Geologi Regional Cekungan Jawa Barat

8
GOL 2.1 Kerangka Tektonik Sub-cekungan Jati Konfigurasi batuan dasar s utama sesar yaitu barat laut Ditinjau dari aspek dipengaruhi oleh dua peri Oligosen Akhir serta perio sebelum Oligosen Akhir m Pada akhir Oligosen Akhir kenal sebagai periode Subd Gambar-2.1 Daerah penelit Pada periode sebelum Olig busur (intra arc basin) (A BAB II LOGI REGIONAL DAERAH PENELITIA ibarang merupakan bagian dari Cekung saat ini di daerah penelitian, yang menunjuk t-tenggara serta utara-selatan (Gambar-2.1). k tektonik dan stratigrafinya, pembentukan S iode tektonik utama (Gambar-2.1), yaitu p ode tektonik setelah Oligosen Akhir sampai merupakan periode yang kita kenal sebagai pe r terjadi perubahan arah subduksi menjadi pe duksi Jawa. tian dipengaruhi oleh dua pola sistem subduk 1991) gosen Akhir, Cekungan Jawa Barat utara dita Adnan, 1991). Hal ini diinterpretasi dari k 4 AN gan Jawa Barat Utara. kkan bahwa ada dua arah Sub-Cekungan Jatibarang periode tektonik sebelum i Resen. Periode tektonik eriode Subduksi Meratus. eriode subduksi yang kita ksi (modifikasi dari Adnan, afsirkan sebagai cekungan kerangka stratigrafi pada

Transcript of Geologi Regional Cekungan Jawa Barat

Page 1: Geologi Regional Cekungan Jawa Barat

GOLOGI

2.1 Kerangka Tektonik

Sub-cekungan Jatibarang merupakan

Konfigurasi batuan dasar saat ini di

utama sesar yaitu barat laut

Ditinjau dari aspek tektonik dan stratigrafinya, pembentukan Sub

dipengaruhi oleh dua periode tektonik utama

Oligosen Akhir serta periode tek

sebelum Oligosen Akhir merupakan periode yang kita kenal sebagai periode

Pada akhir Oligosen Akhir terjadi perubahan arah subduksi

kenal sebagai periode Subduksi

Gambar-2.1 Daerah penelitian dipengaruhi oleh dua pola sistem subduksi

Pada periode sebelum Oligosen Akhir

busur (intra arc basin) (Adnan,

BAB II

GOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

atibarang merupakan bagian dari Cekungan

saat ini di daerah penelitian, yang menunjukkan bahwa ada dua arah

laut-tenggara serta utara-selatan (Gambar-2.1).

Ditinjau dari aspek tektonik dan stratigrafinya, pembentukan Sub

dipengaruhi oleh dua periode tektonik utama (Gambar-2.1), yaitu periode tektonik sebelum

Oligosen Akhir serta periode tektonik setelah Oligosen Akhir sampai Resen. Periode tektonik

sebelum Oligosen Akhir merupakan periode yang kita kenal sebagai periode

Pada akhir Oligosen Akhir terjadi perubahan arah subduksi menjadi periode subduksi yang kita

ubduksi Jawa.

Daerah penelitian dipengaruhi oleh dua pola sistem subduksi

1991)

periode sebelum Oligosen Akhir, Cekungan Jawa Barat utara ditafsirkan sebagai

) (Adnan, 1991). Hal ini diinterpretasi dari kerangka stratigrafi

4

PENELITIAN

ekungan Jawa Barat Utara.

menunjukkan bahwa ada dua arah

Ditinjau dari aspek tektonik dan stratigrafinya, pembentukan Sub-Cekungan Jatibarang

), yaitu periode tektonik sebelum

tonik setelah Oligosen Akhir sampai Resen. Periode tektonik

sebelum Oligosen Akhir merupakan periode yang kita kenal sebagai periode Subduksi Meratus.

menjadi periode subduksi yang kita

Daerah penelitian dipengaruhi oleh dua pola sistem subduksi (modifikasi dari Adnan,

ditafsirkan sebagai cekungan

ri kerangka stratigrafi pada

Page 2: Geologi Regional Cekungan Jawa Barat

periode sebelum Oligosen Akhir. Hadirnya endapan vulkanik Formasi Jatibarang pada sub

cekungan ini menandakan bahwa sub

berdekatan dengan pusat vul

endapan vulkanik ini ditafsirkan sebagai

oligosen akhir ini adalah pada cekungan busur (

penelitian didominasi oleh gaya

daerah penelitian yang memiki arah sesar searah dengan tegasan utama pada saat itu

OO dan sesar Brebes (Gambar

1999).

