Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

33
REFERAT ASTROCYTOMA Disusun oleh : Dian Lestari 0961050092 Pembimbing : Dr. Pherena Amalia Rohani, Sp.Rad KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI PERIODE 2 MARET 2015 – 4 APRIL 2015 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA 1

description

Referat dr.Pherena Amalia, Sp.Rad

Transcript of Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

Page 1: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

REFERAT

ASTROCYTOMA

Disusun oleh :

Dian Lestari

0961050092

Pembimbing :

Dr. Pherena Amalia Rohani, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI

PERIODE 2 MARET 2015 – 4 APRIL 2015

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2015

1

Page 2: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat yang diberikan sehingga penulisan referat yang berjudul Astrocytoma dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik Radiologi sebagai syarat kelulusan dapat terselesaikan tanpa hambatan dan rintangan yang berarti.

Penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bimbingn serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar – besarnya kepada orang tua dan keluarga, serta setiap dokter spesialis Radiologi di RS UKI, Cikini, dan Cibinong atas bantuan, bimbingan, serta pengertiannya selama penulisan karya tulis ini, terutama yang terhormat :

1. Dr. Pherena Amalia Rohani, SpRad sebagai pembimbing

2. Staff dan pengajar kepaniteraan klinik Radiologi

Kiranya karya tulis ini dapat bermanfaat di masa depan dan menjadi sumbangan dalam pengembangan informasi ilmiah baik bagi penulis, mahasiswa, institusi, dan masyarakat.

Jakarta, Maret 2015

Penulis

2

Page 3: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

I. PENDAHULUAN

Tumor adalah pertumbuhan abnormal jaringan tubuh. Tumor bisa menjadi kanker

(malignant) dan bisa juga tidak menjadi kanker (benign). Tumor bisa tumbuh di jaringan tubuh

manapun, misalnya tumor yang berada di saraf pusat. Menurut WHO tumor yang berada di sistem

saraf terbagi menjadi beberapa yaitu tumor jaringan saraf epitel, tumor kranial dan saraf

paraspinal dan tumor menings. Astrosit tumor adalah salah satu bagian dari tumor jaringan saraf

epitel.1

Astrocytoma merupakan tumor primer otak yang berasal dari astrocyt. Berbeda dengan

neuron, sel ini mempunyai kemampuan untuk membelah diri melalui mitosis. Astrocytoma terdiri

dari beberapa grade, mulai dari yang perkembangannya lambat (secara histologis mempunyai

struktur yang menyerupai sel normal) sampai yang perkembangannya cepat dan invasif

(mempunyai struktur sel yang berdiferensiasi buruk). Pada orang dewasa, astrocytoma biasanya

terdapat pada hemisphere tetapi pada anak-anak bisa juga didapatkan di serebellum.1

Glioma atau astrocytoma yang menyusun sekitar 50% tumor intrakranial, merupakan

tumor intrinsik otak, asal dari sel neuroglia, tersusun atas sel-sel yang relatif jinak (misalnya pada

astrocytoma) sampai yang paling ganas (pada glioblastoma). Berbeda pengertiannya pada tumor

sistemik lain, istilah maligna disini diartikan sebagai sifat biologik yang agresif, infiltratif, dan

prognosa yang jelek. Puncak insidensi dari low-grade astrocytoma (LGA), menunjukkan 25% dari

seluruh kasus pada orang dewasa, terjadi pada usia 30-40 tahun. Sepuluh persen LGA terjadi pada

usia yang lebih muda yaitu kurang dari 20 tahun, 60 % terjadi pada usia 20-45 tahun dan 30%

terjadi pada usia lebih dari 45 tahun. Usia rata-rata pasien yang dengan hasil biopsi anaplastik

astrocytoma adalah 41 tahun.1,2

Astrocytoma merupakan suatu grup neoplasma yang heterogen berasal dari sistem saraf

pusat yang mempunyai kemiripan pada gambaran klinis, gambaran radiologis dan prognosisnya.

