Geologi Regional BantiMala

6

Click here to load reader

description

Bantimala GeoRegional

Transcript of Geologi Regional BantiMala

Page 1: Geologi Regional BantiMala

GEOLOGI REGIONAL BANTIMALA

Geologi Regional Daerah Bantimala

II.1 Geomorfologi regional

Secara regional daerah penelitian termasuk mandala Sulawesi barat berada pada

lembar pangkajenne dan watampone bagian barat Sulawesi selatan ( Rab.

Sukamto,1975 )

Terdapat du pengunungan yang memanjang hamper sejajr dengan daerah utara-barat

laut yang dipisahkan oleh lembah sungai wallanae. Pengunungan di bagian barat

menempati hamper setengah luasan daerah , melebar dibagian selatan menyempit di

bagian utara. Puncak tertingginya 994 meter. Pembentuknya sebagian besar

merupakan batuan gunung api. Di lereng barat dan beberapa lereng dibagian timur

terdapat topografi karst yang mencerminkan adanya batugamping. Di lereng barat

terdapat perbukitan yang dibentuk oleh batuan Pra-tersier. Pegunungan di bagian

barat daya dibatasi oleh daratan pangkajenne maros yang luasannya sebagai lanjutan

daratan dari selatan.

Pengunungan dibagian timur relatif lebih rendah dan sempit, dengan ketinggian rata-

rata 700 meter dengan puncak tertinggi adalah 787 meter. Batuan penyusunnya juga

sebagian besar adalah batuan gunungapi. Bagian selatannya mele4bar dan meninggi,

dan keutaranya menyempit dan merendah dan akhirnya menujam kebawah antara

lembah wallanae dan daratan bone yang sanygat luas. Bagian utara pegunungan ini

bertopografi karst yang permukaannya berkerucut. Batasnya di timur laut adalah

daratan bone.

Lembqh wallanae memisahkan dua pengunungan ini dibagian utara sebesar 35

kilometer , tetapiu bagian selatan hanya 10 kilometer saja. Bagian tengah dari sungai

wallanae mengalir keutara, bagian selatan merupakan perbukitan rendah dan bagian

utara terdapat daratan alluvial yang sangat luas ( Rab. Sukamto 1982).

II.2 Stratigrafi regional

Page 2: Geologi Regional BantiMala

Perkembangan evolusi geologi pulau Sulawesi dapat dibedakan menjadi empat jalur

tektonik ( simanjuntak ,1966 ) , jalur continental banggai-sula , meliputi sualwesi

bagian timur dan Sulawesi bagian tengah , jalur vulkanik dan plutonik meliputi

daerah sulawesi utara. Sulawesi tengah bagian barat dan Sulawesi selatan. Jalur

vulkanik plutonik identik dengan dengan mandala Sulawesi barat yang dikemukakan

oleh ( rab. Sukamto,1982 ).

Stratigrafi mandala Sulawesi barat bagian selatan menurut ( rab. Sukamto,1982 )

merupakan kelompok batuan tua yang umurnya belum diketahui dengan pasti yang

terdiri dari batuan ultrabasa, batuan malihan dan batuan-batuan mélange. Batuan

terbreksisasi , tergerus dan mendaun, dan sentuhannya denga formasi di sekitarnya

berupa sesar dan ketidak selarasan . penarikan radiometri pada sekis menunjukkan

umur 111 juta tahun memungkinkan menunjukkan peristiwa malihan akhir pada

tektonik yang terjadi pada zaman kapur .

batuan ini terdih dan tidak selaras oleh endapan flish formasi ballang baru dan

formasi marada yang tebalnya kira-kira 2000 meter danberumur kapur akhir.

Kegiatan magma pada saat itu sudah mulai ada dengan bukti adnay sisipan lava pada

endapan flysh.

Batuan gunung api berumur pleosen yang diendapakan pada lingkungan laut

menindih tidak selaras batuan flich yang berumur kapur akhir . batuan sedimen

formasi mallawa yang sebagian besar dicirikan oleh endapan daratan dengan sisipan

batubara , menindih tidak selaras batuan gunungapi pleosen dan flich kapur akhir. Di

atas formasi mallawa ini secara berangsur-angsur beralih keendapan karbonat

formasi tonasa terbentuk secara terus-menerus dari eosin awal sampai pada bagian

bawah miosen tengah di barat. Sedimen klastik formasi salo kalumpang yang

berumur eosen sampai oligosen bersisipkan batuan gamping dan mengatasi batuan

gunungapi kala miosen awal di timur.

