Geologi Regional Barruk

48
Ketebalan adalah jarak tegak lurus antara dua bidang sejajar yang merupakan lapisan batuan Ketebalan lapisan bisa ditentukan dengan beberapa cara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan pada suatu keadaan tertentu, misalnya lapisan horisontal yang tersingkap pada tebing vertikal atau lapisan vertikal yang tersingkap pada topografi datar. Apabila keadaan medan, struktur yang rumit atau ketebalan alat yang dipakai tidak memungkinkan pengukuran secara langsung, tetapi sebaiknya diusahakan pengukuran mendekati secara langsung. Pengukuran tidak langsung yang paling sederhana adalah pada lapisan miring, tersingkap pada permukaan horisontal, dimana lebar singkapan diukur tegak lurus jurus, yaitu w dengan menggunakan kemiringan lapisan (δ) maka ketebalannya T = w sin δ Apabila pengukuran lebar singkapan tidak tegak lurus jurus (I) maka lebar sebenarnya harus dikoreksi lebih dulu w = I sin β, dimana β adalah sudut antara jurus

description

jjjhjh

Transcript of Geologi Regional Barruk

BAB I

Ketebalan adalah jarak tegak lurus antara dua bidang sejajar yang merupakan lapisan batuan Ketebalan lapisan bisa ditentukan dengan beberapa cara, baik secara langsung maupun tidak langsung.Pengukuran secara langsung dapat dilakukan pada suatu keadaan tertentu, misalnya lapisan horisontal yang tersingkap pada tebing vertikal atau lapisan vertikal yang tersingkap pada topografi datar. Apabila keadaan medan, struktur yang rumit atau ketebalan alat yang dipakai tidak memungkinkan pengukuran secara langsung, tetapi sebaiknya diusahakan pengukuran mendekati secara langsung. Pengukuran tidak langsung yang paling sederhana adalah pada lapisan miring, tersingkap pada permukaan horisontal, dimana lebar singkapan diukur tegak lurus jurus, yaitu w dengan menggunakan kemiringan lapisan () maka ketebalannya T = w sin Apabila pengukuran lebar singkapan tidak tegak lurus jurus (I) maka lebar sebenarnya harus dikoreksi lebih dulu w = I sin , dimana adalah sudut antara jurus dengan arah pengukuran. Ketebalan yang didapat adalah T = I sin sin panjang.Dengan cara yang sama dapat dipakai apabila pengukuran lebar singkapan dilakukan permukaan miring. Dalam hal ini ketebelan merupakan fungsi dari sudut miring () dan sudut lereng (). Pendekatan lain untuk mengukur ketebalan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara mengukur jarak antara titik, yang merupakan batas lapisan sepanjang lintasan tegak lurus jurus. Pengukuran ini dilakukan apabila bentuk lereng tidak teratur. Bisa juga menghitung ketebalan lapisan dari peta geologi.Untuk mengukur ketebalan pada lereng, apabila pengukuran tidak tegak lurus jurus digunaka persamaan trigonometri berikutT = I [ sin cos sin = sin cos ]Dimana : = Kemiringan lereng terukurd = Sudut kemiringan lapisan = Sudut lereng terukur = Sudut antara jurus dan arah pengukuran

GEOLOGI REGIONAL DAERAH BARRU DAN SEKITARNYA GEOLOGI REGIONAL (lap. struktur BATUKALASI kec. MALUSETTASI kab. BARRU) Geomorfologi Regional Bentuk morfologi yang menonjol didaerah ini adalah kerucut Gunungapi Lompobattang yang menjulang mencapai ketinggian 2876 meter diatas permukaan laut. Kerucut Gunungapi Lompobattang ini dari kejauhan masih mempelihatkan bentuk aslinya dan tersusun oleh batuan gunugapi berumur Pliosen. Dua bentuk kerucut tererosi lebih sempat sebarannya terdapat disebelah barat dan disebelah utara gunung Lompobattang. Disebelah barat terdapat gunug Baturape mencapai ketinggian 1124 meter, dan disebelah barat terdapat gunung Cindako, mencapai ketinggian 1500 meter. Kedua bentuk kerucut tererosi ini disusun oleh batuan gunungapi berumur Pliosen. Di bagian Utara terdapat dua daerah yang dicirikan oleh tofografi karst yang dibentuk oleh batugamping formasi Tonasa. Kedua daerah bertofografi karst ini dipisahkan oleh pegunungan yang tersusun oleh batuan gunungapi yang berumur Miosen Bawah sampai Pliosen. Di sebelah barat gunung Cindako dan disebelah utara Baturape merupakan daerah berbukit yang halus dibagian Barat. Bagian barat mencapai ketinggian Kira-kira 500 meter diatas permukaan laut dan hampir merupakansuatu dataran. Bentuk morfologi ini tersusun oleh batuan klastik gunung api berumur Miosen. Bukit-bukit yang memanjang yang tersebar di daerah ini mengarah ke gunung Cindako dan Baturape berupa retas-retas Basalt. Pesisir barat merupakan dataran rendah yang sebagian besar terdiri dari daerah rawa dan daerah pasang surut, beberapa sungai besar membentuk daerah banjir di dataran ini. Di bagian timurnya terdapat bukit-bukit terisolir yang tersusun oleh batuan klastik gunungapi Miosen Pliosen. Pesisir barat ditempati oeh morfologi berbukit memanjang rendah dengan arah umum barat laut Tenggara. Pantainya berliku-liku membentuk beberapa teluk. Daerah ini tersusun oleh batuankarbonat dari Formasi Tonasa. Stratigrafi Qac : Endapan Aluvium, Danau dan Pantai; lempung, lanau, lumpur, pasir dan kerikil di sepanjang sungai sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral. Tmcv : Anggota Batuan gunungapi ; batuan gunungapi bersisipan batuan sedimen laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga lapilli; bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal. Batuannya bersusunan andesit dan basal, umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian terkersikkan, amigdaloidal dan berlubang-lubang, ditrobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan Kalium/Argon pada batuan basal oleh Indonesian Gulf Oil berumur 17,7 juta tahun, dasit dan andesit berumur 8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun (J.D.Obradovich, 1972), dan basal dari Barru menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. van Leeuwen, 1978). Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung moluska dan serpian koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan, batupasir lempungan, napal dan batugamping mengandung fosil foraminifera. Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukkan umur satuan ini adalah miosen tengah-Miosen Akhir. Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan neritik sebagai fasies gunungapi Formasi camba, menindih tidak selaras batugamping Formasi camba dan batuan Formasi Mallawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi gunugapi mengandung sepaian batugamping, tebal diperkirakan tidak kurang dari 4.000 meter. Tmsv : batuan gunungapi Soppeng; breksi gunungapi dan lava, dengan sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili dan batulempung; dibagian utara lebih banyak tufa dan breksi, sedangkan dibagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan basal piroksin dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya semakin banyak ke arah Selatan; sebagian lavanya berstruktur bantal dan sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm 50 cm, warnanya kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijauan. Batuan gunung api ini pada umumnya terubah kuat , amigdaloidal dengan mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat, diterobos oleh retas ( 0,5 m 1,0 m ) menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih selaras batuan Formasi camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah. Struktur Geologi Regional Batuan tua yang tersingakap didaerah ini adalah sedimen flisch formasi Marada, berumur kapur atas. Asosiasi batuannya memberikan petunjuk suatu endapan lereng bawah laut, ketika kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu. Kegiatan magma berkembang menjadi suatu gunungapi pada waktu kira-kira 63 juta tahun, dan menghasilkan batuan gunungapi terpropilitkan. Lembah Walanae di Lembar Pangkajane Bagian Barat sebelah Utaranya menerus ke lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai melalui sinjai di pesisir Timur. Lembah ini memisahkan batuan berumur Miosen, yaitu sedimen klastika formasi Salokalupang di sebelah timur dari Sedimen Karbonat Formasi Tonasa di sebelah Baratnya. Rupanya pada Kala Eosen daerah sebelah barat lembah Walanae merupakan paparan laut dangkal dan sebelah timurnya merupakan suatu cekungan sedimentasi dekat dataran. Paparan Laut dangakal Eosen meluas sampai ke seluruh lembar peta, yang bukitnya ditunjukan oleh sebaran formasi Tonasa di sebelah barat barru, sebelah Timur Maros dan sekitar Takalar. Endapan paparan berkembang selama Eosen sampai Miosen Tengah. Sedimentasi klastika sebelah Timur Lembah Walanae rupanya berhenti pada akhir Oligosen, dan diikuti oleh kegitan gunungapi yang menghasilkan Formasi Kalamaseng. Akhir dari kegiatan gunungapi Miosen Awal yang diikuti oleh tektonik yang mengakibatkan terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian terjadi cekungan dimana formasi Walanae terbentuk. Peristiwa ini kemungkinan besar tejadi pada awal Miosen tengah, dan menurun perlahan selama sedimentasi sampai kala Pliosen. Menurut cekungan Walanae dibarengi dengan kegiatan gunungapi yang terjadi secara luas di sebelah Bartnya dan mungkin secara lokal di sebelah Timurnya. Peristiwa ini terjadi selama Miosen tengah sampai Pliosen. Semula gunungapinya terjadi dimuka laut, dan kemungkinan sebagian muncul di permukaan pada kala Pliosen. Kegiatan gunungapi selama Miosen menghasilkan Formasi Camba, dan selama Pliosen menghasilkan Batuan gunungapi Baturape-Cindako kelompok retas basal berbentuk radier memusat kegunungapi Cindako dan gunung Baturape, terjadinya mungkin berhubungan gerakan mengkubah pada kala Pliosen. Kegiatan gunungapi di daerah ini masih berlangsung dengan kala Plistosen, menghasilkan batuan gunungapi Lompobattang. Berhentinya kegiatan magma pada akhir Plistosen, diikuti oleh tektonik yang menghasilkan sesar-sesar en echelon (merencong) yang melalui gunung Lompobattang berarah Utara Selatan. Sesar-sesar en echelon mungkin akibat dari suatu gerakan yang mendatar dekstral dari pada batuan alas dibawah Lembar Walanae. Sejak kala Pliosen pesisir barat Ujung Lengan Sulawesi Selatan ini merupakan dataran stabil, yang pada kala Holosen hanya terjadi endapan alluvium dan rawa-rawa. --------------------------------------------------- GEOLOGI REGIONAL DAERAH BARRU (lap. X-Map dusun DACCIPONG desa ANABANUA kec. BARRU) Geomorfologi Regional Lokasi penelitian termasuk dalam lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat, Sulawesi. Dimana pada lembar tersebut terdapat dua baris pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah utara-barat laut dan terpisah oleh lembar sungai Walanae. Pegunungan barat melebar di bagian selatan dan menyempit dibagian utara. Puncak tertinggi 1694 meter dengan ketinggian rata-rata 1500 meter. Pembentuknya sebagian besar batuan gunungapi. Di lereng barat dan dibeberapa tempat di lereng timur terdapat topografi karts yang merupakan pencermin adanya batugamping. Diantara topografi karst di lereng barat terdapat daerah perbukitan yang dibentuk oleh Pra Tersier. Pegunungan ini di bagian barat daya dibatasi oleh daratan Pangkajene, Maros yang luas sebagai lanjutan dari dataran sekitarnya. Stratigrafi Regional Qac : Endapan Aluvium, Danau dan Pantai; lempung ,lanau, lumpur, pasir dan kerikil di sepanjang sungai-sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral. Qac : Endapan Undak; kerikil, pasir, dan lempung membentuk daratan rendah bergelombang di sebelah utara Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara morfologi dari endapan aluvium yang lebih muda. Tmc : Formasi Camba; batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi; batupasir tufa berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau, dan batulempung; konglomerat dan breksi gunungapi, dan setempat dengan