Tumor otak intrinsik yang paling sering yaitu glioblastoma multiforme, merupakan high grade

astrocytoma (HGA) dan ganas. Berbeda dengan low grade astrocytoma (LGA) yang jumlahnya

lebih sedikit. Perkembangan neuroimaging mengarahkan pada diagnosis LGA yang sebelumnya

tidak dikenali. LGA secara definisi ada 2 yang berarti perkembangan yang lambat dan ketahanan

hidup pasien akan lebih lama daripada high grade glioma. Management yang baik meliputi

pengenalan, penanganan gejala (seperti kejang) dan pembedahan, dengan atau tanpa terapi

tambahan. LGA ditemukan dikedua otak dan spinal cord.1,2

Astrositoma mencakup tumor yang sangat bervariasi, tergantung lokasinya di SSP,

berpotensi untuk tumbuh menjadi invasif, progresif dan menyebabkan timbulnya berbagai gejala

klinik.2

3

Page 4: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

Gambar: Astrocyt di otak. Sel glia yang menempel pada vaskuler ditampilkan oleh gambar B (dikutip dari kepustakaan no 11)

II. EPIDEMIOLOGI

Astrositoma merupakan tumor yang banyak terjadi pada dekade pertama kehidupan

dengan puncaknya antara usia 5-9 tahun. Insidens astrositoma difus terbanyak dijumpai pada usia

dewasa muda (30- 40 tahun) sebanyak 25% dari seluruh kasus. Sekitar 10 % terjadi pada usia

kurang dari 20 tahun, 60% pada usia 20-45 tahun dan 30% di atas 45 tahun.2

III. ETIOLOGI

Penyebab pasti astrositoma tidak diketahui. Transformasi neoplastik sering dipikirkan

sebagai proses genetik. Mutasi dalam gen tertentu mempunyai peranan terhadap sel prekursor,

misalnya mutasi p53 ditemukan pada beberapa kasus. Satu-satunya faktor resiko yang telah

diketahui adalah paparan bahan kimia yang kronis.2

IV. ANATOMI

Otak merupakan salah satu organ pada tubuh manusia yang mempunyai berat sekitar 1300

gram terletak di dalam cranium, terdiri atas cerebrum, diencephalon, brain stem dan cerebellum.2,3

Cerebrum mempunyai dua hemisphere cerebri yang merupakan bagian terbesar dari otak

manusia dan terletak di fossa cranialis anterior, fossa cranialis media dan meluas ke posterior

hingga tepat diatas tentorium cerebelli dan cerebellum. Diantara hemisphere cerebri terdapat

fissure cerebri longitudinal, yang didalamnya terdapat falx cerebri. Diantara sulcus atau fissure

4

Page 5: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

terdapat gyrus. Bagian dalam kedua hemisphere dihubungkan oleh suatu serabut transversal yang

disebut corpus callosum. Pada hemisphere cerebri terdapat empat lobus utama yaitu lobus

frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis dan lobus occipitalis. Lapisan luar cortex cerebri

berupa substantia grisea (gray matter) dan lapisan dalam terdapat substantia alba (white matter).

Corpus striatum tersusun dari nucleus caudatus dan nucleus lentifomis, sedangkan nucleus

lentiformis dibagi lagi menjadi putamen dan globus pallidus. Diantara nucleus caudatus dan

nucleus lentiformis serta diantara nucleus lentiformis dan thalamus dilewati capsula interna yang

kadang-kadang dipertimbangkan sebagai bagian dari corpus striatum.3

Diencephalon tersusun dari thalamus, hypothalamus, epithalamus dan subthalamus.

