intubasi di ICU.
• Terutama penderita pasca operasi rongga thoraks dan abdomen bagian atas dengan ventilasi mekanis dan
resisten terhadap pelbagai antibiotik.
1. Phase dini bila kurang dari 5 hari2. Phase lambat bila lebih dari 5 hari
VAP dibedakan berdasarkan :( 1,3 )
• ± 50% VAP disebabkan aspirasi kolonisasi kuman di oropharing dan lambung yang berubah sifat menjadi kolonisasi kuman resisten yang masuk ke jalan nafas bagian bawah.
• Biasanya disebabkan kolonisasi GNB oropharing.
a. Lingkungan Legionella P. Aeroginosa A. Baumanni
b. Makanan Kuman Enteric GNB Kuman S. Aureus GNB
SUMBER PENULARAN INFEKSI SILANG HAP dan VAP
c. Peralatan Medis- Pipa ETT- Selang Hidung Lambung- Pipa penghisap lendir- Bronkoskopi- Peralatan- Alat pernafasan- Nebulizer- Ventilasi mekanis- Humidifier
d. Petugas Kesehatan
- H. Influenzae
- S. Aureus
- P. Aeruginosa
- MDR Strain
( 2,2C )
1. Pseudomonas Aeruginosa
2. Staphylococcus aureus
3. Klebsiella Sp
4. Enterobacter Sp
5. Escherichea coli
6. Serratia marcescens
7. Proteus Sp
7 Kuman tersering penyebab HAP dan VAP adalah: (7)
Sumber Jenis kuman Tangan Staphycoccocus, Hepatitis A,
E-Coli, Gram negative batang
Hidung Staphycoccocus
Udara Virus Respiratory,Mycoplasma Pneumonia, Mycobacteriumtbc S.aureus
Darah Hepatitis B, Cytomegalovirus
Air, / alat alat RS
Batang gram negative, Serratia (Ventilator, Nebulizer)
SUMBER PENYEBARAN INFEKSI
Tindakan MikroorganismeNebulizer, Respirator, trakheostomi
Pseodomonas, Klebsiella serratia, Staphylococus, Candida
Kateter intra vena Staphylococus.Pseudomonas,Streptococci,Candida, Acineto bacter
Bedah Abdomen atas
Batang gram negative, Bacteroides dan Sreptococcus anaerob, Staphycocus, Streptococus
Luka bakar, trauma Grup A Streptococcus, pseudomonas serratia, Proteus, Staphycoccocus, Candida, Mucor
Traktus Urinarius Gram negative BacilliEnterococcus
Diabetes Mellitus Staphycoccocus, Mucor, Candida, Batang gram negative
Imunosuppresion, atau khemoterapi leukemia transplantasi jantung atau ginjal
Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter, Serratic, Staphycocei, Dephteroids, Cesteria,Nocardia, Candida, Aspergillus, Herpes zooster, Cytomegalovirus,Cryptococcus
Bedah mulut Pneumocystis carinii, Mucor, Staphycoccocei,Streptococci, anaerobic, aerobic, Bacteroides
1. Bakteri aerobe batang gram negativ terutama pseudomonas.
2. Derajat penyakit infeksi nosokomial pneumonia.3. Terapi antibiotik yang tidak sesuai.4. Usia lanjut > 60 tahun.5. Syok.6. Infiltrat bilateral.7. Penyakit keganasan.8. Lama di rawat di rumah sakit.9. Posisi kepala supine dengan ventilasi mekanik.
FAKTOR RESIKO PENYEBAB KEMATIAN HAP & VAP : (7)
1. Menurunnya fungsi mekanisme bersihan jalan nafas yang di sebabkan oleh :
– Obat – obatan– Intubasi trakea, selang hidung - lambung
(NGT) yang menekan pergerakan silia dan kelenjar mukus jalan nafas. Menghalangi penderita batuk, bersin, muntah dan jalan langsung masuknya mikroorganisme dari luar.
