Gangguan berbicara

10
1 GANGGUAN BERBICARA Bahasa sebagai instrument komunikasi berperan dalam menyampaikan pesan dari penutur kepada pendengar. Kompetensi kebahasaan yang berada pada tataran mental kemudian diartikulasikan melalui organ bicara. Proses artikulasi bahasa melibatkan sistem yang sangat kompleks dan melibatkan berbagai organ pada tubuh manusia. Gangguan atau kerusakan pada organ bicara dapat menyebabkan terganggunya komunikasi normal. Dalam makalah ini, akan dipaparkan beberapa gangguan bicara yang umum ditemukan, penyebabnya, dan perawatannya. a. Proses Produksi Bunyi Sebelum memaparkan lebih jauh tentang gangguan bicara, perlu sedikit disinggung mengenai proses produksi bunyi. Bunyi dihasilkan dari udara pada- paru yang dilewatkan melalui Trachea dan melewati pita suara pada tenggorokan. Jika otot pita suara tidak digerakkan, maka udara yang melewatinya langsung menuju pharynx dan keluar menuju mulut. Namun jika otot pita suara digerakkan, maka udara akan dihambat dan menghasilkan bunyi bersuara atau bunyi tak bersuara. Udara dari tenggorokan kemudian dapat dilewatkan melalui hidung (nasal) atau mulut (oral). Organ bicara yang berfungsi sebagai pembenghasil bunyi disebut dengan artikulator. Udara yang melewati mulut kemudian dihambat oleh artikulator atau dilangsung keluar dari mulut. Variasi bunyi yang dihasilkan dari variasi organ-organ bicara yang terlibat dalam produksi bunyi, yang meliputi tempat artikulasi (place of articulation), titik artikulasi (point of articulation), dan cara artikulasi (manners of articulation).

Transcript of Gangguan berbicara

Page 1: Gangguan berbicara

1

GANGGUAN BERBICARA

Bahasa sebagai instrument komunikasi berperan dalam menyampaikan

pesan dari penutur kepada pendengar. Kompetensi kebahasaan yang berada

pada tataran mental kemudian diartikulasikan melalui organ bicara. Proses

artikulasi bahasa melibatkan sistem yang sangat kompleks dan melibatkan

berbagai organ pada tubuh manusia. Gangguan atau kerusakan pada organ

bicara dapat menyebabkan terganggunya komunikasi normal. Dalam makalah

ini, akan dipaparkan beberapa gangguan bicara yang umum ditemukan,

penyebabnya, dan perawatannya.

a. Proses Produksi Bunyi

Sebelum memaparkan lebih jauh tentang gangguan bicara, perlu sedikit

disinggung mengenai proses produksi bunyi. Bunyi dihasilkan dari udara pada-

paru yang dilewatkan melalui Trachea dan melewati pita suara pada

tenggorokan. Jika otot pita suara tidak digerakkan, maka udara yang

melewatinya langsung menuju pharynx dan keluar menuju mulut. Namun jika otot

pita suara digerakkan, maka udara akan dihambat dan menghasilkan bunyi

bersuara atau bunyi tak bersuara. Udara dari tenggorokan kemudian dapat

dilewatkan melalui hidung (nasal) atau mulut (oral). Organ bicara yang berfungsi

sebagai pembenghasil bunyi disebut dengan artikulator. Udara yang melewati

mulut kemudian dihambat oleh artikulator atau dilangsung keluar dari mulut.

Variasi bunyi yang dihasilkan dari variasi organ-organ bicara yang terlibat dalam

produksi bunyi, yang meliputi tempat artikulasi (place of articulation), titik

artikulasi (point of articulation), dan cara artikulasi (manners of articulation).

Page 2: Gangguan berbicara

2

b. Gangguan Berbicara dan Penyebabnya

Gangguan berbicara mempengaruhi bagaiman seseorang berbicara. Orang

yang mengalami gangguan berbicara sebenarnya tahu apa yang akan

disampaikannya, namun meraka mengalami kesulitan dalam meproduksi bunyi

yang mengakibatkan komunikasinya terganggu. Dalam studi tentang gangguan

bahasa dan bicara (Speech Language Pathology), secara umum gangguan

berbicara meliputi, gangguan kefasihan, gangguan artikulasi, dan gangguan

suara.

