Makalh Gangguan Waham Menetap

22
GANGGUAN WAHAM MENETAP DISUSUN OLEH : NOVI RINDI PUJI ASTUTI 060100013 PEMBIMBING : Dr. Hj. ELMEIDA EFFENDY, Sp.KJ DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN

Transcript of Makalh Gangguan Waham Menetap

Page 1: Makalh Gangguan Waham Menetap

GANGGUAN

WAHAM MENETAP

DISUSUN OLEH :

NOVI RINDI PUJI ASTUTI

060100013

PEMBIMBING :

Dr. Hj. ELMEIDA EFFENDY, Sp.KJ

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

Page 2: Makalh Gangguan Waham Menetap

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan

karunia-Nya, penulisan makalah “Gangguan Waham Menetap” ini dapat

diselesaikan. Makalah ini diajukan untuk melengkapi tugas kepanitraan klinik

senior Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FK USU.

Di dalam makalah ini dipaparkan informasi mengenai pengertian gangguan

waham menertap sampai bagaimana menangani seseorang yang menderita

gangguan waham menetap tersebuts ebagai materi khusus di bagian Ilmu

Kesehatan Jiwa FK USU.

Meskipun dalam pembuatan makalah ini banyak mengalami kesulitan,

namun karena adanya petunjuk, maka makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Jajaran dosen staf pengajar FK USU, khususnya Departemen Ilmu

Kesehatan Jiwa yang telah memberikan banyak pengetahuan mengenai

tulisan ini serta memberikan dorongan dan motivasi.

2. Rekan-rekan yang turut memberikan masukan, saran dan bantuan dalam

menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, apabila penulisan makalah ini banyak terdapat kesalahan,

penulis memohon maaf. Untuk itu, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk

menyempurnakan makalah ini.

Medan, November 2010

(Penulis)

Page 3: Makalh Gangguan Waham Menetap

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN........................................................................... 2

2.1 Definisi Gangguan Waham Menetap...................................... 2

2.2 Epidemiologi Gangguan Waham Menetap.............................. 2

2.3 Etiologi Gangguan Waham Menetap...................................... 3

2.4 Gambaran Klinis Gangguan Waham Menetap........................ 3

2.5 Tipe-Tipe Gangguan Waham Menetap ................................. 4

2.6 Diagnosis Gangguan Waham Menetap................................... 7

2.7 Diagnosis Banding Gangguan Waham Menetap ................... 7

2.8 Penatalaksanaan Gangguan Waham Menetap........................ 8

2.9 Prognosis Gangguan Waham Menetap.................................. 9

BAB III. KESIMPULAN .......................................................................... 10

3.1 Kesimpulan ............................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalh Gangguan Waham Menetap

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan waham menetap didefinisikan sebagai suatu gangguan psikiatrik

dimana gejala untama adalah waham. Gangguan waham menetap mungkin timbul

sebagai respon normal terhadap pengalaman abnormal didalam lingkungan atau

sistem saraf pusat.4

Mekanisme pasti dari gangguan waham menetap belum diketahui, namun

ada beberapa teori mengenai hal tersebut, yaitu adanya hubungan dengan faktor

genetik dan biologikal yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan

neurotransmitter diotak. Angka kejadian gangguan waham menetap hanya

berkisar 0,03% dari seluruh gangguan psikiatrik lainnya. Dimana gangguan ini

lebih sering mengenai perempuan daripada laki-laki, dengan ratio perbandingan

3:1.4 Selain faktor usia dan jenis kelamin, faktor budaya disangkakan

berhubungan dengan terjadinya gangguan ini. Dimana beberapa kebudayaan

beranggapan bahwa adanya waham merupakan bagian dari adat istiadat dan

budaya di suatu daerah. Angka kematian pada penyakit ini adalah sekitar 0,05%

sampai 0,1%.2

Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya memiliki fungsi yang

baik didalam keluarganya dan pekerjaannya. Dimana gangguan ini berbeda

dengan skizofrenia yang mungkin memiliki ketidakmampuan dalam menjalankan

fungsinya. Waham yang dimiliki pun berbeda, dimana pada pasien gangguan

waham menetap, wahamnya mungkin tidak dapat dipercaya, namun dapat terjadi

dikehidupan ini.5

1.2 Tujuan Pembuatan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kepanitraan di

Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa dan agar mahasiswa lebih memahami

mengenai gangguan waham menetap.