2. Perawatan yang lama di ICU3. Penggunaan alat – alat invasif.4 Terapi antibiotik dengan spektrum luas yang
lama dan daya tahan tubuh menurun
FAKTOR RESIKO VAP :
1. Faktor Intrinsik / faktor penderita– Usia– Kelainan paru atau lambung– Status nutrisi
2. Faktor Ekstrinsik / Rumah sakit– Operasi thoraks dan abdomen bagian atas
3. Peralatan medis yang dipakai, terutama :– ETT, CVP, NGT– Ventilasi mekanik
4. Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya aspirasi
– Penurunan kesadaran - Lama operasi dan jenis anestesi
FAKTOR RESIKO HAP dan VAP (7)
FAKTOR LAIN YANG BERPERAN MENGURANGI RESIKO TERJADINYA HAP & VAP
1. Perawatan paru pra bedah• Pemeriksaan fungsi paru• Terapi bronkodilator, mukolitik dan • fisioterapi pernafasan pra dan pasca
operasi
2. Jenis anastesi dan lamanya operasi
3. Terapi oksigen / alat pernafasan yang tidak invasif.
4. Pengelolaan pasca bedah : Analgetik, antipiretik, bronkodilator, fisioterapi pernafasan. (8,9,10,11,12,13,14,15)
5. Stop merokok 6 minggu sebelum operasi menurunkan angka kematian setelah pasca operasi.
6. Terapi penyakit paru sebelum operasi dilakukan
7. Tinggikan kepala kurang lebih 30 derajat dari tempat tidur.
8. Hindari melakukan penghisapan lendir jalan napas bila tidak diperlukan9. Perawatan kebersihan rongga mulut kurang lebih enam kali per hari.10. Napas dalam dan latihan batuk sebelum
serta setelah operasi11. Perkusi dan drainase postural untuk
menstimulasi batuk12. Mobilisasi secepatnya setelah operasi
Aspirasi bakteri dari cairan oroparing paling sering , terutama terjadi bila penderita :
1. Penyakit paru obstruktif kronis.2. Obat – obat sedativa.3. Kelainan neurologi / stroke.4. Trauma kepala.5. Daya tahan tubuh menurun.6. Penyakit keganasan …7. Selang hidung lambung.8. Penggunaan steroid yang lama.9. Pasca operasi abdomen atas dan thoraks, leher,
bedah syaraf, bedah vaskuler.10. Uji faal paru menurun.11. Obesitas.12. Alkoholik, perokok berat.13. Anastesi umum
FAKTOR PENDERITA
Menurut kriteria dari The Centers for Disease Control (CDC-Atlanta),diagnosis pneumonia nosokomial adalah sebagai berikut : (5)
1. Onset pneumonia timbul lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit,dan adanya infeksi lain
pada masa inkubasi saat itu dapat disingkirkan
2. Diagnosis berdasarkan atas Foto toraks dada, ada infiltrat baru atau ada perburukan lesi di paru. Ditambah 2 di antara berikut ini:
- suhu tubuh > 38oC
- leukositosis
- sekret purulen
DIAGNOSIS
Diagnosis HAP dan VAP adalah dengan pemeriksaan cairan
aspirasi bilasan bronkhus melalui Bronkoskopi.
Masuknya kuman ke dalam saluran nafas bawah dapat melalui :
a. Aspirasi bakteri dari oropharing dan lambung ke saluran nafas bawah disebabkan pemasangan sonde hidung lambung,selang hisap lendir, dan ETT.
b. Reflek gastro oesophagusc. intubasi ulang
PATOGENESA
d. Infeksi silang dari alat – alat kesehatan yang kurang steril ( nebulizer, humidifier, alat – alat penyambung ventilator si mekanik dan dari tangan petugas kesehatan yang kotor.
e. Instrumentasi jalan nafas– Tindakan Bronkoskopi
• Diagnosa• Terapedik
– Nebulizer– Biopsi Paru– Transkeostomi– TTB– Pungsi Pleura
Pada gambar 1 dapat dilihat skema patogenesis HAP dan VAP
Penderita:-Umur > 60 th
-Penyakit yg mendasari
-Faktor kebiasaanhidup
-Kondisi akut
PneumoniaTrakeobronkitis
Mekanisme pertahananParu (seluler,humoral)
TranslokasiBakteremia
InhalasiAspirasi
-Kontrol infeksi
-Kolonisasi silang
-Desinfeksi alat-Tidak akurat
-Kontaminasi air dan udara
Intervensi
-Pembedahan
-Prosedur invasif
-Obat - obatan
Kolonisasilambung
Kolonisasiorofaring
Faktor resikoDari dalam
Faktor resikoDari luar
Gambar 1 Skema Patogenesis Pneumonia Nosokomial Dikutip dari 14
Patogenesa HAP dan VAP dengan strategi pencegahan yang mungkin dilakukan (1)
Penderita Obat - obatan Pembedahan•Tangan•instrumen
KolonisasiAerodigestive
Aspirasi ETT & NGT Biofilm
Kolonisasi Trakea :Jumlah & VirulenSi
Mekanisme pertahanan
tubuh
Kolonisasi trakheobronchitis
Pneumonia
Inokulasi, Inhalasi
Patogenesis
Outcomes
Bakteremia translokasi
Masuk bakteri
STANDAR MINIMAL PENCEGAHAN
- Meninggikan kepala 30derajat dari tempat tidur
- Dekontaminasi adekuat instrumen
- Sarung tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita
- Setiap pasien menggunakan alat hisapnya masing-masing
DESINFEKSI INSTRUMEN PERNAPASAN
Instrumen Respirasi
Pencegahan
Humidifier Membersihkan, mengeringkan, dan mengisi cairan dengan larutan air yang matang setiap delapan jam. Jangan disimpan dengan air di dalamnya
Nebulizer Setelah dibersihkan lebih dipanaskan.
