Ganguan Somatoform
-
Upload
putraaditya -
Category
Documents
-
view
68 -
download
11
description
Transcript of Ganguan Somatoform
Ganguan Somatoform
Oleh;Rinaldo 09310219
Pembimbing :dr.kartidjo, Sp.KJ
BAB IPENDAHULUAN
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat
• Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Gangguan somatoform (somatoform disorder) adalah suatu kelompok gangguan ditandai oleh keluhan tentang masalah atau simptom fisik yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab kerusakan fisik
Pada gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan sebagai penyebabnya
Etiologi
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolism (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non dominan
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut (Nevid, dkk, 2005):
Faktor-faktor Biologis
Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada gangguan somatisasi).
Faktor Lingkungan SosialSosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih
bergantung, seperti “peran sakit” yang dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan somatoform
Faktor PerilakuPada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat
adalah:
Lanjutan ...
Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari situasi yang tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan sekunder).
Adanya perhatian untuk menampilkan “peran sakit” Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan
hipokondriasis atau gangguan dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang diasosiasikan dengan keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau kerusakan fisik yang dipersepsikan.
Faktor Emosi dan KognitifPada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif, penyebab ganda yang terlibat adalah sebagai berikut:
Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda dari adanya penyakit serius (hipokondriasis)
Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impuls-impuls yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simtom fisik (gangguan konversi)
Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin merupakan suatu strategi self-handicaping (hipokondriasis)
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya
Gambaran keluhan gejala somatoform :
Neuropsikiatri: o “kedua bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan baik”o “ saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika ditanya”
Kardiopulmonal: o “ jantung saya terasa berdebar debar…. Saya kira saya akan mati”
Gastrointestinal: o “saya pernah dirawat karena sakit maagdan kandung empedu dan belum
ada dokter yang dapat menyembuhkannya”Genitourinaria: o “saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan
pemeriksaan namun tidak di temukan apa-apa”
Musculoskeletalo “saya telah belajar untuk hidupdalam kelemahan dan kelelahan sepanjang
waktu”Sensoriso “ pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan
kacamata tidak akan membantu”
Klasifikasi dan Diagnosis
1. F. 45.0 Gangguan Somatisasi
Gangguan somatisasi (somatization disorder) dicirikan dengan keluhan somatik yang beragam dan berulang yang bermula sebelum usia 30 tahun (namun biasanya pada usia remaja), bertahan paling tidak selama beberapa tahun, dan berakibat antara menuntut perhatian medis atau mengalami keadaan yang berarti dalam memenuhi peran sosial atau pekerjaan.
EtiologiBelum diketahui.Teori yang ada, teori belajar, terjadi karena individu belajar untuk mensomatisasikan dirinya untuk mengekspresikan keinginan dan kebutuhan akan perhatian dari keluarga dan orang lain
Epidemiologi • wanita : pria = 10 :1, bermula pada masa remaja atau dewasa muda• rasio tertinggi usia 20- 30 tahun• pasien dengan riwayat keluarga pernah menderita gangguan somatoform
(beresiko 10-20x > besar dibanding yang tidak ada riwayat).Kriteria diagnostik untuk Gangguan SomatisasiUntuk gangguan somatisasi, diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:A. Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak
dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun
B. Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya
C. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya
• PrognosisDubia et malam. Pasien susah sembuh walau sudah mengikuti pedoman pengobatan. Sering kali pada pasien wanita berakhir pada percobaan bunuh diri.
2. F.45.1 Gangguan Somatoform Tak Terperinci
Etiologi: unknownEpidemiologi,Bervariasi, di USA 10%-12% terjadi pada usia dewasa, dan 20 %
menyerang wanita. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak Digolongkan• Keluhan-keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akan tetapi
gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi
• Kemungkinan ada ataupun tidak faktor penyebab psikologis belum jelas, akan tetapi tidak boleh ada penyeba fisik dari keluhan-keluhannya.
Prognosis • Bervariasi, sulit diprediksi karena prognosisnya bergantung pada gejala yang
lebih dominan.
