Gastritis Epid
-
Upload
adhit-fakhri -
Category
Documents
-
view
66 -
download
1
description
Transcript of Gastritis Epid
BAB IGAMBARAN EPIDEMIOLOGI
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pina Pujiyanti tentang tingkat stress dan kebiasaan
pemakaian obat anti inflamasi non steroid (OAINS ) di Puskesmas Tanjung Sari tahun 2005 di
dapatkan 41,25% responden perempuan mengalami stress berat, 44.09 % responden
menyatakan memakai OAINS setiap kali penyakit timbul dan 78,49 % mengkonsumsi OAINS
selama 1-2 kali sehari untuk mengobati penyakitnya. Riwayat obat – obatan terutama
penggunaan obat reumatik atau obat-obatan untuk menghilangkan rasa nyeri, terutama nyeri
sendi juga harus dicurigai sebagai penyebab dari keluhan gastritis yang timbul. Disamping
itu, sering juga akibat penggunaan obat sakit kepala yang rutin bisa membuat masalah
dilambung, obat –obat tersebut dikategorikan ke dalam obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
(Arbie, 2003).
Obat anti inflamasi non steroid merusak mukosa lambung melalui beberapa mekanisme.
Obat – obat ini menghambat siklooksigenase mukosa lambung sebagai pembentuk
prostaglandin dari asam arakidonat yang merupakan salah satu faktor defensif mukosa lambung
yang sangat penting. Selain itu, obat ini juga dapat merusak secara topikal. Kerusakan
topikal ini terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif, sehingga
merusak sel-sel epitel mukosa. (Anjani, 2003).
Di negara barat seperti Amerika Serikat, tercatat kematian yang disebabkan
gastritis mencapai 8 - 10% setiap tahunnya dengan angka perbandingan 150 per 1000
populasi (Hembing, 2007).
Berdasarkan survey yang dilakukan pada masyarakat Jakarta tahun 2007 yang
melibatkan 1.645 responden didapatkan bahwa pasien dengan masalah gastritis ini mencapai
angka 60%. Artinya masalah gastritis memang ada di masyarakat dan tentunya memang harus
menjadi perhatian. (Hamid, 2007)
Berdasarkan data yang di dapat dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2006 penyakit gastritis berada pada urutan ke lima dari sepuluh penyakit terbanyak
dengan jumlah kunjungan pasien yang berobat ke rumah sakit dan puskesmas sebanyak
32,1% (44.971) kunjungan untuk semua umur. (Profil Dinas Kesehatan Provinsi 2007).
Di dinas kesehatan kota Padang tahun 2008 penyakit gastritis berada pada urutan ke 2
dari sepuluh penyakit terbanyak.(Dinas Kesahatan Kota Padang tahun 2008).
Klien dengan gastritis yang menjalani rawat inap di Irna Penyakit Dalam dan
Embun Pagi di RSUP Dr. M. Djamil Padang sebanyak 49% dari 152 orang. (Medical Record,
2008)
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti tanggal 12 November 2009 pada 7
orang klien gastritis di poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang di
dapatkan, dari 5 status klien yang menderita gastritis 3 diantaranya memiliki riwayat
penggunaan obat anti inflamasi non steroid lebih kurang 1 minggu sebelumnya, 1 orang
diantaranya mempunyai riwayat dengan stres sedangkan 1 orang lagi tidak menggunakan obat
anti inflamasi non steroid dan tidak mengalami stres.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. PengertianGastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan
oleh diet yang tidak benar, atau makanan yang berbumbu atau
mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunner and
Suddarth, 2001).
Sedangkan menurut Mansjoer tahun 2001, gastritis akut adalah
lesi mukosa akut berupa erosi atau perdarahan akibat faktorfaktor
agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung.
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung, secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. (Suyono Slamet, 2001).
Gastritis adalah episode berulang nyeri epigastrium, gejala
sementara atau cepat hilang, dapat berhubungan dengan diet,
memiliki respon yang baik dengan antasid atau supresi asam. (Grace,
Pierce A,dkk, 2006).
Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli,
penulis dapat menyimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi yang
terjadi pada mukosa lambung ditandai dengan adanya radang pada
daerah tersebut yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan
yang dapat meningkatkan asam lambung (seperti makanan yang asam
atau pedas) atau bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok dan minum
alkohol.
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu gastritis akut dan gastritis kronik.
Gastritis akutadalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya
dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi
akut dan neutrofil. Sedangkan gastritis kronik merupakan suatu
peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun, yang
disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan Helicobacter pylori.
(Mansjoer, 2001)
B. Etiologi
Menurut Mansjoer, 2001 penyebab gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
a. Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat anti
inflamasi nonsteroid dalam dosis rendah sudah dapat
menyebabkan erosi mukosa lambug.
b. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada
dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih
rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi
normal.
c. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma,
luka bakar
d. Stress
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka
bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis
dan perdarahan pada lambung.
