GEOMORFOLOGI

9
GEOMORFOLOGI PULAU JAWA Geomorfologi adalah ilmu yang mendeskripsikan, mendefinisikan, serta menjabarkan bentuk lahan dan proses-proses yang mengakibatkan terbentuknya lahan tersebut, serta mencari hubungan antara proses- proses dalam susunan keruangan. Geormofologi juga berhubungan dengan bentuk lahan tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh perilaku organisme di tempat mereka hidup. Surface atau permukaan harus termasuk juga bagian kulit bumi yang paling jauh. Kenampakan subsurface terutama di daerah batugamping sangat penting karena sistem gua terbentuk juga merupakan bagian dari geomorfologi. Cakupan kajian geomorfologi ada dua, yaitu cakupan geomorfologi makro dan geomorfologi mikro. Morfologi makro Geomorfologi makro contohnya adalah kajian tentang segala sesuatu yang ada di permukaan bumi, seperti pegunungan, perbukitan, kawah, ngarai, dan masih banyak lagi (lebih mengarah pada fenomena alam). Beberapa bentuk morfologi permukaan karst : Pulau Jawa memiliki kawasan karst yaitu karst Gunung Sewu, bentuk bukit-bukitnya seperti cawan terbalik (cone hill) dan kerucut (conical hill). Gua-gua juga dapat terbentuk karena adanya mata air karst. Mata air (spring) karst ini ada beberapa jenis: Bedding spring, mata air yang terbentuk pada tempat terjadi pelebaran bidang lapisan, Fracture spring, mata air yang terbentuk pada tempat dimana terjadi pelebaran bidang rekahan, Contact spring, mata air yang terbentuk karena adanya kontak antara batu gamping dan batu lain yang impermiabel. secara khusus ada jenis mata air yang berada di bawah permukaan air laut disebut dengan vrulja. Morfologi mikro Geomorfologi mikro contohnya adalah kajian tentang perubahan aliran di permukaan bumi (mengarah pada fenomena yang lebih luas baik yang

Transcript of GEOMORFOLOGI

Page 1: GEOMORFOLOGI

GEOMORFOLOGI PULAU JAWA

Geomorfologi adalah   ilmu   yang   mendeskripsikan,   mendefinisikan,   serta   menjabarkan bentuk lahan dan proses-proses yang mengakibatkan terbentuknya  lahan tersebut,  serta mencari hubungan antara proses-proses dalam susunan keruangan. Geormofologi juga berhubungan dengan bentuk lahan tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh perilaku organisme di tempat mereka hidup. Surface atau permukaan harus termasuk juga bagian kulit bumi yang paling jauh. Kenampakan subsurface terutama di daerah batugamping sangat penting karena sistem gua terbentuk juga merupakan bagian dari geomorfologi. Cakupan kajian geomorfologi ada dua, yaitu cakupan geomorfologi makro dan geomorfologi mikro.

Morfologi makro

Geomorfologi makro contohnya adalah kajian tentang segala sesuatu yang ada di permukaan bumi, seperti   pegunungan,   perbukitan,   kawah,   ngarai,   dan   masih   banyak   lagi   (lebih   mengarah   pada fenomena alam). Beberapa bentuk morfologi permukaan karst :

Pulau Jawa memiliki kawasan karst yaitu karst Gunung Sewu, bentuk bukit-bukitnya seperti cawan terbalik (cone hill) dan kerucut (conical hill).

Gua-gua juga dapat terbentuk karena adanya mata air karst. Mata air (spring) karst ini ada beberapa jenis:

Bedding spring, mata air yang terbentuk pada tempat  terjadi pelebaran bidang lapisan,

Fracture spring, mata air yang terbentuk pada tempat dimana terjadi pelebaran bidang rekahan,

Contact spring, mata air yang terbentuk karena adanya kontak antara batu gamping dan batu lain yang impermiabel.

secara khusus ada jenis mata air yang berada di bawah permukaan air laut disebut dengan vrulja.

Morfologi mikro

Geomorfologi   mikro   contohnya   adalah   kajian   tentang   perubahan   aliran   di   permukaan   bumi (mengarah pada fenomena yang lebih luas baik yang disebut fenomena alam ataupun fenomena sosial,   seperti pembangunan kota,  dimana bangunan yang ada mengubah arah aliran dan dapat mengakibatkan gangguan pada proses alami. Ada  suatu kawasan karst dengan sudut dip yang kecil dan permukaannya licin. Area ini dipisah dalam bentuk blok-blok oleh joint terbuka, disebut dengan grike).  permukaan blok  itu terpotong menjadi  sebuah pola dendritic dari  runnel dengan deretan dasar   dan   dipisahkan   oleh   deretan   punggungan   yang   mengeringkannya   kedalam   grike   terlebih dahulu. Kadang-kadang  memiliki profil panjang yang hampir mulus disebut Rundkarren.

