Gambaran Radiologi Osteomielitis dr. Pherena Amalia, Sp. Rad

32
1 REFERAT PEMERIKSAAN RADIOLOGI PADA OSTEOMIELITIS Disusun oleh : Dwi Arum Agustiastuti (0861050181) Pembimbing : dr. Pherena, SpRad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

description

RadiologiOsteomielitis

Transcript of Gambaran Radiologi Osteomielitis dr. Pherena Amalia, Sp. Rad

1

REFERAT

PEMERIKSAAN RADIOLOGI PADA

OSTEOMIELITIS

Disusun oleh :

Dwi Arum Agustiastuti

(0861050181)

Pembimbing :

dr. Pherena, SpRad

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

PERIODE 10 November – 14 Desember 2014

2

JAKARTA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Pemeriksaan Radiologi Pada

Osteomielitis”. Tugas referat ini saya buat dengan tujuan selain sebagai salah satu tugas

kepaniteraan klinik bagian Ilmu Radiologi juga bertujuan agar para dokter muda mengetahui dan

memahami tentang “Pemeriksaan Radiologi Pada Osteomielitis”

Saya ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan

referat ini, khususnya dr. Pherena, Sp.Rad yang telah berkenan membimbing dan menguji

referat ini. Akhir kata saya mohon kritik dan saran yang membangun demi kemajuan kita

bersama, khususnya mengenai referat ini.

Jakarta, Desember 2014

Penulis

3

DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………………….......i

Kata Pengantar ………………………………………………………………………..ii

Daftar Isi …………………………………………………………………………......iii

Bab I Pendahuluan …………………………………………………………………....1

Bab II Isi ……………………………………………………………………………..2

2.2.1. Osteomielitis hematogen akut..............................................................................3

2.2.2 Osteomielitis hematogen subakut..........................................................................8

2.2.3 Osteomielitis kronis.............................................................................................10

2.3 Osteomielitis pada tulang lain.............................................................................14

2.4 Diagnosis banding..............................................................................................17

Bab III Kesimpulan …………………………………………………………….…...20

Daftar Pustaka …………………………………………………………………….....2

4

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan, baik itu jaringan

pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Fungsi

utama sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat untuk bergerak. Oleh karena itu,

jika terdapat kelainan pada sistem ini maka kedua fungsi tersebut juga akan terganggu. Infeksi

muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi serta dapat melibatkan seluruh struktur

dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya bahkan

membahayakan jiwa.

Osteomielitis (osteo-berasal dari kata Yunani yaitu osteon, berarti tulang, myelo artinya

sumsum, dan-itis berarti peradangan) secara sederhana berarti infeksi tulang atau sumsum tulang.

Osteomielitis akut terutama ditemukan pada anak-anak. Tulang yang sering terkena ialah femur

bagian distal, tibia bagian proksimal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal dan distal, serta

vertebra. Osteomielitis masih merupakan permasalahan dinegara kita karena :

- Tingkat higienis yang masih rendah dan pengertian mengenai pengobatan yang belum

baik

- Diagnosis yang sering terlambat sehingga biasanya berakhir dengan osteomielitis kronis

- Fasilitas diagnostik yang belum memadai di puskesmas – puskesmas

- Angka kejadian tuberkulosis di Indonesia pada saat ini masih tinggi sehingga kasus –

kasus tuberkulosis tulang dan sendi juga masih tinggi

- Pengobatan osteomielitis memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya tinggi

- Banyaknya penderita dengan fraktur terbuka yang datang terlambat dan biasanya datang

dengan komplikasi osteomielitis

5

Dengan diagnosis dini dan obat – obat antibiotik/tuberkulostatik yang ada pada saat ini,

angka kejadian osteomielitis diharapkan berkurang.

BAB II

ISI

2.1. Definisi Osteomielitis

Osteomielitis = ( osteo + mielitis ) adalah radang tulang yang disebabkan oleh

organisme piogenik, walaupun berbagai organ infeksi lain juga dapat menyebabkannya.

Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum,

korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum.

2.2. Klasifikasi Osteomielitis

6

Osteomielitis secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan klinis,

yaitu osteomielitis akut, sub akut, dan kronis. Hal tersebut tergantung dari intensitas

proses infeksi dan gejala yang terkait.

2.2.1. Osteomielitis Hematogen Akut

Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut

yang disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikro – organisme berasal dari fokus

ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering ditemukan pada

anak – anak dan sangat jarang pada orang dewasa. Diagnosis yang dini sangat penting

oleh karena prognosis tergantung dari pengobatan yang tepat dan segera.

