Gangguan Somatoform Pada Anak Dan Remaja PRINT

19
Tinjauan Pustaka GANGGUAN SOMATOFORM PADA ANAK-ANAK DAN REMAJA Satyakam Mohapatra, Sardar J.K. Deo, Ashirbad Sataphaty, dan Neelmadhav Rath Institut Kesehatan Mental, Fakultas Kedokteran SCB, Cuttack, Odisha, India Penulis: Satyakam Mohapatra, Residen Senior, Institut Kesehatan Mental, Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran SCB, Cuttack, Odisha, India, 753007 ABSTRAK Gangguan somatoform tetap menjadi area yang paling diabaikan dalam psikiatri anak dan remaja. Gangguan somatoform pada anak dan remaja menyebabkan penurunan dalam fungsi pendidikan dan fungsi sosial dan menyebabkan tekanan psikososial yang besar. Pasien dengan gangguan ini biasanya mendatangi layanan kesehatan umum daripada layanan kesehatan mental. Rujukan awal ke seorang profesional dalam bidang kesehatan mental diperlukan untuk menghindari penyelidikan yang tidak perlu dan keterlambatan diagnosa gangguan somatoform pada anak-anak (German J Psychiatry 2014; 17 (1): 19-24). Kata kunci: somatoform, gangguan, anak-anak, remaja Diterima: 7.10.2013 Versi yang Telah Direvisi: 21.2.2014 Diterbitkan: 29.4.2014 PENDAHULUAN Gangguan somatoform tetap menjadi satu dari area yang paling diabaikan dalam psikiatri anak-anak dan remaja. Gejala-gejala fisik atau keluhan sakit dengan penyebab yang tidak diketahui cukup umum terjadi pada anak-anak dan remaja (Kelly et al., 1

description

Gangguan Somatoform

Transcript of Gangguan Somatoform Pada Anak Dan Remaja PRINT

Page 1: Gangguan Somatoform Pada Anak Dan Remaja PRINT

Tinjauan Pustaka

GANGGUAN SOMATOFORM PADA ANAK-ANAK DAN REMAJA

Satyakam Mohapatra, Sardar J.K. Deo, Ashirbad Sataphaty, dan Neelmadhav Rath

Institut Kesehatan Mental, Fakultas Kedokteran SCB, Cuttack, Odisha, India

Penulis: Satyakam Mohapatra, Residen Senior, Institut Kesehatan Mental, Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran SCB, Cuttack, Odisha, India, 753007

ABSTRAK

Gangguan somatoform tetap menjadi area yang paling diabaikan dalam psikiatri anak dan remaja. Gangguan somatoform pada anak dan remaja menyebabkan penurunan dalam fungsi pendidikan dan fungsi sosial dan menyebabkan tekanan psikososial yang besar. Pasien dengan gangguan ini biasanya mendatangi layanan kesehatan umum daripada layanan kesehatan mental. Rujukan awal ke seorang profesional dalam bidang kesehatan mental diperlukan untuk menghindari penyelidikan yang tidak perlu dan keterlambatan diagnosa gangguan somatoform pada anak-anak (German J Psychiatry 2014; 17 (1): 19-24).

Kata kunci: somatoform, gangguan, anak-anak, remaja

Diterima: 7.10.2013

Versi yang Telah Direvisi: 21.2.2014

Diterbitkan: 29.4.2014

PENDAHULUAN

Gangguan somatoform tetap menjadi satu dari area yang paling diabaikan dalam psikiatri anak-anak dan remaja. Gejala-gejala fisik atau keluhan sakit dengan penyebab yang tidak diketahui cukup umum terjadi pada anak-anak dan remaja (Kelly et al., 2010). Gejala-gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan secara medis pada anak-anak dan remaja ini terjadi sebanyak 50% dari kunjungan rawat jalan medis yang baru. Anak-anak dan remaja kesulitan mengungkapkan apa yang mereka rasakan dengan kata-kata. Karena hal ini, tekanan psikososial dapat dilihat sebagai gejala-gejala fisik (somatis). 2%-10% anak-anak dalam populasi masyarakat umum mengeluh rasa sakit (contohnya: sakit perut, nyeri sendi dan sakit kepala) yang tidak dapat dijelaskan secara medis, tapi keluhan-keluhan ini biasanya bersifat sementara dan tidak mempengaruhi fungsi anak secara keseluruhan (Garralda, 2010). Gangguan somatoform tersebut mewakili suatu akhir yang parah dari gejala-gejala fisik (somatis) yang berkelanjutan.

