GEOMORFOLOGI PANTAI

download GEOMORFOLOGI PANTAI

of 22

Transcript of GEOMORFOLOGI PANTAI

TUGAS OSEANOGRAFI GEOLOGI COASTAL MORFOLOGI

Raden Bima Yoga Barata K2E 009 041

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011

GEOMORFOLOGI PANTAI

PENDAHULUAN Dalam istilah kepantaian terdapat 2 istilah yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat perngaruh laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut. Sedangkan pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tinggi dan air surut terendah. Berikut ini adalah pembagian zona pantai.

Gambar 1. Pembagian Zona Pantai

Gambar

1.

Merupakan

pembagian

wilayah

pantai

berdasarkan

kharakteristik gelombang di daerah pantai. Offshore adalah daerah dari garis gelombang pecah ke arah laut. Inshore merupakan daerah antara foreshore dan offshore. Foreshore adalah daerah yang terbentang dari garis pantai pada saat muka air rendah sampai batas atas dari uprush pada saat air pasang tinggi. Backshore adalah daerah yang dibatasi oleh foreshore dan garis pantai yang terbentuk pada saat terjadi gelombang badai bersamaan dengan muka air tinggi. Untuk daerah nearshore zone terdapat tiga zona yaitu breaker zone, surf zone dan swash zone. Breaker zone adalah.daerah dimana terjadi gelombang pecah. Surfzone adalah daerah yang terbentang antara bagian dalam dari gelombang pecah dan batas naik turunnya gelombang di pantai. Swash zone adalah daerah yang terbentang oleh garis batas tertinggi naiknya gelombang dan batas terendah turunnya gelombang di pantai.

Kemudian mengenai karakteristik mintakat pantai, proses profil, sedimen, dan sortasi energi dapat di sajikan dalam Gambar

Berdasarkan Gambar diatas, maka jelaslah bahwa masing-masing zone (mintakat) tertentu mempunyai corak dan karakter sendiri dalam hal proses yang berlaku, kekuatan, jenis meterialnya sampai kepada tipe hempasan yang terjadi. Dengan demikian dari gambar tersebut dapat dilihat tentang adanya pantai berpasir dengan pembagian zona dinamikanya. Masing-masing zona dicirikan oleh ukuran butir material, aktivitas yang dominan, pemilahan, dan energi yang ditimbulkan. Proses pantai dipengaruhi pula oleh proses yang terjadi di darat. Misalnya saja pengaruh dari daerah fluvial atau daerah aliran sungai. oleh karena itu, bentukan di daerah aliran sungai juga berpengaruh dengan daerah pantai.

MORFOLOGI DAERAH FLUVIAL/DAERAH ALIRAN SUNGAIProses pengendapan oleh air sungai terjadi karena adanya pengikisan oleh arus air sungai di suatu daerah yang kemudian materialnya diendapkan kembali di daerah lainnya di sekitar sungai atau muara sungai. Batuan sedimen hasil pengendapan oleh air sungai ini dinamakan batuan sedimen akuatis. Batuanbatuan hasil pengendapan ini kemudian akan terakumulasi menjadi suatu bentuk bentang alam. Bentuk bentang alam hasil sedimentasi oleh air sungai antara lain :

1. Meander Meander adalah bentuk sungai yang berkelok-kelok yang terjadi akibat adanya pengikisan dan pengendapan. Pembentukan meander diawali oleh aliran air sungai di hulu yang memiliki volume dan tenaga yang cukup kecil, sehingga pada bagian ini sungai belum mengalami pengikisan dan aliran sungai akan berusaha menghindari segala penghalang. Kemudian pada bagian tengah sungai dan hilir mulai terjadi pengendapan dan erosi secara terus-menerus. Air mulai mengalir dengan kecepatan yang berbeda, ketika mengalir pada lekukan pada suatu kelokan sungai. Air yang melewati lekukan yang menjorok keluar (cut bank) akan menyebabkan terjadinya erosi secara terus-menerus. Cut bank merupakan zona tanah yang tererosi oleh aliran sungai dalam pembentukan meander. Sehingga erosi ke arah samping (erosi lateral) yang terjadi dalam waktu yang lama akan menyebabkan cut bank semakin melebar. Sementara itu, di sisi lekukan yang lain akan terjadi pengendapan yang menyebabkan terbentuknya point bar. Point bar merupakan proses sedimentasi yang dominan di dalam alur sungai. Bentuk dan ukuran point bar bervariasi tergantung pada besarnya alur sungai serta berkembang pada bagian lengkung dalam (inner band) alur sungai (lihat Gambar 1).

Gambar 2. Pembentukan meander

Fenomena ini bila terjadi secara berulang-ulang akan membentuk kelokan pada sungai. Dan apabila proses ini terjadi pada beberapa bagian sungai, maka akan membentuk sungai yang berkelok-kelok yang disebut sebagai meander. Bagian-bagian dari meander antara lain : a.Neck, yaitu bagian leher dari meander b.Spur, yaitu bagian kepala dari meander c.Undercut, yaitu bagian dari lengkung meander d.Slip off slope, yaitu bagian lengkung meander yang selalu mendapat sedimentasi. Meander yang terbentuk hasil pengikisan dan pengendapan ini dapat berupa beberapa macam, di antaranya adalah : a.Meander mendalam Meander mendalam adalah meander yang terjadi karena adanya erosi vertikal dan lateral, sehingga pengikisannya melebab dan mendalam.

b.Meander berteras Meander berteras yaitu meander yang terjadi karena adanya pengangkatan yang bertingkat-tingkat, sehingga pada tepi-tepi lembah pada sisi kiri dan kana terjadi teras-teras. c.Meander lembah Meander lembah ialah meander yang terdapat pada lembah yang sudah mencapai stadium dewasa, lebar dari meander lembah ini dua puluh kali lebar sungai. d.Meander bebas

Meander bebas adalah meander yang jalur meandernya tidak tertentu. Meander ini terjadi pada sungai yang sudah mencapai stadium tua dan banyak sekali bekasbekas yang ditinggalkan. e.Meander pengikisan Meander pengikisan adalah meander yang terjadi karena adanya pengangkatan atau penurunan permukaan laut (adanya peubahan gravitasi atau erosi basis) sehingga akan mengakibatkan erosi vertikal aktif kembali.

2. Oxbow lake Oxbow lake atau danau tapal kuda merupakan danau yang dihasilkan bila sungai yang berkelok-kelok atau sungai meander melintasi daratan mengambil jalan pintas dan meninggalkan potongan-potongan yang akhirnya membentuk danau tapal kuda. Oxbow lake terbentuk dari waktu ke waktu sebagai akibat dari erosi dan sedimentasi dari tanah disekitar sungai meander. Proses pembentukan oxbow lake diawali oleh meander yang terbentuk oleh pengikisan dan pengendapan. Dalam jangka waktu yang panjang, cut bank pada meander akan melebar ke arah luar dan juga point bar akan melebar ke arah sungai. Karena pengendapan yang terus terjadi, akan terbentuk lekukan yang semakin tajam. Lekukan tersebut lama-lama akan membentuk neck, yaitu ujung dari lekukan yang seperti akan terhubung dengan ujung lekukan yang lain. Selanjutnya, neck akan semakin menyempit karena proses erosi yang terus menerus. Jika terjadi hujan, air akan mampu menggenangi neck tersebut, sehingga air hujan akan mampu mengerosi lekukan tepi sungai yang kemudian akan mampu membentuk aliran sungai baru yang lebih lurus. Karena hal tersebut air yang mengalir tidak lagi melewati lekukan tapi lebih memilih untuk mengalir pada saluran yang lurus(lihat Gambar 3(a)). Pemisahan yang akhirnya memotong (cut-off) neck dari sungai akan meninggalkan lekukan sungai tersebut yang kemudian akan terbentuk oxbow lake

(lihat Gambar 3(b)). Air di dalam oxbow lake tidak lagi dialiri oleh air sungai, sehingga debit air di dalam oxbow lake akan tetap. Dalam waktu yang lama air dalam danau akan menjadi asam karena tidak ada sirkulasi air. Akhirnya oxbow lake seakan-akan membentuk seperti kolam (lihat Gambar 3(c)) .

Gambar 3. Proses Pembentukan Oxbow Lake

3.Delta Delta adalah suatu bentuk bentang alam yang terbentuk di daerah muara sungai di mana aliran sungai mulai memasuki daerah laut, estuary, danau, maupun sungai lainnya. Delta terbentuk karena adanya pengendapan material yang dibawa oleh aliran sungai ke mulut sungai. Pada saat aliran air sungai mendekati mulut sungai, maka kecepatan alirannya akan semakin melambat. Arus yang cukup lemah ini menyababkan terjadinya pengendapan sedimen di muara sungai. Partikel seperti pasir akan diendapkan, sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh aliran. Endapan ini kemudian dalam jangka waktu yang lama akan menjadi lapisanlapisan sedimen dan membentuk daratan yang luas.

Gambar 4. Delta

Bentuk delta dikalsifikasikan berdasarkan pengaruh yang paling dominan di daerah tersebut. Jenis-jenis delta antara lain : a. Delta Original Contoh dari delta ini adalah delta sungai nil. b. Delta hasil pengaruh aliran sungai (River Dominated Delta) Pengaruh aliran sungai yang cukup dominan di daerah muara akan menyebabkan material yang diangkut oleh arus sungai tersebut terbawa hingga daerah yang cukup jauh dari muara dan menyebabkan bentuk delta memanjang seperti kaki burung. Delta jenis ini terdapat pada muara Sungai Mississippi. c. Delta hasil pengaruh gelombang (Wave Dominated Delta) Delta jenis ini biasanya terjadi di daerah muara sungai yang menuju laut dengan gelombang yang cukup besar. Gelombang ini akan mengakibatkan sedimen yang dibawa oleh arus sungai akan tersebar di sepanjang daerah pesisir dan membentuk seperti segitiga. Contoh delta yang terbentuk karena gelombang adalah Delta Sungai Nil. d. Delta hasil pengaruh pasang-surut (Tide Dominated Delta)

Delta jenis ini cukup berbeda dari yang lainnya. Delta yang terbentuk karena pasang surut terjadi ketika pasang yang mengakibatkan semua material terangkut. Dan ketika surut, material-material sedimen akan diendapkan di sepanjang daerah pesisir secara lambat. Contoh delta ini adalah Delta Sungai Niger dan Delta Ganges.

Gambar 5. Tipe-tipe Delta

Gambar 6. Sebaran Kanal Pembentuk Delta

MORFOLOGI PANTAI

A. PROSES PADA COASTLINEPantai adalah tempat interaksi antara air laut dan daratan. Disini terjadi proses-proses yang membentuk pantai, yang utamanya dikontrol oleh gelombang yang tercipta karena pengaruh angin. Bila gelombang mendekati pantai, maka gelombang mulai berinteraksi dengan bagian alas sehingga bentuknya berubah dan pola pergerakan airnya juga berubah seperti ditunjukkan Gambar 7. Gelombang yang menuju pantai pada umumnya tidak datang tegak lurus dengan garis pantai tetapi membentuk sudut. Gelombang ini akan dibiaskan (refraksi) sehingga menjadi sejajar dengan garis pantai . Peristiwa ini membentuk longshore current, berupa arus yang bergerak di sepanjang tepi pantai dengan arah dorongan dari arah datangnya gelombang. Arus ini bergerak sambil membawa sedimensedimen yang disebut sebagai longshore drift. Arus ini mengerosi di suatu tempat dan dalam perjalanannnya membawa sedimen hasil erosi tersebut dan lalu mengendapkannya di tempat lain. Proses ini yang ikut merubah garis pantai (http://febryannugroho.wordpress.com/).

Gambar 7. Gelombang yang datang dari perairan dalam

Proses pantai pada garis pantai (coastline) terbagi menjadi 2 katagori (Gary, 1999): a. Erosional Coastlines Mempunyai kharakteristik gradien daratan yang curam dimana sebagian besar energi gelombang terpantul / terefleksi kemabali ke laut dari garis pantai. Material sedimen dan batuan dasar hilang tererosi kemudian terdistribusi ke tempat lain melalui arus, pasut dan gelombang. Terbentuk

reflective coast. Contoh morfologi pantai yang terbentuk adalah bays (teluk), sea stack, sea arch, dan sea cove, serta pantai bertebing (cliff), Sand Dunes. b. Depositional Coastlines Mempunyai kharakteristik gradien yang relatif normal dan sebagian besar energi gelombang terdisipasi di perairan dangkal. Disini terbentuk dissipative coast yang terbentuk dari akumulasi dari sedimen. Contoh bentukannya adalah tombolo, spit, headlands, bar dan beaches.

Gambar 8. Dissipative Coast dan Reflective Coast (Garry, 1999)

B. MORFOLOGI PANTAI HASIL COASTAL DEPOSITION (PENGENDAPAN)Hasil dari proses deposisi di coastline antara lain: a. Beaches b. Spit (Lidah Pantai) c. Bars d. Tombolo e. Sand dunes Beaches merupakan bentukan utama yang ditemukan di pantai, dimana terdiri dari semua material yang terbentuk diantara batas pasang tinggi dan surut rendah. Sumber material pembentuk beaches terutama dari sungai dimana lumpur

dan kerikil terdeposit di mulut sungai. Sumber lain dari beach adalah material yang terbawa oleh longshore drift (membawa material sepanjang pantai); Gelombang Badai (membawa material dari laut) dan erosi tebing pantai (cliff erosion).

Gambar 9. Beach yang terbentuk oleh karena longshore drift dan erosi cliff

Ketika gelombang badai datang ke arah pantai juga terbentuk berm atau buki pasir. Bukit pasir akan semakin tinggi apabila terkena pasang.

Gambar 10. Beach Dune Ridge (Garry, 1999)

Spit adalah punggungan pasir yang terbentuk memanjang dan tipis dari arah garis pantai menuju laut. Spit terbentuk karena pengaruh arah angin dan longshore drift. Ketika longshore drift mencapai titik pantai tertentu dan

energinya menurun, maka material yang terbawa oleh longshore drift akan terdeposit dengan cepat kemudian memanjang dan membentuk punggungan pasir. Punggungan pasir ini makin lama akan makin berbelok tergantung arah anginnya.

Gambar 11. Pembentukan Spit

Bars adalah punggungan pasir yang terbentuk saat spit melintasi tanjung dan menghubungkan 2 tanjung. Sehingga terbentuk lagoon di belakang daerah bar, dimana terbentuk cebakan air.

Gambar 12. Pembentukan Bar

Tombolos adalah dataran yang terbentuk saat Spit memanjang ke arah offshore dan menghubungkan pulau di offshore dengan pantai.

Gambar 13. Pembentukan Tombolo

Sanddunes adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin danmerupakan sebuah bentukan alam karena proses angin disebut sebagai bentang alam eolean (eolean morphology). Sand dunes dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butirbutir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah kering. Pada Sand dunes cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri. Jika tidak ada stabilisasi oleh vegetasi Sand dunes cenderung bergeser ke arah angina berhembus, hal ini karena butir-butir pasir terhembus dari depan ke belakang gumuk.

Gambar 14. Sand dunes

Bentuk Sand dunes bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk Sand dunes

pokok yang perlu dikenal adalah bentuk melintang (transverse), sabit (barchan), parabola (parabolic), dan memanjang (longitudinal dune). Sand dunes tipe Melintang (Transverse).

Gambar 15. Sandune Tipe Melintang

Sand dunes ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk Sand dunes melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah angin. Dikarenakan proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni. Sand dunes Tipe Barchan (Barchanoid Dunes).

