hamil mola (anggur)

18

Click here to load reader

description

kesehatan. keperawatan, kebidanan

Transcript of hamil mola (anggur)

MAKALAH MOLA HIDATIDOSAUntuk memenuhi tugas mata kuliah ReproduksiDosen Pembimbing : Ns. Angger Sulistyo,S.Kep

DI SUSUN OLEH:1. Dennis Wahyu P.(01214009)2. Harum Agnesia N.(01214018)3. Lilik Retnowati(01214022)4. M. Rofiul Huda(01214024)5. Muhammad Hasan(01214025)6. Sinta Ardila Pramitasari(01214031)7. Ulfa Nurfadila(01214037)8. Wahyu Adi S.(01214038)9. Nur Khotimah(01214044)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANINSAN CENDEKIA HUSADABOJONEGORO2015KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan HidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mola Hidatidosa . Shalawat berserta salam kami aturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang ini.Terima kasih kepada Ns. Angger Sulistyo,S.Kep selaku pembimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada kami baik secara langsung maupun tidak langsung .Kami juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi, maupun dari segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas makalah ini. Terima kasih.

Bojonegoro, Maret 2015

TIM PENYUSUN

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangMola Hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola hidatidosa parsial dan komplet, koriokarsinoma, mola invasif dan placental site trophoblastic tumors. Para ahli ginekologi dan onkologi sependapat untuk mempertimbangkan kondisi ini sebagai kemungkinan terjadinya keganasan, dengan mola hidatidosa berprognosis jinak, dan koriokarsinoma yang ganas, sedangkan mola hidatidosa invasif sebagai borderline keganasan. Frekuensi Mola banyak ditemukan di Negara negara asia, Afrika dan Amerika latin dari pada di Negara negara barat. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita dalam masa reproduksi antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Insidensi mola hidatidosa dilaporkan Moore dkk (2005) pada bagian barat Amerika Serikat, terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1000-1500 kehamilan. Mola hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus medisinalis. Di Asia insidensi mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, dengan Jepang yang melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan. Di negara-negara Timur Jauh beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih tinggi lagi yakni 1:120 kehamilan. Soejoenoes dkk (1997) melaporkan 1:85 kehamilan, Rs Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 1:31 Persalinan dan 1:49 kehamilan; Luat A siregar (Medan) tahun 1982 : 11 16 per 1000 kehamilan; Soetomo (Surabaya) : 1:80 Persalinan; Djamhoer Martaadisoebrata (Bandung) : 9-21 per 1000 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada umur reproduksi (15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatkan paritas kemungkinan menderita mola lebih besar.Penanganan mola hidatidosa tidak terbatas pada evakuasi kehamilan mola saja, tetapi juga membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa monitoring untuk memastikan prognosis penyakit tersebut. Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik, seberapa jauh tingkat bahaya mola terhadap pasien, bagaimana tatalaksananya makalah berikut akan mengungkapkan berdasarkan studi kasus Hampir semua wanita dengan penyakit trophoblastic gestasional yang malignan dapat disembuhkan dengan mempertahankan fungsi reproduksi. Diskusi berikut terbatas pada mola hidatidosa. Kehamilan mola secara histologis ditandai dengan kelainan vili khorionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola biasanya terletak di rongga uterus, namun kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium.1.2. TujuanAdapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :1. Untuk mengetahui pengertian dari mola hidatidosa2. Untuk mengetahui gejala gejala dan tanda dari mola hidatidosa3. Untuk mengetahui bagaimana mendiagnosis dari mola hidatidosa4. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan dari mola hidatidosa

1.3. ManfaatAdapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :1. Mengetahui pengertian dari mola hidatidosa2. Mengetahui gejala gejala dan tanda dari mola hidatidosa3. Mengetahui bagaimana mendiagnosis dari mola hidatidosa4. Mengetahui bagaimana pengobatan dari mola hidatidosa

BAB IIPEMBAHASAN2.1. Pengertian Mola HidatidosaMola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janain dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung- gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm ( Sarwono Prawirohardjo, 2010).Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar, 2000).Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).Hamil anggur merupakan salah satukehamilanabnormal berupa tumor jinak yang diawali dari kegagalan pembentukan bakal janin sehingga membentuk permukaan membran yang mirip gerombolan buah anggur.

