Refarat Forensik

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik secara langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja dikarenakan akibat dari suatu peristiwa pembunuhan 1 . Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia akibat tenggelam, dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000. Beberapa negara terpadat di dunia gagal untuk melaporkan insiden hampir tenggelam. Ini, menyatakan bahwa banyak kasus tidak pernah dibawa ke perhatian medis, kejadian di seluruh dunia membuat pendekatan akurat yang hampir mustahil 2 . World Health Organization (WHO) mencatat tenggelam menempati urutan ketiga penyebab kematian di dunia akibat cedera yang tidak disengaja. Penegakan penyebab kematian akibat tenggelam dapat dilihat dari pemeriksaan luar jenazah, pemeriksaan dalam jenazah, dan pemeriksaan tambahan baik pemeriksaan diatom ataupun pemeriksaan darah pada jantung. WHO menyatakan bahwa 0,7% penyebab kematian di dunia atau lebih dari 500.000 kematian setiap tahunnya disebabkan oleh tenggelam. WHO juga mencatat pada tahun 2004 di seluruh

Transcript of Refarat Forensik

Page 1: Refarat Forensik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian

tubuh ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik

secara langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban dalam keadaan

mabuk atau dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja dikarenakan akibat dari suatu

peristiwa pembunuhan1. Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh

dunia akibat tenggelam, dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000.

Beberapa negara terpadat di dunia gagal untuk melaporkan insiden hampir tenggelam.

Ini, menyatakan bahwa banyak kasus tidak pernah dibawa ke perhatian medis, kejadian

di seluruh dunia membuat pendekatan akurat yang hampir mustahil2.

World Health Organization (WHO) mencatat tenggelam menempati urutan ketiga

penyebab kematian di dunia akibat cedera yang tidak disengaja. Penegakan penyebab

kematian akibat tenggelam dapat dilihat dari pemeriksaan luar jenazah, pemeriksaan

dalam jenazah, dan pemeriksaan tambahan baik pemeriksaan diatom ataupun

pemeriksaan darah pada jantung. WHO menyatakan bahwa 0,7% penyebab kematian di

dunia atau lebih dari 500.000 kematian setiap tahunnya disebabkan oleh tenggelam.

WHO juga mencatat pada tahun 2004 di seluruh dunia terdapat 388.000 orang meninggal

karena tenggelam dan menempati urutan ketiga kematian di dunia akibat cedera tidak

disengaja3. Menurut Global Burden of Disease (GBD), angka tersebut sebenarnya lebih

kecil dibandingkan seluruh kasus kematian akibat tenggelam yang disebabkan oleh

banjir, kecelakaan angkutan air, dan bencana lainnya4. Insiden paling banyak terjadi pada

negara berkembang, terutama pada anak-anak berumur kurang dari 5 tahun. Selain

umur, faktor resiko lain yang berkontribusi meningkatkan terjadinya kasus tenggelam di

antaranya jenis kelamin terutama laki-laki yang memiliki angka kematian dua kali lipat

terhadap perempuan, penggunaan alkohol atau penyalahgunaan obat pada 50% kasus

yang melibatkan remaja maupun dewasa, anak-anak tanpa pengawasan saat berada di air,

perburukan dari kondisi medis sebelumnya (kejang, sakit jantung, pingsan), dan

Page 2: Refarat Forensik

percobaan bunuh diri. Kasus tenggelam lebih banyak terjadi di air tawar (danau, sungai,

kolam) sebesar 90% dan sisanya 10% terjadi di air laut3.

Berdasarkan data statistik yang diambil dari halaman website e-medicine satu

pertiga daripada korban mati akibat tenggelam pernah mengikuti pelatihan berenang.