3. F.45.2 Gangguan Hipokondriasis
Definisi • Hipokondriasis adalah keterpakuan (PREOKUPASI) pada ketakutan
menderita, atau keyakinan bahwa seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada dasar medis untuk keluhan yang dapat ditemukan. Berbeda dengan gangguan somatisasi dimana pasien biasanya meminta pengobatan terhadap penyakitnya yang seringkali menyebabkan terjadinya penyalahgunaan obat, maka pada gangguan hipokondrik pasien malah takut untuk makan obat karena dikira dapat menambah keparahan dari sakitnya.
• Ciri utama dari hipokondriasis adalah fokus atau ketakutan bahwa simtom fisik yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung. Rasa takut tetap ada meskipun telah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan itu tidak berdasar. Gangguan ini paling sering muncul antara usia 20 dan 30 tahun, meski dapat terjadi di usia berapa pun.
Etiologi : masih belum jelasEpidemiologi• Biasanya terjadi pada usia dewasa, rasio antara wanita dan pria samaKriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis• Untuk diagnosis pasti gangguan hipokondrik, kedua hal ini harus ada:• Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik
yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai waham)
• Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya
Ciri-ciri diagnostik dari hipokondriasis• Perokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa ia menderita suatu
penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.
• Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat• Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatiran tentang
penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).• Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
• Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain.
Prognosis • 10 % pasien bisa sembuh, 65 % berlanjut manjadi kronik dengan onset yang
berfluktuasi, 25 % prognosisinya buruk.
4. F.45.3 Gangguan Disfungsi Otonomik Somatoform
Kriteria diagnostik yang diperlukan :• ada gejala bangkitan otonomik ex, palpitasi, berkeringat, tremor, muka
panas, yang sifatnya menetap dan mengganggu• gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (tidak
khas)• preokupasi dengan penderitaan mengenai kemungkinan adanya gangguan
yang serius yang menimpanya, yang tidak terpengaruh oleh hasil Px maupun penjelasan dari dokter
• tidak terbukti adanya gangguan tang cukup berarti pada struktur/fungsi dari sistem/organ yang dimaksud
kriteria ke 5, ditambahkan :• F.45.30 = Jantung Dan Sistem Kardiovaskular• F.45.31 = Saluran Pencernaan Bgn Atas• F.45.32 = Saluran Pencernaan Bgn Bawah• F.45.33 = Sistem Pernapasan• F.45.34 = Sistem Genito-Urinaria• F.45.38 = Sistem Atau Organ Lainnya
5. F. 45.4 . Gangguan Nyeri Yang Menetap
Definisi• Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan
dengan faktor psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis. Pasien sering wanita yang merasa mengalami nyeri yang penyebabnya tidak dapat ditemukan. Munculnya secara tiba-tiba, biasanya setelah suatu stres dan dapat hilang dalam beberapa hari atau berlangsung bertahun-tahun. Biasanya disertai penyakit organik yang walaupun demikian tidak dapat menerangkan secara adekuat keparahan nyerinya
Etiologi, tidak diketahuiEpidemiologi • Terjadi pada semua tingkatan usia, di USA 10-15% pasien datang dengan
keluhan nyeri punggung. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri• Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis• Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.• Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan,
eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.• Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti
pada gangguan buatan atau berpura-pura).• Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan,
atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.Prognosis:• jika gejala terjadi < 6 bulan, cenderung baik, dan jika gejala terjadi > 6 bulan,
cenderung buruk (cenderung menjadi kronik).
6. F.45.8 Gangguan Somatoform LainnyaPedoman Diagnostik :• keluhan yanga da tidak melalui saraf otonom, terbatas secara spesifik pd
bgn tubuh/sistem tertentu• tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan• termasuk didalamnya, pruritus psikogenik, ”globus histericus”(perasaan ad
benjolan di kerongkongan>>>disfagia) dan dismenore psikogenik
Tatalaksana• Pendekatan untuk tatalaksana gangguan somatisasi harus
bersifat realistis dan berfokus pada care dan bukan cure.• Beberapa poin klinis yang bermanfaat, berdasarkan asumsi
bahwa adanya kebutuhan psikologis yang merupakan penyebab mendasar dari gangguan somatisasi:– Pasien tidak selalu mencari kesembuhan tetapi mungkin
menginginkan adanya relasi dengan praktisi– Pasien ingin dokter mengakui bahwa dirinya sakit– Berikan reassurance (dukungan) secara lambat dan
berhati-hati. Pasien seringkali tidak suka dan menolak (resisten) dengan pernyataan-pernyataan bahwa dirinya tidak sakit, bahwa gejalanya bersumber dari emosi/psikis.