1

Page 2: Gangguan Somatoform Pada Anak Dan Remaja PRINT

Gangguan somatoform ditandai dengan beberapa gejala-gejala fisik (gastrointestinal, nyeri, seksual, pseudo neurologis) serta gejala-gejala fisik berulang yang tidak dapat dijelaskan secara medis atau sebagai efek dari suatu zat (Garralda, 1992). Gejala-gejala tersebut bukannya tidak sengaja dibuat atau pura-pura dan gejala-gejala tersebut dipercaya berhubungan dengan faktor-faktor psikologis. Penurunan fungsi dapat terjadi pada anak-anak dengan gejala gejala somatis yang tidak dapat dijelaskan secara medis pada semua umur dan pada semua tingkat keparahan, dan gejala-gejalanya, khususnya ketika gejalanya lebih dari satu, cenderung berhubungan dengan masalah-masalah psikologis. Terdapat bukti bahwa bahkan pada anak-anak dengan usia yang sangat muda (usia sekolah), anak-anak yang sering menunjukkan gejala-gejala somatis secara signifikan lebih mungkin memiliki masalah perilaku dan masalah emosi daripada anak-anak tanpa gejala somatis (Domenech et al., 2004). Anak-anak ini juga mungkin mengalami risiko yang meningkat untuk mengalami gejala fisik yang lebih lanjut dan kesulitan-kesulitan psikologis di masa anak-anak atau remaja. Pasien dengan gejala-gejala tersebut dapat memberikan beban yang signifikan dalam sistem penyediaan layanan kesehatan, dengan pemanfaatan berlebih dari sumber daya manusia melalui perawatan berulang, konsultasi dari spesialis yang berbeda, dan pemeriksaan dan penatalaksanaan yang tidak efektif (Sumathipala et al., 2008).

KLASIFIKASI

Kriteria diagnostik untuk gangguan somatoform dulunya dibuat untuk orang dewasa dan diaplikasikan ke anak-anak karena kurangnya penelitian yang berbasis child-specific dan sistem alternatif yang sesuai dengan tahapan perkembangan. Bentuk-bentuk berbeda dari gangguan somatoform yang ditemukan selama perjalanan masa kanak-kanak dan remaja tidaklah sama dan pola klinis dari presentasi pada masa remaja memiliki kemiripan yang lebih besar dengan gangguan pada masa dewasa dibandingkan dengan kasus pada masa awal kanak-kanak. ICD-10 (Organisasi Kesehatan Dunia, 1992) membagi gangguan-gangguan ini menjadi gangguan somatisasi, gangguan somatoform tak terinci, gangguan hipokondrik, disfungsi otonomik somatoform, gangguan nyeri somatoform menetap, dan gangguan gangguan somatoform lainnya. Gangguan-gangguan lain yang juga memiliki gejala somatisasi sebagai fitur kunci seperti gangguan disosiatif (gangguan konversi dalam DSM-IV-TR) dan neurasthenia (sindrom kelelahan kronis) dikategorikan secara terpisah pada ICD-10. Dari semua gangguan somatoform ini, yang paling sering terlihat pada masa anak-anak dan remaja adalah gangguan nyeri somatoform menetap. Baru-baru ini, pada DSM-5 (Asosiasi Psikiater Amerika, 2013) gangguan-gangguan somatoform sekarang ini disebut sebagai ‘gejala somatik dan gangguan-gangguan terkait’. Diagnosa-diagnosa gangguan somatisasi, hipokondriasis, gangguan nyeri dan gangguan somatoform tak terinci dihapus pada DSM-5. Pada DSM-5, orang-orang dengan nyeri kronis dapat didiagnosa dengan gangguan gejala somatik dengan predominan nyeri; atau faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis lain. Gangguan somatisasi dan gangguan somatoform tak terinci dikombinasikan menjadi gangguan gejala somatik, sebuah diagnosa yang tidak lagi memerlukan gejala somatik dalam jumlah tertentu.

2

Page 3: Gangguan Somatoform Pada Anak Dan Remaja PRINT

EPIDEMIOLOGI

Sedikit diketahui tentang angka kejadian atau prevalensi yang pasti dari gangguan somatoform pada anak-anak dan remaja. Bagaimanapun, epidemiologi dari keluhan somatik secara umum, faktor-faktor psikosomatis dan gejala-gejala yang tidak dapat dijelaskan secara medis didokumentasikan dengan lebih baik. Dalam sebuah studi pada rawat jalan psikiatri anak (Lieb et al., 2000), tingkat keluhan somatik berkisar dari 1.3 sampai 5%. Dalam studi populasi umum, keluhan somatik ditemukan pada 11% anak perempuan dan 4% anak laki-laki (Fritz et al., 1997).

Kebanyakan gangguan nyeri dan gangguan tak terinci berawal pada masa anak-anak atau masa remaja awal. Gejala-gejala pada perut meningkat frekuensinya dari usia 3 sampai 9 tahun dan kemudian terus meningkat sampai remaja. Sakit kepala kurang sering terjadi pada anak-anak pra sekolah daripada anak-anak yang lebih tua atau remaja (Lieb et al, 2000). Pada perempuan, gangguan nyeri terjadi pada onset 11-19 tahun, sedangkan pada laki-laki terjadi pada onset dibawah 13 tahun. Prevalensi dari gejala-gejala yang terkait dengan somatisasi pada populasi anak sangat tinggi: nyeri perut berulang terjadi sebanyak 5% dari kunjungan pada spesialis anak, dan sakit kepala telah dilaporkan mempengaruhi 20% hingga 55% dari anak-anak secara keseluruhan, dengan 10% anak remaja melaporkan sakit kepala, nyeri dada, mual dan kelelahan berulang.