Bagian ini mengelilingi ventriculus tertius. Diencephalon dikelilingi oleh hemisphere cerebri. Dua

thalamus menyusun empat perlima dari diencephalon dan mempunyai bentuk oval yang masing-

masing dihubungkan oleh jembatan substantia grisea yang disebut intermediate mass (adhesio

interthalamica).3

Brain stem merupakan bagian otak yang menyerupai batang (stemlike) menghubungkan

hemisphere cerebri dengan medulla spinalis. Pada brainstem dapat dibagi menjadi medulla

oblongata, pons dan mesencephalon (midbrain). Ujung inferior brain stem bersambung dengan

medulla spinalis. Bagian paling kecil dari otak adalah mesencephalon (midbrain). Di dalamya

terdapat canalis yang sempit disebut sebagai aquaductus cerebri (aquaductus silvii). Bagian

anterior dari midbrain terdapat pedunculus cerebri. Medulla oblongata terbentuk sebagai bagian

inferior dari brainstem.3,4

Cerebellum yang disebut juga otak kecil menutupi aspek posterior dan medulla oblongata,

serta meluas ke lateroposterior di bawah tentorium cerebelli. Cerebellum terdiri atas dibagian

tengah sebagai vermis dan dua lobus lateral atau hemisphere, yang pada lapisan luar sebagai

cortex dan bagian dalam sebagai medulla. Cerebellum terutama berfungsi mengatur sikap tubuh,

tonus otot dan koordinasi muskular.3,4

Secara umum, otak disuplai oleh arteri cerebri anterior, arteri cerebri media dan arteri

cerebri posterior. Aliran darah ke otak tersebut berasal dari dua pasang pembuluh darah, yaitu

arteri carotis interna dan arteri vertebralis. Arteri cerebri media terbentuk sebagai lanjutan dari

arteri carotis interna. Arteri basilaris dibentuk oleh penyatuan dari arteri vertebralis dextra dan

sinistra serta kemudian terpisah lagi menjadi arteria posterior. Pada basis otak terdapat circulus

willisi yang terbentuk dari arteri cerebri posterior, arteria communicans posterior, arteria carotis

interna, arteria communicans anterior dan arteria cerebri anterior.4

5

Page 6: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

Gambar anatomi otak (dikutip dari kepustakaan no 12)

V. PATOFISIOLOGI

Tumor ini akan menyebabkan penekanan ke jaringan otak sekitarnya, invasi dan destruksi

terhadap parenkim otak. Fungsi parenkim akan terganggu karena hipoksia arterial maupun vena,

terjadi kompetisi pengambilan nutrisi, pelepasan produk metabolisme, serta adanya pengaruh

pelepasan mediator radang sebagai akibat lanjut dari hal tersebut diatas. Efek massa yang

ditimbulkan dapat menyebabkan gejala defisit neurologis fokal berupa kelemahan suatu sisi

tubuh, gangguan sensorik, parese nervus kranialis atau bahkan kejang. Astrocytoma low grade

(grade II) menurut klasifikasi WHO akan tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan bentuk yang

maligna. Tumor doubling time untuk astrocytoma low grade kira-kira 4 kali lebih lambat

dibandingkan dengan astrocytoma anaplastic (grade III astrocytoma). Sering diperlukan waktu

beberapa tahun antara gejala awal hingga diagnosa low grade astrocytoma ditegakkan, interval ini

kira-kira 3,5 tahun. Astrocytoma low grade ini seringkali disebut diffuse astrocytoma WHO grade

II.4

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan jaringan, baik biopsi maupun reseksi,

sekaligus untuk menentukan grade tumor. CT scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)

dilakukan utuk menentukan ukuran, lokasi dan konsistensi tumor. LGA nampak sebagai gambaran

massa dengan densitas rendah, dan homogen (tanpa kontras). Astrocytoma anaplastik nampak

sebagai lesi dengan densitas inhomogen.4,5

a. Gejala klinis

Kejang-kejang umum merupakan manifestasi utama yang seringkali dijumpai, walaupun

secara retrospektif dapat djumpai gangguan-gangguan lain terlebih dahulu seperti kesulitan

berbicara, perubahan sensibilitas, gangguan penglihatan atau motorik. Pada tumor low grade

6

Page 7: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

astrositoma kejang-kejang dijumpai pada 80% kasus dibandingkan high grade sebesar 30%. Jika

dibandingkan dengan astrocytoma anaplastic, gejala awal berupa kejang lebih jarang dijumpai.

