Fix
-
Upload
vicky-dian-febriani -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of Fix
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi
glukosa dengan tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan
penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama
kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap
transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga
diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
(http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/diabetes-mellitus-pada-kehamilan).
Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka
akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga
kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik.
(Engkus Kusmiati,2007). Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang
mirip dan komplikasi pada tingkat lanjut. Hiperglikemia sendiri dapat
menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis. Komplikasi jangka lama termasuk
penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama
dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan
saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi.
Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.
(www.rumahdiabetes.com)
Di Indonesia, dengan menggunakan kriteria diagnosis O’Sullivan-Mahan
dilaporkan prevalensi diabetes mellitus pada kehamilan adalah sebesar 1,9–3,6%
pada kehamilan umum. Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga menderita
diabetes mellitus, prevalensinya menjadi 5,1%.(Yenni. 2008). Sedangkan menurut
Dr. Diapari Siregar Sp.OG dari berbagai Rumah Sakit di Jakarta, setiap wanita
hamil memiliki risiko menderita DMG berkisar 2-5 persen, bahkan pada populasi
tinggi bisa meningkat 7-9 persen dan seorang wanita yang telah menderita
15
diabetes mellitus sebelum hamil memiliki risiko lebih besar untuk menderita
diabetes mellitus saat hamil. Meskipun begitu tidak menutup kemungkinan bahwa
wanita yang tidak mengidap diabetes mellitus pun terkena DMG (Diabetes
Mellitus Gestasional) saat hamil.
Kondisi gula darah yang tinggi yang terjadi pada masa kehamilan umumnya akan
kembali normal setelah masa kehamilan. Diabetes Melitus menempati urutan ke-4
dalam ranking pembunuh manusia. Kongres Federasi Diabetes International tahun
2003 menyebutkan bahwa sekitar 194 Juta orang di dunia menderita penyakit ini.
Di Indonesia sendiri tercatat 2,5 juta orang dan diperkirakan akan terus
bertambah. Diabetes mellitus perlu untuk diperhatikan karena risiko morbiditas
dan mortalitas pada maternal dan perinatal tinggi. Akan tetapi, dengan
pengelolaan dan penatalaksanaan yang baik maka hasilnya dapat menjadi baik.
1.2 Rumusan masalah
a. Apa definisi dari Diabetes Mellitus Gestasional?
b. Bagaimana etiologi dari Diabetes Mellitus Gestasional?
c. Bagaimana patofisiologi dari Diabetes Mellitus Gestasional?
d. Bagaimana manisfestasi Klinik dari Diabetes Mellitus Gestasional?
e. Bagaimana penatalaksanaan dari Diabetes Mellitus Gestasional?
f. Bagaimana komplikasi dari Diabetes Mellitus Gestasional?
g. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari Diabetes Mellitus Gestasional?
h. Bagaimana Asuhan keperawatan Diabetes Mellitus Gestasional?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah memberikan asuhan keperawatan pada Ibu Hamil
dengan Diabetes mellitus Gestasional.
15
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Definisi dan Etiologi DM Gestasional.
2. Untuk mengetahui Patofisiologi DM Gestasional.
3. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien DM Gestasional.
15
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Mansjoer, 2000).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan
hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin
atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya. (Francis dan
John, 2000),
2.2 Etiologi
1. Retensi insulin yang meningkat akibat efek antagonis insulin pada
hormone plasenta , kortisol dan insulinase.
2. Pancreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup atau jika insulin
tidak digunakan dengan efektif (Dickson & Palmer, 1990).
Faktor resiko :
Hamil di usia tua.
Etnik.
Obesitas.
Riwayat keluarga.
Sebelumnya melahirkan bayi lebih dari 4 kg.
Memiliki terlalu banyak cairan amniotic (suatu kondisi yang disebut
polihidramnion).
Riwayat GDM pada kehamilan sebelumnya dan pola makan.
15
2.3 Tanda Dan Gejala
Poliuri.
Polidipsi.
Polifagia.
Kelemahan yang berlebihan (American Diabetes Association, 1990).
Glikosuria
2.4 Patofisiologi Dan Pathway
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan Karbohidrat yang
menunjang pemasokan makan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa
dapar berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya
dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat
mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin.
