Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

56
Teori Evolusi Darwin tentang Asal Manusia Dalam Pandangan Islam dan Fakta Ilmiah Disusun oleh : Firda Sa’adah Fiddaroeni (H1E013045) UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

Transcript of Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

Page 1: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

Teori Evolusi Darwin tentang Asal Manusia Dalam Pandangan Islam dan

Fakta Ilmiah

Disusun oleh :

Firda Sa’adah Fiddaroeni

(H1E013045)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2013

Page 2: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

Ilmu yang Hanya Mengikuti Akal tanpa Meyakini Adanya Sang Pencipta Bagaikan Nyala Api yang

Diselimuti Air……

2

Page 3: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah

“Teori Evolusi Darwin tentang Asal Manusia Dalam Pandangan Islam dan

Ilmiah” dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Agama”. Tulisan ini

membahas gagasan penulis mengenai teori evolusi Darwin sendiri mengenai asal

usul manusia dalam islam dan ilmiah.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu

penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Tutur Chundori, Selaku Dosen mata kuliah “Agama”.

2. Kedua orang tua dan seluruh kerabat dekat yang selalu memberikan semangat

dan bantuan baik dalam bentuk material maupun nonmaterial.

3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih kurang dari

sempurna, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi

perbaikan di masa yang akan datang.

Purwokerto, 31 Desember 2013

Penulis

3

Page 4: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

DAFTAR ISIHalaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................... 3DAFTAR ISI ..................................................................................................... 4BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 51.2. Perumusan Masalah ................................................................................ 61.3. Tujuan Penulisan .................................................................................... 61.4. Metode Penulisan ................................................................................... 6

BAB II. PEMBAHASAN 2.1 Teori Evolusi Darwin tentang Asal Manusia ......................................... 8

2.1.1 Pengertian Evolusi ........................................................................ 82.1.2 Akar Pemikiran Evolusionis ......................................................... 82.1.3 Macam – Macam Evolusi ............................................................. 82.1.4 Teori Evolusi Darwin .................................................................... 9

2.2 Pengertian Agama Islam Atau Pandangan Islam Mengenai Teori Evolusi Darwin Tentang Asal Manusia .................................................122.2.1 Ilmu dalam Pandangan Islam ........................................................122.2.2 Penciptaan Manusia Menurut Al-qur’an .......................................132.2.3 Kekeliruan bahwa Manusia Diciptakan melalui Tahap-Tahap

Evolusi ..........................................................................................152.3 Fakta Ilmiah Mengenai Teori Evolusi Darwin Tentang Asal Manusia. .22

2.3.1 Fakta tentang Percobaan Stanley Miller .......................................222.3.2 Fakta Mengenai Percobaan Louis Pasteur ....................................232.3.3 Fakta Probabilitas Terbentuknya Protein Pertama Secara

Kebetulan ......................................................................................232.3.4 Fakta Tentang DNA ......................................................................242.3.5 Fakta Mengenai Mutasi Dan Seleksi Alam ...................................252.3.6 Fakta Mengenai Fosil Peralihan ....................................................262.3.7 Fakta Jika Manusia Telah Ada Sejak 7 Juta Tahun Lalu ..............302.3.8 Fakta Jika Semua Ilmuwan Terbesar Dalam Kemajuan Ilmiah

Adalah Penganut Fakta Penciptaan (Kreasionis) ..........................31BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan .............................................................................................343.2 Saran .......................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA

4

Page 5: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dewasa ini, pandangan kita terhadap teori evolusi atau yang lebih dikenal

dengan teori Darwin adalah, bahwa teori Darwin berdasarkan fakta ilmiah atau

didukung oleh sejumlah teori yang kuat. Sedangkan pandangan islam yang kita

ketahui dengan jelas menentang teori Darwin terlihat seperti hanya berlandaskan

pada kepercayaan islam sebagaimana yang tertulis dalam al-qur’an dan hadis.

Walaupun kita semua sebagai umat muslim tahu jika apa yang dikatakan al-

qur’an dan hadis tidak pernah salah, akan tetapi hal ini menimbulkan sebuah

pertanyaan besar yang berujung pada sebuah titik keraguan. Terutama karena

teori evolusi yang didasarkan pada teori Darwin ini telah diajarkan terhadap para

pelajar sejak kelas 4 SD, yaitu dalam pelajaran IPA, SMP, dan SMA dalam

pelajaran biologi maupun sejarah hingga di perguruan tinggi bagi yang

mengambil mata kuliah biologi. Pelajaran ini bahkan selalu muncul dalam

pertanyaan ujian nasional tingkat SMP maupun SMA. Sehingga hal ini membuat

sebuah perdebatan besar dalam hati para pelajar, termasuk penulis, sebenarnya

mana yang merupakan kebenaran yang hakiki? Teori Darwin ini atau pandangan

islam? Lalu, mengapa teori Darwin ini seakan – akan memiliki dasar teori yang

kuat karena didukung oleh buku – buku pelajaran dan juga selalu diajarkan di

sekolah? Sedangkan pandangan islam seperti tidak mempunyai pijakan dalam

dasar teori ataupun dalam kajian ilmiah.

Hal ini lah yang mengakibatkan munculnya dua pemahaman awam. Pertama

timbulnya pencirian tentang siapa kamu? Seorang darwinisme, yang

mempercayai mutlak teori Darwin seperti yang diajarkan pada buku – buku

sekolah. Atau seorang agamis yang menentang teori darwin karena di dalam

ajaran agama islam tidak pernah ada yang namanya evolusi, melainkan

penciptaan sempurna berbagai makhluk hidup yang ada atau pernah hidup di

dunia ini. Kemudian yang kedua adalah pehaman jika ilmu pengetahuan yang

berdasarkan pada sebuah keraguan dan pertanyaan, hipotesa, experiment, serta

pengujian sangat bertentangan dengan pandangan islam yang hanya berlandaskan

kepercayaan, seperti sebuah dogma yang tidak boleh dipertanyakan. Dengan kata

5

Page 6: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

lain, ilmu pengetahuan dan agama adalah dua hal yang berbeda atau bahkan

bertolak belakang.

Padahal, penulis meyakini jika ilmu pengetahuan sejalan atau sesuai dengan

pandangan islam. Hanya saja, pengetahuan yang ada pada diri manusia belum lah

sehebat atau secanggih yang diperlukan untuk dapat terus konsisten

membuktikan kebenaran dari ilmu pengetahuan yang terdapat dalam al-qur’an

dan hadist. Atau kita yang telah menafikan kenyataan yang ada di lingkungan

sekitar kita tentang kebenaran al qur’an dan hadis. Oleh karena itulah, penulis

membuat karya tulis ini agar kita sebagai umat islam dapat memperoleh pijakan

yang kuat untuk terus mempercayai pandangan islam yang memiliki kebenaran

hakiki. Karena manusia diberi akal dan pikiran tidak lain untuk dapat berpikir

dan memahami secercah keagungan dari ciptaan Yang Maha Esa ini. Meskipun

akal kita pun terbatas, tapi bukankah nabi besar kita pernah berkata, “kejarlah

ilmu sampai ke negeri cina”, yang berarti kita sebagai umat muslim wajib untuk

mencari tahu kebenarannya.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah teori evolusi Darwin tentang asal manusia?

2. Bagaimanakah pengertian agama islam atau pandangan islam mengenai teori

evolusi Darwin tentang asal manusia?

3. Bagaimanakah fakta ilmiah mengenai teori evolusi Darwin tentang asal

manusia?

1.3. TUJUAN

1. Mengetahui teori evolusi Darwin tentang asal manusia.

2. Mengetahui pengertian agama islam atau pandangan islam mengenai teori

evolusi Darwin tentang asal manusia.

3. Mengetahui fakta ilmiah mengenai teori evolusi Darwin tentang asal manusia.

1.4. METODE PENGUMPULAN DATA

Sesuai dengan sumber data serta maksud dan tujuan penyusunan tugas akhir

ini maka dalam pengumpulan data penulis menggunakan studi kepustakaan, yaitu

6

Page 7: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan dan

mempelajari buku-buku, internet, atau media lain yang ada hubungannya dengan

masalah karya tulis ini.

7

Page 8: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

PEMBAHASAN

2.1. TEORI EVOLUSI DARWIN MENGENAI ASAL MANUSIA

2.1.1. Pengertian Evolusi

Kata evolusi awalnya diungkapkan oleh seorang ahli filsafat dari Inggris,

akan tetapi belum mengarah pada evolusi kehidupan. Dalam perkembangannya,

evolusi digunakan oleh seorang ahli naturalis untuk menjelaskan fenomena

kehidupan yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Evolusi merupakan kata yang umum dipakai orang untuk menunjuk adanya

perubahan, perkembangan atau pertumbuhan secara berangsur-angsur. Perubahan

tersebut dapat terjadi karena pengaruh alam atau rekayasa manusia. Teori evolusi

sesungguhnya adalah sebuah hipotesis tentang asal-usul mahluk hidup. Fakta

bahwa banyak jenis mahluk hidup yang ada disaat sekarang tidak dijumpai pada

kehidupan di masa jutaan bahkan milyaran tahun yang lalu (Widodo,2002 dalam

Mas’ud 2009)

2.1.2. Akar Pemikiran Evolusionis

Akar pemikiran evolusionis muncul sezaman dengan keyakinan dogmatis

yang berusaha keras mengingkari penciptaan. Teori evolusi merupakan buah

filsafat materialistis yang muncul bersamaan dengan kebangkitan filsafat-filsafat,

materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di abad ke-19. Seperti telah di

sebutkan sebelumnya, paham materialisme berusaha menjelaskan alam semata

melalui faktor-faktor materi. Karena menolak penciptaan, pandangan ini

menyatakan bahwa segala sesuatu, hidup ataupun tak hidup, muncul tidak melalui

penciptaan, tetapi wujud dengan sendirinya (1).