Gejala lainnya adalah meningginya tekanan intrakranial sebagai akibat pertumbuhan tumor yang

dapat menyebabkan edema vasogenik. Penderita mengalami keluhan sakit kepala yang progresif,

nausea, muntah-muntah, mengantuk, dan gangguan penglihatan (edema papil pada pemeriksaan

funduskopi, atau diplopia akibat kelumpuhan nervus abdusens). Gejala meningginya tekanan

intrakranial lainnya adalah terjadinya hidrosefalus. Semakin bertumbuhnya tumor, gejala-gejala

yang ditemukan sangat tergantung dari lokasi tumor tersebut. Tumor supratentorial dapat

menyebabkan gangguan motorik atau sensitifitas, afasia atau kombinasi gejala-gejala sedangkan

tumor di fosa posterior dapat menimbulkan kombinasi dari gejala-gejala kelumpuhan saraf kranial

dan gangguan kognitif.5

b. Gambaran radiologi

a. Computed Tomography (CT)

Grade Gambaran Radiologi

I Hipodens, efek masa (-), enhancement (-)

II Hipodens, efek masa (+), enhancement (-)

III Compleks enhancement (-)

IV Efek masa (+), Ring enhancement (+)

1. Astrositoma Pilositik (Grade I)

Baik CT atau MRI, astrositoma pilositik berbatas tegas dan contrastenhancing, tumbuh lambat

dan jarang menyebar ke jaringan disekitarnya. Tumor ini biasa terjadi pada anak-anak dan dewasa

muda. Dapat disembuhkan secara tuntas. Namun demikian, apabila menyerang pada tempat yang

sukar dijangkau, masih dapat mengancam hidup.5

7

Page 8: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

(dikutip dari kepustakaan no 11 dan 12)

2. Astrositoma Difusa (Grade II)

Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat berlanjut ke tahap

berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda.5,6

(dikutip dari kepustakaan no 11 dan 12) Gambar: post kontras dengan penyangatan minimal

(dikutip dari kepustakaan no 11 dan 12)

Pada pemeriksaan CT scan, gambaran low grade astrocytoma akan terlihat sebagai lesi dengan

batas tidak jelas, homogen, hipodens tanpa penyangatan kontras (Lihat Gambar dibawah).

Kadang-kadang dapat ditemukan kalsifikasi, perubahan kistik dan sedikit penyangatan kontras.

8

Page 9: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

CT scan low grade astrocytoma, kiri tanpa kontras, kanan dengan kontras, tidak tampak

penyangatan. (dikutip dari kepustakaan no 11 dan 12)

Low grade astrocytoma terbagi menjadi beberapa subtipe:

a.) Fibrilari astrositoma

b.) Protoplasmik astrositoma

c.) Gemistositik astrositoma

(a) (b)

9

Page 10: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

(c)

(dikutip dari kepustakaan no 11 dan 12)

3. Astrositoma Anaplastik (Grade III)

Sering disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan menyebar ke jaringan

sekitarnya. Sel-sel tumornya terlihat berbeda dibanding dengan sel-sel yang normal. Rata-rata

pasien yang menderita tumor jenis ini berumur 41 tahun. Pada astrocytoma anaplastic akan

terlihat massa yang tidak homogen, sebagian dengan gambaran lesi hipodens dan sebagian

lagi hiperdens. Umumnya disertai dengan penyangatan contrast.6

(dikutip dari kepustakaan no 13)

10

Page 11: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

(dikutip dari kepustakaan no 13)

(dikutip dari kepustakaan no 13)

4. Glioblastoma multiforme (Grade IV)

Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda dari yang normal.