2. Gastritis Kronik
Pada gastritis kronik penyebab tidak jelas, tetapi
berhubungan dengan Helicobacter pylori, apalagi
ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang.
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, 2001 penyebab gastritis
adalah :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut sering disebabkan akibat diet yang tidak
benar. Penyebab lain dari gastritis akut mencakup alcohol,
aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh
ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri
Helicobacter pylori.
C. Patofisiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit
Menurut Priyanto, 2008 proses terjadinya gastritis yaitu
awalanya karena obatobatan, alkohol, empedu atau enzim-
enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung (gastritis
erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan
memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam
jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon
mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi
tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu
gangguangangguan tersebut seringkali menghilang dengan
sendirinya.
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi
meradang dan dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat
seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif dapat
mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding
lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan
perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya
perdarahan dan peritonitis.
2. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada gastritis
adalah :
a. Gastritis akut
1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya
peradangan pada mukosa lambung.
2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu
keluhan yang sering muncul. Hal ini
dikarenakan adanya regenerasi mukosa
lambung sehingga terjadi peningkatan asam
lambung yang mengakibatkan mual hingga
muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna
berupa hematemesis dan melena, kemudian
disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan.
b. Gastritis kronis
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak
mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil
mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan
pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.
3. Komplikasi
Menurut Mansjoer, 2001 komplikasi yang terjadi dari
gastritis adalah :
a. Gastritis Akut
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas yang
berupa hematemesis dan melena. Kadang-
kadang perdarahannya cukup banyak sehingga
dapat menyebabkan syok hemoragik yang bisa
mengakibatkan kematian.
2) Terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat. Ulkus ini
diperlihatkan hamper sama dengan
perdarahan saluran cerna bagian atas. Namun
pada tukak peptic penyebab utamanya adalah
infeksi Helicobacter pylori, sebesar 100% pada
tukak duodenum dan 60-90% pada tukak
lambung. Hal ini dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan endoskopi.
b. Gastritis Kronis
1) Atrofi lambung dapat menyebabkan gangguan
penyerapan terhadap vitamin.
2) Anemia Pernisiosa yang mempunyai antibody
terhadap faktor intrinsic dalam serum atau
cairan gasternya akibat gangguan penyerapan
terhadap vitamin B12.
3) Gangguan penyerapan zat besi.
D. Penatalaksanaan
1. Gastritis Akut
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 penatalaksanaan
medis pada pasien gastritis akut diatasi dengan
menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan
makanan samapi gejala berkurang. Bila pasien mampu makan
melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala
menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila
perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa
dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran
gastrointestinal atas.
Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang
sangat asam, pengobatan terdiri dari pengenceran dan
penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisir asam
digunakan antacid umum. Dan bila korosi luas atau berat
dihindari karena bahaya perforasi.
Sedangkan menurut Sjamsuhidajat, 2004
penatalaksanaannya jika terjadi perdarahan, tindakan
pertama adalah tindakan konservatif berupa pembilasan air
es disertai pemberian antacid dan antagonis reseptor H2.
Pemberian obat yang berlanjut memerlukan tindakan bedah.
2. Gastritis Kronik
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 penatalaksanaan
medis pada pasien gastritis kronik diatasi dengan
memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat,
mengurangi stress dan memuli farmakoterapi. Helicobacter
pylori dapat diatasi dengan antibiotic dan bismuth.
Sedangkan menurut Mansjoer, 2001 penatalaksanaan
yang dilakukan pertama kali adalah jika tidak dapat dilakukan
endoskopi caranya yaitu dengan mengatasi dan menghindari
penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan
pengobatan empiris berupa antacid. Tetapi jika endoskopi
dapat dilakukan berikan terapi eradikasi.
BAB III
JEARING SEBAB AKIBAT
Stres
Alkohol
Anti Inflamasi Nonsteroid
Ekonomi LemahLingkungan
Kumuh
Gaya hidup
Radang lambungDiet yang salah
Salah asupan giziMakanan tidak higine
PENGETAHUAN
KEMISKINAN
GASTRITIS
DAFTAR PUSTAKA
Anjani, Gita. 2003. Tidak Mudah Menyembuhkan Penyakit Maag. Diakses pada
dr.E r i k_ t a p a n @ y a ho o . c o m pada tanggal 25 November 2013
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hamid, Abdulah. 2006. www . g o o g l e . c o m diakses tanggal 25 November 2013
Medical Record RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2009
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius
Pujiyanti, Pina. Hubungan Tingkat Stres Dan Kebiasaan Pemakaian Obat Anti Inflamasi Non
Steroid (OAINS ) Di Puskesmas Tanjung Sari tahun 2005
Suyono, slamet. (2001). Buku ajar penyakit dalam II FKUI. Jakarta : Balai
Pustaka