Sebagian besar pengununagn , baik yang berada di timur barbatuan gunungapi

soppeng yang juga diduga berumur miosen tengah sampai plistosen awal berselingan

dengan batuan gunung api yang berumur antara 8,93 – 9,20 juta tahun. Secara

bersamaan batuan tersebut menyusun formasi camba yang tebalnya sekitar 5000

9

Page 3: Geologi Regional BantiMala

meter. Sebagian besar pegunungan yang di barat terbentuk dari formasi camba. Ini

yang menindih tidak selaras formasi tonasa.

Selama miosen awal sampai pliosen , didaerah yang sekarang menjadi lembah

wallanae diendapakan sedimen kalstik formasi wallanae. Batuan ini tebalnya sekitar

4500 meter.

II.3 Struktur geologi regional

Hide, dkk (1967,1977) dalam Sukamto (1985) mengemukakan bahwa gerakan

lempeng pasifik ke arah terjadi pada Miosen Awal, sehingga berbagai mikrokontinen

di Indonesia bagian Timur makin terdorong ke barat mendekati sistem busur palung

sulawesi. Pada Miosen Tengah gerakan ke barat tersebut menyebabkan

mikrokontinen Banggai-Sula dan Tukang Besi membentur busur Sulawesi Timue,

dan Busur Sulawesi Timur melewati sistem busur-palung Sulawesi Barat.

Van Leeuwen (1979), menerangkan bahwa pola struktur Lengan Selatan Pulau

Sulawesi, yaitu struktur sesar Walanae, searah dengan sesar geser Palu Koro di

Sulawesi Tengah. Sesar Walanae terbagi dua yaitu sesar Walanae Barat dan sesar

Walanae Timur yang terbentuk pada Kala Plio – Plistosen.

Rab Sukamto (1982), berpendapat bahwa kegiatan tektonik pada Kala Miosen Awal

menyebabkan terjadinya permulaan terban Walanae yang memanjang dari utara ke

selatan pada Lengan Sulawesi bagian barat. Struktur sesar berpengaruh terhadap

struktur geologi sekitarnya. Tekronik ini menyebabkan terjadinya cekungan tempat

terbentuknya Formasi Walanae.

Peristiwa ini kemungkinan besar berlangsung sejak awal Miosen Tengah, dan

menurun perlahan selama sedimentasi sampai Kala Pliosen. Menurunnya Terban

Walanae dibatasi dua sistem sesar normal, yaitu sesar Walanae yang seluruhnya

nampak hingga sekarang di sebelah timur, dan sesar Soppeng yang hanya tersingkap

tidak menerus di sebelah barat.

Selama terbentuknya Terban Walanae, di Timur kegiatan gunungapi terjadi hanya di

bagian selatan, sedangkan di barat terjadi kegiatan gunungapi yang merata dari

selatan ke utara, berlangsung dari Miosen Tengah sampai Pliosen. Bentuk kerucut

10

Page 4: Geologi Regional BantiMala

gunungapi masih dapat dia amati di daerah sebleh barat ini, suatu tebing melingkar

mengelilingi G. Benrong, di utara G. Tondongkarambu, mungkin merupakan suatu

sisa kaldera.

Sesar utama yang berarah Utara – Baratlaut terjadi sejak Miosen Tengah, dan

tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan yang berarah hampir sejajar dengan sesar

utama diperkirakan terbentuk sehubungan dengan adanya tekanan mendatar berarah

kira-kira Timur Barat pada waktu sebelum akhir Pliosen. Tekanan ini mengakibatkan

pula adanya sesar sungkup lokal yang mengsesarkan batuan Pra-Kapur Akhir di

daerah Bantimala ke atas batuan Tersier. Perlipatan dan pensesaran yang relatif lebih

kecil di bagian Timur Lembah Walanae dan di bagian Barat pegunungan yang

berarah Baratlaut – Tenggara, kemungkinan besar terjadi akibat adanya gerakan

mendatar tekanan sepanjang sesar besar.

11