Gambar 16. Sanddune Barchan

Sand dunes ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian Sand dunes barchan umumnya antara 5 15 meter.

Sand dunes ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk Sand dunes seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin. Sand dunes Tipe Parabola (Parabolic).

Gambar 17. Tipe Parabola

Sand dunes ini hampir sama dengan Sand dunes barchan akan tetapi yang membedakan adalah arah angin. Sand dunes parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin. Dimungkinkan dahulunya Sand dunes ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, karena pasokan pasirnya berkurang maka Sand dunes ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam. Sand dunes Tipe Memanjang (Longitudinal Dune).

Gambar 18. Tipe Longitudinal

Sand dunes memanjang adalah Sand dunes yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain. Arah dari Sand dunes tersebut searah dengan gerakan angin. Sand dunes ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya

celah diantara bentukan Sand dunes awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.

Factor-faktor pembentuk sand dunes Pengaruh angin. Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan Sand dunes, karena kekuatan angin menentukan kemampuannya untuk membawa material yang berupa pasir baik melalui menggelinding (rolling), merayap, melompat, maupun terbang. Karena adanya material pasir dalam jumlah banyak serta kekuatan angin yang besar, maka pasir akan membentuk berbagai tipe Sand dunes, baik free dunes maupun impended dunes. Pengaruh dari Gunung Berapi. Material yang ada pada Sand dunes di pantai berasal dari Gunung Api yang ada di sekitarnya. Material berupa pasir dan material piroklastik lain yang dikeluarkan oleh Gunung api.Akibat proses erosi dan gerak massa bautan, material kemudian terbawa oleh aliran sungai. Aliran sungai kemudian mengalirkan material tersebut hingga ke pantai. Pengaruh Graben. Graben adalah blok patahan yang mengalami penurunan diantara dua blok patahan yang naik yang disebut dengan horst. Akibat adanya patahan tersebut, maka batuan pada zona pertemuan kedua blok tersebut menjadi lemah sehingga mudah tererosi dan pada akhirnya membentuk sungai yang disebut dengan sungai patahanSalah satu ciri sungai patahan yang diamati adalah adanya kelurusan sungai pada sepanjang garis patahan. Pengaruh Sungai. Pembentukan Sand dunes pada pantai dipengaruhi oleh adanya aliran sungai yang membawa material hasil dari gerusan batuan-batuan volkanik yang berasal dari Gunung api. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa material dari Merapi terbawa oleh aliran sungai di sekitarnya, sungai-sungai tersebut kemudian menyatu membentuk orde sungai yang lebih besar hingga menyatu membentuk sungai. Setelah material pasir sampai ke laut, terdapat interverensi

dari ombak laut sehingga material mengendap pada pantai dan selanjutnya diterbangkan oleh angin.

C. MORFOLOGI PANTAI HASIL COASTAL EROSION (EROSI)Hasil dari proses deposisi di coastline antara lain: a. Tanjung (Headlands) dan Teluk (Bays) b. Cliff c. Sea stack, sea arch, dan sea cove,

Headlands adalah daratan yang menjorok ke lautan. Sedangkan Bays adalah lautan yang menjorok ke daratan. Proses pembentukan dari tanjung dan teluk terjadi saat gelombang datang menabrak suatu lapisan batuan yang terdiri soft rock dan hardrock. Soft rock memiliki ketahanan yang lemah terhadap datangnya gelombang sehingga akan tererosi dan membentuk bays sedangkan hardrock memiliki ketahanan yang tinggi terhadap gelombang, sehingga tidak tererosi sehingga terbentuk daratan menonjol ke laut atau headlands.