batubara; berwarna putih, coklat, kuning, kelabu muda sampai kehitaman; umumnya mengeras kuat dan sebagian kurang padat ; berlapis dengan tebal antara 4-100 cm. tufanya berbutir halus hingga lapili; tufa lempungan berwarna merah mengandung banyak mineral biotit; konglomerat dan breksinya terutama berkomponen andesit dan basalt dengan ukuran antara 2 40 cm; batugamping pasiran dan batupasir gampingan mengandung pecahan koral dan mollusca; batulempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung foram kecil dan mollusca. Fosil-fosil yang ditemukan pada satuan batuan ini menunjukan kisaran umur Miosen Tengah-Miosen Akhir (N.9-N.15)pada lingkungan neritik. Ketebalan satuan batuan ini sekitar 5.000 meter, menindih tidak selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan Formasi Mallawa (Tem), mendatar berangsur-angsur berubah menjadi bagian bawah dari Formasi Walanae (Tmpw), diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal piroksin, andesit dan diorit. Tmcv : Anggota Batuan gunungapi ; batuan gunungapi bersisipan batuan sedimen laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga lapilli; bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal. Batuannya bersusunan andesit dan basal, umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian terkersikkan, amigdaloidal dan berlubang-lubang, diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan Kalium/Argon pada batuan basal oleh Indonesian Gulf Oil berumur 17,7 juta tahun, dasit dan andesit berumur 8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun (J.D.Obradovich, 1972), dan basal dari Barru menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. van Leeuwen, 1978). Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung Moluska dan serpian koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan, batupasir lempungan, napal dan batugamping mengandung fosil foraminifera. Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukkan umur satuan ini adalah miosen tengah-Miosen Akhir. Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan neritik sebagai fasies gunungapi Formasi Camba, menindih tidak selaras batugamping Formasi Camba dan batuan Formasi Mallawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi gunugapi mengandung sepaian batugamping, tebal diperkirakan tidak kurang dari 4.000 meter. Temt : Formasi Tonasa; batugamping koral pejal sebagian terhablurkan berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastik dan kalkarenitberwarna putih, coklat muda dan kelabu sebagian berlapis, berselingan dengan Napal Globigerina tufaan; bagian bawahnya mengandung batugamping berbitumen, setempat bersisipan breksi batugamping dan batugamping pasiran. Berdasarkan kandungan fosilnya kisaran umur Eosen Awal-Miosen Tengah. Dengan lingkungan pengendapan berupa neritik dangkal hingga dalam dan lagoon. Tebal Formasi diperkirakan tidak kurang dari 3000 meter, menindih tidak selaras batuan Mallawa dan tertindih tidak selaras dengan Formasi Camba, diterobos oleh sill, retas, dan sctock batuan beku yang bersusunan basalt, trakit diorit Tmsv : batuan gunungapi Soppeng; breksi gunungapi dan lava, dengan sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili dan batulempung; dibagian utara lebih banyak tufa dan breksi, sedangkan dibagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan basal piroksin dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya semakin banyak ke arah Selatan; sebagian lavanya berstruktur bantal dan sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm 50 cm, warnanya kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijauan. Batuan gunung api ini pada umumnya terubah kuat , amigdaloidal dengan mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat, diterobos oleh retas ( 0,5 m 1,0 m ) menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih selaras batuan Formasi camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah. Struktur Geologi Regional Batuan tua yang masih dapat diuketahui kedudukan stratigrafi dan tektoniknya adalah sedimen flysch Formasi Balangbaru. Formasi ini menindih tidak selaras oleh batuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih tidak selaras oleh batuan yang lebih mudah. Formasi Balangbaru merupakan endapan lereng di dalam sistem busur-palung pada zaman kapur Akhir. Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada kala Paleosen. Pada kala Eosen Awal, daerah barat merupakan tepi daratan yang dicirikan oleh endapan darat serta batubara di dalam Formasi Mallawa. Pengendapan Formasi Malllawa kemungkinan hanya berlangsung selama awal Eosen Pengendapan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas di barat berlangsung sejak Eosen Akhir hingga Miosen Awal. Gejala ini menandakan bahwa selama waktu itu terjadi paparan laut dangkal yang luas, yang berangsur-angsur menurun sejalan dengan adanya pengendapan. Proses tewktonik di bagian barat ini berlangsung sampai Miosen Awal. Akhir kegiatan gunungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang menyebabkan tewrjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian terjadi cekungan tempat pembentuk Formasi Walanae. Menurunnya terban Walanae di batasi oleh dua sistem sesar normal yaitu sesar walanae dan sesar Soppeng. Sesar utama berarah utara barat laut terjadi sejak Miosen Tengah, dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan dengan adanya tekanan mendatar berarah kira-kira timur-barat pada waktu sebelum akhir pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan Pra-kapur Akhir. Perlipatan dan pensesaran yang relatif lebih kecil di bagian barat di pegunungan barat yang berarah barat laut-tenggara dan mencorong, kemudian besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar. PENELITI TERDAHULU GEOLOGI REGIONAL BARRU DAN SEKITARNYA Sebelum pelaksanaan praktek lapangan yang dilakukan pada daerah penelitian, terdapat beberap ahli yang telah melakukan penelitian terlebih dahulu pada daerah tersebut. 1. VAN BEMMELEN, 1949, yang menulis tentang lengan selatan pulau Sulawesi. 2. DJURI dan SUJATMIKO, 1974, meneliti geologi lembar Pangkajene dan bagian barat lembar Palopo Sulawesi Selatan dengan skala 1:250.000. 3. S. SARTONO dan K.A.S. ATADIREJA, 1981, meneliti geologi kuarter Sulawesi Selatan dan Tenggara. 4. SURTONO dan ASTADIREJA, 1981, Meneliti Geologi Karst Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. 5. RAB. SUKAMTO, 1982, membuat peta geologi regional lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat, Sulawesi Selatan