Walaupun tenggelam terjadi kepada kedua jenis kelamin, golongan lelaki adalah tiga kali

lebih sering mati akibat tenggelam berbanding golongan wanita. Di Indonesia, kita tidak

banyak mendengar berita tentang anak yang tenggelam di kolam renang sesuai dengan

keadaan sosial ekonomi di Indonesia tetapi mengingat keadaan Indonesia yang dikelilingi

air, baik lautan, danau maupun sungai, tidak mustahil jika banyak terjadi kecelakaan

dalam air seperti hanyut dan tenggelam yang belum diberitahukan dan ditanggulangi

dengan sebaik-baiknya. Hampir setiap saat, terutama pada saat musim liburan, di objek

wisata laut. Banyak terjadi kasus wisatawan yang tenggelam, karena akibat air pasang

atau kecerobohan diri wisatawan tersebut. Selain itu, kasus tenggelam yang lainnya

adalah akibat buruknya transportasi laut di Indonesia. Untuk bisa mengetahui serta

memperkirakan cara kematian mayat yang terendam dalam air, diperlukan pemeriksaan

autopsi luar dan autopsi dalam pada tubuh korban serta pemeriksaan tambahan lain

sebagai penunjang seperti pemeriksaan getah paru untuk penemuan diatome dan bercak

paltouf di permukaan paru, pemeriksaan histopatologi dan penentuan berat jenis plasma

untuk menemukan tanda intravital tersebut. Hal tersebut tidak mudah, terutama bagi

mayat yang telah lama tenggelam, atau pada mayat yang tidak lengkap, atau hanya ada

satu bagian tubuhnya saja.

Pada pemeriksaan mayat terendam dalam air perlu ditentukan apakah korban

masih hidup saat tenggelam yang terdapat tanda intravital, tanda kekerasan dan sebab

kematiannya. Apabila semua ini digabungkan dapat memberikan petunjuk kepada kita

untuk memperkirakan cara kematiannya. Tanda intravital yang ditemukan pada korban

bukan merupakan tanda pasti korban mati akibat tenggelam.

Page 3: Refarat Forensik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tenggelam adalah merupakan akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian

tubuh kedalam cairan. Tenggelam merupakan salah satu bentuk kematian asfiksia,

dimana bila pada asfiksia yang lain tidak terajadi perubahan elektrolit dalam darah,

sedangkan pada tenggelam perubahan tersebut ada; baik tenggelam dalam air tawar (fresh

water drowing), maupun tenggelam dalam air asin (salt water drowing) 1.Tenggelam juga

diartikan sebagai suatu keadaan tercekik dan mati yang disebabkan oleh terisinya paru

dengan air atau bahan lain atau cairan sehingga pertukaran gas menjadi tidak mungkin.

Drowning atau tenggelam didefinisikan sebagai masuknya cairan yang cukup

banyak ke dalam saluran nafas atau paru-paru5.

2.2 Jenis- jenis Tenggelam

Tenggelam dibagi menjadi beberapa jenis antara lain: wet drowning, dry

drowning, secondary drowning, dan the immersion syndrome (cold water drowning)

(Modi, 1988).

Wet drowning adalah kematian tenggelam akibat terlalu banyaknya air yang

terinhalasi. Pada kasus wet drowning ada tiga penyebab kematian yang terjadi,

yaitu akibat asfiksia, fibrilasi ventrikel pada kasus tenggelam di air tawar, dan

edema paru pada kasus tenggelam di air asin.

Dry drowning adalah suatu kematian tenggelam dimana air yang terinhalasi

sedikit. Penyebab kematian pada kasus ini sendiri dikarenakan terjadinya spasme

laring yang menimbulkan asfiksia dan terjadinya refleks vagal, cardiac arrest,

atau kolaps sirkulasi.

Secondary drowning adalah suatu keadaan dimana terjadi gejala beberapa hari

setelah korban tenggelam (dan diangkat dari dalam air) dan korban meninggal

akibat komplikasi.

Page 4: Refarat Forensik

Immersion drowning adalah suatu keadaan dimana korban tiba-tiba meninggal

setelah tenggelam dalam air dingin akibat refleks vagal. Pada umumnya alkohol

dan makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus pada kejadian ini.

