Fix

11

Click here to load reader

Transcript of Fix

Page 1: Fix

MEKANISME PERTAHANAN HOST

Kemampuan mencegah penyakit yang akan memasuki mekanisme pertahanan disebut

resistensi (kekebalan). Tanpa resistensi disebut kerentanan. Resistensi inang terhadap

masuknya parasit dipisahkan menjadi dua tipe: resistensi non-spesifik dan resistensi spesifik.

Resistensi nonspesifik (alami), mekanisme pertahanan alami yang melindungi inang

dari bermacam parasit tanpa menghiraukan apakah tubuh menghadapi tipe parasit

sebelumnya atau tidak. Dalam dunia organisme, resistensi nonspesifik merupakan hal paling

umum dan mendasar untuk pencegahan penyakit. Tumbuhan dan sebagian besar hewan

bertahan hanya dengan resistensi nonspesifik terhadap dunia patogen potensial. Hanya hewan

vertebrata yang memiliki resistensi spesifik atau mendapatkan suatu respon immun spesifik.

Oleh karena itu mereka lebih efisien dalam melawan infeksi.

Resistensi spesifik (imunitas), mekanisme pertahanan yang telah dikembangkan untuk

merespon suatu parasit tertentu, atau spesifik. Mekanisme pertahanan imun spesifik demikian

didapatkan inang sebagai suatu akibat dari permulaan adanya parasit.

Pertama mereka menggunakan mekanisme resistensi nonspesifik, dengan segera

tersedia, menyerang masuknya parasit; selanjutnya mereka mengandalkan imunitas spesifik

sebagai bantuan atau, pada suatu penyakit yang terus-menerus, sebagai akhir dari resistensi.

Jika pengaruh gabungan dari resistensi alami dan imunitas dapatan tidak mampu

menghentikan penyebaran infeksi, akhirnya selalu terjadi kematian inang.

Untuk menolong inang, dilakukan terapi antimikroba, seperti penggunaan antibiotik.

Pengobatan ini tidak selalu menghancurkan parasit secara sempurna. Dalam hal kebanyakan

hanya “membeli waktu” untuk memberi kesempatan kepada inang untuk menghilangkan

parasit dengan mekanisme pertahanan inang apa saja yang dapat berhubungan dengan parasit.

MEKANISME PATOGENESIS BAKTERI

Tahap-tahap yang dilakukan suatu patogen untuk menyebabkan penyakit infeksi,

sebagai berikut:

1. Harus menginfeksi inang ( suatu patogen primer harus memasuki inang).

2. Harus melakukan metabolisme dan memperbanyak diri dalam jaringan inang.

3. Harus melawan pertahanan inang, untuk sementara.

4. Harus merusak inang.

8.2.1. Mekanisme Penetrasi Bakteri Patogen

Page 2: Fix

Suatu patogen pertama kali harus mencapai jaringan inang dan memperbanyak diri

sebelum melakukan kerusakan. Dalam banyak kasus, hal yang dibutuhkan adalah organisme

harus menembus kulit, membran mukosa, atau epitel intestin, permukaan yang secara normal

bertindak sebagai barrier mikroba. Melintasi kulit masuk ke lapisan subkutan hampir selalu

terjadi melalui luka; jarang dilakukan patogen menembus melewati kulit yang utuh.

Penetrasi atau Penembusan Mukus. Permukaan mukosa ditutupi oleh selapis tipis mukus,

yang tersusun dari beberapa karbohidrat. Lapisan ini merupakan barrier pertama yang

menghadapi patogen ketika memasuki hospes. Beberapa organisme memiliki kemampuan

untuk menguraikan mukus dengan menggunakan enzim yang dikeluarkannya. Faktor lain

yang membantu penembusan lapisan mukosa adalah motilitas atau pergerakan. Sebagai

contoh motilitas kelihatan terlibat dalam kolonisasi V. cholerae. Motilitas meningkatkan

serbuan Salmonella dan penembusan sel epitel, meskipun tidak sangat diperlukan. Walaupun

demikian, patogen lain yang menembus permukaan mukosa dan berinteraksi secara baik

dengan sel epitel mukosa adalah nonmotil /tidak bergerak. Beberapa contoh, termasuk spesies

Shigella dan Yersiniae (pada suhu 37oC). Mekanisme penembusan dan peran mukus dalam

proses ini, tidak dikelompokkan. Sel M (sel epitel yang khusus) memiliki sedikit mukus pada

permukaannya, sebaliknya sel epitel bentuk silinder dilapisi mukus yang lebih tebal.