2.1.3 Macam – Macam Evolusi

Menurut Amin (2009), berdasarkan obyek yang mengalami evolusi, evolusi

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Evolusi anorganik (evolusi universe) adalah yang terjadi pada lingkungan

abiotic. Contohnya : terjadinya bumi

8

Page 9: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

2. Evolusi organik adalah perubahan yang terjadi pada lingkungan biotik dari

generasi ke generasi. Contoh : asal-usul kehidupan

Jenis-jenis Evolusi menurut Dobzanky, seorang ahli genetika membagi

evolusi menjadi 3 macam yaitu :

1. Evolusi kosmik

Dalam teori ini dijelaskan bahwa bumi yang ada sekarang berasal dari

adanya ledakan galaksi yang terjadi jutaan tahun lalu. Para ahli geologi juga

telah menunjukkan bahwa bumi ini mengalami perubahan-perubahan selama

proses pertumbuhannya.

2. Evolusi biologi

Adanya evolusi biologi ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil-fosil yang

mendukung teori ini baik fosil tumbuhan ataupun hewan.

3. Evolusi peradaban

Manusia sebagai makhluk yang dibekali akal, budi dan juga pikiran juga

mengalami evolusi. Manusia mampu menyesuaikan diri dengan alam

sekitarnya dengan cara memakai serta mengembangkan teknik, pengetahuan

serta cara hidup yang semuanya tadi disebut peradaban.[2]

2.1.4. Teori Evolusi Darwin

Charles Robert Darwin (lahir di Shrewsbury, Shropshire, Inggris, 12

Desember 1809 – meninggal di Downe, Kent, Inggris, 19 April 1882 pada umur

72 tahun) adalah seorang naturalis Inggris yang teori revolusionernya meletakkan

landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan yang sama

(common descent) dengan mengajukan seleksi alam sebagai mekanismenya.

Teori ini kini dianggap sebagai komponen integral dari biologi (ilmu hayat).

Bukunya On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or The

Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life(biasanya disingkat

menjadi The Origin of Species) (1859) merupakan karyanya yang paling

terkenal sampai sekarang. Buku ini menjelaskan evolusi melalui garis keturunan

yang sama sebagai penjelasan ilmiah yang dominan mengenai keanekaragaman di

dalam alam. Darwin diangkat menjadi Fellow of the Royal Society, melanjutkan

penelitiannya, dan menulis serangkaian buku tentang tanaman dan binatang,

9

Page 10: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

termasuk manusia, dan yang menonjol adalah The Descent of Man, and Selection

in Relation to Sex dan The Expression of the Emotions in Man and Animals.

Bukunya yang terakhir adalah tentang cacing tanah.[3]

Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi. Ia

hanya memiliki ketertarikan amatir pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut

mendorongnya bergabung secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran dengan

sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle, yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan

mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun. Darwin muda sangat

takjub melihat beragam spesies makhluk hidup, terutama jenis-jenis burung finch

tertentu di kepulauan Galapagos (Galapagos = kura-kura raksasa). Ia mengira

bahwa variasi pada paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi

mereka terhadap habitat.[4] Terjadinya keanekaragaman ini disebabkan oleh

perbedaan jenis makanannya. Pendapat Charles Lyell dalam bukunya "Principles

of Geology" yang menyatakan bahwa batuan, pulau, dan benua selalu mengalami

perubahan. Menurut Darwin peristiwa ini kemungkinan dapat mempengaruhi

makhluk hidup. Pendapat Thomas Robert Malthus dalam bukunya "An Essay on

the Principle of Population" yang menyatakan adanya kecenderungan kenaikan

jumlah penduduk lebih cepat daripada kenaikan produksi pangan. Hal ini menurut

Darwin menimbulkan terjadinya suatu persaingan untuk kelangsungan hidup.

Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal usul kehidupan dan spesies

berdasar pada konsep “adaptasi terhadap lingkungan”. Menurut Darwin, aneka

spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal

dari nenek mo-yang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi

alam.[5]

Hipotesis Darwin tidak berdasarkan penemuan atau penelitian ilmiah apa pun;

tetapi kemudian ia menjadikannya sebuah teori monumental berkat dukungan dan

dorongan para ahli biologi materialis terkenal pada masanya. Gagasannya

menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat mereka

dengan cara terbaik, akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi

berikutnya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama-kelamaan terakumulasi dan

mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek

moyangnya. (Asal usul “sifat-sifat yang menguntungkan” ini belum diketahui

10

Page 11: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

pada waktu itu.) Menurut Darwin, manusia adalah hasil paling maju dari

mekanisme ini.

Darwin menamakan proses ini “evolusi melalui seleksi alam”. Ia mengira

telah menemukan “asal usul spesies”: suatu spesies berasal dari spesies lain. Ia

mempublikasikan pandangannya ini dalam bukunya yang berjudul The Origin of

Species, By Means of Natural Selection pada tahun 1859.

Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut, Darwin mengemukakan dua teori

pokok tentang evolusi, yaitu:

a. Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies-spesies yang hidup pada masa

lampau.

b. Evolusi terjadi karena adanya seleksi alam. Hanya individu-individu yang dapat

menyesuaikan diri dengan alam lingkungan yang mampu hidup terus, sedangkan

yang lainnya akan punah.

kaum evolusionis menyatakan bahwa kehidupan muncul sebagai hasil

ketidaksengajaan, oleh pergerakan tak-sadar. Dengan kata lain, kehidupan di

Bumi lahir tanpa Sang Pencipta, dan dengan sendirinya, dari zat-zat tak-hidup.

Menurut teori evolusi, makhluk hidup terwujud melalui berbagai kebetulan, dan

berkembang lebih jauh sebagai sebuah hasil dari dampak yang tidak disengaja.

Sekitar 3,8 miliar tahun lalu, ketika tidak ada makhluk hidup di bumi, makhluk

bersel satu (prokaryota) sederhana pertama muncul. Seiring dengan perjalanan

waktu, sel-sel yang lebih kompleks (eukaryota) dan organisme bersel banyak

muncul. Dengan kata lain, menurut Darwinisme, kekuatan alam membangun

benda-benda mati sederhana menjadi rancangan sangat kompleks dan sempurna.[6]

Model neo-Darwinis, yang dapat kita anggap sebagai teori utama dari evolusi

saat ini, menyatakan bahwa kehidupan berkembang atau berevolusi melalui dua

mekanisme alamiah: seleksi alam dan mutasi. Pada dasarnya teori ini menekankan

bahwa seleksi alam dan mutasi adalah dua mekanisme yang saling melengkapi.

Sumber dari perubahan secara evolusi adalah mutasi acak yang terjadi dalam

struktur genetik makhluk hidup. Sifat yang dihasilkan dari mutasi ini kemudian

dipilah dengan mekanisme seleksi alam, dan dengan cara inilah makhluk hidup

berevolusi. Yang pada akhirnya evolusi ini menghasilkan makhluk yang paling

sempurna yaitu manusia.[7]

11

Page 12: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

2.2. PENGERTIAN AGAMA ISLAM ATAU PANDANGAN ISLAM MENGENAI

TEORI EVOLUSI DARWIN TENTANG ASAL MANUSIA

2.2.1. Ilmu dalam Pandangan Islam

Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-

prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw.

األكرم , , , وربك اقرأ علق من اإلنسان خلق خلق الذي ربك باسم اقرأيعلم , لم ما اإلنسان علم بالقلم علم الذي

1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah

menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang

Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia

mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-Alaq: 1-5)

Iqra terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun,

lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti,

mengetahui ciri sesuatu dan membaca baik teks tertulis maupun tidak.[8]

Perintah iqra menjadi pedoman nyata bagi seluruh umat Islam untuk senantiasa

menggali ilmu. Proses penggalian ilmu sendiri tidak lepas dari pertolongan Allah

Swt, karena sesungguhnya ilmu adalah milik Allah dan manusia diberi instrument

untuk mendapatkan ilmu tersebut melalui pendengaran, penglihatan dan hati.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Nahl 78

مع الس لكم وجعل شيئ,ا تعلمون ال هاتكم أم بطون من أخرجكم واللهتشكرون لعلكم واألفئدة واألبصار

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan

hati, agar kamu bersyukur.”

Nabi Muhammad Saw menyatakan bahwa menuntut ilmu adalah wajib bagi

setiap individu muslim baik laki-laki maupun perempuan.