2.3 Mekanisme Tenggelam

Mekanisme pada kasus tenggelam, bukan hanya sekedar masuknya airan kedalam

saluran pernapasan, akan tetapi merupakan hal yang cukup kompleks, mekanisme dalam

air asin berbeda dengan tenggelam dalam air tawar.

a. Tenggelam dalam Air Tawar6

inhalasi air tawar

alveolus paru-paru

absorbsi dalam jumlah besar

hipervolemi ← hemodilusi hebat (±72%) → hemolisis

↓ ↓

tekanan sistole menurun perubahan biokimiawi

↓ ↓

fibrilasi ventrikel K+ meningkat, Na+ dan Cl- menurun

↓ ↓

anoksia cerebri → M A T I ← anoksia myocardium

Page 5: Refarat Forensik

air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar sehingga terjadi

hemodilusi yang hebat sampai 72 persen yang berakibat terjadinya

hemolysis

oleh karena terjadi perubahan biokimiawi yang serius, dimana Kalium

dalam plasma meningkat dan Natrium berkurang, juga terjadi anoksia yang

hebat pada myocardium

hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah atau sirkulasi

menjadi berlebihan, terjadi penurunan tekanan sistole, dan dalam waktu

beberapa menit terjadi fibrilasi ventrikel

jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan lemah, terjadi anoksia

cerebri yang hebat, hal ini yang menerangkan mengapa kematian terjadi

cepat1.

b. Tenggelam dalam Air Asin6

inhalasi air asin

alveolus paru-paru

hemokonsentrasi

hipovolemi ← cairan sirkulasi berdifusi keluar → hematokrit meningkat

↓ ↓

viskositas darah meningkat K+ menurun, Na+ dan Cl- meningkat

↓ ↓

Page 6: Refarat Forensik

payah jantung K+ meningkat, Na+ dan Cl- menurun

M A T I

terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi dapat tertarik keluar sampai

sekitar 42 persen, dan masuk ke dalam jaringan paru-paru sehingga terjadi

edema pulmonum yang hebat dalam waktu relatif singkat.

pertukaran elekrolit dari air asin ke dalam darah mengakibatkan meningkatnya

hematokrit dan peningkatan kadar Natrium plasma.

fibrilasi ventrikel tidak terjadi, namun terjadi anoksia pada myocardium dan

disertai peningkatan viskositas darah, akan menyebabkan terjadinya payah

jantung.

tidak terjadi hemolisis, melainkan hemokonsentrasi, tekanan sistolik akan

menetap dalam beberapa menit1.

2.4 Pemeriksaan pada Kasus Tenggelam

1. Pemeriksaan luar pada kasus tenggelam

Penurunan suhu mayat, berlangsung cepat, rata-rata 50F per menit. Suhu tubuh

akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5 atau 6 jam. Lebam mayat, akan

tampak jelas pada dada bagian depan, leher dan kepala. Lebam mayat berwarna merah

terang yang perlu dibedakan dengan lebam mayat yang terjadi pada keracunan CO.

Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap. Pada

pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan, terutama bagian atas

tubuh, dan skrotum serta penis pada pria dan labia mayora pada wanita, kulit telapak

tangan dan kaki mengelupas.

Gambaran kulit angsa (goose-flesh, cutis anserina), sering dijumpai; keadaan ini

terjadi selama interval antara kematian somatik dan seluler, atau merupakan perubahan

post mortal karena terjadinya rigor mortis. Cutis anserina tidak mempunyai nilai sebagai

kriteria diagnostik.

Page 7: Refarat Forensik

Busa halus putih yang berbentuk jamur (mushroom-like mass) tampak pada mulut

atau hidung atau keduanya. Terbentuknya busa halus tersebut adalah masuknya cairan ke

dalam saluran pernapasan merangsang terbentuknya mukus, substansi ini ketika

bercampur dengan air dan surfaktan dari paru-paru dan terkocok oleh karena adanya

upaya pernapasan yang hebat. Pembusukan akan merusak busa tersebut dan

terbentuknya pseudofoam yang berwarna kemerahan yang berasal dari darah dan gas

pembusukan.