– Hindari dikotomi tubuh-pikiran dalam menginterpretasikan gejala
– Tunjukkan kepedulian pada distress pasien dan tunjukkan keinginan untuk menolong
– Hindari penjelasan prematur mengenai hubungan antara gejala fisik dan fenomena psikologis. Lakukan penjelasan secara bertahap yang membuat pasien mengerti dan menganggapnya serius. Hindari saran-saran yang menyatakan bahwa segala masalah terletak dalam “kepala” pasien
– Targetkan optimalisasi fungsi• Usahakan untuk mengerti sumber stres dan sarana coping, serta
tetapkan target untuk perilaku adaptasi yang lebih baik• Tanamkan agar pola perilaku dan komunikasi pasien jangan seperti
orang sakit terus menerus. Kapan saja bila memungkinkan, bicarakan hal-hal lain dan diskusikanlah selain daripada gejala fisik
• Ajarkan bahwa adanya relasi erat antara tubuh, otak, dan pikiran dengan menggunakan contoh-contoh sederhana yang bisa diterima pasien (muka memerah bila merasa malu, mulut kering bila berbicara di depan umum, sesak dan jantung berdegup cepat bila cemas, sakit kepala bila tegang)
Pengobatan gangguan somatoform bisa menggunakan obat anti ansietas ialah menggunakan sedatif, atau obat-obat yang secara umum memiliki sifat yang sama dengan sedatif. Antiansietas yg terutama adalah golongan benzodiazepin.
Benzodiazepin. (Klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, lorazepam, klorazepat, prazepam, alprazolam, halozepam).
Farmakodinamik• Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABA. Terdapat dua jenis reseptor
GABA, yaitu GABAA dan GABAB. Reseptor GABAA (reseptor kanal ion klorida kompleks) terdiri atas lima subunit yaitu α1, α2, β1, β2 dan γ2. Benzodiazepin berikatan langsung pada sisi spesifik subunit γ2 sehingga pengikatan ini menyebabkan pembukaan kanal klorida, memungkinkan masuknya ion klorida ke dalam sel menyebabkan peningkatan potensial elektrik sepanjang membran sel dan menyebabkan sel sukar tereksitasi.
• Efek yg ditimbulkan benzodiazepin merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan efek utama: sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan antikonvulsan. Sedangkan efek perifernya: vasodilatasi koroner(pada pemberian IV) dan blokade neuromuskular (pada pemberian dosis tinggi).
• Berbagai efek yang menyerupai benzodiazepin:
Farmakokinetik
Absorpsi• Benzodiazepin diabsorpsi secara sempurna kecuali klorazepat (klorazepat
baru diabsorpsi sempurna setelah didekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N-desmetil diazepam (nordazepam).
Distribusi• Benzodiazepin dan metabolitnya terikat pada protein plasma (albumin)
dengan kekuatan berkisar dari 70% (alprazolam) hingga 99% (diazepam) bergantung dengan sifat lipofiliknya. Kadar pada CSF sama dengan kadar obat bebas dalam plasma. Vd (volume of distribution) benzodiazepin besar. Pada pemberian IV atau per oral, ambilan benzodiazepin ke otak dan organ dengan perfusi tinggi lainnya sangat cepat dibandingkan pada organ dengan perfusi rendah (seperti otot dan lemak). Benzodiazepin dapat melewati sawar uri dan disekresi ke dalam ASI
Metabolisme• Metabolisme benzodiazepin di hati melalui kelompok enzim
CYP3A4 dan CYP2C19. Yang menghambat CYP3A4 a.l. eritromisin, klaritromisin, ritonavir, itrakonazol, ketokonazol, nefazodon dan sari buah grapefruit. Benzodiazepin tertentu seperti oksazepam langsung dikonjugasi tanpa dimetabolisme sitokrom P. Secara garis besar, metabolisme benzodiazepin terbagi dalam tiga tahap: desalkilasi, hidroksilasi, dan konjugasi.