ومسلمة مسلم كل على فريضة العلم طلب“Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim laki-laki dan perempuan” (HR: Ibn

Majah)

Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan

kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasulullah Saw pun

diperintahkan agar berusaha dan berdoa agar selalu ditambah pengetahuannya.[9]

12

Page 13: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

...... ا علم, زدني رب وقل“….. dan katakanlah (Muhamamd): "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu

pengetahuan." (QS: Thaha:114)

Meskipun manusia diberi kebebasan untuk menggali serta mengeksploitasi

ilmu, tapi ada beberapa hal yang tidak boleh dipertanyakan oleh manusia. Hal ini

berkenaan dengan keterbatasan ilmu manusia yang tidak mungkin bisa sampai

kepada rahasia Allah yang masih tersembunyi. Al-Biqa’i menjelaskan bahwa

kaum musyrikin bertanya mengenai proses dihidupkannya kembali manusia

setelah menjadi tulang-belulang.[10]

Pertanyaan ini langsung dijawab oleh Allah melalui surat Al-Isra ayat 85

إال العلم من أوتيتم وما ربي أمر من وح الر قل وح الر عن ويسألونكقليال“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk

urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

2.2.2. Penciptaan Manusia Menurut Al-qur’an

طين من سلالة من نسان الإ� خلقنا ولقدمكين قرار في نطفة جعلناه ثم

فكسونا عظاما المضغة لقنا فخ مضغة العلقة لقنا فخ علقة طفة الن خلقنا ثمالقين الخ حسن Aأ ه الل فتبارك آخر خلقا ناه Nنشأ Aأ ثم لحما العظام

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati

(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang

disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami

jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal

daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang

belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia

makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang

Paling Baik. (Al Qur'an, 23:12-14)

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan adanya enam fase terbentuknya janin

dalam rahim. Tahap pertama penciptaan janin disebut Sulalah dimulai dari

13

Page 14: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

saripati mani. Allah menjelaskan bahwa manusia diciptakan “ dari saripati air

yang hina (air mani)”. Manusia bukan diciptakan dari seluruh mani yang keluar

dari suami – istri, tapi hanya dari bagian yang sangat halus. Itulah yang dimaksud

dengan “ Sulalah”. Menurut riset yang telah diteliti oleh para ahli sekarang, bahwa

manusia itu tercipta dari satu sperma saja. Itu sangat sedikit sekali bila dibanding

dengan sperma yang keluar dari laki-laki yang mencapai jutaan sperma. Sulalah

adalah kata yang paling tepat dan cocok untuk menggambarkan proses

terbentuknya janin ini, karena satu dari jutaan sperma ini bergerak menuju ke

rahim untuk membuahi ovum dari wanita.[11]

Tahap kedua disebut Alaqoh. “Kemudian air mani itu Kami jadikan

segumpal darah ( ‘Alaqoh ).” ‘Alaqoh berarti juga nama dari binatang kecil yang

hidup di air dan di tanah yang terkadang menempel di mulut binatang pada waktu

minum di rawa – rawa (yaitu sebangsa lintah ). Bentuk janin pada fase ini sangat

mirip sekali dengan binatang lintah tersebut. Bahkan kalau keduanya difoto

bersamaan, niscaya manusia tidak akan bisa membedakkan bentuk dan gambar

keduanya.

Tahap ketiga, Mudghah (Segumpal Daging). Dalam kelanjutan surat al-

Mukminun dijelaskan ''Lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging.”

Tahap keempat ditandai dengan muncul dan tumbuhnya tulang. “Dan segumpal

daging itu Kami jadikan tulang belulang.” Para ahli dan spesialis dalam bidang

medis telah menyimpulkan bahwa tulang itu muncul sebelum daging sebagai

penutupnya. Setelah itu barulah muncul daging. Ini hanya baru diketahui oleh

para ahli pada zaman sekarang, itu pun dengan bantuan alat – alat fotografi.[12]

Tahap kelima, pembungkusan tulang dengan daging. “Lalu tulang belulang

itu Kami bungkus dengan dagin...'' Didahulukannya penciptaan tulang sebelum

daging, itu karena daging butuh kepada tulang untuk menempel padanya. Maka

tulang mesti sudah ada sebelum daging.

Tahap keenam adalah perubahan janin ke bentuk yang lain. “Kemudian

Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain..'' Menurut Dr Ahmad Hamid

Ahmad, bersama dengan berakhirnya pekan ketujuh, panjang Mudghah sudah

mencapai 8 – 16 milimeter”. Termasuk yang membedakan pada periode ini

adalah: bahwa bentuk tulang berbentuk bengkok menyerupai bulan sabit,

14

Page 15: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

kemudian mulai berubah lurus dan tegap. Di tambah lagi ada sesuatu yang

membedakan janin dengan makhluk hidup yang lain, yaitu sempurnanya bentuk

tubuh pada pekan kedelapan.[13]

Adalah Allah, Dia-lah satu-satunya Pencipta yang dapat menghidupkan benda

mati. Dalam Alquran disebutkan, “Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati

dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup.” (QS. Ar-Ruum, 30:19)

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-

baiknya. (QS. At Tiin, 95: 4)

Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia

membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada-Nya-lah

kembali (mu). (QS. At Taghaabun, 64: 3)[14]

Dari penjelasan di atas, jelas di dapatkan kesimpulan jika manusia itu di

ciptakan dalam bentuk yang sempurna sedari awal mula, bukan akibat dari sebuah

evolusi berdasarkan ketidak sengajaan yang berawal dari benda mati menjadi

makhluk hidup pertama atau sel dan berevolusi menjadi manusia yang

menyebabkan manusia dan semua makhluk hidup lainnya berasal dari nenek

moyang yang sama. Karena tidak ada penjelasan satupun yang ada dalam al

qur’an yang menyatakan adanya evolusi, yang ada hanyalah mengenai penciptaan

manusia.

Perbedaan mendasar antara agama dan paham ateisme (termasuk darwinisme

karena menganut paham materialisme yang tidak mempercayai adanya

penciptaan) adalah, yang pertama mempercayai Allah, sedangkan yang terakhir

mempercayai materialisme. Ketika Allah bertanya kepada mereka yang ingkar,

Dia menarik perhatian terhadap pernyataan yang mereka ajukan untuk menolak

penciptaan: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang

menciptakan (diri mereka sendiri)? (QS. Ath Thuur, 52: 35).[15]

“Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak mem-benarkan

(hari berbangkit)? Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu

pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang

menciptakannya?” (QS. Al Waaqi'ah, 56: 57-59).

2.2.3. Kekeliruan Bahwa Manusia Diciptakan Melalui Tahap-Tahap Evolusi

15

Page 16: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

1. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia

sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. (QS.

Nuh, 71: 13-14)

Mereka yang mendukung penciptaan evolusi menafsirkan kata-kata

“beberapa tingkatan kejadian” sebagai “melalui tahap-tahap evolusi”. Dalam

tafsirnya, Muhammad Hamdi Yazir dari Elmali menerjemahkan ayat itu sebagai:

“Ia menciptakanmu tahap demi tahap melalui beberapa keadaan.” Dalam

uraiannya, ia melukiskan tahap-tahap ini sebagai “tahap-tahap evolusi”. Akan

tetapi, penjelasan ini tidak berkaitan dengan evolusi yang menyatakan bahwa

akar manusia terletak di makhluk hidup lainnya. Nyatanya, sesudah itu Yazir

segera mengatakan bahwa tahap-tahap tersebut adalah:

Menurut penjelasan yang diberikan Ebus Suud[16], pertama datang unsur-

unsur, lalu zat gizi, lalu adonan/campuran, lalu sel mani, lalu segumpal daging,

lalu daging dan tulang, dan ini akhirnya dibentuk dengan penciptaan yang

sepenuhnya berbeda. “Maka Mahasuci-lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”

(QS. Al Mu’minuun, 23: 14)

Dalam uraian Imam Tabari, Surat Nuh: 14 diterjemahkan sebagai “Padahal

Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian”,

dan ini ditafsirkan sebagai bermakna “Engkau kali pertama berbentuk sebutir sel

benih, lalu Dia menciptakanmu sebagai segumpal darah, lalu sepotong kecil

daging.” [17]

Omer Basuhi Bilmen menerjemahkan ayat itu sebagai “Nyatanya, Dia

menciptakanmu melalui aneka tingkatan”, dan meneruskan dengan tafsir berikut:

Dia (menciptakan)mu melalui aneka tingkatan. Engkau pertama kali adalah

sebutir benih, lalu setetes darah. Engkau menjadi sepotong daging dan memiliki

tulang, lalu engkau dilahirkan sebagai manusia. Tidakkah semua kejadian dan

perubahan, yang bermacam-macam dan patut dijadikan contoh ini, merupakan

bukti cemerlang akan keberadaan, kekuasaan, dan keagungan Tuhan

Penciptaan? Mengapa engkau tidak memikirkan penciptaan dirimu sendiri? [18]

Sebagaimana kita lihat di sini, para ulama Al Qur’an Muslim sepakat bahwa

penafsiran Surat Nuh: 14 merujuk kepada proses yang terlibat dalam

1

16

Page 17: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

perkembangan manusia dari penyatuan sel mani dan sel telur. Bahwa ayat

tersebut harus ditafsirkan dengan cara ini adalah jelas dari azas “menafsirkan

ayat Al Qur’an menurut ayat Al Qur’an lainnya”, karena dalam ayat-ayat lain

Allah menjelaskan tahap-tahap penciptaan sebagai apa yang terjadi dalam rahim

ibu. Itulah sebabnya, atwaran harus diterjemahkan dengan cara ini. Tidak

dibenarkan menggunakan kata itu sebagai dukungan bagi teori evolusi, yang

mencoba mengaitkan asal-muasal manusia dengan jenis makhluk hidup lainnya.

