Fraktur

9
BAB I PENDAHULUAN Dengan meningkatnya mobilitas disektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia sebagai salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang dapat menyebabkan fraktur. Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja, olah raga dan rumah tangga. Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya disebabkan oleh gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dapat diterangkan oleh karena adanya mekanisme refleks jatuh di mana lengan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk seperti gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung. (1) Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang dengan atau tanpa letak perubahan letak fragmen tulang. Menurut Lane and Cooper, fraktur atau patah tulang adalah kerusakan jaringan atau tulang baik komplet maupun inkomplete yang berakibat tulang yang menderita tersebut kehilangan kontinuitasnya dengan atau tanpa adanya jarak yang menyebabkan fragmen. (2) Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, 1

description

fraktur

Transcript of Fraktur

Page 1: Fraktur

BAB I PENDAHULUAN

Dengan meningkatnya mobilitas disektor lalu lintas dan faktor kelalaian

manusia sebagai salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang

dapat menyebabkan fraktur. Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja,

olah raga dan rumah tangga.

Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya

disebabkan oleh gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan

hiperekstensi. Hal ini dapat diterangkan oleh karena adanya mekanisme refleks

jatuh di mana lengan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk seperti

gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung.(1)

Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang dengan atau tanpa letak

perubahan letak fragmen tulang. Menurut Lane and Cooper, fraktur atau patah

tulang adalah kerusakan jaringan atau tulang baik komplet maupun inkomplete

yang berakibat tulang yang menderita tersebut kehilangan kontinuitasnya dengan

atau tanpa adanya jarak yang menyebabkan fragmen.(2)

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri,

dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi

itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang

patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan

tulang. (3)

1

Page 2: Fraktur

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

I. PEMBAGIAN JENIS FRAKTUR

Secara garis besar, fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur komplit

dan inkomplit. Pada fraktur komplit, tulang benra-benar patah menjadi dua

fragmen atau lebih. Fraktur inkomplit adalah patahnya tulang hanya pada satu sisi

saja. Fraktur komplit dapat dibagi lagi menjadi fraktur transversa, oblik/spiral,

impaksi, kominutif, dan intra-artikular. Fraktur inkomplit dapat dibagi menjadi

greenstick fracture, yang khas pada anak-anak, dan fraktur kompresi, yang

biasanya ditemukan pada orang dewasa. Fraktur avulsi terjadi bila suatu fragmen

tulang terputus dari bagian tulang sisanya yang disebabkan oleh tarikan

ligamentum atau pelekatan tendon yang kuat dan biasnya terjadi akibat dari

kontraksi otot secara paksa. (4)

Jenis-jenis fraktur :

Greenstick : tulang anak bersifat fleksibel, sehingga fraktur dapat berupa

bengkokan tulang di satu sisi dan patahan korteks di sisi lainnya. Tulang juga

dapat melengkung tanpa disertai patahan yang nyata (fraktur torus).

Comminuted : fraktur dengan fragmen multiple.

Avulsi : sebuah fragmen tulang terlepas dari lokasi ligamen atau insersi

tendon.

Patologis : fraktur yang terjadi pada tulang yang memang telah memiliki

kelainan, seringkali terjadi setelah trauma trivial, misalnya penyakit Paget,

osteoporosis, atau tumor.

Fraktur stres atau lelah : akibat trauma minor berulang dan kronis. Daerah

yang rentan antara lain metatarsal kedua atau ketiga (fraktur march), batang

tibia proksimal, fibula, dan batang femoral (pada pelari jarak jauh dan penari

balet).

Fraktur impaksi : fragmen-fragmen saling tertekan satu sama lain, tanpa

adanya garis fraktur yang jelas.

2

Page 3: Fraktur

Fraktur lempeng epifisis pada anak di bawah usia 16 tahun. Fraktur ini dapat

dikelompokkan menjadi tipe 1 sampai 5 berdasarkan klasifikasi Salter Harris.(5)

Gambar 1. Beberapa tipe fraktur

(dikutip dari referensi 6)

3

Page 4: Fraktur

4

Page 5: Fraktur

DAFTAR PUSTAKA

1. Hoppenfeld S, Murthy VL. Terapi dan rehabilitasi fraktur. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta. 2011.

2. Carter Michel A., Fraktur dan Dislokasi dalam: Price Sylvia A, Wilson

Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal 1365-1371.

3. Goh Lesley A., Peh Wilfred C. G., Fraktur-klasifikasi,penyatuan, dan

komplikasi dalam : Corr Peter. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2011. Hal 112-121.

4. Patel Pradip R., Trauma Skeletal dalam: Patel Pradip R. Lecture Notes

Radiologi. Edisi kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 221-

230.

5. Ekayuda Iwan, Trauma Skelet (Rudapaksa Skelet) dalam: Rasad Sjahriar,

Radiologi Diagnostik. Edisi kedua, cetakan ke-6. Penerbit Buku Balai

Penerbitan FKUI. Jakarta. 2009. Hal 31-43.

6. Rasjad Chairuddin, Struktur dan Fungsi Tulang dalam: Rasjad Chairuddin.

Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Cetakan keenam. Penerbit PT. Yarsif

Watampone. Jakarta. 2009. Hal 6-11.

7. Buranda Theopilus et. al., Osteologi dalam : Diktat Anatomi Biomedik I.

Penerbit Bagian Anatomi FK Unhas. Makassar. 2011. Hal 4-7.

8. Carter Michel A., Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi dalam: Price

Sylvia A, Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006.

Hal 1357-1359.

9. Puts R and Pabst R.. Ekstremitas Atas dalam: Atlas Anatomi Manusia

Sobotta. Edisi 22. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jilid 1. Jakarta. 2006.

Hal 158, 166, 167, dan 169.

10. Begg James D., The Upper Limb in : Accident and Emergency X-Rays

Made Easy. Publisher Churchill Livingstone. UK. 2005. Page 162-167.

5

Page 6: Fraktur

11. Eiff et. al., Radius and Ulna Fractures in : Fracture Management For

Primary Care. Second Edition. Publisher Saunders. UK. 2004. Page 116-

119.

12. Kune Wong Siew, Peh Wilfred C. G., Trauma Ekstremitas dalam : Corr

Peter. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta. 2011. Hal 97-107.

13. Sjamsuhidayat R., dan de Jong Wim. Patah Tuland dan Dislokasi dalam:

Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta. 2005. Hal 840-854.

14. Bone Healing, Komlpikasi dan Prognosis Fraktur. Diunduh dari:

http://www.wrongdiagnosis.com/f/fracture/prognosis.htm

15. Rasjad, C. Trauma Pada Tulang dalam : Pengantar Ilmu Bedah

Ortopedi. Edisi Ketiga. Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta. 2007. Hal

374-377.

6