• Metabolisme di hati menghasilkan metabolit aktif yang memiliki waktu paruh lebih panjang dibanding parent drug. Misalnya diazepam (t1/220-80 jam) setelah dimetabolisme menjadi N-desmetil dengan waktu paruh eliminasi 200 jam
Ekskresi• Ekskresi metabolit benzodiazepin bersifat larut air melalui ginjal
Efek samping• Pada dosis hipnotik kadar puncak menimbulkan efek samping a.l. kepala
ringan, malas, tidak bermotivasi, lamban, inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berfikir, bingung, disartria, amnesia anterogard. Interaksi dengan etanol (alkohol) menimbulkan efek depresi yang berat.
Efek samping lain yang lebih umum: lemas, sakit kepala, pandangan kabur, vertigo, mual/muntah, diare, nyeri epigastrik, nyeri sendi, nyeri dada dan inkontinensia. Penggunaan kronik benzodiazepin memiliki risiko terjadinya ketergantungan dan penyalahgunaan. Untuk menghindari efek tsb disarankan pemberian obat tidak lebih dari 3 minggu. Gejala putus obat berupa insomnia dan ansietas. Pada penghentian penggunaan secara tiba-tiba, dapat timbul disforia, mudah tersinggung, berkeringat, mimpi buruk, tremor, anoreksi serta pusing kepala. Oleh karena itu penghentian penggunaan obat sebaiknya secara bertahap
• Buspiron• Farmakodinamik• Berbeda dengan benzodiazepin, buspiron tidak memperlihatkan
aktivitas GABAergik dan antikonvulsan. Buspiron merupakan antagonis selektif reseptor serotonin postsinaps 5-HT1A di hipokampus; potensi antagonis dopaminergiknya rendah sehingga risiko menimbulkan efek samping ekstra piramidal pada dosis pengobatan ansietas kecil.
• Studi klinik menunjukkan buspiron merupakan antiansietas efektif yang efek sedatifnya relatif ringan. Risiko timbulnya toleransi dan ketergantungan kecil. Obat ini tidak efektif pada panic disorder. Efek antiansietas baru timbul pada penggunaan 10-15 hari (bukan untuk penggunaan akut). Tidak ada toleransi silang dengan benzodiazepin sehingga kedua obat tidak dapat saling menggantikan
• Farmakokinetik• Buspiron diabsorpsi secara cepat pada pemberian
peroral namun mengalami metabolisme lintas pertama secara ekstensif, yaitu melalui proses hidroksilasi dan dealkilasi. Bioavailabilitas 5% dan ikatan protein 95%. Waktu paruh eliminasi buspiron adalah 2-4 jam, dan disfungsi hati dapat memperlambatnya. Rifampin (penginduksi sitokrom P450) menurunkan waktu paruh buspiron, sedangkan inhibitor CYP3A4 meningkatkan kadar plasmanya. Buspiron diekskresikan melalui urine dan feces.
• Efek samping• Buspiron hanya menyebabkan sedikit
gangguan psikomotor dibanding benzodiazepin. Efek samping a.l. takikardi, palpitasi, nervousness, keluhan gastrointestinal, parastesia dan miosis. Pada pasien yang menerima MAO inhibitor dapat terjadi peningkatan tekanan darah.
Indikasi dan pemilihan untuk tatalaksana ansietas• Pemilihan antiansietas didasarkan pada pengalaman klinik, berat ringannya
penyakit serta tujuan khusus pengobatan. Sebaiknya dimulai dengan obat paling efektif dengan sedikit efek samping. Dosis harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan diberikan sebagai regimen terputus. Seringkali sindrom ansietas diikuti gejalan depresi, pada generalized anxiety disorder antiansietas kerap digunakan bersama antidepresan golongan SSRI
• Sebagai antiansietas benzodiazepin dapat digunakan untuk menimbulkan sedasi, menghilangkan cemas dan keadaan psikosomatis. Klordiazepoksid dapat diberikan secara oral atau suntikan diulan 2-4 jam dengan dosis 25-100 mg.hari dalam 2-4 pemberian. Dosis diazepam 2-20 mg/hari; pemberian suntikan diulang 3-4 jam. Klorazepat diberikan secara oral 30 mg/hari dalam dosis terbagi.
• Sedangkan buspiron dapat diberikan 15 mg/hari dibagi dalam dua kali pemberian. Untuk meningkatkan efektivitas, penambahan dosis hingga 5 mg/hari dapat dilakukan dengan selang interval 2-3 hari.
Gangguan
SomatoformTujuan Pengobatan
Strategi Dan Teknik
Psikoterapi Dan
Psikososial
Strategi Dan Teknik
Farmakologikal Dan
Fisik
1. Mencegah Adopsi Dari Rasa Sakit,
Invalidasi (Tidak Membenrakan
Pemikiran/Meyakinkan Nahwa
Gejala Hanya Ada Dlam Pikiran
Tidak Untuk Kehidupan Nyata
2. Meminimalisir Biaya Dan
Komplikasi Dengan Menghindari
Tes-Tes Diagnosis, Treatment, Dan
Obat-Obatan Yang Tidak Perlu
3. MelakukanKontrol Farmakologis
Terhadap Sindrom Comorbid
(Memperparah Kondisi)
1. Pengobatan Yang
Konsisiten, Ditangani Oleh
Dokter Yang Sama
2. Buat Jadwal Regular
dengan Interval Waktu
Kedatangan Yang Memadai
3. Memfokuskan Terapi
Secara Gradual Dari Gejala
Ke Personal Dan Ke
Masalah Sosial
1. Diberikan Hanya Bila
Indikasinya Jelas
2. Hindari Obat-Obatan Yang
Bersifat Addiksi
Gangguan Somatisasi 1,2,3 1,2,3 1,2
- Anti Anxietas Dan
Antidepressan
Gangguan Somatisasi
Tak Terperinci
1,2,3 1,2,3 1 Dan 2
- Obat Anti Anxietas Dan
Anti Depresan (Jika
Perlu)
Hipokondriasi 1,2,3 1,2,3
Therapi Kognitiv-
Behaviour
2
Usahakan Untuk
Mengurangi Gejala
Hipokondriacal Dengan
SSRI (Fluoxetine 60-80
Mg/ Hari)
Dibandingkan Dengan
Obat Lain
Gangguan Nyeri
Menetap
1,2,3
Jika Nyeri Nya Akut (< 6 Bulan), Tambahkan Obt
Simptomatik Untuk Gejala Yang Timbul
Jika Nyeri Bersifat Kronik (>6 Bulan ), Fokus Pada
Pertahankan Fungsi Dan Motilitas Tubuh Daripada
Fokus Pada Penyembuhan Nyeri
1,2,3
Nyeri Kronik : Pertimbangkan Terapi
Fisik Dan Pekerjaan, Serta Terapi
Kognitif-Behavioural
1 Dan 2
Akut : Acetaminophen Dan
NSAIDS (Tidak Dicampur) Atau
Sebagai Yambahan Pda Opioid
Kronik : Trisiklik Anti Depresan,
Acetaminophen Dan NSAID
Pertimbangkan Akupunnktur
Gangguan Konversi 1,2,3 Akut : Yakinkan, Sugesti Pasien Untuk
Mengurangi Gejala
Pertimbangkan Narcoanalisis (Sedativ
Hipnotis), Hipnoterapi, Behavioural
Terapi
Kronik : 1,2, Dan 3
Eksplorasi Lebih Lanjut Mengenai
Konflik Yang Bersifat Unterpersonal
Pada Pasien
1 Dan 2
Pertimbangkan Narcoanalisis
(Sedative Hipnotic)
Gangguan Dismorfik
Tubuh
1,2,3
Khususnya Menghindari Pembedahan
1,2,3
Terapi Kognitif-Behavioural
2
Usahakan Untuk Mengurangi
Gejala Hipokondriacal Dengan
SSRI (Fluoxetine 60-80 Mg/ Hari)
Dibandingkan Dengan Obat Lain