Pipa ETT, masker, sirkuit ventilasi, selang, ambubags
Dipanaskan. Alat yang disposable aman tetapi murah. Dapat juga dibersihkan dengan cairan pembersih
Cairan pembersih mulut
Menggunakan air yang matang atau steril
Spirometri Mouthpiece untuk pasien harus steril, tidak boleh terkontaminasi atau menggunakan yang disposable
Botol penampung/ penghisap lendir
Dibersihkan dengan detergen, dikeringkan lalu dipanaskan. Disposable tersedia tetapi mahal
• Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, walaupun tidak atau memakai sarung tangan.
• Selalu memakai sarung tangan , bila mengeluarkan sekresi saluran napas.
• Menggunakan sarung tangan steril atau daur ulang bila sedang melakukan pemasangan kateter untuk aspirasi trachea dan perawatan tracheostomi.
• Mensterilkan alat-alat respirasi.• Pendidikan staf dan pasien untuk
kebersihan ruangan
PENCEGAHAN HCAP
• PASIEN : Terapi penyakit paru sebelum dilakukan operasi. Tinggikan kepala 30o dari tempat tidur. Hindari melakukan penghisapan lendir jalan
napas bila tidak diperlukan. Oral hygiene dengan antiseptik atau
chlorhexidine 6x/hari. Latihan napas dalam dan batuk sebelum dan
setelah operasi. Perkusi dan drainage postural untuk
menstimulasi batuk Mobilisasi secepatnya setelah operasi.
DASAR-DASAR METODE PENCEGAHAN
Derajat infeksi pneumonia nosokomial
Ringan s/d Sedang Berat
Faktor Resiko
Tidak Ya
Onset anytime Onset anytime
Tabel 5a Tabel 5b
Faktor Resiko
Tidak Ya
Onset cepat Onset lambat
Tabel 5a Tabel 5b
Onset anytime
Tabel 5b
1. HAP dan VAP derajat ringan – sedang :a. Tidak ada faktor resikob. Onset kapan saja
2. Penderita pneumonia nosokomial dengan fase cepat
3. daya tahan tubuh baik.1. Fase cepat ( < 5 hari setelah rawat )
KRITERIA PENDERITA
J ENI S BAKTERI J ENI S ANTI BI OTI K
Enterik gram (- ) batang ( non pseudomonas )Piperacillin tazobactam
( 3,375gr/ I V/ 4 jam ), ( 4,5gr/ I V/ 6
Enterobacter SPP Cefotaxim 1 - 2 gr/ I V/ 18 jam
E.Coli Ceftriaxone 1 gr/ I V/ 12 jam OR
Klebsiella SPP Cephalosporin
Proteus SPP Clindamycin or Vancomycin plus
Serratia MH Ceprofloxacin I V or aztereoman
H. I nfluenza
Methicellia Sensitive S.Aureus
Streptococcus Pseudomonas
Tabel 5a
Tabel 5bKRITERIA PENDERITA• HAP dan VAP derajat ringan – sedang• Ada faktor resiko• Onset kapan saja• Penderita tidak dengan keadaan daya tahan tubuh
menurun.
J ENI S BAKTERI J ENI S ANTI BI OTI K
1. Anaerobe Clindamycin - 600mg I V / 8 jam oe
Operasi abdomen dan adanya aspirasiPipercillin tazobactam 3,325 gr I V / 4
jam
Staphy Aereus ( Coma, trauma kepala,
dibetes melitus, gagal ginjal + / - Vancomycin
2. Legionella SPP Erytromycin 1 gr I V / 6 J am
+ / - Rifampisin
3. P. AeroginosaTreat or severe nosokomial pneumonia
( Lihat tabel 5c )
Lama rawat di I CU, Steroid, penggunaan
antibiotik yang lama, penyakit paru
Tabel 5c
BAKTERI TERAPI
Pseudomonas AeruginosaAminoglycoSida ( gentamycin,
tobramycin, amikacin) OR
Acinotobacter SPPCeprofloxacin 400 mg I V / 12 jam
plus Salah satu dibawah ini :
Pertimbangan adanya MRsAPiperacillin - Tazobactam 3,375 gr I V
/ 4 jam OR 4,5 gr / 6 jam
Emipenem 500 mg / 6 jam OR
Meropenem 1 gr / 8 jam OR
Ceftazidime 1 - 2 gr / 12 jam OR
Cefepime 1 - 2 gr I V / 12 jam
Cefpirome 2 gr / 12 jam
Vancomycin 1 gr I V / 12 jam
Derajat berat,ada faktor resiko onset cepat atauderajat HAP/VAP berat onset lambat
Frekuensi bakteri patogen penyebab HAP dan VAP (7)
BAKTERI PATOGEN FREKUENSI SUMBER
Fase terjadi inf eksi noSokomial :
a. Fase cepat : ( < 4 hari Setelah di rawat di RS )
- S : pneumonia E- 6 - 20 P/ U Endogen, penderita lain
- H. I nfl uenza < 5 - 15 % Droplet
b. Fase lambat : ( > 5 hari Setelah rawat di RS )
- Aerobic batang gram negative 20 - 60 %
Endogen, penderita lain,
lingkungan, enteral, petugas
kesehatan, peralatan medis. - P. Aeroginosa
- Enterobacter SPP
- Acinobacter SPP
- K. Pneumoniae
- S. Marcessens
- E.Coli
- Gram positiv cocci 20 - 40 %Endogen, petugas kesehatan,
peralatan medis.
- S. Aureus
c. Fase cepat dan lambat :
- Bakteri anaerob 0 - 35 % Endogen
- Legionella SPP 0 - 10 %Air, Showers, Faucets, Cooling
towers
- M. Tubercolusis < 1 %Endogen, petugas kesehatan,
staff
- Virus
- I nfl uenza A & B < 1 % Penderita lain, staff
- Respiratory syacthal virus < 1 % Penderita lain, staff
- Fungi & Protozoa
- Aspergillus SPP < 1 % Udara, konstruksi bangunan
- Candida < 1 % Endogen, penderita lain
- P. Carinii < 1 % Endogen, penderita lain
Aliran Darah
Luka OperaSi
TraktusUrinalis
Lain-lain
Traktus Respiratoris
KUMAN PATOGEN HAP & VAP (1)
16% Enterococcus Spp13 CoNS*14 S. aureus15 P. aeruginosa 9 Enterobacter spp40 Other
37% CoNS*14 Enterococcus spp13 S. aureus 5 Candida albicans 5 Enterobacter spp26 Other
18% S. aureus17 P. aeruginosa11 Enterobacter spp 7 K. pneumoniae 5 Acinetobacter spp42 Other
18% Escherichia coli16 Candida albicans 14 Enterococci11 P. aeruginosa 6 K. pneumoniae35 Other
PENCEGAHAN HAP & VAP
1. Pembersihan jalan napas
Penggunaan alat bantu napas, menyebabkan kuman oroforing lebih mudah masuk ke saluran napas bawah.
Resiko: 20 x lebih besar penderita menggunakan alat bantu napas(15)
2. Meningkatkan Standard Precautions terhadap petugas
3. Mengurangi penggunaan Steroid, Antacid , Penghambat H2, obat tidur
4. a.Mengurangi resiko aspirasi paru . Aspirasi paru dapat timbul jika retensi lambung banyak, atau pemberian bolus yang berlebihan. , cara bolus lebih normal dari pada cara drip. Tetapi cara drip continue lebih aman dari resiko aspirasi daripada cara bolus. (7)
b. Bahan nutrisi harus bebas kuman(7)
Jika pasien mengalami diare ini disebabkan oleh
a) bahan nutrisi tercemar,
b) bahan nutrisi menyebabkan iritasi usus (terlalu
pekat,terlalu banyak lemak dsb).
