Fraktur
-
Upload
budiono-mulyo -
Category
Documents
-
view
41 -
download
1
description
Transcript of Fraktur
BAB I PENDAHULUAN
Dengan meningkatnya mobilitas disektor lalu lintas dan faktor kelalaian
manusia sebagai salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang
dapat menyebabkan fraktur. Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja,
olah raga dan rumah tangga.
Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya
disebabkan oleh gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan
hiperekstensi. Hal ini dapat diterangkan oleh karena adanya mekanisme refleks
jatuh di mana lengan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk seperti
gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung.(1)
Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang dengan atau tanpa letak
perubahan letak fragmen tulang. Menurut Lane and Cooper, fraktur atau patah
tulang adalah kerusakan jaringan atau tulang baik komplet maupun inkomplete
yang berakibat tulang yang menderita tersebut kehilangan kontinuitasnya dengan
atau tanpa adanya jarak yang menyebabkan fragmen.(2)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri,
dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang
patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan
tulang. (3)
1
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
I. PEMBAGIAN JENIS FRAKTUR
Secara garis besar, fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur komplit
dan inkomplit. Pada fraktur komplit, tulang benra-benar patah menjadi dua
fragmen atau lebih. Fraktur inkomplit adalah patahnya tulang hanya pada satu sisi
saja. Fraktur komplit dapat dibagi lagi menjadi fraktur transversa, oblik/spiral,
impaksi, kominutif, dan intra-artikular. Fraktur inkomplit dapat dibagi menjadi
greenstick fracture, yang khas pada anak-anak, dan fraktur kompresi, yang
biasanya ditemukan pada orang dewasa. Fraktur avulsi terjadi bila suatu fragmen
tulang terputus dari bagian tulang sisanya yang disebabkan oleh tarikan
ligamentum atau pelekatan tendon yang kuat dan biasnya terjadi akibat dari
kontraksi otot secara paksa. (4)
Jenis-jenis fraktur :
Greenstick : tulang anak bersifat fleksibel, sehingga fraktur dapat berupa
bengkokan tulang di satu sisi dan patahan korteks di sisi lainnya. Tulang juga
dapat melengkung tanpa disertai patahan yang nyata (fraktur torus).
Comminuted : fraktur dengan fragmen multiple.
Avulsi : sebuah fragmen tulang terlepas dari lokasi ligamen atau insersi
tendon.
Patologis : fraktur yang terjadi pada tulang yang memang telah memiliki
kelainan, seringkali terjadi setelah trauma trivial, misalnya penyakit Paget,
osteoporosis, atau tumor.
Fraktur stres atau lelah : akibat trauma minor berulang dan kronis. Daerah
yang rentan antara lain metatarsal kedua atau ketiga (fraktur march), batang
tibia proksimal, fibula, dan batang femoral (pada pelari jarak jauh dan penari
balet).
Fraktur impaksi : fragmen-fragmen saling tertekan satu sama lain, tanpa
adanya garis fraktur yang jelas.
2
Fraktur lempeng epifisis pada anak di bawah usia 16 tahun. Fraktur ini dapat
dikelompokkan menjadi tipe 1 sampai 5 berdasarkan klasifikasi Salter Harris.(5)
Gambar 1. Beberapa tipe fraktur
(dikutip dari referensi 6)
3
4
DAFTAR PUSTAKA
1. Hoppenfeld S, Murthy VL. Terapi dan rehabilitasi fraktur. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2011.
2. Carter Michel A., Fraktur dan Dislokasi dalam: Price Sylvia A, Wilson
Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal 1365-1371.
3. Goh Lesley A., Peh Wilfred C. G., Fraktur-klasifikasi,penyatuan, dan
komplikasi dalam : Corr Peter. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2011. Hal 112-121.
4. Patel Pradip R., Trauma Skeletal dalam: Patel Pradip R. Lecture Notes
Radiologi. Edisi kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 221-
230.
5. Ekayuda Iwan, Trauma Skelet (Rudapaksa Skelet) dalam: Rasad Sjahriar,
Radiologi Diagnostik. Edisi kedua, cetakan ke-6. Penerbit Buku Balai
Penerbitan FKUI. Jakarta. 2009. Hal 31-43.
6. Rasjad Chairuddin, Struktur dan Fungsi Tulang dalam: Rasjad Chairuddin.
Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Cetakan keenam. Penerbit PT. Yarsif
Watampone. Jakarta. 2009. Hal 6-11.
7. Buranda Theopilus et. al., Osteologi dalam : Diktat Anatomi Biomedik I.
Penerbit Bagian Anatomi FK Unhas. Makassar. 2011. Hal 4-7.
8. Carter Michel A., Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi dalam: Price
Sylvia A, Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006.
Hal 1357-1359.
9. Puts R and Pabst R.. Ekstremitas Atas dalam: Atlas Anatomi Manusia
Sobotta. Edisi 22. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jilid 1. Jakarta. 2006.
Hal 158, 166, 167, dan 169.
10. Begg James D., The Upper Limb in : Accident and Emergency X-Rays
Made Easy. Publisher Churchill Livingstone. UK. 2005. Page 162-167.
5
11. Eiff et. al., Radius and Ulna Fractures in : Fracture Management For
Primary Care. Second Edition. Publisher Saunders. UK. 2004. Page 116-
119.
12. Kune Wong Siew, Peh Wilfred C. G., Trauma Ekstremitas dalam : Corr
Peter. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 2011. Hal 97-107.
13. Sjamsuhidayat R., dan de Jong Wim. Patah Tuland dan Dislokasi dalam:
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. 2005. Hal 840-854.
14. Bone Healing, Komlpikasi dan Prognosis Fraktur. Diunduh dari:
http://www.wrongdiagnosis.com/f/fracture/prognosis.htm
15. Rasjad, C. Trauma Pada Tulang dalam : Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi. Edisi Ketiga. Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta. 2007. Hal
374-377.
6