(price SA,Wilson LM.1994.Buku II,Edisi IV: 1109-1112).
Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin. Akibat lambatnya
reabsorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut
kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga
mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut tekanan deabetogenik dalam
kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah
dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia yang menjadi
masalah ialah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin
sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan. Resistensi insulin juga disebabkan adanya hormon estrogen,
progesteron, kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen. ( Noer S.1997.jilid I,Edisi
III: 675 – 679).
Kadar kortisol plasma wanita hamil meningkat dan mencapai 3 kali dari keadaan
normal hal ini mengakibatkan kebutuhan insulin menjadi lebih tinggi, demikian
juga dengan human plasenta laktogen (HPL) yang dihasilkan oleh plasenta yang
15
mempunyai sifat kerja mirip pada hormon tubuh yang bersifat diabetogenik.
Pembentukan HPL meningkat sesuai dengan umur kehamilan. Hormon tersebut
mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mempengaruhi afinitas insulin.
Hal ini patut diperhitungkan dalam pengendalian diabetes.
2.5 Komplikasi
Maternal : ineksi saluran kemih, hidromnium, hipertensi kronik,
preeklampsia, kematian ibu.
Fetal : abortus spontan, kelainan konenital, insufisiensi, makrisomia,
kematian intaruterin.
Neonatal : prematuritas, kematian intrauterin, kematian neonatal, taruma
lahir, hipoglikemia, Hipomagnesia, hipokelsemia, hiperbilirubinemia,
sandorma gawat napas, polisitemia.
2.6 Diagnosis
Deteksi dini sangat diperlukan untuk menjaring DMG agar dapat dikelola sebaik-
baiknya.Terdapat dua macam cara penyaringan yaitu satu tahap dan dua tahap.
Penyaringan satu tahap. adalah cara WHO. Sedangkan penyaringan dua tahap
dikenal dengan cara O’Sullivan-Mahan.
a. Cara WHO
Penyaringan menurut WHO sama dengan populasi bukan wanita hamil.
Dalam keadaan berpuasa pada pagi hari, diambil contoh darah kemudian
diberikan beban glukosa 75 gram. Contoh darah berikutnya diperiksa dua jam
setelah beban glukosa. Kriteria diagnosis yaitu ≥ 126 mg% atau/dan dua jam
≥ 200 mg%. Yang mempunyai kadar glukosa darah puasa antara 110-126 mg
% dan dua jam antara 140-200 mg% disebut toleransi glukosa terganggu.
Khusus untuk wanita hamil yang tergolong toleransi glukosa terganggu pun
harus dikelola sebagai DM.
15
b. Cara O’Sullivan- Mahan.
Tes Tantangan Glukosa (TTG).
Cara O’Sullivan-Mahan terdiri atas dua tahap yaitu TTG dan TTGO.
Semua wanitahamil yang datang untuk penyaringan baik dalam keadaan
puasa atau tidak diberikan beban glukosa 50 gram yang dilarutkan dalam
200 ml air dan segera diminum. Satu jam kemudian diambil contoh darah
plasma vena untuk periksa kadar glukosa darah. Apabila kadar glukosa
plasma vena;
- < 140 mg% maka tes dinyatakan negatif.\
- ≥ 140 mg% maka tes dinyatakan positif (catatan: ada yang menganggap
pada keadaan puasa ≥ 130 mg%, keadaan tidak puasa ≥ 140 mg%).
- ≥ 200 mg% maka tidak perlu lagi melakukan TTGO, tetapi langsung
dianggap DMG dan segera mendapat pengobatan.
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO).
Persiapan untuk melakukan tes toleransi glukosa sama dengan persiapan
pada TTGO pada umumnya. Pasien harus makan yang mengandung cukup
karbohidrat beberapa hari sebelumnya. Semalam sebelumnya harus
berpuasa selama 8-12 jam. Tes dilakukan pada pagi hari dalam keadaan
puasa. Diambil contoh darah kemudian diberikan minnum glukosa 100
gram yang dilarutkan dalam 200 ml air. Pengambilan contoh darah
berikutnya dilakukan pada satu, dua dan tiga jam setelah pemberian. Kadar
normal adalah puasa < 105 mg%, satu jam < 190 mg%, dua jam < 165 mg
% dan tiga jam 145 mg%. Disebut DMG apabila sedikitnya ditemukan dua
angka yang abnormal.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DMG sebaiknya dilaksanakan secara terpadu antara seorang ahli
penyakit dalam, ahli obstetri, ahli gizi dan dokter spesialis anak. Tujuan
15
pengobatan adalah untuk menurunkan angka kesakitan maternal, kesakitan dan
kematian perinatal dan hanya dapat tercapai apabila keadaan normoglikemia
dicapai dan dipertahankan selama kehamilan sampai persalinan.