Gejala-gejala somatik dan gangguan somatoform secara umum lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki dengan rasio 5:1 (Aro, 1987). Studi pada anak-anak pra pubertas melaporkan rasio yang setara antara laki-laki dan perempuan; pada anak-anak pasca pubertas, insiden pada perempuan meningkat. Pada sebagian besar studi, perempuan melaporkan gejala-gejala mengalami peningkatan selama masa remaja, sementara pada laki-laki gejala-gejala mengalami penurunan selama masa ini. Dengan demikian, seiring dengan meningkatnya usia, terlihat bahwa laki-laki melaporkan gejala-gejala somatik yang lebih sedikit (Kin & Coles, 1992). Kira-kira, faktor-faktor budaya dalam sosialisasi dari gender yang berbeda juga relevan. Dalam beberapa, tapi tidak dalam semua studi, onset dari perkembangan pubertas dan menarke berhubungan dengan meningkatnya gejala-gejala yang dilaporkan pada perempuan.

Gangguan somatoform dipercaya lebih sering terjadi pada populasi yang kurang modern dan kurang berpendidikan dan grup SES yang lebih rendah (Haughland et al., 2001; Alfven, 1993).

GEJALA KLINIS

Gangguan nyeri somatoform menetap merupakan tipe yang paling umum diantara semua varian gangguan somatoform pada anak anak dan remaja. Gejala-gejala somatik yang paling umum terjadi adalah nyeri perut berulang, nyeri muskuloskeletal dan sakit kepala, tetapi beberapa gejala dapat muncul secara bersamaan.

3

Page 4: Gangguan Somatoform Pada Anak Dan Remaja PRINT

GANGGUAN SOMATISASI

Kriteria untuk gangguan somatisasi dirancang untuk orang dewasa dan upaya-upaya telah dibuat untuk mengaplikasikan kriteria tersebut pada populasi pediatrik. Namun, diagnosa ini sangat jarang dibuat pada populasi anak-anak dan remaja, utamanya dikarenakan oleh kriteria waktu beberapa tahun yang dibutuhkan untuk mencapai kriteria gejala tersebut.

GANGGUAN NYERI SOMATOFORM MENETAP

Nyeri perut, sakit kepala, nyeri sendi dan nyeri lainnya dapat merupakan gangguan nyeri somatoform menetap ketika nyeri itu menetap, parah, menimbulkan stress dan terjadi behubungan dengan stressor psikososial yang cukup untuk menjadi etiologi yang signifikan. Biasanya, nyeri perut fungsional terlihat seperti nyeri yang difus atau nyeri hebat pada periumbilikalis. Nyeri tersebut cenderung memburuk pada siang hari dan tidak terjadi pada malam hari atau pada saat liburan sekolah. Keluhan ini mungkin disertai dengan muntah-muntah, sakit kepala, letargi dan anak dapat terlihat pucat, yang dapat memperkuat keyakinan keluarga terhadap patologi organik. Sakit kepala lebih mungkin digolongkan sebagai tension headache (sering, bilateral, nyeri pada bagian frontal) tetapi hal ini biasanya dapat terjadi bersamaan dengan serangan migrain (nyeri periodik, parah, unilateral disertai aura, mual dan riwayat keluarga).

Nyeri perut berulang merupakan keluhan nyeri berulang yang paling umum pada anak-anak. Nyeri perut berulang telah didefinisikan sebagai nyeri intermiten dengan pemulihan penuh diantara setiap episode yang bertahan lebih dari 3 bulan (Schulte & Petermann, 2011). Studi epidemiologis mengatakan bahwa nyeri perut berulang terjadi pada 8-25% dari anak-anak usia sekolah berumur 9-12 tahun, lebih lazim terjadi pada anak perempuan, dan terhitung sebanyak 2-4% pada kunjungan ke spesialis anak (Duffon et al., 2009). Terdapat hubungan yang kuat antara nyeri perut berulang dengan kecemasan pada anak. Prevalensi jangka waktu gangguan kecemasan pada anak-anak dengan nyeri perut berulang lebih tinggi dari yang diharapkan pada populasi umum. Studi-studi menunjukkan bahwa orang tua yang menghadapi keluhan nyeri perut berulang menilai anak-anak mereka secara signifkan lebih tinggi daripada anak-anak sehat dalam ukuran kecemasan, masalah afektif dan gejala somatik.

GANGGUAN SOMATOFORM TAK TERINCI

Anak-anak dan remaja lebih mungkin memenuhi kriteria untuk gangguan somatoform tak terinci atau gangguan somatoform NOS daripada gangguan somatisasi (DeMaso & Beasly, 1998). Kondisi ini muncul selama masa remaja, menyebabkan penurunan fungsi yang signifikan. Beberapa gejala yang parah dengan durasi minimal 6 bulan diperlukan untuk menegakkan diagnosa. Keluhan termasuk, tapi tidak terbatas pada, sindrom nyeri, keluhan gastrointestinal atau urogenital, kelelahan, kehilangan nafsu makan dan gejala pseudo neurologis.