1. Gangguan Kefasihan

Penderita yang mengalami gangguan kefasihan berbicara (fluency

disorder) biasanya mengalami kegagapan, pengulangan kata-kata, latah,

atau memperpanjang bunyi, silaba, atau kata tertentu. Gangguan

kefasihan umum terjadi pada anak-anak, misalnya menambahkan bunyi

Page 3: Gangguan berbicara

3

‘oh’, mengganti kalimat (seperti ‘mama pergi – mama ke pasar’),

mengulangi frasa (seperti ‘aku mau, aku mau, aku mau pulang’, atau

mengulangi bunyi (seperti ‘a-a-a- aku mau permen). Seiring

bertambahnya usia dan pengetahuannya tentang bahasa, gangguan

kefasihan tersebut bisa hilang. Namun demikian, gangguan tersebut bisa

saja bertahan hingga dewasa yang dapat menghambatnya dalam

interaksi sosial.

Gagap biasanya diderita oleh anak-anak dan biasanya hilang seiring

pertambahan usianya. Namun demikian, tidak sedikit orang dewasa yang

menderita gagap. Orang yang gagap sebenarnya tahu bahwa tuturan

yang dihasilkannya tidak benar, namuin mereka tidak mampu

mengendalikannya ujarannya. Selain gangguan komunikasi, orang yang

mengalami kegagapan juga dapat mengalami gangguan psikologis

seperti minder dan enggan bergaul.

Belum ada yang tahu penyebab yang pasti mengapa seseorang

mengalami kegagapan. Namun, para ilmuan menemukan bahwa 50%

penderita gagap memiliki riwayat anggota keluarga yang mengalami

kegagapan. Hal ini menunjukan bahwa gagap merupakan gangguan yang

dibawa secara genetis. Para peneliti tersebut juga menemukan bahwa

laki-laki lebih banyak menderita gagap dari pada perempuan. (22)

Selain gagap, gangguan kefasihan juga dapat berupa gangguan

psikogenik seperti berbicara manja, berbicara kemayu, dan latah.

2. Gangguan Artikulasi

Artikulasi bunyi melibatkan organ bicara seperti lidah, gigi, bibir, dan

palatal. Ganguan artikulasi dapat diakibatkan oleh kangker mulut dan

tenggorokan, kecelakaan, bawaan lahir (seperti celah bibir), atau faktor

Page 4: Gangguan berbicara

4

lain yang mengakibatkan rusaknya organ bicara. Orang yang mengalai

gangguan artikulasi biasanya bermasalah dalam melafalkan bunyi atau

melafalkan bunyi dengan keliru. Perubahan bunyi b menjadi w, seperti

pada pelafalan ’wambut’ untuk kata ‘rambut’, penghilangan bunyi, seperti

pada pelafalan ‘and’ untuk kata ‘hand’, salah pengucapan, seperti pada

pelafalan ‘tsutsu’ untuk kata ‘susu’. Beberapa kesalahan artikulasi juga

dipengaruhi oleh faktor bahasa ibu dan dialek daerah.

Gangguan artikulasi pada anak-anak masih dianggap normal, namun

seiring perkembangannya, jika gangguan artikulasi masih terjadi, maka

hal tersebut sudah dapat dianggap sebagai sebuah kelainan atau

penyakit. Walaupun gangguan artikulasi pada anak-anak tidak

menghambatnya dalam berkomunikasi, namun pada usia sekolah

biasanya mereka menjadi bahan tertewaan teman-temannya.

Selain faktor rusaknya organ wicara, faktor neurologis juga dapat

mengakibatkan gangguan artikulasi. Dysarthria adalah gangguan motorik

yang diakibatkan oleh lesi pada otak di daerah yang bertanggung jawab

untuk perencanaan, eksekusi, dan pengendalian gerakan otot yang

dibutuhkan untuk berbicara. Dysarthria umumnya ditemukan pada orang

yang pernah mengalaim stroke, tumor, dan penyakit degenerative seperti

Parkinson. Orang yang mengalami Dysarthria biasanya mengalami serak

atau parau, bahkan tidak dapat berbicara sama sekali. Penderita

biasanya berbicara pelan, tidak jelas, dan sulit dimengerti karena

kesalahan artikulasi konsonan. Indikasi lain Dysarthria biasanya penderita

berbicara melalui hidung dan seperti bergumam. Namun demikian,

gejalana tergantung pada lokasi dan kadar kerusakan sistem saraf.