Salah satu cara pencegahan pencemaran adalah
dengan membuat larutan baru setiap kali akan
memberikan
5. Penggunaan Antibiotika dapat dilihat berdasarkan hasil sementara dari Sputum gram.(15)
a. Pengelolaan pra dan pasca bedah ditujukan pada :
– Pasien yang akan mendapat pembiusan dan menjalani pembedahan torak dan abdomen.
– Disfungsi paru berat– Kelainan paru – paru
b. pengobatan dan instruksi medis, seperti : pemeriksaan faal paru pra bedah dan analisa gas darah, terapi bronkodilator pra dan pasca bedah.
Pengelolaan pra dan pasca bedah
c. Pengelolaan pra bedah meliputi :– Pengobatan atau resolusi infeksi paru
– Mempermudah pengeluaran sekret saluran nafas
– Berhenti merokokd. Instruksi pra bedah meliputi :
– Diskusi dengan pasien mengenai pentingnya sering batuk, nafas dalam dan mobilisasi pasca bedah.
– Pasien memperagakan cara batuk dan nafas dalam pra dan pasca bedah.
d. Pengobatan dan instruksi pasca bedah ditujukan untuk mendorong pasien sering batuk.
e. Nyeri akibat batuk dan nafas dalam dapat di atasi dengan analgetik dan menopang luka didaerah perut serta memberi obat penghambat syaraf lokal.
f. Antibiotika profilaksis tidak dianjurkan untuk dipakai secara rutin.
(5,10,11,12,13)
Seringkali sirkuit penyebab VAP.
Cairan embun yang terkumpul disirkuit ventilasi mekanik, dapat menimbulkan kontaminasi dengan sekret penderita waktu membuka sirkuit.
Inhalasi bronkodilator dosis terukur lebih aman dibandingkan dengan bronkodilator melalui nebulizer.
VAP sering disebabkan oleh kolonisasi bakteri di sirkuit selang ventilasi
mekanik :
a. Terapi agresif penyebab penyakitb. Evaluasi ulang pemberian antasid,
histamine untuk pencegahan ulkus lambung.
c. Posisi penderita 300
d. Evaluasi prosedur dan target nutrisi.e. Ekstubasi dan cabut selang NGT
secepatnya.
Petunjuk umum pencegahan VAP :
Cuci tangan dilakukan setiap kali kontak dengan sekret saluran nafas baik dengan atau tanpa
sarung tangan. Cuci tangan juga dilakukan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien yang mendapat intubasi dan
traekostomi.
CUCI TANGAN
a. Standard Precautions dan cuci tangan.
b. Evaluasi teknik untuk penghisap lendir penderita, tipe cateter.
c. Evaluasi cara membersihkan tubing pengembun dan tehnik desinfeksi peralatan pernafasan.
Surveilance di ICU :
a. Tidak boleh dipakai bersama penderita lain
b. Sirkuit ventilator 48 jam harus diganti bila ventilasi mekanik dengan humidifier, kecuali bila ventilasi mekanik dengan sistem pemanasan.
c. Mencuci tubing yang terkontaminasi bila sudah tampak pengembunan.
d. Evaluasi penggunaan nebulizer.
Instrumen Respirasi :
Desinfeksi tingkat tinggi sirkuit selang ventilator mencegah kontaminasi dengan penderita.
Bila lebih dari 2 hari dengan ventilator mekanik, resiko VAP dapat dikurangi dengan HME dibandingkan dengan humidifiers yang dipanaskan. (1)
Bronkoskopi juga sebagai salah satu faktor resiko HAP : Banyaknya cairan BAL yang masuk kedalam
lambung. Bakteri di ETT, yang masuk ke jalan nafas
bawah melalui bronkoskopi
a. Nebulasi dan humidifikasi hanya boleh menggunakan cairan steril yang diberikan secara aseptik. Cairan tersebut tidak boleh digunakan pada alat yang terkontaminasi. Sisa cairan dalam botol yang sudah dibuka harus dibuang dalam waktu 24 jam.
b. Bila flakon multidose digunakan untuk terapi harus disimpan dalam lemari es atau suhu kamar sesuai aturan pakai dan tidak melewati tanggal kadaluarsa.
CAIRAN dan OBAT
1. - Penampung cairan harus diisi segera sebelum dipakai.- Air yang telah mengembun dalam pipa harus dibuang.
2. - Alat nebulisasi dinding dan penampungnya harus diganti rutin setiap 24 jam dengan yang steril.- Alat nebulisasi lain dan penampungnya
harus diganti rutin setiap 24 jam dengan yang steril.- Alat pelembab udara ruangan yang dapat menimbulkan tetesan tidak boleh digunakan.
Pemeliharaan Alat Terapi Pernafasan yang sedang dipakai :
3. Alat penampung pelembab udara oksigen dinding yang dapat dipakai ulang harus dibersihkan, dicuci, dan dikeringkan setiap hari.
4. Setiap pipa dan masker yang digunakan untuk terapi oksigen harus diganti pada setiap pasien.
5. Sirkuit alat bantu nafas harus secara rutin diganti dengan yang steril setiap 24 jam.
6. Bila mesin respirator digunakan untuk beberapa pasien maka pada setiap pergantian pasien semua sirkuit alat bantu nafas harus diganti dengan yang steril.
a. Peralatan yang akan disterilkan atau didesinfeksi harus dibersihkan dengan seksama.
b. Alat terapi pernafasan yang menyentuh selaput lendir harus di sterilkan sebelum dipakai oleh pasien lain.
c. Sirkuit alat bantu nafas dan semua alat yang berhubungan dengan terapi pernafasan harus disterilisasi.
d. Ruang pendingin pada alat nebulisasi ultraSonik sulit didesinfeksi secara adekuat.
Penanganan Peralatan yang Dipakai Ulang.
e. Bagian dalam mesin ventilator dan mesin pernafasan tidak perlu disterilkan kecuali setelah alat tersebut potensial terkontaminasi dengan mikroorganisme berbahaya.
f. Respirometer dan alat lain yang digunakan untuk memantau beberapa pasien secara bergantian tidak boleh langsung menyentuh bagian sirkuit alat bantu nafas.
g. Kantong alat resusitasi manual harus disterilkan atau didesinfeksi kuat setiap habis pakai.
a. Jika tidak ada kejadian luar biasa (KLB) atau rate endemik infeksi paru nosokomial tidak tinggi maka proses desinfeksi alat terapi pernafasan tidak perlu dipantau dengan biakan sampel dari alat tersebut.
b. Interpretasi hasil pemeriksaan mikrobiologik sulit dilakukan karena itu sampel mikrobiologik rutin alat bantu nafas yang sedang dipakai pasien tidak dianjurkan.
Pemantauan Mikroorganisme
a. Tindakan trakeostomi harus dilakukan dikamar operasi.
b. Luka trakeostomi tidak boleh disentuh dengan tangan langsung harus menggunakan sarung tangan steril.
c. Bila diperlukan penggantian pipa trakeostomi, maka pipa pengganti harus steril atau didesinfeksi kuat.
d. Sewaktu mengganti pipa harus digunakan teknik aseptik termasuk penggunaan sarung tangan dan penutup (duk) steril
Pasien dengan Trakeostomi
• Dilakukan dengan teknik aseptik• Dilakukan hanya jika perlu• Dalam pengisapan digunakan kateter
steril, jika pemakaian hanya dalam waktu singkat maka kateter dapat dipakai ulang setelah dibilas dan dibersihkan
Pengisapan Sekret Saluran Nafas
• Pemakaian pipa penghisap sampai batas tabung harus diganti untuk setiap pasien.
• Tabung penghisap yang digunakan untuk satu pasien tidak perlu diganti atau dikosongkan secara rutin.
• Tabung penghisap harus diganti setiap pasien.
• Setiap kali tabung penghisap diganti harus disterilkan atau didesinfeksi kuat.
Penggunaan pipa dan tabung penghisap adalah sebagai berikut :
a. Lakukan isolasi pada pasien yang mungkin menyebarkan infeksi saluran nafas.
b. Personil yang terkena infeksi saluran nafas tidak boleh memberi asuhan langsung pada pasien.
c. Bila diperkirakan ada KLB influenza petugas tidak diperkenankan memberikan asuhan langsung dengan menggunakan teknis isolasi pernafasan kepada pasien.
Perlindungan pasien dari pasien lain dan personil
MULTIDISIPLIN dalam IMPLEMENTASI STRATEGI PENCEGAHAN HAP dan VAP
Administration
Respiratory therapi
Critical care Physicians
Infection Control
Quality & safety
Infectious disease
Critical care nursing
Microbiologi & Pharmacy
“Champion”Leader
STRATEGI MENURUNKAN RESIKO DAN POTENSIAL YANG KUAT TERHADAP KEBERHASILAN
Menurunkan faktor resiko Memperbaiki outcome
Menurunkan kesakitan
Menurunkan kematian
Menurunkan biaya
Menurunkan transmissi
Hari rawat pendek
Penurunan MDR
Mengurangi infeksi
Pencegahan yang primer
Kontrol infeksi yang efektif
Antibiotik yang sesuai
Penggantian alat yang teratur
Komitmen petugas
Pendidikan petugas kesehatan
Petugas yang cukup
PROGRAM PENCEGAHAN HAP & VAP
ENVIDENCE-BASED HAP/VAP PREVENTION
Kelompok yang sangat disiplin
Pengaturan yang teraturKemampuan Keuangan
Dorongan dari kelompok
Sosialisasi strategi pencegahan di rumah sakit
Monitoring
Penurunan HAP/VAP menurunkan angka kematian dan kesakitan
1. Mark S.Chestnutt, Thomas J.P. Hospital Aquired Infection CDMT 244 – 250 44th Edition. Mc Graw Hill 2005
2. E. Stamm. W. Nosokomial Pneumonia Pulmonary Diseases and Disorders Fishman. P.A. Mc Graw Hill 1985
3. Heroy. O, Soubrier S Hospital Acquired Pneumonia Risk Factors, Clinical Features,management and antibiotic resistance Current Opinion’s in Pulmonary Medicine infections diseases volio No.3 : May , 2004: 171-181
4. Craven. ED, Craven S.K, Duncan. AR. Hospital Acquired Pneumonia 517 – 537 Jarvis. W. 5th Edition Lippincott William. S & Wilkins
5. Widodo D. Pencegahan Infeksi Nosokomial Saluran Nafas Kursus Dasar ke-3. Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUP Fatmawati Jakarta 15 – 18 Mei 2006
6. Molayeme Mishoe C.S, Welch A.M.Jr. Critical thingking in Respiratory care. Mc graw Hill
no 2002; 445-455, Thompson M.J Pneumonia
DAFTAR PUSTAKA
7. Fishman A,Weber JD, Rutala AW,Mayhal GC. Nosocomial Respiratory tract Infectionsand Gram Negative Pneumonia. Fishman’s manual of Pulmonary Diseases and Disorders. Mc. Graw Hill hal:734-762, 3th edition 2002
8. Papadakos J.P Apostolakos JM. The Intensive Care Manual. Mc Graw Hill Critical Care Serious; 2001: 119 – 168
9. Rello J,Gallego M. Pneumonia in the elderly Respiratory infections Second Edition In Niederman SM, Sarosi AG, Glassroth J. hippincott. Williams & Wilkins. Philadelphia ; 2001:271 - 281
10. S.Priyanti.Z. Pneumonia Nosokomial Bagian Pulmonologi dan Ilmu kedokteran Respirasi FKUI RS.Persahabatan Jakarta
11. Celli RB, Rodriquez BK, Shider LG. A. Controlled Trial of Intermittent positive pressure breathing, Incentive Spirometry and Deep Breathing Exercises in Previnting Pulmonary Complications after Abdominal Surgery Am rev. Respir Dis. 1984 : 130 : 12 – 15
12. Pencegahan pneumonia, Tietjen L, Brossemeyer D, Mc Intosfin Panduan pencegahan infeksi hal 27.1 – 27.3 Yyasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNP KKR/POGI & JHPIEGO Jakarta 2004
12. Stoller K.J. Preoperative Preparation of The Patient, Current. Respiratory Care Kacmarele M.R. 321 – 326 B.C.Decker 1988
13. Arozullah M.A, Khuri FS, Henderson GW, Daley J. Development and validation of multifaktorial Risle Index for predicting post operative pneumonia after major noncardiac surgery. Annals of internal medicine 847 – 857 Nov:2001:vol.135,no.10:847 – 856
14. Jones MR. Smoking before surgery & The case for stopping. Vol.290,NO.6484:1763 – 1764:1985
15. Karzal W, Hottemann.E.Non Invasive Ventilation in Immuno Supressed Patients. N.Engl.J Med Vol.344:Juni,28:2001
TERIMA KASIH