Etiologi

Sebanyak 90 % disebabkan oleh stafilokokus aureus hemolitikus ( koagulasi

positif ) dan jarang oleh streptokokus hemolitikus. Pada anak umur dibawah 4 tahun

sebanyak 50 % disebabkan oleh Hemofilus influenza. Adapun organisme lain seperti B.

Colli, B. Aerogenus kapsulata, Pneumokokus, Salmonella tifosa, Pseudomonas

aerogenus, Proteus mirabilis, Brucella, dan bakteri anaerobik yaitu Bakteroides fragilis

juga dapat menyebabkan osteomielitis hematogen akut.

Faktor predisposisi osteomielitis akut adalah :

- Umur, terutama mengenai bayi dan anak – anak

- Jenis kelamin, lebih sering pada laki – laki daripada wanita dengan perbandingan 4:1

- Trauma, hematogen akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor

predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut

7

- Lokasi, osteomielitis hematogen akut sering terjadi pada daerah metafisis karena daerah

ini merupakan daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan tulang

- Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi sebelumnya

(seperti bisul, tonsilitis ) merupakan faktor predisposisi osteomielitis hematogen akut

Patologi dan Patogenesis

Penyebaran osteomielitis terjadi melalui dua cara, yaitu :

1.Penyebaran umum

• Melalui sirkulasi darah berupa bakterimia dan septikemia

• Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifokal pada daerah – daerah

lain.

2.Penyebaran lokal

• Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periost

• Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai dibawah kulit

• Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi artritis septik

• Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga sistem sirkulasi dalam tulang

terganggu. Hal ini menyebabkan kematian tulang lokal dengan terbentuknya tulang mati

yang disebut sekuestrum.

8

Gambar skematis perjalanan penyakit osteomielitis

A. Fokus infeksi pada lubang akan berkembang dan pada tahap ini menimbulkan edema

periosteal dan pembengkakan jaringan lunak.

B. Fokus kemudian semakin berkembang membentuk jaringan eksudat inflamasi yang

selanjutnya terjadi abses subperiosteal serta selulitis dibawah jaringan lunak

C. Selanjutnya terjadi elevasi periosteum diatas daerah lesi, infeksi menembus

periosteum dan terbentuk abses pada jaringan lunak dimana abses dapat mengalir

keluar melalui sinus pada permukaan kulit. Nekrosis tulang akan menyebabkan

terbentuknya sekuestrum dan infeksi akan berlanjut kedalam kavum medula.

Patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut tergantung pada umur,

daya tahan penderita, lokasi infeksi serta virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui aliran

darah dari fokus tempat lain dalam tubuh pada fase bakterimia dan dapat menimbulkan

septikemia. Embolus infeksi kemudian masuk kedalam juksta epifisis pada daerah

metafisis tulang panjang. Proses selanjutnya terjadi hiperemi dan edema didaerah

metafisis disertai pembentukan pus. Terbentuknya pus menyebabkan tekanan dalam

tulang bertambah. Peninggian tekanan dalam tulang mengakibatkan terganggunya

9

sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah tulang yang akhirnya menyebabkan

nekrosis tulang. Disamping itu pembentukan tulang baru yang ekstensif terjadi pada

bagian dalam periosteum sepanjang diafisis ( terutama anak – anak ) sehingga terbentuk

suatu lingkungan tulang seperti peti mayat yang disebut involucrum dengan jaringan

sekuestrum didalamnya. Proses ini terlihat jelas pada akhir minggu kedua. Apabila pus

menembus tulang, maka terjadi pengaliran pus ( discharge ) dari involucrum keluar

melalui lubang yang disebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit.

Pada tahap selanjutnya akan berkembang menjadi osteomielitis kronis. Pada

daerah tulang kanselosa, infeksi dapat terlokalisir serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang

membentuk abses tulang kronik yang disebut abses Brodie.

Gambaran Klinis

Osteomielitis hematogen akut berkembang secara progresif atau cepat. Pada

keadaan ini mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakterial pada kulit dan saluran

napas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah infeksi, nyeri tekan

dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan.

Gejala – gejala umum timbul akibat bakterimia dan septikemia berupa panas

tinggi, malaise serta nafsu makan yang berkurang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan

adanya:

- Nyeri tekan

- Gangguan pergerakan sendi oleh karena pembengkakan sendi dan gangguan akan

bertambah berat bila terjadi spasme lokal.