2. Bukankah sudah datang atas manusia suatu waktu dari masa, sedang dia

ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (QS. Al Insaan, 76: 1)

Orang-orang yang sama tersebut juga menggunakan ayat ini sebagai bukti

evolusi. Dalam terjemahan yang berdasarkan penafsiran pribadi, ungkapan “saat

ia bukan sesuatu yang patut disebutkan” diungkapkan sebagai pernyataan

“keadaan-keadaan sebelumnya, saat manusia belum menjadi manusia”. Akan

tetapi, pernyataan ini sama jauhnya dari kebenaran dengan pernyataan pertama.

Nyatanya, para ulama Al Qur’an tidak menafsirkan ayat ini sebagai menandakan

proses evolusi. Misalnya, Imam Tabari menjelaskan arti ayat ini sebagai:

“Begitu lama waktu telah berlalu sejak masa Adam yang di masa itu ia bahkan

bukan sesuatu yang memiliki nilai atau keunggulan apa pun. Ia bukan apa-apa

selain tanah liat yang lengket dan digubah.” [19]

3. Kekeliruan bahwa Penciptaan Dari Air Adalah Tanda Penciptaan Evolusi

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang

bercampur, yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan),

karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (QS. Al Insaan, 76: 2).

Misalnya, Muhammad Hamdi Yazir dari Elmali menguraikan ayat di atas

sebagai berikut: … ia diciptakan dari nutfah berbentuk air. Nutfah adalah air

murni. Ia juga berarti air mani. Nutfah dan air mani menurut kebiasaan memiliki

arti yang sama. Namun, di akhir Surat Al Qiyaamah, dikatakan “nutfah dalam

mani yang ditumpahkan” (QS. Al Qiyaamah, 75: 37), jadi, menyatakan bahwa

nutfah itu bagian dari air mani tersebut. Sebagaimana dikabarkan dalam Sahih

al-Muslim, “Anak tidak berasal dari seluruh cairan itu”. Dan, hadits itu,

17

Page 18: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

membahas setiap bagian kecil dari keseluruhan itu, tidak mengatakan, “Setiap

bagian dari suatu cairan”, melainkan lebih membicarakan satu bagian dari

“keseluruhan cairan itu”, dan bahwa seorang anak tidak berasal dari keseluruhan

cairan, namun hanya dari satu bagian. Nutfah hanyalah satu bagian murni dari

air mani. [20]

Sebagian pengulas Al Qur’an ada yang berpikir bahwa “penciptaan makhluk

hidup dari air” mengandung arti yang sejalan dengan teori evolusi. Akan tetapi,

pandangan ini sungguh lemah. Ayat-ayat itu mengungkapkan bahwa air adalah

bahan mentah bagi makhluk hidup, dengan cara mengatakan bahwa semua

makhluk hidup diciptakan darinya. Nyatanya, biologi mutakhir mengungkapkan

bahwa air merupakan unsur paling mendasar semua makhluk hidup, sebab tubuh

manusia kira-kira 70 persennya air. Air memungkinkan gerakan dalam sel,

antar-sel, dan antar-jaringan. Tanpa air, tidak akan ada kehidupan.

4. Kekeliruan bahwa Penciptaan Itu yang Pertama dari Tanah Lalu dari Air

Berarti Penciptaan Evolusi

Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah,

kemudian dari setetes mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang

sempurna? (QS. Al Kahfi, 18: 37)

Imam Tabari menguraikan ayat ini sebagai berikut: ... Apakah engkau hendak

mengingkari Allah yang menciptakan ayahmu Adam dari tanah/debu, lalu

menciptakanmu dari cairan lelaki dan perempuan, lalu membungkusmu dalam

bentuk manusia? Allah, Dia yang memberimu semua ini dan menjadikan dirimu

seperti saat ini, mewujudkanmu untuk membuatmu makhluk hidup lain setelah

engkau mati dan kembali ke tanah. [21]

Diperlihatkan dalam ayat berikut ini bahwa Allah menciptakan manusia

langsung dari tanah liat kering. Ayat ini, yang menggambarkan penciptaan Nabi

Adam, tidak membicarakan suatu tahap.

5. Kekeliruan Bahwa Manusia Pertama Diciptakan dalam Waktu yang Lama

2

18

Page 19: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesunguhnya

Aku akan menciptakan manusia dari tanah” (QS. Shaad, 38: 71)

Kekeliruan lain dalam penciptaan evolusi berasal dari penafsiran ayat di atas

secara salah. Kaum evolusionis menyatakan bahwa ruas kalimat yang digaris-

bawahi di atas menunjukkan sebuah penciptaan yang lamban dalam waktu lama.

Akan tetapi, bahasa Arab yang asli jelas menegaskan bahwa ini adalah murni

pandangan sepihak dan seluruhnya bertentangan:

“innii khaaliqum basyaram min thiinin” berarti “Aku adalah Dia Yang

menciptakan seorang manusia dari tanah liat.”[22]

Ayat ini tidak mengatakan apa-apa yang seperti “Aku sedang menciptakan”.

Nyatanya, ayat ini berlanjut, “Apabila Aku telah membentuknya dan meniupkan

ruhKu kepadanya, tunduk sujudlah kepadanya!” Jelas dari ayat ini bahwa kata

kerja menciptakan di sini terjadi dalam sekejap bukan dalam waktu yang lama.

6. Kekeliruan Bahwa Nabi Adam Bukan Manusia Pertama

Pernyataan lain yang diajukan menyangkut penciptaan evolusi adalah Nabi

Adam AS mungkin bukan manusia pertama dan bahkan mungkin bukan

manusia. (Kami memohon ampun kepada Nabi Adam AS). Ayat berikut

diajukan sebagai bukti akan hal ini:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya

Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata:

“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan

membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa

bertasbih dan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al

Baqarah, 2: 30)

Mereka yang mendukung pernyataan ini berkata bahwa kata kerja bahasa

Arab ja’ala dalam ungkapan “Aku akan menciptakan seorang khalifah”

bermakna “mengangkat”. Dengan kata lain, mereka berpendapat bahwa Nabi

Adam bukanlah manusia pertama, namun ia “diangkat” sebagai khalifah di

antara banyak orang. Akan tetapi, dalam Al Qur’an, kata kerja ini memiliki arti

19

Page 20: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

berikut: Menciptakan, menemukan, menerjemahkan, membuat, menempatkan,

dan menjadikan.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam

dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya

berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (engkau

Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di

Hari Kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah

orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” Atau agar kamu tidak

mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan

Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang)

sesudah mereka. Maka, apakah Engkau akan membinasakan kami karena

perbuatan orang-orang yang sesat dulu?” (QS. Al A’raaf, 7: 172-173)

Nabi Adam AS adalah manusia pertama dan utusan Allah yang pertama.

Ayat-ayat begitu tegas dan jelas tentang masalah ini, sehingga tidak diperlukan

uraian apa pun. Yang harus dilakukan orang hanyalah membaca Al Qur’an

dengan hati yang tulus dan mendengarkan hati nurani. Allah akan

mengungkapkan kebenaran kepada mereka yang membaca ayat-ayatNya dengan

niat tersebut.[23]

7. Kekeliruan Bahwa “Para Moyang” yang Disebutkan dalam Al Qur’an

Merujuk kepada Nenek Moyang Evolusi

Perihal lain yang dicoba tampilkan oleh kaum evolusionis Muslim sebagai

bukti pernyataan mereka adalah ungkapan “para nenek moyang”, yang muncul

dalam beberapa ayat. Menurut tafsir mereka yang keliru, ungkapan ini merujuk

langsung kepada nenek moyang purba manusia. Alasan mereka untuk ini adalah,

kata “nenek moyang” muncul berbentuk jamak dalam Al Qur’an. Dua ayat

terkait berbunyi:

Musa berkata (pula): “Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu

yang dahulu.” (QS. Asy Syu’araa’, 26: 26)

Akan tetapi, ini pernyataan yang dipaksakan karena penggunaan kata

berbentuk jamak itu lumrah dan pasti tidak bisa digunakan sebagai dasar bagi

tafsir evolusionis.

20

Page 21: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

Ungkapan ini muncul dalam banyak ayat lainnya, di antaranya Surat Al

Baqarah: 133. Di sini, “para nenek moyang” tidak merujuk kepada proses

evolusi mana pun, namun kepada generasi-generasi yang sebelumnya. Dengan

cara serupa, istilah “para moyang, orang-orang sebelum” di masa lalu merujuk

kepada generasi-generasi yang silam. Ungkapan ini tidak berisi makna evolusi.

8. Kesalahan Tentang Bentuk Penciptaan Manusia

Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian

Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah, dan mengeluarkan kamu

(daripadanya pada Hari Kiamat) dengan sebenar-benarnya. (QS. Nuh, 71: 17-18)

Kaum evolusionis Muslim melihat ayat ini sebagai landasan teramat penting

dalam menentukan dasar pandangan mereka. Ungkapan “Allah

menumbuhkanmu dari tanah” disajikan sebagai bukti evolusi zat anorganik (zat

tak hidup). Akan tetapi, sebagaimana dengan terang ditunjukkan dalam tafsir

ayat, ungkapan ini menggambarkan penciptaan manusia pertama dari bumi

(tanah).

Alangkah baiknya dan bahkan wajib bagi kita sebagai umat muslim selalu

berpegang teguh kepada Al Qur’an yang disana jelas-jelas di terangkan bahwa

Nabi Adam diciptakan oleh Allah dari tanah, kemudian baru menciptakan anak

cucunya dari air mani (sperma). Keterangan seperti ini sudah disepakati oleh

hampir semua ahli tafsir yang ada (muttafaqul ma`na).

Didalam Al Qur`an Allah menggunakan kata al turoob, al thiin, al sholshol

untuk penciptaan Nabi Adam AS, dimana kata-kata tersebut ditafsiri oleh para

ahli tafsir dengan arti yang sama yaitu tanah. Dalam Hadits shohih yang

diriwayatkan oleh Abu Musa juga dijelaskan bahwa Allah menciptakan Nabi

Adam AS dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bagian bumi. Maka

lahirlah anak cucu Adam dengan sifat yang berbeda-beda, ada yang berkulit

coklat, putih, hitam dan lain-lain. Seperti telah kita lihat sejauh ini, pernyataan

bahwa sejumlah ayat Al Qur’an menuju ke arah evolusi adalah kekeliruan yang

bertentangan dengan Al Qur’an.[24]

21

Page 22: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

2.3. FAKTA ILMIAH MENGENAI TEORI EVOLUSI DARWIN TENTANG

ASAL MANUSIA

Evolusionis mengatakan bahwa makhluk hidup pertama adalah sel

tunggal yang terbentuk dengan sendirinya dari benda mati secara kebetulan.

Menurut teori ini, pada saat bumi masih terdiri atas bebatuan, tanah, gas dan unsur

lainnya, suatu organisme hidup terbentuk secara kebetulan akibat pengaruh angin,

hujan dan halilintar. Bukan hanya itu, evolusionis juga berpendapat jika mutasi

menguntungkan yang didukung teori seleksi alam, secara kebetulan mengubah sel

tunggal tersebut sehingga berevolusi menjadi semakin kompleks yang pada

akhirnya memunculkan seluruh kehidupan yang ada di dunia. Namun, dari semua

fakta ilmiah yang ada, tidak ada yang mendukung teori evolusi ini, bahkan

semuanya hampir bertentangan dengan nalar dan akal sehat.

2.3.1. Fakta tentang Percobaan Stanley Miller

Ahli kimia Amerika, Stanley Miller, melakukan suatu percobaan pada tahun

1953 untuk mendukung skenario evolusi molekuler. Miller beranggapan atmosfir

bumi purba terdiri atas gas metana, amonia, dan hidrogen. Dia mencampurkan

gas-gas ini dalam suatu rancangan percobaan dan mengalirkan arus listrik pada

campuran tersebut. Sekitar seminggu kemudian, ia menemukan sejumlah asam

amino terbentuk dalam campuran ini. Namun, berbagai penemuan berikutnya

yang terjadi dalam tahun 1970-an, yang dikenal sebagai “percobaan atmosfir bumi

purba”, menggugurkan upaya evolusionis tersebut. Terungkap bahwa “model

atmosfir bumi purba, yang didasarkan pada gas metana-amonia” sebagaimana

dikemukakan Miller dan para evolusionis lain, diketahui telah keliru sama sekali.

Miller memilih gas ini dengan sengaja karena kemudahan dan kecocokannya bagi

pembentukan asam amino. Akan tetapi, berbagai penemuan ilmiah menunjukkan

atmosfir bumi purba terdiri atas nitrogen, karbon dioksida dan uap air. [25] Model

atmosfir seperti ini tidak cocok bagi pembentukan asam amino. Terlebih lagi

diketahui, oksigen dalam jumlah besar tersedia secara alami pada atmosfir bumi

purba.[26] Hal ini sekaligus menggugurkan skenario evolusionis, sebab oksigen

bebas jelas akan menguraikan asam-asam amino yang terbentuk. Akibat berbagai

penemuan ini, masyarakat ilmuwan pada tahun 1980-an menyatakan percobaan

22

Page 23: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

Miller dan “percobaan-percobaan atmosfir bumi purba” lain setelahnya tidak

bernilai sama sekali. Setelah lama bungkam, akhirnya Miller pun mengakui

medium atmosfir yang ia gunakan tidaklah sesuai dengan kenyataan yang

sebenarnya.[27]

2.3.2. Fakta Mengenai Percobaan Louis Pasteur

Penemuan biologiwan Prancis, Louis Pasteur, yaitu dengan penyimpanan air

kaldu yang telah dididihkan dalam botol berleher angsa yg tertutup rapat selama

beberapa hari tidak membuat air kaldu menjadi keruh yang membuktikan bahwa

kehidupan hanya muncul dari kehidupan sebelumnya mengakhiri kepercayaan ini.

Sebagaimana perkataannya: “Pernyataan bahwa benda mati dapat memunculkan

kehidupan telah terkubur dalam sejarah untuk selamanya”.[28] Setelah Pasteur,

para evolusionis masih berkeyakinan bahwa sel hidup pertama terbentuk secara

kebetulan. Namun, semua percobaan dan penelitian yang dilakukan sepanjang

abad ke-20 telah berakhir dengan kegagalan. Pembentukan “secara kebetulan”

sebuah sel hidup tidaklah mungkin terjadi, bahkan untuk membuatnya melalui

proses yang disengaja di laboratorium tercanggih di dunia pun ternyata tidak

mungkin.

2.3.3. Fakta Probabilitas Terbentuknya Protein Pertama Secara Kebetulan

Teori evolusi menyatakan bahwa protein pertama terbentuk dengan

sendirinya “secara kebetulan”. Namun perhitungan peluang (probabilitas)

menunjukkan hal ini mustahil terjadi. Sebagai contoh, probabilitas terbentuknya

susunan asam amino dari suatu protein yang terdiri dari 500 asam amino dalam

urutan yang benar adalah 1 berbanding 10950. 10950 adalah sebuah angka yang sulit

dipahami yang dibuat dengan menempatkan sebanyak 950 angka nol di belakang

angka satu. Dalam ilmu matematika, probabilitas lebih kecil dari 1 berbanding

1050 dianggap sebagai sesuatu yang hampir mustahil.

Singkatnya, sebuah protein tunggal pun tak dapat terbentuk secara kebetulan.

Kaum Evolusionis juga mengakui fakta ini dari waktu ke waktu. Sebagai contoh,

Harold Blum, seorang ilmuwan evolusionis terkenal, menyatakan: “Pembentukan

23

Page 24: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

mandiri secara tiba-tiba sebuah rantai polipeptida dari protein terkecil yang

pernah diketahui tampak jauh di luar jangkauan semua probabilitas”[29]

Jadi, apa arti dari semua ini? Perry Reeves, seorang professor kimia,

memberikan jawabannya:

Ketika seseorang meneliti betapa sangat banyaknya struktur yang mungkin

terbentuk akibat kombinasi acak sederhana dari asam amino yang terdapat dalam

sebuah kolam purba yang sedang menguap, maka adalah mustahil untuk

mempercayai bahwa kehidupan dapat terbentuk dengan cara ini. Yang lebih

masuk akal adalah Pencipta Maha Agung dengan sebuah rancangan induk

diperlukan untuk melakukan tugas ini.[30]

Ahli matematika dan astronomi Inggris, Profesor Fred Hoyle, menerangkan

kemustahilan ini sebagai berikut:

Kemungkinan terbentuknya kehidupan tingkat tinggi secara kebetulan dapat

disamakan dengan kemungkinan angin tornado yang ketika melintasi tempat

pembuangan barang bekas merakit pesawat Boeing 747 dari bahan-bahan yang

ada...[31]

2.3.4. Fakta Tentang DNA

Menurut perhitungan, sebuah rantai kecil DNA dalam satu sendok teh

berkemampuan menyimpan semua informasi yang terdapat dalam semua buku

yang pernah ditulis manusia. Jika kita mencoba menuliskan informasi dalam

DNA, maka ini akan menghabiskan sekitar satu juta halaman buku. Ini setara

dengan sebuah ensiklopedi bervolume empat puluh kali lebih besar dari The

Encyclopaedia Britannica, yang merupakan salah satu kumpulan informasi

terbesar yang pernah dibuat manusia. Informasi raksasa ini tersimpan dalam inti

yang sangat kecil dalam sel kita yang berukuran sekitar seperseribu milimeter

Tentu saja, struktur menakjubkan seperti ini tidak akan pernah dapat

terbentuk secara kebetulan dan ini membuktikan kehidupan diciptakan oleh Allah.

Tidak mengherankan jika para evolusionis tidak mampu memberikan penjelasan

tentang asal-usul DNA. Namun mereka masih saja memakai hipotesis “kebetulan”

tersebut hanya untuk mempertahankan keberadaan teori evolusi. Ahli biologi

24

Page 25: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

molekuler terkemuka dari Australia, Michael Denton, menjelaskan hal ini dalam

bukunya “Evolution: A Theory in Crisis” sebagai berikut:

Bagi para skeptis, perihal bahwa program genetis dari organisme tingkat

tinggi – yang terdiri dari sekitar seribu juta bit informasi yang setara dengan

urutan huruf dalam sebuah perpustakaan kecil berisi seribu jilid buku, yang berisi

ribuan algoritma rumit berbentuk kode yang mengatur, menentukan dan

menyusun pertumbuhan dan perkembangan bermilyar-milyar sel hingga

membentuk suatu organisme kompleks, – terbentuk melalui proses yang sama

sekali berlangsung secara acak sungguh merupakan pelecehan terhadap akal

sehat. Akan tetapi bagi para Darwinis, gagasan tersebut diterima tanpa keraguan

sedikitpun – cara berpikir ini justru diutamakan![32]

2.3.5. Fakta Mengenai Mutasi Dan Seleksi Alam

Pakar zoologi terkenal, Pierre Grassé, mantan presiden Akademi Ilmu

Pengetahuan Prancis, memberikan pernyataannya mengenai logika “kebetulan”,

yang menjadi tulang punggung Darwinisme:

“Kemunculan pada saat yang tepat beragam mutasi yang memungkinkan

hewan dan tumbuhan untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan tampak sulit

untuk dapat dipercaya. Namun teori Darwin malah lebih jauh dari itu: Suatu

tumbuhan, seekor hewan membutuhkan beribu-ribu peristiwa keberuntungan

yang tepat. Begitulah, keajaiban menjadi kaidah: peristiwa-peristiwa dengan

kemungkinan teramat kecil tidak boleh gagal terjadi...Tidak ada hukum yang

melarang untuk berkhayal, tetapi ilmu pengetahuan tidak seharusnya terjerembab

ke dalamnya.[33]

Tidak ada secuil pun bukti pengamatan yang menunjukkan seleksi alam

pernah menyebabkan makhluk hidup mana pun untuk berevolusi. Evolu-sionis

ternama yang juga pakar paleontologi asal Inggris, Colin Patterson, mengakui

kenyataan ini:

Tak seorang pun pernah memunculkan satu spesies melalui mekanisme

seleksi alam. Tak seorang pun pernah hampir melakukannya, dan kebanyakan

perdebatan dalam neo-Darwinisme sekarang adalah seputar masalah ini.[34]

25

Page 26: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

Evolusionis lalu memunculkan konsep “mutasi” dalam teori mereka di abad

ke-20. Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada gen makhluk hidup karena

pengaruh luar seperti radiasi. Evolusionis menyatakan perubahan ini

menyebabkan organisme berevolusi.

Akan tetapi, berbagai penemuan ilmiah menolak pernyatan ini, sebab semua

mutasi yang pernah diketahui, hanya menyebabkan kerugian pada makhluk hidup.

Semua mutasi yang terjadi pada manusia mengakibatkan kelainan mental maupun

fisik seperti mongolisme (Down’s Syndrome), albinisme (albino),

dwarfisme(tubuh pendek), atau penyakit lain seperti kanker.

Alasan lain mengapa mutasi mustahil menyebabkan makhluk hidup

berevolusi adalah mutasi tidak menambahkan informasi genetis baru pada suatu

organisme. Mutasi menyebabkan susunan informasi genetis yang telah ada

menjadi berubah secara acak, mirip seperti mengocok kartu. Dengan kata lain,

tidak ada informasi genetis baru yang dimunculkan oleh mutasi.

Namun, teori evolusi menyatakan bahwa informasi genetis makhluk hidup

bertambah seiring dengan waktu. Sebagai contoh, bakteri dengan struktur sangat

sederhana tersusun atas 2.000 jenis protein yang berbeda, sedangkan manusia

memiliki 100.000 jenis protein. Tepatnya 98.000 protein baru harus “didapatkan”

agar sebuah bakteri berevolusi menjadi manusia. Jadi, protein-protein ini tidak

mungkin terbentuk melalui mutasi, sebab mutasi tidak dapat menambahkan apa

pun pada rantai DNA.

Tidak mengherankan jika sejauh ini tak pernah diamati satu mutasi pun yang

mampu memperbaiki informasi genetis dari suatu bentuk kehidupan mana pun.

Kendatipun dirinya seorang evolusionis, mantan Presiden Akademi Ilmu

Pengetahuan Prancis, Pierre Paul Grassé, membuat pengakuan berikut ini: “Tidak

peduli seberapa banyak mutasi yang ada, mutasi ini tidak menghasilkan bentuk

evolusi apa pun”.[35]

2.3.6. Fakta Mengenai Fosil Peralihan

Dalam bukunya The Origin of Species, Darwin menulis: “Jika teori saya

benar, maka beragam bentuk peralihan... sudah sepatutnya ada...” Tetapi,

26

Page 27: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

evolusionis, meskipun telah melewati 140 tahun masa pencarian mereka, tidak

dapat menemukan satupun bentuk peralihan ini.

Evolusionis terkenal, Derek Ager, mengakui fakta ini:

Jika kita mengamati catatan fosil dengan teliti, apakah pada tingkat ordo

atau spesies, maka yang selalu kita dapatkan bukanlah evolusi bertahap, tapi

ledakan tiba-tiba satu kelompok makhluk hidup disertai kepunahan kelompok

yang lain.[36]

Persis seperti pernyataan evolusionis yang lain tentang asal-usul makhluk

hidup, pernyataan mereka tentang asal-usul manusia pun tidak memiliki

landasan ilmiah. Berbagai penemuan menunjukkan bahwa “evolusi manusia”

hanyalah dongeng belaka.

Darwin mengemukakan pernyataannya bahwa manusia dan kera berasal

dari satu nenek moyang yang sama dalam bukunya The Descent of Man yang

terbit tahun 1971. Sejak saat itu, para pengikut Darwin telah berusaha untuk

memperkuat kebenaran pernyataan tersebut. Tetapi, walaupun telah melakukan

berbagai penelitian, pernyataan “evolusi manusia” belum pernah dilandasi oleh

penemuan ilmiah yang nyata, khususnya di bidang fosil. Beberapa fakta mengenai

teori evolusi yang menyangkut fosil:

1. australopithecus berarti “kera daerah selatan”. Seluruh spesies Australo-

pithecus, yang dimasukkan ke dalam pengelompokan yang berbeda,

sebenarnya hanyalah jenis kera punah yang menyerupai kera zaman sekarang.

Dua ahli anatomi terkenal tingkat dunia asal Inggris dan USA, Lord Solly

Zuckerman dan Prof. Charles Oxnard, telah melakukan penelitian mendalam

tentang berbagai spesimen Australopithecus. Penelitian mereka

mengungkapkan makhluk ini bukanlah bipedal atau berjalan dengan dua kaki,

dan memiliki cara berjalan yang serupa dengan kera zaman sekarang. Setelah

meneliti tulang-tulang dari fosil tersebut selama 15 tahun, dengan bantuan

dana dari pemerintah Inggris, Lord Zuckerman dan timnya yang

beranggotakan 5 orang spesialis sampai pada kesimpulan – walaupun

Zuckerman sendiri adalah evolusionis – bahwa Australopithecines hanyalah

jenis kera biasa dan sama sekali bukan bipedal (berjalan diatas dua kaki).[37] Di

27

Page 28: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

samping itu, Oxnard, yang juga seorang evolusionis, juga menyatakan jika

struktur rangka Australopithecus serupa dengan orang utan modern.[38]

Analisis mendalam yang dilakukan oleh antropolog Amerika Holly Smith

pada tahun 1994 tentang gigi-gigi Australopithecus menunjukkan bahwa

Australopithecus adalah sejenis kera.[39]

Pada tahun yang sama, Fred Spoor, Bernard Wood dan Frans Zonneveld,

seluruhnya ahli anatomi, mencapai kesimpulan yang sama melalui metoda

yang sama sekali berbeda. Metoda ini berdasarkan pada analisis perbanding-an

rongga semi-sirkular pada telinga bagian dalam manusia dan kera yang

berfungsi menjaga keseimbangan. Rongga telinga bagian dalam dari semua

spesimen Australopithecus yang diteliti oleh Spoor, Wood dan Zonneveld

ternyata sama seperti yang terdapat pada kera modern.[40] Penemuan ini sekali

lagi menunjukkan jenis Australopithecus adalah spesies yang menyerupai kera

modern.

2. Homo erectus, yang dikemukakan sebagai “manusia primitif” oleh

kalangan evolusionis, sebenarnya adalah ras manusia yang telah hilang.

Perbedaan antara Homo erectus dan kita hanyalah perbedaan ras.