Sasaran normoglikemia pada DMG adalah kadar glukosa plasma vena
puasa < 105 mg% dan dua jam sesudah makan < 120 mg%. Untuk mencapainya
dapat dilakukan dengan :
a. Pengaturan diet yang sesuai dengan kebutuhan yang diatur oleh ahli gizi.
b. Memantau glukosa darah sendiri di rumah dan edukasi
c. Pemberian insulin bila belum tercapai normoglikemia dengan diet
- Pengaturan diet
Diet merupakan tahap awal penting pada penatalaksanaan DMG dan
bertujuan :
a) mencapai normoglikemia dan
b) untuk menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan janin yang optimal.
Perlu selalu diingat bahwa menyusun diet pada DMG tidak semata-mata untuk
mencapai normoglikemia, tetapi pengaturan diet baik jumlah kalori maupun
komposisi makanan harus diperhitungkan untuk pertumbuhan janin agar
menghasilkan bayi yang sehat antara lain :
1. Jumlah kalori dan komposisi makanan.
Jumlah kalori yang dibutuhkann antara 30-35 kcal/kg berat badan ideal
yang diperhitungkan dengan menggunakan indeks Broca (1800 – 2500
kcal/hari). Jumlah kalori ini terdiri atas 60-70% hidrat arang, 10-15%
protein dan sisanya lemak 20-25%. Jumlah kalori tersebut diberikan dalam
enam kali makan.
2. Memantau diabetes terkendali.
Di klinik yang maju, semua pasien DMG diajar untuk memantau glukosa
darah sendiri di rumah. Pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM)
tampaknya lebih unggul dibandingkan pemantauan intermiten di rumah
15
sakit. PGDM dianjurkan bagi pasien dengan pengobatan insulin atau
pemicu sekresi insulin. Hal ini mempermudah mencapai normoglikemia
dan bagi mereka yang mendapat tambahan insulin akan memberikan
keuntungan untuk mencegah reaksi hipoglikemia berat.
Waktu pemeriksaan PGDM bervariasi tergantung pada terapi. Waktu yang
bermanfaat untuk pemantauan adalah saat sebelum makan dan waktu tidur
(untuk menilai risiko hipoglikemia), 2 jam setelah makan (menilai
ekskursi maksimal glukosa selama sehari), diantara siklus tidur (untuk
menilai adanya hipoglikemia nokturnal yang kadang tanpa gejala), dan
ketika mengalami gejala seperti hypoglicemic spells. Disamping itu
dilakukan juga pemeriksaan HbA1c secara berkala setiap 8 - 12 minggu
untuk menilai efek terapi sebelumnya. Kriteria pengendalian DM baik bila
HbA1c < 6,5%, sedang bila 6,5 – 8% dan buruk bila > 8%. Pemeriksaan
dianjurkan sedikitnya 2 kali setahun.
3. Insulin.
Jika dengan pengaturan makan selama dua minggu tidak mencapai sasaran
normoglikemia maka insulin harus segera dimulai. Pasien DMG yang
ditemukan setelah umur kehamilan 28 minggu dengan kadar glukosa
darah puasa. > 130 mg% dianjurkan agar segera dimulai dengan insulin
oleh karena pengobatan setelah 30 minggu sulit untuk mencegah
hiperplasia sel beta dan hiperinsulinemia janin.
Umumnya insulin dimulai dengan dosis kecil, dan meningkat dengan
meningkatnya usia kehamilan. Insulin yang dipakai adalah human insulin.
DMG dengan hiperglikemia hanya pada pagi hari, cukup diberikan
suntikan insulin kerja menengah sebelum tidur malam. Pasien dengan
hiperglikemia pada keadaan puasa maupun sesudah makan diberikan
insulin kombinasi kerja menengah dan kerja cepat, pagi dan sore hari.