Perdarahan berbintik (petechial haemmorrhages), dapat ditemukan pada kedua

kelopak mata, terutama kelopak mata bagian bawah. Pada pria genitalianya dapat

membesar, ereksi atau semi-ereksi. Namun yang paling sering dijumpai adalah semi-

ereksi.

Pada lidah dapat ditemukan memar atau bekas gigitan, yang merupakan tanda

bahwa korban berusaha untuk hidup, atau tanda sedang terjadi epilepsi, sebagai akibat

dari masuknya korban ke dalam air.

Cadaveric spasme, biasanya jarang dijumpai, dan dapat diartikan bahwa berusaha

untuk tidak tenggelam, sebagaimana sering didapatkannya dahan, batu atau rumput yang

tergenggam, adanya cadaveric spasme menunjukkan bahwa korban masih dalam keadaan

hidup pada saat terbenam. Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian

depan dapat terjadi akibat persentuhan korban dengan dasar sungai, atau terkena benda-

benda di sekitarnya; luka-luka tersebut seringkali mengeluarkan“darah”, sehingga tidak

jarang memberi kesan korban dianiaya sebelum ditenggelamkan.

Pada kasus bunuh diri dimana korban dari tempat yang tinggi terjun ke sungai,

kematian dapat terjadi akibat benturan yang keras sehingga menyebabkan kerusakan

pada kepala atau patahnya tulang leher. Bila korban yang tenggelam adalah bayi, maka

dapat dipastikan bahwa kasusnya merupakan kasus pembunuhan. Bila seorang dewasa

ditemukan mati dalam empang yang dangkal, maka harus dipikirkan kemungkinan

adanya unsur tindak pidana, misalnya setelah diberi racun korban dilempar ke tempat

tersebut dengan maksud mengacaukan penyidikan1.

Page 8: Refarat Forensik

2. Pemeriksaan dalam

Untuk sebagian kasus asfiksia merupakan penyebab umum terjadinya kematian

ini. Hal tersebut dikarenakan air yang masuk ke paru-paru akan bercampur dengan udara

dan lendir sehingga menghasilkan buih-buih halus yang memblok udara di vesikula.

Dalam beberapa kasus, kematian dapat terjadi dari asfiksia obstruktif yang juga dikenal

sebagai tenggelam kering yang disebabkan oleh kejang laring yang dibentuk oleh

sejumlah kecil air yang memasuki laring. Pada beberapa kasus lainnya air tidak masuk ke

paru-paru sehingga tanda-tanda klasik tenggelam tidak dapat kita temukan (Modi, 1988).

Sebelum kita melakukan pemeriksaan dalam pada korban tenggelam, kita harus

memperhatikan apakah mayat korban tersebut sudah dalam keadaan pembusukan lanjut

atau belum. Apabila keadaan mayat telah mengalami pembusukan lanjut, maka

pemeriksaan dan pengambilan kesimpulan akan menjadi lebih sulit.

Pemeriksaan terutama ditujukan pada sistem pernapasan, busa halus putih dapat

mengisi trakhea dan cabang-cabangnya, air juga dapat ditemukan, demikian pula halnya

dengan benda-benda asing yang ikut terinhalasi bersama air. Benda asing dalam trakhea

dapat tampak secara makroskopik misalnya pasir, lumpur, binatang air, tumbuhan air dan

sebagainya. Sedangkan yang tampak secara mikroskopik diantaranya telur cacing dan

diatome1.

Pleura juga dapat kita temukan pada pemeriksaan kasus ini. Pleura yang

ditemukan dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik perdarahan, perdarahan

ini dapat terjadi karena adanya kompresi terhadap septum inter alveoli atau oleh karena

terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan oksigen. Bercak perdarahan yang besar

(diameter 3-5 cm), terjadi karena robeknya partisi interalveolar dan sering terlihat di

bawah pleura. Bercak ini disebut bercak “Paltouf” yang ditemukan pada tahun 1882 dan

diberi nama sesuai dengan nama yang pertama mencatat kelainan tersebut.

Bercak paltouf berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada bagian bawah

paru-paru, yaitu pada permukaan anterior dan permukaan antar bagian paru-paru.