Bahkan seorang evolusionis, Richard Leakey, menyatakan perbedaan

antara Homo erectus dan manusia modern tidaklah lebih dari perbedaan ras:

“Seseorang juga akan melihat adanya perbedaan-perbedaan pada bentuk

tengkorak, besarnya tonjolan di bagian muka, ketebalan alis mata dan

seterusnya. Perbedaan-perbedaan ini mungkin tak lebih dari perbedaan di

antara ras-ras manusia modern yang terpisahkan secara geografis,

sebagaimana yang kita saksikan sekarang.”[41]

Kini telah terbukti bahwa manusia Neanderthal, yang dikemukakan

sebagai “nenek moyang primitif manusia” oleh para evolusionis, hanyalah ras

manusia yang telah hilang. Tokoh terkemuka di bidang ini, Erik Trinkaus, ahli

antropologi asal New Mexico University menuliskan:

Pembandingan secara rinci sisa-sisa rangka Neanderthal dengan rangka

manusia modern telah menunjukkan tidak dijumpainya pada Neanderthal ciri-

ciri anatomi yang secara meyakinkan menunjukkan kemampuan gerak,

28

Page 29: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

manipulasi, kecerdasan atau berbahasa yang lebih rendah dari manusia modern.[42]

3. Skenario “pohon kekerabatan manusia” telah terbantahkan oleh bukti-

bukti fosil. Sekarang telah diketahui bahwa spesies-spesies yang dinyatakan

sebagai nenek moyang satu sama lain sebenarnya hanyalah ras-ras berbeda

yang hidup di masa yang sama.

Pakar antropologi evolusionis, Alan Walker, membenarkan kenyataan ini

dengan menyatakan: “terdapat bukti dari Afrika Timur tentang keberadaan

individu-individu kecil Australopithecus yang terakhir kali hidup, yang

pertama-tama sezaman dengan Homo habilis, dan kemudian dengan Homo

erectus.”[43] Louis Leakey telah menemukan fosil-fosil Australopithecus, Homo

habilis dan Homo erectus hampir berdampingan satu sama lain di daerah

Olduvai Gorge, lapisan Bed II.[44]

Kendatipun seorang evolusionis, pakar paleontologi dari Harvard

University, Stephen Jay Gould, menerangkan kebuntuan evolusi ini:

“Apa yang terjadi pada pohon kekerabatan kita jika terdapat tiga kelompok

makhluk homo yang hidup pada saat yang sama (A. africanus, australopi-

thecines yang tegap, dan Homo habilis), tak satu pun dari mereka yang dengan

jelas menurunkan yang lain? Selain itu, tak satu pun dari ketiganya

memperlihatkan kecenderungan evolusi selama masa hidup mereka di bumi.[45]

4. Manusia berjalan dengan cara yang sama sekali berbeda dengan makhluk

lain. Tidak ada hewan yang dapat berjalan tegak di atas kedua kakinya

sebagaimana manusia. Namun, evolusionis menyatakan bahwa cara

berjalan tegak di atas kedua kaki (bipedalisme) pada manusia ini adalah

hasil evolusi bertahap dari cara berjalan bungkuk kera di atas empat

kakinya (quadripedalisme).

Pada tahun 1996, ahli anatomi Inggris, Robin Crompton, yang melakukan

penelitian tentang cara berjalan bipedal manusia, menyimpulkan bahwa cara

berjalan pertengahan antara kera dan manusia sebagai sesuatu yang mustahil.

Crompton menunjukkan bahwa makhluk hidup hanya dapat berjalan tegak atau

di atas keempat kakinya. Cara jalan di antara keduanya sangatlah tidak efektif.[46]

29

Page 30: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

Celah sangat lebar yang memisahkan manusia dari kera tidak hanya sebatas

bipedalisme. Masih banyak hal lain yang belum terjawab seperti volume otak,

kemampuan berbicara, dan lain sebagainya. Elaine Morgan, seorang

evolusionis ahli paleoantropologi, memberikan pengakuan berikut berkaitan

dengan masalah ini:

Empat di antara misteri terbesar tentang manusia adalah: 1) mengapa

mereka berjalan di atas dua kaki? 2) mengapa mereka telah kehilangan

rambut permukaan tubuh mereka? 3) mengapa otak mereka telah berkembang

sedemikian besar? 4) mengapa mereka belajar untuk berbicara?

Jawaban yang tak pernah berubah dari pertanyaan ini adalah: 1) ‘Kita

belum tahu’; 2) ‘Kita belum tahu’; 3) ‘Kita belum tahu’; 4) ‘Kita belum tahu’.

Daftar pertanyaan ini dapat menjadi sangat panjang tanpa mempengaruhi

keseragaman jawabannya.[47]

2.3.7. Fakta Jika Manusia Telah Ada Sejak 7 Juta Tahun Lalu

Bukti terakhir yang meruntuhkan pernyataan teori evolusi tentang asal usul

manusia adalah fosil baru Sahelantrophus tchadensis yang tergali di kota

Chad, Afrika Tengah pada musim panas 2002. Fosil ini seolah ‘meletakkan

kucing di antara merpati’ bagi dunia Darwinisme. Dalam sebuah artikel yang

memberitakan penemuan ini, jurnal terkemuka Nature mengakui bahwa

“Tengkorak yang baru ditemukan bisa jagi menenggelamkan gagasan kita

selama ini tentang evolusi manusia.”[48]

Daniel Lieberman dari Harvard University mengatakan bahwa “[Penemuan]

ini akan memberikan pengaruh seperti sebuah bom nuklir kecil.”[49]

Alasan untuk hal ini adalah bahwa meskipun fosil yang dibicarakan berumur

7 juta tahun, ia memiliki struktur yang lebih “mirip-manusia” (menurut kriteria

yang selama ini digunakan evolusionis) daripada spesies kera Australopithecus

berumur 5 juta tahun yang dianggap sebagai “nenek moyang tertua manusia.” Ini

menunjukkan bahwa hubungan evolusi yang dibangun antara spesies kera punah

yang didasarkan pada kriteria “kemiripan dengan manusia” yang sangat subjektif

dan penuh perkiraan adalah rekaan belaka. Komentar Henry Gee, editor senior

Nature dan seorang ahli paleoanthropologi terkemuka, tentang penemuan fosil

30

Page 31: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

kera terbaru ini sangatlah perlu diperhatikan. Dalam artikelnya yang diterbitkan

oleh The Guardian, merujuk pada debat mengenai fosil ini, Gee menulis:

Apapun hasilnya, tengkorak ini menunjukkan, untuk selamanya, bahwa

gagasan lama tentang “mata rantai yang hilang” adalah omong kosong…

Seharusnya sekarang cukup jelas bahwa gagasan mata rantai yang hilang, yang

sebelumnya juga tidak kokoh, sekarang sepenuhnya tidak dapat dipertahankan.[50]

2.3.8. Fakta Jika Semua Ilmuwan Terbesar Dalam Kemajuan Ilmiah

Adalah Penganut Fakta Penciptaan (Kreasionis)

Tak menjadi soal, betapapun keras upaya kaum evolusionis dalam

menampilkan diri mereka sebagai pemuncul gagasan seperti inovasi (pembaruan)

dan kemajuan, sejarah telah membuktikan bahwa pencetus yang sebenarnya dari

inovasi dan kemajuan adalah selalu para ilmuwan beriman yang meyakini

penciptaan oleh Tuhan.

Kita dapat menyaksikan adanya ilmuwan yang beriman di setiap titik

kemajuan ilmiah. Leonardo da Vinci, Copernicus, Kepler, dan Galileo, yang

memulai era baru dalam ilmu astronomi, Cuvier, pendiri paleontologi, Linnaeus,

pendiri sistem penggolongan modern untuk flora dan fauna, Isaac Newton,

penemu hukum gravitasi, Edwin Hubble, yang menemukan adanya galaksi dan

pemuaian alam semesta, serta banyak lagi, dan banyak lainnya yang meyakini

Tuhan dan percaya bahwa alam semesta dan makhluk hidup adalah ciptaanNya.

Salah satu ilmuwan terbesar di abad kedua puluh, Albert Einstein, berkata:

Saya tak dapat membayangkan seorang ilmuwan sejati tanpa keimanan

yang kuat. Situasi ini dapat dilukiskan sebagai: Ilmu tanpa agama adalah

lumpuh…[51]

Max Planck, pendiri fisika modern berkebangsaan Jerman, berkata:

Siapa pun yang secara sungguh-sungguh telah terlibat dalam kerja ilmiah

jenis apa pun juga, akan sadar bahwa di atas pintu gerbang memasuki kuil ilmu

pengetahuan tertera kalimat: Engkau harus beriman. Ini adalah sifat yang tak

dapat dilepaskan dari seorang ilmuwan.[52]

31

Page 32: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

CATATAN KAKI1. Keruntuhan Teori Evolusi, Harun Yahya hal: 9

2. Handout Teori Evolusi Molekuler bab sejarah perkembangan teori evolusi hal: 2-5

3. “TEORI DARWIN” TENTANG EVOLUSI MANUSIA MENURUT ISLAM, Darus Salaf :

Kajian Islam Berdasarkan Al-Qur'an dan Assunnah, darussalaf.or.id, 2013

4. Kawasyif Zuyuuf, Hal: 317, Keruntuhan Teori Evolusi, Harun Yahya hal: 10-11,

5. Harun Yahya: Darwinism Refuted, Goodword Publishers, New Delhi, 2003, hal: 10

6. Menyanggah darwinisme, 2002, harun yahya, hal: 15-16

7. Desain di alam, harun yahya, hal : 50, 2003

8. M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, hal. 569.

9. Ibid, hal. 588

10. Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah volume 7, hal. 180

11. Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 65 Tahun II.