15
Dosis insulin diperkirakan antara 0,5-1,5 U/kg berat badan, 2/3 diberikan
pagi hari dan 1/3 pada sore hari. Hanya pada keadaan tertentu dimana
belum terkendali dengan pemberian 2 kali perlu diberikan 4 kali sehari
yaitu 3 kali insulin kerja cepat ½ jam sebelum makan dan insulin kerja
menengah pada malam hari sebelum tidur.
- Penanganan obstetri.
Tujuan penanganan obstetri ibu DMG pada trimester tiga kehamilan adalah
untuk mencegah terjadinya KJDR dan asfiksia dan juga meminimalkan
morbiditas meternal yang berhubungan dengan persalinan.
- Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan :
Pengukuran tinggi fundus uteri.
Mendengarkan denyut jantung janin secara khusus memakai ultrasonografi
(USG) dan kardiotokografis (KTG).
Penilaian menyeluruh janin dilakukan dengan skor fungsi dinamik janin
plasenta (FDJP).
Skor < 5 merupakan tanda gawat janin. Penilaian ini dilakukan setiap
minggu sejak umur kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia,
pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi
untuk malakukan persalinan secara seksio sesarea.
Pada saat seksio sesarea, penatalaksanaan ibu DMG dikerjakan seperti
yang lazim pada pasien DM dengan pembedahan.
Janin yang sehat (skor FDJP > 6 ) dapat dilahirkan pada umur kehamilan
38 minggu dengan persalinan biasa. Memperpanjang umur kehamilan
akan meningkatkan insidens fetal makrosomia dan seksio sesarea
sehingga dianjurkan persalinan pada umur kehamilan 38 minggu. Ibu
hamil DMG tidak perlu dirawat bila keadaan diabetesnya terkendali baik,
namun harus selalu diperhatikan gerak janin (normal > 12 kali/12 jam).
Bayi dari ibu yang DMG memerlukan perawatan khusus.
15
Bila diperlukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis dahulu
untuk memastikan kematangan paru janin (bila umur kehamilan < 38
minggu).
Kehamilan dengan DMG yang berkomplikasi (hipertensi, preeklampsia,
kelainan vaskuler infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis, moniliasis)
harus dirawat sejak umur kehamilan 34 minggu. Pasien DMG yang
berkomplikasi biasanya memerlukan insulin. Umumnya kadar gula
darahnya mudah terkendali, kecuali jika ada komplikasi.
15
PATHWAYInsufisiensi / retensi insulin
Gangguan pertumbuhan uteri
Protein tubuh hilang
Hipoglikemia 60 > 40 mg/dl
Glukonogenesis ↑
Katabolisme protein
Mengganggu produksi insulin
Glukagon ↑
Sel beta rusak/terganggu
BUN ↑ Asam amino ↑
Resti terhadap trauma, pertukaran gas pd janin
Resti terhadap trauma, pertukaran gas pd janin
As.laktat ↑
Glukosuri
Diuretic osmotik
dehidrasi
polidipsipoliuriMengganggu pembentukan dan aktivitas sel2 darah
koma
hiperosmolaritas
Rasa haus
Kalori keluar
ketoasidosis
ketonuria
As.lemak bebas
Lipolisis ↑
< volume cairan dan elektrolit
Rasa lapar
Faktor resiko :
Hamil di usia tua
Etnik
Obesitas
Riwayat keluarga
Sebelumnya melahirkan bayi
lebih dari 4 kg
Memiliki terlalu banyak cairan
amniotic (suatu kondisi yang
disebut polihidramnion)
Riwayat GDM pada kehamilan
sebelumnya
Pola makan
Asidosi metabolik
Mengancam jiwa ibu dan janin
Profil darah abnormal/anemia
Resti perdarahanResti perdarahan
Ansietas Ansietas Perubahan nutrisi < kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi < kebutuhan tubuh
Kurang pengetahuan
Kurang pengetahuan
polifagi
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Sirkulasi
- Nadi pedialis dan pengisian kapiler ekstremitas mungkin menurun atau
melambat pada DM.
- Edema atau peningkatan TD.