4

Page 5: Gangguan Somatoform Pada Anak Dan Remaja PRINT

HIPOKONDRIASIS

Preokupasi dengan ketakutan untuk memiliki atau sebuah ide bahwa seseorang memiliki penyakit serius berdasarkan interpretasi yang salah dari gejala-gejala fisik. Preokupasi ini tetap ada meskipun telah ada jaminan dan evaluasi medis yang tepat. Hipokondriasis dibedakan oleh suatu keyakinan dan sikap terhadap penyakit. Tidak terdapat literatur pendukung untuk hipokondriasis sebagai gangguan pada masa kanak-kanak, dan ini lebih umum dilihat pada masa remaja akhir dan masa dewasa (Silber, 2011). Pasien dengan hipokondriasis telah ditemukan memiliki korelasi yang tinggi dengan depresi, kecemasan dan gejala-gejala somatik. Komorbiditas OCD sudah umum, dengan 8% prevalensi jangka waktu dari OCD pada orang-orang dengan hipokondriasis (dibandingkan dengan 2% pada populasi umum) (Shaw et al., 2010). Individu dengan gangguan ini merupakan pengguna tetap dari pelayanan medis tapi mereka sering melaporkan ketidakpuasan dengan pelayanan yang mereka terima.

GANGGUAN DISMORFIK TUBUH

Gangguan dismorfik tubuh diartikan sebagai preokupasi dengan imajinasi kecacatan pada penampilan atau perhatian yang berlebihan pada anomali fisik yang sangat minimal. Preokupasi yang menimbulkan distress tersebut dapat melibatkan bagian tubuh manapun; namun, paling sering melibatkan noda kecil atau noda yang dibayangkan pada wajah atau kepala seperti jerawat, bekas luka, rambut yang menipis, wajah tidak simetris atau rambut wajah yang berlebihan. Hanya ada sedikit laporan mengenai gangguan ini pada literatur tentang anak dan remaja karena kebanyakan pasien menyembunyikan gejala-gejala mereka dan enggan mencari perawatan psikiatrik. Onset tersebut sering terjadi selama masa remaja, dengan rasio laki-laki dibandingkan perempuan yang hampir seimbang, tidak seperti gangguan somatoform yang lain (Shaw & DeMasi, 2006). Banyak dari pasien-pasien ini telah berkonsultasi dengan ahli bedah dan ahli kulit dan sering mencari operasi kosmetik tetapi merupakan kandidat yang buruk karena mereka seringkali tidak puas dengan hasilnya (Didie et al., 2006).

Proporsi yang tinggi dari seseorang dengan gangguan dismorfik tubuh melaporkan riwayat perlakuan yang tidak pantas selama masa kanak-kanak, termasuk pelecehan fisik, seksual dan emosional dan penelantaran fisik. Gangguan psikiatrik kormobid termasuk, tetapi tidak terbatas pada, depresi, gangguan obsesif-kompulsif, fobia sosial, gangguan delusional, anorexia nervosa, gangguan identitas jenis kelamin. Gangguan dismorfik tubuh juga terkait dengan tingginya tingkat keinginan dan upaya bunuh diri, dengan 24-28% yang sudah berupaya bunuh diri (Philips & Kelly, 2009).

PEMERIKSAAN

Wawancara psikiatri yang terperinci merupakan kunci untuk mendiagnosa gangguan-gangguan ini (DeMaso et al., 2009). Beberapa skala penilaian untuk anak-anak sudah dikembangkan untuk membantu penilaian dari klaster gejala fisik dan somatisasi. The

5

Page 6: Gangguan Somatoform Pada Anak Dan Remaja PRINT

Children’s Somatization Inventory (CSI) (Walker et al., 2009) merupakan skala self-report dengan 35 item dengan versi anak dan versi orang tua. Screening ini menyediakan informasi mengenai gejala somatik pediatrik selama 2 minggu sebelum penilaian (Campo & Fritz, 2001) dan dapat digunakan pada anak mulai usia 7 tahun. The Functional Disability Inventory (FDI) dapat digunakan bersamaan dengan CSI untuk menilai tingkat keparahan dari gejala-gejala yang ada. FDI berkorelasi dengan baik absensi sekolah dan laporan dari gejala somatik. Illness Atitude Scales and Soma Assesment Interview (SAI) merupakan kuesioner wawancara untuk orang tua (Rask et al., 2009).

KOMORBIDITAS

Gangguan psikiatri komorbid mungkin mendahului perkembangan gejala-gejala somatik tetapi sering berkembang selama perjalanan gangguan somatoform. Diantara anak-anak yang datang ke layanan kesehatan, sepertiga sampai setengahnya memiliki gangguan psikiatri komorbid. Pada anak-anak usia sekolah, kecemasan dan depresi merupakan komorbiditas yang paling umum (Shaw et al., 2010). Gangguan hiperaktifitas dengan defisit perhatian komorbid dan oppositional defiant disorder juga sering, terutama pada anak laki-laki. Keluhan-keluhan somatik muncul dua kali lebih sering secara umum pada anak-anak dan remaja yang memenuhi kriteria DSM-IV TR untuk depresi daripada subjek kontrol (McCauley et al., 1991), dengan gejala-gejala somatik yang muncul selama 4 tahun setelah onset depresi (Zwaigenbaum et al., 1999). Gangguan kecemasan (contohnya gangguan anxietas perpisahan, gangguan stress pasca trauma) dapat muncul dengan keluhan-keluhan somatik (contohnya sakit kepala, sakit perut, mual, muntah-muntah) (Ibeziako & Bujoreanu, 2011). Dengan demikian, sangat kritis untuk mempertimbangkan penyakit psikiatri komorbid (contohnya kecemasan, depresi) pada setiap pasien pediatri yang datang dengan gejala-gejala yang tidak dapat dijelaskan secara medis.

PENATALAKSANAAN

STRATEGI MANAJEMEN UMUM

Setelah penilaian dan jika gangguan fisik dan psikiatrik telah ditegakkan atau disingkirkan, manajemen gangguan somatoform harus direncanakan. Strategi-strategi dibawah ini mungkin dapat membantu:

Berusaha memahami kepercayaan keluarga mengenai penyakit, tingkat keyakinan untuk penyebab fisik, kepuasan terhadap wawancara dan pandangan mengenai referensi kesehatan mental dan penatalaksanaannya.

Jangan menanyakan realita dari gejala-gejala tersebut. Mengetahui bahwa pasien mengalami penyakit yang nyata yang mengganggu

hidupnya dan berpengaruh terhadap keluarganya. Menggali penjelasan alternatif dari gejala-gejala tersebut.

6

Page 7: Gangguan Somatoform Pada Anak Dan Remaja PRINT

Mendiskusikan sepenuhnya segala keprihatinan fisik yang menyibukkan keluarga dan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan.

Mendiskusikan sepenuhnya mekanisme psikologis yang berkontribusi terhadap gejala. Jangan menyiratkan rasa malu ketika mengkomunikasikan diagnosa gangguan

somatoform atau diagnosa psikiatri lain. Menekankan bahwa mungkin memakan waktu untuk pulih tetapi kebanyakan anak

muda dapat melewatinya dengan baik. Menolong keluarga dan anak-anak untuk mengembangkan cara mengatasi gejala-

gejala dan mengurangi penurunan fungsional.

STRATEGI MANAJEMEN SPESIFIK

Terdapat kekurangan pada praktek evidence-based yang berkaitan dengan penatalaksanaan gangguan somatoform pada anak-anak dan remaja (Campo & Fritz, 2001). Terdapat sejumlah studi terkontrol mengenai farmakoterapi and psikoterapi untuk gangguan somatoform pada orang dewasa. Percobaan terkontrol pada orang dewasa menunjukkan bukti pendukung yang paling kuat dan konsisten tentang keberhasilan CBT sebagai penanganan beberapa tipe gangguan somatoform (Jackson et al., 2006; Allen et al., 2006; Sumathipala et al., 2000). Percobaan acak dan terkontrol oleh Allen et al, 2006 pada keberhasilan CBT untuk gangguan somatisasi menunjukkan bahwa dengan 10 sesi yang dimanualisasi, yang diberikan regimen CBT secara individual, gejala somatisasi menjadi lebih baik secara signifikan. Protokol penatalaksanaan termasuk pelatihan relaksasi, regulasi aktifitas, fasilitasi kesadaran emosional, restrukturisasi kognitif dan komunikasi interpersonal. Perbaikan dari gejala somatik diawasi langsung setelah fase intervensi dan bertahan selama tambahan waktu 12 bulan. Studi ini menunjukkan bahwa CBT dapat menghasilkan perubahan jangka panjang di simtomatologi, fungsi dan penggunaan pelayanan kesehatan pada oleh pasien dengan gangguan somatisasi. Percobaan terkontrol acak lain (Spakens et al., 1995a; Escobar et al., 2007 Sumathipala et al., 2000) yang memeriksa keberhasilan dari CBT untuk gangguan somatoform dengan pasien yang datang baik dengan dengan level somatisasi yang parah atau ringan menunjukkan CBT individualis menghasilkan pengurangan yang besar dalam keluhan somatik daripada yang dilakukan pelayanan medis standar. Secara keseluruhan, literatur tentang penatalaksanaan gangguan somatisasi mendukung penggunaan 6-16 sesi CBT yang disampaikan oleh seorang profesional dalam bidang kesehatan mental.

Percobaan terkontrol acak baru-baru ini menilai akseptabilitas dan keefektivitasan dari terapi kognitif berbasis mindfulness (MBCT) untuk pasien dengan gejala yang menetap yang tidak dapat dijelaskan secara medis (Fjorback e al., 2013). Pasien yang menjalani MBCT melaporkan kemajuan yang lebih baik yang signifikan pada fungsi mental di akhir penatalaksanaan, khususnya yang berkaitan dengan fungsi vitalitas dan fungsi sosial. Meta-analisis yang lain mengindikasikan efek positif MBCT dari kecil hingga sedang dalam mengurangi nyeri, tingkat keparahan gejala, depresi, dan kecemasan yang berhubungan dengan gangguan somatisasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan gangguan ini (Lakhan et al., 2013). Jadi MBCT merupakan pilihan yang layak untuk pasien yang sering datang dengan gejala yang menetap yang tidak dapat dijelaskan secara medis dalam pelayanan primer.

7

Page 8: Gangguan Somatoform Pada Anak Dan Remaja PRINT

Intervensi psikoterapi selain CBT (contohnya terapi interpersonal, terapi pemecahan masalah, terapi psikodinamik singkat ) serta penatalaksanaan diluar dari apa yang secara tradisional disebut “psikologis” (contohnya analgesik yang optimal, penggunaan program self-management nyeri ) pantas dipelajari lebih lanjut untuk gangguan somatoform.

Beberapa percobaan kontrol yang menilai keberhasilan dari antidepresan berbeda pada gangguan somatoform pada orang dewasa telah dilakukan. Dalam 12 minggu, penelitian multicenter, acak, double-blind study mengevaluasi keberhasilan dan tolerabilitas dari venlafaxine (venlafaxine ER) pada layanan rawat jalan primer untuk orang dewasa dengan gangguan multisomatoform (MSD) dan gangguan depresi mayor komorbid, gangguan kecemasan menyeluruh atau gangguan kecemasan sosial (kriteria DSM-IV). Penelitian ini menunjukkan venlafaxine ER terbukti efektif dalam menghilangkan gejala-gejala fisik somatik, nyeri secara khususnya, pada pasien dengan gangguan depresi dan/atau kecemasan (Kroenke et al., 2006).

Dalam penelitian acak, double blind placebo-controlled selama 8 minggu, fluoxetine memiliki efek analgesik yang lebih baik daripada plasebo dalam mengobati gangguan nyeri somatoform menetap dan dianggap sebagai penatalaksanaan yang aman; efek analgesiknya mungkin berhubungan dengan efek antidepresan (Luo et al., 2009).

Percobaan acak open-label yang dilakukan selama 12 minggu dari fluoxetine (10-60 mg/d) dan sertraline (25-350 mg/d) pada pasien dengan gangguan somatoform tak terinci menunjukkan bahwa kedua agen tersebut memiliki peran potensial dalam penatalaksanaan gangguan somatoform tak terinci dan keduanya ditolerir dengan baik dan tidak memiliki efek samping yang berbahaya (Han et al., 2008). Percobaan double-blind placebo-controlled dan atau penelitian perbandingan head-to-head dengan sampel yang lebih banyak dibutuhkan untuk menarik kesimpuan yang lebih pasti.

Percobaan klinis multicenter, acak, placebo-controlled yang dilakukan selama 6 minggu dilakukan pada 200 pasien yang menderita gangguan somatoform menurut ICD-10. Opipramol (200mg/d) secara statistik lebih efektif daripada plasebo. Hasil dari penelitian placebo-controlled pertama ini pada gangguan somatoform mendukung keberhasilan opipramol dalam indikasi ini tetapi masih membutuhkan replikasi (Volz et al., 2000).

Penelitian-penelitian diatas menunjukkan bahwa beberapa antidepresan bermanfaat dalam gangguan somatoform, tapi apakah efeknya dimediasi melalui membaiknya gejala depresi dan kecemasan ataukah efek spesifik pada gejala somatik perlu untuk dipastikan kembali.

Penatalaksanaan spesifik untuk anak-anak dan remaja mungkin melibatkan bantuan psikologis individu, bantuan keluarga, hubungan dengan sekolah dan pelayanan sosial lain. Penatalaksanaan harus bertujuan untuk membangun hubungan dengan anak, keluarga dan semua profesional yang terlibat, termasuk guru. Strategi spesifik akan bermacam-macam tergantung dari sifat asli dari gangguan somatoform tersebut.

Penatalaksanaan psikologis spesifik dan seringnya hubungan akan bermacam-macam tergantung dari sifat gangguan itu sendiri. Intervensi akan melibatkan:

8

Page 9: Gangguan Somatoform Pada Anak Dan Remaja PRINT

Penekanan pengurangan penurunan fungsi. Teknik motivasi yang disesuaikan untuk merangsang anak-anak yang ambivalen. Secara kolaboratif menemukan solusi untuk menjadi lebih baik yang dapat diterima

anak-anak. Penggunaan buku harian untuk memonitor variasi gejala, penurunan fungsi dan

kemajuan. Hal ini mugkin memotivasi pasien dan keluarga untuk menjalani penatalaksanaan lebih lanjut.

Pengakuan bahwa rehabilitasi mungkin bisa memperburuk gejala-gejala pada awalnya dan memberikan perhatian disekitar masalah ini.

Mengembangkan teknik untuk berurusan dengan gejala-gejala spesifik dan penurunan fungsi (contohnya distraksi, relaksasi otot untuk sakit kepala, latihan fisik bertingkat untuk masalah otot dan kelelahan).