Terlihat bahwa sebagian besar mikroorganisme menembus lewat sel M, tidak terdapatnya

suatu barrier mukus pada sel M mukus kemungkinan dianggap tidak memainkan peran yang

berarti dalam kolonisasi dari sel ini. Sebagai pengganti, beberapa toxin bakteri yang

menyebabkan diarhea, juga menyebabkan hilangnya mukus. Hilangnya mukus memudahkan

jalan masuk ke sel epitel mukosa, meskipun mikroorganisme penghasil toxin tersebut ingin

menghindari pencucian selama proses ini.

Perlekatan spesifik. Sebagian besar infeksi mikroba dimulai dalam membran mukosa pada

saluran pernapasan, urin, atau genitourinari. Hal ini dianggap bukti bahwa bakteri atau virus

mampu memulai infeksi dengan kemampuan melekat secara spesifik kepada sel epitel. Bukti

untuk spesifisitas ada beberapa tipe.

Pertama , merupakan spesifisitas jaringan. Suatu mikroba penyebab infeksi tidak melekat

pada semua sel epitel secara bersama-sama, tapi memperlihatkan selekifitas dengan melekat

pada daerah tubuh tertentu dimana secara normal dia dapat masuk. Sebagai contoh, Neisseria

gonorrhoeae, agen penyebab penyakit menular secara sexual gonorrhea, melekat lebih kuat

terhadapepitel urogenital dibanding ke jaringan lain.

Page 3: Fix

Kedua, spesifisitas inang; suatu strain bakteri yang secara normal menginfeksi manusia akan

lebih kuat melekat kepada sel epitel manusia yang cocok dibanding dengan sel yang sama

pada hewan (contoh, tikus), atau sebaliknya. Perlekatan terhadap permukaan mukosa

memainkan suatu peranan yang besar dalam kolonisasi mukosa untuk hampir semua patogen

mukosa. Mekanisme yang sebenarnya digunakan untuk perlekatan sering melibatkan

pengikatan appendag permukaan bakteri seperti pili (fimbriae) terhadap reseptor permukaan

sel inang. Pertanyaan ditujukan langsung terhadap bahan apa yang terlibat dan terungkap

reseptor penyentuh untuk perlekatan. Banyak penelitian yang sudah dilakukan terhadap

daerah ini, termasuk karakterisasi gen yang dilibatkan pada sintesis pili dan identifikasi

reseptor inang. Sebagai alternatif, bakteri dapat membuat adhesin nonfimbria sebagai

perantara perlekatan. Contoh tersebut termasuk adhesin afimbria dari E. coli dan

hemagglutinin bentuk-filamen dari Bodetella pertussis. Sebagai tambahan untuk perlekatan

terhadap reseptor permukaan mukosa, beberapa adhesin bakteri memerantarai kontak bakteri

dengan bakteri, terbentuk dalam susunan mikrokoloni yang berikatan secara bersentuhan.

Beberapa patogen yang diperantarai tipe tersebut termasuk enteropatogenik E. coli (EPEC)

dan V. cholerae. Peranan perlekatan antara bakteri dilakukan dalam kolonisasi mukosa tetap

menentukan, meskipun hal ini bersifat spekulasi dengan alasan sekali suatu patogen berhasil

berikatan terhadap permukaan inang, mereka dapat menyebar, merupakan suatu

keberuntungan karena dapat menolong sel-sel lain yang berikatan. Dengan kata lain, bakteri

berpisah pada permukaan inang, mereka dapat tetap tinggal dan saling berikatan dengan

sesamanya lebih cepat daripada langsung kepada permukaan sel inang, yang membatasi

daerah ini. Perlekatan antara bakteri ini, dianggap bahwa bakteri mengexpresikan resptor

khusus yang menyerupai sel inang atau adhesin tersebut dapat mengenali reseptor yang

berbeda pada bakteri dan sel inang. Dengan kata lain, bakteri mengexpresikan tipe adhesin

yang berbeda untuk kontak interspesies (bakteri-sel inang) dan intraspesies (bakteri-bakteri).