Page 5: Makalh Gangguan Waham Menetap

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Gangguan waham menetap adalah suatu gangguan psikiatrik dimana gejala yang

utama adalah waham.4

2.2 Epidemiologi

Pemeriksaan akurat tentang epidemiologi gangguan waham menetap dihalangi

oleh relatif jarangnya gangguan ini. Selain itu juga karena pasien dengan

gangguan waham menetap jarang mencari gangguan psikiater kecuali bila dipaksa

oleh keluarganya. Walaupun adanya keterbatasan tersebut, literatur mendukung

pendapat bahwa gangguan waham menetap, walaupun merupakan suatu gangguan

yang jarangm namun memang ada dalam populasi dengan angka yang tidak tetap.4

Prevalensi terjadinya gangguan waham menetap di Amerika Serikat

berdasarkan DSM-IV-TR adalah sekitar 0,03%, dimana angka ini jauh dibawah

angka kejadian skizofrenia (1%) dan gangguan mood (5%).1,4 Insidensi tahunan

gangguan waham menetap adalah 1 sampai 3 kasus baru per 100.000 populasi,

yaitu kira-kira 4% dari semua perawatan pertama pasien psikiatrik. Usia rata-rata

adalah kira-kira 40 tahun, tetapi rentang usia untuk onsetnya adalah berkisar

antara 18 tahun sampai 90 tahun.4 Namun, studi lain yang dilakukan di Spanyol

pada tahun 2008 berdasarkan rekam medis di suatu rumah sakit, mendapati 370

pasien yang dirawat, didiagnosa dengan gangguan waham menetap, dimana

ditemukan rata-rata usia pesien-pasien adalah 55 tahun. Wanita lebih sering

menderita gangguan waham menetap dengan rasio 3:1.1

2.3 Etiologi

Page 6: Makalh Gangguan Waham Menetap

Etiologi dari gangguan waham menetap masih belum dikathui secara pasti.4

Terdapat beberapa sangkaan mengenai terjadinya gangguan waham menetap. Data

yang paling mendukung berasal dari keluarga yang melaporkan suatu peningkatan

prevalensi terjadinya gangguan waham menetap (4,8%), dimana gangguan waham

menetap lebih sering terjadi pada seseorang dengan riwayat keluarga menderita

penyakit yang sama atau menderita skizofrenia. Selain itu juga terdapat teori

biologikal yang menghubungkan kejadian gangguan wahan menetap akibat

adanya ketidakseimbangan neurotransmitter di otak.7,2

2.4 Gambaran Klinis

1. Status Mental

a. Deskripsi Umum

Pasien biasanya berdandan dengan baik dan berpakian baik, tanpa bukti adanya

disintegritas nyata pada kepribadian atau aktifitas harian. Tetapi pasien

mungkin terlihat aneh, pencuriga atau bermusuhan.4

b. Mood, Perasaan dan Afek

Mood pasien biasanya konsisten atau sejalan dengan isi waham. Misalnya

pasien dengan waham kejar akan curiga.4

c. Gangguan Persepsi

Menurut DSM-IV-TR, waham raba atau cium mungkin ditemukan jika hal

tersebut konsisten dengan waham.4

d. Pikiran

Gangguan isi pikiran berupa waham merupakan gejala utama dari gangguan

ini. Waham biasanya bersifat sistematis dan karakteristiknya adalah

dimungkinkan.4

2. Sensorium dan Kognisi

a. Orientasi dan Daya Ingat

Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya tidak memiliki kelainan

dalam orientasi, serta daya ingat dan proses kognitif lainnya tidak terganggu.4

b. Pengendalian Impuls

Page 7: Makalh Gangguan Waham Menetap

Klinis harus memeriksa pasien dengan gangguan waham menetap untuk

menentukan ada atau tidak gagasan atau rencana melakukan material

wahamnya dengan bunuh diri, membunuh atau melakukan tindakan kekerasan.

Insidensinya tidak diketahui pada penyakit ini.4

c. Pertimbangan dan Tilikan

Pasien dengan gangguan waham menetap hampir seluruhnya tudak memiliki

tilikan terhadap konsisi mereka dan hampir seluruhnya dibawa ke rumah sakit

oleh keluarga, perusahaan atau polisi.4

d. Kejujuran

Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya dapat dipercaya dalam

informasinya.4

2.5 Tipe-Tipe

Terdapat beberapa tipe pada gangguan waham menetap, yaitu :

a. Tipe Kejar (Persecutory Type)