Mengembangkan strategi yang aktif, terfokus pada masalah, mengatasi strategi dan perilaku.

Kebersihan tidur dan saran diet. Intervensi psikologis seperti terapi perilaku kognitif untuk gangguan emosional

komorbid. Secara bertahap menggeser beban tanggung jawab dari dokter ke orang tua dan

pasien. Gunakan keluarga untuk menghadapi faktor keluarga yang mungkin berkontribusi

pada gejala-gejala atau mengintervensi dengan resolusi mereka.

KESIMPULAN

Gangguan somatoform pada anak-anak dan remaja menyebabkan penurunan dalam fungsi pendidikan dan sosial dan menyebabkan masalah besar dari tekanan psikologis. Diagnosa dari gangguan tersebut sangat rumit dikarenakan fakta bahwa gangguan-gangguan tersebut muncul sebagai kondisi medis. Pasien dengan gangguan ini biasanya mendatangi pelayanan medis umum daripada pelayanan kesehatan mental. Rujukan awal dari seorang profesional dalam bidang kesehatan mental sangat diperlukan untuk menghindari pemeriksaan yang tidak diperlukan dan keterlambatan dalam menegakkan diagnosa gangguan somatoform pada anak-anak. Penelitian empiris mengenai penatalaksanaan gangguan somatoform relatif kurang, penelitian yang lebih lanjut diperlukan mengingat pentingnya penatalaksanaan untuk anak-anak dengan gangguan somatoform dan keluarga mereka.

REFERENSI

Alfven G. The covariation of common psychosomatic symptoms among children from socio-economically differing residential areas. An epidemiological study. Acta Paediatr. 1993;82:484–487.

Allen LA, Woolfolk RL, Escobar JI, Gara MA, Hamer RM : Cognitive-behavioral therapy

9

Page 10: Gangguan Somatoform Pada Anak Dan Remaja PRINT

for somatization disorder: a randomized controlled trial. Arch Intern Med .2006. 166:1512-8.

American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 4th edition.Washington, DC: American Psychiatric Association; 2000.

American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 5th edition. Washington, DC: American Psychiatric Association; 2013.

Aro, H. & Taipale, V. The impact of timing of puberty on psychosomatic symptoms among fourteen to sixteen year old Finnish girls. Child Development, 1987: 58, 261–268.

Aro, H. Life stress and psychosomatic symptoms among 14– 16 year old Finnish adolescents. Psychological Medicine, 1987: 17, 191–201.

Campo JV, Fritz G. A management model for pediatric somatization. Psychosomatics. Nov-Dec 2001;42(6):467-76.

DeMaso DR, Beasley PJ. The somatoform disorders. In: Klykylo WM, Kay J, Rube D, eds. Clinical Child Psychiatry. Philadelphia, Pa: WB Saunders Co; 1998:429.

DeMaso DR, Martini DR, Cahen LA et al. Practice parameter for the psychiatric assessment and management of physically ill children and adolescents. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. Feb 2009;48(2):213-33.

Didie ER, Tortolani CC, Pope CG et al. Childhood abuse and neglect in body dysmorphic disorder. Child Abuse Negl. Oct 2006;30(10):1105-15.

Domenech- Llaberia E, Jané C, Canals J et al. Parental reports of somatic symptoms in preschool children: prevalence and associations in a Spanish sample. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 2004:43:598-604.

Dufton LM, Dunn MJ, Compas BE. Anxiety and somatic complaints in children with recurrent abdominalpain and anxiety disorders. J Pediatr Psychol. Mar 2009;34(2):176-86.

Escobar, J. I., Gara, M. I., Diaz-Martinez, A. M., Interian, A., Warman, M., Allen, L. A., Woolfolk, R. L., Jahn, E., Rodgers, D. Effectiveness of a time-limited cognitive behavior therapy–type intervention among primary care patients with medically unexplained symptoms. Annals of Family Medicine, 2007.5, 328-335.

Fjorback LO, Arendt M, Ornbol E, Walach H, Rehfeld E, Schroder A, Fink P : Mindfulness therapy for somatization disorder and functional somatic syndromes: randomized trial with one-year follow-up. J Psycho- som Res. 2013. 74:31-40

Fritz GK, Fritsch S, Hagino O. Somatoform disorders in children and adolescents: a review of the past 10 years. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. 1997;36:1329– 1337

Garralda ME. A selective review of child psychiatric syndromes with a somatic presentation.

10

Page 11: Gangguan Somatoform Pada Anak Dan Remaja PRINT

Br J Psychiatry. 1992;161:759- 73.

Garralda ME. Unexplained physical complaints. Child Adolesc Psychiatr Clin N Am. Apr 2010;19(2):199- 209, vii.

Han C, Pae CU, Lee BH, Ko YH, Masand PS, Patkar AA, Jung IK : Fluoxetine versus sertraline in the treatment of patients with undifferentiated somatoform disorder: a randomized, open-label, 12-week, parallel-group trial. Prog Neuropsychopharmacol Biol Psychiatry. 2008c .32:437-44.

Haugland S, Wold B, Stevenson J, et al . Subjective health complaints in adolescence. A cross-national comparison of prevalence and dimensionality. Eur J Public Health. 2001;11:4–10

Ibeziako P, Bujoreanu S. Approach to psychosomatic illness in adolescents. Curr Opin Pediatr. Aug 2011;23(4):384-9.

Jackson JL, O'Malley PG, Kroenke K. Antidepressants and cognitive-behavioral therapy for symptom syndromes. CNS Spectr 2006; 11: 212— 22.

Kelly C, Molcho M, Doyle P, et al . Psychosomatic symptoms among school children. Int J Adolesc Med Health. Apr-Jun 2010;22(2):229-35.

King, A. J. & Coles, B. The Health of Canada's Youth: Views and Behaviours of 11-, 13- and 15-Year Olds from 11 Countries. Canada: Minister of National Health and Welfare. 1992

Kroenke K, Messina N, 3rd, Benattia I, Graepel J, Musgnung J (): Venlafaxine extended release in the short-term treatment of depressed and anxious primary care patients with multisomatoform disorder. J Clin Psychia- try .2006.67:72-80.

Lakhan SE, Schofield KL (): Mindfulness-based therapies in the treatment of somatization disorders: a systematic review and meta-analysis. PLoS One. 2013. 8:e71834

Lieb R, Pfister H, Mastaler M et al . Somatoform syndromes and disorders in a representative population sample of adolescents and young adults. Prevalence, comorbidity and impairments. Acta Psychiatrica Scandinavica:2000, 101:194-208.

LuoYL,ZhangMY,WuWY,LiCB,LuZ,LiQW():A randomized double-blind clinical trial on analgesic efficacy of fluoxetine for persistent somatoform pain disorder. Prog Neuropsychopharmacol Biol Psychiatry. 2009. 33:1522-5.

McCauley E, Carlson GA, Calderon R. The role of somatic complaints in the diagnosis of depression in children and adolescents. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. Jul 1991;30(4):631-5.

Phillips KA, Kelly MM. Suicidality in a placebo-controlled fluoxetine study of body dysmorphic disorder.Int Clin Psychopharmacol. Jan 2009;24(1):26-8.

11

Page 12: Gangguan Somatoform Pada Anak Dan Remaja PRINT

Rask CU, Christensen MF, Borg C, et al . The Soma Assessment Interview: new parent interview on functional somatic symptoms in children. J Psychosom Res. May 2009;66(5):455-64.

Schulte IE, Petermann F. Somatoform disorders: 30 years of debate about criteria! What about children and adolescents?. J Psychosom Res. Mar 2011;70(3):218-28.

Shaw RJ, DeMaso DR. Mental Health Consultation With Physically Ill Children and Adolescents. In: Somatoform Disorders. Clinical Manual of Pediatric Psychosomatic Medicine. 8. Washington, DC: American Psychiatric Publishing; 2006:143–166.

Shaw RJ, Spratt EJ, Bernard RS, DeMaso DR. Somatoform Disorders. In: Shaw RJ, DeMaso DR eds. Textbook of Pediatric Psychosomatic Medicine: Mental Health Consultation with Physically Ill Children. 8. Washington DC: American Psychiatric Press; 2010:121-139.

Silber TJ. Somatization disorders: diagnosis, treatment, and prognosis. Pediatr Rev. Feb 2011;32(2):56- 63; quiz 63-4.

Speckens, A. E. M., van Hemert, A. M., Spinhoven, P., Hawton, K. E., Bolk, J. H., & Rooijmans, G. M. Cognitive behavioural therapy for medically unexplained physical symptoms: A randomised controlled trial. British Medical Journal, 1995a, 311, 1328-1332

Sumathipala A, Siribaddana S, Hewege S, et al . Understanding the explanatory model of the patient on their medically unexplained symptoms and its implication on treatment development research: a Sri Lanka Study. BMC Psychiatry. 2008;8:54.

Sumathipala, A., Hewege, S., Hanwella, R., & Mann, A. H. Randomized controlled trial of cognitive behaviour therapy for repeated consultations for medically unexplained complaints: A feasibility study in Sri Lanka. Psychological Medicine, 2000.30, 747-757

Volz HP, Moller HJ, Reimann I, Stoll KD (): Opipramol for the treatment of somatoform disorders results from a placebo-controlled trial. Eur Neuropsychopharmacol .2000.10:211-7.

Walker LS, Beck JE, Garber J et al . Children's Somatization Inventory: psychometric properties of the revised form (CSI-24). J Pediatr Psychol. May 2009;34(4):430- 40.

World Health Organization.. Mental disorders: Glossary and guide to their classification in accordance with the Tenth Revision of the International Classification of Diseases. Geneva,Switzerland: World Health Organization. 1992

Zwaigenbaum L, Szatmari P, Boyle MH et al . Highly somatizing young adolescents and the risk of depression. Pediatrics. Jun 1999;103(6 Pt 1):1203-9.

12