8.2.2. Pemindahsebaran

Suatu patogen yang sangat virulen akan membawa kehancuran bagi dirinya sendiri bila

membunuh inang yang menghidupinya atau melalui resistensi inang yang

menghancurkannya. Karena alasan tersebut maka semua epidemi sifatnya terbatas, yaitu

inang yang resistensinya rendah akan lenyap dan anggota-anggota populasi yang sangat

resisten akan bertahan hidup. Penyebaran atau penularan tergantung pada dua faktor penting,

yaitu terlepasnya patogen dari inang dan masuknya patogen ke dalam inang yang rentan.

Page 4: Fix

Cara terlepasnya patogen tergantung pada situs infeksi pada inang. Penyebab penyakit

saluran pernapasan seperti, S. pneumoniae, M. tuberculosis, meninggalkan tubuh melalui

eksudat dari mulut, hidung, serta tenggorokan. Bersin dan batuk mempercepat

penyebarluasan mikroba patogen dan menambah peluang untuk memasuki inang lain.

Cara Penularan. Terdapat beberapa cara penularan kuman yang dapat menyebabkan

terjadinya infeksi, antara lain:

1). Kontak langsung melalui hubungan seksual (sifilis, gonorhe, trakoma)

2). Udara pernapasan (influenza, tuberkulosis, cacar, campak, gondongan)

3). Melalui mulut : air (kolera, disentri), makanan beracun (C. botulinum).

4). Melalui tusukan benda tajam : tetanus, rabies (gigitan anjing gila), hepatitis, AIDS

(jarum untuk transfusi darah).

5). Serangga : serangga bekerja sebagai vektor mekanik (disentri dan demam tifoid oleh

lalat rumah) atau vektor biologis (malaria, demam berdarah oleh nyamuk).

6). Infeksi melalui laboratirium klinik : infeksi dapat terjadi melalui kelalaian pekerja

medis di rumah sakit atau tempat praktek, sebagai contoh, dalam penyuntikan, fungsi

lumbal, katerterisasi, dan lain-lain, yang dilakukan tidak menurut ketentuan kesehatan.

JENIS BAKTERI DALAM RONGGA MULUT

1. streptokokkus, contohnya streptoccocus mutans pada pasien karies

2. stafilokokkus, contohnya Staphylococcus aureus pada pasien denture stomatitis

3. corynebacteria,

4. neisseria,

5. lactobacilli,

6. kandida

7. T. denticola merupakan salah satu bakteri komensal pada rongga mulut manusia yang

dapat memfermentasikan asama amino seperti sistein dan serin untuk pembentukan

asam asetat, CO2, NH3, dan H2S

MEKANISME PATOGENESIS PENYAKIT PERIODONTAL

Spesies bakteri yang terlibat sebagai patogen pada

periodontitis

Spesies gram negatif anaerob

Porphyromonas gingivalis

Page 5: Fix

Tannerella forsythia

Fusobacterium nucleatum

Prevotella intermedia dan P. nigrescens

Campylobacter rectus

Treponema denticola dan Spirokheta yang lain

Spesies gram negatif fakultatif

Actinobaccilus actinomycetemcomitas

Eikonella corrodens

Spesies gram positif anaerob

Eubacterium nodatum

Peptostreptococcus micros

Streptococcus intermedia

Mekanisme Bakteri Patogenik dalam Penyakit Periodontal

Kemampuan patogenik bakteri dalam menyebabkan penyakit periodontal sangat

kompleks.5Beberapa mekanisme patogenik yang penting yaitu :

1. Invasi.

Masuknya/invasi bakteri atau produk bakteri ke jaringan periodontal diperkirakan

penting bagi proses terjadinya penyakit.10 Studi klinis menunjukkan bahwa Actinobacillus

actinomycetemcomitans dapat melakukan penetrasi ke epitel gingiva.