Gambar 19. Pembentukan Headlands dan Bays

Cliff/Pantai bertebing terjal merupakan bentuklahan hasil bentukan erosi marin yang paling banyak terdapat. Bentukan dan roman cliff berbeda satu dengan yang lainnya, karena dipengaruhi oleh struktur batuan, dan jenis batuan serta sifat batuan. Cliff

pada batuan beku akan lain dengan cliff pada batuan sedimen. Pelapisan batuan sedimen misalnya akan berbeda dengan pelapisan yang miring dan pelapisan mendatar. Sebatas daerah di atas ombak, umumnya tertutup oleh vegatasi, sedangkan bagian bawahnya umumnya berupa singkapan batuan. Aktivitas pasang surut dan gelombang mengikis bagian tebing, sehingga membentuk bekas-bekas abrasi seperti:

a. Tebing (cliff) b. Tebing bergantung (notch) c. Rataan gelombang pasang surut Pada daerah bertebing terjal, pantai biasanya berbatu (rocky beach) berkelok-kelok dengan banyak terdapat gerak massa batuan (mass movement rockfall type). Proses ini mnyebabkan tebing bergerak mundur (slope retreat) khususnya pada pantai yang proses abrasinya aktif. Apabila batuan penyusun daerah ini berupa batuan gamping atau batuan lain yang banyak memiliki retakan (joints ) air dari daerah pedalaman mengalir melalui sistem retakan tersebut dan muncul di daerah pesisir dan daerah pantai. Di Indonesia pantai bertebing terjal ini banyak terdapat di bagian Barat Pulau Sumatera, pantai Selatan Pulau Jawa, Sulawesi, dan pantai Selatan pulau-pulau Nusa Tenggara. Tebing bergantung (nocth) juga merupakan cliff, hanya saja pada bagian tebing yang dekat dengan permukaan air laut melengkung ke arah darat, sehinggi pada tebing tersebut terdapat relung. Relung terjadi sebagai akibat dari benturan gelombang yang secara terus menerus ke dinding tebing. Manakala atap relung tersebut tidak kuat, maka tebing tersebut akan runtuhdan tebing menjadi rata kembali dan di depan pantai terdapat banyak material berupa blok-blok atau bongkah-bongkah dengan berbagai ukuran. Rataan gelombang pasang surut pada pantai bertebing terjal ini merupakan suatu zona yang tekadang terendam air laut pada saat pasang naik dan terkadang kering pada saat air laut surut. Rataan gelombang pasang surut ini sering juga merupakan beach dengan meterial yang bisa berupa material halus sampai kasar yang tergantung pada kekuatan gelombang yang bekerja pada tebing pantai. Di bawah rataan pasang surut ini ada yang berupa bidang yang lebih keras terkadang

terdapat material beach yang disebut dengan Plat form. Untuk memperjelas tentang pantai terbing terjal tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 20. Platform pada Cliff

Gambar 21. Cliff (Garry, 1999)

Seacove adalah gua yang terbentuk akibat erosi pada lapisan batuan yang memiliki ketahanan lemah terhadap gelombang.

Gambar 22. Seacove

Gambar 23. Erosi pada lapisan batuan lemah membentuk sea cove

Erosi pada Headlands meliputi pembentukan sea stack, sea arch, sea cave, dan stump. Berikut ini adalah prosesnya.

Gambar 24. Erosi dari Tanjung Pantai (Headlands Erosion)

1. Laut menghantam kaki tebing (yang diikuti dengan proses erosi seperti abrasi dan proses hidrolika), kemudian mengerosi area lemah pada lapisan batuan sehingga membentuk retakan. Retakan ini semakin membesar membentuk Sea Caves. 2. Erosi semakin melebar dan dalam pada sea cave hingga mengerosi headland membentuk Sea Arch (proses ini berlangsung lebih cepat saat dua sea cave tererosi pada bagian lapisan batuan lemah yang sama). 3. Makin lama gelombang memotong atap dari sea arch yang lemah akibat proses pelapukan, kemudian roboh meninggalkan sea stack.

4. Erosi berlanjut pada stack dan akhirnya roboh membentuk sea stump. Sumber: http://ih-igcse-geography.wikispaces.com/Coastal Features. Nichols, Garry. 1999. Sedimentology And Statigraphy Second Edition. A John Wiley & Sons, Ltd., Publication:USA.