Gambar-2.2

Periode tektonik berikutnya terjadi pada

jalur penunjaman baru terbentuk di selatan Pulau Jawa

Miosen Awal sampai sekarang ini berada di lepas pantai selatan Jawa (Martodjojo

Adnan, 1991). Deretan gunung api menghasilkan endapan gunung api bawah laut yang dikenal

sebagai old andecite tersebar sepanjang selatan Pula

dan mengakibatkan Sub-Cekungan Jatibarang menjadi pada posisi (

tektonik pada periode ini merubah arah tegasan utama, yang tadinya barat laut

menjadi utara-selatan. Karena perubahan arah tegasan utama inilah

periode sebelum Oligosen Akhir. Hadirnya endapan vulkanik Formasi Jatibarang pada sub

cekungan ini menandakan bahwa sub-cekungan ini berada pada daerah lingkungan yang

pusat vulkanisme. Kehadiran Formasi Jatibarang yang didominasi oleh

ini ditafsirkan sebagai bukti utama keberadaan cekungan ini pada saat

oligosen akhir ini adalah pada cekungan busur (intra arc basin). Pada periode ini

asi oleh gaya-gaya ekstensional sehingga terbentuk dua buah sesar utama di

yang memiki arah sesar searah dengan tegasan utama pada saat itu

Gambar-2.2) berupa sesar turun berarah barat laut

.2 Konfigurasi batuan dasar daerah penelitian

Periode tektonik berikutnya terjadi pada Akhir Oligosen/Miosen

terbentuk di selatan Pulau Jawa. Jalur vulkan

sekarang ini berada di lepas pantai selatan Jawa (Martodjojo

). Deretan gunung api menghasilkan endapan gunung api bawah laut yang dikenal

tersebar sepanjang selatan Pulau Jawa ke Sumatera sampai Nusa Tenggara

Cekungan Jatibarang menjadi pada posisi (back arc basin

tektonik pada periode ini merubah arah tegasan utama, yang tadinya barat laut

Karena perubahan arah tegasan utama inilah, Sesar

5

periode sebelum Oligosen Akhir. Hadirnya endapan vulkanik Formasi Jatibarang pada sub-

cekungan ini berada pada daerah lingkungan yang

ormasi Jatibarang yang didominasi oleh

bukti utama keberadaan cekungan ini pada saat sebelum

Pada periode ini, daerah

terbentuk dua buah sesar utama di

yang memiki arah sesar searah dengan tegasan utama pada saat itu yaitu sesar

berupa sesar turun berarah barat laut-tenggara (Riyacudu,

(Ryacudu, 1999)

Akhir Oligosen/Miosen Awal sampai saat ini,

. Jalur vulkanik pada waktu periode

sekarang ini berada di lepas pantai selatan Jawa (Martodjojo, 1989 op.cit

). Deretan gunung api menghasilkan endapan gunung api bawah laut yang dikenal

ra sampai Nusa Tenggara

back arc basin). Aktivitas

tektonik pada periode ini merubah arah tegasan utama, yang tadinya barat laut – tenggara

, Sesar OO dan sesar Brebes

Page 3: Geologi Regional Cekungan Jawa Barat

6

berubah status, dari sesar turun menjadi sesar geser dekstral (Gambar-2.3). Sebagai akibatnya,

terbentuklah pull apart basin di daerah penelitian. Aktivitas tektonik ini menyebabkan terjadinya

banyak sesar-sesar turun dengan arah utama Utara-Selatan. Sesar-sesar utama ini berperan dalam

pembentukan pola horst dan graben pada cekungan ini.