Menyerang pada orang dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun. Tumor ini merupakan

salah satu tumor otak primer dengan prognosis yang sangat buruk.7

11

Page 12: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

(dikutip dari kepustakaan no 11 dan 12)

Pada glioblastoma multiforme akan tampak gambaran yang tidak homogen, sebagian massa

hipodens, sebagian hiperdens dan terdapat gambaran nekrosis sentral. Tampak penyangatan

pada tepi lesi sehingga memberikan gambaran khas berupa penyangatan bentuk cincin atau

ring enhancement pada lesi yang tak teratur bentuknya dengan daerah nekrosis intralesi yang

memberikan gambaran hipodens seperti cincin dengan dinding yang tidak teratur.7

b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Magnetic resonance imaging (MRI) menggunakan gelombang-gelombang

magnet daripada x-ray untuk mencitrakan (image) otak. MRI dapat digunakan

untuk mengidentifikasi zat kimia yang terdapat pada area otak yang membedakan

tumor otak dan abses otak, perfusi MRI dapat mengestimasi aliran darah pada

sebagian area, difusi MRI digunakan untuk mendeteksi akumulasi cairan (edema)

secara tiba-tiba dan MRI juga dapat memperlihatkan aliran darah di otak dengan

jelas. Suatu MRI dilaksanakan dalam perjalanan perawatan pasien jika detil-detil

yang lebih halus diperlukan untuk membuat keputusan medis yang lebih jauh.

MRI dapat memberikan gambaran yang lebih baik dari pada CT scan.

Secara umum, astrositoma akan memberikan gambaran isointens pada T1

dan hiperintens pada T2. (Lihat Gambar 2).8

12

Page 13: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

(a) (b)

Gambar 2. MRI, (a) potongan coronal T-1 tampak massa hipointens, (b) potongan axial T-2

tampak massa hiperintens. (dikutip dari kepustakaan no 10)

1. Astrositoma Pilositik (grade I)

(a) (b)

13

Page 14: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

(c)

(a) dan (b) T1: iso ke hipo intens komponen padat dibandingkan dengan otak yang

berdekatan

(c) T2: hiper komponen padat intens dibandingkan dengan otak yang berdekatan

(dikutip dari kepustakaan no 10)

2. Astrositoma Difusa (grade II)

a. Fibrilari astrositoma

(a) (b)

(a) T1: isointense untuk hypointense dibandingkan dengan materi putih

(b) T2: hiperintens

(dikutip dari kepustakaan no 10)

b. Protoplasmik astrositoma

14

Page 15: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

(a) (b)

(a) T1: hypointense dibandingkan dengan materi putih

(b) T2: mencolok hiperintens

(dikutip dari kepustakaan no 10)

c. Gemistositik astrositoma

Meskipun tidak ada gambaran khusus, astrocytomas gemistocytic hampir selalu berada di

supratentorial dan biasanya terletak di lobus frontal. (dikutip dari kepustakaan no 10)

3. Astrositoma Anaplastik (grade III)

15

Page 16: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

(a) (b)

(a) T1: hypointense dibandingkan dengan materi putih

(b) T2: umumnya hiperintens tetapi dapat heterogen jika pengapuran ada darah

(dikutip dari kepustakaan no 13)

4. Glioblastoma Multiforme (grade IV)

Pencitraan MRI T1W akan menampilkan daerah tepi yang memperlihatkan

penyangatan bentuk cincin yang merupakan daerah dengan tingkat selularitas dan

vaskularisasinya amat tinggi. Daerah tepi yang menyangat bentuk cincin ini bukan

merupakan daerah batas jaringan tumor, sebab sel-sel glioma masih bisa ditemukan

sejauh 2 cm diluar cincin penyangatan tersebut.