GEOLOGI REGIONAL DAERAH BARRU DAN SEKITARNYA GEOLOGI REGIONAL (lap. struktur BATUKALASI kec. MALUSETTASI kab. BARRU) Geomorfologi Regional Bentuk morfologi yang menonjol didaerah ini adalah kerucut Gunungapi Lompobattang yang menjulang mencapai ketinggian 2876 meter diatas permukaan laut. Kerucut Gunungapi Lompobattang ini dari kejauhan masih mempelihatkan bentuk aslinya dan tersusun oleh batuan gunugapi berumur Pliosen. Dua bentuk kerucut tererosi lebih sempat sebarannya terdapat disebelah barat dan disebelah utara gunung Lompobattang. Disebelah barat terdapat gunug Baturape mencapai ketinggian 1124 meter, dan disebelah barat terdapat gunung Cindako, mencapai ketinggian 1500 meter. Kedua bentuk kerucut tererosi ini disusun oleh batuan gunungapi berumur Pliosen. Di bagian Utara terdapat dua daerah yang dicirikan oleh tofografi karst yang dibentuk oleh batugamping formasi Tonasa. Kedua daerah bertofografi karst ini dipisahkan oleh pegunungan yang tersusun oleh batuan gunungapi yang berumur Miosen Bawah sampai Pliosen. Di sebelah barat gunung Cindako dan disebelah utara Baturape merupakan daerah berbukit yang halus dibagian Barat. Bagian barat mencapai ketinggian Kira-kira 500 meter diatas permukaan laut dan hampir merupakansuatu dataran. Bentuk morfologi ini tersusun oleh batuan klastik gunung api berumur Miosen. Bukit-bukit yang memanjang yang tersebar di daerah ini mengarah ke gunung Cindako dan Baturape berupa retas-retas Basalt. Pesisir barat merupakan dataran rendah yang sebagian besar terdiri dari daerah rawa dan daerah pasang surut, beberapa sungai besar membentuk daerah banjir di dataran ini. Di bagian timurnya terdapat bukit-bukit terisolir yang tersusun oleh batuan klastik gunungapi Miosen Pliosen. Pesisir barat ditempati oeh morfologi berbukit memanjang rendah dengan arah umum barat laut Tenggara. Pantainya berliku-liku membentuk beberapa teluk. Daerah ini tersusun oleh batuankarbonat dari Formasi Tonasa. Stratigrafi Qac : Endapan Aluvium, Danau dan Pantai; lempung, lanau, lumpur, pasir dan kerikil di sepanjang sungai sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral. Tmcv : Anggota Batuan gunungapi ; batuan gunungapi bersisipan batuan sedimen laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga lapilli; bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal. Batuannya bersusunan andesit dan basal, umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian terkersikkan, amigdaloidal dan berlubang-lubang, ditrobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan Kalium/Argon pada batuan basal oleh Indonesian Gulf Oil berumur 17,7 juta tahun, dasit dan andesit berumur 8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun (J.D.Obradovich, 1972), dan basal dari Barru menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. van Leeuwen, 1978). Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung moluska dan serpian koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan, batupasir lempungan, napal dan batugamping mengandung fosil foraminifera. Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukkan umur satuan ini adalah miosen tengah-Miosen Akhir. Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan neritik sebagai fasies gunungapi Formasi camba, menindih tidak selaras batugamping Formasi camba dan batuan Formasi Mallawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi gunugapi mengandung sepaian batugamping, tebal diperkirakan tidak kurang dari 4.000 meter. Tmsv : batuan gunungapi Soppeng; breksi gunungapi dan lava, dengan sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili dan batulempung; dibagian utara lebih banyak tufa dan breksi, sedangkan dibagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan basal piroksin dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya semakin banyak ke arah Selatan; sebagian lavanya berstruktur bantal dan sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm 50 cm, warnanya kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijauan. Batuan gunung api ini pada umumnya terubah kuat , amigdaloidal dengan mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat, diterobos oleh retas ( 0,5 m 1,0 m ) menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih selaras batuan Formasi camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah. Struktur Geologi Regional Batuan tua yang tersingakap didaerah ini adalah sedimen flisch formasi Marada, berumur kapur atas. Asosiasi batuannya memberikan petunjuk suatu endapan lereng bawah laut, ketika kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu. Kegiatan magma berkembang menjadi suatu gunungapi pada waktu kira-kira 63 juta tahun, dan menghasilkan batuan gunungapi terpropilitkan. Lembah Walanae di Lembar Pangkajane Bagian Barat sebelah Utaranya menerus ke lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai melalui sinjai di pesisir Timur. Lembah ini memisahkan batuan berumur Miosen, yaitu sedimen klastika formasi Salokalupang di sebelah timur dari Sedimen Karbonat Formasi Tonasa di sebelah Baratnya. Rupanya pada Kala Eosen daerah sebelah barat