Gambar-2.3 Perubahan status sesar OO-Brebes dari sesar normal menjadi sesar geser

dekstral yang membentuk pull apart basin. (Mc, Clay dalam Ryacudu, 1999)

Page 4: Geologi Regional Cekungan Jawa Barat

7

2.2 Stratigrafi Regional

Stratigrafi regional Sub-cekungan Jatibarang terdiri dari: Batuan dasar (Kapur Akhir),

Formasi Jatibarang (Eosen Akhir), Kelompok Cibulakan Bawah yang terdiri dari Formasi Talang

Akar (Oligosen) dan Formasi Baturaja (Miosen Awal), Formasi Cibulakan Atas (Miosen

Tengah), Formasi Parigi (Miosen Akhir), dan Formasi Cisubuh (Miosen Akhir hingga Pliosen).

Kolom umum stratigrafi Cekungan Jawa Barat utara dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar-2.4 Stratigrafi Sub-Cekungan Jatibarang. (Adnan, 1991)

Page 5: Geologi Regional Cekungan Jawa Barat

8

(a) Batuan Dasar (Basement)

Litologi batuan dasar di Cekungan Jawa Barat utara adalah batuan beku berumur

Kapur Tengah sampai Kapur Atas, dan batuan metamorf berumur Tersier. Batuan

metasedimen derajat rendah (filit, sekis) hadir sebagai hasil dari subduksi yang

berasosiasi dengan busur Meratus yang aktif pada waktu Kapur hingga Paleosen. Batuan

dasar yang ditembus oleh bor di daerah Laut Jawa terdiri dari batuan metamorf dan

batuan beku, juga ditemukan argilit, monzonit, mikrodiorit dan granodiorit yang berumur

65.3 – 57.8 Ma (Kapur Akhir hingga Paleosen).

(b) Formasi Jatibarang

Litologi Formasi Jatibarang terdiri dari tuff, andesit porfiri, dan batulempung.

Formasi Jatibarang memiliki hubungan tidak selaras dengan batuan dasar, dan di atas

Formasi Jatibarang diendapkan secara tidak selaras Kelompok Cibulakan Bawah. Metode

penentuan umur (K-Ar dating) menunjukkan bahwa umur Formasi Jatibarang 40 – 32 Ma

atau Eosen Akhir hingga Oligosen Awal. Kehadiran Formasi Jatibarang di Cekungan

Jawa Barat utara merupakan suatu pertanda bahwa cekungan berada dekat dengan pusat

vulkanisma, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa pada saat Formasi Jatibarang

diendapkan, posisi cekungan berada pada jalur gunung api (intra arc basin).

(c) Kelompok Cibulakan Bawah

Kelompok Cibulakan Bawah terdiri dari dua formasi, yaitu Formasi Talang Akar dan

Formasi Baturaja. Secara keseluruhan, Kelompok Cibulakan Bawah diendapkan secara

tidak selaras di atas Formasi Jatibarang, dan di atas Kelompok Cibulakan Bawah

diendapkan secara selaras Formasi Cibulakan Atas.

(c.1) Formasi Talang Akar

Formasi Talang Akar bagian bawah terdiri dari batupasir berbutir kasar

dan sedang, batulempung, paleosol, dan tuff jatuhan. Batuan ini diendapkan

secara tidak selaras di atas Formasi Jatibarang, menandai sistem half graben yang

aktif. Adanya alga lakustrin mengindikasikan lingkungan pengendapan daerah

kontinental. Berdasarkan studi nannofosil yang dilakukan pada Formasi Talang

Akar bagian bawah, diketahui umurnya adalah Oligosen Awal.

Page 6: Geologi Regional Cekungan Jawa Barat

9

Formasi Talang Akar bagian atas terdiri dari batupasir, batulempung,

batubara, tuff dan batugamping. Interval bagian atas unit stratigrafi ini bersifat

lebih ke arah laut dan mengandung lebih banyak fauna laut dibanding interval di

bagian bawah, sehingga studi biostratigrafi dilakukan pada interval bagian atas,

dimana hasil studi biostratigrafi menunjukkan umur Oligosen Awal bagian bawah.

Interval bagian bawah mengindikasikan lingkungan paralik dengan hadirnya

lapisan batubara dan jarangnya fosil laut, sedangkan interval bagian atas

mengindikasikan lingkungan transisi sampai inner neritic dengan hadirnya batuan

karbonat, foram besar dan fauna laut lainnya.