Eliminasi
- Dapat mengalami riwayat pielonefritis , Infeksi Saluran Kemih,
Nefropati,
- Poliuria
Makanan / cairan
- Polidipsia, polifagia
- Mual muntah
- Obesitas penambahan BB berlebihan atau tidak adekuat, klien dengan
DMG biasanya gemuk, klien dengan IDDM biasanya tidak gemuk
sebelum kehamilan.
Keamanan
- Integritas atau sensasi kulit lengan, paha, bokong, dan abdomen dapat
berubah karena injeksi insulin yang sering
- Kerusakan penglihatan atau retinopati mungkin ada
- Riwayat gejala – gejala infeksi dan atau budaya positif terhadap infeksi,
khususnya perkemihan atau vagina.
Seksualitas
- Tunggi fundus mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal
terhadap usia gestasi (hidramnion, ketidaktepatan pertumbuhan janin).
15
- Riwayat neonatus besar terhadap usia gestasi (LGA), hidramnion
anomali.
Interaksi Sosial
- Masalah atau faktor sosial ekonomi dapat meningkatkan risiko
komplikasi.
- Ketidakadekuatan atau kurangnya sistem pendukung yang bertanggung
jawab (dapat secara negatif mempengaruhi kontrol diabetik).
Penyuluhan atau pembelajaran
- BB klien saat lahir kemungkinan 4 kg atau lebih.
- Dapat mengeluh masalah atau perubahan baru pada stabilitas diabetes.
- Riwayat keluarga Diabetes, Diabetes Mellitus Gestasional, Hipertensi
karena kehamilan, masalah infertilitas, lahir mati, aborsi spontan,
hidramnion, makrosomia (lebih dari 4000 gr atau 9 lb saat lahir).
3.2 Diagnosa
a. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi
kurang tepat.
b. Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan peningkatan
kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi.
c. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan
ketidakadekuatan kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia,
hipoksia jaringan dan perubahan respon umum.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa dan kebutuhan
tindakan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan
informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
15
e. Resiko tinggi terhadap trauma, pertukaran gas pada janin berhubungan
dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau
retardasi pertumbuhan intra uterin.
f. Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi kritis atau
mengancam pada status kesehatan maternal atau janin.
3.3 Intervensi Keperawatan
DX 1: Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang
tepat.
Intervensi :
a. Timbang berat badan setiap kunjungan prenatal.
Rasional: Penambahan berat badan adalah kunci petunjuk untuk memutuskan
penyesuaian kebutuhan kalori.
b. Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam.
Rasional : Membantu dalam mengevaluasi pemahaman pasien tentang aturan
diet.
c. Tinjau ulang dan berikan informasi mengenai perubahan yang diperlukan
pada penatalaksanaan diabetik.
Rasional : Kebutuhan metabolisme dari janin dan ibu membutuhkan
perubahan besar selama gestasi memerlukan pemantauan ketat dan adaptasi.
d. Tinjau ulang tentang pentingnya makanan yang teratur bila memakai insulin.
Rasional : Makan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia , sesudah
makan dan kelaparan.
e. Perhatikan adanya mual dan muntah khususnya pada trimester pertama.
15
Rasional : Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi karbohidrat yang
dapat mengakibatkan metabolisme lemak dan terjadinya ketosis.
f. Kaji pemahaman stress pada diabetik.
Rasional : Stress dapat mengakibatkan peningkatan kadar glukosa,
menciptakan fluktuasi kebutuhan insulin.
DX 2 : Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar
glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi.
Intervensi :
a. Kaji control diabetik sebelum konsepsi.
Rasional : Pengontrolan secara ketat sebelum konsepsi membantu
menurunkan resiko mortalitas janin dan abnormal konginental.
b. Tentukan klasifikasi white terhadap diabetes.
Rasional : Janin kurang beresiko bila klasifikasi white adalah A, B, C dan
apabila D adalah beresiko tinggi.
c. Kaji gerakan janin dan denyut janin setiap kunjungan.
Rasional : Terjadi insufisiensi plasenta dan ketosis maternal mungkin secara
negatif mempengaruhi gerakan janin dan denyut jantung janin.
d. Observasi tinggi fundus uteri setiap kunjungan.
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan abnormal.
e. Observasi urine terhadap keton.
Rasional : Benda keton dapat mengakibatkan kerusakan susunan syaraf pusat
yang tidak dapat diperbaiki.
f. Berikan informasi dan buatkan prosedur untuk pemantauan glukosa dan
penatalaksanaan diabetes di rumah.