2. Memproduksi toksin.

Actinobacillus actinomycetemcomitans dan Campylobacter rectus memproduksi

leukotoksin yang dapat membunuh netrofil dan monosit.

3. Peran unsur sel/substansi sel.

Dinding bakteri gram negatif mengandung lipopolisakarida (LPS, endotoksin) yang

mana dikeluarkan setelah bakteri mati. Selain sebagai pencetus terjadinya proses inflamasi,

LPS juga dapat menyebabkan nekrosis jaringan.

4. Memproduksi enzim.

Page 6: Fix

Bakteri plak memproduksi enzim yang turut berperan pada penyakit periodontal.

Enzim tersebut antara lain yaitu kolagenase, hialuronidase, gelatinase, aminopeptidase,

pospolifase, dan posfatase basa dan asam.

Bakteri gram negatif subgingiva menggunakan protein sebagai nutrisi mereka dan

memiliki enzim proteolitik untuk memecah protein menjadi peptida dan asam amino agar

dapat diabsorbsi. Sejumlah patogen periodontal ditunjukkan mampu memproduksi protease

yang mampu mendegradasi struktur protein dan jaringan periodontal yang terlibat dalam

reaksi imun dan inflamasi pada periodontitis kronis.

Actinobacillus actinomycetemcomitans memproduksi enzim kolagenase yang dapat

merusak kolagen tipe 1. Hal ini dapat mendorong terjadinya degradasi kolagen dan gangguan

pada jaringan ikat periodontal. Porphyromonas gingivalis memproduksi beberapa faktor

virulensi termasuk kolagenase, endotoksin, fibrinolisin, posfolipase. 3

5. Menghindar dari pertahanan pejamu.

Untuk dapat bertahan di lingkungan periodontal, bakteri harus mampu menetralisir atau

menghindar dari mekanisme pejamu untuk menyingkirkan dan membunuh bakteri.10

Sejumlah mekanisme yang dimiliki patogen periodontal dalam menghindar atau

menghancurkan pertahanan pejamu, meliputi :

a. Penghancuran langsung polimorponuklear leukosit (PMN) dan makropag.

Leukotoksin yang diproduksi beberapa strain dari Actinobacillus actinomycetemcomitans

dapat menghancurkan polimorfonuklear leukosit dan makrofag.

b. Menghambat kemotaksis polimorfonuklear leukosit (PMN).

Sejumlah spesies bakteri termasuk Porphyromonas gingivalis, Actinobacillus

actinomycetemcomitan, dan spesies Capnocytophaga, dapat menghambat kemotaksis PMN,

dan mengurangi fagositosis dan pembunuhan intraselular.3

c. Degradasi imunoglobulin.

Sejumlah bakteri gram negatif pigmen-hitam anaerob dan spesies Capnocytophaga

memproduksi protease yang dapat menyebabkan degradasi Ig G dan Ig A. 3

d. Memodulasi fungsi sitokin.

Sitokin adalah faktor utama yang mengontrol sistem inflamasi dan imun. Ada bukti bahwa

agen infeksi mampu memodulasi fungsi sitokin. Arginin specific trypsin-like proteinase

(RgpA) dari Porphyromonas gingivalis dapat membelah dan mengaktifkan mediator tertentu

Page 7: Fix

dari pro- dan anti- inflamatori. Keseimbangan antara kedua fungsi yang berlawanan ini dapat

mempengaruhi keadaan inflamasi lokal pada jaringan periodontal. 3

e. Degradasi fibrin.

Beberapa gram negatif pigmen-hitam anaerob memiliki aktivitas fibrinolitik yang

mana akan mengurangi jeratan bakteri oleh fibrin untuk fagositosis. 3

f. Mengubah fungsi limposit.

Sejumlah bakteri gram negatif dan Spirokheta pada flora subgingiva dapat mengubah

fungsi limposit dan memproduksi imunosupresif.

Proses destruksi jaringan yang terjadi merupakan akibat dari interaksi bakteri atau

substansi bakteri dengan sel pejamu, yang mana secara langsung maupun tidak langsung

mengarah kepada degradasi jaringan periodontal.