Tipe ini adalah tipe gangguan waham menetap yang paling sering dijumpai.1

Waham kejar mungkin sederhana atau terperinci dan biasanya berupa tema

tunggal atau sejumlah tema yang berhubungan, seperti disekongkoli, dicurangi,

dimata-matai, diikuti, diracuni, difitnah secara kejam, diusik atau dihalang-halangi

dalam menggapai tujuan jangka panjang. Hinaan kecil dapat menjadi besar dan

menjadi pusat sistem waham. Orang dengan waham kejar seringkali membenci,

marah, dan mungkin mereka melakukan kekerasan terhadap orang ain yang

diyakininya akan menyerang dirinya. Yang membedakannya dengan tipe kejar

pada skizofrenia adalah waham pada gangguan waham menetap umumnya

tersistematisasi, koheren dan dapat dibenarkan secara logika. Seringkali orang

dengan waham kejar menolak untuk mencari bantuan.4 Seseorang dengan

gangguan waham tipe ini akan mudah marah, mudah tersinggung dan terkadang

dapat bersikap agresif bahkan sampai melakukan tindakan pembunuhan.8

b. Tipe Erotomania (Erotomanic Type)

Gangguan waham menetap tipe ini memiliki beberapa nama lain seperti sindroma

De Cleambault atau psychose passionelle.8 Pada tipe erotomanik, waham inti

Page 8: Makalh Gangguan Waham Menetap

adalah bahwa pasien dicintai mati-matian oleh seseorang, dimana orang yang

dibanyangkannya biasanya berasal dari strata status yang lebih tinggi darinya,

seperti bintang film atau atasan kerja, atau dapat pula seseorang yang sudah

menikah atau seseorang yang tidak mungkin digapai.1 Pasien dengan waham

erotomanik adalah sumber gangguan bermakna terhadap masyarakat.4

Onset gejala dapat mendadak dan kemudian menjadi kronis sehingga

seringkali menjadi pusat perhatian utama pada kehidupan seseorang yang terkena.

Usaha untuk berhubungan dengan objek waham, baik melalui telepon, surat,

hadiah, kunujngan bahkan mengawasi sampai mengikuti adalah sering. Pasien

yang terkena biasanya adalah wanita, meskipun didalam sampel forensik sebagian

besar adalah laki-laki. Orang yang terkena seringkali ditemukan hidup

menyendiri, menarik diri dari masyarakat, memiliki kontak seksual terbatas dan

memiliki level sosial rendah atau pekerjaan yang sederhana. Angka kejadian

gangguan waham tipe ini adalah 1-2%.3

c. Tipe Kebesaran (Grandiose Type)

Gangguan waham menetap tipe ini juga disebut megalomania. Bentuk paling

umum dari waham kebesaran adalah keyakinan bahwa dirinya memiliki wawasan

atau bakat yang luar biasa tetapi tidak diketahui, atau membuat penemuan penting,

dimana pasien telah dibawa ke berbagai badan pemerintahan seperti FBI. Waham

yang lebih jarang adalah bahwa penderita memiliki hubungan khusus dengan

seseorang yang terkemuka atau isi waham religius, dimana penderita menjadi

pemimpin sekte religius.4

d. Tipe Cemburu (Jealous Type)

Gangguan waham menetap tipe ini juga dikenal dengan conjugal paranoia dan

sindroma Othello. Waham tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada

wanita. Waham ini jarang dijumpai, hanya sekitar kurang dari 0,2% dari semua

pasien psikiatrik. Onsetnya seringkali mendadak dan gejalanya akan menghilang

hanya setelah perpisahan atau kematian pasangannya.4 Waham cemburu dapat

menyebabkan penyiksaan verbal dan fisik yang bermakna terhadap pasangannya

dan bahkan dapat menyebabkan pembunuhan.8

Page 9: Makalh Gangguan Waham Menetap

e. Tipe Somatik (Somatic Type)

Waham tipe ini juga dikenal sebagai psikosis hipokondriakal monosimptomatik.

Perbedaan antara hipokondriasis dengan gangguan waham menetap tipe somatik

terletak pada derajat keyakinan yang dimiliki pasien tentang anggapan adanya

penyakit dalam dirinya.4 Kesadaran pasien biasanya baik dan gejala yang

ditimbulkannya tidak berhubungan dengan penyakit umum yang mendasarinya

atau penyakit psikiatri lainnya. Waham tipe ini dapat terjadi secara perlahan-lahan

atau tiba-tiba. Pada sebagian pasien, penyakitnya tidak berulang meskipun derajat

keparahan waham ini berfluktuasi. Kecemasan dan kewaspadaan yang berlebihan

adalah karakteristik dari waham ini.8 Waham yang paling sering diderita adalah

infeksi (misalnya bakteri, virus, parasit), dismorfofobia (misalnya bentuk yang

tidak sesuai pada hidung, payudara), waham tentang bau badan yang berasal dari

kulit, mulut atau vagina, atau waham bahwa bagian tubuh tertentu seperti usus

besar, tidak berfungsi. Dapat terjadi halusinasi taktil yang behubungan dengan

tema waham, misalnya pasien merasa ada merayap dibawah kulitnya.4

f. Tipe Campuran (Mixed Type)