Page 9: Refarat Forensik

Kongesti pada laring merupakan kelainan yang berarti, paru-paru biasanya sangat

mengembang, seringkali menutupi perikardium dan pada permukaan tampak adanya jejas

dari tulang iga, pada perabaan kenyal. Edema dan kongesti paru-paru dapat sangat hebat

sehingga beratnya dapat mencapai 700-1000 gram, dimana berat paru-paru normal adalah

sekitar250-300 gram.

Paru-paru pucat dengan diselingi bercak-bercak merah di antara daerah yang

berwarna kelabu. Pada pengirisan tampak banyak cairan merah kehitaman bercampur

buih keluar dari penampang tersebut, yang pada keadaan paru-paru normal, keluarnya

cairan bercampur busa tersebut baru tampak setelah dipijat dengan dua jari. Gambaran

paru-paru seperti tersebut diatas dikenal dengan nama “emphysema aquosum” atau

“emphysema hydroaerique”.

Obstruksi pada sirkulasi paru-paru akan menyebabkan distensi jantung kanan dan

pembuluh vena besar dan keduanya penuh berisi darah yang berwarna merah gelap dan

cair, tidak ada bekuan1.

3 Pemeriksaan khusus pada kasus tenggelam7

Pemeriksaan khusus yang dapat dilakukan pada kasus tenggelam adalah:

Percobaan getah paru (Longsap proof), Pemeriksaan darah secara kimia, Tes Destruksi

& analisa isi lambung , Pemeriksaan histopatolgi jaringan paru, Menentukan berat jenis

plasma (BJ plasma).

Pemeriksaan Getah Paru 7

Pemeriksaan getah paru merupakan pemeriksaan patognomonis untuk kasus-kasus

tertentu. Dicari benda-benda asing dalam getah paru yang diambil pada daerah

subpleura, antara lain: pasir, lumpur, telur cacing, dan tanaman air. Cara pemeriksaan

getah paru yaitu:

1. Paru-paru dilepaskan satu persatu secara tersendiri dengan memotong hilus.

2. Paru-paru yang sudah dilepas tidak boleh diletakkan tetapi langsung disiram dengan

dengan air bersih (bebas diatom dan alga).

Page 10: Refarat Forensik

3. Permukaan paru dibersihkan dengan cara dikerik/dikerok 2-3 kali, lalu pisau

kembali dibersihkan dengan air yang mengalir.

4. Dengan mata pisau yang tegak lurus permukaan paru, kemudian permukaan paru

diiris sedangkal (subpleura), lalu pisau kembali dibersihkan di bawah air yang

megalir, lalu dikibaskan sampai kering.

5. Dengan ujung pisau, getah paru pada irisan tadi diambil kemudian diteteskan pada

objek glass lalu ditutup cover glass dan diperiksa di bawah mikroskop.

6. Cara lain yaitu dengan menempelkan objek glass pada permukaan irisan didaerah

subpleural, lalu ditutup cover glass pada permukaan irisan didaerah subpleural, lalu

ditutup cover glass dan diperiksa dibawah mikroskop.

Syarat sediaan percobaan getah paru yaitu eritrosit dalam sediaan harus sedikit

jumlahnya. Bila banyak mungkin irisan terlalu dalam.

Pemeriksaan darah secara kimiawi 1

o Gettler, menunjukan adanya perbedaan kadar khlorida dari uadara yang diambil dari

jantung kanan dan jantung kiri.

o Durlacher, menyatakan test yang lebih di percaya adalah penentuan perbedaan berat

jenis plasma dari jantung kiri dan kanan.

o Palson dan Gee, berpendapat bahwa kedua test tersebut dapat dipakai sebagai data

konfirmatip dalam tenggelam, dengan catatan pemeriksaan di lakukan dalam

beberapa jam setelah terbenam.