T1: hypo untuk isointense massa dalam materi putih. Sinyal pusat heterogen (nekrosis,

perdarahan intratumoural). (dikutip dari kepustakaan no 10)

16

Page 17: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

C. Gambaran histopatologi

1. Gambaran histopatologi pada Astrositoma Pilositik (Grade I)

Dalam gambaran biphasic terdiri dari kombinasi jaringan glial longgar (g) dengan berbagai

microcysts dan vakuola dan jaringan piloid dipadatkan (p) dengan sel bipolar memanjang

(panah) yang menunjukkan proses fibrillary baik (seperti rambut) dan terdapat serat

Rosenthal (panah). (dikutip dari kepustakaan no 9)

2. Gambaran histopatologi pada Astrositoma Difusa (Grade II)

Astrositoma difus terdiri dari diferensiasi fibrilar atau neoplastik gemistositik astrrosit pada

dasar dari struktur yang longgar, sering matriks tumor mikrositik. Astrosit manusia normal

tidak menunjukkan pewarnaan sitoplasma H dan E yang berbeda dari dasar neutrofil. Astrosit

reaktif didefinisikan dari inti membesar dan adanya pewarnaan, didefinisikan sitoplasma

yang berpuncak di gemistosit yang memiliki massa sitoplasma eosinofil, nucleus

eksentrikdan sitoplasma yang meluas ke dalam.

hypercellularity sederhana, pleomorfisme nuklir, dan banyak microcysts kecil.

(dikutip dari kepustakaan no 9)

17

Page 18: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

Terdapat tiga variasi gambaran histopatologi low grade astrocytoma antara lain:

(i) astrocytoma protoplasmic,

umumnya terdapat pada bagian korteks dengan sel-sel yang banyak mengandung sitoplasma.

Bentuk ini mencakup 28% dari jenis astrositoma yang menginfiltrasi ke parenkim sekitarnya.

(ii) astrocytoma gemistocytic,

sering ditemukan pada hemisfer serebral orang dewasa terdiri dari sel bundar yang besar

dengan sitoplasma eosinofilik dan eksentrik. Bentuk ini mencakup 5-10% dari glioma

hemisfer.

(iii) astrocytoma fibrillary,

merupakan bentuk yang paling sering ditemukan dan berasal dari massa putih serebral

dengan sel yang berdiferensiasi baik berbentuk oval dan kecil. Tumor ini ditandai dengan

jumlah sel yang meningkat dengan gambaran latar belakang yang fibriler. Untuk melihat

gambaran fibriller ini dapat digunakan glial fibrillary acidic protein (GFAP).

(iv) campuran misalnya oligoastrocytoma,

(a) (b)

(c)

Gambaran histopatologi:

18

Page 19: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

(a) astrocytoma fibrillary, (b) astrocytoma gemistocytic, (c) astrocytoma protoplasmic

(dikutip dari kepustakaan no 9)

3. Gambaran histopatologi pada Astrositoma Anaplastik (Grade III)

Menunjukkan peningkatan anaplasi, peningkatan kompleks nuclear, adanya mitosis,

peningkatan variasi sitoplasma dan peningkatan sel endotel.

(a) (b)

(a) terdapat aktivitas mitosis

(b) ditandai pleomorfisme nuklir. Perhatikan mitosis atipikal di tengah

(dikutip dari kepustakaan no 9)

4. Gambaran histopatologi pada Gliobastoma multiforme (Grade IV)

Glioblastoma merupakan anaplastik, seluler glioma terdiri dari diferensiasi yang buruk,

sel tumor astrocyt sering pleomorfik ditandai dengan atypia nuklir dan aktivitas mitosis

yang cepat. Beberapa lesi menunjukkan seluler yang banyak dan polimorfisme nuklir

dengan berbagai sel raksasa berinti yang lain banyak seluler tapi agak monoton.

(dikutip dari kepustakaan no 9)

VII. DIAGNOSIS BANDING

1. Ependimoma19

Page 20: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

Ependimoma adalah suatu neoplasma susunan saraf pusat yang berasal dari sel

ependima yang melapisi ventrikel otak dan canalis sentralis medulla spinalis.

Ependimoma termasuk neoplasma yang jarang, pertumbuhannya lambat dan biasanya

bersifat jinak.

daerah kistik (50%), komponen iso-solid untuk hipodens, peningkatan heterogen,

sebagian kecil dapat memiliki perdarahan. (dikutip dari kepustakaan no 10).

2. Oligodendroglioma

oligodendrogliomas (BPO) adalah tumor intrakranial yang mencapai 5-25% dari

semua glioma dan 5-10% dari semua neoplasma intrakranial primer. Biasanya terjadi

pada orang dewasa muda, terjadi paling sering pada 4 dan 5 dekade kehidupan.

(dikutip dari kepustakaan no 10)

Non kontras CT

Tumor yang kepadatan campuran (hipodens untuk isodense). Daerah tinggi dalam

tumor dari kalsifikasi (70-90% dari BPO yang kalsifikasi). Kalsifikasi dapat terletak

20

Page 21: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

di pusat, perifer atau mereka dapat menjadi seperti pita 4. atasnya tengkorak bisa

menunjukkan erosi tekanan.

Post kontras CT

50% meningkatkan: tingkat peningkatan sangat bervariasi (50%), tidak ada

peningkatan pada mencolok

(a) (b)

(a) T1: biasanya hipointens

(b) T2: biasanya hiperintens (kecuali daerah kalsifikasi)

(dikutip dari kepustakaan no 10)

VIII. PENGOBATAN

Pada saat menentukan jenis pengobatan bagi penderita astrositoma, perlu dinilai

manfaat yang akan diperolehnya. Manfaat tersebut diukur berdasarkan lamanya kelangsungan

hidup penderita dibandingkan lamanya pemberian pengobatan. Dan yang paling penting

adalah kualitas hidup penderita setelah pengobatan.

Pengobatan utama yang dilakukan saat ini mencakup:

a) pembedahan

b) radioterapi

c) kemoterapi

Pembedahan dilakukan berdasarkan besarnya tumor di dalam otak dan status fungsional

penderita. Penderita yang mengalami tumor yang berlokasi di pusat vital dengan hemiparesis,

disfasia/afasia, penderita usia lanjut bukan merupakan indikasi untuk operasi. Diagnostik

dikonfirmasi melalui biopsi dan dilanjutkan dengan pemberian radioterapi. Penderita lainnya

dapat dilakukan pembedahan, seperti open craniotomy dan stereotactic biopsy. Biopsi secara

21

Page 22: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

stereotaktik merupakan tindakan minimal invasive terutama terhadap tumor yang letaknya

dalam dan di tempat yang sulit dicapai. Peranan pembedahan bagi penderita antara lain

untuk:

(i) melakukan dekompresi terhadap massa tumor

(ii) mengambil jaringan untuk pemeriksaan histopatologi, sehingga dapat

direncanakan pengobatan adjuvans dan memperkirakan prognosis.

Radioterapi sudah berhasil memperpanjang kelangsungan hidup penderita terutama dengan

grade tumor yang tinggi. Pemberian radioterapi pada penderita astrositoma mampu

memperkecil massa tumor dan memperbaiki gejala-gejala neurologis sebesar 50 - 75% kasus.

Pada saat ini, kemoterapi bukanlah pilihan utama untuk pengobatan astrositoma. Bila tumor

menjadi ganas, pembedahan, radioterapi dan pemberian kemoterapi dapat dilakukan.