Pasien menunjukkan lebih dari satu tipe waham diatas dan tidak ada satu tema

waham yang menonjol.1

g. Unspecified Type)

Pasien menunjukkan tema waham yang tidak memenuhi salah satu waham diatas.

Sebagai contoh misidentifikasi sindroma, seperti sindroma Capgras, yaitu keadaan

yang dikarakteristikan dimana pasien percaya bahwa anggota keluarganya telah di

gantikan dengan seorang penipu ulung.1,8

2.6 Diagnosis

Untuk mendiagnosa suatu gangguan waham menetap, dapat digunakan kriteria

berdasarkan DSM-IV-TR, yaitu4 :

A : Waham yang tidak aneh (yaitu melibatkan situasi yang terjadi didalam

kehidupan nyata, seperti sedang diikuti, diracuni, ditulari virus, dicintai dari jarak

jauh atau dikhianati oleh pasangan atau kekasih atau menderita suatu penyakit)

selama sekurangnya 1 bulan.

Page 10: Makalh Gangguan Waham Menetap

B : Kriteria A untuk skizofrenia tidak terpenuhi (pasein tidak menunjukkan gejala

halusinasi yang dominan, bicara terdisorganisasi, gejala negatif seperti afek datar).

Catatan : halusinasi taktil dan cium mungkin ditemukan pada gangguan delusional

jika berhubungan dengan waham.

C : Terleps dari gangguan waham (-waham) atau percabangannya, fungsi adalah

tidak terganggu dengan jelas dan perilaku tidak jelas aneh atau kacau.

D : Jika episode mood telah terjadi secara bersama-sama dengan waham, lama

totalnya adalah relatif singkat dibandingkan lama periode waham.

E : Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat

(misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis

umum.

From American Psychiatric Association : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disodred, 4th Ed. Washington, DC :

American Psychiatric Association; 1994, with permission.

2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding yang paling mendekati gangguan waham menetap adalah

skizofrenia tipe paranoid.4 Dimana yang memebedakannya dengan gangguan

waham menetap adalah kualitas waham. Skizofrenia tipe paranoid memiliki

pedoman diagnostik sebagai berikut6 :

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

2. Sebagai tambahan :

a. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol :

Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit

(whistling), mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing).

Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau

lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada, tetapi jarang

menonjol.

Waham dapat berupa hampir semua jenis, tetapi waham dikendalikan

(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau “passivity”

Page 11: Makalh Gangguan Waham Menetap

(delusion of passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam

adalah yang paling khas.

b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

2.8 Penatalaksanaan

Terdapat beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita

gangguan waham menetap, yaitu :

a. Perawatan di Rumah Sakit

Pada umumnya pasien dengan gangguan waham menetap dapat diobati atas

dasar rawat jalan. Tetapi klinis harus mempertimbangkan beberapa hal.

Pertama, diperlukan pemeriksaan medis dan neurologis pada diri pasien untuk

menentukan apakah terdapat kondisi medis nonpsikiatrik yang menyebabkan

penyakit ini. Kedua, pasien perlu diperiksa tentang kemampuannya

mengendalikan impuls kekerasan yang mungkin berhubungan dengan

waham. Ketiga, perilaku tentang waham mungkin secara bermakna telah

memperngaruhi kemampuannya untuk berfungsi didalam keluarga atau

pekerjaannya.4

b. Farmakoterapi

Antipsikotik telah digunakan sejak tahun 1970 sebagai pengobatan gangguan

waham menetap. Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa Pimozide(Orap)