lembah Walanae merupakan paparan laut dangkal dan sebelah timurnya merupakan suatu cekungan sedimentasi dekat dataran. Paparan Laut dangakal Eosen meluas sampai ke seluruh lembar peta, yang bukitnya ditunjukan oleh sebaran formasi Tonasa di sebelah barat barru, sebelah Timur Maros dan sekitar Takalar. Endapan paparan berkembang selama Eosen sampai Miosen Tengah. Sedimentasi klastika sebelah Timur Lembah Walanae rupanya berhenti pada akhir Oligosen, dan diikuti oleh kegitan gunungapi yang menghasilkan Formasi Kalamaseng. Akhir dari kegiatan gunungapi Miosen Awal yang diikuti oleh tektonik yang mengakibatkan terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian terjadi cekungan dimana formasi Walanae terbentuk. Peristiwa ini kemungkinan besar tejadi pada awal Miosen tengah, dan menurun perlahan selama sedimentasi sampai kala Pliosen. Menurut cekungan Walanae dibarengi dengan kegiatan gunungapi yang terjadi secara luas di sebelah Bartnya dan mungkin secara lokal di sebelah Timurnya. Peristiwa ini terjadi selama Miosen tengah sampai Pliosen. Semula gunungapinya terjadi dimuka laut, dan kemungkinan sebagian muncul di permukaan pada kala Pliosen. Kegiatan gunungapi selama Miosen menghasilkan Formasi Camba, dan selama Pliosen menghasilkan Batuan gunungapi Baturape-Cindako kelompok retas basal berbentuk radier memusat kegunungapi Cindako dan gunung Baturape, terjadinya mungkin berhubungan gerakan mengkubah pada kala Pliosen. Kegiatan gunungapi di daerah ini masih berlangsung dengan kala Plistosen, menghasilkan batuan gunungapi Lompobattang. Berhentinya kegiatan magma pada akhir Plistosen, diikuti oleh tektonik yang menghasilkan sesar-sesar en echelon (merencong) yang melalui gunung Lompobattang berarah Utara Selatan. Sesar-sesar en echelon mungkin akibat dari suatu gerakan yang mendatar dekstral dari pada batuan alas dibawah Lembar Walanae. Sejak kala Pliosen pesisir barat Ujung Lengan Sulawesi Selatan ini merupakan dataran stabil, yang pada kala Holosen hanya terjadi endapan alluvium dan rawa-rawa. --------------------------------------------------- GEOLOGI REGIONAL DAERAH BARRU (lap. X-Map dusun DACCIPONG desa ANABANUA kec. BARRU) Geomorfologi Regional Lokasi penelitian termasuk dalam lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat, Sulawesi. Dimana pada lembar tersebut terdapat dua baris pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah utara-barat laut dan terpisah oleh lembar sungai Walanae. Pegunungan barat melebar di bagian selatan dan menyempit dibagian utara. Puncak tertinggi 1694 meter dengan ketinggian rata-rata 1500 meter. Pembentuknya sebagian besar batuan gunungapi. Di lereng barat dan dibeberapa tempat di lereng timur terdapat topografi karts yang merupakan pencermin adanya batugamping. Diantara topografi karst di lereng barat terdapat daerah perbukitan yang dibentuk oleh Pra Tersier. Pegunungan ini di bagian barat daya dibatasi oleh daratan Pangkajene, Maros yang luas sebagai lanjutan dari dataran sekitarnya. Stratigrafi Regional Qac : Endapan Aluvium, Danau dan Pantai; lempung ,lanau, lumpur, pasir dan kerikil di sepanjang sungai-sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral. Qac : Endapan Undak; kerikil, pasir, dan lempung membentuk daratan rendah bergelombang di sebelah utara Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara morfologi dari endapan aluvium yang lebih muda. Tmc : Formasi Camba; batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi; batupasir tufa berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau, dan batulempung; konglomerat dan breksi gunungapi, dan setempat dengan batubara; berwarna putih, coklat, kuning, kelabu muda sampai kehitaman; umumnya mengeras kuat dan sebagian kurang padat ; berlapis dengan tebal antara 4-100 cm. tufanya berbutir halus hingga lapili; tufa lempungan berwarna merah mengandung banyak mineral biotit; konglomerat dan breksinya terutama berkomponen andesit dan basalt dengan ukuran antara 2 40 cm; batugamping pasiran dan batupasir gampingan mengandung pecahan koral dan mollusca; batulempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung foram kecil dan mollusca. Fosil-fosil yang ditemukan pada satuan batuan ini menunjukan kisaran umur Miosen Tengah-Miosen Akhir (N.9-N.15)pada lingkungan neritik. Ketebalan satuan batuan ini sekitar 5.000 meter, menindih tidak selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan Formasi Mallawa (Tem), mendatar berangsur-angsur berubah menjadi bagian bawah dari Formasi Walanae (Tmpw), diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal piroksin, andesit dan diorit. Tmcv : Anggota Batuan gunungapi ; batuan gunungapi bersisipan batuan sedimen laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga lapilli; bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal. Batuannya bersusunan andesit dan basal, umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian terkersikkan, amigdaloidal dan berlubang-lubang, diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan Kalium/Argon pada batuan basal oleh Indonesian Gulf Oil berumur 17,7 juta tahun, dasit dan andesit berumur 8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun (J.D.Obradovich, 1972), dan basal dari Barru menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. van Leeuwen, 1978). Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung Moluska dan serpian koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan, batupasir lempungan, napal dan batugamping mengandung fosil foraminifera. Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukkan umur satuan ini adalah miosen tengah-Miosen Akhir. Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan neritik sebagai fasies gunungapi Formasi Camba, menindih tidak selaras batugamping Formasi Camba dan batuan Formasi Mallawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi gunugapi mengandung sepaian batugamping, tebal diperkirakan tidak kurang dari 4.000 meter. Temt : Formasi Tonasa; batugamping koral pejal sebagian terhablurkan berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastik dan kalkarenitberwarna putih, coklat muda dan kelabu sebagian berlapis, berselingan dengan Napal Globigerina tufaan; bagian bawahnya mengandung batugamping berbitumen, setempat bersisipan breksi batugamping dan batugamping pasiran. Berdasarkan kandungan fosilnya kisaran umur Eosen Awal-Miosen Tengah. Dengan lingkungan pengendapan berupa neritik dangkal hingga dalam dan lagoon. Tebal Formasi diperkirakan tidak kurang dari 3000 meter, menindih tidak selaras batuan Mallawa dan tertindih tidak selaras dengan Formasi Camba, diterobos oleh sill, retas, dan sctock batuan beku yang bersusunan basalt, trakit diorit Tmsv : batuan gunungapi Soppeng; breksi gunungapi dan lava, dengan sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili dan batulempung; dibagian utara lebih banyak tufa dan breksi, sedangkan dibagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan basal piroksin dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya semakin banyak ke arah Selatan; sebagian lavanya berstruktur bantal dan sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm 50 cm, warnanya kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijauan. Batuan gunung api ini pada umumnya terubah kuat , amigdaloidal dengan mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat, diterobos oleh retas ( 0,5 m 1,0 m ) menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih selaras batuan Formasi camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah. Struktur Geologi Regional Batuan tua yang masih dapat diuketahui kedudukan stratigrafi dan tektoniknya adalah sedimen flysch Formasi Balangbaru. Formasi ini menindih tidak selaras oleh batuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih tidak selaras oleh batuan yang lebih mudah. Formasi Balangbaru merupakan endapan lereng di dalam sistem busur-palung pada zaman kapur Akhir. Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada kala Paleosen. Pada kala Eosen Awal, daerah barat merupakan tepi daratan yang dicirikan oleh endapan darat serta batubara di dalam Formasi Mallawa. Pengendapan Formasi Malllawa kemungkinan hanya berlangsung selama awal Eosen Pengendapan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas di barat berlangsung sejak Eosen Akhir hingga Miosen Awal. Gejala ini menandakan bahwa selama waktu itu terjadi paparan laut dangkal yang luas, yang berangsur-angsur menurun sejalan dengan adanya pengendapan. Proses tewktonik di bagian barat ini berlangsung sampai Miosen Awal. Akhir kegiatan gunungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang menyebabkan tewrjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian terjadi cekungan tempat pembentuk Formasi Walanae. Menurunnya terban Walanae di batasi oleh dua sistem sesar normal yaitu sesar walanae dan sesar Soppeng. Sesar utama berarah utara barat laut terjadi sejak Miosen Tengah, dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan dengan adanya tekanan mendatar berarah kira-kira timur-barat pada waktu sebelum akhir pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan Pra-kapur Akhir. Perlipatan dan pensesaran yang relatif lebih kecil di bagian barat di pegunungan barat yang berarah barat laut-tenggara dan mencorong, kemudian besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar. ----------------------------------------------------------- PENELITI TERDAHULU GEOLOGI REGIONAL BARRU DAN SEKITARNYA Sebelum pelaksanaan praktek lapangan yang dilakukan pada daerah penelitian, terdapat beberap ahli yang telah melakukan penelitian terlebih dahulu pada daerah tersebut. 1. VAN BEMMELEN, 1949, yang menulis tentang lengan selatan pulau Sulawesi. 2. DJURI dan SUJATMIKO, 1974, meneliti geologi lembar Pangkajene dan bagian barat lembar Palopo Sulawesi Selatan dengan skala 1:250.000. 3. S. SARTONO dan K.A.S. ATADIREJA, 1981, meneliti geologi kuarter Sulawesi Selatan dan Tenggara. 4. SURTONO dan ASTADIREJA, 1981, Meneliti Geologi Karst Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. 5. RAB. SUKAMTO, 1982, membuat peta geologi regional lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat, Sulawesi Selatan

Copy and WIN : http://ow.ly/KfYktGeologi Regional Lembar Pangkajene dan watampone bagian barat

GEOLOGI REGIONALDaerah penelitian ini secara umum keadaan geomorfologi, Stratigrafi dan struktur geologinya termasuk dalam peta geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat. Geomorfologi Regional Pada Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat (Rab. Sukamto,1982) pada pegunungan bagian barat menempati hampir setengahnya luas daerah, yang melebar dibagian selatan (50 km) dan menyempit dibagian Utara (22 km) dengan puncak tertingginya 1694 m dan ketinggian rataratanya 1500 m dari permukaan laut. Pembentuknya sebagian besar batuan gunungapi. Di lereng barat dan di beberapa tempat di lereng timur terdapat topografi karst yang mencerminkan adanya batugamping. Di antara topografi karst pada lereng barat terdapat perbukitan yang dibentuk oleh batuan pada zaman Pra-Tersier. Pegunungan ini dibatasi oleh dataran Pangkajene Maros yang luas, dan sebagian merupakan lanjutan di dataran sekitarnya.Pegunungan yang di Timur relatif lebih sempit dan lebih rendah, dengan puncaknya ratarata setinggi 700 m dari permukaan air laut, sedangkan yang tertinggi adalah 787 m dimana sebagian besar pegunungan ini tersusun dari batuan gunungapi. Di bagian selatannya selebar 20 km dan lebih tinggi, tetapi ke Utara menyempit dan merendah dan akhirnya menunjam ke bawah batas antara lembah Walanae