2.2. Klasifikasi Mola Hidatidosa1. Mola Hidatidosa Komplit : hasil pembuahan yang tidak normal, tidak terdapatnya mudigah (embrio) ataupun janin (fetus), maupun tali pusat, dan selaput amnionVili korialis berubah menjadi kumpulan gelembung yang jernih. Gelembung-gelembung atau vesikula ini bervariasi ukurannya mulai dari yang mudah terlihat sampai beberapa cm, dan bergantung dalam beberapa kelompok dari tangkai yang tipis. Massa tersebut dapat tumbuh cukup besar sehingga memenuhi uterus, yang besarnya bisa mencapai ukuran uterus kehamilan normal lanjut. Berbagai penelitian sitogenetik terhadap kehamilan mola komplet, menemukan komposisi kromosom yang paling sering (tidak selalu) 46XX, dengan kromosom sepenuhnya berasal dari ayah.Fenomena ini disebut sebagai androgenesis yang khas ovum dibuahi oleh sebuah sperma haploid yang kemudian mengadakan duplikasi kromosomnya sendiri setelah miosis. Kromosom ovum bias tidak terlihat atau tampak tidak aktif. Tetapi semua mola hidatidosa komplet tidak begitu khas dan kadang-kadang pola kromosom pada mola komplet biSA 46XY. Dalam keadaan ini dua sperma membuahi satu ovum yang tidak mengandung kromosom. Variasi lainnya juga pernah dikemukakan misalnya 45X. jadi mola hidatidosa yang secara morfologis komplet dapat terjadi akibat beberapa pola kromosom.2. Mola Hidatidosa Parsial : terdapat mudigah atau janin baik hidup ataupun mati, tali pusat dan selaput amnion.Kalau perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion, keadaan ini digolongkan sebagai mola hidatidosa parsial. Pada sebagian vili yang biasanya avaskuler terjadi pembengkakan hidatidisa yang berjalan lambat, sementara vili lainnya yang vaskular dengan sirkulasi darah fetus plasenta yang masih berfungsi tidak mengalami perubahan. Hyperplasia trofoblastik yang terjadi, lebih bersifat fokal dari pada generalisata. Katiotipe secara khas berupa triploid, yang bias 69XXY atau 69XYY dengan satu komplemen maternal tapi biasanya dengan dua komplemen haploid paternal. Janin secara khas menunjukkan stigmata triploidi yang mencakup malformasi congenital multiple dan retardasi pertumbuhan.

GambaranMola parsial (inkomplet)Mola Komplet (klasik)

Jaringan embrio atau janinAdaTidak ada

Pembengkakan hidatidosa pada viliFokalDifus

HyperplasiaFokalDifus

Inklusi stromaAdaTidak ada

Lekukan vilosaAdaTidak ada

2.3. EtiologiPenyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah :1. Faktor ovum: ovum memang sudah patologik sehingga mati, dan terlambat dikeluarkan.2. Imunoselektif dari tropoblast yaitu dengan kematian fetus,pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia.3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah. kekurangan gizi pada ibu hamil, dan kelainan rahim berhubungan dengan peningkatan angka kejadian mola.4. Wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun juga berada dalam risiko tinggi.5. Paritas tinggi6. Kekurangan protein, sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus sehingga apabila terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan gangguan pembentukan fetus secara sempurna yang menimbulkan jonjot-jonjot korion.7. Rendah asam folat, dan karoten juga meningkatkan risiko terjadinya mola.8. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas. (Mochtar, Rustam ,1998 : 23)

2.4. PatofisiologiJonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista kecil seperti anggur. Biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari satu cm. mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung-gelembung mola.a. Secara mikroskopik terlihat trias :1. Proliferasi dari trofoblast2. Degenerasi hidropik dari stroma vili dan kesembaban3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsisial giantik (syncytial giant cell). Pada kasus mola banyaak kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih. Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan hilang setelah mola hidatidosa sembuh.Hamil anggur (mola hidatidosa) adalah kehamilan yang mengalami kelainan pada janin/kegagalan pertumbuhan janin. dalam keadaan normal, setelah terjadi pembuahan, zigot akan berimplantasi (menempel) pada dinding uterus. Pada dinding endometrium terbentuk jonjot (villi) chorialis yang melindungi dan memberikan nutrisi pada zigot dan selanjutnya akan menjadi plasenta. Pada kasus mola hidatidosa, terjadi kelainan pada chorion villi, sehingga janin akan mati, dan villi2 yang tadi akan keluar dalam bentuk mola (gelembung) seperti anggur. Kelainan ini muncul pada minggu ke 4-5 kehamilan.

2.5. Tanda dan GejalaTanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala mola :1. Amenorrhoe dan tanda tanda kehamilan2. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. Merupakan gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.3. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia kehamilan.4. Tidak dirasakan tanda tanda adanya gerakan janin maupun ballotement5. Hiperemesis,Pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.6. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke 247. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti8. Tirotoksikosis2.6. PatofisiologiJonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista kecil seperti anggur. Biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari satu cm. mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung-gelembung mola.a. Secara mikroskopik terlihat trias :1. Proliferasi dari trofoblast2. Degenerasi hidropik dari stroma vili dan kesembaban3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsisial giantik (syncytial giant cell). Pada kasus mola banyaak kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih. Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan hilang setelah mola hidatidosa sembuh.2.7. Komplikasi 1. Keganasan yang disebut koriokarsinoma terjadi pada 26% dari kasus molahidatidosa akibat displasi dan hiperplasi sel trofoblas sisa molahidatidosa yang kurang bersih saat suction curetage yang menginvasi organ lain.2. Anemia akibat hiperemesis dapat terjadi pada penderita mola. Anemia defisiensi besi juga terjadi akibat perdarahan per vagina yang merupakan gejala yang sering ditemukan pada molahidatidosa.3. Kista teka lutein sering terjadi pada molahidatidosa komplet akibat perangsangan sel-sel korpus luteum oleh hCG yang diproduksi berlebih. Sebagian kista ini dapat mengalami torsio, infark, dan perdarahan. Ooforektomi tidak diperlukan pasca pengeluaran kista kecuali telah terjadi infark yang luas.4. Hipertiroid dan krisis tiroid dapat terjadi pada penderita molahidatidosa akibat tingginya kadar hCG yang berikatan dengan reseptor TSH di kelenjar tyroid sehingga meningkatkan tyroid stimulating activiti, kemudian diikuti peningkatan produksi T3 dan T4.5. Hipertensi akibat kehamilan juga dapat terjadi pada usia kehamilan