15
Rasional : Penurunan mortalitas dan komplikasi morbiditas janin bayi baru
lahir dan anomali congenitial dihubungkan dengan kenaikan kadar glukusa
darah.
g. Pantauan adanya tanda tanda edema, proteinuria, peningkatan tekanan darah.
Rasional : sekitar 12% – 13% dari diabetes akan berkembang menjadi
gangguan hipertensi karena perubahan kardiovaskuler berkenaan dengan
diabetes.
DX 3 : Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan perubahan
kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan
perubahan respon imun.
Intervensi :
a. Perhatikan klasifikasi white untuk diabetes. Kaji derajad kontrol diabetik.
Rasional : Klien dengan klasifikasi D, E atau F adalah berisiko tinggi
terhadap komplikasi kehamilan.
b. Kaji perdarahan pervaginam dan nyeri tekan abdomen.
Rasional: Perubahan vaskuler yang dihubungkan dengan diabetes
menandakan resiko abrupsi plasenta.
c. Pantau terhadap tanda dan gejala persalinan preterm.
Rasional: Distensi uterus berlebihan karena makrosomia atau hidramnion
dapat mempredisposisikan pada persalinan awal.
d. Bantu untuk belajar memantau glukosa darah di rumah yang dilakukan 6 kali
sehari.
Rasional: Memungkinkan keakuratan tes urin yang lebih besar karena
ambang ginjal terhadap glukosa menurun selama kehamilan.
15
e. Periksa keton dalam urin setiap hari.
Rasional: Ketonuria menandakan adanya kondisi kelaparan yang secara
negatif dapat mempengaruhi perkembangan janin.
f. Identifikasi kejadian hipoglikemia dan hiperglikemia.
Rasional: Insiden hipoglikemia sering terjadi pada trimester ketiga karena
aliran glukosa darah dan asam amino yang kontinue pada janin dan untuk
menurunkan kadar insulin antagonis laktogen plasenta. Insiden hiperglikemia
memerlukan regulasi diet atau insulin untuk normoglikemia khususnya pada
trimester kedua dan ketiga karena kebutuhan insulin sering meningkat dua
kali.
Kolaborasi :
a. Pantau kadar glukosa serum setiap kunjungan.
Rasional: Mendeteksi ancaman ketoasidosis, menentukan adanya ancaman
hipoglikemia.
b. Dapatkan HbA1c setiap 2-4 minggu sesuai indikasi.
Rasional: Mengontrol secara akurat glukosa selama 60 hari terakhir.
c. Kaji Hb dan Ht pada kunjungan awal lalu selama trimester kedua dan
preterm.
Rasional: Anemia mungkin ada dengan masalah vaskuler.
DX 4 : Kurang pengetahuan mengenai kondisi diabetes, prognosis dan kebutuhan
tindakan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan informasi dan tidak
mengenal sumber informasi.
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan tentang proses dan tindakan terhadap penyakit termasuk
hubungan dengan diet, latihan, stres dan kebutuhan insulin.
15
Rasional: Diabetes mellitus gestasional besisiko terhadap ambilan glukosa
yang tidak efektif dalam sel, penggunaan lemak dan protein untuk energi
secara berlebihan dan dehidrasi seluler saat air dialirkan dari sel oleh
konsentrasi hipertonik glukosa dalam serum.
b. Tinjau ulang pentingnya pemantauan serum glukosa sedikitnya 6 kali sehari.
Rasional: Pengukuran glukosa darah penting untuk mengenali dampak diet
dan latihan.
c. Berikan informasi tentang cara kerja dan efek merugikan insulin dan tinjau
ulang alasan menghindari obat hipoglikemi oral.
Rasional: Perubahan metabolik prenatal menyebabkan kebutuhan insulin
berubah. Trimester pertama kebutuhan insulin rendah tetapi menjadi dua kali
dan empat kali selama trimester kedua dan ketiga. Meskipun insulin tidak
melewati plasenta, agen hipoglikemi oral dapat dan potensial membahayakan
janin.
d. Jelaskan penambahan berat badan normal.