dan dataran Bone. Pada bagian Utara pegunungan ini mempunyai topografi karst yang permukaanya sebagian berkerucut. Batasnya pada bagian Timurlaut adalah dataran Bone yang luas dan menempati hampir sepertiga bagian Timur.Lembah Walanae yang memisahkan kedua pegunungan tersebut dibagian Utara selebar 35 km, tetapi di bagian Selatan hanya 10 km. Ditengah terdapat Sungai Walanae yang mengalir ke Utara. Sedangkan bagian Selatan berupa berbukitan rendah dan dibagian Utara terdapat dataran alluvium yang sangat luas yang mengelilingi Danau Tempe.Stratigrafi RegionalUntuk Stratigrafi Regional daerah penelitian disusun oleh berbagai jenis litologi dari berbagai formasi yang ergolongke dalam satuan batuan tertentu berikut akan dibahas mengenai stratigrafi regional daerah penelitian berdasarkan batuan tertua ke yang termuda.1. Kompleks Basement Kompleks basement terdiri atas dua satuan batuan berdasarkan proses pembentukanya, antara lain :a. Satuan Sekis (Batuan Malihan)Sebagian besar terdiri atas sekis dan sedikit gneiss, dimana secara megaskopis terlihat mineral-mineral diantaranya glaikopan, garnet, epidot, mika dan klorit. Batuan malihan ini umumnya berpandanan miring ke arah Timur-Laut, sebagian besar trebreksikan dan tersesarnaikan kea rah Barat-daya, satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2000 meter dan bersentuhan dengan sebagian batuan disekitarnya. Penarikan kalium/argon diperoleh umur 111 juta tahun (Obradovich, 1974).b. Satuan UltrabasaPeridotit, sebagian besar terserpentinitkan, berwarna hijau tua sampai kehitaman, sebagian besar terbreksikan dan tergerus melalui sesar naik kea rah Barat-daya. Pada bagian yang pejal terlihat terlihat struktur berlapis dan beberapa tempat mengandung lensa kromit. Satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2500 meter, dan mempunyai sentuhan sesar dengan batuan disekitarnya.c. Satuan intrusi TrakitTerobosan trakit berupa stok, sill dan retas. Bertekstur porfiri kasar dengan fenokris sanidin dengan warna putih keabuan sampai sampai kelabu muda. Di Tanete Riaja Trakit menerobos batugamping formasi Tonasa dan di Utara Soppeng menerobos batuan gunungapi Soppeng (Tmsv). Penarikan Kalium/Argon trakit menghasilkan umur 10,9 juta tahun.2. Formasi Balangbaru Sedimen tipe Flysch, dimana batupasir berselingan dengan batulanau, batulempung, serpih bersisipan konglomerat, Tuva dan lava, dibeberapa tempat konglomerat dengan susunan basalt, andesit, diorite, serpih, sekis kuarsa dan basement batupasir, pada umumnya padat dan sebagian serpih terkesikan, formasi ini mempunyai ketebalan sekitar 2000 meter, tertindih tidak selaras formasi Mallawa dan batuan gunungapi terpropilitkan, dan menindih tidak selaras kompleks tektonik Bantimala. Berdasarkan fasiesnya Formasi Balangbarrutelah dibagi menjadi tiga anggota yaitu Anggota Bua, Anggota Panggalungan dan anggota Allup (Hasan 1991), Anggota Bua dicirikan oleh selaras oleh batugamping Temt, dan menindih tidak selaras batuan sediment kb dan batuan gunungapi Tpv.3. Formasi Tonasa Terdiri atas batugamping koral pejal, sebgian terhablurkan, berwarna putih dan kelabu muda, batugamping bioklastika dan kalkarenit, berwarna putih coklat muda dan kelabu muda, sebagian berlapis dan berselingan dengan napal globigerina tufaan, bagian bawahnya mengandung batugamping berbitumen, setempat bersisipan breksi batugamping dan batugamping pasiran. Di daerah Ralla ditemukan batugamping yang mengandung banyak serpihan skis dan batuan ultramafik, Batugamping berlapis sebagian mengandung banyak foraminifera kecil dan dan beberapa lapisan napal pasiran mengandung banyak kerang (pelecipoda) dan siput (Gastropoda) besar. Batugamping pejal pada umumnya terkekarkan kuat, di daerah Tanete Riaja, terdapat tiga jalur napal yang berselingan dengan jalur batugamping berlapis.Berdasarkan atas kandungan fosilnya, menunjukan kisaran umur Eosen Awal (Ta.2) sampai Miosen Tengah (Tf). Dan lingkungan neritik dangkal hingga dalam dan laguna, tebal formasi diperkirakan tidak kurang dari 3000 meter, menindih selaras batuan Formasi Mallawa dan tertindih tidak selaras oleh formasi Camba, diterobosi oleh sill, retas dan stoc batuan bekuyang bersusunan basalt, trakit dan diorite.Batugamping Formasi Tonasa oleh Wilson (1995) dibagi menjadi lima bagian berdasarkan fasiesnya. Biru area kabupaten Bone, Ralla area kabupaten Barru, Central area Kabupaten Pangkep, Pattunuang Asuearea kabupaten Maros dan Nasara Area Kabupaten Jeneponto. Daerah lokasi penelitian disusun oleh fasies redeposit terdiri dari batugamping fragmental berselingan dengan napal, dibeberapa tempat menunjukan batugamping dengan komponen foram besar, algae serta koral.5. Formasi Camba Terdiri atas batuan sediment laut berselingan dengan batuan gunungapi, batupasir tufa berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau, batulempung, konglomerat dan breksi gunung api, dan setempat dengan batubara berwarna beraneka, putih, cokla, kuning, kelabu muda sampai kehitaman umunya mengeraas kuat dan sebagian kurang padat, berlapis dengan tebal antara 4cm-100cm. Tufanya berbutir halus hingga lapilli, tufa lempungan berwarna merah mengandung banyak mineral Biotit, Konglomerat dan breksinya terutama komponen andesit dan basal dengan ukuran antara 2 cm-40 cm. Batugamping pasiran dan batupasir gampingan mengandung pecahan coral dan molusca. Batulempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung pecahan foram kecil dan molusca. Fosil-fosil yang ditemukan pada satuan ini menunjukan kisaran umur Miosen Tengah Miosen Akhir (N.9-N.15) pada lingkungan neritik. Ketebalan satuan sekitar 5000 meter. Menindih tidak selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan formasi Mallawa (Tem), Mendatar berangsur berubah menjadi bagian bawah dari formasi Walanae (Tmpw). Diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basalt piroksin, andesit dan diorite. Anggota Batuan Gunungapi Batuan gunungapi bersisipan sediment laut, breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi dan tufa, berbutir halus hingga lapili, bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung mengnadung sisa tumbuhan batugamping dan napal. Batuanya bersusunan basalt dan diorite, berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan kaluim/argon pada batuan basalt oleh Indonesian Golf Oil berumur 17,7 juta tahun dasit dan andesit berumur 8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun(Obradovich, 1972) dan basalt dari Barru menghasilkan 6,2 juta tahun (Leewen 1978). Beberapa lapisan batupasir dan batulempung pasiran mengandung molusca dan sebagian koral, sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan, batupasir lempungan, napal dan mengandung fosil foraminifera. Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukan umur satuan ini adalah Miosen Tengah-Miosen Akhir. Batuannya diendapkan kedalam lingkungan neritik sebagai fasies gunungapi Formasi Camba , menindih tidak selaras batugamping Formasi Camba dan batuan Formasi Mallawa, sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi gunungapi mengandung sepian batugamping tebal diperkirakan sekitar 4000 meter.6. Endapan Undak Terdiri atas kerikil, pasir dan lempung membentuk datarn rendah bergelombang disebelah Utara Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara morfologi dari endapan alluvium yang lebih muda.7. Eandapan Alluvium Danau Dan Pantai Terdiri atas lempung, Lanau, Lumpur pasirdan kerikil disepanjang sungai-sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral. Struktur Geologi RegionalLengan Selatan Pulau Sulawesi secara struktural dibagi atas dua bagian yaitu Lengan selatan bagian Utara dan Lengan Selatan bagian Selatan yang sangat berbeda struktur geologinya (Van Bemellen, 1949).Lengan selatan bagian Utara berhubungan dengan orogen, sedangkan Lengan Selatan bagian Selatan memperlihatkan hubungan kearah jalur orogen yang merupakan sistem pegunungan Sunda.Perkembangan struktur Lengan Selatan bagian Utara pulau Sulawesi di mulai pada zaman Kapur, yaitu terjadinya perlipatan geosinklin disertai dengan kegiatan vulkanik bawah laut dan intrusi Gabro. Bukti adanya intrusi ini terlihat pada singkapan disepanjang pantai Utara Selatan Teluk Bone. Batuan tua yang masih dapat diketahui kedudukan struktur stratigrafi dan tektonikanya adalah sedimen flysch Formasi Balangbaru dan Formasi Marada, bagian bawah tidak selaras menindih batuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih tak selaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua merupakan masa yang terimfikasi melalui sejumlah sesar sungkup, terbreksikan, tergerus dan sebagian mencampur dengan malange. Berdasarkan himpunan batuannya diduga Formasi Balangbaru dan Formasi Marada merupakan endapan lereng didalam sistem busur palung pada zaman Kapur Akhir, dan gejala ini menunjukkan bahwa Malange didaerah Bantimala terjadi sebelum Kapur Akhir.Pada kala Palaeosen kegiatan gunungapi bawa laut yang hasil erupsinya dapat terlihat di timur Bantimala dan daerah Barru (Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai). Pada bagian barat berupa tepi dataran yang dicirikan oleh endapan darat dan batubara pada Formasi Mallawa, sedangkan di daerah timur, berupa cekungan laut dangkal tempat pengendapan batuan klastik bersisipan Karbonat formasi Salokalupang. Pengendapan formasi Mallawa mungkin hanya berlangsung selama awal Pliosen, sedangkan Formasi Salokalupang berlangsung hingga Oligosen akhir.Sejak Eosen Akhir sampai Miosen Awal di daerah Barat terendapkan batuan karbonat yang luas. Dimana hal ini menunjukkan bahwa daerah ini merupakan paparan laut dangkal yang luas, yang kemudian berangsur angsur menurun atau mengalami pendangkalan sejalan dengan adanya proses pengendapan yang terjadi. Sedangkan pada daerah bagian Timur terjadi proses gunungapi yang dimulai sejak Miosen Akhir dimana hal ini ditunjukkan pada daerah Kalamiseng dan Soppeng. Akhir kegiatan gunungapi ini diikuti oleh tektonik yang menyebabkan terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian menjadi cekungan tempat pembentukan Formasi Walanae. Peristiwa ini kemungkinan besar berlangsung sejak awal Miosen Tengah, dan mengalami penurunan perlahan lahan selama terjadi proses sedimentasi sampai Kala Pliosen. Proses menurunnya Terban Walanae dibatasi oleh dua sistem sesar normal, yaitu sesar Walanae yang seluruhnya nampak hingga sekarang disebelah Timur, dan sesar Soppeng yang hanya tersingkap tidak menerus di sebelah barat.Selama terbentuknya Terban Walanae, ditumur kegiatan gunungapi yang hanya terjadi dibagian sealatan sedangkan di bagian barat terjadi kegiatan gunungapi yang hampir merata dari selatan ke utara, dan ini berlangsung dari Miosen Tengah sdampai Pliosen. Dimana hal ini, bentuk kerucutnya masih dapat diamati di daerah sebelah barat yang diantaranya Puncak Maros dan Gunung Tondongkarambu serta tebing melingkar yang mengelilingi gunung Benrong yang berada di utara gunung Tondongkarambu dan ini mungkin merupakan sisa kaldera.Sejak Miosen Tengah terjadi sesar utama yang mempunyai arah Utara Baratlaut dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan adanya tekanan mendatar yang kira kira berarah Timur Barat pada waktu sebelum Akhir Pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan pra Kapur Akhir di daerah Bantimala ke atas batuan Tersier. Perlipatan penyesaran yang relatif lebih kecil dibagian timur Lembah Walanae dan dibagian barat timur Lembah Walanae dan dibagian barat pegunungan Barat, yang berarah Baratlaut Tenggara dan merencong, kemungkinan besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar.