Gangguan Waham Dan Gangguan Waham Terinduksi
Click here to load reader
description
Transcript of Gangguan Waham Dan Gangguan Waham Terinduksi
Gangguan waham dan gangguan waham terinduksi
a. Gangguan waham
Berdasarkan revisi teks edisi keempat Diagnostic and statistical menaual of mentale
disorder (DSM-IV), diagnosis gangguan waham ditegakkan bila seseorang memperlihatkan
waham yang tidak bizar dengan durasi sekurang-kurangnya 1 bulan dan tidak disebabkan oleh
gangguan psikiatri lain. Definisi istilah waham dan tipe yang relevan dengan gangguan waham
disajikan pada tabel. Tidak bizar berarti bahwa waham harus mengenai situasi yang dapat terjadi
dalam kehidupan nyata, seperti merasa diikuti, terinfeksi, dicintai dari jauh, dan lain-lain; yaitu,
mereka biasanya harus mengalami fenomena tersebut yang meskipun tidak nyata, dapat terjadi.
Kriteria Diagnostik DSM-IV TR Gangguan Waham
A. Waham tidak bizar ( melibatkan situasi yang terjadi dalam kehidupan nyata, seperti
merasa diikuti, diracuni, terinfeksi, dicintai dari jauh, atau dikhianati pasangan atau
kekasih, atau menderita suatu penyakit) sekurang-kurangnya 1 bulan.
B. Criteria A skizofrenia tidak pernah terpenuhi. Catatan : halusinasi taktil dan olfaktori
dapat terjadi pada gangguan waham jika sesuai dengan tema waham.
C. Berbeda dngan dampak waham atau hasil akhirnya, fungsi tidak terganggu secara nyata
dan prilaku tidak secara jelas aneh atau bizar
D. Jika episode mood telah terjadi bersamaan dengan waham, durasi totalnya singkat
dibandingkan durasi periode waham.
E. Gangguan tidak disebabkan efek fisiologi suatu zat secara langsung (cth.,
penyalahgunaan obat, suatu obat) atau kondisi medis umum,
Tetntukan jenis (jenis berikut didasarkan pada tema waham yang menonjol):
Waham erotomia: pada tipe waham ini, orang lain, biasanya dengan status lebih tinggi,
jatuh cinta kepada dirinya .
Waham kebesaran: pada tipe waham ini, terdapat kekuatan, pengetahuan, penghargaan,
identitas yang berlebihan atau hubungan khusus terhadap orang yang terkenal atau dewa
Waham cemburu: pada tipe waham ini, pasangan seksual seseorang dianggap tidak setia.
Waham kejar: pada tipe waham ini, orang (atau seseorang yang dekat) dianggap
diperlakukan dengan kasar.
Waham somatik: pada tipe waham ini, oranf mempunyai beberapa cacat fisik atau kondisi
medis umum.
Waham campuran: pada tipe waham ini cirri khas lebih dari satu tipe diatas tetapi tidak ada
tema yang menonjol
Waham yang tidak ditentukan
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorder. 4 th
ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Association; copyright 2000, dengan izin
Menurut PPDGJ-III, pedoman diagnostik Gangguan waham menetap (F22)
Kelompok ini meliputi serangkaian gangguan dengan waham-waham yang berlangsung
lama, sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang paling mencolok dan tidak
dapat digolongkan sebagai gangguan mental organic, skizofrenik, atau gangguan afektif.
Pentingnya faktor genetic, cirri-ciri keperibadian dan situasi kehidupan dalam bentuk
gangguan kelompok ini tidak pasti dan mungkin bervariasi.
F22.0 Gangguan Waham
Waham-waham merupakan satu-satunya cirri khas klinis atau gejala yang paling
mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai suatu system
waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat khas pribadi
(personal) dan bukan budaya setempat.
Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode defresif yang lengkap/ “full blown”
(F32.-) mungkin terjadi secara intermitten, dengan syarat bahwa waham-waham
tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat gangguan afektif itu.
Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak
Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan bersifat
sementara
Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar pikiran,
penumpukan afek, dsb)
Termasuk : paranoia; psikosis paranoid; keadaan paranoid; parafrenia
Diagnosis banding :
- Gangguan keperibadian paranoid (F60.0)
- Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham (F23.3)
- Skizofrenia paranoid (F20.0)
F22.8 Gangguan Waham menetap lainnya
Kategori sisa untuk gangguan-gangguan waham menetap yang tidak
memenuhi criteria untuk gangguan waham (F22.0)
Gangguan waham yang berlangsung kurang dari 3 bulan lamanya,
tidak memenuhi kriteria skizofrenia, harus dimasukkan dalam kode
F23.- (gangguan psikotik akut dan sementara), walaupun untuk
sementara
b. Gangguan waham terinduksi
Gangguan waham terinduksi (selama bertahun-tahun disebut juga Shared paranoid disorder,
induced psychotic disorder, folie a deux, folie impose, dan double insanity) pertama kali
diuraikan Lasegue dan Falret pada tahun 1877.
Kriteria Diagnostik DSM-IV TR Gangguan Waham Terinduksi.
A. Waham berkembang pada seseorang yang mempunyai hubungan dekat dengan orang
lain, yang sebelumnya telah mempunyai waham.
B. Isi pikiran waham sama seperti orang yang telah mempunyai waham.
C. Gangguan tidak disebabkan oleh gangguan psikotik lain (missal, skizofrenia) atau
gangguan mood dengan gambaran psikotik, dan tidak disebabkan oleh efek fisiologi direk
suatu zat (cth., penyalah gunaan obat, pengobatan) atau kondisi medi umum.
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorder. 4 th
ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Association; copyright 2000, dengan izin
Menurut PPDGJ-III , pedoman diagnostik Gangguan waham induksi (F24)
Diagnosis gangguan waham karena induksi harus dibuat hanya jika :
a. Dua orang atau lebih mengalami waham atau system waham yang sama, dan saling
mendukung dalam keyakinan waham itu;
b. Mereka mempunyai hubungan dekat yang tak lazim dalam bentuk seperti diuraikan
diatas;
c. Ada bukti dalam kaitan waktu dan konteks lainnya bahwa waham tersebut diinduksi
pada anggota yang pasif dari suatu pasangan atau kelompok melalui kontak dengan
angota yang aktif (hanya satu orang anggota aktif yang menderita gangguan psikotik
yang sesungguhnya, waham diinduksi pada anggota pasif, dan biasanya waham
tersebut menghilang bila mereka dipisahkan)
Jika ada alas an untuk percaya bahwa dua orang yang tinggak bersama mempunyai
gangguan psikotik yang terpisah maka tidak satupun diantaranya boleh dimasukkan
dalam kode diagnosis ini, walaupun beberapa diantara wahm-waham itu diyakini
bersama.
Gambaran klinis Skizofrenia
Pembahasan tanda dan gejala klinis skizofrenia mencuatkan tiga isu utama. Pertama,
tidak ada tanda atau gejala yang patognomik untuk skizofrenia; tiap tanda atau gejala yang
tampak pada skizofrenia dapat terjadi pada gangguan psikiatrik dan neurologis lain. Pengamatan
ini bertentangan dengan opini klinis yang sering terdengar bahwa tanda dan gejala tertentu
bersifat diagnostic untuk skizofrenia. Oleh sebab itu, riwayat pasien esensial untuk diagnosis
skizofrenia; klinisi tidak dapat mendiagnosis skizofrenia hanya berdasarkan pemeriksaan status
mental saja, yang hasilnya dapat bervariasi. Kedua, gejala pasien dapat berubah seiring
berjalannya waktu. Sebagai contoh, seorang pasien mungkin mengalami halusinasi intermitten
dan kemampuan yang beragam untuk tampil secara memadai pada situasi social, atau gejala
gangguan mood yang signifikan dapat dating dan pergi selama perjalanan penyakit skizofrenia.