Kehadiran Formasi Talang Akar pada Cekungan Jawa Barat utara

mengindikasikan fase syn-rift pada siklus transgresi. Dapat diinterpretasikan, pada

fase pengendapan Formasi Talang Akar, cekungan sudah mulai jauh dari sumber

vulkanisma.

(c.2) Formasi Baturaja

Litologi Formasi Baturaja didominasi oleh batugamping. Selain itu,

batulempung glaukonitik, napal dan dolomit juga ditemukan di bagian bawah.

Kehadiran foraminifera besar seperti Spiroclycpeus sp. dan batugamping yang

melimpah mengindikasikan lingkungan pengendapan adalah laut dangkal dengan

kedalaman sekitar 65 m. Berdasarkan studi biostratigrafi, umur Formasi Baturaja

adalah Miosen Awal. Kehadiran Formasi Baturaja ini manandakan kondisi

cekungan yang relatif stabil.

Page 7: Geologi Regional Cekungan Jawa Barat

10

(d) Formasi Cibulakan Atas

Formasi Cibulakan Atas terdiri dari lapisan batupasir yang tebal yang diselingi oleh

batulempung dan batugamping. Adanya penaikan secara tiba-tiba kuantitas sedimen

klastik setelah pengendapan interval batugamping Formasi Baturaja, diperkirakan akibat

terjadinya pengangkatan dan erosi yang kuat di daerah asal sedimen yang bersamaan

dengan penurunan secara perlahan daerah pengendapan akibat ketidakstabilan tektonik.

Formasi Cibulakan Atas dibagi menjadi tiga anggota yaitu Anggota Massive, Anggota

Main dan Anggota Pre-Parigi.

Ponto dkk. (1987) menginterpretasikan dua sistem pengendapan utama yang

mengontrol sedimentasi di Formasi Cibulakan Atas , yaitu sistem pengendapan delta dan

laut dangkal. Formasi Cibulakan Atas secara selaras diendapkan di atas Formasi Baturaja,

dan di atas Formasi Cibulakan Atas diendapkan secara selaras pula Formasi Parigi.

Berdasarkan studi paleontologi, Formasi Cibulakan Atas berumur Miosen Awal hingga

Miosen Tengah.

(e) Formasi Parigi

Litologi Formasi Parigi didominasi oleh batugamping dengan sisipan dolomit,

batugamping pasiran, dan batulempung gampingan. Formasi Parigi diendapkan di

lingkungan laut dangkal (inner-middle neritic). Berdasarkan studi foraminifera

planktonik, umur Formasi Parigi Miosen Akhir. Di atas Formasi Parigi diendapkan secara

selaras Formasi Cisubuh. Kehadiran batugamping Formasi Parigi ini menunjukkan

kondisi cekungan pada saat itu (Miosen Akhir) relatif stabil. Orientasi cekungan berarah

barat-timur sehingga akan diperoleh penipisan Formasi Parigi ke arah selatan yaitu zona

bogor.

(f) Formasi Cisubuh

Litologi Formasi Cisubuh terdiri dari batulempung dengan kekerasan yang buruk dan

kadang-kadang disisipi oleh batupasir dan batugamping. Fauna laut banyak dijumpai di

bagian bawah Formasi Cisubuh dan semakin berkurang ke bagian atas. Hal ini

menunjukkan bahwa Formasi Cisubuh bagian bawah diendapkan pada lingkungan inner-

Page 8: Geologi Regional Cekungan Jawa Barat

11

neritic dan bergradasi ke atas menjadi litoral-paralik. Di atas Formasi Cisubuh secara

tidak selaras diendapkan endapan Kuater. Berdasarkan studi foraminifera planktonik dan

foraminifera bentonik kecil, Formasi Cisubuh berumur Miosen Akhir hingga Plio-

Plistosen.

(g) Endapan Kuater

Litologi endapan Kuater terdiri dari kerakal, pasir, dan lempung yang dipisahkan

oleh bidang ketidakselarasan dengan Formasi Cisubuh. Pada tahapan ini, dapat

diinterpretasikan bahwa cekungan mengalami pergeseran ke arah utara.