Tipe lain yaitu Rillenkarren memiliki saluran yang tajam, ujung punggungan dibatasi oleh deretan saluran   berbentuk   V.   terlihat   pada   permukaan   yang   lebih   curam   daripada   rundkarren. Microrillenkarren merupakan bentuk gabungan tetapi hanya memiliki panjang beberapa centimeter dan lebarnya 10-20 mm. Pseudo karren, memiliki bentuk sama dengan rundkarren dan rinnenkarren. Tetapi hanya terjadi pada granit di daerah tropik yang lembab.

Page 2: GEOMORFOLOGI

Pulau Jawa memiliki kawasan karst yang cukup spesifik yaitu karst Gunung Sewu, dimana bentukan bukit-bukit   seperti  cawan terbalik   (cone  hill)  dan  kerucut   (conical  hill)  begitu  sempurna  dengan lembah-lembahnya. Bukit merupakan residu erosi dan lembahnya adalah merupakan daerah diaman terjadi erosi aktif dari dulu sampai sekarang. Bagian-bagian depresi atau cekungan merupakan titik terendah  dan  menghilangnya  air  permukaan  ke  bawah permukaan.  Erosi  memperlebar   struktur (lihat geologi gua dan teori terbentuknya gua), kekar, sesar, dan bidang lapisan, dan membentuk gua-gua, baik vertikal maupun horisontal. Secara fisiografis Pulau Jawadapat dibedakan   menjadai tiga zona  yang membujur barat-timur (Pannekoek, 1949) yaitu Zona Selatan, Zona Tengah dan Zona Utara.

Pulau jawa dihubungkan dengan laut dangkalan Sunda, sehingga secara fisiografis termasuk tanah tengah sunda (Tanah Sunda Tengah).tetapi secara geologis ini termasuk dalam sistem pegunungan muda tertier disekeliling tanah sunda pretertier yang membentuk bagian dari  sitem pegunungan Sunda seperti Sumatra. Jawa memiliki   luas 127.000 km persegi dengan panjang 1000 km.Elemen struktur   pokok   dari   pulau   jawa   yakni   geantiklinal   Jawa   selatan   yang   memebentang   sepanjang separuh selatan pulau ini dan geosinklinal jawa utara yang meliputi seluruh bagian utaranya. Dari Semarang ke timur n basin geosinklinal ini menjadi bertambah basar serta bercabang. Cabang utara yaitu   merupakan   bukit   rembang   dan   Madura.   Sedangkan   cabang   selatannya   yaitu   pegunungan kendeng  dan   selatan  Madura.   Sayap   geantiklinal   jawa   dibentuk   oleh  pegunungan   selatan   yang merupakan blok pengerutan yang miring kea rah samudra hindia. Bagian puncak dari geantiklinal jawa telah hancur atau rusak serta di jawa tengah bagian selatan pegunungan selatan telah lenyap akibat depresi menengah yang dibatasi ole samudera Indonesia. Secara fisiografis Pulau Jawa dapat dibedakan  menjadai tiga zona  yang membujur barat-timur (Pannekoek, 1949) yaitu Zona Selatan, Zona Tengah dan Zona Utara

JAWA BARAT

Disebelah selatan daerah ini tampak dataran pantai yang berbukit, ditengah bergunung-gunung dan bagian utaranya dataran. Topografi tersebut menandakan provinsi ini masih labil karena daerah ini terletak dijalan sirkum mediteran dan sirkum pasifik. Di provinsi ini masih terdapat aktifitas gunun berapi sehingga gempa bumi masih kerap terjadi.

Jawa barat dibagi menjadi 4 zone geomorfologis, yaitu:

1.    Zone Jakarta

                             Melajur sejajar dengan laut jawa dengan lebar kira-kira 40 km dan panjangnya mulai dari serang, kerrawang hingga cirebon.  Dataran sebagian besar terbentuk dari endapan alluvial yang terangkat oleh sungai. Disamping ditemukan rawa-rawa di zone ini ada kemungkinan bahwa dataran di kawasan Indramayu bergeser kira-kira 108 km setiap tahun ke arah laut.