4. Pemeriksaan diatome pada tenggelam7

Diatome adalah sejenis ganggang yang mempunyai dinding dari silikat. Silikat ini

tahan terhadap pemanasan dan asam keras. Diatome dijumpai di air tawar, air laut,

sungai, sumur, dan lain-lain. Pada korban mati tenggelam diatome akan masuk ke dalam

saluran pernafasan dan saluran pencernaan, karena ukurannya yang sangat kecil, iadi

absorpsi dan mengikuti aliran darah.

Diatome ini dapat sampai ke hati, paru, otak, ginjal, dan sumsum tulang. Bila

diatome positif berarti korban masih hidup sewaktu tenggelam. Oleh karena banyak

terdapat di alam dan tergantung musim, maka tidak ditemukannya diatome tidak dapat

Page 11: Refarat Forensik

menyingkirkan bahwa korban bukan mati tenggelam. Relevansi diatome terbatas pada

tenggelam dengan mekanisme asfiksia.

Cara pemeriksaan diatome 7

Keseluruhan prosedur dalam persiapan bahan untuk analisa diatom meliputi

contoh air dari dugaan lokasi tenggelam, contoh jaringan dari hasil otopsi korban,

jaringan yang dihancurkan untuk mengumpulkan diatom, konsentrasi diatom, dan analisa

mikroskopis. Pengumpulan bahan dari media tenggelam yang diduga harus dilakukan

semenjak penemuan jenazah, dari air permukaan dan dalam,menggunakan 1 hingga 1,5 L

tempat steril untuk disimpan pada suhu 4°C, di dalamnya disimpan bahan-bahan dari

korban dugaan tenggelam yang diambil dengan cara steril., kebanyakan berasal dari paru-

paru, ginjal, otak, dan sumsum tulang.

Usaha untuk mencari diatome (binatang bersel satu) dalam tubuh korban karena

adanya anggapan bahwa bila orang masih hidup pada waktu tenggelam, maka akan

terjadi aspirasi, dan karena terjadi adanya usaha untuk tetap bernafas maka terjadi

kerusakan bronkioli/bronkus sehingga terdapat jalan dari diatome untuk masuk ke dalam

tubuh. Syaratnya paru-paru harus masih dalam keadaan segar, yang diperiksa bagian

kanan perifer paru-paru, dan jenis diatome harus sama dengan diatome di perairan

tersebut. Cara melakukan pemeriksaan diatome yaitu:

1. Ambil jaringan paru sebanyak 150-200 gram, bersihkan lalu masukkan ke dalam

tabung Erlenmeyer, masukkan H2SO4 pekat sampai menutup seluruh jaringan paru

dan biarkan selama 24 jam sehingga seluruh jaringan paru hancur dan seperti bubur

hitam.

2. Panaskan dengan api yang kecil sampai mendidih sehingga semuanya benar-benar

hancur.

3. Tuangkan ke dalamnya beberapa tetes HNO3 pekat, sampai warnanya kuning

jernih.

4. Cairan disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

5. Sedimennya dicuci dengan akuades kemudian disentrifuge lagi.

Page 12: Refarat Forensik

6. Sedimennya dilihat dibawah mikroskop. Periksalah kerangka diatome yang berupa

sel-sel yang cerah dengan dinding bergaris-garis bentuk bulat, panjang, dan lain-

lain.

5. Pemeriksaan DNA

Metode lain dalam pengidentifikasian diatom adalah dengan amplifikasi DNA

ataupun RNA diatom pada jaringan manusia, analisa mikroskopis pada bagian jaringan,

kultur diatom pada media, dan spectrofluophotometry untuk menghitung klorofil dari

plankton di paru-paru. Metode pendeteksi diatom di darahmeliputi observasi secara

langsung diatom pada membrane filter, setelah darah dihemolisa menggunakan sodium

dodecyl sulfate, atau dengan metode hemolisa kombinasi, 5 mm pori membrane filter.

Dicampur dengan asam nitrat, dan disaring ulang.

Setelah pencampuran selesai diatom dapat diisolasi dengan metode sentrifuse atau

membrane filtration. Siklus sentrifuse mengkonsentrasikan diatom dan menyingkirkan

semua sisa asam dengan pencucian berulang, supernatant diganti tiap beberapa kali

dengan air distilled. Penggunaan saring nitroselulose adalah bagi bahan dengan jumlah

diatom yang rendah dan diikuti dengan analisa LM.