Pemeriksaan Radiologis

• Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak ditemukan kelainan

radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan pembengkakan jaringan lunak.

10

Gambar 1. Proyeksi lateral pada tibia terlihat gambaran sklerotik di diametafisis tibia

Gambar 2. Proyeksi AP pada tibia terlihat gambaran sklerotik di lateral diametafisis

tibia.

Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari ( 2 minggu ) berupa refraksi

tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan pembentukan tulang baru dibawah

periosteum yang terangkat.

11

Gambar 3. Tampak destruksi tulang pada tibia dengan pembentukan tulang subperiosteal

• Pemeriksaan Ultrasonografi dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.

Gambar 4.Ultrasound image of the left hip shows a large joint effusion

Pengobatan

12

o Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu

Stafilokokus aureus sambil menunggu hasil biakan kuman. Antibiotik diberikan

selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum dan laju endap darah

penderita. Antibiotik tetap diberikan hingga 2 minggu setelah laju endap darah

normal.

o Istirahat dan pemberian analgesik juga diperlukan untuk menghilangkan nyeri.

o Apabila setelah 24 jam pengobatan lokal dan sistemik antibiotik gagal ( tidak ada

perbaikan keadaan umum ), maka dapat dipertimbangkan drainase bedah. Pada

drainase bedah, pus subperiosteal dievakuasi untuk mengurangi tekanan intra-

oseus kemudian dilakukan pemerikasaan biakan kuman. Drainase dilakukan

selama beberapa hari dengan menggunakan cairan Nacl 0,9% dan dengan

antibiotik.

Gambar 5. skematis drainase bedah. Sebuah kateter dimasukkan kedalam tabung

pengisap ( suction ) yang lebih besar. Antibiotik dimasukkan melalui kateter dan diisap

melalui suction.

2.2.2. Osteomielitis Hematogen Subakut

Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan oleh karena organisme

penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten.

Etiologi

13

Osteomielitis hematogen subakut biasanya disebabkan oleh Stafilokokus aureus

dan umumnya berlokasi dibagian distal femur dan proksimal tibia.

Patologi

Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang kanselosa dan

mengandung cairan seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi yang terdiri

atas sel – sel inflamasi akut dan kronik dan biasanya terdapat penebalan trabekula.

Gambaran Klinis

Osteomielitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anak – anak dan

remaja. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri lokal, sedikit

pembengkakan dan dapat pula penderita menjadi pincang. Terdapat rasa nyeri pada

daerah sekitar sendi selama beberapa minggu atau mungkin berbulan – bulan. Suhu tubuh

biasanya normal.

Pemeriksaan Radiologis

Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm terutama

pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang – kadang pada daerah diafisis

tulang panjang.

14

Gambar 6. radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada osteomielitis sub

akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas yang dikelilingi oleh daerah sclerosis.

Pengobatan

Begitu diagnostik ditegakan, antibiotik berspektrum luas dengan dosis yang

adekuat harus segera diberikan selama 6 minggu.

2.2.3. Osteomielitis Kronis

Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut yang

tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis juga dapat terjadi

setelah fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi pada tulang.

Etiologi

Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama oleh stafilokokus aureus ( 75 %),

atau E.colli, Proteus atau Pseudomonas.

15

Patologi dan patogenesis

Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat

terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada tulang. Sekuestrum ini

merupakan benda asing bagi tulang dan mencegah terjadinya penutupan kloaka ( pada

tulang ) dan sinus ( pada kulit ). Sekuestrum diselimuti oleh involucrum yang tidak dapat

keluar/dibersihkan dari medula tulang kecuali dengan tindakan operasi. Proses

selanjutnya terjadi destruksi dan sklerosis tulang yang dapat terlihat pada foto rontgen.

Gambaran Klinis

Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka/sinus setelah

operasi yang bersifat menahun. Kelainan kadang – kadang disertai demam dan nyeri

lokal yang hilang timbul didaerah anggota gerak tertentu. Pada pemeriksan fisik

ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan. Mungkn

dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit. Biasanya terdapat

riwayat fraktur terbuka atau osteomielitis pada penderita.

Pemeriksaan Radiologis

1. Foto polos

Pada foto rontgen dapat ditemukan adanya tanda – tanda porosis dan sklerosis tulang,

penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin adanya sekuestrum.

16

Gambar 7. Proyeksi AP wrist terlihat gambaran lesi osteolitik dan sclerosis extensive

dibagian distal metafisis pada radius

Gambar 8. Osteomielitis lanjut pada seluruh tibia dan fibula kanan. Ditandai dengan

adanya gambaran sekuestrum (panah).