Page 5: Gangguan berbicara

5

Ganguan saraf lain yang dapat menimbulkan ganguan bicara adalah

Apraxia atau dikenal dengan motorik-fonetik (Jack dan Robin……), yaitu

gangguan yang diakibatkan oleh kerusakan bagian otak yang

berhubungan dengan proses bicara yang mengakibatkan

ketidakmampuan menerjemahkan bentuk gramatikal kedalam susunan

fonetik yang benar.Penderita biasanya mengalami kesulitan, susunan

fonetis, irama dan waktu, atau berbicara sesuatu yang berbeda dari yang

dimaksudkannya.

Apraxia pada anak-anak (Developmental Apraxia of Speech),

ditandai dengan keterlambatan bicara. Anak-anak yang mengalami

gangguan ini tidak melewati tahap babbling. Seiring bertambahnya usia,

pada saat dewasa mereka mengalami kesulitan dalam mengucapkan

frasa yang atau kalimat yang panjang. Anak yang mengalami masalah

dengan kemampuan otaknya dalam pengolahan dan penyampaian sinyal

yang dibutuhkan untuk berbicara. Diantara faktor yang menyebabkan

keterlambatan bicara pada anak antara laian, gangguan pedengaran,

gangguan pada otot bicara, keterbatasan kemampuan kognitif,

mengalamai gangguan pervasive, dan kurangnya komunikasi dan

interaksi dengan orang tua dan lingkungannya. (Sastra, 2011)

Apraxia pada orang dewasa (Acquire Apraxia) agak berbeda dengan

Apraxia pada anak-anak karena mereka telah memiliki bahasa.

Gangguan pada orang dewasa biasanya ditandai dengan

ketidakmampuannya dalam menyusun kata atau silaba dengan benar.

Mereka biasanya sadar akan kesalahannya dan berusaha mengulangi

tuturannya dengan benar, seperti pada contoh berikut ini

Page 6: Gangguan berbicara

6

O-o-on . . . on . . . on our cavation, cavation, cacation . . oh darn . . . vavation, oh, you know, to Ca-ca-caciporenia . . . no, Lacifacnia, vafacnia to Lacifacnion.... On our vacation to Vacafornia, no darn it . . . to Ca-caliborneo . . . (Lanier,

Apraxia pada orang dewasa dapat disebabkan oleh stroke, tumor, atau

penyakit lain yang dapat mempengaruhi otak.

3. Gangguan Suara

Ganguan suara meliputi gangguan nada, gangguan kualitas bunyi,

dan gangguan kenyaringan. Gangguan suara biasanya dapat berupa

kemonotanan nada, parau, serak, bunyi yang terlalu rendah atau terlalu

tinggi, atau kualitas bunyi nasal seseorang. Gangguan suara dapat

diakibatkan oleh, kecelakaan, kerusakan atau penyakit pada tenggorokan.

Kerusakan atau penyakit pada tenggorokan dapat menyebabkan pita

suara tidak bekerja dengan baik sehingga menyebabkan gangguan suara.

Spasmodic dysphonia merupakan gangguan suara disebabkan oleh

kejangnya pita suara. Hal tersebut menggangu aliran udara pada pita

suara sehingga menghasilakn buny tersendat, gemetar, suara merintih.

Kejang pada pita suara juga dapat menyebabkan Aphonia (hilangnya

suara), puberphonia (rentang suara yang sangat tinggi) dan dysphonia

(penurunan kualitas suara).

c. Penanganan Gangguan Bicara

Penanganan gangguan bicara diawali dengan identifikasi pasein (Sastra, 2011)

seperti, riwayat kesehatan, kemampuan berbicara, kemampuan mendengar,

kemapuan kognitif, dan kemampuan berkomunikasi. Kemudian penanganan

dilanjutkan dengan diagnosis gangguan yang dialami pasien. Setelah hasil

diagnosis didapat, barulah diterapkan terapi yang tepat untuk pasien.

Page 7: Gangguan berbicara

7

1. Terapi Bicara

Terapi bicara biasanya menggunakan audio atau video dan cermin.

Setelah pasien mengetahui gangguan yang dideritanya, terapis kemudian

mengajarkan kemampuan berbicara dengan menggunakan metode yang

sesuai dengan usia pasien. Terapi bicara anak-anak biasanya

menggunakan pendekatan bermain, boneka, bermain peran,

memasangkan gambar atau kartu. Terapi bicara orang dewasa biasanya

menggunakan metode langsung, yaitu melalui latihan dan praktek. Terapi

artikulasi pada orang dewasa berfokus untuk membantu pasien agar

dapat memproduksi bunyi dengan tepat. Terapi ini biasanya meliputi

bagaimana menempatkan posisi lidah dengan tepat, bentuk rahang, dan

mengontrol nafas agar dapat memproduksi bunyi dengan tepat. Untuk

gangguan suara, terapi berfokus pada bagaimana menghasilkan bunyi

yang baik dan memperbaikan tingkah laku yang mengakibatkan

gangguan vokal.