2.    Zone bogor

                             Terbentang dari Rangkasbitung Subang sampai merupakan daerah petakan lipatan dibeberapa tempat yang kemungkinannya terjadi pada pliosan. Kini zone ini tampak sebagai daerah bukit rendah yang di selingi oleh bukit-bukit yang berbatu keras.

3.    Zone bandung

Page 3: GEOMORFOLOGI

                             Merupakan kawasan yang bergunung api  sekaligus merupakan zone depresi.   Jika dibandingkan dengan  zone bogor yang mengapitnya disebelah utara dan zone pegunungan selatan di sebelah selatannya yang masing – masing mengalami proses pelipatan pada zaman tertier. Zone ini terbagi menjadi 4 :

a.    Depresi Ciancur

             Depresi Ciancur terletak pada ketinggian 70-459 meter di sebelah barat menjulang gunung salak (2211 meter) yang merupakan gunung berapi termuda. Ada pula daerah yang tertutup bahan vulkanis   dari   gunung   Gede   (2958   meter)   dan   gunung   Payrango   (3019   meter),   misalnya   kota Sukabumi.

b.    Depresi Bandung

             Di provinsi Bandung adalah dataran alluvial yang subur, lebarnya mencapai 25 meter dengan ketinggian 650-675 meter.  Dan dialiri  oleh sungai  Citarum dua deretan gunung berapi  mengapit depresi   ini  yaitu gunung Burangrang (2064 meter),  gunung Tangkuban Perahu (2076 meter) dan gunung Bukit Unggul (2203 meter) yang menjadi batas zone Bogor sedangkan dengan zone selatan dibatasi oleh gunung Malabor (23231 meter),  gunung Patuha (2434 meter) dan gunung Kencana (2182 meter).

c.    Depresi Garut

             Depresi Garut memiliki lebar kurang lebih 50 km dengan ketinggian 717 meter. Merupakan daerah yang dikelilingi  gunung berapi   :  gunung Kerosak (1630 meter) dan gunung Cikuray (2821 meter) terletak disebelah selatan. Disebelah timur terletak gunung Telaga Bodas (2201 meter) dan gunung Galunggung (2108 meter).

d.   Depresi Lembah Citanday

             Depresi lembah Citanday merupakan daerah yang ditutpi endapan alluvial dan tempat bukit-bukit yang terlipat gunung Sawol (1764 m) yang endapannya tesebar menutupi plato Rancab yang menurun ke selatan.

4.    Zone pegunungan selatan

                             Lebarnya kurang lebih 50 km, kian menyempit dibagian timur yang terbentang dari teluk pelabuhan ratu sampai  kepulauan Nusa Kambangan.  Zone  ini  mengalami  pelipatan medan karena pada kaiameosin dan pengangkatan pada kala olestosin. Ini merupakan pegunungan memiliki kemiringan yang lemah ke arah selatan/samudera Hindia. Zone ini menjadi tiga (plato) yaitu :

-       Plato karang nunggal (timur) yang dialiri sungai Cibulin bermuara di samudra Hindia

-       Plato pangelengan (tengah)

-       Plato jampang (barat) : memiliki bentuk khas karena adanya tebing curam yang menjadi batas di sebelah utara. Gunung malay merupakan puncak tertinggi  di kawasan plato ini.

JAWA TENGAH

Page 4: GEOMORFOLOGI

             Berdasarkan   pada   aspek geomorfologi   regional   jawa   tengah dan   stratigrafi,   Antiklinorium Rembang  ini  dapat dibagi  menjadi   lima bagian,  yaitu  ;  Lekuk Randublatung,  Antiklinorium Cepu, Lekuk Lusi-Kening-Solo bagian bawah, Antiklinorium Rembang bagian utara dan Lekuk Semarang-Rembang-Laut Jawa.

Bagian tengah dari pulau jawa jauh lebih sempit daripada Jabar dan Jatim lebernya hanya ± 100-200 km. Hal ini disebabkan karena laut Jawa terbentang masuk kepedalaman dengan teluk yang lebar antara Cirebon dan Semarang sehingga tanah rendah utara lebih terbatas dan pegunungan Selatan sebagian besar tenggelam diantara Nusa Kambangan dan Pegunungan Selatan Jatim.

-          Dataran pantai  utara  Jateng  lebar  maksimum ± 20 km di  sebelah selatan Brebes,  dimana lembah Punali memisahkan rangkaian Bogor di Jabar dan Pegunungan Selatan jateng.

-          Lebar jarak ke timur dataran itu menyempit  sampai ± 20 km di sebelah selatan Tegal dan Pekalongan untuk selanjutnya menghilang seluruhnya disebelah Timur pekalongan, dimana bagian utama pegunungan mencapai pantai.