12. http://tausyah.wordpress.com/2012/12/20/lima-fase-atau-tahapan-kehidupan-manusia-yang-

mesti-dialami-manusia-dari-awal-sampai-akhir-tahapan-titik-nol-atau-ketidak-adaan-

tahapan-di-alam-rahim-alam-dunia-alam-barzakh-dan-alam-akhirat/

13. http://ahmad-ad-diyani.blogspot.com/2013/04/makalah-tahapan-penciptaan-manusia.html

14. Memahami Allah Melalui Akal, harun yahya, hal: 34,

15. Darwinisme bertentangan dengan al-qur’an, harun yahya, hal: 6

16. Ebus Suud adalah sheik Islam dan ulama zaman Ottoman yang hidup antara 1492/3-1574/5.

17. Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 6, h. 2631

18. Omar Nasuhi Bilmen, Turkish Edition of and Commentary on the Al Qur’an, vol. 8, h. 3851

19. Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 6, h. 2684

20. Hamdi Yazir of Elmali, http: //www.kuranikerim.com/telmalili/insandehr.htm

21. Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 3, h. 1268

22. Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 4, h. 1991

23. Darwinisme bertentangan dengan al-qur’an, hal : 57-60

24. Harun Yahya: The Evolution Deceit, Taha Publishers, London, 1999, dan Darwinism

Refuted, Goodword Publishers, New Delhi, 2003.)

25. J. P. Ferris, C. T. Chen, “Photochemistry of Methane, Nitrogen, and Water Mixture As a

Model for the Atmosphere of the Primitive Earth”, Journal of American Chemical Society,

Vol 97:11, 1975, hal. 2964.

26. “New Evidence on Evolution of Early Atmosphere and Life”, Bulletin of the American

Meteorological Society, Vol 63, November 1982, hal. 1328-1330

27. “Life’s Crucible”, Earth, February 1998, hal. 34

28. Sidney Fox, Klaus Dose. Molecular Evolution and The Origin of Life.

29. New York: Marcel Dekker, 1977. hal. 2

30. W. R. Bird, The Origin of Species Revisited. Nashville: Thomas Nelson Co., 1991, hal. 304

32

Page 33: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

31. J. D. Thomas, Evolution and Faith. Abilene, TX, ACU Press, 1988. Hal: 81-82

32. “Hoyle on Evolution”, Nature, Vol 294, 12 November 1981, hal. 105

33. Michael Denton, Evolution: A Theory in Crisis. London: Burnett Books, 1985, hal. 351

34. Pierre-P Grassé, Evolution of Living Organisms, New York: Academic Press, 1977, hal. 103.

35. Colin Patterson, “Cladistics”, BBC, Brian Leek ile Röportaj, Peter Franz, 4 March 1982.

36. Pierre-Paul Grassé, Evolution of Living Organisms, Academic Press, New York, 1977, hal.

88

37. Derek A. Ager, “The Nature of the Fossil Record”, Proceedings of the British Geological

Association, Vol 87, 1976, hal. 133

38. Solly Zuckerman, Beyond The Ivory Tower, New York: Toplinger Publications, 1970, hal.

75-94.

39. Charles E. Oxnard, “The Place of Australopithecines in Human Evolution: Grounds for

Doubt”, Nature, Vol 258, hal. 389

40. Holly Smith, American Journal of Physical Antropology, Vol 94, 1994, hal. 307-325.

41. Fred Spoor, Bernard Wood, Frans Zonneveld, “Implication of Early Hominid Labryntine

Morphology for Evolution of Human Bipedal Locomotion”, Nature, Vol 369, 23 June 1994,

hal. 645-648.

42. Richard Leakey, The Making of Mankind, London: Sphere Books, 1981, hal. 62

43. Erik Trinkaus, “Hard Times Among the Neanderthals”, Natural History, Vol 87, December

1978, hal. 10; R. L. Holloway, “The Neanderthal Brain: What Was Primitive”, American

Journal of Physical Anthropology Supplement, Vol 12, 1991, hal. 94

44. Alan Walker, Science, Vol 207, 1980, hal. 1103.

45. A. J. Kelso, Physical Antropology, 1st ed., New York: J. B. Lipincott Co., 1970, hal. 221; M.

D. Leakey, Olduvai Gorge, Vol 3, Cambridge: Cambridge University Press, 1971, hal. 272.

46. S. J. Gould, Natural History, Vol 85, 1976, hal. 30

47. Ruth Henke, “Aufrecht aus den Baumen”, Focus, Vol 39, 1996, hal. 178

48. John Whitfield, "Oldest member of human family found," Nature, 11 Juli 2002.

49. 214 D.L. Parsell, "Skull Fossil From Chad Forces Rethinking of Human Origins," National

Geographic News, 10 Juli 2002.

50. The Guardian, 11 Juli 2002

51. Elaine Morgan, The Scars of Evolution, New York: Oxford University Press, 1994, hal. 5

52. Earnest A. Hooton, Up From The Ape, New York: McMillan, 1931, hal. 332

33

Page 34: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

1. Teori Evolusi Darwin Tidak memiliki landasan teori atau fakta ilmiah apalagi

pijakan yang kuat. Teori ini murni sepenuhnya salah dan hanyalah hayalan

belaka.

2. Apa yang tertulis dalam Al Qur’an dan hadist adalah mutlak kebenarannya.

3. Jangan mengertikan ayat Al Qur’an maupun hadis sesuai dengan kondisi atau

keinginan diri, tetapi lihatlah makna ayat tersebut sesuai dengan makna yang

telah disepakati umat muslim. Karena hal ini dapat mengakibatkan kesalahan

fatal dalam memahami maknanya.

4. Ilmu pengetahuan itu sejalan dengan pandangan islam, jika tidak hanya ada

dua penyebab, akal manusia ataupun teknologi manusia yang belum dapat

menjangkaunya, atau manusia yang berusaha menafikkan kenyataan yang ada

karena telah buta mata hatinya.

3.2. SARAN

Kaum beriman harus menghindari membela teori ini dan makna

pemikirannya, karena keduanya menentang kebenaran Islam. Sebagian mukmin

mungkin mendukung teori ini, karena tidak sadar akan berbagai bencana yang

dibawanya pada umat manusia, bahwa teori ini didukung oleh mereka yang

membenci agama, dan bahwa teori ini menolak fakta penciptaan. Mengingat hal

itu, kaum Muslimin yang hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang teori ini,

harus menghindari menempuh jalan itu, sebab sebagaimana difirmankan Allah

dalam Al Qur’an kepada mereka yang taat:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan

hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al Israa’,

17: 36)

Muslim teladan sebaiknya meneliti masalah ini dengan setulusnya, dan

berlaku sesuai dengan kesadaran bahwa:

Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan

yang lurus.(QS. Al Jin, 72: 14)

34

Page 35: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

Sebagaimana diperintahkan ayat di atas, kaum Muslimin yang meyakini

kebenaran teori evolusi harus mempertimbangkan teori ini dengan hati-hati,

melakukan penelitian yang luas, dan mengambil keputusan sesuai dengan nurani

mereka.

35

Page 36: Hakekat ilmu pengetahuan dalam pandangan islam

DAFTAR PUSTAKA

Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 65 Tahun II.

Handout Teori Evolusi Molekuler. evolusiblog.files.wordpress.com/2012/.../ho-

4-ev-oke....

http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-

dan.html

http://mustikasilvia.wordpress.com/sains-dan-teknologi-dalam-pandangan-

islam/

http://www.gainpeace.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=108:what-is-islams-view-about-education-

science-and-technology&catid=54catid=54&Itemid=108

Syahin, A.S. Adam bukan manusia pertama ? (mitos atau realita). 2004.

Republika, Jakarta.   

Taufikurahman, PhD. 2003. Mengapa ada penolakan terhadap teori evolusi

Darwin: tanggapan atas tulisan Wildan Yatim,  Kompas, Mei 2003. 

Yahya, Harun. 2001. Keruntuhan teori evolusi. Adz Zikra-Syamil, Bandung.

Yahya, Harun. 2003. Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Islam.

Global Media. Jakarta.

Yahya, Harun. 2003. Keajaiban Penciptaan Manusia. Global Media. Jakarta.

Yahya, Harun. 2002. Menyibak Tabir Evolusi. Global Media. Jakarta.

Yahya, Harun. 2002. Rahasia DNA. Adz Zikra-Syamil, Bandung.

Yahya, Harun. 2003. Runtuhnya Teori Evolusi Dalam 20 Pertanyaan. Adz

Zikra-Syamil, Bandung.

Yahya, Harun. 2002. Mari Menyelidiki Kekeliruan Teori Evolusi. Adz Zikra-

Syamil, Bandung.

Yahya, Harun. 2003. Memahami Allah Melalui Akal. Global Media. Jakarta.

Yahya, Harun. 2002. Menyanggah Darwinisme. Global Media. Jakarta.

Yahya, Harun. 2002. Keajaiban Desain Di Alam. Global Media. Jakarta.

Yahya, Harun. 2002. Manusia Dan Alam Semesta. Global Media. Jakarta.

Yahya, Harun. 2002. Menjawab Tuntas Polemik Evolusi. Global Media.

Jakarta.

36