mungkin efektif pada gangguan waham menetap tipe somatik.4 Terapi

kombinasi sering dilakukan, termasuk mengkombinasi obat antipsikotik

dengan antidepresan. Secara keseluruhan, penderita gangguan waham

menetap sangat berespon terhadap pengobatan (antipsikosit) yang diberikan,

Page 12: Makalh Gangguan Waham Menetap

dimana 50% dilaporkan sembuh dari gejalanya, 90% menunjukkan adanya

perubahan dari klinisnya.1

c. Psikoterapi

Memberikan informasi dan edukasi yang benar mengenai penyakit pasien,

sehingga diharapkan keluarga dapat menerima pasien dan mendukungnya ke

arah penyembuhan. Memberitahukan kepada keluarga untuk tidak

memberikan tekanan emosional kepada pasien, Keluarga juga diharapkan

mampu mengawasi kepatuhan pasien untuk kontrol minum obat, dan

meminta keluarga untuk lebih mendengarkan dan berkomunikasi dengan

pasien.1 Tanda terapi yang berhasil mungkin adalah suatu kepuasan

penyesuaian sosial.4

2.9 Prognosis

Gangguan waham menetap diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup stabil.

Kurang dari 25% dari semua pasien gangguan waham menetap menjadi

skizofrenia. Kira-kira 50% psien pulih pada follow up jangka panjang, 20%

lainnya mengalami penurunan gejalanya dan 30% lainnya tidak mengalami

perubahan pada gejalanya.4

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Gangguan waham menetap adalah suatu gangguan psikiatrik dimana gejala yang

utama adalah waham. Prevalensi terjadinya gangguan waham menetap dianggap

sama dengan prevalensi di Amerika Serikat, yaitu 0,03%, dimana angka ini jauh

berbeda dengan prevalensi terjadinya skizofrenia dan gangguan mood. Angka

munculnya kasus baru adalah 1 sampai 3 kasus baru per 100.000 per tahunnya.

Page 13: Makalh Gangguan Waham Menetap

Gangguan waham menetap ini terjadi lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki

dengan ratio perbandingannya adalah 3:1.

Penyebab terjadinya gangguan waham menetap masih belum diketahui.

Namun, terdapat beberapa pendapat, yaitu faktor genetik dan faktor biologi.

Penderita gangguan waham menetap umumnya memiliki status mental, sensorium

dan kognisi yang baik.

Terdapat tujuh tipe gangguan waham menetap, diantaranya adalah tipe

kejar, tipe erotomanik, tipe kebesaran, tipe cemburu, tipe somatik, tipe campuran

dan tipe tidak tidak ditentukan. Tipe kejar dan tipe cemburu merupakan tipe

gangguan waham menetap yang paling sering dijumpai, tipe kebesaran tidak

begitu sering, tipe erotomanik dan tipe somatik merupakan tipe yang paling jarang

terjadi.

Untuk menentukan diagnosa gangguan waham menetap, dapat dipakai

kriteria yang diadaptasi dari DSM-IV-TR. Diagnosa banding yang paling

mendekati gangguan waham menetap adalah skizofrenia tipe paranoid, dimana

yang membedakannya adalah kualitas dari wahamnya.

Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada panderita gangguan waham

menetap adalah perawatan rumah sakit, farmakoterapi, psikoterapi, faktor

psikodinamik dan terapi keluarga. Gangguan waham menetap memiliki prognosa

yang bisa dikatakan baik, karena jurang dari 50% penderitanya dapat sembuh

dengan follow up jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Chopra, Shivani dan Raheel A. Khan. 2009. Delusional Disorder. Diunduh

dari : www.emedicine.com. Dibuka pada tanggal 12 November 2010.

2. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition Text

Revision. 2009. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins.

Page 14: Makalh Gangguan Waham Menetap

3. Grover, Sandeep, Nitin Gupta dan Suhendra Kumar Matto. 2005. Delusional

Disorder : An Overview. Diunduh dari : www.gjpsy.uni-goettingen.de.

Dibuka pada tanggal 12 November 2010.

4. Kaplan, Harorld I, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Grebb. 1997. Gangguan

Delusional. Jakarta : Binapura Aksara.

5. Kesley, Jeffrey E, D Jeffrey Newport dan Charles B. Nemeroff. 2006.

Prinsiples of Psychopharmacology for Mental Health Professionals. Canada :

Wiley-Liss Inc.

6. Maslim, Rusli. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas

dari PPDGJ III. Jakarta : PT.Nuh Raya

7. Lowenstein ,Daniel H dan Brian K. Alldredge . 2005. Mental Health and

Delusional Disorder. Diunduh dari :

www.webmed.com/schizophrenia/delusional-disorder. Dibuka pada tanggal

12 November 2010.

8. Sadock, Benjamin J, Virginia A. Sadock dan Pedro Ruiz. 2009. Kaplan &

Sadock’s : Comprehensive Textbook of Psychiatry Volume 1 Ninth Edition.

Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins