Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad
-
Upload
nurcahyo-tri-utomo -
Category
Documents
-
view
66 -
download
12
description
Transcript of Refarat Astrocytoma_dr. Pherena Amalia, Sp.rad
REFERAT
ASTROCYTOMA
Disusun oleh :
Dian Lestari
0961050092
Pembimbing :
Dr. Pherena Amalia Rohani, Sp.Rad
KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI
PERIODE 2 MARET 2015 – 4 APRIL 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat yang diberikan sehingga penulisan referat yang berjudul Astrocytoma dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik Radiologi sebagai syarat kelulusan dapat terselesaikan tanpa hambatan dan rintangan yang berarti.
Penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bimbingn serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar – besarnya kepada orang tua dan keluarga, serta setiap dokter spesialis Radiologi di RS UKI, Cikini, dan Cibinong atas bantuan, bimbingan, serta pengertiannya selama penulisan karya tulis ini, terutama yang terhormat :
1. Dr. Pherena Amalia Rohani, SpRad sebagai pembimbing
2. Staff dan pengajar kepaniteraan klinik Radiologi
Kiranya karya tulis ini dapat bermanfaat di masa depan dan menjadi sumbangan dalam pengembangan informasi ilmiah baik bagi penulis, mahasiswa, institusi, dan masyarakat.
Jakarta, Maret 2015
Penulis
2
I. PENDAHULUAN
Tumor adalah pertumbuhan abnormal jaringan tubuh. Tumor bisa menjadi kanker
(malignant) dan bisa juga tidak menjadi kanker (benign). Tumor bisa tumbuh di jaringan tubuh
manapun, misalnya tumor yang berada di saraf pusat. Menurut WHO tumor yang berada di sistem
saraf terbagi menjadi beberapa yaitu tumor jaringan saraf epitel, tumor kranial dan saraf
paraspinal dan tumor menings. Astrosit tumor adalah salah satu bagian dari tumor jaringan saraf
epitel.1
Astrocytoma merupakan tumor primer otak yang berasal dari astrocyt. Berbeda dengan
neuron, sel ini mempunyai kemampuan untuk membelah diri melalui mitosis. Astrocytoma terdiri
dari beberapa grade, mulai dari yang perkembangannya lambat (secara histologis mempunyai
struktur yang menyerupai sel normal) sampai yang perkembangannya cepat dan invasif
(mempunyai struktur sel yang berdiferensiasi buruk). Pada orang dewasa, astrocytoma biasanya
terdapat pada hemisphere tetapi pada anak-anak bisa juga didapatkan di serebellum.1
Glioma atau astrocytoma yang menyusun sekitar 50% tumor intrakranial, merupakan
tumor intrinsik otak, asal dari sel neuroglia, tersusun atas sel-sel yang relatif jinak (misalnya pada
astrocytoma) sampai yang paling ganas (pada glioblastoma). Berbeda pengertiannya pada tumor
sistemik lain, istilah maligna disini diartikan sebagai sifat biologik yang agresif, infiltratif, dan
prognosa yang jelek. Puncak insidensi dari low-grade astrocytoma (LGA), menunjukkan 25% dari
seluruh kasus pada orang dewasa, terjadi pada usia 30-40 tahun. Sepuluh persen LGA terjadi pada
usia yang lebih muda yaitu kurang dari 20 tahun, 60 % terjadi pada usia 20-45 tahun dan 30%
terjadi pada usia lebih dari 45 tahun. Usia rata-rata pasien yang dengan hasil biopsi anaplastik
astrocytoma adalah 41 tahun.1,2
Astrocytoma merupakan suatu grup neoplasma yang heterogen berasal dari sistem saraf
pusat yang mempunyai kemiripan pada gambaran klinis, gambaran radiologis dan prognosisnya.
Tumor otak intrinsik yang paling sering yaitu glioblastoma multiforme, merupakan high grade
astrocytoma (HGA) dan ganas. Berbeda dengan low grade astrocytoma (LGA) yang jumlahnya
lebih sedikit. Perkembangan neuroimaging mengarahkan pada diagnosis LGA yang sebelumnya
tidak dikenali. LGA secara definisi ada 2 yang berarti perkembangan yang lambat dan ketahanan
hidup pasien akan lebih lama daripada high grade glioma. Management yang baik meliputi
pengenalan, penanganan gejala (seperti kejang) dan pembedahan, dengan atau tanpa terapi
tambahan. LGA ditemukan dikedua otak dan spinal cord.1,2
Astrositoma mencakup tumor yang sangat bervariasi, tergantung lokasinya di SSP,
berpotensi untuk tumbuh menjadi invasif, progresif dan menyebabkan timbulnya berbagai gejala
klinik.2
3
Gambar: Astrocyt di otak. Sel glia yang menempel pada vaskuler ditampilkan oleh gambar B (dikutip dari kepustakaan no 11)
II. EPIDEMIOLOGI
Astrositoma merupakan tumor yang banyak terjadi pada dekade pertama kehidupan
dengan puncaknya antara usia 5-9 tahun. Insidens astrositoma difus terbanyak dijumpai pada usia
dewasa muda (30- 40 tahun) sebanyak 25% dari seluruh kasus. Sekitar 10 % terjadi pada usia
kurang dari 20 tahun, 60% pada usia 20-45 tahun dan 30% di atas 45 tahun.2
III. ETIOLOGI
Penyebab pasti astrositoma tidak diketahui. Transformasi neoplastik sering dipikirkan
sebagai proses genetik. Mutasi dalam gen tertentu mempunyai peranan terhadap sel prekursor,
misalnya mutasi p53 ditemukan pada beberapa kasus. Satu-satunya faktor resiko yang telah
diketahui adalah paparan bahan kimia yang kronis.2
IV. ANATOMI
Otak merupakan salah satu organ pada tubuh manusia yang mempunyai berat sekitar 1300
gram terletak di dalam cranium, terdiri atas cerebrum, diencephalon, brain stem dan cerebellum.2,3
Cerebrum mempunyai dua hemisphere cerebri yang merupakan bagian terbesar dari otak
manusia dan terletak di fossa cranialis anterior, fossa cranialis media dan meluas ke posterior
hingga tepat diatas tentorium cerebelli dan cerebellum. Diantara hemisphere cerebri terdapat
fissure cerebri longitudinal, yang didalamnya terdapat falx cerebri. Diantara sulcus atau fissure
4
terdapat gyrus. Bagian dalam kedua hemisphere dihubungkan oleh suatu serabut transversal yang
disebut corpus callosum. Pada hemisphere cerebri terdapat empat lobus utama yaitu lobus
frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis dan lobus occipitalis. Lapisan luar cortex cerebri
berupa substantia grisea (gray matter) dan lapisan dalam terdapat substantia alba (white matter).
Corpus striatum tersusun dari nucleus caudatus dan nucleus lentifomis, sedangkan nucleus
lentiformis dibagi lagi menjadi putamen dan globus pallidus. Diantara nucleus caudatus dan
nucleus lentiformis serta diantara nucleus lentiformis dan thalamus dilewati capsula interna yang
kadang-kadang dipertimbangkan sebagai bagian dari corpus striatum.3
Diencephalon tersusun dari thalamus, hypothalamus, epithalamus dan subthalamus.
Bagian ini mengelilingi ventriculus tertius. Diencephalon dikelilingi oleh hemisphere cerebri. Dua
thalamus menyusun empat perlima dari diencephalon dan mempunyai bentuk oval yang masing-
masing dihubungkan oleh jembatan substantia grisea yang disebut intermediate mass (adhesio
interthalamica).3
Brain stem merupakan bagian otak yang menyerupai batang (stemlike) menghubungkan
hemisphere cerebri dengan medulla spinalis. Pada brainstem dapat dibagi menjadi medulla
oblongata, pons dan mesencephalon (midbrain). Ujung inferior brain stem bersambung dengan
medulla spinalis. Bagian paling kecil dari otak adalah mesencephalon (midbrain). Di dalamya
terdapat canalis yang sempit disebut sebagai aquaductus cerebri (aquaductus silvii). Bagian
anterior dari midbrain terdapat pedunculus cerebri. Medulla oblongata terbentuk sebagai bagian
inferior dari brainstem.3,4
Cerebellum yang disebut juga otak kecil menutupi aspek posterior dan medulla oblongata,
serta meluas ke lateroposterior di bawah tentorium cerebelli. Cerebellum terdiri atas dibagian
tengah sebagai vermis dan dua lobus lateral atau hemisphere, yang pada lapisan luar sebagai
cortex dan bagian dalam sebagai medulla. Cerebellum terutama berfungsi mengatur sikap tubuh,
tonus otot dan koordinasi muskular.3,4
Secara umum, otak disuplai oleh arteri cerebri anterior, arteri cerebri media dan arteri
cerebri posterior. Aliran darah ke otak tersebut berasal dari dua pasang pembuluh darah, yaitu
arteri carotis interna dan arteri vertebralis. Arteri cerebri media terbentuk sebagai lanjutan dari
arteri carotis interna. Arteri basilaris dibentuk oleh penyatuan dari arteri vertebralis dextra dan
sinistra serta kemudian terpisah lagi menjadi arteria posterior. Pada basis otak terdapat circulus
willisi yang terbentuk dari arteri cerebri posterior, arteria communicans posterior, arteria carotis
interna, arteria communicans anterior dan arteria cerebri anterior.4
5
Gambar anatomi otak (dikutip dari kepustakaan no 12)
V. PATOFISIOLOGI
Tumor ini akan menyebabkan penekanan ke jaringan otak sekitarnya, invasi dan destruksi
terhadap parenkim otak. Fungsi parenkim akan terganggu karena hipoksia arterial maupun vena,
terjadi kompetisi pengambilan nutrisi, pelepasan produk metabolisme, serta adanya pengaruh
pelepasan mediator radang sebagai akibat lanjut dari hal tersebut diatas. Efek massa yang
ditimbulkan dapat menyebabkan gejala defisit neurologis fokal berupa kelemahan suatu sisi
tubuh, gangguan sensorik, parese nervus kranialis atau bahkan kejang. Astrocytoma low grade
(grade II) menurut klasifikasi WHO akan tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan bentuk yang
maligna. Tumor doubling time untuk astrocytoma low grade kira-kira 4 kali lebih lambat
dibandingkan dengan astrocytoma anaplastic (grade III astrocytoma). Sering diperlukan waktu
beberapa tahun antara gejala awal hingga diagnosa low grade astrocytoma ditegakkan, interval ini
kira-kira 3,5 tahun. Astrocytoma low grade ini seringkali disebut diffuse astrocytoma WHO grade
II.4
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan jaringan, baik biopsi maupun reseksi,
sekaligus untuk menentukan grade tumor. CT scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
dilakukan utuk menentukan ukuran, lokasi dan konsistensi tumor. LGA nampak sebagai gambaran
massa dengan densitas rendah, dan homogen (tanpa kontras). Astrocytoma anaplastik nampak
sebagai lesi dengan densitas inhomogen.4,5
a. Gejala klinis
Kejang-kejang umum merupakan manifestasi utama yang seringkali dijumpai, walaupun
secara retrospektif dapat djumpai gangguan-gangguan lain terlebih dahulu seperti kesulitan
berbicara, perubahan sensibilitas, gangguan penglihatan atau motorik. Pada tumor low grade
6
astrositoma kejang-kejang dijumpai pada 80% kasus dibandingkan high grade sebesar 30%. Jika
dibandingkan dengan astrocytoma anaplastic, gejala awal berupa kejang lebih jarang dijumpai.
Gejala lainnya adalah meningginya tekanan intrakranial sebagai akibat pertumbuhan tumor yang
dapat menyebabkan edema vasogenik. Penderita mengalami keluhan sakit kepala yang progresif,
nausea, muntah-muntah, mengantuk, dan gangguan penglihatan (edema papil pada pemeriksaan
funduskopi, atau diplopia akibat kelumpuhan nervus abdusens). Gejala meningginya tekanan
intrakranial lainnya adalah terjadinya hidrosefalus. Semakin bertumbuhnya tumor, gejala-gejala
yang ditemukan sangat tergantung dari lokasi tumor tersebut. Tumor supratentorial dapat
menyebabkan gangguan motorik atau sensitifitas, afasia atau kombinasi gejala-gejala sedangkan
tumor di fosa posterior dapat menimbulkan kombinasi dari gejala-gejala kelumpuhan saraf kranial
dan gangguan kognitif.5
b. Gambaran radiologi
a. Computed Tomography (CT)
Grade Gambaran Radiologi
I Hipodens, efek masa (-), enhancement (-)
II Hipodens, efek masa (+), enhancement (-)
III Compleks enhancement (-)
IV Efek masa (+), Ring enhancement (+)
1. Astrositoma Pilositik (Grade I)
Baik CT atau MRI, astrositoma pilositik berbatas tegas dan contrastenhancing, tumbuh lambat
dan jarang menyebar ke jaringan disekitarnya. Tumor ini biasa terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda. Dapat disembuhkan secara tuntas. Namun demikian, apabila menyerang pada tempat yang
sukar dijangkau, masih dapat mengancam hidup.5
7
(dikutip dari kepustakaan no 11 dan 12)
2. Astrositoma Difusa (Grade II)
Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat berlanjut ke tahap
berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda.5,6
(dikutip dari kepustakaan no 11 dan 12) Gambar: post kontras dengan penyangatan minimal
(dikutip dari kepustakaan no 11 dan 12)
Pada pemeriksaan CT scan, gambaran low grade astrocytoma akan terlihat sebagai lesi dengan
batas tidak jelas, homogen, hipodens tanpa penyangatan kontras (Lihat Gambar dibawah).
Kadang-kadang dapat ditemukan kalsifikasi, perubahan kistik dan sedikit penyangatan kontras.
8
CT scan low grade astrocytoma, kiri tanpa kontras, kanan dengan kontras, tidak tampak
penyangatan. (dikutip dari kepustakaan no 11 dan 12)
Low grade astrocytoma terbagi menjadi beberapa subtipe:
a.) Fibrilari astrositoma
b.) Protoplasmik astrositoma
c.) Gemistositik astrositoma
(a) (b)
9
(c)
(dikutip dari kepustakaan no 11 dan 12)
3. Astrositoma Anaplastik (Grade III)
Sering disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan menyebar ke jaringan
sekitarnya. Sel-sel tumornya terlihat berbeda dibanding dengan sel-sel yang normal. Rata-rata
pasien yang menderita tumor jenis ini berumur 41 tahun. Pada astrocytoma anaplastic akan
terlihat massa yang tidak homogen, sebagian dengan gambaran lesi hipodens dan sebagian
lagi hiperdens. Umumnya disertai dengan penyangatan contrast.6
(dikutip dari kepustakaan no 13)
10
(dikutip dari kepustakaan no 13)
(dikutip dari kepustakaan no 13)
4. Glioblastoma multiforme (Grade IV)
Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda dari yang normal.
Menyerang pada orang dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun. Tumor ini merupakan
salah satu tumor otak primer dengan prognosis yang sangat buruk.7
11
(dikutip dari kepustakaan no 11 dan 12)
Pada glioblastoma multiforme akan tampak gambaran yang tidak homogen, sebagian massa
hipodens, sebagian hiperdens dan terdapat gambaran nekrosis sentral. Tampak penyangatan
pada tepi lesi sehingga memberikan gambaran khas berupa penyangatan bentuk cincin atau
ring enhancement pada lesi yang tak teratur bentuknya dengan daerah nekrosis intralesi yang
memberikan gambaran hipodens seperti cincin dengan dinding yang tidak teratur.7
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Magnetic resonance imaging (MRI) menggunakan gelombang-gelombang
magnet daripada x-ray untuk mencitrakan (image) otak. MRI dapat digunakan
untuk mengidentifikasi zat kimia yang terdapat pada area otak yang membedakan
tumor otak dan abses otak, perfusi MRI dapat mengestimasi aliran darah pada
sebagian area, difusi MRI digunakan untuk mendeteksi akumulasi cairan (edema)
secara tiba-tiba dan MRI juga dapat memperlihatkan aliran darah di otak dengan
jelas. Suatu MRI dilaksanakan dalam perjalanan perawatan pasien jika detil-detil
yang lebih halus diperlukan untuk membuat keputusan medis yang lebih jauh.
MRI dapat memberikan gambaran yang lebih baik dari pada CT scan.
Secara umum, astrositoma akan memberikan gambaran isointens pada T1
dan hiperintens pada T2. (Lihat Gambar 2).8
12
(a) (b)
Gambar 2. MRI, (a) potongan coronal T-1 tampak massa hipointens, (b) potongan axial T-2
tampak massa hiperintens. (dikutip dari kepustakaan no 10)
1. Astrositoma Pilositik (grade I)
(a) (b)
13
(c)
(a) dan (b) T1: iso ke hipo intens komponen padat dibandingkan dengan otak yang
berdekatan
(c) T2: hiper komponen padat intens dibandingkan dengan otak yang berdekatan
(dikutip dari kepustakaan no 10)
2. Astrositoma Difusa (grade II)
a. Fibrilari astrositoma
(a) (b)
(a) T1: isointense untuk hypointense dibandingkan dengan materi putih
(b) T2: hiperintens
(dikutip dari kepustakaan no 10)
b. Protoplasmik astrositoma
14
(a) (b)
(a) T1: hypointense dibandingkan dengan materi putih
(b) T2: mencolok hiperintens
(dikutip dari kepustakaan no 10)
c. Gemistositik astrositoma
Meskipun tidak ada gambaran khusus, astrocytomas gemistocytic hampir selalu berada di
supratentorial dan biasanya terletak di lobus frontal. (dikutip dari kepustakaan no 10)
3. Astrositoma Anaplastik (grade III)
15
(a) (b)
(a) T1: hypointense dibandingkan dengan materi putih
(b) T2: umumnya hiperintens tetapi dapat heterogen jika pengapuran ada darah
(dikutip dari kepustakaan no 13)
4. Glioblastoma Multiforme (grade IV)
Pencitraan MRI T1W akan menampilkan daerah tepi yang memperlihatkan
penyangatan bentuk cincin yang merupakan daerah dengan tingkat selularitas dan
vaskularisasinya amat tinggi. Daerah tepi yang menyangat bentuk cincin ini bukan
merupakan daerah batas jaringan tumor, sebab sel-sel glioma masih bisa ditemukan
sejauh 2 cm diluar cincin penyangatan tersebut.
T1: hypo untuk isointense massa dalam materi putih. Sinyal pusat heterogen (nekrosis,
perdarahan intratumoural). (dikutip dari kepustakaan no 10)
16
C. Gambaran histopatologi
1. Gambaran histopatologi pada Astrositoma Pilositik (Grade I)
Dalam gambaran biphasic terdiri dari kombinasi jaringan glial longgar (g) dengan berbagai
microcysts dan vakuola dan jaringan piloid dipadatkan (p) dengan sel bipolar memanjang
(panah) yang menunjukkan proses fibrillary baik (seperti rambut) dan terdapat serat
Rosenthal (panah). (dikutip dari kepustakaan no 9)
2. Gambaran histopatologi pada Astrositoma Difusa (Grade II)
Astrositoma difus terdiri dari diferensiasi fibrilar atau neoplastik gemistositik astrrosit pada
dasar dari struktur yang longgar, sering matriks tumor mikrositik. Astrosit manusia normal
tidak menunjukkan pewarnaan sitoplasma H dan E yang berbeda dari dasar neutrofil. Astrosit
reaktif didefinisikan dari inti membesar dan adanya pewarnaan, didefinisikan sitoplasma
yang berpuncak di gemistosit yang memiliki massa sitoplasma eosinofil, nucleus
eksentrikdan sitoplasma yang meluas ke dalam.
hypercellularity sederhana, pleomorfisme nuklir, dan banyak microcysts kecil.
(dikutip dari kepustakaan no 9)
17
Terdapat tiga variasi gambaran histopatologi low grade astrocytoma antara lain:
(i) astrocytoma protoplasmic,
umumnya terdapat pada bagian korteks dengan sel-sel yang banyak mengandung sitoplasma.
Bentuk ini mencakup 28% dari jenis astrositoma yang menginfiltrasi ke parenkim sekitarnya.
(ii) astrocytoma gemistocytic,
sering ditemukan pada hemisfer serebral orang dewasa terdiri dari sel bundar yang besar
dengan sitoplasma eosinofilik dan eksentrik. Bentuk ini mencakup 5-10% dari glioma
hemisfer.
(iii) astrocytoma fibrillary,
merupakan bentuk yang paling sering ditemukan dan berasal dari massa putih serebral
dengan sel yang berdiferensiasi baik berbentuk oval dan kecil. Tumor ini ditandai dengan
jumlah sel yang meningkat dengan gambaran latar belakang yang fibriler. Untuk melihat
gambaran fibriller ini dapat digunakan glial fibrillary acidic protein (GFAP).
(iv) campuran misalnya oligoastrocytoma,
(a) (b)
(c)
Gambaran histopatologi:
18
(a) astrocytoma fibrillary, (b) astrocytoma gemistocytic, (c) astrocytoma protoplasmic
(dikutip dari kepustakaan no 9)
3. Gambaran histopatologi pada Astrositoma Anaplastik (Grade III)
Menunjukkan peningkatan anaplasi, peningkatan kompleks nuclear, adanya mitosis,
peningkatan variasi sitoplasma dan peningkatan sel endotel.
(a) (b)
(a) terdapat aktivitas mitosis
(b) ditandai pleomorfisme nuklir. Perhatikan mitosis atipikal di tengah
(dikutip dari kepustakaan no 9)
4. Gambaran histopatologi pada Gliobastoma multiforme (Grade IV)
Glioblastoma merupakan anaplastik, seluler glioma terdiri dari diferensiasi yang buruk,
sel tumor astrocyt sering pleomorfik ditandai dengan atypia nuklir dan aktivitas mitosis
yang cepat. Beberapa lesi menunjukkan seluler yang banyak dan polimorfisme nuklir
dengan berbagai sel raksasa berinti yang lain banyak seluler tapi agak monoton.
(dikutip dari kepustakaan no 9)
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Ependimoma19
Ependimoma adalah suatu neoplasma susunan saraf pusat yang berasal dari sel
ependima yang melapisi ventrikel otak dan canalis sentralis medulla spinalis.
Ependimoma termasuk neoplasma yang jarang, pertumbuhannya lambat dan biasanya
bersifat jinak.
daerah kistik (50%), komponen iso-solid untuk hipodens, peningkatan heterogen,
sebagian kecil dapat memiliki perdarahan. (dikutip dari kepustakaan no 10).
2. Oligodendroglioma
oligodendrogliomas (BPO) adalah tumor intrakranial yang mencapai 5-25% dari
semua glioma dan 5-10% dari semua neoplasma intrakranial primer. Biasanya terjadi
pada orang dewasa muda, terjadi paling sering pada 4 dan 5 dekade kehidupan.
(dikutip dari kepustakaan no 10)
Non kontras CT
Tumor yang kepadatan campuran (hipodens untuk isodense). Daerah tinggi dalam
tumor dari kalsifikasi (70-90% dari BPO yang kalsifikasi). Kalsifikasi dapat terletak
20
di pusat, perifer atau mereka dapat menjadi seperti pita 4. atasnya tengkorak bisa
menunjukkan erosi tekanan.
Post kontras CT
50% meningkatkan: tingkat peningkatan sangat bervariasi (50%), tidak ada
peningkatan pada mencolok
(a) (b)
(a) T1: biasanya hipointens
(b) T2: biasanya hiperintens (kecuali daerah kalsifikasi)
(dikutip dari kepustakaan no 10)
VIII. PENGOBATAN
Pada saat menentukan jenis pengobatan bagi penderita astrositoma, perlu dinilai
manfaat yang akan diperolehnya. Manfaat tersebut diukur berdasarkan lamanya kelangsungan
hidup penderita dibandingkan lamanya pemberian pengobatan. Dan yang paling penting
adalah kualitas hidup penderita setelah pengobatan.
Pengobatan utama yang dilakukan saat ini mencakup:
a) pembedahan
b) radioterapi
c) kemoterapi
Pembedahan dilakukan berdasarkan besarnya tumor di dalam otak dan status fungsional
penderita. Penderita yang mengalami tumor yang berlokasi di pusat vital dengan hemiparesis,
disfasia/afasia, penderita usia lanjut bukan merupakan indikasi untuk operasi. Diagnostik
dikonfirmasi melalui biopsi dan dilanjutkan dengan pemberian radioterapi. Penderita lainnya
dapat dilakukan pembedahan, seperti open craniotomy dan stereotactic biopsy. Biopsi secara
21
stereotaktik merupakan tindakan minimal invasive terutama terhadap tumor yang letaknya
dalam dan di tempat yang sulit dicapai. Peranan pembedahan bagi penderita antara lain
untuk:
(i) melakukan dekompresi terhadap massa tumor
(ii) mengambil jaringan untuk pemeriksaan histopatologi, sehingga dapat
direncanakan pengobatan adjuvans dan memperkirakan prognosis.
Radioterapi sudah berhasil memperpanjang kelangsungan hidup penderita terutama dengan
grade tumor yang tinggi. Pemberian radioterapi pada penderita astrositoma mampu
memperkecil massa tumor dan memperbaiki gejala-gejala neurologis sebesar 50 - 75% kasus.
Pada saat ini, kemoterapi bukanlah pilihan utama untuk pengobatan astrositoma. Bila tumor
menjadi ganas, pembedahan, radioterapi dan pemberian kemoterapi dapat dilakukan.
Astrositoma yang ganas bersifat incurable, dan tujuan utama pengobatan adalah untuk
memperbaiki gangguan neurologis (seperti fungsi kognitif) dan memperpanjang
kelangsungan hidup penderita. Pengobatan simptomatis, rehabilitasi dan dukungan psikologis
sangat penting. Pemberian steroid umumnya akan memberikan hasil yang membaik karena
pengurangan efek massa tumor yang disertai edema sekitar tumor. Pemberian steroid harus
segera dihentikan setelah dilakukan tindakan pembedahan. Antikonvulsan tidak diberikan
secara sistematik dan hanya diberikan pada penderita yang mengalami kejang. Obat ini dapat
menimbulkan efek samping dan mengganggu pemberian kemoterapi. Median dari
kelangsungan hidup penderita astrositoma adalah 5-8 tahun.8
IX. PROGNOSIS
Prognosis penderita astrositoma tergantung dari tiga faktor :
i) usia
ii) status fungsional
iii) grade histologis.
Penderita usia ≤ 45 tahun mempunyai kelangsungan hidup empat kali lebih besar
dibandingkan penderita berusia 65 tahun. Pada low grade astrocytoma, prognosis akan lebih
buruk jika disertai dengan peningkatan tekanan intrakranial, gangguan kesadaran, perubahan
perilaku, defisit nerologis, dan adanya penyangatan kontras pada pemeriksaan radiologi.
Penderita pylocitic astrocytoma (WHO grade I) mempunyai survival rate kira-kira 10 tahun
dari tahun terdiagnosis. Pada pasien dengan low-grade diffuse Astrocytoma (WHO grade II)
lebih dari 5 tahun, 2-5 tahun untuk Astrocytoma anaplastik (WHO grade III) dan kurang dari
1 tahun pada pasien dengan glioblastoma (WHO grade IV).8
22
DAFTAR PUSTAKA
23
1. Bruce J.N, Astrocytoma. Available from: http://emedicine.medscape.com. (4 September
2013)
2. Behin A, Hoang-Xuan K, Carpentier AF, Delattre J. Primary brain tumors in adults. The
Lancet 2003; 361: 323-31.
3. Louis DN, Ohgaki H, Wiestler OD, Cavenee WK, eds. WHO Classification of Tumours of
the Central Nervous System. Lyon, France: IARC Press; 2007.
4. Smirniotopoulos JG. The WHO classification of CNS tumors. Available from URL:
http://rad.usuhs/mil/rad/who-image.1html. Accessed June 19, 2003
5. Jallo GI, Benardete EA. Low-Grade Astrocytoma. Available from:
http://www.medscape.com. (3 Januari 2013)
6. Kleihuis P, Davis RL, Ohgaki H, Burger PC, Westphal MM, Cavenee WK. Diffuse
astrocytoma. Available from URL: http:
//www.icrc.fr/who-b;uebooks/Bbwebsite/samplepages.b1/page1-5.pdf. Accessed June 26,
2003.
7. Mak K, Lieberman G. Imaging in Glioblastoma Multiforme: Diagnosis, Treatment, and
Follow Up. Harvard Medical School BIDMC 2008.
8. Peter C. Burger, Smears and Frozen Sections in Surgical Neuropathology, PB Medical
Publishing, Baltimore, MD 2009
9. Drevelegas A. Imaging of Brain Tumors with Histological Correlations. Springer. (2011)
ISBN:3540876502.
10. Johnson PC, Hunt SJ, Drayer BP. Human cerebral gliomas: correlation of postmortem
MR imaging and neuropathologic findings. Radiology. 1989;170 (1): 211-7. Radiology
(abstract) - Pubmed citation
11. Esposito FJ. Brain Imaging in Astrocytoma. Availabel from:
http://emedicine.medscape.com/article/336695-overview. (5 September 2013)
12. Anonymous. The Brain. Available from: http://encyclopedia.lubopitkobg.
com/The_Brain.html. ( 3 Januari 2013)
13. Aguiar A. Anaplastic Astrocytoma Grade 3. ACR: 18.3633 2012. Available from:
http://www.mypacs.net/cases/61344286.html. (5 September 2013)
24