Tanah pegunungan Jawa Tengah dibentuk oleh dua cembungan geantiklinal, yaitu :

-          Rangkaian Pegunungan Serayu Utara

Merupakan rantai penghubungan antara rangkaiian Bogor di Jabar dan pegunungan Kendeng Jateng sedangkan pegunungan Serayu Selatan merupakan sebuah elemen baru yang muncul  dari depresi  Bandung yang memanjang dari Jabar.

-          Rangkaian Pegunungan Serayu Utara

Tertutup oleh  Vulkom Slamet dan sebelah timurnya tertutup oleh Vulkanis muda seperti kelompok Dieng.

             Diantara pegunungan Serayu Selatan dan Utara terdapat sebuah depresi memenjang yaitu zone serayu dimana terletak kota-kota, Majenang, Purwokerto, Banjarnegera, Wonosobo.Di sebelah selatan   pegunungan   serayu   selatan   terdapat   dataran   pantai   yang   lebarnya   antara   10-20   km. Keadaaan daerah ini sangat jelas berbeda dengan daerah selatan jabar dan Jatim yang terletak tidak lebih dari 10 m di atas muka laut.

             Tiga pegunungan pantai (shore  bars) dengan gunung-gunung pasir (dunes) setinggi 5-15 m dan lebar 100-500 jajar pantai. Bagian tengahnya terpotong Oleh pegunungan Karang Bolong yang strukturnya sama dengan pegunungan Selatan  disini telah merosot dibawah permukaan laut antara Pulau Nusa Kambangan dan muara sungai Opak (yogyakarta).

JAWA TIMUR

            Zone selatannya merupakan kelanjutan dari zone-zone selatan di Jabar dan Jateng sedangkan yang di utara yang merupakan elemen baru, baik fisiografis maupun strukturnya. Di utara Muria yang berbatuan leusit dan vulkan Lasem yang andisitis mencerminkan tidak semuanya dengan seri-seri utara vulkom Jawa. Muria dulunya sebuah pulau.

Page 5: GEOMORFOLOGI

            Di sebelah selatannya terdapat sejumlah pegunungan yang arahnya kurang lebih timur, barat tiap-tiap pegunungan tersebut diselingi oleh dataran aluvial . antiklimak rembang lebarnya rata-rata 50 km dan kebanyakan mencapai pantai utara dan dari sana dipisahkan oleh posisi sempit dengan bukit pasir.

            Bukit-bukit rembang ini dipisahkan oleh lembah synklinal dengan pegunungan  disebut zone rontablatung   dan   letaknya   membujur   dari   Semarang-   Wonokromo   di   Surabaya.   Pegunungan kendang atau anti klonorium kendang ialah lanjutan dari Serayu utara di Jateng. Di sebelah selatan  Semarang pegunungan ini lebarnya ± 40 km dan makin ke timur makin menyempit. Tingginya kurang lebih 500 m. Dekat Ngawi pegunungan ini secara melintang terpotong oleh sungai solo sehingga terbagi menjadi bagian barat dan bagian timur.

             Diantara pegunungan kendang dan pegunungan selatan Jatim terjadilah zone depresi yang keadaan fisiografisnya dan tektonisnya   sama dengan zone Bandung.Depresi  yang memanjang ini sebagian terisi dan tertutup oleh sederetan gunung-gunung api muda dan dapat dibagi lagi menjadi 3 jalur yang sejajar, yaitu :

-          Sub zone ngawi

Adalah   depresi   synklinal   yang   membatasi   pegunungan   kendang   disisi   selatannya   dan   dianggap sebagai lanjutan zone serayu di Jateng. Strukturil zone ngawi memanjang ke timur sampai pantai utara Jazirah Jatim.

-          Zone  solo

Dibentuk oleh sederetan besar vulkanik-vulkanik kwarter dengan dataran-dataran pegunungan yang dimulai dengan Sundoro dan Sumbing Jawa Tengah sampai di timur.

-          Sub zone blitar

Terletak   di   sebelah   selatan   zone   solo.   Sub   zone   Blitar   ini   di   bagian   selatanya   dibatasi   oleh pegunungan   selatan  dan   Jatim.  Seperti  halnya   Jabar  pegunungan  Selatan   Jatim pada  umumnya merupakan   blok   yang   terangkat   dan   miring   ke   arah   Selatan   (samudra   hindia).   Batas   utaranya dibatasi oleh escarpment yang ruwet

             Pegunungan selatan Jatim yaitu antara sungai opak dan pacitan sebagian besar terdiri dari kapur   dengan   tipe   keras   yang   disebut   Pegunungan   Seribu   atau   Gunung   Sewu.   Bagian   utara pegunungan   ini   terdiri   dari   endapan   vulkanis   tua   dan   juga   menunjukkan   adanya   sisa   (bekas) peneplain kwarter. Sedangkan bagian selatannya dibatasi oleh eliff-eliff abrasi yang terjal sepanjang samudra Hindia.

CONTOH AKIBAT GEOMORFOLOGI BAGI KEHIDUPAN

Pada   cekungan   ini   terisi   berbagai  material  batuan   lepas   (sedimen)  yang  umumnya  berasal  dari daratan   Jawa  Timur  dan  Madura.  Berdasarkan  peta   sebaran   sedimen  permukaan  dasar   laut  di cekungan ini, memperlihatkan bahwa sedimen lempung dan lumpur menempati sebagian besar laut ini, dan lanau sampai lanau pasiran umumnya menempati sebagian kecil dan hanya pada wilayah pesisir. Kecuali lanau dan lanau pasiran di perairan Gresik sampai Surabaya yang membentuk pola sebaran yang menunjukkan sumber sedimen berasal dari selat Gresik-Madura dan laut jawa.

Page 6: GEOMORFOLOGI

Adanya   fenomena   alam   Lumpur   LAPINDO   di   Sidoarjo,sangat   merugikan   warga   yang   ada   di sekitarnya.Selain menenggelamkan rumah penduduk juga menimbulkan bau yang tidak sedap yang menyebabkan polusi udara. Masyarakat disekitar lumpur LAPINDO pun terpaksa mengungsi segala aktifitas  pun menjadi   terhambat.lumpur  Porong Sidoarjo  menjadi  Kawasan Rawan Bencana,  dan tidak ada pilihan lain Tempat Penempatan Akhir (TPA) lumpur adalah ke laut Selat Madura.

Cekungan laut Selat Madura bagian selatan secara administratif terletak di Provinsi Jawa Timur dan secara   geografis   cekungan   ini   terletak   pada   posisi   114010’25”BT   -114013’58”BT   ,   801’8”LS   – 803’28”LS (gambar 1). Di sebelah barat cekungan ini berbatasan dengan daratan Jawa Timur (Kota Surabaya,  Kabupaten Sidoarjo,  Kabupaten Pasuruan)  yang dibatasi  oleh garis  pantai  Surabaya di utara, pantai Sidoarjo sampai kawasan pantai Pasuruan di selatan. Pada kawasan pantai-pantai ini bermuara   Kali   Surabaya,   Kali   Porong,   dan   Sungai   Brantas.   Di   sebelah   Selatan,   cekungan   ini berbatasan juga dengan daratan Jawa Timur (Kabupaten Probolinggo), dibatasi oleh kawasan garis pantai Pasuruan di barat, pantai Probolinggo, sampai pantai Besuki di timur, dimana pada kawasan pantai ini dicirikan oleh kehadiran tinggian Gunung Argopuro di Kecamatan Besuki. Di sebelah Timur cekungan ini berbatasan dengan Laut Bali yang dicirikan oleh perubahan kontras kedalaman yaitu mulai dari -150 m. Adapun batas bagian utara cekungan ini adalah kawasan pantai selatan pulau Madura yang termasuk ke dalam Kebupaten Sampang dan Pamekasan.

Cekungan Selat Madura

Pada   kajian   ini   dibahas   tentang   adanya   perubahan   geomorfologi   dasar   laut   Madura   sebagai ”Cekungan   Moderen”   dan   cenderung   terus   menurun   dari   hasil   penelitian-penelitian   terdahulu. Kajian dilakukan secara terintegrasi yang bersumber dari laporan hasil penelitian di Selat Madura oleh Puslitbang Geologi Kelautan (1995) dan peta publikasi Indonesia Hydrographic Chart 1951 US Army Maps yang menyangkut aspek perubahan geomorfologi dasar laut.

Rencana   penempatan   lumpur   Porong   ke   laut   perairan   Selat   Madura   merupakan   pilihan   yang dianggap paling aman, dan penempatan lumpur diupayakan berada pada kondisi dasar laut yang stabil dimana fenomena alam lebih kecil pengaruhnya. Idealnya penempatan lumpur porong di dasar laut   ini   harus  memenuhi   kriteria   kondisi   geomorfologi   dan  oseanografi  disekitar   perairan   Selat Madura, hal ini bertujuan untuk menekan dampak sekecil mungkin dari akibat penempatan lumpur ke laut Selat Madura.