2. CT dan MRI

Pemeriksaan ini bermanfaat untuk membuat rencana pengobatan serta untuk melihat

sejauh mana kerusakan tulang terjadi

17

Gambar 9. CT image pada osteomielitis kronik.

A. In this tibia, chronic osteomyelitis is associated with a radiodense sharply

marginatedfocus within a lucent cavity (arrow).

B. Coronal reformatted image.

C & D. Transaxialimages. CT scanning can be used to identify sequestered bone as in

these tibiae

Pengobatan

Pengobatan osteomielitis kronis terdiri atas :

1. Pemberian antibiotik

Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata – mata.

Pemberian antibiotik ditujukan untuk:

• Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat lainnya.

• Mengontrol eksaserbasi akut

2. Tindakan operatif

Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian

dan pemayungan antibiotik yang adekuat.

Operasi yang dilakukan bertujuan untuk :

• Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun jaringan

tulang ( sekuestrum ) sampai ke jaringan sehat sekitarnya. Selanjutnya dilakukan

18

drainase dan dilanjutkan secara kontinu selama beberapa hari. Adakalanya diperlukan

penanaman rantai antibiotik didalam bagian tulang yang infeksi

• Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapai sasaran dan

mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut.

2.3.Osteomielitis pada Tulang Lain

2.3.1. Tengkorak

Biasanya osteomielitis pada tulang tengkorak terjadi sebagai akibat perluasan

infeksi di kulit kepala atau sinusitis frontalis. Proses destruksi bisa setempat atau

difus. Reaksi periosteal biasanya tidak ada atau sedikit sekali. Dibawah ini adalah

gambaran CT-SCAN kepala pada pasien dengan Osteomielitis Tuberkulosis.

2.3.2. Mandibula

Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur, abses gigi, atau ekstraksi gigi. Namun,

infeksi osteomielitis juga dapat menyebabkan fraktur pada mulut. Infeksi terjadi

melalui kanal pulpa merupakan yang paling sering dan diikuti hygiene oral yang

buruk dan kerusakan gigi.

19

2.3.3. Pelvis

Osteomielitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian sayap tulang

ilium dan dapat meluas ke sendi sakroiliaka. Sendi sakroiliaka jarang terjadi. Pada

foto terlihat gambaran destruksi tulang yang luas, bentuk tak teratur, biasanya dengan

sekuester yang multipel. Sering terlihat sklerosis pada tepi lesi. Secara klinis sering

disertai abses dan fistula.

Bedanya dengan tuberkulosis, ialah destruksi berlangsung lebih cepat, dan pada

tuberkulosis abses sering mengalami kalsifikasi. Dalam diagnosis diferensial perlu

dipikirkan kemungkinan keganasan.

Osteitis pubis merupakan infeksi bagian bawah yang sekitar simfisis pubis yang

merupakan komplikasi dari operasi dari prostat dan kandung kemih atau , jarang

akibat operasi pelvis lainnya.

20

2.3.4. Osteomielitis Pada Tulang Belakang

Vertebra adalah tempat yang paling umum pada orang dewasa terjadi

osteomielitis secara hematogen. Organisme mencapai badan vertebra yang memiliki

perfusi yang baik melalui arteri tulang belakang dan menyebar dengan cepat dari

ujung pelat ke ruang diskus dan kemudian ke badan vertebra. Sumber bakteremia

termasuk dari saluran kemih (terutama di kalangan pria di atas usia 50), abses gigi,

infeksi jaringan lunak, dan suntikan IV yang terkontaminasi, tapi sumber bakteremia

tersebut tidak tampak pada lebih dari setengah pasien. Banyak pasien memiliki

riwayat penyakit sendi degeneratif yang melibatkan tulang belakang, dan beberapa

melaporkan terjadinya trauma yang mendahului onset dari infeksi. Luka tembus dan

prosedur bedah yang melibatkan tulang belakang dapat menyebabkan osteomielitis

vertebral nonhematogeno atau infeksi lokal pada diskus vertebra.

Osteomielitis pada vertebrae jarang terjadi, hanya 10% dari seluruh infeksi tulang

(Epstein, 1976), dan dapat muncul pada seluruh usia. Kuman penyebab terbanyak

ialah Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Pasien yang menderita penyakit ini

sering memiliki riwayat infeksi kulit atau pelvis. Penyebaran infeksi biasanya menuju

badan vertebra daripada bagian yang lainnya, dan pada bagian yang mengandung

banyak darah. Badan vertebrae memiliki banyak pembuluh darah, khususnya di

21

bawah end plate dimana terdapat sinusoid yang besar dengan aliran pelan sehingga

berpotensi untuk terjadi infeksi.