Rasional: Pembatasan kalori dengan akibat ketonemia dapat menyebabkan
kerusakan janin dan menghambat penggunaan protein optimal.
e. Berikan informasi tentang kebutuhan program latihan ringan.
Rasional: Latihan setelah makan dapat membantu mencegah hipoglikemia
dan menstabilkan penyimpangan glukosa, kecuali terjadi peningklatan
glukosa berlebihan, dimana latihan dapat meningkatkan ketoasidosis.
DX 5 : Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin
berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia
atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
Intervensi :
a. Tinjau ulang riwayat pranatal dan kontrol maternal.
15
Rasional: Hiperglikemia maternal pada periode pranatal meningkatkan
makrosomia, membuat janin berisiko terhadap cedera kelahiran karena
distosia atau disporsia sefalopelvis. Kadar glukosa maternal yang tinggi pada
kelahiran meransang pankreas janin, mengakibatkan hiperinsulinemia.
b. Periksa adanya glukosa atau keton dan albumin dalam urin ibu dan pantau
tekanan darah.
Rasional: Peningkatan glukosa dan kadar keton menandakan ketoasidosis
yang dapat mengakibatkan asidosis janin dan potensial cedera susunan syaeaf
pusat.
c. Observasi tanda vital.
Rasional: Peningkatan infeksi asenden, dapat mengakibatkan sepsis neonatal.
d. Anjurkan posisi rekumben lateral selama persalinan.
Rasional: Meningkatkan perfusi plasenta dan meningkatkan kesediaan
oksigen untuk janin.
e. Lakukan dan bantu dengan pemeriksaan vagina untuk menentukan kemajuan
persalinan.
Rasional: Persalinan yang lama dapat meningkatkan resiko distres janin.
Kolaborasi :
a. Tinjau hasil tes pranatal seperti profil biofisikal, tes nonstres dan tes stres
kontraksi.
Rasional: Memberikan informasi tentang cadangan pada plasenta untuk
oksigenasi janin selama periode intrapartal.
b. Dapatkan atau tinjau ulang hasil dari amniosentesis dan ultrasonografi.
Rasional: Memberikan informasi tentang maturasi paru janin.
15
c. Pantai kadar glukosa serum maternal dengan finger stick setiap jam,
kemudian setiap 2-4 jam sesuai indikasi.
Rasional: Peningkatan kebutuhan energi, penurunan kadar glikogen.
d. Observasi frekuensi denyut jantung janin.
Rasional: Tacikardi, bradikardi atau deselerasi lambat pada penurunan
variabilitas menandakan kemungkinan hipoksia janin.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Seperti halnya penyakit kencing manis pada umumnya, pada pemeriksaan gula
darah pun ditemukan nilai yang tinggi pada kadar gula darah puasa dan 2 jam
setelah makan serta bila dilakukan pemeriksaan kadar gula pada urine (air
kencing) juga ditemukan reaksi positif. Pemeriksaan ini dapat diulang selama
proses pengobatan dengan obat antidiabetes untuk memantau kadar gula darah.
Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien diabetes gestasional antara lain
dengan tetap mengutamakan pengaturan diet diabetes, apabila kadar gula darah
terlampau tinggi bisa dilakukan opname untuk regulasi dengan insulin baik
intravena maupun suntikan subkutan. Jadi usahakan pada semua penderita hamil
untuk memilih pengobatan dengan pengaturan diet bila tidak tercapai keadaan
kadar gula darah yang normal baru disuntik dengan insulin. Obat tambahan lain
bisa dengan vitamin vitamin untuk menjaga kondisi tubuh pasien.
4.2 Saran
Sebagai perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien, dan
menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap
kemungkinan buruk yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk
mengikuti terapi yang dianjurkan.
Selain itu juga perawat harus memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi
dampak yang terjadi pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada penderita
diabetes
15
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokronegoro.(2002) Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Doenges E, Marilynn. (2002) Rencana Asuhan Keperawatan. Kajarta : EGC.
Fakultas Kedokteran Universitas Pedjajaran Bandung. (1984). Obstetri Patologi.
Bandung : Elstar Offset.
Ikram, Ainal (2000) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Ibu
Hamil jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Mansjoer, A, (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 1, Jakarta ,
Media Aesculapius.
Mochtar, Rustam. Prof. DR. (1998). Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi
I.Jakarta : EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Bina Pustaka.