Astrositoma yang ganas bersifat incurable, dan tujuan utama pengobatan adalah untuk

memperbaiki gangguan neurologis (seperti fungsi kognitif) dan memperpanjang

kelangsungan hidup penderita. Pengobatan simptomatis, rehabilitasi dan dukungan psikologis

sangat penting. Pemberian steroid umumnya akan memberikan hasil yang membaik karena

pengurangan efek massa tumor yang disertai edema sekitar tumor. Pemberian steroid harus

segera dihentikan setelah dilakukan tindakan pembedahan. Antikonvulsan tidak diberikan

secara sistematik dan hanya diberikan pada penderita yang mengalami kejang. Obat ini dapat

menimbulkan efek samping dan mengganggu pemberian kemoterapi. Median dari

kelangsungan hidup penderita astrositoma adalah 5-8 tahun.8

IX. PROGNOSIS

Prognosis penderita astrositoma tergantung dari tiga faktor :

i) usia

ii) status fungsional

iii) grade histologis.

Penderita usia ≤ 45 tahun mempunyai kelangsungan hidup empat kali lebih besar

dibandingkan penderita berusia 65 tahun. Pada low grade astrocytoma, prognosis akan lebih

buruk jika disertai dengan peningkatan tekanan intrakranial, gangguan kesadaran, perubahan

perilaku, defisit nerologis, dan adanya penyangatan kontras pada pemeriksaan radiologi.

Penderita pylocitic astrocytoma (WHO grade I) mempunyai survival rate kira-kira 10 tahun

dari tahun terdiagnosis. Pada pasien dengan low-grade diffuse Astrocytoma (WHO grade II)

lebih dari 5 tahun, 2-5 tahun untuk Astrocytoma anaplastik (WHO grade III) dan kurang dari

1 tahun pada pasien dengan glioblastoma (WHO grade IV).8

22

Page 23: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

DAFTAR PUSTAKA

23

Page 24: Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad

1. Bruce J.N, Astrocytoma. Available from: http://emedicine.medscape.com. (4 September

2013)

2. Behin A, Hoang-Xuan K, Carpentier AF, Delattre J. Primary brain tumors in adults. The

Lancet 2003; 361: 323-31.

3. Louis DN, Ohgaki H, Wiestler OD, Cavenee WK, eds. WHO Classification of Tumours of

the Central Nervous System. Lyon, France: IARC Press; 2007.

4. Smirniotopoulos JG. The WHO classification of CNS tumors. Available from URL:

http://rad.usuhs/mil/rad/who-image.1html. Accessed June 19, 2003

5. Jallo GI, Benardete EA. Low-Grade Astrocytoma. Available from:

http://www.medscape.com. (3 Januari 2013)

6. Kleihuis P, Davis RL, Ohgaki H, Burger PC, Westphal MM, Cavenee WK. Diffuse

astrocytoma. Available from URL: http:

//www.icrc.fr/who-b;uebooks/Bbwebsite/samplepages.b1/page1-5.pdf. Accessed June 26,

2003.

7. Mak K, Lieberman G. Imaging in Glioblastoma Multiforme: Diagnosis, Treatment, and

Follow Up. Harvard Medical School BIDMC 2008.

8. Peter C. Burger, Smears and Frozen Sections in Surgical Neuropathology, PB Medical

Publishing, Baltimore, MD 2009

9. Drevelegas A. Imaging of Brain Tumors with Histological Correlations. Springer. (2011)

ISBN:3540876502.

10. Johnson PC, Hunt SJ, Drayer BP. Human cerebral gliomas: correlation of postmortem

MR imaging and neuropathologic findings. Radiology. 1989;170 (1): 211-7. Radiology

(abstract) - Pubmed citation

11. Esposito FJ. Brain Imaging in Astrocytoma. Availabel from:

http://emedicine.medscape.com/article/336695-overview. (5 September 2013)

12. Anonymous. The Brain. Available from: http://encyclopedia.lubopitkobg.

com/The_Brain.html. ( 3 Januari 2013)

13. Aguiar A. Anaplastic Astrocytoma Grade 3. ACR: 18.3633 2012. Available from:

http://www.mypacs.net/cases/61344286.html. (5 September 2013)

24