6. Pemeriksaan darah jantung

Pemeriksaaan berat jenis dan kadar elektrolit pada darah yang berasal dari bilik

jantung kiri dan bilik jantung kanan. Bila tenggelam di air tawar, berat jenis dan kadar

elektrolit dalam darah jantung kiri lebih rendah dari jantung kanan. Sedangkan pada

tenggelam di air asin terjadi sebaliknya. Perbedaan kadar elektrolit lebih dari 10% dapat

menyokong diagnosis 3.

Kematian Mendadak pada Tenggelam dalam Air yang Dingin6

Mati mendadak segera setelah seseorang masuk ke dalam air yang dingin, sering

disinggung, walaupun tanpa penyebab langsung, oleh karena spasme laring atau vagal

refleks yang menyebabkan cardiac arrest.

Keadaan tersebut, yaitu yang mendadak tadi, hanya dapat dijelaskan oleh karena

terjadinya fibrilasi ventrikel pada koeban, dan dapat dibuktikan bahwa pada orang yang

Page 13: Refarat Forensik

masuk ke air yang dingin atau tersiram air yang dingin dapat menimbulkan ventricular

ectopic beat.

Pada eksperimen terhadap pemuda yang fisiknya prima dan berumur 20 tahun,

yang ‘dibenamkan’ sampai batas leher dalam air yang suhunya 29oC. terjadi hal sebagai

berikut :

1. setelah 1½ menit denyut jantung naik dari 61 ke 67/ menit dalam irama sinus

2. air dengan suhu 29oC tersebut kemudian disiramkan ke kepala, agar tercipta

keadaan seperti terbenam sebagian, tanpa melindungi pernapasan

3. denyut jantung (HR), lambat 52/menit, dan 9 detik setelah disiram, terjadi

ventricular ectopic beat, aritmia berlangsung selama 25 detik, ketika jantung

kembali ke irama normal pada 56/menit.

2.5 Diagnosis tenggelam8

Bila mayat masih segar maka diagnosis akibat tenggelem dapat dengan mudah

ditegakan melalui pemeriksaan yang teliti :

- Pemeriksaan luar

- Pemeriksaan dalam

- Pemeriksaan laboratorium berupa histologi jaringan, destruksi jaringan dan berat

jenis serta kadar elektrolit darah.

Bila mayat sudah membusuk, maka diagnosis kematian akibat tenggelam dibuat

berdasarkan adanya diatom yang cukup banyak pada paru-paru yang bila disokong oleh

penemuan diatom pada ginjal, otot skelet atau diatom pada sumsum tulang makan

diagnosis akan menjadi makin pasti.

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: Refarat Forensik

1. Dr. Abdul Mun’im idries 1997, pedoman kedokteran forensik edisi pertama

2. Szpilman D, Bierens JJLM, Handley AJ, Orlowski JP. Review article: Drowning.

NewEngland Journal of Medicine. 2012;366:2102-10.

3. World Health Organization. Drowning. Fact sheet No347; Okt 2012 [diakses Desember

2013]; Diunduh dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs347en/

4. Wulur RA, Mallo JF, Tomuka DC. Gambaran temuan autopsi kasus tenggelam di BLU

RSU Prof DR R D Kandou Manado periode Januari 2007-Desember 2011 Bagian Ilmu

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi Manado; 2013

5. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Mun’in A, Sidhi, dkk. Ilmu

kedokteran forensik. Ed I. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 1997.

6. SKYDRUGZ: Refarat Mekanisme Tenggelam . http://skydrugz.com/2012/08/refarat-

mekanisme tenggelam.html#ixzz3XckPhTjW.

7. Apuranto H. 2010. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, edisi ketujuh.

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga. Surabaya. Editor Hoediyanto. Hal 86-94.

8. Bagian kedokteran forensik Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia 1994 edisi

pertama.