Ketiga, klinisi harus mempertimbangkan tingkat pendidikan pasien, kemampuan intelektual,
serta keanggotaan kultur dan subkultural. Kemampuan yang terganggu untuk memahami konsep
abstrak, contohnya, dapat mencerminkan tingkat pendidikan pasien maupun intelegensinya.
Organisasi religious dan sekte mungkin memiliki adat istiadat yang berdampak aneh bagi orang
luar namun normal bagi mereka yang berada dalam situasi kultur tersebut.
Tanda dan gejala pramorbid
Dalam rumusan teoritis mengenai perjalanan skizofrenia, tanda dan gejala pramorbid
muncul sebelum fase prodromal penyakit. Perbedaannya menyiratkan bahwa tanda dan gejala
pramorbid telah ada sebelum proses penyakit muncul dan bahwa tanda dan gejala prodromal
merupakan bagian gangguan yang sedang berkembang. Pada riwayat pramorbid skizofrenia yang
tipikal namun bukan tanpa pengecualian, pasien telah memiliki keperibadian schizoid atau
skizotipal yang ditandai dengan sifat pendiam, pasif, dan introvert; sebagai anak hanya memiliki
beberapa orang teman. Remaja skizofrenik mungkin tidak memiliki teman dekat dan pacar serta
menghindari olahraga kelompok. Mereka mungkin menikmati menonton film dan televise atau
mendengarkan music hingga menghindari aktivitas social. Sejumlah pasien remaja dapat
menunjukkan awitan akut perilaku obsesif-Kompulsif sebagai gambaran prodromal.
Kesahihan tanda dan gejala prodromal, yang hampir selalu dikenal setelah diagnosis
skizofrenia ditegakkan, bersifat tidak pasif; sekali skizofrenia didiagnosis, kenangan retrospektif
tanda dan gejala yang akan terpengaruh. Meski demikian, walaupun rawat inap yang pertama
sering dianggap menandai mulainya gangguan, tanda dan gejala mungkin telah ada selama
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Tanda itu dapat dimulai dengan keluhan gejala somatic,
seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, kelemahan, dan masalah pencernaan. Diagnosis
awalnya dapat berupa kepura-puraan (malingering) atau gangguan somatisasi. Keluarga dan
teman pada akhirnya dapat menyadari bahwa orang tersebut telah berubah dan tidak lagi
berfungsi baik dalam aktivitas personal, social, dan okupasional. Pada stadium ini, pasien dapat
mulai menumbuhkan minat pad aide abstrak, filosofi, ilmu gaib, atau pertanyaan religious. Tanda
dan gejala prodromal tambahan dapat mencakup perilaku sangat aneh, afek abnormal, cara bicara
tidak biasa, ide biasa, ide bizar, dan pengalaman perceptual yang aneh.
Gejala positif dan negative
Pada tahun 1980, T. J. Crow mengajukan klasifikasi pasien skizofrenia ke dalam tipe I
dan II, berdasarkan ada atau tidaknya gejala positif (atau produktif) dan negative (atau deficit).
Walaupun system ini tidak diterima sebagai bagian klasifikasi DSM-IV-TR, pembedaan klinis
kedua tipe tersebut secara signifikan mempengaruhi penelitian psikiatrik. Gejala positif
mencakup waham dan halusinasi. Gejala negative meliputi afek mendatar atau menumpul,
miskin bicara (alogia) atau isi bicara, bloking, kuranf merawat diri, kurang motivasi, angedonia,
dan penarikan diri secara social. Pasien tipe I cenderung memiliki sebagian besar gejala positif,
struktur otak normal pada CT scan, dan respons alami sebagian besar gejala negative,
abnormalitas structural otak pada CT scan, dan bersepons buruk terhadap terapi. Kategori ketiga,
disorganized, mencakup pembicaraan kacau (gangguan isi pikiran), perilaku kacau, defek
kognitif, dan deficit atensi.
Sadock, Benjamin J. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta :
EGC