2.4. Diagnosa Banding

Biasanya, gambaran radiografi osteomyelitis sangat karakteristik dan diagnosis

mudah dibuat sesuai dengan riwayat klinis, dan pemeriksaan radiologis tambahan.

Namun demikian, osteomyelitis dapat juga meniru kondisi lainnya seperti tumor tulang.

1. Osteo Sarkoma

Merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan prognosis yang

buruk. Kebanyakan penderita berumur antara 10-25 tahun. Paling sering ditemukan

sekitar lutut, yaitu lebih dari 50 %. Tulang – tulang yang sering terkena adalah femur

distal, tibia proksimal, humerus proksimal, dan pelvis. Pada tulang panjang, tumor

biasanya mengenai bagian metafisis. Garis epifisier merupakan barrier dan tumor jarang

menembusnya.

Gambaran radiologik : tampak destruksi tulang yang berawal pada medula dan

terlihat sebagai daerah yang radiolusen dengan batas yang tidak tegas. Pada stadium dini

terlihat reaksi periosteal seperti garis – garis tegak ( Sunray appearance ). Dengan

membesarnya tumor, selain korteks juga tulang subperiosteal akan dirusak oleh tumor

yang meluas ke luar tulang, berbentuk segitiga ( segitiga codman ). Pada stadium dini

Gambaran tumor ini sukar dibedakan dengan osteomielitis.

22

2. Sarkoma Ewing

Tumor ganas primer ini paling sering mengenai tulang panjang. Kebanyakan

diafisis. Tulang yang juga sering terkena adalah pelvis dan tulang iga. 75% dari penderita

dibawah umur 20 tahun, paling sering antara 5-15 tahun.

23

Gambaran radiologik : tampak lesi destruksi yang bersifat infiltrat yang berawal

dimedula, pada foto terlihat sebagai daerah – daerah radiolusen. Tumor cepat merusak

korteks dan tampak reaksi periosteal, sebagai garis – garis yang berlapis – lapis

menyerupai kulit bawang ( onion peel appearance ). Tumor membesar dengan cepat,

biasanya dalam beberapa minggu tampak destruksi tulang yang luas dan pembengkakan

jaringan lunak yang besar karena infiltrasi tumor ke jaringan sekitar tulang.

24

BAB III

KESIMPULAN

Osteomielitis adalah infeksi tulang atau sumsum tulang. Osteomielitis dapat menyerang

orang pada semua usia. Pemeriksaan penunjang atau pencitraan yang dapat dilakukan adalah foto

polos, CT scan, MRI, dan Radioisotop bone scan, yang memiliki keunggulan masing-masing.

Pada pemeriksaan foto polos radiologi akan kita dapatkan hilangnya gambaran fasia, gambaran

litik pada tulang (radiolusen), sequester dan involucrum. Pada CT scan pun akan didapatkan

gambaran serupa, namun gambaran tampak lebih jelas, gambaran didapat dari segala arah .

Jaringan yang keras secara umum lebih baik ditunjukan oleh CT scan. Gambaran MRI lebih jelas

menunjukkan perluasan patologis tulang dan jaringan lunak sekitarnya. Sedangkan pemeriksaan

scan radioisotop sensitif untuk osteomielitis disebabkan sifat radioisotop pada bone scan akan

memperlihatkan daerah kerusakan sel tulang atau gambaran kehitaman yang memusat pada

daerah sel-sel yang rusak, namun tidak spesifik, karena kerusakan sel tidak hanya ditunjukan

oleh osteomielitis saja.

Gambaran radiografi foto polos osteomyelitis sangat khas dan diagnosis dapat mudah

dibuat disesuaikan dengan riwayat klinis, sehingga pemeriksaan radiologis tambahan lainnya

seperti CT, dan MRI jarang diperlukan.

25

Daftar Pustaka

1. Radiologi Diagnostik, sjahriar rasad, dkk, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta, 2001.

2. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Prof.Chairuddin Rasjad, MD.,Ph.D.

3. Sutton, David.Text book of Radiology and imaging. Volume 2. Seventh edition.

4. Kamus kedokteran Dorland

5. Imaging.consult.com

6. Emedicine.medscape.com

7. www.medscape.com .