2. Terapi Oral Motorik

Terapi ini menggunakan latihan yang tidak melibatkan proses bicara,

seperti minum melalui sedotan, menium balon, atau meniu terompet.

Latihan ini bertujuan untuk melatih dan memperkuat otot yang digunakan

untuk berbicara.

3. Terapi Berbasis Komputer

Seiring perkembangan teknologi, para ahli patologi bahasa dan

bicara mengembangkan berbagai piranti lunak yang dapat membantu

dalam proses terapi gangguan bicara, diantaranya:

Page 8: Gangguan berbicara

8

TinyEYE merupakan piranti lunak yang memungkinkan terapi bicara

dapat dilakukan dari jarak jauh. Metode yang digunakan pada piranti

ini sama dengan metode yang dipakai pada terapi tatap muka.

Fast ForWord merupakan piranti lunak yang dirancang berdasarkan

masalah pada proses pendengaran. Piranti ini menggunakan

permainan yang dirancang untuk memperlambat tempo suara

sehingga memungkinkan pengguna untuk membedakan bunyi.

TWIST (Technology with Innovative Speech Therapy) merupakan

piranti lunak yang dikembangkan untuk terapi berbicara bagi

penderita stroke, penderita geger otak, penderita penyakit degeneratif

saraf, dan anak-anak yang mengalami gangguan berbicara.

4. Terapi Intonasi Melodi

Terapi intonasi melodi dapat diterapkan pada penderita stroke yang

mengalami gangguan berbahasa. Musik atau melodi yang digunakan

biasanya yang bertempo lambat, bersifat lrik, dan mempunyai tekana

yang berbeda. (Sastra, 2011).

Selain mengembangkan berbagai metode dan instrumen terapi berbicara, para

ahli juga mengembangkan komunikasi alternatif bagi para penderita gangguan

berbicara agar dapat berkomunikasi, seperti bahasa isyarat, bahasa tubuh,

papan komunikasi, atau yang lebih canggih seperti piranti elektronik yang dapat

memproduksi suara.

Gannguan berbicara patut menjadi perhatian serius karena menyangkut aspek

yang sangat penting dalam kehidupan manusia, yaitu komunikasi. Gangguan

berbicara yang meliputi gangguan kefasihan, gangguan artikulasi, dan gangguan

suara walaupun tidak mengancam kehidupan, namun dapat mempengaruhi

kepercayaan diri dan kualitas kehidupan. Berbagai penyebab baik faktor genetis

Page 9: Gangguan berbicara

9

maupun faktor non genetis, seperti cacat lahir, kecelakaan, kanker, stroke, geger

otak, dan faktor sosial dapat menyebabkan gangguan bicara. Dengan adanya

terapi bicara dengan berbagai metode terapi banyak orang yang telah terbantu

untuk dapt menjalankan kehidupan dengan kepercayaan diri dan memperoleh

kualitas hidup yang lebih baik.

Rujukan:

Lanier, Wendy. 2010. Speech Disorder. Gale: Detroit

Ackermann, Hermann, Ingo Hertrich, dan Wolfram Ziegler. 2010. “Dysarthria”

dalam The Handbook of Language and Speech Disorders, ed. Jack S. Damico,

Nicole Müller, dan Martin J. Ball, 362-390. Blackwell: United Kingdom.

Jacks, Adam dan Donald A. Robin. 2010. “Apraxia of Speech” dalam The

Handbook of Language and Speech Disorders, ed. Jack S. Damico, Nicole

Müller, dan Martin J. Ball, 391-409. Blackwell: United Kingdom.

Sastra, Gusdi. 2011. Neurolinguistik: Sebuah Pengantar. Alfabeta: Bandung.

Tetnowski, John A. dan Kathy Scaler Scott. 2010. “Fluency and Fluency

Disorders” dalam The Handbook of Language and Speech Disorders, ed. Jack S.

Damico, Nicole Müller, dan Martin J. Ball, 431-454. Blackwell: United Kingdom.

Morris, Richard dan Archie Bernard Harmon. 2010. “Describing Voice Disorders”

dalam The Handbook of Language and Speech Disorders, ed. Jack S. Damico,

Nicole Müller, dan Martin J. Ball, 454-473. Blackwell: United Kingdom.

Page 10: Gangguan berbicara

10